Anda di halaman 1dari 60

'',,ffmum dan

$isiologi Sensorik

579
$usunan':Sisiem Straf;
Fungsi Dasar Sinaps;
" Sub stansi Transmi ft:i:{'

Sistem saraf mempunyai sifat-sifut, utrik'berkaitan, de-


ngan proses berpikir dan fungri pelg*turan'yang,*angat
konrpleks yang dapat dilaku&annya, Siste.m,,irli setiap
menit rneneriqa-:berjuta-juta railgsangan inf,ormasi
yaqg berasal:dari berrnasam-macam saraf sensorik dan
orgaa se*sorik,, kemudjan menyatukan ss,tllqaxlJia un.
trrt mgqentnkan respons apa yang akan dilierikan oleh
tubuh. , '', ":

Namun, sebelum memulai pembahasan tnengenai sistem salaf.ini, sebaikrrya para,


pemlaea melihat,kemb'ali Sab 5 dan ?,. yang,rnenyaj,ikan prinsip'prinsip'potensial
membran dan'penjalarau sinyal dalam saraf dan melewati taul nsuromuskul+r {neu:'
romus cu I ar.j unct ionJ.

Konstruks1.U'mu,m $is:tem $aFaf -" ,,

Neuron Sistem $araf Fusal::-Unit Fungsional Da,sar


Sistem saraf pusat mengandung lebih dari 100 juta n€uron. Garnbar 45-1 memperli".
hatkanienis n$iron yang$as,y,ang,ditemukan k+rteks motorik otak' Sinyal yang
datang rnemasuki neuron rnelalui sinapt ya+g lokasiqya keb*uyakan pada'leuron den-
drit,,namun juga pada badan sel- Untuk berbagaijenis {reuron, mungkin hanya tetda-
Fat bsb'*rrt* ratus atau sampai 20{.000 sambungan'ginaptik dari serabutyang masuk,
Sebalikrya, sinyal yang, keluar, berjalan melalui jalur akson ttmggal merringgalkan
fleu{on. Kemudian, pkson ini memiliki banyak cabang yang berbeda ke bagian-bagian
lain sistem sarafatau tutruhbagian perifer,,'
Gambarankhusus kebanyakan sinaps adalah bahwa dalam'keadaan normal sinyal
hanya berialan ke arah depan (dari akson neuron sebelumnya ke dendrit pada mem-
bran sel neuron berikutuya). Hal ini memaksa sinyal untuk b*rjalan menuju arah yang
diperlukan untuk menghasilkan fungsi sarafyang khusus.

Bagian Sensorik pada Sistem Saraf-


Reaeptor-Reseptor $ensorik
Sebagian besar aktivitas sistem saraf diawali oleh pengalaman-pengalaman sensorilcl
reseptor sensorikyattg terangsang, yaitu reseptorvisual di mata, reseptor auditorik di
telinga, roseptor taktil di permukaan fubuh, atau macam-macam reseptor lainnya. Pe-

580
BAB 45 Susunan Sistem Saraf; Fungsi Dasar Sinaps, "substansi Transmitef' 581

Korteks motorik

Formasio
Pons bulboretikular

Serebelum Medula

Medula Rasa sakit, dingin,


spinalis hangat (ujung saraf
bebas)
Tekanan
(korpuskel Pacini)
'(Perluasan
uiung-
ujung reseptor)
Raba
(Korpuskel Meissner)

Serabut olot
Aparatus
tendon golgi Reseptor kinestetik

$T$: GAMBAR 45-2. Sumbu sensorik somatik dari sistem sarat

{
GAMBAR 45-1. Struktur neuron yang besar dalam otak, mem- melalui pengaturan (1) kontraksi otot rangka yang tepat di
perlihatkan bagian fungsionalnya yang penting. (Digambar ulang
seluruh tubuh, (2) kontraksi otot polos organ dalam, dan
dari Guyton AC: Basic Neuroscience: Anatomy and Physiology,
Philadelphia, WB Saunders Co 1987.)
(3) sekresi bahan kirnia aktif oleh kelenjar eksokrin dan
endokrin di sebagian besar tubuh. Seluruh aktivitas ini
disebut fungsi motorik sistem saraf, sedangkan otot dan
kelenjar disebut efektor karena merupakan struktur anato-
ngalaman sensorik ini dapat menimbulkan reaksi segera
mis sesungguhnya yang melaksanakan fungsinya sesuai
dari otak, atau memori dari pengalaman tersebut dapat
dengan yang diperintahkan oleh sinyal sarafnya.
disimpan dalam otak selama beberapa menit, beberapa
Gambar 45-3 menggambarkan sumbu saraf motor
minggu, atau beberapa tahun dan selanjutnya dan dapat
"otot rangka" dari sistem sarafyang dipakai untuk meng-
menentukan reaksi tubuh di masa datang.
atur kontraksi otot rangka. Ada suatu sistem saraf lain
Gambar 45-2 menggambarkan suatu bagian somatik
yang berjalan sejajar dengan sumbu di atas, yang dipakai
sistem sensorik yang.rfenghantarkan informasi sensorik
untuk mengatur otot polos, kelenjar, dan sistem dalam tu-
dari reseptor di seluruh permukaan tubuh dan dari bebe-
buh lainnya, yakni sistem sarafotonom, hal ini akan diba-
rapa struktur dalam. Informasi ini akan masuk ke dalam
has pada Bab 60.
sistem saraf pusat melalui saraf-saraf perifer dan segera
Perhatikan pada Gambar 45-3, tampak bahwa otot
dihantarkan ke berbagai area sensorik pada (1) semua
rangka itu dapat diatur dari banyak ketinggian sistem sa-
tingkat medula spinalis; (2) substansia retikular dari me-
raf pusat, temasuk (1) medula spinalis; (2) substansia re-
dula, pons, dan mesensefalon; (3) serebelum; (4) talamus;
tikular dari medula, pons, dan mesensefalon; (3) ganglia
dan (5) area korteks serebri.
basalis; (4) serebelum; dan (5) korteks motorik. Setiap
daerah ini mempunyai peran yang khusus, bagian bawah
Bagian Motorik dari terutama berhubungan dengan respons otot otomatik yang
Sistem Saraf-Efektor berlangsung segera terhadap rangsangan sensorik, dan
daerah yang lebih tinggi bersama-satna dengan gerakan
Peran yang paling penting dari sistem saraf adalah otot kompleks yang disengaja diatur oleh proses ingatan
mengatur berbagai aktivitas tubuh. Hai ini dapat dicapai dari otak.
582 IJNIT lX Slsfem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

Peron Sinops dqlom Pengolohon lnformosi.


Sinaps merupakan titik penghubung dari satu neuron ke
neuron lainnya. Di bagian akhir bab ini kita akan tnembi-
carakan secara lebih rinci mengenai fungsisinaps. Namun,
kiranya penting untuk ditekankan di sini bahwa sinaps itu
menentukan arah penyebaran sinyal saraf rnelalui sistem
saraf. Beberapa sinaps dapat dengan mudah menjalarkan
sinyal dari satu neuron ke neuron lainnya, sedangkan
neuron yarrg lain lebih sukar. Sinyal yang bersifat mem-
perntudah atau menghantbat yang berasal dari daerah
sistem saraf lain dapat juga mengatur penjalaran sinaps,
kadangkala membuka sinaps itu untuk dapat dijalari dan
pada saat lain akan terlutup. Selain itu, beberapa neuron
post-sinaps dapat memberi respons bila mendapat impuls
dari luar dalam jumlah yang besar, sedangkan yang lain
sudah dapat rnemberikan repons walaupun impuls yang
datang itu lebih sedikit. Jadi, kerja sinaps itu bersifat se-
lektif, dapat menghambat sinyal yang lemah sedangkan
sinyal yang lebih kuat dijalarkan, namun pada saat lain
menyeleksi dan memperkuat sinyal lemah tefientu, atau
juga rneneruskan sinyal-sinyal ini ke segala arah dan tidak
hanya ke satu arah.

