Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

“BACKRUB, CUCI TANGAN ASEPTIC DAN ANTISEPTIC”

OLEH: KELOMPOK 4

Arsytul Munawwarah 193110127

Gustia Anggun Rizovi 193110134

Hasyim Khalid Al Anshari 193110135

Marlina Syah 193110139

Mulyana 193110140

Mutiara Putri Sari 193110141

Sri Marisa Ananda 193110154

DOSEN PEMBIMBING:
REFLITA ,SKp. M.Kep

PRODI D III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Allhamdulillah penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan
dasar yang berjudul “BACKRUB ,MENCUCI TANGAN ASEPTIK DAN
ANTISEPTIC” dengan tepat waktu.
Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing dalam mata kuliah
Keperawatan Dasar serta teman-teman yang ikut serta membantu menyelesaikan
makalah Keperawatan Dasar ini. Penulis sangat berharap dengan adanya makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan pembaca mengenai
konsep pemenuhan kebutuhan aktivitas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap Makalah keperawatan dasar
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya, serta bagi dunia
pendidikan umumnya.

Padang, 24 Februari 2020

KELOMPOK 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 5

1. Latar Belakang 5

2. Tujuan Pembuatan Makalah 5

BAB II PEMBAHASAN 6

A. BACKRUB 6

1. pengertian backrub 6

2. tujuan backrub 6

3. indikasi backrub 7

4. kontra indikasi 7

5. periapan pasien sebelum melakukan backub 8

6. teknik melakukan backrub 8

B. CUCI TANGAN 13

1. definisi cuci tangan 13

2. tujuan cuci tangan 13

3. indikasi cuci tangan 13

4. keuntungan cuci tangan 14

5. macam- macam cuci tangan dan cara cuci tangan 14

C. ANTISEPTIK 22

3
BAB III PENUTUP 25

1. kesimpulan 25

DAFTAR PUSTAKA 26

BAB I

4
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Nyeri punggung bawah merupakan gangguan yang sering dialami oleh ibu
hamil. Ini tidak hanya terjadi pada trimster tertentu, tetapi juga dapat terjadi
sepanjang masa-masa kehamilan hingga periode pasca natal. Nyeri punggung bawah
pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor jika dikombinasikan dengan
peregangan otot abdomen yang lemah. Faktor antara lain perubahan postur tubuh,
distribusi ligamen, pusat gravitasi tubuh bergeser kedepan. Untuk mengurangi nyeri
punggung bawah, dapat dilakukan dengan gosok punggung.

Hand hygiene merupakan istilah yang sering digunakan untuk mengarah


kepada kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan tangan (WHO, 2006). Hand
hygiene harus dilakukan pada seluruh indikasi yang telah ditetapkan tanpa
memperhatikan apakah petugas kesehatan menggunakan sarung tangan atau tidak
(WHO, 2009). Teknik mencuci tangan yang dianjurkan oleh WHO adalah teknik
mencuci tangan dengan menggunakan 6 langkah cuci tangan. Sejak awal abad 19
mulai dikenal cara membersihkan tangan dengan bahan antiseptik (Tietjen et al.,
2004).

2. TUJUAN

A. Untuk mengetahui mengenai backrub

B. Untuk mengetahui mengenai cuci tangan aseptik

C. Untuk mengetaui mengenai antiseptik

BAB II
5
PEMBAHASAN

1. BACKRUB

A. Pengertian Backrub

Back rub ( gosokan punggung ) adalah suatu bentuk massage pada punggung yang
mempunyai tujuan untuk merelaksasi dan mengurangi tekanan . Gosokan dari prosedur ini
akan menghasilkan panas pada permukaan kulit. Hal ini menyebabkan dilatasi pembuluh-
pembuluh darah sehingga akan meningkatkan supplay darah kedaerah tersebut. Karena
jaringan sering tertekan pada pasien yang istirahat di tempat tidur dan otot-otot biasanya
relaksasi, stimulasi penting agar jaringan mendapatkan nutrisi dan oksigen.

