Anda di halaman 1dari 11

AWAL KEHIDUPAN MANUSIA PURBA DI BENUA AFRIKA PADA

TAHUN 4.000.000 – 70.000

Dea Arum Puspitasari dan Racha Ariesta Nurfanda Lubis1


Ribkha Ayu Adiningtyas S.Pd2
SMA Negeri 1 Batu
Email: ribkhaayu@gmail.com, deapuspitasariixf11@gmail.com,
rajokam354@gmail.com, reynaldikusuma6@gmail.com,
khodijahjee@gmail.com.

Abstrak: Manusia purba adalah manusia yang hidup di


zaman praaksara. Benua Afrika diyakini sebagai tempat
awal munculnya berbagai jenis manusia purba. Sebagian
besar peneliti juga sepakat bahwa manusia modern (Homo
sapiens) berasal dari Benua Afrika. Manusia purba mulai
meninggalkan Benua Afrika secara berkelompok,
kemudian menyebar ke seluruh dunia sekitar 100.000-
70.000 tahun yang lalu. Kelompok tersebut selanjutnya
diyakini sebagai cikal bakal dari tujuh miliar keturunannya
yang menyebar ke seluruh bumi sampai saat ini.
Kata kunci: manusia, purba, benua, Afrika, dan fosil.

Manusia purba atau prehistoric people merupakan jenis manusia yang hidup
pada zaman praaksara, dimana pada zaman tersebut manusia belum mengenal
tulisan. Para peneliti meyakini bahwa manusia purba sudah mendiami bumi sekitar
4 juta tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan jejak manusia purba yang
ditemukan para ahli di berbagai benua, yakni Benua Afrika, Asia, Eropa, Australia,
dan Amerika. Benua Afrika diyakini para peneliti sebagai tempat awal munculnya
manusia purba. Hal tersebut dikarenakan temuan fosil-fosil manusia purba di Benua
Afrika lebih banyak daripada benua yang lainnya.
Selain itu, melalui tinjauan genetika atau garis keturunan, paleoantropolog
dan antropolog sepakat bahwa kemunculan awal manusia dimulai dari Benua
Afrika. Kemunculan tersebut diawali dengan kelompok kecil yang kemungkinan
hanya berjumlah sekitar ratusan orang yang kemudian digolongkan ke dalam genus
Homo sapiens (manusia modern) (Hapsari, 2017:137). Data genetika juga

1
Dea Arum Puspitasari 06, Racha Ariesta Nurfanda Lubis 21, Reynaldi Arya Putra Kusuma 22, Siti
Hotijah 28, Merupakan siswa-siswi Kelas X IPS 5 , Angkatan 42 Tahun 2019/2020
2
Guru Pembina Sejarah Peminatan Kelas X IPS 5
memberikan petunjuk bahwa kelompok tersebut mulai meninggalkan Benua Afrika
yang kemudian menggantikan semua jenis manusia purba terdahulu dan menjadi
cikal bakal manusia modern saat ini (Hapsari, 2017:138). Berdasarkan informasi-
informasi tersebut kami membuat artikel penelitian sejarah dengan judul “ Asal-
Usul Manusia Purba Di Benua Afrika Pada Tahun 4.000.000-70.000.” Dengan
memfokuskan kajian pada sejarah persebaran manusia purba di Benua Afrika dan
jenis-jenis serta ciri manusia purba di Benua Afrika.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, kami menggunakan metode kajian pustaka. Kajian


pustaka merupakan kegiatan yang meliputi mencari, membaca, dan menelaah
laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan (Fatkhan, 2017:online). Dalam
artikel ini, kami menggunakan kajian pustaka seperti buku Erlangga karya Hapsari
Ratna. Selain itu, kami juga menggunakan beberapa artikel diantaranya berjudul
Homo Ergaster karya Blaxland Beth dan Fran Dorey, Homo Rudolfensis karya
Dorey Fran, dan 5 Manusia Purba di Afrika dan Ciri-Cirinya karya Trias Marta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

