Anda di halaman 1dari 9

V.

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Desa Sirna Resmi terletak di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi,

Provinsi Jawa Barat. Secara geografis desa ini terletak antara 106° 27´ - 106° 33´

BT dan 6° 52´ - 6° 44´ LS. Suhu rata-rata pada musim kemarau antara 28° C

sedangkan pada musim penghujan sekitar 21-25° C. Desa Sirna Resmi memiliki

curah hujan yang bervariasi antara 2120-3250 mm/tahun dengan kelembapan

udara 84%. Desa Sirna Resmi memiliki ketinggian tanah 600-1200 m dpl, dengan

tingkat kemiringan lereng berkisar antara 25-45%.

Desa ini terdiri dari 7 RW dan 31 RT. Dusun yang terletak di Desa Sirna

Resmi antara lain Dusun Cikaret, Dusun Cibongbong, Dusun Sukamulya, Dusun

Situmurni, Dusun Cicemet, Dusun Sinar Resmi dan Dusun Cimapag. Jarak dari

kecamatan ke desa adalah 23 km, jarak dari kabupaten ke desa adalah 38 km dan

jarak dari provinsi ke desa adalah 203 km. Batas-batas Desa Sirna Resmi antara

lain sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sirna Galih, sebelah Selatan dan Barat

berbatasan dengan Desa Cicadas, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa

Cihamerang. Luas wilayah desa ini adalah 4917 ha. Sebagian besar wilayah nya

yaitu 3700 ha masuk kawasan Taman Nasional berdasarkan SK Penunjukan No.

175 tahun 2003.

Desa Sirna Resmi dihuni oleh tiga kelompok masyarakat adat yang

merupakan bagian dari Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi yaitu Kasepuhan

Cipta Mulya, Kasepuhan Sinar Resmi, dan Kasepuhan Ciptagelar. Berdasarkan

data monografi desa tahun 2010, menunjukkan bahwa penduduk Desa Sirna

Resmi sekitar 5.313 jiwa yang terbagi dalam 1.537 kepala keluarga dengan jumlah
penduduk laki-laki adalah 2.619 jiwa dan jumlah penduduk perempuan adalah

2.694 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Dusun Cibongbong

sejumlah 1.023 jiwa. Adapun jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Dusun

Cicemet sebanyak 262 jiwa. Berikut adalah gambaran penyebaran penduduk Desa

Sirna Resmi pada tiap dusun (Tabel 10).

Tabel 10. Jumlah Penduduk Desa Sirna Resmi berdasarkan Dusun


No Dusun Jumlah Penduduk Jumlah KK
L P Total Total
1. Sinar Resmi 203 185 388 111
2. Cibongbong 517 506 1.023 302
3. Cikaret 384 328 712 222
4. Cimapag 409 404 813 241
5. Situmurni 313 291 604 171
6. Cicemet 288 274 262 184
7. Sukamulya 437 432 905 266
Jumlah 2.619 2.694 5.313 1.537
Sumber : Data Kependudukan Kantor Desa Sirna Resmi (2010)

Masyarakat Desa Sirna Resmi dikelompokan menjadi kelompok usia

pendidikan dan kelompok usia tenaga kerja. Kategori usia kelompok pendidikan

mulai dari balita sampai remaja sejumlah 1.299 jiwa. Sedangkan kategori usia

tenaga kerja merupakan kelompok usia dewasa yang berjumlah 2.207 jiwa. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa penduduk Desa Sirna Resmi memiliki jumlah

penduduk usia produktif yang cukup tinggi. Gambaran jumlah penduduk menurut

tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Penduduk Desa Sirna Resmi berdasarkan Usia


Kategori Kelompok Menurut Usia Usia (tahun) Jumlah/Jiwa
a. Kelompok Pendidikan 4-6 391
7-12 784
13-15 124
b. Kelompok Tenaga Kerja 20-26 805
27-40 1.402
Sumber : Data Kependudukan Kantor Desa Sirna Resmi (2010)

45
5.2. Karakteristik Umum Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi

Karakterisitik umum Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi diperoleh

berdasarkan survei terhadap 30 Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi. Karakteristik

umum Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi dilihat dari beberapa variabel meliputi

jenis kelamin dan usia, pendidikan formal, mata pencaharian, luas dan status

kepemilikan lahan.