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan tugas di Rumah Sakit dan


hasil dari beberapa intervensi keperawatan yang dilakukan oleh perawat hanya melakukan
motivasi dorongan kepada keluarga pasien untuk melakukan alih baring setiap 2 jam kearah
kanan dan 2 jam kearah kiri. Tanpa melihat sejauh mana efektifitas keberhasilan dari alih
baring tersebut, sementara pasien tetap terjadi dekubitus. Melihat kenyatan tersebut diatas
dan sekaligus untuk mengetahui seberapa jauh efektifitas massage punggung, penelitian
tentang efektifitas massage punggung terhadap upaya pencegahan dekubitus pada pasien
yang bed rest total. 50 % - 74 % dilaporkan untuk sering dipantau atau ditangani dengan baik.

Luka dibubitus adalah nekrosis seluler yang cenderung terjadi akibat kompresi
berkepanjangan pada jaringan lunak antara tonjolan tulang dan permukaan yang padat ,
paling umum disebabkan karena imobilisasi. Faktor ektrinsik yang mengeluarkan kekuatan
mekanisme yang pada jaringan lunak termasuk tekanan, gesekan, friksi, dan maserasi. Faktor
Intrinsik yang menentukan kerentanan kerusakan jaringan mencakup malnutrisi, anemia,
kehilangan sensasi, kerusakan mobilitas, usia lanjut, penurunan status mental, inkontinensia,
dan infeksi. Faktor ektrinsik dan intrinsic berinteraksi untuk membentuk iskemia dan
nekrosis jaringan lunak pada individu yang rentan. 80 % luka dicubitus yang sembuh terjadi
lagi, banyak diantaranya karena ketidakberhasilan mempertahankan regimen pencegahan
ulkus.

B. Tujuan Backrub

1. Mengurangi kecemasan

2. Mengalihkan persepsi nyeri

3. Mengurangi ketegangan otot dan kelelahan

4. Stimulasi peredaran darah

5. Merangsang peningkatan sistem imun

6
6. Meningkatkan fungsi jaringan syaraf.

7. Melarutkan lemak.

8. Menstimuli sirkulasi kulit.

9. Menimbulkan relaksasi yang dalam.

10. Mengurangi nyeri pada tengkuk.

11. Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi setiap organ internal.

C. Indikasi Backrub

1. Penggunaan massage umumnya dianjurkan setelah bekerja berat karena sangat besar
manfaatnya dalam membantu mengembalikan tubuh dalam keadaan pulih

2. Pekerjaan ringan tetapi terus menerus seperti misalnya terlalu lama duduk atau
berdiri atau dalam pekerjaan yang menimbulkan kelelahan dan kejenuhan. Biasanya
massage tersebut mengembalikan tubuh maupun perasaan kembali nyaman.

3. Untuk merawat dan mengembalikan fungsi bagian badan setelah cedera, membantu
mempercepat proses penyembuhan.

D. Kontra indikasi backrub

1. Dalam keadaan terkena infeksi penyakit menular seperti : cacar, campak, demam,
liver, dan lain-lain.

2. Suhu tubuh meningkat tinggi karena infeksi.

3. Dalam keadaan sakit berat sehingga memerlukan istirahat yang benar.

4. Menderita penyakit yang berkenaan dengan pembuluh darah seperti arterisclerosis,


trombosis dan lain-lain.

5. Pada setiap jenis penyakit syaraf yang berat seperti penderita chorea dan
neurathenia.

E. Persiapan Pasien

7
1. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan identifikasi klien dengan memeriksa
identitas klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan kesempatan
kepada klien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien.
3. Siapkan peralatan yang diperlukan.
4. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman

F. Teknik
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Lakukan backrub pada daerah yang dirasakan nyeri selama 5-10 menit.
4. Lakukan backrub dengan menggunakan telapak tangan dan jari tekanan halus.
5. Cuci tangan setelah melakukan prosedur.
6. Catat tindakan dan respon pasien terhadap tindakan

JUDUL SOP:
BACKRUB (PIJAT PUNGGUNG)

1. PENGERTIAN Backrub adalah melakukan tindakan pemijatan


pada punggung untuk memperlancar sirkulasi
aliran darah.

