Anda di halaman 1dari 12

APLIKASI IRISAN KERUCUT: PARABOLA, ELIPS, DAN

HIPERBOLA DALAM KEHIDUPAN


SEHARI-HARI

Disusun Oleh:
Nama: Raissa Jemima Fawziah
Kelas: XI IPA 10

SMA NEGERI 1 SUMEDANG


Jl P Geusan Ulun 39 Kota Sumedang,Jabar
TAHUN AJARAN 2016/2017
DEFINISI

Irisan Kerucut dalam matematika merupakan lokus dari semua titik yang membentuk
kurva dua dimensi, dimana kurva tersebut terbentuk dari irisan sebuah kerucut dengan
sebuah bidang. Terdapat 4 macam irisan kerucut, yaitu lingkaran, parabola, elips serta
hiperbola. Namun pada kali hanya irisan kerucut parabola, elips serta hiperbola yang akan
dibahas.
1. Parabola

Parabola merupakan tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap sebuah titik
dan sebuah garis tertentu.
Titik itu disebut fokus/titik api (F)
Garis tertentu itu disebut garis direktris/garis arah
Garis yang melalui F dan tegak lurus dengan garis arah disebut sumbu simetri parabola
Titik potong parabola dengan sumbu simetri disebut puncak parabola
Tali busur terpendek yang melalui F disebut Latus Rectum → tegak lurus dengan sumbu
simetri

2. Elips

(1) Elips merupakan tempat kedudukan titik-titik yang jumlah jaraknya terhadap 2 titik tertentu
tetap.

Jumlah jarak itu = 2a (untuk elips horisontal) atau 2b (untuk elips vertikal)
Kedua titik tetap itu disebut fokus (F) → jarak antara F1 dan F2 adalah 2c

(2) Elips merupakan tempat kedudukan semua titik yang perbandingan jaraknya terhadap sebuah
titik dan sebuah garis tetap = e (eksentrisitet), dimana 0 < e < 1

Titik itu adalah fokus (F), dan garis itu adalah garis arah.
Ruas garis yang melalui kedua fokus dan memotong elips disebut sumbu mayor
Pusat elips adalah titik tengah F1 dan F2
Ruas garis yang melalui pusat, tegak lurus sumbu mayor dan memotong elips disebut
sumbu minor

3. Hiperbola

(1) Hiperbola merupakan tempat kedudukan titik-titik yang selisih jaraknya terhadap 2 titik
tertentu tetap

Selisih jarak itu = 2a (untuk elips horisontal) atau 2b (untuk elips vertikal)
Kedua titik tetap itu disebut fokus (F) → jarak antara F1 dan F2 adalah 2c
(2) Hiperbola merupakan tempat kedudukan semua titik yang perbandingan jaraknya terhadap
sebuah titik dan sebuah garis tetap = e , dimana e > 1

Titik-titik tertentu itu disebut fokus (F1 dan F2)


Garis yang melalui titik-titik F1 dan F2 disebut sumbu transvers (sumbu utama)/ sumbu
nyata
Titik tengah F1 dan F2 disebut pusat hiperbola (P)
Garis yang melalui P dan tegak lurus sumbu transvers disebut sumbu konjugasi (sumbu
sekawan)/ sumbu imajiner
Titik-titik potong hiperbola dan sumbu transvers disebut puncak hiperbola
Garis yang melalui fokus dan tegak lurus pada sumbu nyata dan memotong hiperbola
di 2 titik → ruas garis penghubung kedua titik tersebut = Latus Rectum
PARABOLA:
PRINSIP KERJA RADAR

Radar (Radio Detection and Ranging) adalah sebuah sistem yang menggunakan gelombang
elektromagnetik untuk mengidentifikasi keberadaan suatu benda (arah dan kecepatan dari
objek).Sejarah radar dimulai pada tahun 1904, saat Insinyur Jerman Kristen Hulsmeyer
menciptakan alat yang mampu mendeteksi keberadaan obyek yang jauh. Radar modern tidak
ditemukan oleh ilmuwan tunggal, melainkan hasil kerja kolektif ilmuwan dari beberapa negara
terutama pada tahun 1930-an dan 40-an. Hulsmeyer menerima paten untuk penemuannya pada
tahun 1904. Namun Nikola Tesla lah yang menemukan bahwa frekuensi dapat digunakan untuk
mendeteksi keberadaan serta lokasi sebuah benda. Tahun-tahun berikutnya, ilmuwan Amerika
dan Eropa mengembangkan berbagai perangkat radar. Saat Perang Dunia I, banyak negara mulai
menyadari betapa pentingnya radar untuk keperluan militer. Salah satu pionir dalam sejarah
pengembangan radar adalah seorang warga negara Prancis Emile Girardeau. Dia mendapat paten
untuk karyanya pada tahun 1934. Insinyur Rusia P.K. Oschepkov menemukan RAPID. Alat ini
bisa mendeteksi
kehadiran kendaraan dalam jarak 3 km. Sebuah model yang sama diproduksi di Hungaria setahun
kemudian oleh Zoltan Ray. Namun penemuan Robert Watson lah yang menunjukkan potensi
penuh radar. Pada tahun 1935, Watson menunjukkan karyanya kepada Departemen Udara
Inggris. Radar buatannya membuat terkesan militer Inggris dan segera diadopsi dalam sistem
pertahanan Inggris. Terjadinya perang Dunia II merangsang perkembangan radar lebih pesat.
Inggris dan Jerman terlibat dalam perlombaan untuk menghasilkan radar yang lebih besar dan
lebih canggih. Namun Jerman tidak dapat sepenuhnya memanfaatkan teknologi itu. Ini berlainan
dengan Inggris yang mampu memanfaatkan radar secara lebih efektif. Perang Dingin
menyebabkan pengembangan sistem radar yang lebih canggih. Salah satunya adalah Line Pinetree
yang dibuat oleh Amerika Serikat pada awal 1950-an. Saat ini radar berkembang dalam berbagai
jenis konfigurasi dan sistem termasuk radar gelombang kontinu, radar Doppler, radar monopulse
dan radar Bistastic.

Konsep sensor:
Sebuah antena pemancar dan penerima dipasang pada suatu titik untuk mengirimkan dan
menangkap kembali pantulan gelombang radio. Beberapa pantulan gelombang radio yang sudah
melemah bisa dikuatkan kembali dengan peralatan modulasi.
Gelombang radio tersebut bisa terpantul jika terdapat perbedaan kerapatan atom yang begitu besar
antara sebuah objek dengan lingkungan (dalam hal ini adalah udara) di sekitarnya. Pantulan
gelombang radio tersebut terpancar sesuai dengan besar panjang gelombangnya dan bentuk dari
objek pemantulnya. Jika panjang gelombang yang dipancarkan lebih pendek dari ukuran objek
yang ada maka gelombang tersebut akan dipantulkan kembali seperti gelombang cahaya yang
terpantul pada sebuah cermin.
Keterangan tambahan yang dapat diproses dari benda yang lewat:
•Jarak:
Salah satu cara yang bisa dipakai untuk mengukur jarak suatu objek dari antena ialah dengan
mengirimkan sinyal gelombang radio (radiasi elektromagnetik) dan mengukur jeda waktu pantulan
gelombangnya.
•Kecepatan:
Perbedaan frekuensi antara sinyal gelombang yang dipancarkan dan sinyal gelombang yang
dipantulkan kembali dapat digunakan untuk menghitung kecepatan dari benda tersebut. Hal itu
juga bisa diukur dengan menggunakan persamaan momentum antara dua buah benda (gelombang
radio dan objek).

Komponen sistem sensor Radar:

•Transmiter untuk membangkitkan sinyal radio dari osilator atau medan magnet yang dikontrol
durasinya oleh modulator.
•Waveguide adalah penghubung antara Transmiter dan Antena.
•Receiver adalah penerima pantulan sinyal radio (dalam hal ini sinyal dipantulkan kembali ke
Transmiter).
•Peralatan elektronik yang akan memodulasi kembali sinyal yang telah diterima dan
memprosesnya sesuai dengan software yang telah diprogram untuk menghitung jumlah kendaraan
yang lewat.
•Penghubung yang akan mengantarkan informasi ke pengguna

Sumber: http://manixrido.blogspot.co.id/2013/07/prinsip-kerja-radar.html

Komentar Saya:
Seperti yang telah dijelaskan dalam artikel di atas, Radar (Radio Detection and Ranging) adalah
sebuah sistem yang menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mengidentifikasi keberadaan
suatu benda (arah dan kecepatan dari objek). Dimana dalam prinsip kerjanya diperlukan sebuah
antena reflector berbentuk parabola berbentuk piring parabola yang menyebarkan energi
elektromagnetik dari titik fokusnya dan dipantulkan melalui permukaan yang berbentuk parabola
dan berfungsi sebagai pengirim juga penangkap gelombang radio. Pada artikel tersebut penulis
sudah menjelaskan secara singkat terciptanya radar yang pertamakali diciptakan oleh Insinyur
Jerman, Kristen Hulsmeyer,kemudian dikembangkan oleh ilmuwan Amerika dan Eropa yang
selanjutnya dipakai untuk keperluan militer dalam Perang Dunia I. Lalu penulis juga menyisipkan
konsep sensor dan komponen sistem sensor radar sehingga pembaca bisa lebih paham mengenai
bahasan yang diangkat oleh si penulis. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa manfaat irisan kerucut
paraboladalam prinsip kerja radar adalah untuk mengirim dan menangkap gelombang radio, yang
mana pada bagian antena yang berbentuk parabola dapat memancarkan gelombang
elektromagnetik melalui transmitter (pemancar sinyal) untuk mengenali sinyal objek yang berada di
daerah tangkapan radar. Dengan demikian artikel yang dibuat oleh si penulis sangat bermanaat
bagi para pembaca yang haus akan pengetahuan.
ELIPS:
PROSEDUR MEDIS LITHOTRIPSY

Litotripsi merupakan suatu prosedur medis yang dilakukan untuk menghancurkan batu di saluran
kemih dengan menggunakan gelombang kejut ultrasonik sehingga pecahannya dapat dengan
mudah lolos dari tubuh. Suatu alat yang disebut lithotripter, berbentuk setengah elips 3 dimensi
mengaplikasikan sifat-sifat dari titik fokus elips, digunakan untuk mengumpulkan gelombang
ultrasonik pada satu titik fokus untuk dikirimkan ke batu ginjal yang terletak di titik fokus lainnya.
Perhatikan gambar berikut.

Jika lithotripter tersebut memiliki panjang (sumbu semi mayor) 16 cm dan berjari-jari (sumbu semi
minor) 10 cm, seberapa jauh dari titik puncak seharusnya batu ginjal tersebut diposisikan agar
diperoleh hasil yang maksimal?

Pembahasan Dari soal, kita dapatkan panjang sumbu semi mayornya adalah q = 16, sehingga q2 =
162 = 256 dan panjang sumbu semi minornya adalah p = 10, sehingga p2 = 102 = 100. Dengan
menggunakan persamaan fokus,
Sehingga, jarak titik puncak dengan titik fokus di mana batu ginjal diposisikan dapat ditentukan
sebagai berikut.

Jadi, agar diperoleh hasil yang maksimal, batu ginjal tersebut seharusnya terletak pada jarak 28,49
dari titik puncak lithotripter.

Sumber: https://yos3prens.wordpress.com/2014/01/17/5-soal-dan-pembahasan-
penerapan-elips/

Komentar Saya:
Pada artikel diatas di atas, aplikasi irisan kerucut elips digunakan dalam prosedur medis litotripsi
yang berguna untuk menghancurkan batu di saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut
ultrasonik sehingga pecahannya dapat dengan mudah lolos dari tubuh. Dalam artikel ini pula selain
memasukkan aplikasi elips dalam bidang kesehatan, penulis juga membahasnya langsung dengan
contoh soal menghitung letak batu ginjal yang pas atau sudah pada sasarannya agar diperoleh hasil
yang maksimal dalam prosedur medis yang dijalani untuk mengeluarkan batu ginjal dari saluran
kemih tanpa harus melewati tahap operasi, alat yang digunakan untuk memecahkan batu ginjal
adalah Hendrikson atau stone punch (didalam artikel tidak disebutkan). Tentu bagi saya, artikel ini
masih terdapat kekurangan, dimana si penulis hanya memfokuskan pembahasan terhadap soal.
Alangkah lebih baik jika penulis memasukkan bahasan tentang apa itu litotripsi terlebih dahulu
baru diikuti oleh soal bahasan agar pembaca juga selain paham dengan apa yang penulis
sampaikan, pengetahuan mereka pun menjadi lebih luas dengan adanya pembahasan soal pada
artikel tersebut bahwa dalam penerapannya, metode litotripsi membutuhkan keakuratan yang
tinggi agar hasil yang didapatkan maksimal dan minim efek samping.
HIPERBOLA:
LINTASAN DARI SUATU KOMET DAN
LOKASI DARI SUATU BADAI

Soal 1: Menerapkan Karakteristik Hiperbola—Lintasan dari Suatu Komet

Komet-komet yang memiliki kecepatan yang sangat tinggi tidak dapat dipengaruhi oleh gravitasi
matahari, dan akan mengitari matahari dengan lintasan berbentuk hiperbola dengan matahari
sebagai salah satu titik fokusnya. Jika lintasan komet yang diilustrasikan oleh gambar di bawah
dapat dimodelkan oleh persamaan 2.116x2 – 400y2 = 846.400, seberapa dekatkah komet tersebut
dengan matahari? Anggap satuannya dalam jutaan mil.

Pembahasan Pada dasarnya, dalam permasalahan ini kita diminta untuk menentukan jarak antara
fokus dengan titik puncak hiperbola. Dengan menuliskan persamaan yang diberikan ke dalam
bentuk standar,
Sehingga, kita peroleh p = 20 (p2 = 400) dan q = 46 (q2 = 2.116). Dengan menggunakan persamaan
fokus untuk menentukan f dan f2, kita mendapatkan,

Karena p = 20 dan |f| = 50, jarak komet tersebut dengan matahari adalah 50 – 20 = 30 juta mil
atau sekitar 4,83 × 107 kilometer.

Soal 2: Lokasi dari Suatu Badai

Dua orang ahli meteorologi melihat badai dari tempat mereka tinggal. Tempat tinggal dua orang
ahli meteorologi tersebut berjarak 4 km (4.000 m). Ahli meteorologi pertama, yang jaraknya lebih
jauh dari badai, mendengar suara petir 9 detik setelah ahli meteorologi kedua. Jika kecepatan suara
340 m/s, tentukan persamaan yang dapat memodelkan lokasi dari badai tersebut.

Pembahasan Misalkan M1 merupakan ahli meteorologi pertama dan M2 merupakan ahli


meteorologi kedua. Karena M1 mendengar petir 9 detik setelah M2, maka lokasi M1, 9 ∙ 340 =
3.060 m lebih jauh dari M1 terhadap lokasi badai. Atau apabila disimbolkan, |M1S| – |M2S| =
3.060. Himpunan semua titik S yang sesuai dengan persamaan ini akan membentuk suatu grafik
hiperbola, dan kita akan menggunakan fakta ini untuk membangun suatu persamaan yang
memodelkan semua kemungkinan dari lokasi badai tersebut. Selanjutnya, mari kita gambar
informasi-informasi di atas pada koordinat Cartesius sehingga M1 dan M2 terletak pada sumbu-x
dan titik asal (0, 0) kita buat sebagai pusatnya.
Dengan selisih konstannya 3.060, kita mendapatkan 2p = 3.060 sehingga p = 1.530. Karena jarak
antara M1 dan M2 adalah 4.000, maka jarak antara pusat dengan M1 atau M2 adalah f = 1/2 ∙ 4.000 =
2.000. Dengan menggunakan persamaan fokus, kita mendapatkan

Sehingga, persamaan lokasi dari badai tersebut adalah

Sumber: https://yos3prens.wordpress.com/2014/01/29/5-soal-dan-pembahasan-
permasalahan-fokus-suatu-hiperbola/
Komentar Saya:

Anda mungkin juga menyukai