SEJARAH PERSEBARAN MANUSIA PURBA DI BENUA AFRIKA


Benua Afrika atau yang dikenal dengan Benua Hitam merupakan salah satu
benua yang digunakan paleoantropolog untuk mengadakan penelitian dan
penggalian untuk mencari bukti peninggalan manusia purba. Banyaknya temuan-
temuan peninggalan manusia purba di Benua Afrika, membuat para peneliti sepakat
bahwa Benua Afrika merupakan tempat awal munculnya manusia purba. Pada
tahun 1924, Raymon Dart, guru besar Universitas Witwatersrand di Johannesburg,
Afrika Selatan menemukan fosil berupa pecahan tengkorak dan rahang bagian
bawah manusia (Hapsari, 2017:141).
Fosil tersebut diperkirakan manusia purba yaitu seorang anak yang berusia
sekitar 5-6 tahun yang hidup sekitar 3-4 juta tahun yang lalu. Fosil ini kemudian
diberi nama Australopithecus africanus. Selanjutnya, paleoantropolog Robinson
dan Robert Broom menemukan fosil lainnya yang tampaknya semarga dengan
Australopithecus africanus. Fosil tersebut kemudian diberi nama Australopithecus
robustus. Robert broom paleoantropolog Afrika menemukan fosil tengkorak
Australopithecus yang paling lengkap pada tahun 1938. Fosil tersebut diidentifikasi
dan dinamai Paranthropus robustus (Australopithecus robustus).
Seorang antropolog yang bernama Richard Leakey menemukan sebuah fosil
manusia purba di situs East Lake Turkana, Koobi Fora, Kenya. fosil tersebut
diidentifikasi dan diberi nama Homo ergaster. Nama ini dipilih karena pada saat
penggalian fosil, ditemukan berbagai peralatan seperti kapak genggam dan parang
disekitar kerangka fosil tersebut. Pada tahun 1931, Louis Leakey mengadakan
penelitian di Lembah Olduvai, Tanzania Utara. Ia menemukan fosil lain yang
diperkirakan hidup sekitar 2,5-1,8 juta tahun yang lalu yaitu sebuah fosil manusia
dari genus Homo. Fosil tersebut kemudian diberi nama Homo habilis.
Pada tahun 1972, Bernard Ngeneo, seorang anggota tim yang dipimpin oleh
antropolog Richard Leakey dan zoolog Meave Leakey menemukan kerangka
manusia purba di Koobi Kora di sisi timur Danau Rudolf (Danau Turkana). Fosil
tersebut diperkirakan berusia sekitar 2,4-1,9 juta tahun yang lalu. Kemudian, fosil
tersebut diidentifikasi dan diberi nama Homo rudolfensis yang artinya manusia
purba dari Danau Rudolf (Danau Turkana). Homo rudolfensis akan mengalami
perkembangan otak dan perilaku menjadi lebih modern menjadi Homo erectus.
Spesies ini dipercaya berkembang menjadi Homo sapiens yang kemudian menyebar
ke seluruh dunia pada 100.000-70.000 tahun yang lalu. Spesies ini yang menjadi
cikal bakal dari seluruh manusia modern di dunia.

JENIS-JENIS SERTA CIRI MANUSIA PURBA DI BENUA AFRIKA


Benua Afrika sebagai tempat awal munculnya manusia, ditemukan berbagai
jenis manusia purba dengan berbagai perbedaan fisik, ciri khas, dan nama sesuai
dengan masa keberadaannya. Dari analisis genetika, ciri-ciri fosil, dan hasil
kebudayaan yang ditinggalkan oleh manusia purba, para peneliti memberikan nama
sesuai ketentuan-ketentuan tersebut. Beberapa jenis manusia purba yang ditemukan
di Benua Afrika, antara lain sebagai berikut.
Australopithecus africanus