5.2.1. Usia

Tingkat usia Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi berkisar antara 20-80

tahun. Berdasarkan sebaran normal usia Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi

dikelompokan menjadi lima yaitu: (1) < 30 tahun, (2) 30-40 tahun, (3) 40-50

tahun, (4) 50-60 tahun, dan (5) 60-80 tahun. Berikut merupakan sebaran penduduk

Kasepuhan Sinar Resmi berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada Gambar 2.

13% 3%
< 30
23%
30-40
34% 40-50
27%
50-60
60-80

Sumber : Data Primer (2011)

Gambar 2. Karakteristik Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi Berdasarkan


Usia

Berdasarkan Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa sebaran usia Masyarakat

Kasepuhan Sinar Resmi hampir merata pada setiap selang usia. Sebaran umur

terbanyak pada usia 50-60 tahun sebesar 34% dan sebaran umur paling sedikit

pada usia <30 tahun sebesar 3%. Hal ini disebabkan rata-rata masyarakat mulai

bekerja pada usia menjelang 20 tahun ke atas.

46
5.2.2. Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi masih sangat

rendah. Hal ini ditunjukan oleh Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi yang

berpendidikan SD sebanyak 70% dan yang tidak sekolah sebanyak 27%.

Sementara yang berpendidikan tamat SMP hanya 3%. Rendahnya tingkat

pendidikan disebabkan fasilitas pendidikan jaman dahulu masih sedikit.

Persentase tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 3.

3%

27%
Tidak Sekolah
SD
70%
SMP

Sumber : Data Primer (2011)

Gambar 3. Karakteristik Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi Berdasarkan


Tingkat Pendidikan

5.2.3. Mata Pencaharian

Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi memiliki mata pencaharian utama

sebagai petani. Sejak terjadi perluasan kawasan Taman Nasional Gunung

Halimun Salak (TNGHS) mengakibatkan sebagian masyarakat memiliki

pekerjaan sampingan. Hal ini disebabkan oleh semakin terbatasnya akses

masyarakat terhadap lahan garapan yang berada di kawasan perluasan. Gambaran

mengenai sebaran mata pencaharian sampingan setelah terjadi perluasan TNGHS

dapat dilihat pada Gambar 4.

47
Penyadap Aren

27% Pedagang
47%
Buruh
10%
Ojeg
13%
3% Tidak Ada Pekerjaan
Sampingan

Sumber : Data Primer (2011)

Gambar 4. Karakteristik Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi Berdasarkan


Mata Pencaharian Sampingan Setelah Perluasan Taman
Nasional Gunung Halimun Salak

Sebagian besar masyarakat kasepuhan memilih pekerjaan sampingan

sebagai penyadap aren yaitu sebesar 27%. Pekerjaan sampingan sebagai pedagang

sebesar 10%. Pekerjaan sebagai buruh rata-rata dilakukan masyarakat ketika

menunggu musim panen tiba. Pekerjaan sampingan sebagai tukang ojeg sebesar

3%. Selain itu, sebagian masyarakat kasepuhan ada juga memilih untuk bertahan

terhadap pertanian tanpa mengandalkan pekerjaan sampingan yaitu sebesar 47%.

5.2.4. Luas dan Kepemilikan Lahan

Lahan yang dimiliki Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi terbilang sempit

dibawah 0,5 ha dengan porsi 100%. Walaupun penguasaan lahan Masyarakat

Kasepuhan Sinar Resmi di Kasepuhan Sinar Resmi relatif sempit akan tetapi

mayoritas berstatus sebagai pemilik yakni sebanyak 97% sedangkan 3% sisanya

sebagai penggarap. Persentase luas penguasaan lahan dapat dilihat pada Gambar

5.

