OLEH: KELOMPOK 4
Mulyana 193110140
DOSEN PEMBIMBING:
REFLITA ,SKp. M.Kep
Puji dan Syukur Allhamdulillah penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan
dasar yang berjudul “BACKRUB ,MENCUCI TANGAN ASEPTIK DAN
ANTISEPTIC” dengan tepat waktu.
Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing dalam mata kuliah
Keperawatan Dasar serta teman-teman yang ikut serta membantu menyelesaikan
makalah Keperawatan Dasar ini. Penulis sangat berharap dengan adanya makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan pembaca mengenai
konsep pemenuhan kebutuhan aktivitas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap Makalah keperawatan dasar
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya, serta bagi dunia
pendidikan umumnya.
KELOMPOK 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 5
1. Latar Belakang 5
BAB II PEMBAHASAN 6
A. BACKRUB 6
1. pengertian backrub 6
2. tujuan backrub 6
3. indikasi backrub 7
4. kontra indikasi 7
B. CUCI TANGAN 13
C. ANTISEPTIK 22
3
BAB III PENUTUP 25
1. kesimpulan 25
DAFTAR PUSTAKA 26
BAB I
4
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Nyeri punggung bawah merupakan gangguan yang sering dialami oleh ibu
hamil. Ini tidak hanya terjadi pada trimster tertentu, tetapi juga dapat terjadi
sepanjang masa-masa kehamilan hingga periode pasca natal. Nyeri punggung bawah
pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor jika dikombinasikan dengan
peregangan otot abdomen yang lemah. Faktor antara lain perubahan postur tubuh,
distribusi ligamen, pusat gravitasi tubuh bergeser kedepan. Untuk mengurangi nyeri
punggung bawah, dapat dilakukan dengan gosok punggung.
2. TUJUAN
BAB II
5
PEMBAHASAN
1. BACKRUB
A. Pengertian Backrub
Back rub ( gosokan punggung ) adalah suatu bentuk massage pada punggung yang
mempunyai tujuan untuk merelaksasi dan mengurangi tekanan . Gosokan dari prosedur ini
akan menghasilkan panas pada permukaan kulit. Hal ini menyebabkan dilatasi pembuluh-
pembuluh darah sehingga akan meningkatkan supplay darah kedaerah tersebut. Karena
jaringan sering tertekan pada pasien yang istirahat di tempat tidur dan otot-otot biasanya
relaksasi, stimulasi penting agar jaringan mendapatkan nutrisi dan oksigen.
Luka dibubitus adalah nekrosis seluler yang cenderung terjadi akibat kompresi
berkepanjangan pada jaringan lunak antara tonjolan tulang dan permukaan yang padat ,
paling umum disebabkan karena imobilisasi. Faktor ektrinsik yang mengeluarkan kekuatan
mekanisme yang pada jaringan lunak termasuk tekanan, gesekan, friksi, dan maserasi. Faktor
Intrinsik yang menentukan kerentanan kerusakan jaringan mencakup malnutrisi, anemia,
kehilangan sensasi, kerusakan mobilitas, usia lanjut, penurunan status mental, inkontinensia,
dan infeksi. Faktor ektrinsik dan intrinsic berinteraksi untuk membentuk iskemia dan
nekrosis jaringan lunak pada individu yang rentan. 80 % luka dicubitus yang sembuh terjadi
lagi, banyak diantaranya karena ketidakberhasilan mempertahankan regimen pencegahan
ulkus.
B. Tujuan Backrub
1. Mengurangi kecemasan
6
6. Meningkatkan fungsi jaringan syaraf.
7. Melarutkan lemak.
11. Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi setiap organ internal.
C. Indikasi Backrub
1. Penggunaan massage umumnya dianjurkan setelah bekerja berat karena sangat besar
manfaatnya dalam membantu mengembalikan tubuh dalam keadaan pulih
2. Pekerjaan ringan tetapi terus menerus seperti misalnya terlalu lama duduk atau
berdiri atau dalam pekerjaan yang menimbulkan kelelahan dan kejenuhan. Biasanya
massage tersebut mengembalikan tubuh maupun perasaan kembali nyaman.
3. Untuk merawat dan mengembalikan fungsi bagian badan setelah cedera, membantu
mempercepat proses penyembuhan.
1. Dalam keadaan terkena infeksi penyakit menular seperti : cacar, campak, demam,
liver, dan lain-lain.
5. Pada setiap jenis penyakit syaraf yang berat seperti penderita chorea dan
neurathenia.
E. Persiapan Pasien
7
1. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan identifikasi klien dengan memeriksa
identitas klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan kesempatan
kepada klien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien.
