Anda di halaman 1dari 51

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI

BALITA DIDESA ANCOLMEKAR KECAMATAN ARJASARI

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2024

Usulan Penelitian

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan

Program Studi S1 Kebidanan STIKes Dharma Husada Bandung

Disusun oleh :

Nenden Sum Sumiati

Nim : 4008230027

PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEBIDANAN

STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG

TAHUN AKADEMIK 2023-2024


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi atau nutrisi merupakan zat makanan yang diperlukan tubuh

untuk pertumbuhan dan perkembangan serta untuk menuntukan

kesehatan dan sebagai sumber energi utama untuk menjalankan berbagai

aktivitas metabolisme1. Sehingga kebutuhan gizi harus terpenuhi untuk

menjamin proses tumbuh dan kembangnya. Kebutuhan gizi pada setiap

manusia berbeda salah satu kelompok manusia yang rentan terhadap gizi

adalah balita.

Balita adalah kelompok anak usia 0-59 bulan. Pada masa ini anak

memerlukan asupan zat gizi seimbang baik dari segi jumlah, maupun

kualitasnya untuk mencapai berat dan tinggi badan yang optimal 2.

Perkembangan otak pada masa balita terjadi sangat cepat dan akan

berhenti saat anak usia tiga tahun sehingga masa balita sering di sebut

masa emas (golden age periode), karena setelah usia tiga tahun hanya

terjadi sel pembentukan neuron baru untuk mengganti sel otak yang

rusak.

Kelompok usia dibawah 5 tahun (Balita) merupakan kelompok yang

rawan gizi karena mempunyai kebutuhan untuk tumbuh kembang yang

relatif tinggi dibandingkan orang dewasa.3 Gizi kurang merupakan


gangguan yang terjadi pada kesehatan balita akibat dari kekurangan atau

ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan balita3. Balita yang terkena gizi buruk akan mudah terkena

penyakit juga menjadikan pertumbuhan balita kurang, kecerdasan rendah,

dan tidak produktif.

Status gizi adalah suatu keadaan yang ditentukan oleh tingkat

kebutuhan tubuh terhadap kalori dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari

asupan makanan dengan dampak fisik yang dapat diukur. 3 Status gizi

pada balita di kelompokan menjadi gizi lebih, gizi baik, dan gizi kurang.

Status gizi yang rentan pada balita adalah status gizi kurang. Seorang

balita dikatakan memiliki status gizi kurang apabila berat badannya ≤- 2

SD.

Menurut Unicef dari semua bentuk masalah gizi pada

anak, wasting memiliki risiko kematian tertinggi, khususnya gizi buruk

berisiko meninggal hampir 12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

anak gizi baik. Dalam hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian

Kesehatan pada tahun 2022 (SSGI 2022), terungkap bahwa di Indonesia

1 dari 12 anak balita mengalami wasting, dan 1 dari 5 anak balita

menderita stunting. Situasi saat ini, dimana selain stunting, masih

tingginya jumlah anak wasting di Indonesia, maka kita juga perlu untuk

memberikan perhatian terkait wasting pada anak. 4 Indonesia merupakan

negara dengan jumlah beban kasus balita wasting tertinggi ke-dua di

dunia, dengan lebih dari 760.000 kasus balita gizi buruk. Kejadian Gizi
kurang di Indonesia memiliki persentase jumlah anak dengan status gizi

kurang sebanyak 7,1.% pada tahun 2021 dan menjadi 7,7% pada tahun

2022.4

Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi

esensial. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam

kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses

pertumbuhan, produksi tenaga, ketahanan tubuh, struktur dan fungsi

otak.5 Faktor penyebab kurang gizi adalah penyebab langsung yaitu

asupan makanan, dan penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak

langsung yaitu Pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan orang tua,

jarak kelahiran anak dan pendapatan keluarga.5

Penyebab tidak langsung yaitu Pendidikan ibu, pekerjaan ibu,

pengetahuan orang tua, jarak kelahiran anak dan pendapatan keluarga

yang mempengaruhi status gizi balita. Keterbatasan ekonomi sering

dijadikan alasan untuk tidak memenuhi kebutuhan gizi pada anak. Antara

penghasilan dan gizi jelas ada hubungannya yang menguatkan. Pengaruh

peningkatan penghasilan terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi

keluarga lain yang mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlaku

hampir universal.6

Rendahnya pendidikan dan pengetahuan dapat memengaruhi

ketersediaan pangan dalam keluarga, yang selanjutnya memengaruhi


kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang merupakan penyebab

langsung dari kekurangan gizi pada anak balita.

Pengetahuan ibu mengenai gizi adalah apa yang diketahui ibu tentang

makanan sehat untuk balitanya, pemilihan makanan, pengolahan

makanan serta persiapan dan penyimpanan makanan. Kontribusi

pengetahuan gizi seorang ibu. besar pengaruhnya bagi perubahan sikap

dan perilaku di dalam pemilihan bahan makanan, yang selanjutnya akan

berpengaruh pula pada status gizi balita dalam keluarga tersebut.3

Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat akan mempengaruhi status gizi

dalam keluarga karena kesulitan mengurus anak dan kurang menciptakan

suasan tenang di rumah.. Adanya jarak kelahiran yang terlalu rapat

menyebabkan kebutuhan makanan yang seharusnya hanya diberikan pada

satu anak akan terbagi dengan anak yang lain yang sama-sama

memerlukan gizi yang optimal.

Pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu keluarga.

Perolehan pendapatan yang tinggi, maka akan semakin cukup konsumsi

makan yang kaya akan asupan gizi bagi keluarga. Tetapi sebaliknya,

perolehan pendapatan yang rendah dalam suatu keluarga maka akan

semakin rendah pula mengkonsumsi makanan yang kaya akan gizi bagi

keluarganya. Karena dalam hal ini suatu keluarga hanya akan paspasan

dalam memenuhi kebutuhannya, dengan kata lain kurang memperhatikan

asupan gizi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang faktor – faktor yang mempengaruhi status

gizi balita karena ada keterkaitan dalam mempengaruhi status gizi balita.

Maka faktor yang diteliti yaitu Pendidikan, pekerjaan pengetahuan, jarak

kelahiran, dan pendapatan keluarga.

Kecamatan Arjasari adalah sebuah kecamatan yang berada di

kabupaten Bandung. Kecamatan Arjasari terdiri dari sebelas desa,

diantaranya yaitu Desa Ancolmekar. Wilayah Desa Ancolmekar ada 9

RW di setiap RW terdapat posyandu, yang selalu siap memberikan

pelayanan kesehatan masyarakat termasuk dalam tata laksana pelayanan

gizi balita, yaitu dengan memberikan makanan tambahan pada anak

balita setiap posyandu.