8
2. TUJUAN 1. Melancarkan sirkulasi darah.
2. Meningkatkan fungsi jaringan syaraf.
3. Menurunkan ketegangan otot.
4. Melarutkan lemak.
5. Menstimuli sirkulasi kulit.
6. Menimbulkan relaksasi yang dalam.
7. Mengurangi nyeri pada tengkuk.
8. Memperbaiki secara langsung maupun tidak
langsung fungsi setiap organ internal.
3. INDIKASI 1. Klien dengan keluhan kekakuan dan
ketegangan pada tengkuk.
2. Klien dengan gangguan sirkulasi darah pada
punggung.
3. Klien dengan gangguan nyeri atau
ketidaknyamanan.
4. KONTRAINDIKASI 1. Klien dengan lesi pada daerah punggung.
2. Klien dengan fraktur pada punggung.
3. Klien dengan low back pain (nyeri pinggang
akibat penyempitan syaraf)
5. PERSIAPAN PASIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan
identifikasi klien dengan memeriksa identitas
klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan, berikan kesempatan kepada
klien untuk bertanya dan jawab seluruh
pertanyaan klien.
3. Siapkan peralatan yang diperlukan.
4. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman.
6. PERSIAPAN ALAT 1. Selimut mandi.
2. Olive oil atau lotion.
3. Handuk.
4. Sarung tangan bersih.
7. CARA BEKERJA
1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai.
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang nyaman.
3. Cek alat-alat yang akan digunakan.
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien.
5. Posisikan klien senyaman mungkin.
6. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
7. Periksa tanda vital klien sebelum memulai backrub (terutama nadi dan tekanan
darah).
8. Atur ruangan dengan kehangatan yang cukup.
9. Bantu klien melepas baju.
10. Bantu klien dengan dengan posisi pronasi atau sims dengan punggung menghadap
perawat.
11. Buka punggung klien, bahu, lengan atas dan bokong, tutup sisanya dengan selimut
mandi.

9
12. Letakkan handuk panjang di bawah punggung.
13. Hangatkan lotion di telapak tangan atau tempelkan lotion pada air hangat, jelaskan
bahwa lotion akan terasa dingin.
14. Berdiri di dekat klien, dengan gerakan sirkuler, pijat daerah leher dengan tiga jari.

15. Gunakan gerakan stroking (menggosok) dengan arah sirkuler keluar dari arah
sacrum menuju ke leher, lakukan dengan gerakan memanjang, tegas dan lembut,
pertahankan tangan tetap kontak dengan punggung klien.

16. Berhentilah pada pusat punggung dan kemudian gerakkan secara sirkuler keluar di
kedua skapula, kemudian kembali ke bokong dengan gerakan lambat. Lanjutkan pijat
selama beberapa menit.

17. Remas kulit dengan jari-jari, remas ke atas sepanjang satu sisi spina dari bokong

10
dan bahu dan sekitar bawah leher. Ulangi sepanjang sisi punggung klien.

18. Pukul-pukul punggung klien menggunakan sisi telapak tangan.


19. Akhiri masase dengan gerakan usapan panjang dan tegas dari atas ke bawah dan
katakan pada klien bahwa anda akan mengakhiri masase.

20. Ulangi kembali gerakan-gerakan tersebut di atas masing-masing gerakan 3-5


menit. tambahkan lotion jika perlu.
21. Sambil melakukan masase periksa adanya kemerahan pada kulit (terutama pada
daerah bony prominences)
22. Tanya klien daerah yang perlu di lakukan masase khusus.
23. Bersihkan sisa lotion pada punggung klien dengan handuk.
24. Rapikan klien ke posisi semula.
25. Beritahu klien bahwa tindakan telah selesai.
26. Bantu klien memakai kembali baju, rapikan klien ke posisi semula.
27. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan lepas sarung tangan.
28. Cuci tangan.

8. EVALUASI
1. Evaluasi hasil yang dicapai.
2. Beri reinforcement positif pada klien.
3. Kontrak pertemuan selanjutnya.
4. Mengakhiri pertemuan dengan baik.
9. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :
1. Kenyamanan dan kekuatan kondisi fisik klien harus selalu dikaji untuk mengetahui
keadaan klien selama prosedur.
2. Istirahatkan klien terlebih dahulu setelah masase punggung selama 1-2 menit.
3. Perhatikan kontraindikasi dilakukannya tindakan.

11
2. MENCUCI TANGAN

A. Definisi Cuci Tangan

Menurut Tim Depkes (1987) mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari
segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai
dengan kebutuhan. Sementara itu menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan
teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.

Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari kulit
kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al., 2004). Sedangkan menurut

12
Purohito (1995) mencuci tangan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi sebelum
melakukan tindakan keperawatan misalnya: memasang infus, mengambil spesimen. Infeksi
yang di akibatkan dari pemberian pelayanan kesehatan atau terjadi pada fasilitas pelayanan
kesehatan. Infeksi ini berhubungan dengan prosedur diagnostik atau terapeutik dan sering
termasuk memanjangnya waktu tinggal di rumah sakit (Perry & Potter, 2000).

Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari
penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang. Mencuci tangan juga
mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme
yang berada pada kuku, tangan dan lengan (Schaffer, et.al., 2000).

Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan
tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain. Hal ini
dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan
sehingga penyebaran penyakit dapat di kurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Tangan
harus di cuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan tidak dapat
digantikan oleh pemakaian sarung tangan.

B. Tujuan cuci tangan

Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk :

a. Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan Mencegah infeksi silang (cross


infection) Menjaga kondisi steril

b. Melindungi diri dan pasien dari infeksi Memberikan perasaan segar dan bersih.

C. Indikasi cuci tangan

Indikasi untuk mencuci tangan menurut Depkes RI. (1993) adalah :

a) Sebelum melakukan prosedur invasif misalnya : menyuntik, pemasangan kateter


dan pemasangan alat bantu pernafasan

b) Sebelum melakukan asuhan keperawatan langsung

c) Sebelum dan sesudah merawat setiap jenis luka

d) Setelah tindakan tertentu, tangan diduga tercemar dengan mikroorganisme


khususnya pada tindakan yang memungkinkan kontak dengan darah, selaput lendir,
cairan tubuh, sekresi atau ekresi

e) Setelah menyentuh benda yang kemungkinan terkontaminasi dengan


mikroorganisme virulen atau secara epidemiologis merupakan mikroorganisme
penting. Benda ini termasuk pengukur urin atau alat penampung sekresi

13
f) Setelah melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien yang terinfeksi atau
kemungkinan kolonisasi mikroorganisme yang bermakna secara klinis atau
epidemiologis

g) Setiap kontak dengan pasien-pasien di unit resiko tinggi

h) Setelah melakukan asuhan langsung maupun tidak langsung pada pasien yang
tidak infeksius.

D. Keuntungan mencuci tangan

Menurut Puruhito (1995), cuci tangan akan memberikan keuntungan sebagai berikut:

a) Dapat mengurangi infeksi nosokomial

b) Jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebih bersih
dibandingkan dengan tidak mencuci tangan

c) Dari segi praktis, ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci tangan sehingga
tidak dapat menyebabkan infeksi nosokomial.

E. Macam-macam cuci tangan & cara cuci tangan

Cuci tangan dalam bidang medis dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu cuci tangan
medical (medical hand washing), cuci tangan surgical (surgical hand washing) dan cuci
tangan operasi (operating theatre hand washing). Adapun cara untuk melakukan cuci tangan
tersebut dapat dibedakan dalam beberapa teknik antara lain sebagai berikut ini:

a) Teknik mencuci tangan biasa

Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air
bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanya digunakan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan yang tidak mempunyai resiko penularan penyakit.

Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wastafel
dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai standar rumah sakit (misalnya kran air
bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih, tempat sampah injak tertutup yang dilapisi
kantung sampah medis atau kantung plastik berwarna kuning untuk sampah yang
terkontaminasi atau terinfeksi), alat pengering seperti tisu, lap tangan (hand towel), sarung
tangan (gloves), sabun cair atau cairan pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik,
lotion tangan, serta di bawah wastefel terdapat alas kaki dari bahan handuk.

Prosedur kerja cara mencuci tangan biasa adalah sebagai berikut:

14
1. Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau
jam tangan

2. Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi yang nyaman

3. Membuka kran air dengan mengatur temperatur airnya

4. Menuangkan sabun cair ke telapak tangan

5. Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun

dengan kedua telapak tangan, kemudian kedua punggung telapak tangan saling
menumpuk, bergantian, untuk membersihkan sela- sela jari

6. Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan

7. Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara bergantian
kemudian membersihkan ibu jari dan lengan secara bergantian

8. Membersihkan (membilas) tangan dengan air yang mengalir sampai bersih


sehingga tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan menghadap ke bawah

9. Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari karena jari yang telah
selesai kita cuci pada prinsipnya bersih

10. Pada saat meninggalkan tempat cuci tangan, tempat tersebut dalam keadaan rapi
dan bersih. Hal yang perlu diingat setelah melakukan cuci tangan yaitu
mengeringkan tangan dengan hand towel.

