Anda di halaman 1dari 22

PROSES SEDIMENTASI YANG TERJADI PADA MUARA SUNGAI

CIMANUK INDRAMAYU

DISUSUN OLEH :

ATIKA KUMALA DEWI

26020211130042

OSEANOGRAFI A

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2013
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.000 buah pulau. Wilayah
pesisir dan luas laut mencakup sekitar 3,1 juta km2 dan ZEE 5,8 juta km2. Dan garis pantai
memuat habitat yang sangat bervariasi (81.000 km2), kedua setelah Canada.

Wilayah pesisir adalah wilayah interaksi antara lautan dan daratan. Wilayah ini sangat potensial
sebagai modal dasar pembangunan Indonesia. Pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir
yang baik menjadikan wilayah pesisir sebagai salah satu komoditi Indonesia (devisa). Maka
dari itu, dalam hal ini tentu diperhatikan pula faktor – faktor yang berdampak terhadap
lingkungan pesisir, seperti : sedimentasi, kegiatan manusia, pencemaran di perairan laut, dan
over eksploitasi SDA.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mempelajari kawasan muara S. Cimanuk
muda ini untuk mengetahui secara rinci tentang proses-proses yang terjadi pada pembentukan
dan pengendapan suatu delta. Sebagai bahan referensi tentang studi kasus sedimentologi yang
terjadi di perairan pantai Indonesia khususnya pada muara sungai dan sebagai informasi yang
penting tentang ilmu sedimentologi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sedimentologi

Sedimentologi adalah studi tentang proses-proses pembentukan, transportasi dan


pengendapan material yang terakumulasi sebagai sedimen di dalam lingkungan kontinen dan
laut hingga membentuk batuan sedimen. ‘Sedimentologi’ hanya ada sebagai cabang ilmu
geologi untuk beberapa dekade. Sedimentologi berkembang karena unsur-unsur stratigrafi
fisika menjadi lebih kuantitatif dan lapis-lapis strata dijelaskan berdasarkan proses fisika, kimia
dan biologi yang membentuknya. Tidak adanya terobosan besar sampai berkembangnya teori
tektonik lempeng. Suatu konsep menginterpretasi batuan dalam proses modern yang
menyokong sedimentologi modern dimulai pada abad 18 dan 19 (‘present is the key to the
past’). (Salim, J. A., 2005).

2.2 Pengertian Sedimentasi

Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan


tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut. Sedimentasi yang
terjadi di lingkungan pantai menjadi persoalan bila terjadi di lokasi-lokasi yang terdapat
aktifitas manusia yang membutuhkan kondisi perairan yang dalam seperti pelabuhan, dan alur-
alur pelayaran, atau yang membutuhkan kondisi perairan yang jernih seperti tempat wisata,
ekosistem terumbu karang atau padang lamun. Untuk daerah-daerah yang tidak terdapat
kepentingan seperti itu, sedimentasi memberikan keuntungan, karena sedimentasi
menghasilkan pertambahan lahan pesisir ke arah laut (Arief Rullyanto et al. 2010)

Sedimentasi di suatu lingkungan pantai terjadi karena terdapat suplai muatan sedimen yang
tinggi di lingkungan pantai tersebut. Suplai muatan sedimen yang sangat tinggi yang
menyebabkan sedimentasi itu hanya dapat berasal dari daratan yang dibawa ke laut melalui
aliran sungai. Pembukaan lahan di daerah aliran sungai yang meningkatkan erosi permukaan
merupakan faktor utama yang meningkatkan suplai muatan sedimen ke laut. Selain itu,
sedimentasi dalam skala yang lebih kecil dapat terjadi karena transportasi sedimen sepanjang
pantai (Arief Rullyanto et al. 2010).

Karakteristik sedimentasi di perairan pesisir terjadi perlahan dan berlangsung menerus selama
suplai muatan sedimen yang tinggi terus berlangsung. Perubahan laju sedimentasi dapat terjadi
bila terjadi perubahan kondisi lingkungan fisik di daerah aliran sungai terkait. Pembukaan
lahan yang meningkatkan erosi permukaan dapat meningkatkan laju sedimentasi. Sebaliknya,
pembangunan dam atau pengalihan aliran sungai dapat merubah kondisi sedimentasi menjadi
kondisi erosional(Wolanski,2000).

Bila sedimentasi semata-mata karena tranportasi muatan sedimen sepanjang pantai, laju
sedimentasi yang terjadi relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan sedimentasi yang
mendapat suplai muatan sedimen dari daratan. Proses sedimentasi berlangsung perlahan dan
terus menerus selama suplai muatan sedimen yang banyak dari daratan masih terus terjadi.
Proses sedimentasi berhenti atau berubah menjadi erosi bila suplai muatan sedimen berkurang
karena pembangunan dam atau pengalihan alur sungai.