Berdasarkan data Puskesmas Arjasari tahun 2023 di Desa Ancolmekar

dari 462 balita terdapat 46 Balita (9,95%) yang dinyatakan gizi kurang.

Maka dari data tersebut, peneliti sangat tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai status gizi balita dengan judul : Faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi balita di desa Ancolmekar periode Januari

tahun 2024.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut : “Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita di

desa Ancolmekar”
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang mempengaruhi status gizi

balita di desa Ancolmekar periode Januari tahun 2024.

2. Tujuan Khusus

1.Mengetahui gambaran pendidikan ibu balita di desa Ancolmekar.

2.Mengetahui gambaran pekerjaan ibu balita di desa Ancolmekar.

3.Mengetahui gambaran pengetahuan ibu balita tentang gizi di desa

Ancolmekar.

4.Mengetahui gambaran jarak kelahiran anak di desa Ancolmekar

5.Mengetahui gambaran pendapatan keluarga di desa Ancolmekar.

6.Mengetahui gambaran status gizi balita di desa Ancolmekar.

7.Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan status gizi balita di desa

Ancolmekar

8.Mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi balita di desa

Ancolmekar

9.Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita di desa

Ancolmekar.

10.Mengetahui hubungan jarak kelahiran anak dengan status gizi balita di

desa Ancolmekar.

11.Mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi balita di

desa Ancolmekar.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan sarana untuk menerapkan ilmu dan teori

yang diperoleh dalam rangka menambah wawasan, dan mengevaluasi

kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian.

2. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian

selanjutnya, serta mengevaluasi dalam melakukan penelitian.

3. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi wilayah desa

Ancolmekar kabupaten Bandung mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi balita.

E. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup pada penelitian ini di fokus kan pada ibu yang

mempunyi balita usia 1 – 3 tahun karena banyak nya angka kejadian gizi

kurang di desa Ancolmekar. Maka penulis akan melakukan penelitian

faktor- faktor yang mempengaruhi status giz balita usia 1- 3 tahun.

F. Lokasi Dan Waktu

1. Lokasi

Desa Ancolmekar Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung.

2. Waktu

Pelaksanaan penelitian dari bulan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian Peneliti Hasil penelitian


FAKTOR - FA Sanytalia Nurhi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
KTOR YANG dayah Pratiwi. terdapat hubungan
BERHUBUNG Tahun 2022 yang bermakna antara tingkat penget
AN DENGAN ahuan ibu (p=0,004), sikap ibu tent
STATUS GIZI ang pemenuhan gizi seimbang
BALITA USIA (p=0,004), status imunisasi (p=0,000
3 – 5 TAHUN 1), tingkat konsumsi energi (p=0,00
1), dan penyakit infeksi (p=0,001)
dengan status gizi balita usia 3-5 ta
hun.
Perbedaan : Penelitian yang di lakukan oleh sanytalia nurhidayah pratiwi pada tahun 2022
membahas pengaruh pengetahuan, sikap, status imunisasi, tingkat konsumsi energi dan
penyakit infeksi terhadap status gizi balita usia 3 – 5 tahun. Sedangkan penulis tidak meneliti
faktor sikap, status imunisasi, tingkat konsumsi energi dan penyakit infeksi terhadap status
gizi balita usia 3 – 5 tahun. Penulis meneliti tentang Pendidikan, pekerjaan ibu ,
pengetahuan, jarak kelahiran anak dan pendapatan keluarga terhadap status gizi balita usia 1-
3 tahun.

Faktor-Faktor Nana Hasil penelitian terdapat hubungan


Yang Aldriana*Andria*He Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi
Mempengaruh ny Sepduwian Balita dan didapatkan nilai p=0,001
i Status Gizi Tahun 2020 (<0,05), terdapat juga hubungan
Balita Di Desa Pendapatan Keluarga dengan Status
Kepenuhan Gizi Balita dan didapatkan nilai
Hulu Wilayah p=0,001 (<0,05), dan terdapat juga
Kerja hubungan Asi Eksklusif dengan
Puskesmas Status Gizi Balita dan didapatkan
Kepenuhan nilai p=0,001 (<0,05). Jadi, pada
Hulu penelitian ini hasil uji statistik
didapatkan nilai p=0,001.
Kesimpulan dari penelitian ini
menunjukkan bahwa Faktor
Pengetahuan Ibu, Pendapatan
Keluarga Dan Asi Eksklusif
berpengaruh terhadap Status Gizi
Balita Di Desa Kepenuhan Hulu
Wilayah Kerja Puskesmas
Kepenuhan Hulu.
Perbedaan : Penelitian yang di lakukan oleh Nana Aldriana, Andria dan Heny Sepduwian
pada Tahun 2020 meneliti tentang faktor pengetahuan ibu, penadapatan keluarga dan asi
ekslusif. Sedangkan penulis tidak meneliti faktor asi ekslusif terhadap status gizi balita.

FAKTOR -FA Jasmawati Hasil review artikel penelitian menunj


KTOR YANG Rizky Setiadi ukkan bahwa terdapat
MEMPENGAR Tahun 2020 pengaruh antara faktor pendidikan ib
UHI STATUS u, pengetahuan ibu tentang gizi balit
GIZI BALITA: a, dan riwayat pemberian ASI
SYSTEMATIC Eksklusif terhadap status gizi balita.
REVIEW Terdapat pengaruh antara faktor ting
kat pendidikan ibu, pengetahuan ibu
tentang gizi balita, dan riwayat pemberi
an ASI Eksklusif terhadap status gizi b
alita.
Perbedaan : Penelitian yang di lakukan oleh Jasmawati dan Rizky setiadi tentang tahun 2020
membahas mengenai review 18 artikel mengenai faktor - faktor yang mempengaruhi status gi
zi balita.Sedangkan penulis meneliti dengan cara wawancara terhadap responden.

Sumber : Hasil kajian penulis, 2023


B. Tinjauan Teori

1. Status Gizi Balita

a. Pengertian

Gizi atau nutrisi merupakan zat makanan yang diperlukan tubuh untuk

pertumbuhan dan perkembangan serta untuk menuntukan kesehatan dan

sebagai sumber energi utama untuk menjalankan berbagai aktivitas

metabolisme.1

Status gizi adalah suatu keadaan yang ditentukan oleh tingkat

kebutuhan tubuh terhadap kalori dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari

asupan makanan dengan dampak fisik yang dapat diukur.3

Gizi yang baik adalah makanan yang memenuhi syarat gizi seimbang

sehingga yang diperlukan oleh tubuh dapat terpenuhi. Anak memerlukan

gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan.1

2. Balita

Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai

dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan

disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya

lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita termasuk

kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi karena

kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan memegang

peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga


konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status gizi anak untuk

mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak.7

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) menjelaskan balita

merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap

individu berbeda-beda, bisa cepat maupun lambat tergantung dari

beberapa faktor, yaitu nutrisi, lingkungan dan sosial ekonomi keluarga.