Penyimpanan I nformasi-Memori
Sebenarnya hanya sebagian kecil informasi sensorik pa-
ling penting yang biasanya dapat segera menimbulkan
GAMBAR 45-3. Sumbu motorik skeletal sistem saraf. impuls motorik. Narnun, sebagian besar informasi terse-
but disimpan untuk kontrol masa datang pada aktivitas
motorik dan untuk dipakai dalam pengolahan berpikir.
Sebagian besar penyimpanan ini terjadi dalam korteks se-
Pengolahan lnformasi- rebri, letapi regio basal otak dan medula spinalis dapat

Fungsi "Penyatuan" Sistem Saraf .juga menyimpan sebagian kecil informasi ini.
Penyimpanan informasi ini merupakan proses yang
Salah satu fungsi yang paling penting dari sistem saraf kita sebut sebagai memori, dan proses inijuga merupakan
adalah mengolah informasi yang masuk nrelalui beberapa fungsi dari sinaps. Oleh karena itu, pada setiap macam si-
jalan sehingga timbul respons motorik dan mental yang nyal sensorik tertentu yang melewati serentetan sinaps, di
sesuai. Lebih dari 99 persen seluruh informasi sensorik masa datang akan lebih mampu menjalarkan jenis sinyal
itu dibuang oleh otak karena tidak berhubungan dan tidak yang sama, suatu proses yang disebut sebagai.fasilitasi.
penting. Sebagai contoh, seseorang biasanya sama sekali Bila sudah seringkali dilewati oleh sinyal sensorik, sinaps
tidak memperhatikan bagian tubuh yang bersinggungan akan terfasilitasi sehingga sinyal yang timbul dari otak
dengan pakaian seperti juga tidak memperhatikan tekanari sendiri juga dapat menjalarkan impuls rnelalui serentetan
pada tempat duduk sewaktu ia duduk. Serupa dengan hal sinaps yang sama, walaupun ketika itu masukan sensoris
ini, perhatian hanyr'il<an dicurahkan pada objek khusus belum terangsang. Hal ini akan menimbulkan suatu per-
yang terdapat pada lapangan penglihatan, dan bahkan sepsi dari pengalaman sensasi yang sebenarnya, walau-
suara bising di sekitar kita yang berlangsung terus-mene- pun persepsi tersebut yang timbul hanyalah suatu memori
rus biasanya akan dipindah ke alam bawah sadar. pada suatu sensasi.
Namun, ketika informasi sensorik yang penting itu Kita hanya mengetahui sedikit tentang mekanisme
merangsang pikiran, informasi tersebut segera disalurkan yang sebenarnya fasilitasi jangka panjang sinaps yang
ke bagian rnotorik otak intergral yang sesuai sehingga terjadi pada proses memori, tetapi apa yang telah diketa-
dapat timbul respons yang diinginkan. Penyaluran dan hui mengenai hal tersebut dan rincian lain proses memori
pemrosesan informasi ini disebut fungsi integratif dari sensorik dibahas pada Bab 57.
sistern saraf. Jadi, bila seseorang rneletakkan tangannya Sekali disimpan dalam sistem saraf, memori itu akan
di atas sebuah tungku yang panas, akan timbul respons menjadi bagian dari mekanisme pengolahan otak untuk
segera yang diinginkan, yakni mengangkat tangan terse- "pemikiran" masa depan. Yaitu, proses berpikir dalam
but. Terjadi juga respons berikutnya, seperli memindah- otak itu dapat dipakai untuk membandingkan pengalaman
kan seluruh tubuh menjauhi tungku dan bahkan rnungkin sensorik yang baru dengan memori yang sudah disimpan;
akan berteriak kesakitan. memori itu kemudian membantu menveleksi infonnasi
BAB 45 Susunan Sistem Saraf; Fungsi Dasar Sinaps, "Substansi Transmitef' 583

sensorik baru yang penting dan menyalurkan informa- Tingkat Otak Bagian Atas
si ini ke daerah penyimpanan memori yang sesuai agar atau Tingkat Korteks
dapat dipakai di masa yang akan datang atau ke daerah
motorik agar dapat timbul respons tubuh. Setelah sebelumnya menjelaskan banyak fun$si sistem
saraf yang dapat terjadi pada tingkat medula spinalis dan
tingkat otak bagian bawah, akan timbul pertanyaan, sisa
Tingkatan Utama fungsi apa yang dilaksanakan oleh korteks serebri? Jawab-
Fungsi Sistem Saraf Pusat an untuk masalah ini sebenarnya sangat kompleks, nalrun
hal ini dapat diawali dengan kenyataan bahwa korteks
Sistem saraf manusia mempunyai kemampuan fungsional serebri merupakan gudang memori yang sangat besar.
khusus yang diturunkan pada setiap tahap perkembangan Korteks itu tidak pemah berfungsi sendiri tetapi selalu
evolusi manusia. Dari sifat-sifat yang diwariskan ini, tiga berhubungan dengan pusat-pusat bagian bawah sistem
tingkat utama sistem saraf pusat mempunyai sifat-sifat saraf.
fungsional yang khas, yakni: (1) tingkat medula spinalis, Tanpa adanya korteks serebri, fungsi pusat-pusat
(2) tingkat oLak bagian bqwah, atau subkortikal, dan (3) otak bagian bawah sering sangat tidak teliti lagi. Tem-
tingkat otak bagian atas atau tingkat kortel<s. pat penyimpanan atau gudang informasi yang luas dalam
korteks biasanya akan mengubah fungsi-fungsi ini men-
jadi tindakan yang lebih tepat dan teftentu.
Tingkat Medula Spinalis Akhirnya, korteks serebri berguna untuk sebagian
besar proses berpikir, tetapi tidak dapat berkerja sendiri.
Kita seringkali berpikir bahwa medula spinalis hanyalah
Pada kenyataannya, pusat-pusat di bagian bawah otaklah,
suatu saluran untuk menyalurkan sinyal yang berasal dari
bukan korteks, yang menimbulkan kesadaran dalam kor-
perifer tubuh ke otak atau dengan arah yang berlawan-
teks serebri, sehingga membuka bank memori menjadi
an dari otak kembali ke tubuh. Hal ini sebenarnya jauh
mesin otak untuk berpikir. Jadi, sebenarnya setiap bagian
dari keadaan yang sebenarnya. Biarpun medula spina-
sistem saraf itu membentuk fungsi yang khas. Tetapi, kor-
lis itu telah dipotong setinggi daerah leher atas, banyak
teks yang membuka dunia penyimpanan informasi untuk
fungsi medula spinalis itu masih tetap ada. Contohnya,
digunakan oleh pikiran seseorang.
sirkuit neurol dalam rnedula spinalis dapat menyebabkan
(l) gerakan berjalan, (2) refleks yang menarik bagian tu-
buh dari suatu objek, (3) refleks yang mengeraskan kaki Perbandingan Antara Sistem Saraf
guna menunjang tubuh terhadap gravitasi, dan (4) refleks
Dengan Sebuah Komputer
yang dipakai untuk mengatur pembuluh-pembuluh darah
setempat, gerakan gastrointestinal atau ekskresi urin. Se- Sewaktu alat komputer mula-mula ditemukan, segera
benarnya, cara kerja bagian atas sistem saraf sering tidak terbukti bahwa mesin ini mempunyai banyak gambar-
secara langsung mengirimkan sinyal ke bagian perifer an yang sama dengan sistem sarai Pertama, seluruh
komputer mempunyai sirkuit masukan yang sebanding
tubuh melainkan dengan mengirim sinyal ke pusat-pusat
dengan bagian sensorik dari sistem sarafdan sirkuit ke-
pengatur dalam medula spinalis, yang "memerintah" pu-
luaran yang sebanding dengan bagian motorik sistem
sat-pusat medula spinalis untuk berfungsi.
sara f.
Pada komputer yang sederhana, sinyal yang keluar
langsung diatur oleh sinyal yang masuk, cara kerjanya
Tingkat Otak Bagian Bawah sesuai dengan refleks medula spinalis yang sederhana.
atau Tingkat Subkortikal Namun, pada komputer yang le.bih kompleks, sinyal
yang keluar ditentukan oleh sinyal yang masuk dan oleh
Banyak, tetapi tidak semua, aktivitas bawah sadar dari informasi yang telah disimpan dalam bagian memori
tubuh diatur oleh bagian bawah otak-pada medula ob- alat komputer tersebut, yang analog dengan refleks yang
lebih kompleks dan mempunyai mekanisme pengolah-
longata, pons, mesensefalon, hipotalamus, talamus, sere-
- an sistem fungsi luhur. I(emudian, dengan bertarnbah
belum, dan ganglia basalis. Sebagai contoh, pengaturan
canggihnya alat komputer ini maka perlu penambahan
bawah sadar dari tekanan arteri dan pernapasan terutama unit lagi, yang disebut sebagai unit pengolah sentral,
dicapai di dalam medula dan pons. Pengaturan keseimbang- yang menentukan urutan kerja alat komputer itu. Unit
an merupakan fungsi gabungan dari bagian serebelum ini analog dengan mekanisme pengaturan otak manusia
yang lebih dahulu terbentuk dan substansia retikular dari yang memungkinkan kita untuk mengarahkan perhatian
medula, pons, dan mesensefalon. Refleks untuk makan, lebih dulu ke satu pikiran seseorang atau sensasi atau ak-
seperti salivasi dan menjilat bibir sebagai respons terha- tivitas motorik, untuk selanjutnya memperhatikan yang
dap rasa makanan dan diatur oleh daerah-daerah dalam lain, dan sebagainya, sampai akhin.rya terbentuk urutan
pikiran atau kerja yang lebih kompleks.
medula, pons, mesensefalon, amigdala, dan hipotalamus.
Gambar 45-4 adalah diagram sederhana sebuah
Dan banyak pola emosi, seperti marah, sifat menyerang,
komputer. Studi cepat dari diagram ini memperlihatkan
aktivitas seksual, reaksi terhadap nyeri, atau reaksi t'erha- kemiripan komputer tersebut dengan sisten.r saraf. Fakta
dap rasa senang, semuanya ini masih dapat timbul setelah bahwa komponen dasar kon-rputer berlujuan umum se-
perusakan banyak bagian korteks serebri. rupa dengan sistem saraf memperlihatkan bahwa pada
584 UNIT lX Slstem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