2.3 Keadaan Topografi Indramayu

Wilayah Kabupaten Indramayu meliputi luas 204.011 Ha dan secara georafis terletak
diantara 107º 52´-108º 36´ Bujur Timur dan 6º 15´-6º 40´ Lintang Selatan. Keadaan Topografi
di wilayah Kabupaten Indramayu pada umumnya merupakan daerah landai dengan kemiringan
tanahnya rata-rata 0 – 2 %.

Jenis tanah di Kabupaten Indramayu meliputi Alluvial (63 %), Clay Grumosol (24 %) dan
Podsolik (12 %). Musim hujannya berlangsung pada Oktober s/d Maret dan kemarau pada
April s/d September. Kabupaten Indramayu mempunyai tipe iklim D, dengan temperatur
berkisar 18 – 28 ºC. Curah hujan rata-rata per tahun berkisar 1.418 mm dengan jumlah hari
hujan rata-rata 75 hari, curah hujan yang tertinggi pada bulan Januari dengan curah hujan 364
mm, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Agustus dengan curah hujan 10 mm

(Dinas Perkebunan dan kehutanan kabupaten Indramayu, 2010).

2.4 Muara Sungai

Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut,
sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Pickard, 1967).
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan menghasilkan suatu komunitas yang
khas, dengan kondisi lingkungan yang bervariasi, antara lain
1. tempat bertemunya arus sungai dengan arus pasang surut, yang berlawanan
menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air,
dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya.
2. pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika
lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air
laut.
3. perubahan yang terjadi akibat adanya pasang surut mengharuskan
komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan
sekelilingnya.
4. tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut,
banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lain, serta topografi daerah estuaria
tersebut.

III. ISI
3.1 Proses Sedimentasi Pada Muara Sungai Cimanuk Indramayu

Wilayah pesisir Kabupaten Indramayu merupakan daerah pedataran yang cukup luas
yang ditempati oleh endapan aluvium. S. Cimanuk adalah satu-satunya sungai yang mengalir
di kawasan ini, akan tetapi di Desa Sindang, selatan Indramayu.

S. Cimanuk bercabang membentuk sungai-sungai yang bermuara di wilayah pesisir barat, yaitu
S. Anyar dan S. Rambatan, sedangkan S. Cimanuk sendiri bermuara ke pesisir timur
Indramayu. Sungaisungai tersebut memiliki debit dan material sedimen yang sangat besar di
waktu musim hujan, material sedimen yang disebarkan di Laut Jawa mengakibatkan
pendangkalan di kawasan garis pantai timur dan barat Indramayu. Batuan pembentuk dataran
rendah Kabupaten Indramayu adalah berumur Kuarter. Satuan batuan terbawah di daerah ini
adalah Endapan Konglomerat dan Batupasir Tufaan. Satuan ini ditutupi oleh beragam Endapan
Aluvium yang berumur Holosen, endapanendapan tersebut dapat dibagi menjadi Endapan
Banjir, Endapan Pantai, Endapan Pematang Pantai, Endapan Sungai dan Endapan Delta
(Rimbaman drr. 2002). Endapan Konglomerat dan Batupasir Tufaan (Qps), terdiri dari material
andesit dan batu apung berukuran 5 cm dengan perlapisan yang kurang jelas. Ke arah selatan
Kabupaten Indramayu, endapan ini ditemukan sebagai konglomerat breksian dengan pecahan
batu apung. Beberapa komponen mencapai ukuran 15–25 cm dengan masa dasar batupasir
tufaan, banyak dijumpai lapisan silang-siur berukuran kurang lebih 1,5 meter dan batupasir
tafaan sebagai sisipan dalam konglomerat. Satuan ini merupakan endapan sungai jenis kipas
aluvium setebal 125 meter dan berumur Plistosen. Endapan Sungai dan Pantai (Qa) dapat
dibagi menjadi Endapan Banjir, terdiri dari lempung pasiran, lempung humusan yang berwarna
coklat kehitaman. Semakin ke selatan daerah penelitian berubah warna kemerahan dan tufaan,
menutupi satuan di bawahnya secara tidak selaras.Endapan Pantai, terdiri dari lanau, lempung
dan pasir, mengandung pecahan moluska. Satuan ini berbatasan dengan tanggul – tanggul
pantai, sebarannya di pantai bagian tengah dan bagian timur.