48
3%

Pemilik Lahan
Penggarap
97%

Sumber : Data Primer (2011)

Gambar 5. Karakteristik Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi Berdasarkan


Status Kepemilikan Lahan

5.3. Gambaran Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi

Kasepuhan Sinar Resmi terletak di Desa Sirna Resmi, bersama dengan dua

kasepuhan lainnya yakni Kasepuhan Cipta Mulya dan Kasepuhan Cipta Gelar

yang saling terkait dan masih dalam satu keturunan. Kasepuhan Sinar Resmi

dibentuk oleh para leluhur (karuhun) yang merupakan laskar Kerajaan Padjajaran

yang mundur ke daerah Selatan karena kerajaan mereka berhasil dikuasai oleh

Kasultanan Banten.

Kasepuhan Sinar Resmi selalu berpindah-pindah sebelum di Desa Sirna

Resmi saat ini. Hal ini didasarkan pada wangsit dari para karuhun yang

disampaikan melalui Kepala Kasepuhan yaitu Abah untuk mencari lebak cawane

(lembah perawan) yang diyakini akan memberikan kemakmuran bagi masyarakat

kasepuhan. Kasepuhan Sinar Resmi telah berpindah-pindah selama 29 generasi

dimulai sejak tahun 611 M. Namun hanya delapan generasi terakhir saja yang

boleh diketahui oleh Incu Putu (masyarakat adat), karena 21 generasi lainnya

merupakan rahasia para leluhur yang tidak boleh diketahui oleh siapapun.

Perpindahan Kasepuhan Sinar Resmi diawali dari perpindahan kampung

gede dari Lebak Selatan ke Sukabumi Selatan, di Kampung Bojongcisono oleh Ki

49
Jasun. Abah Rusdi, putra dari Ki Jasun, memindahkan kampung gede ke

Kampung Cicemet, Sukabumi Selatan. Putra Abah Rusdi, yaitu Abah Arjo

memindahkan kampung gede sebanyak tiga kali yaitu ke Kampung Waru,

Cidadap dan Cisarua yang semuanya berada di Sukabumi Selatan. Sepeninggal

Abah Arjo, Kasepuhan dilimpahkan kepemimpinannya pada Abah Encup Sucipta

(Abah Anom). Beliau pindah ke Cipta Rasa selama 17 tahun. Pada tahun 1985

Kasepuhan terpecah menjadi dua yaitu Kasepuhan Cipta Rasa (Abah Anom) dan

Kasepuhan Sinar Resmi (Abah Udjat Sujati). Pada tahun 2000 Abah Anom pindah

ke Ciptagelar. Pada tahun 2007 Abah Anom meninggal dunia dan kasepuhan

dilanjutkan oleh anaknya yaitu Abah Ugi Sugriana Rakasiwi. Pada tahun 2002

Abah Udjat meninggal dunia dan kasepuhan dilanjutkan oleh anaknya yaitu Abah

Asep Nugraha. Sejak tahun 2002 hingga akhir tahun 2010 kasepuhan yang ada di

Desa Sirna Resmi terbagi menjadi tiga yaitu Kasepuhan Cipta Gelar (Abah Ugi

Sugriana Rakasiwi), Kasepuhan Sinar Resmi (Abah Asep Nugraha) dan

Kasepuhan Cipta Mulya (Abah Hendrik).

Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi secara keseluruhan beragama Islam,

meskipun dalam beberapa hal masih mempercayai hal-hal yang bersifat ghaib

(Animisme). Menurut Bapak UGS (64 tahun) mereka mengikuti tata cara ibadah

yang dilakukan oleh Rasul, dengan istilah Slampangan dika Gusti Rasul.