Pada tahun 1924, Raymon Dart guru besar anatomi dari Universitas
Witwatersrand di Johannesburg, Afrika Selatan, menemukan fosil manusia purba
berupa pecahan tengkorak dan rahang bagian bawah manusia di sebuah
pertambangan kapur di Taung, Tanjung Harapan (Botswana), Afrika Selatan
(Hapsari, 2017:141). Fosil tersebut kemudian diidentifikasi dan dinamakan sebagai
manusia purba jenis Australopithecus africanus yang berarti kera dari Afrika
Selatan. Manusia purba yang masih sangat menyerupai kera ini diperkirakan hidup
sekitar 2-3 juta tahun yang lalu.
Ciri-ciri Australopithecus africanus yaitu memiliki tengkorak yang relatif
tipis, muka lebih besar daripada tengkorak, dahi sangat landai (sedikit menurun
atau agak miring) dengan penonjolan kening yang jelas terlihat, volume otak sekitar
450-600 cc, tinggi badan sekitar 150 cm dan berat badan sekitar 50 kg, serta dapat
berdiri dengan tegak, namun gaya berjalannya mungkin bergoyang ke samping
dengan langkah pendek dan berat. Menurut para paleoantropolog, dengan berjalan
dan berdiri tegak, spesies Australopithecus memberikan fungsi kepada tangannya
untuk dapat menggerakkan benda. Salah satu contohnya seperti melempari hewan-
hewan predator yang mengancam hidup manusia purba.
Australipithecus Africanus hidup di tempat terbuka seperti padang rumput
atau di hutan-hutan lembab Afrika. Mereka masih hidup secara nomaden
(berpindah pindah atau tidak menetap). Fosil ini memakan tumbuh-tumbuhan dan
buah-buahan, tetapi seiring dengan perkembangannya manusia purba tersebut
mulai memakan daging (Kusumaningsih, 2016:online). Melalui analisis kimia pada
gigi fosil tersebut dapat disimpulkan jika Australopithecus africanus
mencampurkan daging ke dalam makanan yang mereka konsumsi, tetapi dalam
jumlah yang tidak terlalu banyak. Sehingga peneliti berpendapat bahwa
Australopithecus africanus merupakan spesies yang mengumpulkan daging hewan
daripada memburu hewan.
Australopithecus afarensis

Fosil Australopithecus afarensis ditemukan pertama kali oleh Donald Carl


Johanson, M. Taeib dan Yves Coppens pada tahun 1974. Fosil tersebut ditemukan
di Lembah Hadar, Ethiopia. Sampai saat ini sekitar 324 spesimen kerangka telah
ditemukan di lokasi tersebut. Selain itu, 30 spesimen lain terdapat di Tanzania
(Azhar, 2018:online). Manusia purba jenis ini diperkirakan hidup sekitar 3,9-2,9
juta tahun yang lalu. Fosil ini cukup lengkap dan terdiri atas komponen tengkorak,
rahang bawah, tulang anggota badan, tulang belakang, tulang rusuk, serta tulang
pinggul (Azhar, 2018:online).

Australopithecus afarensis dikenal dengan nama “Lucy”, yang artinya


dalam Bahasa Ethiopia adalah Dinkines (Dinkenesh) yang berarti menakjubkan
(Azhar, 2018:online). Ciri-ciri dari manusia purba jenis ini yaitu, memiliki tinggi
badan sekitar 120 cm, memiliki volume otak 450cc, muka besar dan menonjol ke
depan, memiliki tangan yang panjang dan kaki yang pendek. Tulang pinggul dan
paha spesies ini telah menunjukkan jika spesies ini mampu untuk berdiri dan
berjalan tegak.

Australopithecus afarensis tinggal di berbagai lingkungan. Beberapa


populasi tinggal di sabana atau hutan yang lebih rimbun di samping danau. Dari
analisis gigi, tengkorak, dan bentuk tubuh mereka, spesies ini diperkirakan
memakan tanaman (Dorey, 2019:online). Namun, spesies ini juga mencampurkan
sedikit daging ke dalam makanan. Spesies ini mungkin sudah menggunakan alat
sederhana dari batang dan tanaman tahan lama yang mereka buat dari bahan-bahan
di lingkungan sekitar.