Ada 2 karaketristik balita yaitu

1. Anak usia 1-3 tahun

Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima

makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan usia

balita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah

makanan yang relatif besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan

jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan

lebih kecil bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar

oleh sebab itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil

dengan frekuensi sering..

2. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)

Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah mulai

memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak

cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak


beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak

makanan yang disediakan orang tuanya.7

a. Kebutuhan Gizi Pada Balita

Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita di antaranya

adalah energi dan protein. Kebutuhan energi sehari untuk tahun pertama

kurang lebih 100-200 kkal/kg berat badan. Energi dalam tubuh diperoleh

terutama dari zat gizi karbohidrat, lemak dan protein. Protein dalam tubuh

merupakan sumber asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat

pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan pembentukan protein dalam

serum serta mengganti sel-sel yang telah rusak dan memelihara

keseimbangan cairan tubuh.7

Lemak merupakan sumber kalori berkonsentrasi tinggi yang

mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai sumber lemak esensial, zat pelarut

vitamin A, D, E dan K serta memberikan rasa sedap dalam makanan.

Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah sebanyak 60-70% dari total

energi yang diperoleh dari beras, jagung, singkong dan serat makanan.

Vitamin dan mineral pada masa balita sangat diperlukan untuk mengatur

keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan.7

3. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu penilaian

status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.

a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung


Penilaian status gizi secara langsung Menurut Supariasa (2014),

penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat, yaitu: 3

a. Pengukuran biokimia Pengkururan biokimia adalah salah satu

metode dalam penilaian status gizidengan cara memeriksakan

spesimen yang diuji menggunakan laboratorium, uji ini dilakukan

pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh dapat yang

digunakan antara lain darah, air seni, feses, hati, dan otot.

b. Pengukuran biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah

metode dalam menentukan status gizi dengan cara melihat

kemampuan fungsi, khususnya fungsi pada jaringan dan melihat

perubahan struktur dari jaringan tersebut.

c. Pengukuran klinis Pengukuran klinis adalah metode yang

didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi, selanjutnya

akan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, hal tersebut

dapat dilihat pada jaringan epitel, seperti kulit, mata, dan rambut.

d. Pengukuran antropometri Secara umum antropometri artinya

ukuran tubuh manusia. Antropometri dalam kaitannya dengan gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi

b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

a. Statistik vital Statistik vital adalah metode pengukuran status gizi

yang dilakukan dengan megkaji dari beberapa statistik kesehatan,

seperti misalnya angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan,


dan kematian akibat penyebab tertentu, serta data-data lainnya yang

berhubungan dengan gizi.

b. Faktor ekologi Faktor ekologi dilihat sangat berpengaruh dalam

menentukan penyebab masalah gizi atau malnutrisi pada masyarakat,

selain itu faktor ekologi dijadikan dasar untuk program intervensi

gizi.

c. Survei konsumsi makanan Survei konsumsi makanan adalah metode

pengukuran ataupun penentuan status gizi yang dilakukan dengan

cara melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Data yang

dikumpulkan melalui survei konsumsi makanan dapat

memperlihatkan gambaran konsumsi berbagai zat gizi pada

masyarakat, keluarga, dan individu.3

d. Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi status gizi berdasarkan PMK Nomor 2 Tahun 2020 tentang

Standar Antropometri Anak (Umur 0-60 Bulan) (Kementerian Kesehatan RI,

2020).3

Tabel 1 Klasifikasi Status Gizi

Ambang
Indeks Kategori Status Gizi
Batas

(Z-Score)

Berat Badan Berat badan sangat kurang (severely < -3 SD


menurut
underweight)
Umur Berat badan kurang (underweight) -3 SD sd < -2 SD
(BB/U)

Berat badan normal -2 SD sd +1 SD

Risiko Berat badan lebih > +1 SD

Tinggi Sangat pendek (severely stunted) < -3 SD

Badan Pendek (stunted) -3 SD sd < -2 SD

menurut Normal -2 SD sd +3 SD

Umur

(TB/U)

Tinggi > +3 SD

Berat Badan Gizi buruk (severely wasted) < -3 SD

menurut Gizi kurang (wasted) -3 SD sd < -2 SD

Tinggi Badan Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD

(BB/TB)

Berisiko gizi lebih (possible risk of > +1 SD sd +2 SD

overweight)

Gizi lebih (overweight) > +2 SD sd +3 SD

Obesitas (obese) > +3 SD

Indeks Massa Gizi buruk (severely wasted) < -3 SD

Tubuh Gizi kurang (wasted) -3 SD sd < -2 SD

menurut Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD

Umur
(IMT/U)

Berisiko gizi lebih (possible risk of > +1 SD sd +2 SD

overweight)

Gizi lebih (overweight) > +2 SD sd +3 SD

Obesitas (obese) > +3 SD

Sumber: (Kementerian Kesehatan RI, 2020)

Beberapa masalah gizi yang sering terjadi pada balita, antara lain:

a. Gizi lebih Gizi lebih adalah keadaan yang disebabkan karena

kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam bentuk

cadangan berupa lemak. Simpanan lemak dalam tubuh bertambah

ketika masukan energi melebihi pengeluaran dan keadaan ini

biasanya terjadi bila ada keseimbangan energi yang berlebih selama

masa yang lama (Jumiatun, 2019).

b. Gizi kurang Gizi kurang merupakan gangguan yang terjadi pada

kesehatan balita akibat dari kekurangan atau ketidakseimbangan zat

gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan balita

(Jumiatun, 2019). Gizi kurang dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Kekurangan energi protein ringan

2. Kekurangan energi protein sedang

3. Kekurangan energi protein berat (marasmus, kwashiorkor,

marasmus- kwashiorkor)
c. Gizi buruk Gizi buruk merupakaan keadaan balita akibat

kekurangan nutrisi, atau nutrisinya dibawah standar rata-rata

kecukupan yang seharusnya. Gizi buruk biasanya terjadi pada balita,

dengan ciri-ciri membusungnya perut atau busung lapar. Gizi buruk

juga dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan,

serta kecerdasan balita.3

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat

yang penyebabnya adalah multifaktor yang terkait satu dengan yang

lainnya. Masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi

juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.

Menurut Supriasa bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

balita disebabkan oleh dua faktor , yaitu : faktor langsung asupan

makanan dan penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak langsung meliputi

persediaan makanan, perawatan anak, pelayanan kesehatan dan

lingkungan, pengetahuan orang tua, jarak kelahiran anak dan pendapatan

keluarga.

Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status

gizi balita adalah :

A. Faktor langsung

1. Asupan makanan.

Asupan nutrisi yang kurang tidak dapat memenuhi kebutuhan zat-zat

gizi dalam tubuh seperti energi dan protein. Energi dapat diperoleh dari
kandungan bahan makanan seperti karbohidrat, lemak, dan protein.

Energi tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi

basal, menunjang proses pertumbuhan serta untuk menunjang aktivitas

sehari-hari. Kekurangan protein dalam tubuh dapat menyebabkan status

gizi menurun sampai pada gizi buruk. Hal ini dikarenakan fungsi protein

itu sendiri sebagai pembangun, pertumbuhan, pemeliharaan jaringan,

mekanisme pertahanan tubuh, dan mengatur metabolisme tubuh.

Asupan Gizi sangat mempengaruhi status gizi seserorang. Anak yang

mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam

dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak

cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang

penyakit. Kenyataannya baik makanan maupun penyakit secara bersama

– sama merupakan penyebab kurang gizi. Konsumsi makanan dalam

keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan,

distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan.

Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan

pendidikan keluarga yang bersangkutan.

2. Penyakit infeksi.

Faktor- faktor yang berpengaruh dalam status gizi salah satunya

adalah penyakit infeksi. Anak anak dengan gizi buruk daya tahannya

menurun sehingga mudah terserang infeksi. Penyakit infeksi yang sering

diderita oleh anak dengan gizi buruk adalah diare, dan ISPA.
Ada hubungan yang sangat erat antara infeksi dengan malnutrisi.

Mereka menekankan interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan

penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi dan

mempercepat malnutrisi.

Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-

sendiri maupun bersamaan, yaitu :

1) Penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan,

menurunnya absorpsi, dan kebiasaan mengurangi makanan pada

saat sakit.

2) Peningkatan kehilangan cairan/ zat gizi akibat penyakit diare, mual/

muntah dan perdarahan yang terus menerus.

3) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat

sakit (human host) dan parasit yang terdapat dalam tubuh.

Hubungan penyakit infeksi dengan penyakit gizi sudah banyak

dijelaskan oleh para ahli. Salah satunya adalah penyakit diare, di Negara

yang sedang berkembang penyebab kematian awal banyak disebabkan

oleh penyakit diare. Penyebab diare umumnya sangat kompleks,

penyebab utamanya sering terjadi secara bersamaan dan saling

mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan

adanya kenyaatan ini ditambah dengan pemberian makanan bayi yang

keliru, maka angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh diare

dapat dijadikan petunjuk secara tidak langsung mengenai keadaan gizi

kurang pada masyarakat.7


Diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari, disertai

konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang

berlangsung kurang atau lebih satu minggu.

Diare merupakan penyebab utama dari malnutrisi. Setiap episode diare

dapat menyebabkan kehilangan berat badan. Diare merupakan penyebab

utama dari malnutrisi. Setiap episode diare dapat menyebabkan

kehilangan berat badan. Akibat diare yaitu tubuh banyak mengeluarkan

cairan dan mineral, terjadi gangguan gizi karena makanan yang diserap

kurang, sedangkan pengeluaran energi bertambah, kadar gula darah

dalam tubuh menurun atau hipoglikemi karena penyimpanan/ persediaan

glikogen dalam hati terganggu. Diare juga bisa menimbulkan dehidrasi,

terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pemasukan.

Ada dua jenis diare yaitu diare akut dan diare kronik. diare akut yaitu

diare yang berlangsung secara mendadak, tanpa gejala gizi kurang dan

demam serta berlangsung kurang dari 14 hari, sedangkan diare kronik

atau diare berulang dibagi menjadi beberapa jenis diare yaitu salah

satunya diare persisten adalah diare yang disebabkan oleh infeksi yang

berlangsung lebih dari dua minggu yaitu dengan gejala hilang timbul

dengan frekuensi 4 kali atau lebih perhari.

Tanda awal dari penyakit diare adalah anak menjadi gelisah dan

cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau

tidak, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin

disertai dengan lendir ataupun darah. Warna tinja kemudian menjadi


kehijau-hijauan karna tercampur dengan empedu. Bila penderita telah

kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai

tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun

besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak

kering.

Penyakit diare yang kronis dapat menyebabkan gizi kurang karena

diare disebabkan oleh virus yang masuk kedalam tubuh bersama dengan

makanan dan minuman, virus akan menyebabkan infeksi dan merusak

sel-sel epitel. Sel-sel yang rusak digantikan oleh sel-sel yang baru

sehingga sel yang baru belum matang dan fungsi dari sel belum bagus,

hal ini menyebabkan usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat

menyerap cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan akan

terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus

hal ini menyebabkan hiperperistaltik usus, cairan dan makanan yang

tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare.

Diare yang akan mempengaruhi status gizi balita yaitu diare berulang

atau persisten hal ini diperkuat oleh penelitaian Nurcahyo menyatakan

Rerata frekuensi diare pada balita adalah 1 kali dalam sebulan terakhir

dan rerata durasi diare adalah lebih dari 3kali tanpa disertai dengan darah.

Penelitian Nurcahyo dkk pada balita usia 12-59 bulan menunjukkan

bahwa semakin sering frekuensi diare maka status gizi balita menurut

BB/U akan semakin buruk.7


B. Faktor tidak langsung

1. Pendidikan Ibu

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun non

formal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikanseseorang, makin mudah orang tersebut menerima informasi.

Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media massa.

Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang penting dalam

tubuh kembang anak, karena dengan pendiidkan yang baik maka

orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara

pengasuhan anak yang baik. pendidikan formal maupun informal

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan gizi ibu.6

Pendidikan formal sangat diperlukan oleh ibu rumah tangga dalam

meningkatkna pengetahun dalam upaya mengatur dan mengetahui

hubungan makanan dankesehatan atau kebutuhan tubuh termasuk

kebutuhan gizi bagi anggota keluarganya. Seorang ibu dengan

pendiidkan yang tinggi akan dapat merencanakan menu makanan yang

sehat dan bergizi bagi dirinya dan keluarganya dalam upaya memenuhi

zat gizi yang diperlukan. Perbaikan gizi keluarga adalah pintu gerbang
perbaikan giai masyarakat dan pendiidkna gizi keluarga merupakan kunci

pembuka pintu gerbang itu. Di dalam keluarga ibu berperan mengatur

makanan keluarga, oleh karena itu para ibu adalah sasaran utama

pendidikan gizi keluarga. Pendidikan gizikeluarga bertujuan mengubah

perbuatan-perbuatan orang yang keliru yang mengakibatkan bahaya gizi

kurang.6

Pendidikan yang rendah mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap

pengasuhan anak termasuk dalam hal perawatan, pemberian makanan dan

bimbingan pada anak yang akan berdampak pada kesehatan dan gizi yang

semakin menurun.7 Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pendidikan formal dikategorikan menjadi tiga

yaitu, pendidikan dasar (SD/sederajat, SMP/sederajat), pendidikan

menengah (SMA/sederajat), dan pendidikan tinggi (diploma/sarjana/

pendidikan yang diselenggarakan perguruan tinggi).

