Anda di halaman 1dari 6

Pencernaan Kelinci

Kelinci makan dan mengunyah makanannya sekitar 300 kali dan "memutar' makanannya ke
kedua sisi rongga mulut, dan makanan turun ke esophagus (kerongkongan). Makanan masuk ke
lambung, tetapi reaksi sebenarnya bukan disana. Lambung menyimpan makanan dan isinya
disterilisasi dan dipindahkan ke usus halus.

Di usus halus, 90% protein, karbohidrat dan gula diserap dari makanan. Kemudian bahan-
bahan berserat yang tidak dicerna bergerak dan diseleksi. Serat bergerak ke colon (usus besar) dan
membentuk tinja yang keras. Sisa makanan yang siap untuk dicerna bergerak ke caecum yang
lebih besar dari lambung. Tinja keras yang melewati caecum digerakkan ke colon dalam gerakan
memutar dan membentuk bola-bola bulat dan keras.

Ada 2 kelenjar bau di kedua sisi di samping anus. Bau -bauan ini disimpan pada tinja keras
saat tinja tersebut melewati anus.

Caecum adalah sebuah organ rumit yang mencerna kembali makanan. Caecum merupakan
batas antara usus halus dan usus besar. Caecum berisi enzim-enzim dan bakteri pemecah makanan.
Setiap 3-8 jam sehari caecum berkontraksi dan mendorong bahan-bahan tersebut kembali ke colon
dimana bahan-bahan tsb dibungkus oleh sejenis lendir, kemudian keluar melewati anus (bentuknya
seperti setangkai buah anggur berwarna coklat, tapi ukurannya jauh lebih kecil) dan si kelinci
langsung memakan "cecothropes" ini. Untungnya, hal ini biasanya terjadi pada malam hari. Si
kelinci mencerna kembali cecothropes untuk mendapatkan lebih banyak nutrisi. Ini adalah bagian
yang sangat penting dari proses pencernaan agar kelinci tetap sehat.

a. Mulut

Berdasarkan hasil pengamatan mulut pada ternak terdapat tiga alat pencernaan yaitu gigi, lidah
dan saliva. Mulut juga digunakan untuk menggiling makanan dengan bantuan lidah serta
mencampurnya dengan saliva, juga berperan dalam mekanisme preherensi. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Blakely dan Bade (1991) yang menyatakan bahwa yang masuk kedalam mulut
dikunyah menggunakan gigi dengan bantuan lidah. Didukung juga oleh Frandson (1992) yang
menyatakan bahwa ternak psedoruminansia terjadi mastikasi yaitu mengambil pakan, mengunyah,
dan mencampur dengan saliva.
b. Esofagus

Esophagus memiliki panjang 10,5 cm. Esofagus terletak di antara mulut dan lambung yang
berfungsi sebagai saluran makanan dari mulut menuju ke esofagus. Bagian esophagus yang
berwarna putih, tidak mempunyai kelenjar dan dilapisi oleh epithelium berbentuk squomous-
stantified yang tebal. Daerah ini meliputi 1/3 – 2/5 bagian dari seluruh jaringan muko (Parakkasi,
1986). Esophagus merupakan saluran yang sempit dan panjang dan merupakan suatu tabung otot
yang dapat mengembang. Dinding esophagus tidak berkontraksi pada saat tidak terisi makanan
sehingga udara yang berasal dari lubang hidung bagian dalam tidak masuk ke dalam glottis (Thakir
dan Puranik, 1984).

c. Lambung

Lambung kelinci memiliki panjang 17 cm. lambung adalah ruangan yang berfungsi sebagai
tempat pencernaan dan penyimpanan makanan, cairan lambung terdiri dari air, garam-garam
anorganik dan pepsinogen dapat merangsang produksi pepsin. pH lambung kelinci sangat asam
yaitu sekitar pH 1-2, sehingga sangat efektif dalam membunuh mikroorganisme pathogen. Hal ini
sesuai dengan pendapat Tillman et al., (1991) yang menyatakan bahwa lambung merupakan
ruangan yang berfungsi sebagai tempat pencernaan dan penyimpanan makanan. Tetapi pada saat
kelinci menyusui pH akan berubah mendekati basa. Hal ini sesuai dengan pendapat Fransond
(1992) yang menhyatakan bahwa kelinci yang sedang meyusui pH lambungnya sekitar 5-6,5.