Sebaliknya, sinaps listrik ditandai oleh adanya kanal


Masalah cairan terbuka langsung yang menjalarkan aliran listrik
dari satu sel ke sel berikutnya. Kebanyakan saluran ini'
* terdiri atas struktur tubular protein kecil yang disebut gap
junctions yang memudahkan pergerakan ion-ion secara
bebas dari bagian dalam suatu sel ke bagian dalam sel beri-
kutnya. Taut ini telah dibicarakan pada Bab 4. Di dalam
sistem saraf pusat hanya dijumpai sedikit contoh gap junc-
llon. Sebaliknya, pada otot polos viseral, dengan melewati
celah gabungan dan gabungan lain yang serupa maka po-
tensial aksi itu dapat dijalarkan dari satu serabut otot polos
ke serabut berikutnya (Bab 8) dan pada ototjantung, dari
satu sel ototjantung ke sel ototjantung lainnya (Bab l0).

Konduksi "Sqtu Aroh" podo Sinops Kimio. Sinaps


GAMBAR 45-4 . Diagram sebuah komputerbeftuiuan umum, yang
kimia mempunyai sifat yang penting sehingga sangat disu-
menggambarkan komponen-komponen dasar dan hubungan'
nya. kai untuk menjalarkan banyak sinyal sistem sarafi sinaps
ini selalu menjalarkan sinyal dalam satu arah: yakni, dari
neuron yang menyekresi bahan transmiter, yang disebut
dasarnya otak adalah sebuah komputer yang terus-me- neuron presinaps,ke neuron tempat bahan transmiter tadi
nerus mengumpulkan informasi sensorik dan menggu- bekerja, yang disebut neuron postsinaps. Hal ini dikenal
nakannya bersama dengan informasi yang telah disim-
sebagai prinsip konduksi satu arah pada sinaps kimia, dan
pan untuk mengatur atau memerinci rangkaian aktivitas
penjalaran ini sungguh berbeda dengan penjalaran mele-
tubuh sehari-hari.
wati sinaps listrik, yang sering menjalarkan sinyal pada
dua arah.
Sinaps Sistem Saraf Pusat Pikirkan sejenak perihal makna yang sangat penting
dari mekanisme konduksi satu arah ini. Mekanisme ini
Setiap mahasiswa kedokteran menyadari bahwa informa- memungkinkan penjalaran sinyal ke arah satu tujuan
si yang dijalarkan di dalam sistem saraf pusat terutama yang khas. Tentu saja, hal ini merupakan penjalaran sinyal
dalam bentuk potensial aksi saraf, disebut "impuls saraf', yang berciri tersendiri dan ada daerah yang sangat tepat di
yang melewati serangkaian neuron-neuron, dari satu neu- dalam sistem saraf yang mempermudah sistem saraf itu
ron ke neuron berikutnya. Namun, selain itu, setiap impuls melaksanakan fungsinya yang sangat banyak seperti sen-
itu (1) mungkin dihambat sewaktu dijalarkan dari satu sasi, pengaturan motorik, memori, dan banyak lainnya.
neuron ke neuron berikutnya, (2) mungkin diubah dari
impuls tunggal menjadi impuls yang datangnya beruntun,
atau (3) mungkin digabungkan dengan impuls yang da- Anatomi Fisiologi Sinaps
tang dari neuron-neuron lainnya untuk membentuk pola
impuls yang sangat ruwet yang melewati serangkaian Gambar 45-5 memperlihatkan sebuah neuron motorik an-
neuron. Semua fungsi ini dapat diklasifikasikan sebagai terior yang khas di dalam kornu anterior (anterior hom)
fungsi sinaps dari neuron. medula spinalis. Neuron motorik ini terdiri atas 3 bagian
utama, yakni'. soma, yang merupakan badan utama dari
neuron; sebuah akson tunggal, yang memanjang dari
Jenis Sinaps-Kimia dan Listrik soma ke dalam saraf perifer yang meninggalkan medula
spinalis; dan dendrit, yang merupakan sejumlah besar pe-
Terdapat dua macam sinaps: l1) sinap,s kinia, dan (2) nonjolan tipis dari soma yang memanjang keluar sepan-
sinaps listrik. jang I mm ke daerah sekitar medula spinalis.
Hampir semua sinaps yang dipakai untuk menjalar- Di permukaan dendrit dan soma neuron motorik ter-
kan sinyal pada sistem sarafpusat manusia adalah sinaps dapat sebanyak 10.000 sampai 200.000 tombol sinaps ke-
kimia.Pada sinaps kimia ini, neuron pertama menyekre- cil yang disebut ujung presinaps (presynaptic terminals);
sikan pada sinaps ujung sarafnya suatu bahan kimia yang kira-kira 80 sampai 95 persen ujung presinaps ini terletak
disebut neurotransmiter (aIau sering disebut bahan trans- pada dendrit dan hanya 5 sampai 20 persen terletak pada
miter), dan bahan transmiter ini sebaliknya bekerja pada soma. Ujung presinaps ini merupakan ujung dari serabut-
protein reseptor dalam membran neuron berikutnya se- serabut fibril yang berasal dari banyak neuron lain. Nanti
hingga neuron tersebut akan terangsang, menghambatnya, akan menjadi jelas bahwa sebagian besar ujung presinaps
atau mengubah sensitivitasnya dalam berbagai cara. Sam- ini bersifat mu da h dir angs ang-artiny a, menyekresi suatu
pai saat ini telah ditemukan lebih dari 40 substansi trans- bahan transmiter yang merangsang neuron postsinaps.
miter penting. Beberapa di antaranya adalah asetilkolin, Namun u.jung presinaps lainnya bersifat menghambat-
norepinefrin, epinefrin, histamin, asam gamma-aminobu- ujung tersebut menyekresikan suatu bahan yang dapat
tirat (GABA), glisin, serotonin, dan gh"rtamat. menghambat neuron postsinaps.
BAB 45 susunan sistem saraf; Fungsi Dasar sinaps, "substansi rransmitef' 585

dalam celah sinaps, dapat merangsang atau mengham-


bat neuron postsinaps-akan merangsang bila membran
neuronnya mengandung reseptor perangsang, dan akan
menghambat bila membran neuron tersebut mengandung
reseptor penghambat. Mitokondria akan menyediakan
adenosin trifosfat (ATP), yang menyupiai energi untuk
menyintesis bahan transmiter baru.
Biia suatu potensial aksi menyebar di sepanjang ujung
presinaps, depolarisasi pada membrannya menyebabkan
sejumlah kecil kantong masuk ke dalam celah sinaps.
Bahan transmiter yang dikeluarkan itu sebaliknya akan
segera menyebabkan perubahan pada sifat permeabilitas
membran neuron postsinaps, dan hal tersebut memper-
mudah terjadinya perangsangan atau penghambatan pada
neuron post-sinaps tersebut, bergantung pada sifat resep_
lor neuronnya.