15
b) Teknik mencuci tangan aseptik

Mencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelum tindakan aseptik
pada pasien dengan menggunakan antiseptik. Mencuci tangan dengan larutan disinfektan,
khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan pasien yang mempunyai penyakit menular
atau sebelum melakukan tindakan bedah aseptik dengan antiseptik dan sikat steril.

Prosedur mencuci tangan aseptik sama dengan persiapan dan prosedur pada cuci tangan
higienis atau cuci tangan biasa, hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan
antiseptik dan setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril.

16
c) Teknik mencuci tangan steril

Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril (suci hama),
khususnya bila akan membantu tindakan pembedahan atau operasi.

Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah menyediakan bak cuci
tangan dengan pedal kaki atau pengontrol lutut, sabun antimikrobial (non-iritasi, spektrum
luas, kerja cepat), sikat scrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas dan
topi atau penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub dan pelindung mata, penutup
sepatu.

Prosedur kerja cara mencuci tangan steril adalah sebagai berikut:

1. Terlebih dahulu memeriksa adanya luka terpotong atau abrasi pada tangan dan jari,
kemudian melepaskan semua perhiasan misalnya cincin atau jam tangan

2. Menggunakan pakaian bedah sebagai proteksi perawat yaitu: penutup sepatu,


penutup kepala atau topi, masker wajah, pastikan masker menutup hidung dan mulut
anda dengan kencang. Selain itu juga memakai pelindung mata

3. Menyalakan air dengan menggunakan lutut atau kontrol dengan kaki dan
sesuaikan air untuk suhu yang nyaman

4. Membasahi tangan dan lengan bawah secara bebas, mempertahankankan tangan


atas berada setinggi siku selama seluruh prosedur

17
5. Menuangkan sejumlah sabun (2 sampai 5 ml) ke tangan dan menggosok tangan
serta lengan sampai dengan 5 cm di atas siku

6. Membersihkan kuku di bawah air mengalir dengan tongkat oranye atau pengikir.
Membuang pengikir setelah selesai digunakan

7. Membasahi sikat dan menggunakan sabun anti- mikrobial. Menyikat ujung jari,
tangan, dan lengan

a. Menyikat kuku tangan sebanyak 15 kali gerakan

b. Dengan gerakan sirkular, menyikat telapak tangan dan permukaan anterior


jari 10 kali gerakan

c. Menyikat sisi ibu jari 10 kali gerakan dan bagian posterior ibu jari 10
gerakan

d. Menyikat samping dan belakang tiap jari 10 kali gerakan tiap area,
kemudian sikat punggung tangan sebanyak 10 kali gerakan

e. Seluruh penyikatan harus selesai sedikitnya 2 sampai 3 menit (AORN,


1999 sebagaimana dikutip oleh Perry & Potter, 2000), kemudian bilas sikat
secara seksama

8. Kemudian mulai menyikat setiap permukaan lengan bawah lebih bawah dengan
gerakan sirkular selama 10 kali gerakan; menyikat

Dengan tepat mengingat, bagi lengan dalam tiga bagian.

bagian tengah dan atas lengan bawah dengan cara yang sama setelah selesai
menyikat buang sikat yang telah dipakai

9. Dengan tangan fleksi, mencuci keseluruhan dari ujung jari sampai siku satu kali
gerakan, biarkan air mengalir pada siku 10. Mengulangi langkah 8 sampai 10 untuk
lengan yang lain.

11. Mempertahankan lengan tetap fleksi, buang sikat kedua dan mematikan air
dengan pedal kaki

12. Kemudian mengeringkan dengan handuk steril untuk satu tangan secara seksama,
menggerakan dari jari ke siku dan mengeringkan dengan gerakan melingkar

13. Mengulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain dengan menggunakan
area handuk yang lain atau handuk steril baru

14. Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh anda

18
15. Perawat memasuki ruang operasi dan melindungi tangan dari kontak dengan
objek apa pun.