“Slampangan dika Gusti Rasul adalah kami beragama Islam,

mempercayai Nabi Muhammad sebagai Rasul”.

Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi sebagian besar merupakan Suku

Sunda. Masyarakat mewariskan adat dari Kerajaan Padjajaran, salah satunya

Bahasa Sunda. Bahasa Sunda digunakan dalam percakapan sehari-hari dan

50
digunakan dalam ritual adat. Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi memiliki

filosofi hidup yang satu jiwa pada diri masyarakat kasepuhan. Basis dari hukum

adat kasepuhan adalah filosofi hidup “ tilu sapamulu, dua sakarupa, hiji eta-eta

keneh”. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Ucap
Nagara
Raga

Tekad Lampah
Buhun Syara
Nyawa Papakean

Sumber : Rimbawan Muda Indonesia (2004)

Gambar 6. Konsep Tilu Sapamulu, Dua Sakarupa, dan Hiji Eta Keneh

Tekad, ucap dan lampah merupakan cerminan ucapan dan tingkah laku

yang harus berlandaskan niat yang dapat dipertanggungjawabkan dan berjalan

selaras. Makhluk hidup berpakaian mengandung makna bahwa masyarakat

kasepuhan memiliki kebudayaan tersendiri yang mereka lindungi. Sedangkan

aspek buhun (kepercayaan adat), nagara (negara) dan syara (agama) merupakan

peleburan yang menunjukkan bahwa terdapat pengakuan masyarakat kasepuhan

terhadap perubahan bernegara (dari kerajaan menjadi negara Indonesia) dan

hadirnya keyakinan yang lain yaitu Islam.

Selain itu filosofi Ibu Bumi, bapak langit juga mengilhami kehidupan

masyarakat kasepuhan. Bumi (tanah) dianalogikan sebagai ibu yang dapat

melahirkan sebuah kehidupan (makanan untuk hidup manusia). Langit

51
dianalogikan sebagai bapak yang dapat menurunkan hujan, dimana jika hujan

turun ke bumi, maka akan menumbuhkan kehidupan baru.

Rumah penduduk merupakan rumah panggung yang bertujuan untuk

menghindari dingin. Rumah panggung juga dipercaya oleh masyarakat bahwa

mereka sudah melaksanakan tilu sapamulu, yang mana siku penyangga rumah

berbentuk segitiga. Waktu untuk pemilihan kayu dihitung berdasarkan hari dan

tanggal yang baik (hal ini dikarenakan pada tanggal 1 Bulan Safar sampai 15

Bulan Maulid merupakan waktu yang dilarang untuk mengambil kayu). Atap

rumah berbentuk bulat dan segitiga yang terbuat dari ijuk. Arti dari segitiga

merupakan kesatuan dari agama, negara, dan adat yang harus sejalan, sedangkan

bulat merupakan tanda bahwa manusia berasal dari lubang (tanah) dan akan

kembali ke lubang (tanah). Dinding rumah terbuat dari bilik bambu. Hal ini

bertujuan, apabila ingin pindah rumah, masyarakat tidak perlu membangun rumah

kembali.

Selain aturan dalam membangun rumah, masyarakat kasepuhan juga

memiliki tata cara berpakaian sendiri, khususnya ketika ada kegiatan-kegiatan

adat. Untuk laki-laki biasanya memakai baju koko dan ikat kepala yang terbuat

dari kain batik. Sedangkan perempuan biasanya memakai baju kebaya dan kain

sarung. Semua aturan adat harus dijalankan oleh masyarakat, karena masyarakat

percaya bahwa bila ada pelanggaran dari aturan adat ini maka akan terjadi sesuatu

yang buruk atau disebut dengan kabendon. Seseorang bisa lepas dari kabendon

apabila ingat akan kesalahannya dan minta maaf kepada Abah selaku ketua adat

dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

52

Anda mungkin juga menyukai