Mekanisme Potensial Aksi yang


Menyebabkan Pelepasan Transmiter
dari Ujung Presinaps-peran lon Kalsium
Membran sel ujung presinaps, disebut membran presi_
naps, mengandung banyak sekali kanal kalsium berger_
bang voltase. Bila ada potensial aksi yang mendepola-
risasi meqbran presinaps, kanal kalsium tersebut akan
membuka dan menyebabkan sebagian besar ion kalsiurn
GAMBAR 45-5. Sebuah neuron motorik anterior yang khas, yang
memperlihatkan ujung presinaps yang terdapat pada soma neu-
mengalir masuk ke dalam ujung tersebut. Jumlah bahan
ron dan dendrit. Perhatikan juga adanya akson tunggat. transmiter yang kemudian dilepaskan dari ujung ke dalam
celah sinaps sesuai dengan jumlah ion kalsium yang ma-
suk. Bagaimana tepatnya mekanisme yang dipakai oleh
Neuron-neuron yang terdapat pada bagian lain medula ion kalsium untuk terjadinya pelepasan bahan pemancar
spinalis dan otak berbeda dengan neuron motorik anterior, tadi tidaklah diketahui, namun ada anggapan bahwa me-
yakni dalam hal (l) ukuran badan sel; (2) panjang, ukur- kanismenya adalah sebagai berikut:
an, dan jumlah dendrit, panjangnya berkisar dari hampir Sewaktu ion kalsium mernasuki ujung p'resinaps, ada
nol sampai beberapa sentimeter; (3) panjang dan besarnya anggapan bahwa ion-ion ini berikatan dengan molekul
akson; dan (4)jumlah ujung presinaps, yang berkisar an- protein khusus pada permul<aan sisi dalam membran pre-
tara hany a sampai 200.000 jumlahnya. Perbedaan-perbe- sinaps, yang disebut situs pelepasan. penglkatan ini se-
daan ini membuat neuron di bagian berbeda sistem saraf lanjutnya akan menyebabkan situs pelepasan membuka
bereaksi secara berbeda terhadap sinyal sinaps yang ma- melalui membran, menyebabkan beberapa vesikel trans-
suk sehingga melakukan banyak fungsi berbeda. miter melepaskan transmitemya ke dalam celah setiap
timbul potensial aksi tunggal. pada vesikel-vesikel inj,
Ujung Presinops. Penelitian dengan menggunakan mi- yang menyimpan neurotransmiter asetilkolin, masing-
kroskop elektron terhadap ujung presinaps memperlihat- masing ditemukan antara 2000 sampai 10.000 molekul
kan bahwa uj ung presinaps_ mempunyai bermacam-macam asetilkolin, dan terdapat cukup banyak vesikel pada ujung
bentuk anatomi, namun{ebanyakan bentuknya menyeru- presinaps untuk menjalarkan beberapa ratus sampai lebih
pai tombol buiat atau bujur telur sehingga kadang dise- dari 10.000 potensial aksi.
birt sebagai tombol ujung (terminal knobs), tombol bunga
(boutons), ujung kaki (end-feet), atau tombol sinaps (sy- Kerja Bahan Transmiter terhadap Neuron
naptic knobs). Postsinaps-Fungsi ..Protein Reseptof.
Gambar 45-6 memperlihatkan struktur dasar sebuah Membran neuron postsinaps yang mengandung banyak
sinaps, yang memperlihatkan satu ujung presinaps pada sekalt protein reseptor, dilukiskan pada Gambar 45-6.
permukaan membran neuron postsomatik. Ujung pre- Molekul reseptor-reseptor ini mempuny"di dua komponen
sinaps ini dipisahkan dari soma neuron postsinaps oleh penting, yakni : ( I ) ko mp one n p engi kat y angmenonj ol ke-
suatu celah sinaps yang biasanya mempunyai lebar 200 luar dari membran masuk ke dalam celah sinaps-di sini
sampai 300 angstrom. Ujung pre-sinaps ini mempunyai komponen akan berikatan dengan neurotransmiter yang
dua struktur interna yang penting untuk penerusan rang- berasal dari ujung presinaps-dan (2) komponen ionofor
sang (excitatory) atau penghambatan sinaps: yakni ve- yang melewati semua jalur melalui membran postsinaps
sikel transmiter dan mitokondria. Vesikel transmiter ini ke bagian dalam neuron postsinaps. Ionofor sebaliknya
mengandung bahan transmiter, yang bila dilepaskan ke merupakan salah satu dari kedua hal ini: (1) kanat ion
586 UNIT lX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

terutama memungkinkan ion klorida untuk lewat dan juga


sedikit sekali anion yang lain.
Kanal kation yang menghantarkan ion natrium diba-
tasi oleh muatan negatif. Muatan ini menarik muatan ion
natrium yang bersifat positif ke dalam kanal ketika dia-
meter kanal meningkat menjadi ukuran yang lebih besar
dari ion natrium yang terhidrasi tersebut. Tetapi ion yang
sama yang memiliki muatan negatif menolak ion klorida
dan anion lain dan menghambatjalannya.
Untuk kanal anion, ketika diameter kanal menjadi cu-
kup besar, ion klorida berjalan masuk ke dalam.kanal dan
melaluinya ke arah yang berlawanan, sedangkan kation
natrium, kalium, dan kalsium dihambat, terutama karena
bentuk ion hidrasinya terlalu besar untuk dapat lewat.
Kita akan mempelajari kemudian bahwa bi.la kanal
kation terbuka dan menyebabkan ion natrium bermuatan
positif masuk, muatan listrik positif dari ion natrium selan-
jutnya akan merangsang neuron ini. Karena itu, substansi
transmiter yang membuka kanal kation disebut sebagai
GAMBAR 45-6. Anatomi fisiologi sebuah sinaps. transmiter eksitator. Sebaliknya, pembukaan kanal anion
menyebabkan masuknya muatan lishik negatil yang
menghambat neuron. Karena itu, substansi transmiter yang
membuka kanal ini disebut sebagai transmiter inhibitor.
yang memungkinkan berjalannya ion jenis khusus un- Ketika substansi transmiter mengaktivasi kanal ion,
tuk melalui membran atau (2) aktivator "pemberi pesan kanal biasanya akan mernbuka dalam maktu milidetik;
kedua" yang bukan berupa kanal ion melainkan adalah ketika substansi transmiter tidak ada lagi, kanal menutup
suatu molekul yang menonjol ke dalam sitoplasma sel dengan cepat. Pembukaan dan penutupan kanal ion mem-
dan mengaktivasi satu atau lebih bahan-bahan di bagian beri arli untuk pengaturan yang sangat cepat pada neuron
dalam neuron postsinaps. Bahan-bahan ini bertindak se' post-sinaps.
bagai"second messenger" untuk meningkatkan atau me-
nurunkan fungsi sel yang khas. Sisiem "Second messenger" Podo Neuron Post-
sinops. Banyak fungsi sistem saraf-sebagai contoh,
Konol lon. Kanal ion di dalam membran neuron postsi- proses memori-memerlukan perubahan yang cukup lama
naps biasanyaterdiri alas duajenis: (l)
kanal kationyang dalam neuron selama beberapa detik sampai beberapa bu-
sebagian besar seringkali memungkinkan ion natrium lan setelah substansi transmiter mula-mula menghilang.
lewat ketika terbuka, tetapi kadang melewatkan juga ion Kanal ion tidak sesuai untuk menyebabkan perubahan
kalium dan/atau ion kalsium, dan (2) kanal anion yang neuron post-sinaps yang lama sebab kanal ini tertutup