d. Usus Halus

Berdasarkan hasil pengamatan Usus halus merupakan saluran pencernaan yang di dalamnya
terjadi proses penyerapan nutrient, selain itu usus halus juga terbagi menjadi tiga bagian yaitu
duonenum, jejunum, ileum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Parakkasi (1986) yang
menyatakan bahwa tempat utama pencernaan karbohidrat dan protein adalah di usus kecil. Usus
halus dibagi menjadi tiga yaitu duodenum, jejunum, ileum. Didukung juga oleh Sherwood
L (2001) yang menyatakan bahwa Small intestinum adalah tempat berlangsungnya sebagian besar
pencernaan dan penyerapan. Setelah isi lumen meninggalkan usus halus tidak lagi terjadi proses
pencernaan. Usus ini berada dalam keadaan abdomen dan terlentang dari lambung sampai usus
besar. Secara garis besar usus dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.
Duodenum menghubungkan usus halus dengan lambung, merupakan bagian usus halus yang
utama. Di dalam duodenum, makanan yang sudah bercampur dengan getah lambung kemudian
dicampur dengan getah pankreas yang menghasilkan enzim-enzim yang menetralkan keasaman
dari getah lambung. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Frandson (1993) yang menyatakan
bahwa di dalam duodenum merupakan bagian dari usus halus yang utama. Kemudian bergabung
dengan jejunum. Bagian akhir dari usus halus adalah ileum. Duodenum menghubungkan usus
halus dengan lambung sedangkan ileum menghubungkan usus halus dengan usus besar (intestinum
crassum). Usus halus terdapat empat sekresi cairan yaitu duodenum, empedu, cairan pancreas dan
cairan usus. Didukung juga oleh Gunawan (2006) yang menyatakan bahwa proses pencernaan di
usus dua belas jari (duodenum) sangat bergantung pada fungsi pankreas dalam mengubah zat
makanan menjadi basa, karena pencernaan baru akan terjadi setelah suasana kimiawi makanan
menjadi basa. Duodenum berbentuk kelokan yang disebut duodenal loop. Bermuara 2 saluran yaitu
dari pancreas dan kantong empedu. Kantong empedu berisi empedu yang dihasilkan oleh hati dan
berguna untuk mengemulsikan lemak. Pankreas menempel pada kelokan ini mengsekresikan
pankreatik yang mengandung enzim yaitu amilase yang berfungsi mengubah tepung jadi gula,
tripsin berfungsi mengubah protein jadi peptide, dan lipase yang berfungsi mengubah
trigleserid/lemak: asam lemak dan gliserol.