2. Pekerjaan

Ibu yang tidak bekerja dalam keluarga dapat mempengaruhi asupan

gizi balita karena ibu berperan sebagai pengasuh danpengatur konsumsi

makanan anggota keluarga. Ibu yang bekerja tidak memiliki waktu yang

cukup untuk mengasuh dan merawat anaknya sehingga anaknya dapat

menderita gizi kurang. Mosley dan Chen dalam penelitian Nazmiah

(2012) menyatakan bahwa pada masyarakat tradisional, suatu pembagian

kerja yang jelas menurut jenis kelamin cenderung memaksimalkan waktu

ibu untuk merawat anaknya. Sebaliknya dalam masyarakat yang ibunya


bekerja, maka waktu ibu mengsuh anaknya sangat kurang. Bagi keluarga

miskin, pekerjaan ibu di luar rumah menyebabkan anak dilalaikan.

Peranan ibu dalam keluarga sangatlah penting yaitu sebagai pengasuh

anak dan pengatur konsumsi pangan anggota keluarga dan juga berperan

dalam usaha perbaikan gizi keluarga terutama untuk meningktakan status

gizi anak.6

3. Pengetahuan orang tua

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek, terjadi melalui panca indra

manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pengalaman, media masa,

pengaruh kebudayaan, pendidikan baik formal maupun informal.

Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, disamping

pendidikan yang pernah dijalani, faktor lingkungan sosial dan frekuensi

kontak dengan media masa juga mempengaruhi pengetahuan. Salah satu

penyebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau

kemampuan dalam kehidupan sehari-hari.

Tingkat pengetahuan gizi ibu yang baik dan dilakukan secara terus

menerus dapat mengatasi kesalahpahaman yang terjadi tentang pantangan

konsumsi makanan tertentu menurut adat atau kebiasaan yang merupakan

tradisi turun temurun. Pantangan untuk menggunakan bahan makanan

tertentu yang sudah turun temurun dapat mempengaruhi KEP. Menurut


Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan perilaku

yaitu tahu, sikap, dan perilaku itu sendiri. Pengetahuan merupakan hasil

dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Untuk mewujudkan sikap menjadi

suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang

memungkinkan.1

Kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai gizi.

Kurang gizi murni adalah karena makanan. Ibu harus dapat memberikan

makanan yang kandungan gizinya cukup.

Pengetahuan gizi sangat penting dengan didasari pada tiga kenyataan

yaitu :

1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan

kesejahteraan

2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya

mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan

tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu. Sehingga masyarakat

dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan

gizi.
Pengetahuan gizi ini sangat diperlukan untuk ibu terutama ibu yang

mempunyai anak balita. Karena kebutuhan dan kecukupan gizi anak

balita tergantung dari konsumsi makanan yang diberikan oleh ibu atau

pengasuh anak. Seorang ibu akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan

gizi setiap anggota keluarga.

Tingkat pengetahuan gizi ibu sebagai pengelola rumah tangga akan

berpengaruh pada macam bahan makanan yang dikonsumsinya. Adapun

tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian makanan adalah sebagai

berikut:

1) Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan

Dalam kehidupan sehari-hari sering terlihat keluarga yang berhasilan

cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan

demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada

keluarga yang berpengahasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini

menunjukan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi

kesehatan tubuh merupakan penyebab buruknya mutu gizi makanan

keluarga, khususnya makanana balita.

2) Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

Banyak makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak

digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya

prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan

bahan makanan itu dianggap dapat menurunkan harkat keluarga. Jenis

sayuran genjer, daun tauri, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat
besi, vitamin A dan protein, dibeberapa daerah, masih dianggap

sebagai makanan yang menurunkan harkat keluarga.

3) Kebiasaan atau pantangan makanan yang merugikan

Kebudayaan akan mempengaruhi orang dalam memilih makanan dan

kebudayaan pada suatu daerah akan menimbulkan adanya kebiasaan

dalam memilih makanan. Sehubungan dengan pangan yang biasanya

dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan,

takhayul dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah yang

berlainan. Bila pola pantangan berlaku bagi seluruh penduduk

sepanjang hidupnya, kekurangan zat gizi cenderung tidak akan

berkembang seperti jika pantangan itu berlaku hanya pada kelompok

masyarakat tertentu selama satt tahap dalam satu siklus hidupnya. Bila

seluruh masyarakat terlibat, kemungkinan besar sudah ditemukan

sumber pangan yang lain untuk memenuhi kebutuhan gizi

menggantikan pangan yang tidak dapat diterima. Kalau pantangan itu

hanya dilakukan oleh sebagian penduduk tertentu, kemungkinan besar

kekurangan gizi akan timbul.

4) Kesukaan terhadap jenis pangan tertentu

Mengembangkan kebiasaan pangan, mempelajari cara yang

berhubungan dengan konsumsi pangan dan menerimaatau menolak

bentuk atau jenis pangan tertentu, dimulai dari permulaan hidupnya

dan menjadi bagian dari perilaku yang berakar diantara kelompok

penduduk. Dimulai sejak dilahirkan sampai beberapa tahun makanan


anak-anak tergantung pada oranglain. Anak balita akan menyukai

makanan dari makanan yang dikonsumsi orangtuanya karena pada

umumnya makanan yang disukai oleh orangtuanya akan diberiakan

kepada anak balitanya. Dari kebiasaan makan inilah akan

menyebabkan kesukaan terhadap makanan. Tetapi kesukaan yang

berlebihan terhadap jenis makanan tertentu atau disebut sebagai

faddisme makanan akan mengakbitkan kurang bervariasinya makanan

dan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang

diperlukan.

4. Jarak kelahiran anak

Jarak kelahiran adalah kurun waktu dalam tahun antara kelahiran

terakhir dengan kelahiran sekarang. Jarak yang lahir yang cukup,

membuat ibu dapat pulih dengan sempurna dari kondisi setelah

melahirkan, saat ibu sudah merasa nyaman dengan kondisinya maka ibu

dapat menciptakan pola asuh yang baik dalam mengasuh dan

membesarkan anaknya.

Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat akan mempengaruhi status gizi

dalam keluarga karena kesulitan mengurus anak dan kurang menciptakan

suasan tenang di rumah.. Adanya jarak kelahiran yang terlalu rapat

menyebabkan kebutuhan makanan yang seharusnya hanya diberikan pada

satu anak akan terbagi dengan anak yang lain yang sama-sama

memerlukan gizi yang optimal.