Kanal kalium

GAMBAR 45-7. Sistem "se-


cond messengef' oleh sub-
stansi transmiter yang ber-
asal dari neuron permulaan

Protein-G
*6:|7'1. yang dapat
neuron kedua,
mengaktivasi
mula-mula
melalui pelepasan "prote-
in-G" ke dalam sitoplasma
\-------------> neuron kedua. Diperlihatkan
empat efek protein-G, antara
lain 1, pembukaan kanal ion
dalam membran neuron ke-
dua; 2, mengaktivasi sistem
enzim dalam membran neu-
ron; 3, mengaktivasi sistem
enzim intrasel; dan/atau 4,
menyebabkan transkripsi
gen dalam neuron kedua.
BAB 45 Susunan Sistem Saraf; Fungsi Dasar Sinaps, "Substansi Transmitel, 587

dalam waktu milidetik setelah substansi transmiter tidak bali membahas masalah ini secara lebih rinci pada Bab
ada lagi. Namun, dalam banyak keadaan, eksitasi atau 57 ketika kita membahas mengenai fungsi memori sistem
inhibisi neuron postsinaps yang lama dicapai melalui saraf.
pengaktifan sistem kimia "second messenger" di dalam
sel neuron postsinaps sendiri, dan kemudian second mes-
senger inilah yang menjadi penyebab efek yang panjang. Reseptor Eksitasi atau Inhibisi
Terdapat beberapa jenis sistem second messenger. pada Membran Postsinaps
Satu dari jenis yang paling umum menggunakan seke- Beberapa reseptor postsinaps, bila diaktivasi, menye-
lompok protein yang disebut protein-G. Gambar 45-7 su- babkan eksitasi neuron postsinaps dan yang lainnya me-
dut kiri atas memperlihatkan protein reseptor membran. nyebabkan inhibisi. Pentingnya memiliki reseptor jenis
Protein-G dilekatkan pada bagian reseptor yang menonjol inhibisi seperti juga jenis eksitasi adalah bahwa reseptor-
ke dalam bagian interior sel. Protein-G terdiri dari tiga reseptor ini memberi dimensi tambahan terhadap fungsi
komponen: komponen alfa (u) yang merupakan aktivator saraf, memungkinkan pengendalian kerja saraf dan juga
sebagian protein-G, dan komponen beta (B) serta gamma perangsangannya.
(y) yang melekat ke komponen alfa dan juga ke bagian Berbagai mekanisme molekular dan membran digu-
dalam membran sel yang berdekatan dengan protein re- nakan oleh berbagai reseptor untuk menimbulkan eksitasi
septor. Pada proses aktivasi oleh impuls saraf, bagian alfa atau inhibisi seperti berikut ini.
protein-G memisahkan diri dari bagian beta dan gamma
dan kemudian bebas bergerak di dalam sitoplasma sel.
Eksitasi
Di dalam sitoplasma, komponen alfa yang terpisah
membentuk satu atau lebih fungsi majemuk, bergantung |. Kanal natrium yang terbuka yang memungkinkan
pada gambaran khas dari setiap jenis neuron. Gambar 45- pelepasan listrik bermuatan positif dalam jumlah
7 memperlihatkan empat perubahan yang dapat terjadi. besar untuk mengalir ke bagian anterior dari sel
Keempat hal itu adalah sebagai berikut: postsinaps. Hal ini akan meningkatkan potensial
membran dalam arah positif menuju nilai ambang
l. Pembukaan kanal ion khusus melalui membran sel
rangsang untuk menyebabkan eksitasi.
postsinaps. Terlihat pada bagian kanan atas, kanal
kalium terbuka sebagai respons terhadap protein-
2. Penekanan hantaran melalui kanal klorida atau
kalium, atau keduanya. Hal ini akan menurunkan
G; kanal ini seringkali tetap terbuka untuk waktu
difusi ion klorida bermuatan negatif ke bagian
yang lama, sebaliknya akan menutup dengan cepat
dalam neuron postsinaps atau menurunkan difusi
akibat aktivasi langsung kanal ion yang tidak
ion kalium bermuatan positif ke bagian luar. pada
menggunakan sistem second messenger.
contoh lain, pengaruhnya adalah dengan membuat
2. Aktivasi adenosin monofosfat siklik (cAMP) atau
potensial membran internal menjadi lebih positif
guanosin monofo.sfut siklik (cGMP) dalam sel neu-
dari normal, yang bersifat eksitatorik.
ron.Ingatlah bahwa AMP siklik atau GMP siklik
dengan kuat dapat mengaktifkan mesin metabo-
3. Berbagai perubahan metabolisme internal neuron
postsinaps untuk merangsang aktivitas sel atau,
lik spesifik dalam neuron dan, karena itu, dapat
pada beberapa keadaan, untuk meningkatkan jum-
mencetuskan akibat kimiawi, termasuk perubahan
jangka panjang dalam struktur sel sendiri, yang lah reseptor membran eksitasi atau menurunkan
jumlah reseptor membran inhibisi.
selanj utnya akan mengganggu eksitabil itas neuron
jangka panjang.
3. Aktivasi dari satu atau lebih enzim intrasel. Prote- Inhibisi
in-G dapat secara langsung mengaktivasi satu atau
7. Pembukaan kanal ion klorida melalui membran
lebih enzim intrasel,.Kemudian, enzim dapat me-
neuron postsinaps. Hal ini memungkinkan ion
nimbulkan bq+yak fungsi kimia sel khusus.
klorida bermuatan negatif untuk berdifusi secara
4. Aktivasi transkripsi gen. Hal ini merupakan efek
- aktivasi sistem second messengeryangpaling pen-
cepat dari bagian luar neuron postsinaps ke bagian
dalam, dengan demikian membawa muatan negatif
ting dari neuron postsinaps. Karena transkripsi gen
ke dalam dan meningkatkan negativitas di bagian
dapat menyebabkan pembenfukan protein baru di
dalam, yang bersifat inhibisi.
dalam neuron, sehingga mengubah perangkat me-
2. Meningkatkan hantaran ion kalium yang keluar
tabolik atau strukturnya. Sebaliknya, telah dike-
dari neuron. Hal ini memungkinkan ion kalium
tahui dengan baik bahwa dapat terjadi perubahan
yang bermuatan positif untuk berdifusi ke bagian
stnrktural neuron yang teraktivasi secara baik, ter-
eksterior, yang menyebabkan pen ingkatan kenega-
utama pada proses memori jangka panjang.
tifan di dalam neuron, yang bersifat inhibisi. '
Aktivasi sistem second messenger di dalam neuron, 3. Aktivasi enzim reseptor yang menghambat fungsi
apakah berupa protein-G atau jenis lain, telah jelas ber- metabolik selular atau yang meningkatkan jumlah
sifat sangat penting untuk perubahan berbagai gambaran reseptor sinap inhibisi atau menurunkan jumlah re-
respons dari jalur neuron yang berbeda. Kita akan kem- septor eksitasi.
588 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

TABEL 45-1" Transmiter Molekul-Kecil yang Bekeria TABEL 45-2. Neuropeptida, Transmiter atau Faktor Per-
Cepat tumbuhan yang Bekerja Lambat

Golongan l: Hypbtkalam-ic.*leasih$ holtltpne-s..5, ri, i.,,il;...11l.-.


Asetilkolin Thy rot ro pi n - re le as i n g h o rmo ne
e otOngan,tt; Ailina-''i.' ,, ,.' 1 1
, .' Libinizi11g,,hermone:re:leas'ihg hormon6:. .
Norepinefrin Somatostatin {$ roWth hormqne{n.ijbitoty.,fa$.tor)
Epinef rin Peptida hipofisis
Dopamin , i Ad re n o;eortipotwic holAond (ACTHI rl:i'.';r.',:1',,

Serotonin F:Endorfin
Histamin u- M e l an ocyte-sti m u l ati n g ho rm one
Golongan lll: Asam Amino :..rP..fO!aktin , ,r :::::: :r.', .:, , 'r--::,::