Daerah endapan pantai biasa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pesawahan dan tambak.
Endapan Pematang Pantai, terdiri dari pasir kasar sampai halus dan lempung yang banyak
mengandung moluska. Sebaran pematang-pematang sangat terbatas di sekitar pesisir
membentuk garis-garis yang sejajar tapi terkadang juga bentuk memancar dari satu titik. Tinggi
rata-rata pematang tersebut kurang lebih 5 meter. Endapan Sungai, terdiri dari pasir, lanau dan
lempung, berwarna kecoklatan, terendapkan disepanjang alur sungai Cimanuk sebagai mid
stream bar. Endapan Delta, terdiri dari lanau dan lempung, berwarna coklat kehitaman
mengandung sedikit moluska, ostrakoda, foraminifera plangton dan bentos. Daerah satuan ini
merupakan tempat usaha pertambakan bandeng, udang dan hutan bakau.Dari peta geologi
menggambarkan endapan sedimen Kuarter yang beragam serta batuan sedimen berumur
Tersier yang telah mengalami struktur sesar berarah barat-timur. Endapan sungai dan pantai
sebagai lapisan penutup yang cukup luas di kawasan pantai utara Jawa Barat yang berbatasan
dengan Laut Jawa.

Sungai Cimanuk merupakan gabungan dari anak-anak sungai yang lebih kecil, yaitu Sungai
Cilutung, Cipelas dan Cikeruh. Jika ditelusuri lebih lanjut, hulu S. Cimanuk berada disekitar
Kabupaten Garut bernama S. Cukeruh, hulu S. Cipelas berada di Kabupaten
Sumedang,tepatnya di kaki Gunungapi Tampomas; sedangkan hulu S. Cilutung berada di
Kabupaten Kuningan, berasal dari kaki gunungapi Ciremai (peta rupabumi, skala 1 : 50.000).
Ketiga anak S. Cimanuk mengalir pada daerah-daerah endapan volkanik muda berumur
Kuarter (Ratman dan Gafoer, 1998). Aliran S. Cimanuk mengalami perubahan yang berarti di
Indramayu, hal ini terjadi pada tahun 1947, ketika tanggul yang berada di desa Pabean Udik,
Kabupaten Indramayu hancur diterjang bajir. Saat itu aliran S. Cimanuk mengalami perubahan,
sebagian aliran sungai mengalir ke arah timurlaut, mencari jalan terdekat menuju garis pantai,
membentuk delta baru dengan tipe delta telapak kaki burung (birdfoot-type delta) yang dapat
kita saksikan hingga saat ini.

Setidaknya ada tiga buah mulut muara sungai dari tipe delta ini yang masing-masing memiliki
aktivitas sedimentasi. Cimanuk sendiri memiliki debit mencapai 1200 m3/ detik di kala musim
hujan, yaitu pada bulan Oktober hingga Maret, sedangkan pada musim kering debit Sungai ini
hanya mencapai 5 m3/detik, jadi kecepatan proses sedimentasi serta perubahan bentuk dari
mulut muara akan sangat meningkat disaat musim hujan (Teddy drr.,1999). Dengan debit
sungai yang sedemikian besar, dikala musim hujan, mengakibatkan alur sungai yang ada tidak
mampu menampung jumlah air sungai, air akan meluap keluar menggenangi lingkungan
sekitar. Dalam situasi tersebut kecepatan aliran air luapan (banjir) S. Cimanuk akan mengalami
penurunan karena terhambat oleh berbagai pematang-pematang, arus dan gelombang laut.

Maka akan terjadi proses pelumpuran atau pengendapan material sedimen di kawasan muara
sungai, hal tersebut menyebabkan bertambah luasnya daratan di mulut-mulut muara. Arus
sungai yang deras mengalir ke arah laut bertemu dengan aktivitas gelombang, hal tersebut
adalah salah satu penyebab yang dapat merubah arah muara serta bentuk perkembangan
delta.Kadar lumpur air S. Cimanuk tergolong tinggi yaitu rata-rata 2.850 mg/liter, sementara
kadar maksimum adalah 8.840 mg/liter, karena memiliki kadar lumpur yang cukup tinggi maka
pertumbuhan daratan baru (akrasi) di kawasan muara S. Cimanuk berlangsung dengan
kecepatan kurang lebih 200 meter/tahun (Hehanussa drr., 1980).