Australopithecus robustus

Australopithecus robustus (Paranthropus robustus) merupakan jenis lain


dari Australopithecus, yang ditemukan oleh Robert Broom di Kromdraai dan
Swaktrans, Afrika Selatan pada tahun 1938. Fosil ini diperkirakan hidup sekitar 2-
1 juta tahun yang lalu. Australopithecus robustus memiliki bentuk tubuh lebih
tinggi, berat dan kekar, bentuk tubuh ini yang membedakan Australopithecus
robustus dengan spesies-spesies lain dari jenis Australopithecus.

Bentuk Tubuhnya mirip dengan Australopithecus africanus. Wajahnya


datar dan lebar, memiliki tulang alis yang menonjol, volume otak sekitar 525 cc,
memilki gigi dan rahang yang lebih kuat dari Australopithecus africanus, dapat
berjalan dengan kedua kakinya dan tegak seperti manusia modern, namun gaya
berjalannya mungkin bergoyang ke samping seperti Australopithecus africanus.
Manusia purba jenis ini tinggal di hutan-hutan kayu atau sabana. Australopithecus
robustus masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah). Spesies ini memakan
makanan yang keras dan berpasir seperti kacang dan umbi akar, terkadang juga
memakan daging.

Homo rudolfensis

Homo rudolfensis merupakan jenis fosil yang ditemukan oleh Bernard


Ngeneo, seorang anggota dari tim yang dipimpin oleh antropolog Richard Leakey
dan zoolog Meave Leakey (Azhar, 2018:online). Fosil manusia purba tersebut
ditemukan pertama kali oleh mereka pada tahun 1972 di Koobi Fora Afrika Timur,
tepatnya di Danau Rudolf, Kenya. Fosil tersebut diperkirakan berusia sekitar 2,4-
1,9 juta tahun yang lalu. Pada tahun 1986, seorang antropolog Rusia memberi nama
Pithecanthropus rudolfensis, kemudian diganti nama menjadi Homo rudolfensis
yang memiliki arti yaitu “manusia purba dari Danau Rudolf (Danau Turkana)
(Dorey, 2018:online).

Ciri-ciri Homo rudolfensis antara lain, memiliki rahang dan gigi geraham
lebih besar dari jenis Homo habilis, memiliki ukuran tubuh yang besar dan berbadan
tegap, mempunyai otak yang besar dengan volume otak rata-rata 751 cc,
mempunyai bentuk wajah yang relatif datar, panjang dan sedikit menonjol (Dorey,
2018:online). Menurut para peneliti spesies ini diperkirakan mampu untuk berjalan
dan berdiri tegak.

Cara hidup manusia purba Homo rudolfensis yaitu, memakan makanan yang
keras. Hal ini diketahui dengan struktur geraham yang besar dan kuat.
Kemungkinan mereka masih memakan tumbuhan (nabati), namun mereka juga
memakan daging. Manusia purba jenis ini hidup dengan nomaden atau berpindah-
pindah tempat tinggal dengan tujuan untuk memperluas daerah pencarian makanan.

Homo ergaster

Homo ergaster pertama kali ditemukan oleh Richard Leakey di Afrika timur
dan selatan tepatnya di situs East Lake Turkana, Koobi Fora, Kenya. Homo ergaster
berasal dari bahasa Latin yang berarti "manusia pekerja". Nama tersebut digunakan
karena berbagai peralatan manusia purba seperti kapak genggam dan parang,
ditemukan didekat fosil Homo ergaster. Fosil diperkirakan berusia 1,9 hingga 1,4
juta tahun yang lalu. Beberapa paleoantropolog menganggap Homo ergaster bagian
dari jenis Homo erectus. Hal itu dikarenakan Homo ergaster dan Homo erectus
memiliki ciri-ciri fisik yang sama.