19
SOP MENCUCI TANGAN ASEPTIC
Pengertian Proses membuang kotoran secara mekanis dari kulit kedua tangan
dan mereduksi sejumlah mikroorganisme pasien menggunakan air
dan desinfektan

Mencuci tangan dilakukan saat :

a. Sebelum menyentuh pasien


b. Sebelum prosedur aseptik
c. Setelah resiko terpapar cairan tubuh
d. Setelah menyentuih pasien
e. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien
2. Situasi yang membuat tangan menjadi terkontaminasi
a. Memegang instrumen kotor atau barang-barang lainnya
b. Menyentuh membran mukosa, darah atau cairan tubuh lain
c. Melakukan kontak yang intensif dan lama dengan pasien
d. Mengambil sampel darah
Mengukur tekanan darah atau memeriksa tanda vital pasien.
Tujuan 1. Pencegahan terjadinya infeksi silang
2. Menjaga kebersihan perorangan.
3. Mereduksi flora transien maupun residen.
Kebijakan 1. Mencuci tangan dilakukan oleh semua tenaga medis, non medis
sebagai tindakan pencegahan utama terjadinya penularan infeksi
2. Cucitangandilakukandibawah air mengalir , menggunakan larutan
antiseptic dengan menggunakan 7 langkah efektif mencuci
tangan.

20
Prosedur 1. Persiapan
a. Air bersihmengalir
b. Larutan antiseptic misal : Savlon, Hibitane, Hibiscrub.
c. Sikathalus (bila perlu)
d. Handuk, paper towel.
2. Langkah kerja
a. Lepas jam tangan dan cincin ( Bila ada )
b. Buka kran dengan siku (Bila memungkinkan )
c. Basuhi tangan setinggi lengan bawah dengan air
mengalir.Tanganmulaiujungjarisampaisikudibasahidengan
air mengalir.
d. Letakkanantiseptik / sabun di telapaktangan dan
gosokkeduatelapaktangandan melakukan 7 langkah cuci
tangan
e. Gosokkeduapunggungtangansecarabergantian
f. Gosoksela-selajaritangan
g. Gosok kedua buku-buku jari tangan bergantian
h. Gosok kedua ibu jari tangan bergantian
i. Gosok kedua ujung jari tangan bergantian
j. Gosok kedua pergelangan tangan bergantian.
k. Membilas tangan, pergelangan tangan di bawah air bersih
yang mengalir
l. Mengeringkan tangan dengan menggunakan alkohol
glycerin, handuk sekali pakai (pilih yang memungkinkan)
m. Menutup keran dengan siku / handuk sekali pakai
n. Meletakkan handuk sekali pakai pada tempat yang sudah
disediakan.

21
3. ANTISEPTIK

Antiseptik adalah zat yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan dan


membunuh mikroorganisme yang hidup pada permukaan tubuh manusia. Antiseptik ini
bekerja dengan cara merusak lemak yang berada pada membran sel bakteri atau dapat juga
melalui cara menghambat kerja enzim yang berada pada bakteri. Enzim ini berfungsi dalam
biosintesis asam lemak pada bakteri (Isadiartuti & Retno, 2005).

Antiseptik dituntut mempunyai persyaratan antara lain :

(1) antiseptik harus mempunyai spektrum luas, dengan artian dapat membunuh virus, bakteri,
jamur, dan sebagainya;

(2) tidak merusak permukaan kulit maupun mukosa pada kulit;

(3) mempunyai efek yang bertahan lama dan efek kerjanya cepat;

(4) daya absorpsi maupun toksisitas dari antiseptik rendah melalui kulit dan mukosa;

(5) kinerja dari antiseptik tidak dipengaruhi dengan adanya darah atau pus (Darmadi, 2008).

Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk
menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum luas, aktivitasnya tidak
dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur, dan kelembaban, tidak toksik pada hewan
dan manusia, tidak bersifat korosif, bersifat biodegradable, memiliki kemampuan
menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda, stabil, mudah digunakan,
dan ekonomis (Siswandono, 1995; Butcher and Ulaeto, 2010).