,: AsamGamma-Aminobutirat (GABA) Luteinizing hormone


Glisin Thyrotropin
Gluiamat Hormon Pertumbuhan
Aspartat Vasopresin .
Golongan lV: (-)ksrtosrn
Oksida nitrat (NO) Peptida yang bekerja pada usus dan otat<
Leusin enkefalin
Metionin enkefalin
Substansi P
Substansi Kimia yang Berfungsi Gastrin
Kolesistokinin
sebagai Transmiter Sinaptik Folipeptida.vasoaktif intestinum rulP,.l
Faktor pertumbuhan saraf
Lebih dari 50 substansi kimia telah dibuktikan atau di- " Bi rain:de rived n ei rotropic factar
nyatakan berfungsi sebagai transmiter sinaptik. Banyak Neurotensin
dari semua substansi tersebut dicantumkan dalam Tabel lnsulin
45-1 dan 45-2,yang terbagi dalam dua kelompok trans- Glukagon
miter sinaptik. Satu kelompok merupakan molekul-kecil, Dari jaringan-jaringan lain
yaittt tran,smiter yang bekerja cepal. Dan yang lain terdiri Angi-otensin ll
dari banyali neurapeptida yang memiliki ukuran molekul EradiKinin
jauh lebih besar dan biasanya bekerja jauh lebih lambat. Kainosin
Peptida tidur
Golongan rnolekul kecil, yaitu transmiter yang bekerja
Kalsitonin
cepat adalah salah satu yang menyebabkan sebagian besar
respons cepat dari sistem saraf, seperti penjalaran sinyal
sensorik ke otak dan sinyal motorik kembali ke otot. Neu-
ropeptida, sebaliknya, biasanya menyebabkan kerja yang Pendouron Ulong Jenis Molekul-Kecil Vesikel.
lebih lambat, sepefti perubahan jangka panjang jumlah Vesikel yang menyimpan dan melepaskan transmiter mo-
reseptor, pembukaan atau penutupanjangka panjang dari lekul kecil terus menerus mengalami daur ulang dan da-
kanal ion teftentu, dan mungkin bahkan perubahan jangka pat dipakai lagi. Setelah vesikel tersebut bersatu dengan
panjang jumlah sinaps atau ukuran sinaps. membran sinaptik dan membuka untuk melepaskan sub-
stansi transrniternya, rnula-mula vesikel membran menja-
Transmiter Molekul-Kecil di bagian dari membran sinaptik. Namun, dalam beberapa
yang Bekerja Gepat detik sampai beberapa menit, bagian vesikel dari mem-
Pada sebagian besar kasus, transmiter jenis molel<ul kecil bran masuk kembali ke bagian dalam ujung presinaptik
disintesis dalam-sitosol pada ujung pre-sinaptik dan diab- dan terlepas untuk membentuk vesikel baru. Membran
sorpsi melalui eara transpor aktif ke dalam banyak vesikel vesikel yang baru ini tetap berisi protein enzim atau pro-
transmiter di ujung sinaps. Kemudian, setiap kali poten- tein transpor yang sesuai untuk menyintesis dan/atau me-
siai aksi mencapai ujung sinaps, beberapa vesikel segera ngonsentrasikan substansi transmiter baru di bagian da-
melepaskan transmiternya ke dalam celah sinaptik. Hal lam vesikel.
ini biasanya terjadi dalam waktu milidetik atau kurang Asetilkolin adalah transmiter molekul kecil yang khas
melalui mekanisme yang telah dijelaskan sebelumnya. yang mematuhi prinsip-prinsip sintesis dan pelepasan
Kerja transmiter jenis molekul kecil ini selanjutnya pada yang dikemukakan sebelumnya. Substansi transmiter ini
reseptor metnbran pada neuron postsinaptik biasanya disintesis di ujung presinaptik dari koenzim asetil A dan
juga terjadi dalam waktu beberapa milidetik atau kurang. kolin pada adanya enzrm kolin asetiltransferase. Kemu-
Efek yang paling sering adalah meningkatkan atau me- dian substansi ini dibawa ke dalam vesikel spesifiknya.
nui:unkan hantaran melalui kanal ion, suatu contoh adalah Ketika kemudian vesikel melepaskan asetilkolin ke dalam
untuk meningkatkan hantaran natrium, yang menyebab- celah sinaptik, asetilkolin dengan cepat memecah kembali
kan eksitasi, atau untuk meningkatkan hantaran kalium menjadi asetat dan kolin dengan bantuan enzim kolineste-
atau klorida, yang menyebabkan inhibisi. rase, yang berikatan dengan retikulum proteoglikan dan
BAB 45 susunan sistem saraf; Fungsi Dasar sinaps, "substansi rransmitel, 589
mengisi ruang celah sinaptik. Kemudian vesikel mengala- Iaku jangka panjang dan untuk ingatan. Karena itu, sistem
mi daur ulang, dan kolin juga secara aktif dibawa kembali transmiter ini dapat menolong kita di masa depan untuk
ke dalam ujung sinaps untuk digunakan kembali untuk menjelaskan mengenai beberapa tingkah laku dan fungsi
sintesis asetilkolin baru. ingatan sehingga kita dapat mengefti lebih baik. Nitrat
oksida berbeda dari transmiter molekul lainnya dalam hal
Ciri Khqs Beberopo Trqnsmiter Molekul-Kecil mekanisme pembentukan di ujung presinaptik dan kerja_
Yong Lebih Penting. Transmiter-transmiter molekul-
nya di neuron postsinaptik. Zat ini tidak dibentuk sebe_
kecil yang paling penting adalah.
lumnya dan disimpan dalam vesikel di ujung presinaptik
Asetilkolin disekresi oleh rieuron-neuron di banyak
sepefti tranmiter yang lain. Sebaliknya, zat ini disintesis
daerah sistem saraf, namun khususnya oleh (l) ujung-
hampir segera saat diperlukan, dan kemudian berdifusi
ujung sel-sel piramid besar dari korleks motorik, (2)
keluar dari ujung presinaptik dalam waktu beberapa de_
beberapa jenis neuron dalam ganglia basalis, (3) neuron
tik, dan tidak dilepaskan dalam paket-paket vesikel. Se_
motorik yang menginervasi otot-otot rangka, (4) neuron
lanjutnya, zat int berdifusi ke dalam neuron postsinaps
preganglion sistem saraf otonom, (5) neuron postgangli-
di dekatnya. Di neuron postsinaps, zat ini biasanya tidak
on sistem saraf parasimpatik, dan (6) beberapa neuron
memengaruhi membran potensial menjadi lebih besar te_
postganglion sistem saraf simpatik. pada sebagian besar
tapi sebaliknya mengubah fungsi metabolik intrasel yang
keadaan, asetilkolin mempunyai efek eksitasi; namun,
kemudian memengaruhi eksitabilitas neuron dalam bebe_
asetilkolin ini telah diketahui juga mempunyai efek in-
rapa detik, menit, atau mungkin lebih lama lagi.
hibisi pada beberapa ujung saraf parasimpatik perifer, mi-
salnya inhibisijantung oleh nervus vagus.
Norepinefrin disekresi oleh ujung neuron-neuron Neuropeptida
yang badan sel/somanya terletak dalam batang otak dan Neuropeptida merupakan kelas transmiter yang sangat
hipotalamus. Secara khas, neuron-neuron penyekresi nore- berbeda, disintesis secara berbeda dan biasanya bekerja
pinefrin yang terletak di dalam lokus seruleus di dalam lambat dan dalam hal lain sedikit berbeda dengan yang
pons akan mengirimkan serabut-serabut saraf ke daerah terdapat pada transmiter molekul-kecil. Neuropeptida ti-
yang luas di dalam otak dan akan membantu pengaturan dak disintesis dalam sitosol pada ujung presinaptik. Na-
seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan ke- mun demikian, zat ini disintesis sebagai bagian integral
waspadaan. Pada sebagian besar daerah ini, norepinefrin molekul protein besar oleh ribosom-ribosom dalam badan
mungkin mengaktivasi reseptor eksitasi, namun pada sel seuron.
daerah yang lain malahan mengaktivasi reseptor inhibisi. Molekul protein selanjutnya memasuki ruangan di
Norepinefrin juga disekresikan oleh sebagian besar neu- dalam retikulum endoplasma badan sel dan kemudian ke
ron postganglion sistem saraf simpatik, yang epinefrinnya dalam aparatu.s Golgi, yaitu tempat terjadinya perubahan
merangsang beberapa organ tetapi menghambat organ berikut: Peftama, protein pembentuk neuropeptida seca-
yang lain. ra enzimatik memecah menjadi fragmen-fragmen yang
Dopamin disekresikan oleh neuron-neuron yang ber- lebih kecil, beberapa di antaranya adaiah neuropeptida-
asal dari substansia nigra, Neuron-neuron ini terutama nya sendiri atau prekursornya. Kedua, aparatus Golgi me-
berakhir pada regio striata ganglia basalis. pengaruh do- ngemas neuropeptida menjadi vesikel-vesikel transmiter
pamin biasanya bersifat inhibisi. berukuran kecil yang dilepaskan ke dalam sitoplasma. Se-
Glisin terutama disekresi pada sinaps yang terdapat lanjutnya, vesikel transmiter ini dibawa sepanjang jalan
dalam medula spinalis. Glisin ini diyakini selalu bekerja ke ujung serabut saraf lewat aliran akson dari sitoplasrna
sebagai transmiter inhibisi. akson, berkeliling dengan kecepatan lambat hanya bebe-
GA BA (as am gamm a- arn i no but i r at) disekresikan o leh rapa sentimeter per hari. Akhirnya, vesikel ini melepaskan
ujung saraf yang terdapat dalam medula spinalis, serebe- transmitemya pada ujung neuron sebagai respons terha-
lum, ganglia basalis, dan sebagian besar korteks. Bahan dap potensial aksi dengan cara yang sama seperti untuk
ini dianggap menyebablian inh ibisi. transmiter molekul-kecil. Namun, vesikel diautolisis dan
Glutamat disekresi oleh ujung saraf presinaps pada tidak digunakan kernbaii.
banyak jaras saraf sensorik yang memasuki sistem saraf Karena metode pembentukan neuropeptida di labo-
di sebagian besar daerah korteks serebri. Bahan ini ke- ratorium ini, jauh lebih sedikit neuropeptida yang dile-
mungkinan selalu menyebabkan eksitasi. paskan daripada transmiter molekul-kecil. Ini sebagi-
Sercttonin disekresi oleh nukleus yang berasal dari rafe an dikompensasikan dengan melihat kenyataan bahwa
median batang otak dan berproyeksi di banyak daerah otak, neuropeptida umumnya lebih kuat seribu kali atau lebih
khususnya yang menuju radiks dorsalis'medula spinalis daripada transmiter molekul-kecil. Ciri khas penting lain
dan menuju hipotalamus. Serotonin bekerja sebagai bahan neuropeptida adalah bahwa zat ini sering rrenyebabkan
penghambat jaras rasa sakit dalam medula spinalis, dan kerja yang jauh lebih lama. Beberapa kerja ini mencakup
kerjanya sebagai penghambat di daerah sistem sarafyang juga penutupan kanal-kanal kalsium yang lebih lama, per-
lebih tinggi diduga unruk membantu pengaturan kehendak ubahan proses metabolik sel yang lebih lama, perubahan
seseorang, bahkan mungkin juga menyebabkan tidur. yang lebih larna terhadap aktivasi atau deaktivasi gen-gen
Nitrat ol<sida terutama disekresikan oleh ujung saraf spesifik pada nukleus sel, dan/atau pengaruh terhadap
di'daerah otak yang bertanggung jawab terhadap tingkah sejumlah reseptor eksitasi atau inhibisi yang lebih lama.
590 UNIT IX Slstem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

