Anda di halaman 1dari 22

14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Data Umum

1.1.1 Letak dan Luas Wilayah

Puskesmas Sei Mesa terletak di wilayah kecamatan Banjarmasin Tengah

dengan wilayah kerja meliputi 2 kelurahan, yaitu Kelurahan Seberang Mesjid dan

Kelurahan Melayu, beralamat di Jl. Pahlawan Rt.8 No. 59 Banjarmasin. Luas

wilayah Kelurahan Seberang Mesjid 0,75 km2 dan Kelurahan Melayu 1,05 km2

dengan kondisi daerah pasang surut dan relatif datar. Pada waktu air pasang seluruh

wilayah digenangi air. Berikut adalah batas-batas wilayah kerja Puskesmas Sei

Mesa:

1. Kelurahan Seberang Mesjid

Sebelah Utara Sungai Martapura


Sebelah Selatan Kelurahan Gedang Hanyar
Sebelah Barat Sungai Martapura
Sebelah Timur Kelurahan Melayu

2. Kelurahan Melayu

Sebelah Utara Sungai Martapura


Sebelah Selatan Kelurahan Sei Bilu
Sebelah Barat Kelurahan Seberang Mesjid
Sebelah Timur Kelurahan Sei Bilu
2

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sei Mesa

Kelurahan
Seberang
Mesjid
41.67%

Kelurahan
Melayu
58.33%

Gambar 1.2 Luas Wilayah Kerja Puskesmas Sei Mesa


3

1.1.2. Keadaan Tanah dan Iklim

Secara geografis Wilayah Kerja Puskesmas Sei Mesa terletak antara

3°16´46˝ derajat dan 3°22´54˝ derajat lintang selatan serta 114°31´40˝ derajat dan

114°39´55˝ derajat bujur timur, pada ketinggian 0,16 m di bawah permukaan laut

dengan kondisi daerah pasang surut dan relatif datar. Pada waktu air pasang hampir

seluruh wilayah digenangi air.

Kondisi tanah sebagian terdiri dari rawa-rawa tergenang air, di samping

pengaruh musim hujan dan musim kemarau sehingga iklimnya bersifat tropis. Suhu

rata-rata antara 25 sampai 38 derajat.

1.1.3. Jangkauan Transportasi

Puskesmas Sei Mesa berada ditengah-tengah kota Banjarmasin, dapat

ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan roda 4, kondisi jalan berupa jalan aspal.

Sarana transportasi sebagian besar masyarakat menggunakan jalan darat.

1.1.4. Distribusi Penduduk

Jumlah Penduduk wilayah kerja Puskesmas Sei Mesa sebanyak 16.333

jiwa yang terdiri dari laki-laki 8.053 jiwa dan perempuan 8.280 jiwa. Jumlah

penduduk di kelurahan Melayu berjumlah 9.835 jiwa dan jumlah penduduk di

kelurahan Seberang Mesjid sebanyak 6.498 jiwa.


4

Tabel 1.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Luas Wilayah Kerja Puskesmas Sei
Mesa Per Kelurahan Tahun 2018

Luas wilayah Jumlah penduduk


No. Kelurahan
(km2) (jiwa)
1 Seberang Mesjid 0,75 6.498
2 Melayu 1,05 9.835
Jumlah 1,80 16.333
(Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Sei Mesa tahun 2018)

Tabel 1.2. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk serta Kepadatan Penduduk pada
Tiap Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Mesa Tahun 2018

Luas Jumlah Kategori


No. Kelurahan Kepadatan
Wilayah Penduduk
Seberang 8.664 Sangat Padat
1. 0,75 6.498
Mesjid jiwa/km2
9.367 Sangat Padat
2. Melayu 1,05 9.835
jiwa/km2
16.333
Jumlah 1,80 Km2
jiwa
(Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Sei Mesa tahun 2018)

Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan jumlah penduduk yang dibagi

atas luas wilayah sehingga di dapat jumlah penduduk tiap 1 km2. Menurut Undang-

undang No.5 Tahun 1960, tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah dapat

dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:

 Tidak padat : kepadatan penduduk mencapai 50 orang/km2

 Kurang padat : kepadatan penduduk mencapai 51 - 250 orang/km2

 Padat : kepadatan penduduk mencapai 250 - 400 orang/km2

 Sangat padat : kepadatan penduduk melebihi 401 orang/km2

Berdasarkan undang-undang di atas, daerah Kelurahan Seberang Mesjid

dengan kepadatan penduduk 8.664 jiwa/km2 dan Kelurahan Melayu dengan


5

kepadatan 9.367 jiwa/km2. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua

kelurahan tersebut termasuk dalam kategori sangat padat. Hal ini sangat berdampak

kepada tingkat sanitasi, tingkat kesehatan dan penyebaran penyakit di wilayah

Puskesmas Sei Mesa.