3. Siapkan peralatan yang diperlukan.
4. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman
F. Teknik
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Lakukan backrub pada daerah yang dirasakan nyeri selama 5-10 menit.
4. Lakukan backrub dengan menggunakan telapak tangan dan jari tekanan halus.
5. Cuci tangan setelah melakukan prosedur.
6. Catat tindakan dan respon pasien terhadap tindakan
JUDUL SOP:
BACKRUB (PIJAT PUNGGUNG)
8
2. TUJUAN 1. Melancarkan sirkulasi darah.
2. Meningkatkan fungsi jaringan syaraf.
3. Menurunkan ketegangan otot.
4. Melarutkan lemak.
5. Menstimuli sirkulasi kulit.
6. Menimbulkan relaksasi yang dalam.
7. Mengurangi nyeri pada tengkuk.
8. Memperbaiki secara langsung maupun tidak
langsung fungsi setiap organ internal.
3. INDIKASI 1. Klien dengan keluhan kekakuan dan
ketegangan pada tengkuk.
2. Klien dengan gangguan sirkulasi darah pada
punggung.
3. Klien dengan gangguan nyeri atau
ketidaknyamanan.
4. KONTRAINDIKASI 1. Klien dengan lesi pada daerah punggung.
2. Klien dengan fraktur pada punggung.
3. Klien dengan low back pain (nyeri pinggang
akibat penyempitan syaraf)
5. PERSIAPAN PASIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan
identifikasi klien dengan memeriksa identitas
klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan, berikan kesempatan kepada
klien untuk bertanya dan jawab seluruh
pertanyaan klien.
3. Siapkan peralatan yang diperlukan.
4. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman.
6. PERSIAPAN ALAT 1. Selimut mandi.
2. Olive oil atau lotion.
3. Handuk.
4. Sarung tangan bersih.
7. CARA BEKERJA
1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai.
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang nyaman.
3. Cek alat-alat yang akan digunakan.
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien.
5. Posisikan klien senyaman mungkin.
6. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
7. Periksa tanda vital klien sebelum memulai backrub (terutama nadi dan tekanan
darah).
8. Atur ruangan dengan kehangatan yang cukup.
9. Bantu klien melepas baju.
10. Bantu klien dengan dengan posisi pronasi atau sims dengan punggung menghadap
perawat.
11. Buka punggung klien, bahu, lengan atas dan bokong, tutup sisanya dengan selimut
mandi.
9
12. Letakkan handuk panjang di bawah punggung.
13. Hangatkan lotion di telapak tangan atau tempelkan lotion pada air hangat, jelaskan
bahwa lotion akan terasa dingin.
14. Berdiri di dekat klien, dengan gerakan sirkuler, pijat daerah leher dengan tiga jari.
15. Gunakan gerakan stroking (menggosok) dengan arah sirkuler keluar dari arah
sacrum menuju ke leher, lakukan dengan gerakan memanjang, tegas dan lembut,
pertahankan tangan tetap kontak dengan punggung klien.
16. Berhentilah pada pusat punggung dan kemudian gerakkan secara sirkuler keluar di
kedua skapula, kemudian kembali ke bokong dengan gerakan lambat. Lanjutkan pijat
selama beberapa menit.
17. Remas kulit dengan jari-jari, remas ke atas sepanjang satu sisi spina dari bokong
10
dan bahu dan sekitar bawah leher. Ulangi sepanjang sisi punggung klien.
8. EVALUASI
1. Evaluasi hasil yang dicapai.
2. Beri reinforcement positif pada klien.
3. Kontrak pertemuan selanjutnya.
4. Mengakhiri pertemuan dengan baik.
9. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :
1. Kenyamanan dan kekuatan kondisi fisik klien harus selalu dikaji untuk mengetahui
keadaan klien selama prosedur.
2. Istirahatkan klien terlebih dahulu setelah masase punggung selama 1-2 menit.
3. Perhatikan kontraindikasi dilakukannya tindakan.
11
2. MENCUCI TANGAN
Menurut Tim Depkes (1987) mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari
segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai
dengan kebutuhan. Sementara itu menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan
teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari kulit
kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al., 2004). Sedangkan menurut
12
Purohito (1995) mencuci tangan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi sebelum
melakukan tindakan keperawatan misalnya: memasang infus, mengambil spesimen. Infeksi
yang di akibatkan dari pemberian pelayanan kesehatan atau terjadi pada fasilitas pelayanan
kesehatan. Infeksi ini berhubungan dengan prosedur diagnostik atau terapeutik dan sering
termasuk memanjangnya waktu tinggal di rumah sakit (Perry & Potter, 2000).
Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari
penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang. Mencuci tangan juga
mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme
yang berada pada kuku, tangan dan lengan (Schaffer, et.al., 2000).
Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan
tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain. Hal ini
dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan
sehingga penyebaran penyakit dapat di kurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Tangan
harus di cuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan tidak dapat
digantikan oleh pemakaian sarung tangan.
b. Melindungi diri dan pasien dari infeksi Memberikan perasaan segar dan bersih.
13
f) Setelah melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien yang terinfeksi atau
kemungkinan kolonisasi mikroorganisme yang bermakna secara klinis atau
epidemiologis
h) Setelah melakukan asuhan langsung maupun tidak langsung pada pasien yang
tidak infeksius.
Menurut Puruhito (1995), cuci tangan akan memberikan keuntungan sebagai berikut:
b) Jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebih bersih
dibandingkan dengan tidak mencuci tangan
c) Dari segi praktis, ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci tangan sehingga
tidak dapat menyebabkan infeksi nosokomial.
Cuci tangan dalam bidang medis dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu cuci tangan
medical (medical hand washing), cuci tangan surgical (surgical hand washing) dan cuci
tangan operasi (operating theatre hand washing). Adapun cara untuk melakukan cuci tangan
tersebut dapat dibedakan dalam beberapa teknik antara lain sebagai berikut ini:
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air
bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanya digunakan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan yang tidak mempunyai resiko penularan penyakit.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wastafel
dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai standar rumah sakit (misalnya kran air
bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih, tempat sampah injak tertutup yang dilapisi
kantung sampah medis atau kantung plastik berwarna kuning untuk sampah yang
terkontaminasi atau terinfeksi), alat pengering seperti tisu, lap tangan (hand towel), sarung
tangan (gloves), sabun cair atau cairan pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik,
lotion tangan, serta di bawah wastefel terdapat alas kaki dari bahan handuk.
14
1. Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau
jam tangan
2. Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi yang nyaman
dengan kedua telapak tangan, kemudian kedua punggung telapak tangan saling
menumpuk, bergantian, untuk membersihkan sela- sela jari
7. Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara bergantian
kemudian membersihkan ibu jari dan lengan secara bergantian
9. Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari karena jari yang telah
selesai kita cuci pada prinsipnya bersih
10. Pada saat meninggalkan tempat cuci tangan, tempat tersebut dalam keadaan rapi
dan bersih. Hal yang perlu diingat setelah melakukan cuci tangan yaitu
mengeringkan tangan dengan hand towel.
15
b) Teknik mencuci tangan aseptik
Mencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelum tindakan aseptik
pada pasien dengan menggunakan antiseptik. Mencuci tangan dengan larutan disinfektan,
khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan pasien yang mempunyai penyakit menular
atau sebelum melakukan tindakan bedah aseptik dengan antiseptik dan sikat steril.
Prosedur mencuci tangan aseptik sama dengan persiapan dan prosedur pada cuci tangan
higienis atau cuci tangan biasa, hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan
antiseptik dan setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril.
16
c) Teknik mencuci tangan steril
Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril (suci hama),
khususnya bila akan membantu tindakan pembedahan atau operasi.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah menyediakan bak cuci
tangan dengan pedal kaki atau pengontrol lutut, sabun antimikrobial (non-iritasi, spektrum
luas, kerja cepat), sikat scrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas dan
topi atau penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub dan pelindung mata, penutup
sepatu.
1. Terlebih dahulu memeriksa adanya luka terpotong atau abrasi pada tangan dan jari,
kemudian melepaskan semua perhiasan misalnya cincin atau jam tangan
3. Menyalakan air dengan menggunakan lutut atau kontrol dengan kaki dan
sesuaikan air untuk suhu yang nyaman
17
5. Menuangkan sejumlah sabun (2 sampai 5 ml) ke tangan dan menggosok tangan
serta lengan sampai dengan 5 cm di atas siku
6. Membersihkan kuku di bawah air mengalir dengan tongkat oranye atau pengikir.
Membuang pengikir setelah selesai digunakan
7. Membasahi sikat dan menggunakan sabun anti- mikrobial. Menyikat ujung jari,
tangan, dan lengan
c. Menyikat sisi ibu jari 10 kali gerakan dan bagian posterior ibu jari 10
gerakan
d. Menyikat samping dan belakang tiap jari 10 kali gerakan tiap area,
kemudian sikat punggung tangan sebanyak 10 kali gerakan
8. Kemudian mulai menyikat setiap permukaan lengan bawah lebih bawah dengan
gerakan sirkular selama 10 kali gerakan; menyikat
bagian tengah dan atas lengan bawah dengan cara yang sama setelah selesai
menyikat buang sikat yang telah dipakai
9. Dengan tangan fleksi, mencuci keseluruhan dari ujung jari sampai siku satu kali
gerakan, biarkan air mengalir pada siku 10. Mengulangi langkah 8 sampai 10 untuk
lengan yang lain.