Beberapa dari efek ini berlangsung selama berhari-hari, tuk fungsi neuron, yakni ion natrium, ion kalium, dan ion
namun yang lainnya mungkin sampai berbulan-bulan atau klorida. Di bagian paling atas, tampak konsentrasi ion na-
bertahun-tahun. Pengetahuan kita mengenai fungsi neuro- trium sangat tinggi dalam cairan ekstrasel (142 mEqlL)
peptida baru sampai tahap permulaan. Ietapi rendah di bagian dalam neuron (14 mEqil-). Perbe-
daan konsentrasi natrium ini disebabkan oleh pompa na-
trium membran soma yang kuat dan yang terus-menerus
Peristiwa Listrik yang Timbul memompa natrium keluar dari neuron.
Selama Eksitasi Saraf Gambar ini juga memperlihatkan bahwa di dalam
soma neuron konsentrasi ion kalium itu tinggi (120 mEq/
Peristiwa listrik yang timbul selama eksitasi saraf telah
L) namun di dalam cairan ekstrasel sqngatlah rendah (4,5
dipelajari terutama pada neuron motorik besar radiks an-
mEq/L). Keadaan ini menggambarkan bahwa terdapat
terior medula spinalis. Oleh karena itu, peristiwa-peristi-
pompa kalium (sebagian lain dari pompa Nat-K*) yang
wa yang digambarkan dalam beberapa bagian berikutnya
memompa kalium ke dalam.
terutama akan menyinggung neuron ini. Kecuali untuk
Gambar 45-8 menggambarkan betapa tingginya kon-
beberapa perbedaan, keadaan-keadaan tersebut dapat pula
sentrasi ion klorida dalam cairan ekstrasel namun di
diterapkan pada sebagian besar neuron sistem saraf lain-
dalam neuron konsentrasinya rendah. Gambar ini juga
nya.
menjelaskan bahwa membran tersebut sangat permeabel
terhadap ion klorida dan mungkin ada pompa klorida yang
Potensiql Membron lslirohot Somo/Bodon Neu-
lemah. Tetapi alasan utama dari rendahnya konsentrasi
ron. Gambar 45-8 memperlihatkan soma neuron motorik
ion klorida di dalam neuron adalah adanya muatan -65
spinaiis, yang menunjukkan potensial membran istirahat
milivolt di dalam neuron. Jadi, muatan negatif ini akan
kira-kira -65 milivolt. Nilai ini kurang negatif daripada
menolak ion-ion klorida yang bermuatan negatif, me-
-90 milivolt yang dijumpai pada serabut saraf perifer maksa ion-ion tersebut keluar melewati pori-pori sampai
yang besar dan pada serabut otot rangka; besar voltase
konsentrasinya lebih kurang di dalam membran daripada
yang lebih rendah ini penting karena memungkinkan kon-
konsentrasi di luar membran.
trol positif dan negatif pada derajat eksitabilitas neuron.
Marilah kita mengingat kembali apa yang telah kita
Jadi, menurunnya voltase menjadi nilai negatif yang lebih
pelajari pada Bab 4 dan 5 tentang hubungan antara per-
rendah membuat membran neuron menjadi lebih mudah
bedaan konsentrasi ion-ion terhadap potensial mem-
dirangsang, sedangkan dengan peningkatan voltase ke
bran. Akan diingatkan kembali bahwa bila polaritas dan
nilai yang lebih negatif membuat neuron kurang mudah
besamya potensial sesuai maka potensial listrik di sebe-
dirangsang. Keadaan ini merupakan dasar untuk dua
rang membran sel akan melawan pergerakan ion-ion yang
model fungsi neuron-apakah akan terjadi eksitasi atau
melalui membran. Potensial yang benar-benar dapat
inhibisi-seperti yang akan dijelaskan lebih rinci dalam
melawan pergerakan suatu ion itu disebut sebagai poten-
bagian selanjutnya.
sial Nernst; persamaan untuk ini adalah sebagai berikut:
Perbedoon Konsentrosi lon-lon yong Melewoti
bagian oatam'1
Membrqn Somo Neuron. Gambar 45-8 juga mem- EMF (mv) = + 61 x lon iK,gnsentrasi
" Konsentrasi bagian luar ]
perlihatkan perbedaan konsentrasi tiga macam ion yang I
melewati membran soma neuron, yang paling penting un- dengan EMF adalah besarnya potensial Nernst di bagian
dalam membran (dalam milivolt). Untuk ion positif, po-
tensial ini akan negatif(-) dan untuk ion negatif, potensial
ini akan positif (+).
Sekarang, marilah kita hitung besarnya potensial
Nemst yang dengan tepat melawan pergerakan dari ketiga
ion berikut: natrium, kalium, dan klorida.
Karena perbedaan konsentrasi natrium seperti yang
digambarkan pada Gambar 45-8, yakni sebesar l42mEql
Na+: 1 42 mEq/L
L di bagian luar dan 14 mE.qlL di bagian dalam, maka po-
K+: 4,5 mEq/L tensial membran yang benar-benar akan melawan perge-
rakan ion natrium yang melewati kanal natrium dihitung
sebesar +61 milivolt. Namun, potensial membran yang
Cl-: 107 mEq/L
sebenamya adalah -65 milivolt, bukan +61 milivolt. Oleh
karena itu, ion-ion natrium yang bocor ke bagian dalam
Akson hillock
(Tonjolan akson) oleh pompa natrium akan segera dipompa kembali ke
bagian luaq sehingga mempeftahankan potensial negatif
sebesar -65 milivolt di dalam neuron.
Untuk ion kalium, gradien konsentrasi di bagian da-
GAMBAR 45-8. Distribusi ion-ion natrium, kalium, dan klorida lam neuron adalah 120 mEqil dan di bagian luar besarnya
sepanjang membran soma neuron, yang berasal dari potensial
4,5 mEqlL. Keadaan'ini menghitung potensial Nernst se-
membran intrasoma.
BAB 45 Susunan Sistem Saraf; Fungsi Dasar Sinaps, "Substansi Transmite( 591