Penggunaan dari antiseptik dan desinfektan sendiri perlu mempertimbangkan adanya


efek toksisitas jangka pendek serta jangka panjang agen tersebut karena keduanya masih
memungkinkan memiliki aktivitas biosidal umum dan dapat diakumulasi pada lingkungan,
tubuh pasien, dan petugas kesehatan yang menggunakan antiseptik tersebut (Katzung , 2010).

Berbagai jenis larutan antiseptik menunjukkan efek anti bakteri. Namun, selain itu
larutan antiseptik juga memiliki sifat toksik terhadap sel host tetapi secara klinis tidak
menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan kontrol (Khan,
2005).

22
Berikut ini merupakan beberapa golongan antiseptik yang sering digunakan antara lain :

a. Alkohol

Mayoritas antiseptik yang ada dan beredar pada masyarakat

merupakan antiseptik yang berbasis alkohol dan mengandung isopropanol dan ethanol
(Webber et al, 2007). Alkohol sendiri juga merupakan zat yang dapat diandalkan dan paling
efektif untuk digunakan dalam sterilisasi dan desinfeksi (Syarif et al., 2012).

Alkohol juga merupakan zat yang mempunyai aktivitas antimikroba spektrum luas
dalam membunuh bakteri, virus, dan jamur, tetapi alkohol tidak bersifat sporisidal. Kadar
antiseptik alkohol yang paling baik yaitu antara 70% - 90%, dan yang biasa digunakan
sebagai antiseptik pada kulit yaitu yang mempunyai kandungan sebanyak 70%. Kandungan
alkohol diatas 90% atau dibawah 50% biasanya kurang efektif kecuali untuk isopropil
alkohol (Syarif et al., 2012).

Alkohol bekerja dengan cara mendenaturasi protein yang terdapat pada dinding sel
bakteri (Katzung, 2012). Oleh karena itu membran sel pada bakteri akan dirusak dan enzim-
enzim yang berada pada bakteri akan dirusak (Syarif et al., 2012). Penggunaan alkohol
dengan cara usap tangan telah terbukti mampu menurunkan penularan bakteri-bakteri
patogen nosokomial dan direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention
atau disingkat CDC sebagai metode dekontaminasi tangan yang dianjurkan (Katzung, 2012;
WHO, 2009).

b. Klorheksidin

Klorheksidin adalah senyawa biguanid kationik dengan kelarutan dalam air yang
sangat rendah. Agen ini aktif terhadap bakteri gram positif namun kurang efektif terhadap
jamur serta virus (WHO, 2009). Klorheksidin ini bekerja dengan cara melekat pada membran
bakteri sehingga menyebabkan kebocoran molekul kecil dan prespitasi protein sitoplasmik
(Katzung, 2010).

Klorheksidin merupakan salah satu antiseptik yang mempunyai spektrum luas, dan
bekerja lebih efektif terhadap bakteri gram positif daripada gram negatif. Penggunaan
klorheksidin terhadap makhluk hidup pada beberapa percobaan tidak menimbulkan efek
toksik, bahkan bila digunakan pada bayi baru lahir sekalipun, karena penyerapannya pada
kulit minimal (Ascenzi, 1996).

Senyawa kation aktif seperti klorheksidin dapat berinteraksi dengan gugus-gugus


yang bermuatan negatif pada dinding sel bakteria.

23
Interaksi tersebut menyebabkan netralisasi muatan yang memfasilitasi adsorbsi zat-
zat aktif sehingga terjadi kerusakan dinding sel bakteri. Selain itu, klorheksidin juga dapat
menyebabkan prespitasi protein plasma sel bakteri (Loughlin, et al., 2002; Steven, 2011).

c. Halogen

Halogen meliputi senyawa-senyawa klorin dan iodium, baik yang terdiri dari bahan
organik maupun anorganik (Syarif et al., 2012). Larutan Iodium baik dalam air maupun
dalam alkohol bersifat sangat antiseptik dan telah dipakai sejak lama sebagai antiseptik kulit
sebelum pembedahan (Syarif et al., 2012). Iodin merupakan antiseptik yang bekerja paling
aktif pada kulit manusia namun iodin jarang digunakan karena dapat menimbulkan reaksi
hipersensitivitas pada kulit (Katzung, 2010).

