BAB V Gambaran Umum Penelitian
BAB V Gambaran Umum Penelitian
Provinsi Jawa Barat. Secara geografis desa ini terletak antara 106° 27´ - 106° 33´
BT dan 6° 52´ - 6° 44´ LS. Suhu rata-rata pada musim kemarau antara 28° C
sedangkan pada musim penghujan sekitar 21-25° C. Desa Sirna Resmi memiliki
udara 84%. Desa Sirna Resmi memiliki ketinggian tanah 600-1200 m dpl, dengan
Desa ini terdiri dari 7 RW dan 31 RT. Dusun yang terletak di Desa Sirna
Resmi antara lain Dusun Cikaret, Dusun Cibongbong, Dusun Sukamulya, Dusun
Situmurni, Dusun Cicemet, Dusun Sinar Resmi dan Dusun Cimapag. Jarak dari
kecamatan ke desa adalah 23 km, jarak dari kabupaten ke desa adalah 38 km dan
jarak dari provinsi ke desa adalah 203 km. Batas-batas Desa Sirna Resmi antara
lain sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sirna Galih, sebelah Selatan dan Barat
berbatasan dengan Desa Cicadas, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa
Cihamerang. Luas wilayah desa ini adalah 4917 ha. Sebagian besar wilayah nya
Desa Sirna Resmi dihuni oleh tiga kelompok masyarakat adat yang
data monografi desa tahun 2010, menunjukkan bahwa penduduk Desa Sirna
Resmi sekitar 5.313 jiwa yang terbagi dalam 1.537 kepala keluarga dengan jumlah
penduduk laki-laki adalah 2.619 jiwa dan jumlah penduduk perempuan adalah
sejumlah 1.023 jiwa. Adapun jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Dusun
Cicemet sebanyak 262 jiwa. Berikut adalah gambaran penyebaran penduduk Desa
pendidikan dan kelompok usia tenaga kerja. Kategori usia kelompok pendidikan
mulai dari balita sampai remaja sejumlah 1.299 jiwa. Sedangkan kategori usia
tenaga kerja merupakan kelompok usia dewasa yang berjumlah 2.207 jiwa. Hal
penduduk usia produktif yang cukup tinggi. Gambaran jumlah penduduk menurut
45
5.2. Karakteristik Umum Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi
umum Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi dilihat dari beberapa variabel meliputi
jenis kelamin dan usia, pendidikan formal, mata pencaharian, luas dan status
kepemilikan lahan.
5.2.1. Usia
dikelompokan menjadi lima yaitu: (1) < 30 tahun, (2) 30-40 tahun, (3) 40-50
tahun, (4) 50-60 tahun, dan (5) 60-80 tahun. Berikut merupakan sebaran penduduk
Kasepuhan Sinar Resmi berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada Gambar 2.
13% 3%
< 30
23%
30-40
34% 40-50
27%
50-60
60-80
Kasepuhan Sinar Resmi hampir merata pada setiap selang usia. Sebaran umur
terbanyak pada usia 50-60 tahun sebesar 34% dan sebaran umur paling sedikit
pada usia <30 tahun sebesar 3%. Hal ini disebabkan rata-rata masyarakat mulai
46
5.2.2. Pendidikan Formal
rendah. Hal ini ditunjukan oleh Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi yang
3%
27%
Tidak Sekolah
SD
70%
SMP
47
Penyadap Aren
27% Pedagang
47%
Buruh
10%
Ojeg
13%
3% Tidak Ada Pekerjaan
Sampingan
sebagai penyadap aren yaitu sebesar 27%. Pekerjaan sampingan sebagai pedagang
menunggu musim panen tiba. Pekerjaan sampingan sebagai tukang ojeg sebesar
3%. Selain itu, sebagian masyarakat kasepuhan ada juga memilih untuk bertahan
Kasepuhan Sinar Resmi di Kasepuhan Sinar Resmi relatif sempit akan tetapi
sebagai penggarap. Persentase luas penguasaan lahan dapat dilihat pada Gambar
5.
48
3%
Pemilik Lahan
Penggarap
97%
Kasepuhan Sinar Resmi terletak di Desa Sirna Resmi, bersama dengan dua
kasepuhan lainnya yakni Kasepuhan Cipta Mulya dan Kasepuhan Cipta Gelar
yang saling terkait dan masih dalam satu keturunan. Kasepuhan Sinar Resmi
dibentuk oleh para leluhur (karuhun) yang merupakan laskar Kerajaan Padjajaran
yang mundur ke daerah Selatan karena kerajaan mereka berhasil dikuasai oleh
Kasultanan Banten.