Anak yang berusia dibawah lima tahun masih sangat memerlukan

perawatan ibunya, baik perawatan makaanan maupun perawatan kasih

sayang. Jika dalam masa tahun ini ibu hamil lagi, makan bukan saja

perhatian ibu pada anak menjadi berkurang akan tetapi ASI yang masih

aktif sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar. Anak yang belum

dipersiapkan secara baik menerima pengganti ASI yang kadang-kadang

mutu gizi anak makanan tersebut juga rendah. Sehingga Jarak kelahiran

anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan

mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga. Keluarga dengan banyak

anak apalagi yang selalu ribut akan berpengaruh pada ketenangan jiwa

dan secara tidak langsung akan menurunkan nafsu makan.

5. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga merupakan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi status gizi pada anak. Hal ini dikarenakan jika suatu

keluarga memiliki pendapatan yang besar serta cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi anggota keluarga, maka pemenuhan nutrisi serta

kebutuhan gizi pada anak juga dapat terjamin. Pendapatan mempengaruhi

daya beli seseorang, jika pendapatan rendah maka kemampuan untuk

membeli sumber pangan serta kemampuan untuk memenuhi kebutuhan

gizi juga akan semakin rendah.1

Antara penghasilan dan gizi jelas ada hubungannya yang menguatkan.

Pengaruh peningkatan penghasilan terhadap perbaikan kesehatan dan


kondisi keluarga lain yang mengadakan interaksi dengan status gizi yang

berlaku hampir universal.

Keterbatasan ekonomi sering dijadikan alasan untuk tidak memenuhi

kebutuhan gizi pada anak, sedangkan apabila kita cermati, pemenuhan

gizi pada anak tidaklah mahal, terlebih lagi apabila dibandingkan dengan

harga obat yang harus dibeli ketika berobat di rumah sakit.13 Menurut

Supariasa kehidupan ekonomi keluarga akan lebih baik pada keluarga

dengan ibu bekerja dibandingkan dengan keluarga yang hanya

menggantungkan ekonomi pada kepala keluarga atau ayah. Kehidupan

ekonomi keluarga yang lebih baik akan memungkinkan keluarga mampu

memberikan perhatian yang layak bagi asupan gizi balita.

Masalah ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang sangat

dominan dialami oleh banyak keluarga. Guna mencukupi kebutuhan gizi

anak, banyak orangtua yang merasa kesulitan, penyebabnya adalah

keadaan ekonomi yang lemah, penghasilan dari pekerjaan kurang

mencukupi dan harga dari bahan makanan yang mahal. Padahal masa

kritis gizi kurang yang dialami anak terjadi pada usia antara 1 sampai 3

tahun.

Tinggi rendahnya pendapatan keluarga memberi dampak terhadap baik

buruknya pola asuh makan yang pada akhrnya berpengaruh pada status

gizi balita.6

2.1 Bagan Faktor Status Gizi Balita


Status Gizi

Faktor Langsung Faktor Tidak Langsung

a. Asupan makanan a. Pendidikan Ibu


b. Penyakit Infeksi b. Pekerjaan
c. Pengetahuan
d. Pendapatan Keluarga
e. Jarak Kelahiran

6. Akibat Gizi Kurang Pada Proses Tubuh

Akibat kurang gizi pada proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi apa

yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam

kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses :

a. Pertumbuhan

Anak-anak tidak tumbuh dengan potensialnya, protein digunakan sebagai

zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah

rontok. Anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah keatas

rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari sosial ekonomi yang

rendah.

b. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang

kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas.

orang menjadi males, merasa lemah dan produktivitas kerja menurun.

c. Pertahanan Tubuh

Daya tahan terhadap tekanan dan stress menurun. Sistem imunitas dan

antibodi berkurang sehinggaorang mudah terserang infeksi seperti diare,

batuk, pilek. Pada anak-anak ini dapat membawa kematian.

d. Struktur dan fungsi otak

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan

mental, dan kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk maksimal pada

usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi

otak secara permanen.

Kekurangan energi yang kronis juga dapat menyebakan anak-anak

tersebut lemah, pertumbuhan terlambat, dan perkembangan selanjutnya

terganggu. Sedangkan kekurangan protein yang kronis menyebabkan

pertumbuhan anak terlambat dan tampak tidak sebandingan dengan

umurnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan


visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti.

Faktor – Faktor yang mempengaruhi status gizi

balita ada 2 faktor yaitu faktor langsung dan tidak

langsung.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita

Independen Dependen

1. Faktor Langsung :
a. Asupan makanan
b. Penyakit Infeksi

Status gizi balita


2. Faktor Tidak Langsung :
a. Pendidikan Ibu
b. Pekerjaan
c. Pengetahuan
d. Pendapatan Keluarga
e. Jarak Kelahiran

Keterangan :

: yang diteliti

: yang tidak diteliti

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Faktor – faktor yang


mempengaruhi status gizi balita di desa Ancolmekar

Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung

Kerangka konsep penelitian ini terdiri dari 2 variable untuk

memberikan gambaran alur penelitian. Variable independen (bebas)

pada penelitian ini adalah Pendidikan, pekerjaan, pengetahuan ibu,

jarak kelahiran dan pendapatan keluarga sedangkan variable dependen

(terkait) adalah status gizi balita.

B. Hipotesis

Hipotesis yaitu suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan

pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima

atau harus ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah

dikumpulkan dalam penelitian. Berdasarkan kerangka konsep di atas,

maka disusun suatu hipotesis sebagai berikut :

1. Ha1 : Terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi

Balita di desa Ancolmekar.

2. Ha2 : Terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi Balita

di desa Ancolmekar.

3. Ha3 : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi

Balita di desa Ancolmekar

4. Ha4 : Terdapat hubungan jarak kelahiran anak dengan status gizi Balita

di desa Ancolmekar.

5. Ha5 : Terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi

Balita di desa Ancolmekar.


C. Definisi operasional

Definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2

Definisi Operasional

Variabel Sub Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Operasional

Variabel Pendidikan Jenjang Wawancara Kuesioner 1. Tinggi Ordinal


Independen Ibu pendidikan (Tamat
formal Pendidikan
tertinggi Tinggi).
yang telah
diselesaikan 2.Menengah
berdasarkan (Tamat SMA) 3.
pengakuan Dasar (Tamat
responden. SD/SMP)

Pekerjaan Status Wawancara Kuesioner 1. Tidak Ordinal


Ibu pekerjaan ibu bekerja: adalah
yang ibu rumah
mempengaru tangga.
hi perhatian
ibu dalam 2. Bekerja:
pemberian adalah PNS,
makan anak karyawan
berkurang,
berkaitan swasta,
dengan wiraswasta,
petani/buruh.2
lamanya

seseorang
bekerja
dalam sehari-
hari.