11. Mempertahankan lengan tetap fleksi, buang sikat kedua dan mematikan air
dengan pedal kaki
12. Kemudian mengeringkan dengan handuk steril untuk satu tangan secara seksama,
menggerakan dari jari ke siku dan mengeringkan dengan gerakan melingkar
13. Mengulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain dengan menggunakan
area handuk yang lain atau handuk steril baru
14. Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh anda
18
15. Perawat memasuki ruang operasi dan melindungi tangan dari kontak dengan
objek apa pun.
19
SOP MENCUCI TANGAN ASEPTIC
Pengertian Proses membuang kotoran secara mekanis dari kulit kedua tangan
dan mereduksi sejumlah mikroorganisme pasien menggunakan air
dan desinfektan
20
Prosedur 1. Persiapan
a. Air bersihmengalir
b. Larutan antiseptic misal : Savlon, Hibitane, Hibiscrub.
c. Sikathalus (bila perlu)
d. Handuk, paper towel.
2. Langkah kerja
a. Lepas jam tangan dan cincin ( Bila ada )
b. Buka kran dengan siku (Bila memungkinkan )
c. Basuhi tangan setinggi lengan bawah dengan air
mengalir.Tanganmulaiujungjarisampaisikudibasahidengan
air mengalir.
d. Letakkanantiseptik / sabun di telapaktangan dan
gosokkeduatelapaktangandan melakukan 7 langkah cuci
tangan
e. Gosokkeduapunggungtangansecarabergantian
f. Gosoksela-selajaritangan
g. Gosok kedua buku-buku jari tangan bergantian
h. Gosok kedua ibu jari tangan bergantian
i. Gosok kedua ujung jari tangan bergantian
j. Gosok kedua pergelangan tangan bergantian.
k. Membilas tangan, pergelangan tangan di bawah air bersih
yang mengalir
l. Mengeringkan tangan dengan menggunakan alkohol
glycerin, handuk sekali pakai (pilih yang memungkinkan)
m. Menutup keran dengan siku / handuk sekali pakai
n. Meletakkan handuk sekali pakai pada tempat yang sudah
disediakan.
21
3. ANTISEPTIK
(1) antiseptik harus mempunyai spektrum luas, dengan artian dapat membunuh virus, bakteri,
jamur, dan sebagainya;
(3) mempunyai efek yang bertahan lama dan efek kerjanya cepat;
(4) daya absorpsi maupun toksisitas dari antiseptik rendah melalui kulit dan mukosa;
(5) kinerja dari antiseptik tidak dipengaruhi dengan adanya darah atau pus (Darmadi, 2008).
Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk
menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum luas, aktivitasnya tidak
dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur, dan kelembaban, tidak toksik pada hewan
dan manusia, tidak bersifat korosif, bersifat biodegradable, memiliki kemampuan
menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda, stabil, mudah digunakan,
dan ekonomis (Siswandono, 1995; Butcher and Ulaeto, 2010).
Berbagai jenis larutan antiseptik menunjukkan efek anti bakteri. Namun, selain itu
larutan antiseptik juga memiliki sifat toksik terhadap sel host tetapi secara klinis tidak
menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan kontrol (Khan,
2005).
22
Berikut ini merupakan beberapa golongan antiseptik yang sering digunakan antara lain :
a. Alkohol
merupakan antiseptik yang berbasis alkohol dan mengandung isopropanol dan ethanol
(Webber et al, 2007). Alkohol sendiri juga merupakan zat yang dapat diandalkan dan paling
efektif untuk digunakan dalam sterilisasi dan desinfeksi (Syarif et al., 2012).
Alkohol juga merupakan zat yang mempunyai aktivitas antimikroba spektrum luas
dalam membunuh bakteri, virus, dan jamur, tetapi alkohol tidak bersifat sporisidal. Kadar
antiseptik alkohol yang paling baik yaitu antara 70% - 90%, dan yang biasa digunakan
sebagai antiseptik pada kulit yaitu yang mempunyai kandungan sebanyak 70%. Kandungan
alkohol diatas 90% atau dibawah 50% biasanya kurang efektif kecuali untuk isopropil
alkohol (Syarif et al., 2012).