Dua faktor penting yang mempengaruhi dinamika alur S. Cimanuk yaitu perubahan yang
drastis debit sungai dan kandungan lumpur yang cukup tinggi. S. Cilutung sebagai salah satu
anak S. Cimanuk juga mempunyai arti penting, sungai ini juga memiliki kadar lumpur lebih
dari 2.850 mg/liter. Dari kandungan lumpur yang demikian tinggi tersebut ditambah dengan
kandungan lumpur S. Cimanuk dapat mencapai 27 juta ton/ tahun (Hehanussa drr., 1980).
Akibatnya kawasan muara S. Cimanuk akan mengalami proses pendangkalan (akrasi) yang
sangat luas dan cepat. Material sedimen terangkut aliran S. Cimanuk memiliki beragam ukuran
butir, gosong pasir terkadang terbentuk pada tengahtengah alur sungai (mid stream bar) yang
terdiri dari pasir ukuran sedang. Pembentukan gosong pasir tersebut dapat menghambat dan
menyumbat aliran alur-alur sungai mengakibatkan proses pengendapan tidak seimbang antara
satu alur dengan alur-alur lainnya. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor terjadinya perubahan
bentuk muara delta. Tidak menutup kemungkinan bahwa salah satu alur sungai mengalami
akrasi lebih cepat dibanding dengan alur lainnya. Akan tetapi pada dasarnya seluruh alur-alur
sungai di delta S. Cimanuk baru tetap mengalami akrasi.

Proses sedimentasi dan erosi tampak sering terjadi di alur-alur sungai delta S. Cimanuk, hal
tersebut dapat di amati dari adanya perubahan lebar alur sungai, suatu saat mengalami
penyempitan akan tetapi di sisi lain alur tersebut mengalami pelebaran. Proses sedimentasi dan
erosi merupakan dua proses yang terjadi silih berganti dalam jarak yang relatif dekat untuk
mencapai keseimbangan dan merupakan bagian dari dinamika alur sungai pada tipe delta
telapak kaki burung S. Cimanuk. Dominasi energi untuk kawasan muara S. Cimanuk berasal
dari sungai, hal ini yang menyebabkan delta S. Cimanuk berbentuk telapak kaki
burung.Dengan kecepatan aliran sekitar 20 – 160 cm/ detik dengan kandungan material lumpur
yang tinggi, dapat membentuk tanah-tanah timbul yang sempit dan menjorok jauh kearah laut,
berdasarkan pengukuran dari peta dasar saat ini telah mencapai 12 kilometer dari garis pantai
lama tahun 1942. Karakteristik pantai di muka muara S. Cimanuk banyak ditempati oleh
lumpur berwarna hitam yang sangat luas, khususnya pada musim hujan selain kecepatan arus
sungai yang sangat kuat juga muatan sedimen yang lebih melimpah.

Energi sungai yang sangat tinggi melampaui energi gelombang mengakibatkan aliran anak-
anak sungai delta Cimanuk mengalami akrasi yang sangat cepat dengan membuat kawasan
genangan yang menjorok ke arah laut. Kawasan genangan dengan salinitas yang tinggi
merupakan ekosistem yang tepat untuk tumbuhan bakau (mangrove). Dari hasil pengamatan di
kawasan pesisir delta, tumbuhan bakau yang memiliki akar bercabang dipermukaan tanah
merupakan perangkap bagi material sedimen untuk tidak terbawa oleh gelombang, hal tersebut
mengakibatkan proses pendangkalan kawasan muara akan cepat terjadi. Kawasan muara S.
Cimanuk terdiri dari material lempung berwarna kelabu kehitaman. Lapisan pasir berukuran
sedang hingga halus dengan pemilahan baik sering ditemukan sebagai lensa-lensa tipis di
antara material sedimen yang berukuran halus, seperti lanau dan lempung.

Kegiatan pemboran dilakukan di delta muda S. Cimanuk, tepatnya di desa Brondong,


Kabupaten Indramayu, sedalam 30 m, guna mengetahui urutan material sedimen penyusun
delta. Titik Bor ditempatkan dekat dengan cabang S. Cimanuk dengan S. Pancer Song untuk
mendapatkan data ketebalan lapisan material kasar dan halus. Dari urutan sedimen hasil
pemercontoh pemboran, menunjukkan adanya lapisan lempung yang tebal dan lapisan yang
berbutir lebih kasar. Dengan ketebalan lapisan lempung pada percontoh bor, dapat
membuktikan bahwa kandungan lumpur S. Cimanuk sangat melimpah, khususnya pada musim
hujan. Dari pemerian data bor, sulit untuk dilihat adanya siklus musim (climatic cycles) karena
tidak tampaknya batas-batas perlapisan dan siklus yang tegas pada pemercontoh bor karena
dominasi endapan lumpur yang lunak, pejal dan ada sedikit pasir berbutir sedang hingga halus.
Lingkungan pengendapan kawasan ini pada zona pasang surut (intertidal zone), pada urutan
sedimen delta ditemukan cangkang-cangkang Moluska baik pada lapisan berbutir kasar
maupun yang berbutir halus. Rombakan batuan berukuran 2 – 3 cm, umumnya material
terumbu karang. Walaupun Moluska dapat hidup di darat akan tetapi keberadaan cangkang-
cangkang Moluska serta rombakan terumbu karang berukuran krakal pada endapan berbutir
halus ditafsirkan sebagai akibat dari aktivitas gelombang laut. Pemboran air telah dilakukan
masyarakat hingga kedalaman lebih dari 150 meter untuk mencapai lensa-lensa pasir di daerah
delta ini, untuk mendapatkan air tawar, tetapi tidak berhasil karena air tanah masih
mengandung kadar garam yang cukup tinggi serta mengeluarkan gelembung-gelembung gas.
IV. KESIMPULAN