1.1.5. Jumlah Penduduk

Wilayah Kerja Puskesmas Sei Mesa memiliki jumlah penduduk sebanyak

16.333 dengan luas wilayah 1,80 km2.


8300
8219
8200

8100
Laki-laki
8000 7964
Perempuan
7900

7800
Puskesmas Sei Mesa

Gambar 1.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja


Puskesmas Sei Mesa Tahun 2018

Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sei Mesa

bervariatif disetiap kelurahan. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

tersaji pada tabel dibawah ini.


6

Tabel 1.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah


Kerja Puskesmas Sei Mesa Tahun 2018

jumlah
Tingkat Pendidikan Penduduk Total
Laki-laki Perempuan
Tidak memiliki ijasah SD 970 1.213 2.183
SD/ sederajat 1.852 2.015 3.868
SLTP/ sederajat 1.589 1.783 3.372
SLTA/ sederajat 1.819 1.615 3.434
Diploma 182 210 392
S-1 380 512 892
S-2- S3 12 9 21
Jumlah 6.805 7.357 14.162

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar penduduk di wilayah

kerja Puskesmas Sei Mesa memiliki pendidikan terakhir terbanyak adalah SD.

Mengetahui tingkat pendidikan suatu daerah berguna sebagai pertimbangan kader-

kader untuk membantu pengembangan kesehatan di wilayah tersebut. Selain itu,

hal tersebut juga berfungsi untuk memperkirakan kesadaran dan pengetahuan

masyarakat terhadap perlunya layanan kesehatan yang tersedia.


7

3000
2500
2000
1500
1000
500
0

Kelurahan Seberang Mesjid Kelurahan Melayu

Gambar 1.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja


Puskesmas Sei Mesa Tahun 2018

Gambar di atas menyimpulkan bahwa sebagian besar penduduk di wilayah

Puskesmas Sei Mesa tidak atau belum bekerja. Diikuti kedua terbanyak adalah ibu

rumah tangga.

Usia produktif dalam suatu produktif yang dapat dihitung dengan rumus

berikut:

𝑃15−64
𝑈𝑠𝑖𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

Keterangan:

P15-64 = Penduduk usia produktif (15-64 tahun)

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui dependency ratio atau

rasio beban tanggungan atau disebut juga rasio tanggungan keluarga

menggunakan rumus berikut:

𝑃0−14 + 𝑃65+
𝐷𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥100%
𝑃15−64

Keterangan:
8

P0-14 = Penduduk usia muda (0-14 tahun)

P65+ = Penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas)

P15-64 = Penduduk usia produktif (15-64 tahun)

Dependency ratio adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia tidak

produktif (penduduk usia muda dan penduduk usia lanjut) dengan jumlah

penduduk usia produktif.

Tabel 1.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Wilayah Kerja


Puskesmas Sei Mesa Tahun 2018

JenisKelamin Total
Umur
Laki-Laki Perempuan (jiwa)
0 - 4 tahun 170 270 440
5 - 9 tahun 256 323 579
10 – 14 tahun 321 229 550
15 – 19 tahun 452 460 912
20 – 24 tahun 727 982 1709
25 – 29 tahun 957 1007 1964
30 – 34 tahun 1048 1150 2198
35 – 39 tahun 887 907 1794
40 – 44 tahun 1215 985 2200
45 – 49 tahun 715 665 1380
50 – 54 tahun 311 351 662
55 – 59 tahun 228 300 528
60 – 64 tahun 117 125 242
65 – 69 tahun 302 224 526
70 – 74 tahun 132 165 297
75+ tahun 110 92 202
Jumlah 7.964 8.219 16.333
9

Dari perhitungan tersebut didapatkan usia produktif sebesar 83,1 % yang

artinya di wilayah kerja Puskesmas Sei Mesa, lebih dari setengah jumlah

masyarakatnya dalam usia produktif. Hasil dependency ratio sebesar 19,08% yang

dapat disimpulkan bahwa dari setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap

produktif) mempunyai tanggungan sebanyak 19 orang yang belum produktif dan

dianggap tidak produktif lagi.