Manusia purba jenis ini juga memiliki beberapa ciri, yakni, kapasitas otak
dsekitar 800–1200 cc, wajah berukuran kecil, rahang lebih pendek sehingga
menghasilkan bentuk wajah yang lebih datar dan pendek, tinggi tubuh sekitar 160-
190 cm, memiliki hidung yang menonjol serta memiliki tulang hidung yang mirip
dengan manusia modern. Karakteristik yang dimiliki Homo ergaster mirip seperti
manusia zaman sekarang, namun kekuatan gigi dan struktur alat pengunyah lebih
lemah.

Homo ergaster diperkirakan mampu berbicara namun masih terbatas. Hal


tersebut dikarenakan kurangnya saraf yang diperlukan untuk mengontrol napas saat
berbicara (Blaxland, 2018:online). Perkembangan kaki, dada, dan pinggang pada
spesies ini juga memungkinkan tubuh untuk tetap seimbang saat berlari. Cara hidup
Homo ergaster yaitu dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Spesies ini
hidup di lingkungan yang lebih kering dan terbuka seperti sabana. Homo ergaster
hidup dengan berpindah-pindah tempat tinggal (nomaden).

Alat-alat yang dihasilkan Homo ergaster lebih maju dari spesies yang
sebelumnya. Hasil budaya dari Homo ergaster yaitu kapak genggam, alat serpih,
parang, dan alat lainnya yang terbuat dari tulang dan batu. Peralatan ini digunakan
untuk berburu, memotong daging hewan buruan, mengikis atau memotong kulit
binatang dan kayu. Selain itu peralatan tersebut membantu mengolah makanan dari
bahan nabati (tumbuhan) terutama umbi tanaman yang keras. Berdasarkan
peninggalan tersebut, spesies ini mampu membuat alat dan digunakan sesuai fungsi
masing-masing.

Homo habilis

Ditemukan oleh Mary Leakey dan Louis Leakey di Lembah Olduvia,


Tanzania Utara dipantai timur Danau Turnaka, Kenya. Homo habilis berasal dari
bahasa Latin yang berarti "manusia yang pandai menggunakan tangannya".
Manusia purba ini merupakan sebuah spesies yang hidup sekitar 2,5 juta sampai
1,8 juta tahun yang lalu. Homo habilis memiliki tubuh yang pendek dengan lengan
yang lebih panjang dari manusia modern. Memiliki umur sekitar 2,3-1,2 juta tahun,
memiliki rahang dan geraham yang besar, tidak memiliki dagu, mempunyai tulang
alis yang tebal dan dahi yang sempit (Anonim:online).

Setiap jenis manusia purba memiliki pola kehidupannya masing-masing,


termasuk Homo habilis. Beberapa ahli menganggap kecerdasan dan pola kehidupan
sosial Homo habilis lebih canggih dari Australopithecus. Pola kehidupan dari Homo
habilis diantaranya, diperkirakan telah mampu menggunakan peralatan primitif
yang terbuat dari batu. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya peralatan-
peralatan dari batu disekitar tempat ditemukannya fosil mereka. Misalnya, peralatan
yang ditemukan di wilayah Olduvai Gorge, Tanzania, dan wilayah Lake Turkana,
Kenya (Anonim:online).

KESIMPULAN

Sampai saat ini, banyak paleoantropolog dan antropolog di seluruh penjuru


dunia yang masih melakukan penelitian dan penggalian bukti peninggalan jejak
manusia purba. Terutama Benua Afrika yang dipercaya sebagai tempat munculnya
berbagai jenis manusia purba. Penelitian tersebut dilakukan untuk mencari asal-usul
dari manusia modern saat ini. Melalui penelitian, manusia modern juga dapat
mengetahui kehidupan manusia purba pada zaman praaksara. Berbagai penemuan
seperti fosil manusia purba maupun benda-benda purbakala diidentifikasi dan
dimuseumkan sebagai bahan pembelajaran di zaman modern ini.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim.2017.Sejarah Peminatan : Manusia Purba Di Afrika,(online),


(http://xiisiismansa.blogspot.com/2016/02/sejarah-peminatan-manusia-
purba-di.html?m=1) diakses pada 2 Januari 2020.