Alkohol bekerja dengan cara mendenaturasi protein yang terdapat pada dinding sel
bakteri (Katzung, 2012). Oleh karena itu membran sel pada bakteri akan dirusak dan enzim-
enzim yang berada pada bakteri akan dirusak (Syarif et al., 2012). Penggunaan alkohol
dengan cara usap tangan telah terbukti mampu menurunkan penularan bakteri-bakteri
patogen nosokomial dan direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention
atau disingkat CDC sebagai metode dekontaminasi tangan yang dianjurkan (Katzung, 2012;
WHO, 2009).
b. Klorheksidin
Klorheksidin adalah senyawa biguanid kationik dengan kelarutan dalam air yang
sangat rendah. Agen ini aktif terhadap bakteri gram positif namun kurang efektif terhadap
jamur serta virus (WHO, 2009). Klorheksidin ini bekerja dengan cara melekat pada membran
bakteri sehingga menyebabkan kebocoran molekul kecil dan prespitasi protein sitoplasmik
(Katzung, 2010).
Klorheksidin merupakan salah satu antiseptik yang mempunyai spektrum luas, dan
bekerja lebih efektif terhadap bakteri gram positif daripada gram negatif. Penggunaan
klorheksidin terhadap makhluk hidup pada beberapa percobaan tidak menimbulkan efek
toksik, bahkan bila digunakan pada bayi baru lahir sekalipun, karena penyerapannya pada
kulit minimal (Ascenzi, 1996).
23
Interaksi tersebut menyebabkan netralisasi muatan yang memfasilitasi adsorbsi zat-
zat aktif sehingga terjadi kerusakan dinding sel bakteri. Selain itu, klorheksidin juga dapat
menyebabkan prespitasi protein plasma sel bakteri (Loughlin, et al., 2002; Steven, 2011).
c. Halogen
Halogen meliputi senyawa-senyawa klorin dan iodium, baik yang terdiri dari bahan
organik maupun anorganik (Syarif et al., 2012). Larutan Iodium baik dalam air maupun
dalam alkohol bersifat sangat antiseptik dan telah dipakai sejak lama sebagai antiseptik kulit
sebelum pembedahan (Syarif et al., 2012). Iodin merupakan antiseptik yang bekerja paling
aktif pada kulit manusia namun iodin jarang digunakan karena dapat menimbulkan reaksi
hipersensitivitas pada kulit (Katzung, 2010).
Yang membedakan antara iodofor dengan iodin adalah iodofor tidak menimbulkan
efek iritasi dan kemungkinan untuk menimbulkan efek hipersensitivitas pada kulit lebih
sedikit jika dibandingkan dengan iodin (Katzung, 2010 ; WHO, 2009).
d. Fenol
Fenol atau asam karbol pertama kali dipergunakan Lister di dalam ruang bedah
sebagai germicide untuk mencegah terjadinya infeksi yang timbul pasca bedah. Fenol
merupakan standar pembanding yang digunakan untuk menentukan keefektifan dari suatu
desinfektan (Syarif et al., 2012).
24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Back rub ( gosokan punggung ) adalah suatu bentuk massage pada punggung yang
mempunyai tujuan untuk merelaksasi dan mengurangi tekanan . Gosokan dari prosedur ini
akan menghasilkan panas pada permukaan kulit. Hal ini menyebabkan dilatasi pembuluh-
pembuluh darah sehingga akan meningkatkan supplay darah kedaerah tersebut. Karena
jaringan sering tertekan pada pasien yang istirahat di tempat tidur dan otot-otot biasanya
relaksasi, stimulasi penting agar jaringan mendapatkan nutrisi dan oksigen.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti. (2012). pengaruh WWZ terhadap perubahan skala nyeri punggung pada
ibu hamil di puskesmas. perbedaan masase effleurage dan kompres hangat terhadap
penurunan nyeri punggung bawah pada ibu hamil trimester III , 149.
Aslani. (2003). gosok punggung backrub. Perbedaan masase efleurage dan kompres
hangat terhadap penurunan nyeri punggung pada ibu hamil trimester III , 152.
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 47-66 EVALUASI EFEKTIFITAS PROSEDUR CUCI
TANGAN PADA OPERATOR PUNGSI LUMBAL DI BAGIAN NEUROLOGI RSUP R.D. KANDOU
MANADO
KESMAS, Vol.7, No.2, September 2013, pp. 55 ~ 112 EFEKTIVITAS MENCUCI TANGAN
MENGGUNAKAN CAIRAN PEMBERSIH TANGAN ANTISEPTIK (HAND SANITIZER)
TERHADAP JUMLAH ANGKA KUMAN
26