Iodofor merupakan produk yang mengandung iodium yang digunakan sebagai


antiseptik tangan sebelum prosedur pembedahan. Iodofor bersifat kompleks terdiri dari iodin
dan povidon. Kombinasi tersebut meningkatkan kelarutan dari iodin. Iodin merupakan bahan
kimia utama dan faktor bakterisidal dalam aktivitas iodofor yang akan berubah dengan
adanya proses difusi. Aktivitas antibakteri iodofor sama dengan iodin, yaitu dengan penetrasi
dinding sel bakteri, oksidasi, dan mengganti kandungan bakteri dengan iodin bebas. Iodin dan
iodofor mempunyai spektrum luas dalam membunuh bakteri gram positif dan gram negatif
(Ascenzi, 1996).

Yang membedakan antara iodofor dengan iodin adalah iodofor tidak menimbulkan
efek iritasi dan kemungkinan untuk menimbulkan efek hipersensitivitas pada kulit lebih
sedikit jika dibandingkan dengan iodin (Katzung, 2010 ; WHO, 2009).

d. Fenol

Fenol atau asam karbol pertama kali dipergunakan Lister di dalam ruang bedah
sebagai germicide untuk mencegah terjadinya infeksi yang timbul pasca bedah. Fenol
merupakan standar pembanding yang digunakan untuk menentukan keefektifan dari suatu
desinfektan (Syarif et al., 2012).

Golongan fenol diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisid


namun tidak bersifat sporisid. Senyawa turunan fenol yang dikenal sebagai senyawa fenolik
mengandung molekul fenol yang secara kimiawi dapat diubah. Perubahan struktur kimia
tersebut bertujuan untuk mengurangi efek iritasi kulit dan meningkatkan aktivitas antibakteri
(Brewer, 2010).

24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Back rub ( gosokan punggung ) adalah suatu bentuk massage pada punggung yang
mempunyai tujuan untuk merelaksasi dan mengurangi tekanan . Gosokan dari prosedur ini
akan menghasilkan panas pada permukaan kulit. Hal ini menyebabkan dilatasi pembuluh-
pembuluh darah sehingga akan meningkatkan supplay darah kedaerah tersebut. Karena
jaringan sering tertekan pada pasien yang istirahat di tempat tidur dan otot-otot biasanya
relaksasi, stimulasi penting agar jaringan mendapatkan nutrisi dan oksigen.

Hand hygiene merupakan istilah yang sering digunakan untuk mengarah


kepada kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan tangan (WHO, 2006). Hand
hygiene harus dilakukan pada seluruh indikasi yang telah ditetapkan tanpa
memperhatikan apakah petugas kesehatan menggunakan sarung tangan atau tidak
(WHO, 2009). Teknik mencuci tangan yang dianjurkan oleh WHO adalah teknik
mencuci tangan dengan menggunakan 6 langkah cuci tangan. Sejak awal abad 19
mulai dikenal cara membersihkan tangan dengan bahan antiseptik (Tietjen et al.,
2004).

Dengan mencuci tangan menggunakan cairan antiseptik pada lima


momentum, yaitu sebelum melakukan prosedur aseptik, sebelum berhubungan
(kontak) dengan pasien, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan di sekitar pasien, dan setelah kontak dengan cairan tubuh yang memiliki
resiko (WHO, 2009).

25
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti. (2012). pengaruh WWZ terhadap perubahan skala nyeri punggung pada
ibu hamil di puskesmas. perbedaan masase effleurage dan kompres hangat terhadap
penurunan nyeri punggung bawah pada ibu hamil trimester III , 149.

Aslani. (2003). gosok punggung backrub. Perbedaan masase efleurage dan kompres
hangat terhadap penurunan nyeri punggung pada ibu hamil trimester III , 152.

Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 47-66 EVALUASI EFEKTIFITAS PROSEDUR CUCI
TANGAN PADA OPERATOR PUNGSI LUMBAL DI BAGIAN NEUROLOGI RSUP R.D. KANDOU
MANADO

KESMAS, Vol.7, No.2, September 2013, pp. 55 ~ 112 EFEKTIVITAS MENCUCI TANGAN
MENGGUNAKAN CAIRAN PEMBERSIH TANGAN ANTISEPTIK (HAND SANITIZER)
TERHADAP JUMLAH ANGKA KUMAN

26

Anda mungkin juga menyukai