Delta S. Cimanuk terbentuk pada tahun 1947 saat banjir besar menghancurkan tanggul di desa
Pabean Udik, Kabupaten Indramayu. Luapan air S. Cimanuk mengalir ke arah taratimur
membentuk delta baru. Energi S. Cimanuk yang sangat kuat, khususnya pada musim hujan
mencapai debit 1200 m3/detik, serta kandungan sedimen lumpur yang tinggi, mencapai 2.850
mg/liter membangun delta dengan tipe talapak kaki burung (birdfoot-type delta), mencirikan
dominasi energi sungai dibandingkan dengan energi gelombang laut. Endapan sedimen
lempung yang sangat tebal pada pemercontoh pemboran serta penampang rekaman geolistrik
mendukung bahwa S. Cimanuk menghasilkan lumpur minimal 53,6 juta ton/ tahun.

Sisipan pasir berukuran sedang dan halus berwarna hitam berada di antara endapan lumpur
ditemukan dari data bor di Desa Brondong hal tersebut menunjukkan ciri dari urutan endapan
sedimen delta. Tumbuhan bakau yang dapat dijumpai di kawasan rawa-rawa di muara delta
Cimanuk turut berperanserta dalam perkembangan delata S. Cimanuk karena akarnya yang
berfungsi sebagai perangkap material sedimen. Proses sedimentasi di dominasi oleh material
sedimen yang sangat melimpah berasal dari S. Cimanuk membentuk delta type telapak kaki
burung (birdfoot).

Pertumbuhan Delta S. Cimanuk terus bertambah hingga saat ini dengan kecepatan 200
meter/tahun. Pemantauan dilakukan dengan menggunakan peta topografi, photo udara serta
citra satelit dari Landsat, guna mengetahui perkembangannya maka dapat dilihat dari gambaran
garis pantai lama hingga garis pantai hasil rekaman terakhir.

Rekomendasi :

Sebaiknya di daerah muara sungai Cimanuk dibangun breakwater supaya dapat menahan laju
sedimentasi pada muara sungai. Pembangunan dan analisis breakwater dilakukan dengan
bantuan para ahli dalam bidang oseanografi, dalam hal pembangunan sebaiknya tidak melihat
berapa jumlah yang harus dikeluarkan tetapi lebih mengutamakan dampak positif dari
pembangunan breakwater tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Rullyanto et al. 2010. Pemodelan Transport Sedimen Kohesif Di Muara Sungai Cimanuk,
Indramayu. JURNAL TEKNOLOGI MINERAL, Vol. XVII No. 2 June 2010

Dinas Perkebunan dan kehutanan kabupaten Indramayu, 2010

Hehanussa, P.E., 1976. Sedimentasi delta baru Cimanuk. Majalah Geologi Vol 3 No 1.
Salim, J. A., 2005. Intensitas Sedimentasi dan Erosi Pantai Indramayu Bagian Timur. Master
Thesis, ITB.

Wolanski, E. dan Spagnol, S., 2000. Environmental Degradation by Mud in TropicalEestuaries,


Springer Berlin.

PAPER

“SEDIMEN DI MUARA SUNGAI KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN, SERTA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN ’’


Disusun oleh:

Atika Kumala Dewi

26020210130042

JURUSAN ILMU KELAUTAN PRODI OSEANOGRAFI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2013

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.000 buah pulau. Wilayah
pesisir dan luas laut mencakup sekitar 3,1 juta km2 dan ZEE 5,8 juta km2. Dan garis pantai
memuat habitat yang sangat bervariasi (81.000 km2), kedua setelah Canada.

Wilayah pesisir adalah wilayah interaksi antara lautan dan daratan. Wilayah ini sangat potensial
sebagai modal dasar pembangunan Indonesia. Pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir
yang baik menjadikan wilayah pesisir sebagai salah satu komoditi Indonesia (devisa). Maka
dari itu, dalam hal ini tentu diperhatikan pula faktor – faktor yang berdampak terhadap
lingkungan pesisir, seperti : sedimentasi, kegiatan manusia, pencemaran di perairan laut, dan
over eksploitasi SDA.