Pengetahua Segala Wawancara Kuesioner a. Baik (76 % - Ordinal


n sesuatu yang 100%)
ibu ketahui b. Cukup (56 %
tentang gizi - 75%)
pada balita. c. Kurang ( <
56%)
(Arikunto,2010)
Jarak Jarak Wawancara Kuesioner a. ≥ 2 tahun Ordinal
kelahiran kelahiran b. ≤ 2 tahun
anak anak dengan
sebelumnya
≤ 2 tahun.

Pendapatan Pendapatan Wawancara Kuesioner a. ≤ Rp. Ordinal


Keluarga yang 4.209.309
diperoleh b. ≥ Rp.
dalam 1 4.209.309
Keluarga

Variabel Status Gizi Keadaan gizi KIA Buku KIA a.Gizi Baik >-2 Ordinal
Dependen Balita balita yang sampai +2 SD
dikelompoka b.Gizi Kurang<-
n 2 SD sampai
berdasarkan ≥-3 SD
BB/U

D. Rancangan Penelitian

1. Jenis Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah menggunakan metode analitik korelatif,

yaitu penelitiaan atau penelaahan hubungan antara dua variabel

pada suatu situasi atau sekelompok subjek.

Dengan menggunakan pendekatan secara cross sectional yaitu

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara


faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point

time approach). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan pengetahuan, jarak kelahiran dan pendapatan keluarga,

pada balita diwilayah desa Ancolmekar.

2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data

Pendekatan waktu pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan pendekatan cross

sectional yang merupakan pengukuran variabel satu

kali dalam satu waktu.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.24 Populasi dari penelitian ini

adalah Ibu yang mempunyai Anak usia 1 – 3

tahun di wilayah desa Ancolmekar Kecamatan

Arjasari Kabupaten Bandung yaitu sebanyak 462

balita.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik


yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari

dari sampel, kesimpulannya akan dapat

diberlakukan untuk popualsi dalam penelitian.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan total sampling. Total sampling

adalah dimana semua anggota populasi ibu yang

mempunyai anak usia 1 – 3 tahun.

Untuk menentukan besar sampel, maka rumus-rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut.

N
n= 2
1+ N (a )

462
n= 2
1+ 462(0 , 1 )

462
n=
1+ 4 , 62

462
n=
5 ,62

n = 82.2 sampel dibulatkan menjadi 82.

Berdasarkan hasil perhitungan sampel diatas maka sampel pada

penelitian ini sebanyak 82 orang.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah instrumen untuk pengumpulan data

secara primer. Jenis instrumen dalam penelitian ini adalah angket/

kuesioner. Angket merupakan cara pengumpulan data mengenai suatu


masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentinag umum, angket

dilakukan dengan cara mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa

formulir atau kuesioner. Instrumen penelitian ini terdiri dari tiga

kuesioner yaitu kuesioner tentang Pendidikan, Pekerjaan, pengetahuan,

pendapatan keluarga, dan jarak kelahiran anak.

A. Uji validitas Dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan

atau keaslian suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai

validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah. Sebelum melakukan penelitian, peneliti lebih dahulu

melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner yang akan

dijadikan instrumen penelitian.

Uji validitas instrumen pengetahuan keluarga menggunakan rumus

koefisien korelasi bisereal antara skor butir soal dengan skor total tes,

rumus ini digunakan karena bentuk butir soalnya dis-kontinu (misalnya

soal bentuk obyektif dengan skor 0 dan 1). Adapun rumus koefisien

korelasi bisereal adalah :

( xi − Xt )
rbis(i)= −¿
St

Keterangan :

rbis(i) = koefisien korelasi bisereal antara skor butir nol i dengan skor

total
Xi = rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal

nomor i

Xt = rata-rata skor total semua responden

St = standar deviasi skor total semua responden

Pi = proporsi jawaban yang benar untuk butir soal i

Qi = proporsi jawaban yang salah untuk butir soal i

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap

asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala

yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Dalam penelitian

ini uji reliabilitas yang digunakan adalah Kuder-Richardson Approach

(KR-20)

Kuder-Richardson Approach (KR-20) digunakan untuk menguji

kuesioner pengetahuan, teknik ini digunakan untuk instrumen yang

bentuknya alternative salah atau benar, maka reliabilitas dihitung dengan

rumus KR-20 sebagai berikut :

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

( k −1
r 11 =
k
)( V −V∑ pq )
t

Dengan keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

Vt = Varians total

P = Proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu

butir (proporsi subjek yang mendapat skornya 1)

p = banyaknya subjek yang skornya 1

q = proporsi subjek yang mendapat skor 0

(q = 1- p)

Keputusan uji, apabila nilai KR-20 ≥ 0,60 maka pertanyaan reliabel,

apabila nilai KR-20 < 0,60 maka pertanyaan tidak reliabel.

5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu dengan menggunakan data primer dan data

sekunder. Data primer dengan cara mengisi kuesioner pengetahuan, jarak

kelahiran anak, pendapatan keluarga dan data sekunder didapatkan dari

buku KIA. Pada penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data

dengan tahapan sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pendekatan dengan Bidan

desa Ancolmekar dan petugas posyandu untuk mendapatkan informasi

yang berkaitan dengan judul penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
yaitu Faktor-Faktor yang mempengaruhi status gizi balita di wilayah desa

Ancolmekar Kabupaten Bandung Periode tahun 2024.

Selanjutnya peneliti melakukan studi pendahuluan dan mengumpulkan

data berupa laporan kejadian gizi kurang di Desa Ancolmekar.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap penatalaksanaan penelitian dilakukan dengan tahap-tahap

sebagai berikut :

1. Mempersiapkan lembar kuesioner.

2. Mempersiapkan uji validitas dan reliabilitas kuesioner.

3. Melaksanakan uji validitas di desa Rancakole.

4. Menelaah instrument yang telah di uji kevalidan dan reliabilitasnya.

5. Menyeleksi kembali kuesioner yang sudah diisi oleh responden

6. Teknik Pengolahan Dan Analisa Data

A. Pengolahan Data

Data yang telah didapatkan, untuk memudahkan dalam proses analiaa

data diolah dengan tahapan sebagai beriku :

1. Editing
Adalah melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan pengisian

kuesioner dan kesesuaian jawaban dengan pertanyaan. Editing pada

penelitian ini di lakukan saat kuisioner telah terkumpul lalu di lakukan

pemeriksaan kembali apakah setiap pertanyaan telah di beri jawaban

secara lengkap dan di lakukan pemeriksaan pada setiap jawaban sesuai

dengan pertanyaan pada kuisioner.