Laki-Laki Perempuan
>75
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
`10-14
`5-9
0-4

-1500 -1000 -500 0 500 1000 1500

Gambar 1.5 Piramida Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Mesa Tahun
2018
10

1.2. Data Puskesmas Sei Mesa

1.2.1. Visi

Visi pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sei Mesa yang

menjadi harapan adalah “Mewujudkan pelayanan kesehatan berkualitas

menuju masyarakat Banjarmasin sehat, mandiri dan berkeadilan”, dengan visi

ini diharapkan dukungan dari masyarakat untuk mewujudkan peningkatan derajat

kesehatan.

1.2.2 Misi

Misi Puskesmas Sei Mesa adalah :

1. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu, merata

dan terjangkau dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative;

2. Memberdayakan serta mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga

dalam pembangunan kesehatan dengan mengupayakan agar prilaku hidup

bersih dan sehat menjadi bagian gaya hidup masyarakat;

3. Mengerakkan peran aktif masyarakat dalam mewujudkan lingkungan yang

sehat.

4. Membangun profesionalisme dengan memberikan pelayanan kesehatan

yang optimal baik individu, keluarga dan masyarakat.

1.2.3 Motto

“Tersenyum untuk kesehatan anda”


11

1.2.4 Sumber Daya Puskesmas

Puskesmas Sei Mesa merupakan tempat pelayanan kesehatan dalam

wilayah kerjanya mempunyai sarana kesehatan masyarakat sebagai berikut:

1. Gedung Induk Pelayanan Puskesmas

a) Gedung Puskesmas Lantai 1

- Ruangan BP Umum/Dewasa

- WC petugas/karyawan

- Ruangan Apotik

- Ruangan Loket Umum

- WC Pasien

- Ruangan KIA/KB

b) Gedung Puskesmas Lantai 2

- Ruangan BP Anak/MTBS

- Ruang PKPR

- Dapur

- WC petugas/karyawan

- Ruangan Kesehatan Lingkungan

- Ruangan Laboratorium

- Ruangan Konsultasi Gizi

- Ruangan Imunisasi

- WC Pasien

- Ruangan Poli Gigi


12

- Ruangan Laktasi

c) Gedung puskesmas lantai 3

- Ruangan Komputer dan Tata Usaha

- Ruangan KepalaPuskesmas

- Ruangan Aula Pertemuan

- Musholla

- Tempat wudhu

- Gudang

- WC petugas/karyawan

1.2.5 Sarana Prasarana, Tenaga Kerja, dan Sumber Dana.

a. Sarana Prasarana

1. Sarana Pendidikan

TK :7 buah

SD / Sederajat : 11 buah

SLTP/Sederajat :3 buah

SLTA/ Sederajat :1 buah

Diploma II/III :0 buah

PTN/PTS :1 buah

2. Sarana Ibadah

Masjid :6 buah

Langgar : 23 buah

Gereja :3 buah
13

Vihara :2 buah

3. Sarana Kesehatan

Puskesmas Induk :1 buah

Posyandu Balita : 12 buah

Posyandu Usila :3 buah

Poskesdes :0 buah

Puskesmas Keliling :2 buah

4. Sarana Transportasi

Kendaraan Roda Empat :1 buah

Kendaraan Dinas (sepeda Motor) :2 buah

b. Tenaga Kerja

Karyawan Puskesmas Sei Mesa berjumlah 29 orang yang terbagi sebagai

berikut :

Tabel 1.5 Jumlah Karyawan di Puskesmas Sei Mesa Tahun 2018

No. SumberDayaTenagaKerja Jumlah (orang)

1. Dokter Umum 2
2. Dokter Gigi 1
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat 1
4. Bidan 6
5. Perawat 5
6. Perawat Gigi 4
7. Apoteker 1
8. Asisten Apoteker 1
9. Petugas Kesling 1
10. Petugas Laboratorium 2
11. Pelaksana TU 2
12. Petugas Gizi 2
13. Verifikator Keuangan 1
14