Di dalam jejunum terjadi penyerapan zat gizi, karena di dalam jejunum terjadi pencernaan
secara kimiawi. Hal ini sesuai dengan pendapat Tray dan Raharja (2007) yang menyatakan bahwa
ileum terjadi penyerapan dari bahan gizi (asam amino, asam lemak dan glukosa) vitamin yang
melarut dalam air dan mineral (kalsium dan besi) dan sebagian besar air. Makanan di dalam
jejunum mengalami pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan didindig usus. Enzim-
enzim yang dihasilkan dinding usus sebagai adalah enterokinase yang berfungsi, mengaktifkan
tripsinogen yang dihasilkan pankreas, erepsin yang berfungsi mengubah dipeptida/peptone
menjadi asam amino, maltase yang berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa, disakarase yang
berfungsi mengubah disakarosa menjadi monosakarida, peptidase yang berfungsi mengubah
polipeptida menjadi asam amino, sukrase yang berfungsi mencerna sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa, dan lipase yang berfungsi mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak.
Didukung juga oleh Andang (1999) yang menyatakan bahwa jejunum dan ileum merupakan lokasi
akhir proses penguraian dan sekaligus awal dari proses penyerapan zat makanan.
Ileum merupakan penghubung usus halus dan usus besar (intestinum crassum). Ileum memiliki
fungsi bagian akhir yang aktif dalam absorbsi dan bagian dari usus halus. Hal ini sesuai dengan
pendapat Frandson (1993) yang menyatakan bahwa ) yang menyatakan bahwa di dalam duodenum
merupakan bagian dari usus halus yang utama. Kemudian bergabung dengan jejunum. Bagian
akhir dari usus halus adalah ileum. Duodenum menghubungkan usus halus dengan lambung
sedangkan ileum menghubungkan usus halus dengan usus besar (intestinum crassum). Usus halus
terdapat empat sekresi cairan yaitu duodenum, empedu, cairan pancreas dan cairan usus. Didukung
juga oleh Sarwono (1993) pakan yang telah tercerna di abomasum mengalir ke ileum dan terjadi
proses digesti dan absorbsi pakan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat banyak
lipatan/lekukan yang disebut vili atau jonjot usus. Vili berfungsi memperluas permukaan usus
sebagai proses penyerapan zat makanan akan lebih sempurna. Setiap vilus mengandung pembuluh
limfa yang di sebut lacteal dan pembuluh kapiler.

e. Caecum

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa, sekum kelinci mengalami proses fermentasi
di dalam sekum. Kelinci memiliki sekum yang besar namun tidak dapat mencerna bahan-bahan
organic. Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi (1986) yang menyatakan bahwa sekum
mempunyai fungsi seperti rumen yaitu fermentasi, serat kasar dan karbohidrat oleh organism.
Didukung juga oleh Fransond (1993) bahwa pembentukan sekum akan menyebabkan pembesaran
pada kolon, tanpa sekum tidak ada coprophagy. Coprophagy umumnya dikeluarkan pada pagi dan
malam hari, mengandung vitamin B, protein 28,8% dan 30% serat kasar. Sedangkan kotoran
kerasnya dikeluarkan pada siang hari mengandung 9,2% protein dan 50,3% serat kasar.

f. Usus Besar

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa usus besar yang menuju
kearah cranial sekum berlanjut ke kolon. Kolon turun bergerak ke depan kea rah dua lapis yang
menyangga usus halus. Hal ini sesuai pendapat (Suprijanta et al., 2005) yang menyatakan bahwa
pada usus besar ini terjadi penyerapan air karena sebagia besar sari-sari makanan sudah terserap
dalam usus halus. Didukung juga oleh Kamal (1994) bahwa pencernaan pada large intestinum
dilakukan oleh enzim yang terbawa bersama pakan dari bagian saluran pencernaan sebelumnya
oleh enzim yang berasal dari aktivitas mikroorganisme.
g. Anus

Anus memiliki panjang 2 cm. Anus berfungsi sebagai lubang pembuangan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) menyatakan bahwa makanan yang sudah dicerna di
dalam usus besar akan disekresikan dan dikeluarkan berupa feses melalui anus. Didukung juga
oleh Umar (1992) bahwa feses merupakan sisa makanan yang tidak tercerna, cairan fi baktereses
trancus digestivus, sel-sel epitel usus, mikroorganisme, garam organik, stearol, dan hasil
dekomposisi dari bakteri keluar melalui anus.
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, James and David H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan edisi IV. Gadjah Mada University
Press : Yogyakarta

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Girisenta, 1980. Kawan Beternak. Yayasan Kanisius : Yogyakarta.

Siswanto. 2009. Bahan Ajar Fisiologi. Laboratorium Fisiologi Universitas udayana : Denpasar.

Swenson, M. J. 1997. Dukes Phisiology of Domestik Animals. Cornell USA University Press :
USA

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo.1984. Ilmu


Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai