Anda di halaman 1dari 9

Sosial Uncategorized

TEORI PERMUKIMAN
March 25, 2012 · admin 8898  

Menurut Doxiadis dalam Kuswartojo, T., & Salim, S. (1997), permukiman merupakan sebuah system yang
terdiri dari lima unsur, yaitu: alam, masyarakat, manusia, lindungan dan jaringan. Bagian permukiman
yang disebut wadah tersebut merupakan paduan tiga unsur: alam (tanah, air, udara), lindungan (shell)
dan jaringan (networks), sedang isinya adalah manusia dan masyarakat. Alam merupakan unsur dasar
dan di alam itulah ciptakan lindungan (rumah, gedung dan lainnya) sebagai tempat manusia tinggal
serta menjalankan fungsi lain.

Jaringan, seperti misalnya jalan dan jaringan utilitas merupakan unsur yang
memfasilitasi hubungan antar sesama maupun antar unsur yang satu dengan yang lain.
Secara lebih sederhana dapat dikatakan, bahwa permukiman adalah paduan antara
unsur manusia dengan masyarakatnya, alam dan unsur buatan sebagaimana
digambarkan Doxiadis melalui ekistiknya (Kuswartojo, T., & Salim, S. (1997):

Untuk menjawab sebagian isu perkembangan permukiman dan pendekatan terkini
penyelenggaraan permukiman Heinz Frick (2006) menegaskan bahwa rumah tinggal
bukan hanya sebuah bangunan dalam arti fisik, melainkan juga tempat kediaman yang
memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi
kehidupan masyarakat.

Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat tinggal yang
layak dan sehat bagi setiap manusia, yaitu: (American Public Health association. Basic
Principles of Healthful Housing. New York 1960. dikutip dari Heinz: 2006)

1. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia:

a. Dapat memberi perlindungan terhadap gangguan-gangguan cuaca atau keadaan
iklim yang kurang sesuai dengan kondisi hidup manusia, misalnya panas, dingin, angin
hujan, dan udara yang lembab

b. Dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan
rumah tangga sehari-hari, antara lain: a. Kegiatan kerja yang ringan misalnya memasak,
menjahit, belajar, dan menulis b. Kegiatan rutin untuk memenuhi kesehatan jasmani bagi
kelangsungan hidup, yakni antara lain: mandi, makan, tidur. c. Dapat digunakan sebagai
tempat istirahat yang tenang di waktu lelah atau sakit

2. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia. Rumah yang memberi
perasaan aman dan tentram bagi seluruh keluarga sehingga mereka dapat betah
berkumpul dan hidup bersama, dan dapat mengembangkan karakter kepribadian yang
sehat

3. Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit. Rumah yang dapat
menjauhkan segala gangguan kesehatan bagi penghuninya.
4. Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar. Rumah harus kuat dan stabil
sehingga dapat memberi perlindungan terhadap gangguan keamanan yang
disebabkan bencana alam, kerusuhan atau perampokan.

Dan berdasarkan surat keputusan Menteri Pekerjaan Umum pada tahun 1980 tentang
Pedoman Teknik Pembangunan Rumah Sederhana Tidak Bersusun ada beberapa hal
yang relevan untuk digunakan dalam rangka membuat suatu kawasan permukiman
yang sehat, aman dan berlanjut, seperti:

1. Kriteria Pemilihan lokasi, dimana lokasi yang dipilih sebagai lahan hunian bebas dari
pencemaran air, pencemaran udara, dan kebisingan baik yang berasal dari sumber
daya buatan atau sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun). Terjaminnya
kualitas lingkungan hidup bagi pembinaan individu dan masyarakat penghuninnya.
Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15%, sehingga dapat
dibuat sistem air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya dukung yang
memungkinkan untuk dibangun permukiman serta terjamin adanya kepastian hukum
bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan diatasnya yang sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kepadatan lingkungan, dimana suatu lingkungan permukiman rata-rata 50 unit
rumah/ha dan maksimum luas perencanaan yang tertutup bangunan adalah 40% dari
luas seluruh lingkungan permukiman.

3. Prasarana lingkungan permukiman seperti

a. Jalan,
b. Air limbah (Jika kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan
permukiman harus dilengkapi dengan sistem pembuangan limbah lingkungan atau
harus dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah kota dengan pengolahan
tertentu), dan

c. Pembuangan air hujan

4. Utilitas Umum

a. Air bersih b. Pembuangan sampah c. Jaringan Listrik

5. Fasilitas Sosial, kebutuhan fasilitas ini disesuaikan dengan keadaan kawasan
permukiman yang akan dibangun

a. Umum b. Fasilitas Pendidikan c. Fasilitas Kesehatan d. Fasilitas Niaga e. Fasilitas Pemerintahan dan
Pelayanan Umum f. Fasilitas Peribadatan g. Fasilitas Rekreasi dan Kebudayaan h. Fasilitas olahraga dan
lapangan terbuka

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 4 tahun 2000 tanggal 21 Februari
2000 tentang Pedoman Penyusunan Amdal Kegiatan Permukiman Terpadu, bab I
menyatakan bahwa pengembangan wilayah dibangun berdasarkan konsep
permukiman terpadu, yaitu pembangunan prasarana permukiman beserta fasilitas
penunjangnya. Selanjutnya keputusan menteri tersebut menegaskan adanya 5 prinsip
utama dari konsep perumahan dan permukiman yang berwawasan lingkungan yang
harus dikembangkan sesuai kondisi awal yang ada:

1. Mempertahankan Dan Memperkaya Ekosistem Yang Ada.

Termasuk di dalamnya adalah berlanjutnya ekosistem yang ada. Perubahan yang dilakukan terhadap
unsur ekosistem karena adanya pembangunan gedung dan prasarananya harus diimbangi dengan
peningkatan kemampuan dari unsur ekosistem baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang
memperkaya ekosistem secara keseluruhan

2. Penggunaan Energi Yang Minimal.

Baik secara makro maupun mikro perumahan dan permukiman harus memanfaatkan sistem iklim yang
ada dan perancangan bangunan yang memanfaatkan prinsip yang sama ditambah dengan sistem
radian yang dapat meningkatkan efektifitasnya dibandingkan dengan sistem pasif. Pemilihan bahan
bangunan, cara membangun dan rancangan bentuk dapat berpengaruh terhadap keutuhan energi, baik
jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Pengendalian Limbah Dan Pencemaran

Limbah yang harus dihasilkan mulai dari yang dihasilkan oleh jamban, kamar mandi, dapur, dan rumah
sampai akibat dari pemakaian beberapa peralatan listrik, bahan bakar fosil dan sebagainya. Limbah ini
harus dikelola dengan baik dan jelas dengan prinsip produksi bersih.

4. Menjaga Kelanjutan Sistem Sosial-Budaya Lokal

Gaya hidup yang berlaku sudah secara mantap diterjemahkan ke dalam berbagai tatanan dan bentuk
bangunan serta peralatan yang dipakai sehari-hari. Kaidah dan pola dari warisan budaya dan pola hidup
ini harus menjadi dasar awal untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan baru yang
diciptakan oleh pembangunan yang maju dan berhasil tanpa melupakan keberlanjutan

5. Peningkatan Pemahaman Konsep Lingkungan

Permukiman terbentuk melalui proses yang berlangsung terus. Dalam pengembangan proses ini selalu
akan terjadi pergantian pemukim baik secara alami maupun proses lahir dan batin, maupun karena
mobilitas penduduk antara yang datang dan pergi.
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 4 tahun 2000 tanggal 21 Februari 2000,
penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk :

1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,

2. Dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;

3. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur;

4. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;

5. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lain.

Perumahan dan permukiman yang ramah lingkungan atau berwawasan lingkungan adalah suatu
lingkungan perumahan dan permukiman yang dibangun dengan mempertimbangkan dan memadukan
ekosistim. Artinya tidak hanya membangun suatu perumahan dan permukiman dengan rumah-rumah
atau gedung bertingkat yang megah, mewah dan artistik saja, tetapi bagaimana bangunan tersebut
dirancang untuk sesedikit mungkin menimbulkan polusi dan hemat dalam penggunaan energi serta
penggunaan air.

Pembangunan berwawasan lingkungan mensyaratkan adanya sejumlah kawasan yang
tetap dipertahankan berada dalam status alaminya. Ini berguna untuk menjaga kualitas
air, perlindungan sumberdaya plasma nutfah, perlindungan kawasan berpemandangan
indah, kesempatan untuk menikmati lingkungan alami sehingga menjamin kelestarian
sumberdaya alam. Adanya pembangunan tanpa disadari telah berdampak pada
munculnya masalah-masalah perkotaan, seperti terbatasnya air bersih, polisi udara,
asap, masalah drainase dan banjir, pengelolaan sampah yang belum professional dan
berbagai permasalahan lingkungan lainnya.

Pembangunan berkelanjutan di sektor permukiman menurut Joko Kirmanto (2007) -
Menteri Pekerjaan Umum- diartikan sebagai pembangunan permukiman termasuk di
dalamnya pembangunan kota secara berkelanjutan sebagai upaya berkelanjutan untuk
memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan kualitas lingkungan sebagai tempat hidup dan
bekerja semua orang. Intinya pembangunan permukiman yang berkelanjutan
merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan.

Sedangkan menurut Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) konsep pembangunan
permukiman yang berwawasan lingkungan adalah permukiman yang menunjang
perkembangan kehidupan yang berkelanjutan, dimana dapat menopang dan ditopang
oleh tercapainya tujuan ekonomi, sosial dan ekologi (KMNLH, 1999). Definisi permukiman
berwawasan lingkungan menurut KLH akan digunakan sebagai definisi operasional
dalam penelitian ini.

Beberapa definisi lain mengenai permukiman berkelanjutan adalah:

1. Pembangunan yang berkelanjutan adalah peningkatan kualitas hidup secara
berkelanjutan dan untuk itu perlu peningkatan kualitas permukiman itu sendiri
(Brundland, 1987:342).

2. Segala upaya yang terus menerus dilakukan, untuk menyerasikan, memadukan dan
meningkatkan nilai ekonomi-sosial serta ekologi; dapat disebut sebagai pengembangan
perumahan dan permukiman yang berwawasan lingkungan dan pengembangan
perumahan dan permukiman yang berkelanjutan (Kuswartojo, T., & Salim, S., 1997)

Dalam upaya meningkatkan kepedulian dan sebagai penghargaan terhadap usaha dan komitmen para
pengembang permukiman dalam upaya pengelolaan lingkungan di pemukiman, Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup bekerja sama dengan Kantor Menteri Negara Perumahan dan Permukiman
menyelenggarakan Program Penghargaan Rumah Lestari.

Kata lestari dapat diartikan sebagai ‘seperti keadaan semula, tidak berubah, kekal’.
Tetapi lebih jauh dari itu, makna lestari dapat diartikan sebagai ‘terjaganya
keberlangsungan (sustainability)’. Rumah lestari, dengan demikian, mempunyai makna
bahwa fungsi rumah dengan segala konsepsi nilai dan norma yang terkait di dalamnya
harus tetap terjaga.

Konsep permukiman berwawasan lingkungan atau rumah lestari yang ditawarkan KLH dan Menpera
belum banyak menyentuh penataan lokasi permukiman. Lokasi permukiman seharusnya mendukung
upaya kebelanjutan lingkungan, namun beberapa dari permukiman yang diberikan penghargaan
tersebut belum memperhatikan penataan lokasi seperti jauh dari transportasi umum, belum
terpenuhinya perbandingan antara lokasi terbangun dengan lokasi yang terbiarkan, belum memiliki jalur
sepeda atau trotoar yang memadai untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Atau juga
lokasi permukiman ditempat strategis yang peruntukkannya lebih baik untuk ruang terbuka hijau kota.

Beberapa pakar arsitektur mengatakan konsep pembangunan permukiman horizontal
membutuhkan lahan yang besar. Namun dengan hadirnya konsep rumah vertical
seperti rumah susun atau apartemen, kekhawatiran kekurangan lahan dapat
terbantahkan. Hanya saja konsep rumah vertical sampai saat inipun masih menjadi
perdebatan. Poin utama mengapa rumah vertical belum banyak diterima masyarakat
adalah berkurangnya interaksi sosial antara penghuni karena rumah vertical tidak
menyediakan ruang sebagai tempat berkumpulnya para penghuni. Oleh karena itu,
sampai saat ini rumah horizontal masih menjadi pilihan utama masyarakat.

Menurut Heksanto Sekretaris Jenderal Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia (IALI),
permukiman berwawasan lingkungan mesti memiliki air bersih, pohon besar peneduh,
bebas polusi udara dan suara, serta keseluruhan lansekapnya nyaman. Ciri lain, hunian
berwawasan lingkungan dikembangkan secara terpadu dengan konsep one stop living.
Artinya hunian yang dilengkapi fasilitas pendidikan, kesehatan, komersial, dan ibadah
yang berkualitas. Termasuk syarat sirkulasi udara yang baik dan lancar, serta penetrasi
cahaya ke dalam rumah.

  Post Views: 8,898

Anda mungkin juga menyukai