Anonim.2017.Australopithecus afarensis (Manusia purba Africa), (online),


(http://laulitalearnig.blogspot.com/2017/05/australopithecus-afarensis-
manusia.html?m=1) diakses pada 19 Januari 2020.

Anonim.2016.Jenis dan Ciri-Ciri Manusia Purba di Afrika,(online),


(https://sejarahlengkap.com/pra-sejarah/manusia-purba-di-
afrika/amp#aoh=15779454277510&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fw
ww.google.com%amp_tf=Dari%20%251%24s) diakses pada 2 Januari
2020.

Azhar.2018.Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia dan Dunia, (online),


(https://googleweblight.com/i?u=https://mazuharu.com/jenis-jenis-
manusia-purba/&hl=en-DI) diakses pada 7 Januari 2020.

Blaxland, Beth dan Fran Dorey.2018.Homo Ergaster,(online),


(https://australianmuseum.net.au/learn/science/human-evolution/homo-
ergaster/) diakses pada 18 Januari 2020.

Dorey, Fran.2019.Australopithecus afarensis, (online),


(https://australianmuseum.net.au/learn/science/human-
evolution/australopithecus-afarensis/) diakses pada 19 Januari 2020.
Dorey, Fran.2018.Homo Rudolfensis,(online),
(https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&nv=1&prev
=search%rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://australian
museum.net.au/learn/science/human-evolution/homo-
rudolfensis/&xid=17259,15700012,15700043,15700186,15700190,15700
256,15700259,15700262,15700265,15700271&usg=ALkJrhjRftredjWKY
rhjAd73-7UpmZPogw) diakses pada 18 Januari 2020.

Fatkhan.2017.Pengertian dan Definisi Kajian Pustaka,(online),


(https://fatkhan.web.id/pengertian-dan-definisi-kajian-pustaka/) diakses
pada 18 Januari 2020.

Hapsari, Ratna dan M.adil.2017.Sejarah.Jakarta:Penerbit Erlangga.

Huda, Nurul.2018.Ciri-Ciri dan Sejarah Homo Ergaster,(online),


(https://googleweblight.com/i?u=https://zonapenemuan.blogspot.com/201
8/09/homo-ergaster.html?m%3D1&hl=id-ID) diakses pada 9 Januari 2020.

Huda, Nurul.2018.Ciri-Ciri Manusia Purba Homo Rudolfensis, (online),


(https://googleweblight.com/i?u=https://zonapenemuan.blogspot.com/201
8/10/homo-rudolfensis.html?m%3D1&hl=id-ID) diakses pada 18 Januari
2020.

Kurnianto, Eddy.2016.Evolusi Manusia, (online),


(https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/eddikurniant
o/evolusi-manusia_5774169460afbdf00bf538c0) diakses pada 19 Januari
2020.

Kusumaningsih, Asih.2016.20 Ciri-Ciri Australopithecus Africanus,(online),


(https://sejarahlengkap.com/?s=20+ciri+ciri+australopithecus+africanus)
Diakses pada 9 Januari 2020.
Lulu.2015.Manusia Purba di Afrika,(online),
(http://lhumieranz.blogspot.com/2015/01/manusia-purba-di-
afrika.html?m=1) diakses pada 7 Januari 2020.

Pratiwi, Ika.2016.Pengertian Manusia Purba, (online),


(https://googleweblight.com/i?u=https://bangkusekolah.com/2016/02/02/p
engertian-manusia-purba/&hl=en-ID) diakses pada 7 Januari 2020.

Trias, Marta.2019.5 Manusia Purba di Afrika dan Ciri-Cirinya, (online),


(https://www.google.com/amp/s/sejarahlengkap.com/pra-sejarah/manusia-
purba-di-afrika/amp) diakses pada 2 Januari 2020.

Anda mungkin juga menyukai