Sungai adalah saluran alamiah di permukaan bumi yang menampung dan menyalurkan air
hujan dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah dan akhirnya bermuara di danau
atau di laut. Di dalam aliran air terangkut juga material-material sedimen yang berasal dari
proses erosi yang terbawa oleh aliran air dan dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan
akibat sedimentasi dimana aliran air tersebut akan bermuara yaitu di danau atau di laut.
Sedimen sangat berpengaruh dan banyak dijumpai dalam semua kehidupan, terutama di daerah
muara sungai. Sedimen di muara sugai memiliki manfaat dan ada juga kerugian yang
ditimbulkan tapi hanya beberapa orang yang mengetahui oleh karena itu dan alasan yang lain
nya saya ingin mendiskripsikan hal tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mempelajari kawasan endapan muara Sungai. Muda
ini untuk mengetahui secara rinci tentang proses-proses yang terjadi serta apa saja dampak
negative dan dampak positif yang akan terjadi di proses pengendapan sedimen yang terjadi,
khususnya pada muara sungai dan sebagai informasi yang penting tentang manfaat dan
kerugian dari endapan yang ada di muara sungai

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sedimentologi
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari pembentukan lapisan tanah karena
pengendapan tanah yang mengalami perpindahan dari tempat lain. Contohnya adalah
sedimentasi di delta sungai dan daerah sekitar gunung berapi. Ilmu ini berkaitan erat dengan
pembentukan bahan galian seperti batubara, minyak bumi, emas, perak dsb.

Kenaekaragaman hayati Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (biodiversity) adalah suatu


istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat
dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan,
hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk
kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman
bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali
digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.

Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi; wilayah tropis memiliki
keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus menurun
jika semakin jauh dari ekuator. Delta sungai atau Kuala adalah endapan di muara sungai yang
terletak di lautan terbuka, pantai, atau danau, sebagai akibat dari berkurangnya laju aliran air
saat memasuki laut. Tipe muara sungai yang lain adalah estuaria.

Pengaruh letak muara sungai yang berada dihilir, maka debit aliran di muara lebih besar
dibanding pada tampang disebelah hulu, mengakibatkan kecepatan aliran menjadi besar
sehingga angkutan sedimen yang terbawa oleh aliran sungai dan material pun menjadi besar.
Besarnya volume angkutan sedimen tergantung dari perubahan musim penghujan dan kemarau
serta dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Permasalahan yang terjadi adalah banyaknya endapan
sedimen di muara sungai sehingga tampang alirannya kecil, dapat mengganggu aliran debit
sungai ke laut. Ketidaklancaran aliran tersebut dapat mengakibatkan banjir di daerah hulu
sungai. (Triyanti Anasiru,2010)