2. Coding

Adalah melakukan pengkodean terhadap beberapa variabel yang akan

diteliti dengan tujuan untuk mempermudah pada saat analisis data dan

mempercepat pada saat entry data. Coding pada penelitian ini dilakukan

pada saat semua jawaban dari setiap pertanyaan telah terkumpul lalu di

berikan pengkodean pada setiap jawaban agar lebih mudah pada saat

menganalisa data. Berikut penjabarannya:

a. Pendidikan:

1: Tinggi 2: Menengah 3: Dasar

b. Pekerjaan:

1:Tidak Bekerja 2: Bekerja

c. Pengetahuan:

1: Baik 2: Cukup 3: Kurang

d. Pendapatan:

1: Tinggi 2: Rendah

e. Jarak Kelahiran Anak

1: ≥ 2 tahun 2:≤ 2 tahun


f. Status Gizi:

1: Gizi Baik 2: Gizi Kurang 3: Gizi Lebih 4: Gizi Buruk

3. Entry Data

Adalah pengolahan data secara manual setelah data tersebut diberi

kode. Pada penelitian ini di lakukan entry data setelah semua data telah

terkumpul dan telah di beri kode pada setiap jawaban, sehingga data dapat

diolah dengan mudah.

4. Tabulasi Data

Adalah data yang diedit berdasarkan variabel dari setiap aspek yang

diteliti, kemudian ditabulasikan agar dapat diketahui frekuensinya dari

setiap alternatif jawaban yang diberikan responden.

B. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Anlisa univariat yaitu dengan menggunakan analisis prosentasi untuk

mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel-variabel yang

diamati. Data hasil pengamatan ditata dan diringkas dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi lalu dihitung proporsinya atau presentasenya dan

disajikan dalam bentuk tabel.

Pada analisis data dari penelitian ini untuk variabel pengetahuan bila

jawaban benar diberi nilai 1 dan bila jawaban salah diberi nilai 0.
Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel. Hasil yang

didapatkan adalah porsentase dari tiap variabel berupa distribusi

frekuensi.

F
P= x 100
N

Keterangan :

P : Nilai yang didapat

F : Jumlah jawaban yang benar

N : Jumlah soal

Selanjutnya hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan

skala kategori :

1) 0% : tidak seorangpun responden

2) 1-25% : hampir tidak ada responden

3) 26-49% : kurang dari setengah responden

4) 50% : setengah responden

5) 51-75% : lebih dari setengah responden

6) 76-99% : hampir seluruh responden

7) 100% : seluruhnya

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa univariat yaitu

untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel

yang diteliti sehingga diperoleh gambaran dari masing-masing variabel

tersebut. Untuk setiap pemeriksaan menggunakan kuesioner dengan

masing-masing scor, kemudian dipresentasikan menggunakan rumus :


1. Pengetahuan

Kategori pengetahuan menurut Arikunto adalah sebagai berikut :

a. Kategori baik apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden

antara 76-100%

b. Kategori cukup apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden

antara 56-75%

c. Kategori kurang apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden

antara < 56%.

2. Analisis Bivariat

Dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga saling berhubungan atau

berkolerasi. Analisis dilakukan dengan komputerisasi dengan

menggunakan perangkat lunak. Rumus yang digunakan adalah Chi-

square dengan menggunakan tingkat kemaknaan 95% atau nilai α 0,05

(5%) dimana kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

x 2 =∑
[ ( f 0− f h )2
fh ]
Keterangan :

X2 = Harga Chi-kuadrat yang dicari

Fo = Frekuensi yang ada (frekuensi observasi atau frekuensi sesuai

dengan (keadaan)

Fh = Frekuensi yang diharapkan sesuai dengan teori.


a. Bila p value α ≤ (0.05) secara statistik diartikan sebagai ada hubungan.

b. Bila p value α ≥ (0,05) secara statistik diartikan sebagai tidak ada

hubungan.

7. Jadwal Penelitian

Gambar 3 2 Jadwal Penelitian

Rencana Kegiatan …… …… ……

Pengajuan Judul

Studi Pendahuluan

Penyusunan Proposal

Desk Evaluasi

Penatalaksanaan Penelitian

Penatalaksanaan Data dan Analisis

Data

Sidang Skripsi
8. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang dipegang, yakni:

1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia Peneliti mempertimbangkan

hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan

melakukan penelitian tersebut. Peneliti memberikan kebebasan kepada

subjek untuk memberikan informasi atau tidak (berpartisipasi). Sebagai

ungkapan, peneliti menghormati harkat dan martabat subjek penelitian,

mempersiapkan formulir persetujuan subjek (informed consent) yang

mencakup:

a. Penjelasan manfaat penelitian.

b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang

ditimbulkan.

c. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian

2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak

untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh

sebab itu, peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasiaan identitas subjek. Nama responden hanya diisi nama inisial,

peneliti hanya menggunakan data untuk keperluan penelitian.


3. Keadilan dan Keterbukaan

Peneliti menjelaskan prosedur penelitian kepada semua subjek penelitian.

Prinsip keadilan menjamin semua subjek penelitian memperoleh perlakuan

dan keuntungan yang sama tanpa membedakan agama, etnis, dan

sebagainya.

4. Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian

Peneliti berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek

dengan melaksanakan penelitian dengan tepat waktu. Segala informasi yang

diperoleh melalui penelitian ini hanya digunakan untuk keperluan penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

1. Agustin E. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Gizi Balita Terhadap

Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita Di Puskesmas Ambarawa Tahun 2021. Univ

Muhammadiyah Pringsewu. Published online 2021:7-17.

http://repository.umpri.ac.id/id/eprint/141/3/File 3 BAB II ENI AGUSTIN.pdf

2. Dewi NKM. Asupan Makanan dan Status Gizi Balita Berdasarkan Pengetahuan Gizi

Ibu. Published online 2016:1-23.

3. Asri Kusuma Yanti NLG, Ambartana IW, Raka Kayanaya AAG. Perbedaan Status

Gizi Balita Berdasarkan Karakteristik Ibu dan Frekuensi Kunjungan Balita ke

Posyandu di Desa Kapal Mengwi Badung. J Ilmu Gizi J Nutr Sci. 2023;12(3):191-

200. doi:10.33992/jig.v12i3.2145

4. Kemenkes. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Kemenkes. Published

online 2022:1-150.

5. Safitri NA. Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka. Conv Cent Di Kota Tegal. 2020;

(938):6-37.

6. Susanti M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Di

Kelurahan Bumijo Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2017.; 2018.

7. Juhariyah S, Mulyana SASF. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare pada

Balita di Puskemas Rangkasbitung. J Obs Sci. 2018;6(1):219-230.

https://ejurnal.latansamashiro.ac.id/index.php/OBS/article/view/359/354=

Anda mungkin juga menyukai