Struktur Organisasi Puskesmas Sei Mesa

Gambar 1.6 Struktur Organisasi Puskesmas Sei Mesa Tahun 2018


15

c. Sumber Dana

Pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sei Mesa pada Tahun 2018

dibiayai dari berbagai sumber penganggaran antara lain APBD, JKN, dan BOK. Untuk

anggaran kesehatan bersumber dari APBD pada Tahun 2018 sebesar Rp.150.245.000,

dan bersumber dari JKN pada Tahun 2018 sebesar Rp. 358.439.000,- serta dari BOK

sebesar Rp. 433.770.000,-.

1.2.6 Program Kerja

Dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas Sei Mesa melaksanakan program kerja

Puskesmas secara terpadu, artinya dalam melaksanakan kegiatan yang ada di

Puskesmas dilaksanakan secara bersama-sama dengan program lain yang terkait yang

ada di Puskesmas. Program kerja Puskesmas tersebut meliputi:

A. Program Upaya kesehatan Wajib :

1. Promosi Kesehatan Masyarakat (Promkes)

2. Program Kesehatan Lingkungan (Kesling)

3. Program KIA dan KB

4. Program Perbaikan Gizi

5. Program Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular (P3M)

B. Program Upaya Pengembangan :

1. Usaha Kesehatan Sekolah

2. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

3. Upaya Kesehatan Usia Lanjut


16

4. Upaya Kesehatan Mata

5. Upaya Kesehatan Jiwa

6. Perawatan Kesehatan Masyarakat

7. Bina Kesehatan Kerja

C. Pelayanan Administrasi dan Tata Usaha

Program-program tersebut dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung

puskesmas,yaitu dengan melaksanakan pelayanan dan pencatatan kegiatan serta

pelaporan hasil kegiatan.


17

1.3 Data Khusus

Gambar 1.7 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Sei Mesa Tahun 2018

ISPA

Hipertensi Essensial

404 Dyspepsia
455
571
579 Gangguan gigi dan jaringan
3748 lain
817
Artritis lainnya

1127 Penyakit Pulpa dan Jaringan


Periapikal
1178 Non Insulin dependent
2389 Diabetes Mellitus
2006 Dermatitis lainnya

Myalgia

Diaren dan Gastroenteritis

(Sumber : Data dari Profil Puskesmas Sei Mesa Tahun 2019)


18

Gambar 1.8 Kasus ISPA Berdasarkan Usia di Puskesmas Sei Mesa Tahun 2019

300
242
250

200 167

150
100
84
100
51
50 24 16
0 0 0 0 0
0
0-7 HR 8-28 1 BLN- 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 70
HR < 1 THN THN THN THN THN THN THN THN THN+
THN

(Sumber : Data diolah dari Laporan Bulanan Puskesmas Sei Mesa Tahun 2019)

Tabel 1.6 Data Rumah Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Mesa Tahun 2018

Jumlah Rumah
No Kelurahan
Diperiksa Rumah sehat %
1 Seberang Mesjid
210 128 61%
2 Melayu
(Sumber : Laporan Kesling Puskesmas Sei Mesa Tahun 2018)
19

1.4 Latar Belakang Masalah

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut merupakan penyebab utama

morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang

meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran

pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang

lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan

menengah.1

Angka kejadian penyakit ISPA secara nasional pada tahun 2010 sebesar 758 per

seribu penduduk pada usia balita dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa

(KLB) dengan case Fatality Rate (CFR) sebesar 7,16%. Angka case fatality rate (CFR)

penderita penyakit ISPA pada tahun 2012 ialah sebesar 8,45% dimana angkanya

mengalami peningkatan dari tahun 2011 bertambah sebanyak 1200 menjadi 8852

penderita ISPA. Penyakit ISPA merupakan 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat

jalan di Puskesmas dan Rumah Sakit.2

Patogen yang paling sering menyebabkan ISPA adalah virus, atau infeksi

gabungan virus bakteri. Sementara itu, ancaman ISPA akibat organisme baru yang

dapat menimbulkan epidemi atau pandemi memerlukan tindakan pencegahan dan

kesiapan khusus.1

Terjadinya ISPA bervariasi menurut beberapa faktor yaitu berkaitan dengan

kondisi lingkungan (misalnya polutan udara, kepadatan anggota keluarga, kelembaban,

kebersihan, musim, temperatur); ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan


20

langkah pencegahan infeksi untuk mencegah penyebaran (misalnya vaksin, akses

terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi); faktor pejamu seperti

usia, kebiasaan merokok, kemampuan pejamu menularkan infeksi, status kekebalan,

status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain,

kondisi kesehatan umum; dan karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular,

faktor virulensi (misalnya gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran

inokulum).1

ISPA merupakan salah satu dari penyakit menular berbasis lingkungan

terbanyak. Berdasarkan tabel dan uraian di atas, terlihat bahwa ISPA merupakan

penyakit terbanyak di Puskesmas Sei Mesa sepanjang tahun 2018. Pada tahun 2019

terjadi peningkatan jumlah kejadian ISPA baik di poli umum, maupun di poli anak.

Angka kejadian ISPA paling tinggi terjadi pada balita yaitu sebanyak 326 kasus

(47,6%) dari 684 kasus ISPA di Puskesmas Sei Mesa pada Januari-April 2019.

Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit yang berhubungan dengan

lingkungan di dalam rumah, terutama kondisi yang sangat dekat dengan tempat

perlindungan yakni lingkungan di dalam rumah. Lingkungan di dalam rumah sangat

berinteraksi erat terhadap tempat tinggal sehari-hari pada balita, apabila lingkungan di

dalam rumah dimana tempat suatu keluarga berkumpul dan berlindung tidak sehat

karena adanya serangan infeksi oleh bakteri atau virus maka dapat menimbulkan

berbagai penyakit pada balita salah satunya adalah penyakit ISPA.2


21

Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat

kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat

pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan

hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.3

Pada survey rumah sehat tahun 2018 yang dilakukan di dua kelurahan

didapatkan hasil sebagai berikut dari 210 rumah yang diperiksa terdapat 128 rumah

yang memenuhi kriteria rumah sehat (61%). Dari dua kelurahan yang diperiksa belum

ada yang memenuhi kriteria rumah sehat sesuai dengan target Nasional rumah sehat

sebesar 80%.

Kejadian ISPA didasarkan adanya interaksi antara komponen host, agent, dan

environment, berubahnya salah satu komponen mengakibatkan keseimbangan

terganggu sehingga terjadi ISPA. Faktor risiko kejadian ISPA pada balita dipengaruhi

oleh faktor intrinsik (umur, jenis kelamin, status gizi, status imunisasi) dan faktor

ekstrinsik (biologis, fisik dan sosial). Faktor biologis adalah bakteri atau

mikroorganisme. Faktor fisik misalnya lingkungan rumah yang tidak sehat dan faktor

sosial menyangkut perilaku hidup yang tidak sehat.4

Adapun penelitian tentang hubungan faktor lingkungan rumah berupa keluarga

yang merokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada balita. Kejadian ISPA pada

balita dengan variabel merokok di dalam rumah dengan hasil OR = 58,682, yang

artinya balita yang tinggal di rumah dan di dalamnya ada anggota keluarga yang
22

merokok mempunyai risiko rnenderita penyakit 1SPA 58,7 kali dibandingkan dengan

balita yang tinggal dirumah tanpa ada yang merokok di dalamnya.5

Berdasarkan wawancara dengan pemegang program Kesling dan P3M,

penyuluhan mengenai rumah sehat masih sangat jarang dilakukan. Jumlah SDM yang

terbatas dan dana yang kurang untuk penyuluhan juga mempengaruhi

ketidakoptimalan sistem kerja. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara ke 10 orang

tua balita yang didiagnosis ISPA, 7 diantaranya tidak mengetahui mengenai apa itu

rumah sehat dan apa saja kriteria rumah sehat sehingga dapat dikatakan bahwa

pengetahuan masyarakat mengenai rumah sehat masih kurang.

1.5 Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk menentukan prioritas masalah serta alternatif

pemecahan masalah agar jumlah rumah sehat dapat meningkat dalam upaya

menurunkan angka kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sei Mesa.

Anda mungkin juga menyukai