2.3 Sedimen
Sedimen adalah pecahan-pecahan material umumnya terdiri atas uraian batu-batuan
secara fisis dan secara kimia. Partikel seperti ini mempunyai ukuran dari yang besar (boulder)
sampai yang sangat halus (koloid), dan beragam bentuk dari bulat, lonjong sampai persegi .
Pada umumnya partikel yang bergerak dengan cara bergulung, meluncur dan meloncat disebut
angkutan muatan dasar (bed-load transport), sedangkan partikel yang melayang disebut
angkutan muatan layang (suspended load transport). Material sedimen adalah kuarsa, begitu
partikel sedimen terlepas mereka akan terangkut oleh gaya grafitasi, angin dan atau air.
Angkutan sedimen di sungai yang bergerak oleh aliran air, sangat erat berhubungan dengan
erosi tanah permukaan karena hujan. Air yang meresap ke tanah dapat mengakibatkan
longsoran tanah yang kemudian masuk ke sungai mempunyai andil yang sangat besar pada
jumlah angkutan sedimen di sungai. Seluruh proses merupakan siklus yang saling terkait antara
erosi tanah --angkutan sedimen -- pengendapan. Karena muatan dasar senantiasa bergerak,
maka permukaan dasar sungai kadang-kadang naik (agradasi) tetapi kadang-kadang turun
(degradasi) dan naik turunnya dasar sungai disebut alterasi dasar sungai (river bed alteration).
muatan melayang tidak berpengaruh pada alterasi dasar sungai, tetapi dapat mengendap di
dasar waduk atau muara sungai, yang menimbulkan pendangkalan- pendangkalan waduk atau
muara sungai tersebut yang menyebabkan timbulnya berbagai masalah.
2.4 Muara Sungai
Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan dengan laut.
Permasalahan di muara sungai dapat ditinjau di bagian mulut sungai ( river mouth ) dan estuari.
Mulut sungai adalah bagian paling hilir dari muara sungai yang langsung bertemu dengan laut.
Sedangkan estuari adalah bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut. Muara sungai
berfungsi sebagai pengeluaran/aliran debit sungai, terutama pada waktu banjir, ke laut. Selain
itu muara sungai juga harus melewatkan debit yang ditimbulkan oleh pasang surut, yang bisa
lebih besar dari debit sungai. sehingga muara sungai harus cukup lebar dan dalam.
Morfologi muara sungai Muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang tergantung
pada faktor dominan yang mempengaruhinya. Ketiga faktor dominan tersebut adalah
gelombang, debit sungai dan pasang surut (Nur Yuwono, 1994).
a. Muara yang didominasi gelombang laut Gelombang besar yang terjadi pada pantai
berpasir dapat menimbulkan angkutan (transpor) sedimen, baik dalam arah tegak lurus
maupun sejajar/sepanjang pantai. angkutan sedimen tersebut dapat bergerak masuk ke
muara sungai dan karena di daerah tersebut kondisi gelombang sudah tenang maka
sedimen akan mengendap. Semakin besar gelombang semakin besar angkutan sedimen
dan semakin banyak sedimen yang mengendap di muara.
b. Muara yang didominasi debit sungai Muara ini terjadi pada sungai dengan debit
sepanjang tahun cukup besar yang bermuara di laut dengan gelombang relatif kecil
Pada waktu air surut sedimen akan terdorong ke muara dan menyebar di laut. Selama
periode sekitar titik balik di mana kecepatan aliran kecil, sebagian suspensi mengendap.
Pada saat dimana air mulai pasang, kecepatan aliran bertambah besar dan sebagian
suspensi dari laut masuk kembali ke sungai bertemu dengan sedimen yang berasal dari
hulu. Selama periode dari titik balik ke air pasang maupun air surut kecepatan aliran
bertambah sampai mencapai maksimum dan kemudian berkurang lagi. Dengan
demikian dalam satu siklus pasang surut jumlah sedimen yang mengendap lebih banyak
daripada yang tererosi, sehingga terjadi pengendapan di depan mulut sungai.
c. Muara yang didominasi pasang surut Apabila tinggi pasang surut cukup besar, volume
air pasang yang masuk ke sungai sangat besar. Air tersebut akan berakumulasi dengan
air dari hulu sungai. Pada waktu air surut, volume air yang sangat besar tersebut
mengalir keluar dalam periode waktu tertentu yang tergantung pada tipe pasang surut.
Dengan demikian kecepatan arus selama air surut tersebut besar, yang cukup potensial
untuk membentuk muara sungai. Muara sungai tipe ini berbentuk corong atau lonceng.

Faktor-faktor oseanografis yang mempengaruhi


Material yang berasal dari erosi badan sungai dan erosi lautan pada daerah aliran sungai akan
terbawa bersamaan debit aliran menuju muara sungai. Kondisi muara sungai pada umumnya
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu debit sungai, gelombang, dan pasang surut. Ketiga faktor
tersebut bekerja secara simultan, tapi biasanya salah satu faktor mempunyai pengaruh lebih
dominan dari yang lainnya. Debit sungai memberi pengaruh dominan pada sungai besar yang
bermuara ke laut yang tenang(triatmodjo,1999).

Pengaruh elevasi dan oseanografis menyebabkan arus pada muara sungai relatif tenang,
sehingga sedimen mengalami sedimentasi. Pola distribusi sedimen tersebut dipengaruhi oelh
ketiga faktor diatas. Sehubungan dengan hal tersebut maka dipandang perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang distribusi dan laju sedimen yang dikaitkan dengan pengaruh
debit sungai dan kondisi oseanografi di daerah muara sungai

Adanya proses sedimentasi yang sangat tinggi karena adanya peristiwa menyempitkan wilayah
daratan di daerah muara sungai. Ketika perairan pantai terbuka dengan horizon pantai yang
berhadapan langsung menghadap samudera. Oleh karena itu, gelombang menuju pantai sangat
berpengaruh terhadap dinamika pantai di daerah tersebut.
III. ISI

Muara sungai adalah wilayah badan air yang menjadi pertemuan antara satu atau lebih
sungai pada wilayah pesisir dengan wilayah laut. Muara sangat terpengaruh oleh kondisi air
daratan seperti aliran air tawar dan sedimen, serta air lautan seperti pasang-surut, gelombang,
dan masuknya air asin. Sebagai hasilnya, muara mengandung banyak ceruk biologis dalam area
kecil, dan begitu juga terkait dengan tingginya keanekaragaman hayati.