Resmi saat ini. Hal ini didasarkan pada wangsit dari para karuhun yang
disampaikan melalui Kepala Kasepuhan yaitu Abah untuk mencari lebak cawane
dimulai sejak tahun 611 M. Namun hanya delapan generasi terakhir saja yang
boleh diketahui oleh Incu Putu (masyarakat adat), karena 21 generasi lainnya
merupakan rahasia para leluhur yang tidak boleh diketahui oleh siapapun.
49
Jasun. Abah Rusdi, putra dari Ki Jasun, memindahkan kampung gede ke
Kampung Cicemet, Sukabumi Selatan. Putra Abah Rusdi, yaitu Abah Arjo
(Abah Anom). Beliau pindah ke Cipta Rasa selama 17 tahun. Pada tahun 1985
Kasepuhan terpecah menjadi dua yaitu Kasepuhan Cipta Rasa (Abah Anom) dan
Kasepuhan Sinar Resmi (Abah Udjat Sujati). Pada tahun 2000 Abah Anom pindah
ke Ciptagelar. Pada tahun 2007 Abah Anom meninggal dunia dan kasepuhan
dilanjutkan oleh anaknya yaitu Abah Ugi Sugriana Rakasiwi. Pada tahun 2002
Abah Udjat meninggal dunia dan kasepuhan dilanjutkan oleh anaknya yaitu Abah
Asep Nugraha. Sejak tahun 2002 hingga akhir tahun 2010 kasepuhan yang ada di
Desa Sirna Resmi terbagi menjadi tiga yaitu Kasepuhan Cipta Gelar (Abah Ugi
meskipun dalam beberapa hal masih mempercayai hal-hal yang bersifat ghaib
(Animisme). Menurut Bapak UGS (64 tahun) mereka mengikuti tata cara ibadah
yang dilakukan oleh Rasul, dengan istilah Slampangan dika Gusti Rasul.
50
digunakan dalam ritual adat. Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi memiliki
filosofi hidup yang satu jiwa pada diri masyarakat kasepuhan. Basis dari hukum
adat kasepuhan adalah filosofi hidup “ tilu sapamulu, dua sakarupa, hiji eta-eta
Ucap
Nagara
Raga
Tekad Lampah
Buhun Syara
Nyawa Papakean
Gambar 6. Konsep Tilu Sapamulu, Dua Sakarupa, dan Hiji Eta Keneh
Tekad, ucap dan lampah merupakan cerminan ucapan dan tingkah laku
aspek buhun (kepercayaan adat), nagara (negara) dan syara (agama) merupakan
Selain itu filosofi Ibu Bumi, bapak langit juga mengilhami kehidupan
51
dianalogikan sebagai bapak yang dapat menurunkan hujan, dimana jika hujan
mereka sudah melaksanakan tilu sapamulu, yang mana siku penyangga rumah
berbentuk segitiga. Waktu untuk pemilihan kayu dihitung berdasarkan hari dan
tanggal yang baik (hal ini dikarenakan pada tanggal 1 Bulan Safar sampai 15
Bulan Maulid merupakan waktu yang dilarang untuk mengambil kayu). Atap
rumah berbentuk bulat dan segitiga yang terbuat dari ijuk. Arti dari segitiga
merupakan kesatuan dari agama, negara, dan adat yang harus sejalan, sedangkan
bulat merupakan tanda bahwa manusia berasal dari lubang (tanah) dan akan
kembali ke lubang (tanah). Dinding rumah terbuat dari bilik bambu. Hal ini
bertujuan, apabila ingin pindah rumah, masyarakat tidak perlu membangun rumah
kembali.
adat. Untuk laki-laki biasanya memakai baju koko dan ikat kepala yang terbuat
dari kain batik. Sedangkan perempuan biasanya memakai baju kebaya dan kain
sarung. Semua aturan adat harus dijalankan oleh masyarakat, karena masyarakat
percaya bahwa bila ada pelanggaran dari aturan adat ini maka akan terjadi sesuatu
yang buruk atau disebut dengan kabendon. Seseorang bisa lepas dari kabendon
apabila ingat akan kesalahannya dan minta maaf kepada Abah selaku ketua adat
52