Proses sedimen terjadi karena banyak penyebabnya saat musim hujan dan debit air mengalami
kenaikan dan terjadi luapan air sungai ( banjir ). Dalam situasi tersebut kecepatan aliran air
luapan (banjir) sungai akan mengalami penurunan karena terhambat oleh berbagai pematang-
pematang, arus dan gelombang laut.

Maka akan terjadi proses pelumpuran atau pengendapan material sedimen di kawasan muara
sungai, hal tersebut menyebabkan bertambah luasnya daratan di mulut-mulut muara. Arus
sungai yang deras mengalir ke arah laut bertemu dengan aktivitas gelombang, hal tersebut
adalah salah satu penyebab yang dapat merubah arah muara serta bentuk perkembangan delta
serta pengendapan karena proses sedimen

Muara-muara sungai biasanya terjadi pasang surut sungai (dalam bahasa ilmiah aestus), dan
sering dicirikan oleh sedimentasi atau endapan lumpur dari darat yang terbawa air hujan.
Kondisi air di muara terdiri dari air payau.

Adapun materi material yang terbawa akan membentuk suspensi dan ada juga sedimen yang
mengendap dimuara sungai,

Sedimen dimuara sungai banyak mempengaruhi keadaan sungai, yang bisa mempengaruhi
kualitas air, suspensi dari material-material yang dibawa oleh runoff / akibat turunnya hujan
dan sedimen yang sudah ada mengakibatkan kekeruhan yang bisa mengakibatkan dampak
buruk bagi biota-biota yang memperlukan kecerahan dalam menjalankan kehidupannya, dan
jika sedimen terlalu menumpuk pada muara sungai akan mengakibatkan kebanjiran yang parah
pada daerah yang lain, yaitu daerah asal aliran sungai tersebut karena pengaruh lambatnya
aliran menuju laut yang mengakibatkan sungai yang ada meluap pada daerah yang ada
disekitarnya.

lantaran sedimentasi, mengakibatkan sudah terjadi pendangkalan sehingga dibutuhkan keruk


sedimen karena sedimen yang menumpuk akan menghambat aliran dari sungai tersebut
walaupun nantinya akan membutuhkan dana yang besar.

Walaupun tidak semua dampak yang ditimbulkan adalah dampak negatif, seperti dalam jangka
panjang sedimentasi dalam jutaan tahun kembali akan mengahasilkan mineral yang berguna
untuk energy seperti minyak dan gas alam atau seperti pengendapan yang terjadi di sungai,
banyak yang menggali dan menambang pasir di darerah sungai. Minyak memiliki daya jual
tinggi dan manfaat yang besar yaitu sebagai bahan bakar motor, dan penggerak industry. Gas
merupakan bahan untuk perapian rumah tangga, dan pasir sangat bermanfaat sebagai bahan
bangunan, pasir yang berasal dari sedimen sungai lebih memiliki kualitas yang tinggi dibanding
dengan yang lain nya karena sedimentsi menyebabkan kualitas pasir menjadi bagus untuk
bahan bangunan dan untuk membuat jalan. Adapun yang lebih hebat sedimen sungai kadang
mengandung bahan tambang yang sangat mahal di pasaran misalnya emas.

IV KESIMPULAN

sedimen pada muara sungai keuntungan dan kerugian banyak sekali adapun kerugian
nya membuat kebanjiran dan lainnya, dan walaupun harus menunggu proses yang cukup lama
dari endapan sedimen memiliki manfaaat yang besaar sebagai bahan yang dapat digunakan
untuk bahan bangunan atau sebagai bahan jual yang memiliki nilai tinggi yaitu kandungan
mineral yang terkandung dalam endapan sedimen
DAFTAR PUSTAKA

Arief Rullyanto et al. 2010. Pemodelan Transport Sedimen Kohesif Di Muara Sungai Cimanuk,
Indramayu. JURNAL TEKNOLOGI MINERAL, Vol. XVII No. 2 June 2010

Dinas Perkebunan dan kehutanan kabupaten Indramayu, 2010

Hehanussa, P.E., 1976. Sedimentasi delta baru Cimanuk. Majalah Geologi Vol 3 No 1.

Salim, J. A., 2005. Intensitas Sedimentasi dan Erosi Pantai Indramayu Bagian Timur. Master
Thesis, ITB.

Wolanski, E. dan Spagnol, S., 2000. Environmental Degradation by Mud in TropicalEestuaries,


Springer Berlin.

Anda mungkin juga menyukai