besar -86 milivolt di bagian dalam neuron, yang lebih


negatif daripada besamya potensial Nernst yang sebenar-
nya, yakni *65 milivolt. Oleh karena itu, karena tingginya
konsentrasi ion kalium pada intrasel, ion-ion kalium akan
cenderung berdifusi ke bagian luar neuron, namun hal ini
akan dilawan oleh pompa kalium yang terus-menerus be-
kerja sehingga ion-ion kalium akan didorong kembali ke Neuron dalam Keadaan lstirahat
bagian dalam.
Akhirnya, gradien ion klorida adalah 107 mEq/L di
bagian luar dan 8 mEq/L di bagian dalam, sehingga akan
menghasilkan potensial Nemst sebesar -70 milivolt di
bagian dalam neuron, yang hanya sedikit lebih negatifda-
ripada besarnya potensial Nernst yang terukur, yaitu -65
milivolt. Oleh karena itu, dalam keadaan normal ion-ion
Neuron dalam
klorida cenderung bocor sangat sedikit masuk ke bagian Keadaan Tereksitasi
Penyebaran
potensial aksi
dalam neuron, namun ion-ion klorida yang sedikit berdi-
fusi tadi akan digerakkan kembali ke bagian luar, mung-
kin oleh pompa klorida yang bersifat aktif.
Ingatlah besar ketiga potensial Nernst inidan juga
arah kecenderungan difusi tiaptiap ion di atas, sebab in-
formasi ini sangat berguna untuk dapat mengerti bagai-
mana terjadinya peristiwa-peristiwa eksitasi dan inhibisi
Neuron dalam Keadaan Terinhibisi
neuron melalui aktivasi atau inaktivasi sinaps dari resep-
tor kanal ion. GAMBAR 45-9. Tiga keadaan neuron. A, Neuron dalam keadaan
istirahat, dengan potensial intraneuron normal -65 milivolt. B,
Keserogomon Dislribusi Potensiol listrik di dqlom Neuron dalam keadaan tereksitasi, dengan potensial intraneuron
yang Iebih positif, artinya kurang negatif, (45 milivolt) disebabkan
Somq. Bagian dalam soma neuron mengandung cairan oleh pemasukan/influks natrium. C, Neuron dalam keadaan terin-
elektrolit yang berkemampuan tinggi untuk menjalarkan hibisi, dengan potensial membran intraneuron yang lebih negatit
rangsang, yakni cairan intrasel neuron. Selanjutnya, dia- (70 milivolt), disebabkan oleh keluarnya./efluks ion kalium, influks
meter soma neuron cukup besar (10 sampai 80 mikrome- ion klorida, atau keduanya.

ter), menyebabkan hampir tidak adanya tahanan bagi pen-


jalaran aliran listrik dari salah satu bagian dalam soma ke
bagian lainnya. Oleh karena itu, setiap perubahan poten- bran istirahat akan meningkat dalam arah positif dari -65
sial di setiap bagian cairan intrasoma hampir selalu akan menjadi -45 milivolt. Kenaikan voltase menjadi lebih po-
menyebabkan perubahan potensial yang sesuai di seluruh sitif di atas potensial neuron istirahat yang normal-yakni,
bagian dalam soma (yaitu, selama neuron tidak mentrans- menuju ke nilai yang kurang negatif--disebul potensial
misikan suatu potensial aksi). Prinsip ini sangat penting eksitasi postsinaps (atau EPSP), karena bila potensial ini
karena memainkan peran utama dalam peristiwa "sumasi" naik cukup tinggi dalam arah positif, akan terjadi potensi-
sinyal-sinyal yang memasuki neuron dari segala sumber, al aksi dalam neuron post-sinaps,jadi merangsang neuron
seperti yang akan kita lihat nanti dalam bab berikutnya. itu. (Pada kasus ini besarnya EPSP adalah +20 milivolt,
yaitrr 20 m ilivolt lebih positif daripada nilai istirahat).
Pengoruh Eksitosi Sinops Terhodop Membron Namun, kita harus berhati-hati. Rangsangan yang ke-
Poslsinops-Eksilosi Potensiol Postsinpos. Gam- luar dari ujung presinaps tunggal tidak pemah akan me-
bar 45-9A menggambarkan neuron istirahat dengan ujung ningkatkan potensial neuron dari -65 milivolt meniadi
presinapsnya yang tiddk terangsang dalam keadaan istira- -45 milivolt. Peningkatan ini membutuhkan rangsangan
hat di atas permukaannya. Besarnya potensial membran yang simultan dari banyak ujung-untuk neuron motorik
istirahat di setiap bagian soma itu adalah -65 milivolt. anterior kira-kira membutuhkan 40 sampai 80 serabut sa-
Gambar 45-98 menggambarkan ujung presinaps yang raf-pada saat yang sama atau dalam serangkaian rang-
telah menyekresi transmiter eksitasi ke dalam celah di sangan yang cepat. Keadaan ini terjadi melalui suatu pro-
antara ujung dan membran soma neuron. Transmiter ini ses yang disebut sumasi, yang akan kita bicarakan secara
bekerja pada membran reseptor eksitasi untuk mening- lebih rinci pada bab berikutnya.
katkan permeabilitas membran terhadap ion Na- . Karena
gradien konsentrasi natrium yang besar dan muatan listrik Pembenlukon Polensiol Aksi podo Segmen
negatif yang besar di dalam neuron, ion natrium segera Awol Akson yong Meninggolkon Neuron-Niloi
berdifusi secara cepat ke bagian dalam membran. Ambong unluk Eksitosi. Bila meningkat cukup tinggi
Ion natrium bermuatan positif yang dengan cepat ma- dalam arah positif, EPSP akan mencapai suatu titik yang
suk ke bagian dalam neuron akan menetralkan sebagian akan merangsang timbulnya potensial aksi dalam neuron.
muatan negatif dari potensial membran istirahat. Jadi, se- Namun, sebenamya potensial aksi tidak dimulai berdekat-
perti yang tampak pada Gambar 45-98, potensial mem- an dengan sinaps eksitasi. Justru, dimulai dari segmen
592 UNIT lX Srsfem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

awal akson tempat akson yang meninggalkan soma neu- Gambar 45-9C memperlihatkan efek yang terjadi pada
ron. Alasan utama dari tempat asal potensial aksi ini ada- potensial membran yang disebabkan oleh aktivasi sinaps
lah karena jumlah kanal natrium bergerbang voltase yang yang sedang terhambat, yang mempermudah masuknya
relatif sedikit yang terdapat pada membran soma, sehingga ion klorida ke dalam sel dan/atau keluarnya ion kalium ke-
EPSP sukar membuka kanal natrium untuk memunculkan luar,dari sel, disertai dengan menurunnya potensial mem-
potensial aksi. Sebaliknya, ntembran segmen awal memi- bran dari nilai normal -65 milivolt ke nilai yang lebih
liki konsentrasi voltase 7 kali lipat iebih besar daripada negatif yakni -70 milivolt. Potensial membran ini lebih
kanal natrium bergerbang voltasenya seperti juga soma, negatif 5 milivolt daripada normal sehingga; IPSP sebesar
sehingga dapat lebih mudah menimbulkan potensial aksi *5 milivolt, yang menginhibisi transmisi sinyal sarafyang
daripada soma. EPSP yang akan menimbulkan potensial melalui sinaps.
aksi di dalam segmen awal adalah antara +10 dan +20 mi-
livolt. Keadaan ini berbeda dengan yang dibutuhkan oleh
Penghambatan Presinaps
soma, yakni sebesar +30 atau +40 milivolt.
Begitu mulai timbul maka potensial aksi itu akan Selain inhibisi yang disebabkan oleh bekerjanya sinaps
menjalar sepanjang pinggir akson dan biasanya kembali yang sedang terhambat terhadap membran neuron, dise-
juga mengelilingi soma..Pada beberapa contoh, potensial buI penghambatan post-sinaps, ada macam penghambat-
aksi juga menjalar kembali ke dalam dendrit, namun ini an lain yang terjadi pada ujung presinaps sebelum sinyal
tidak semuanya, sebab seperti halnya pada soma neuron, dapat mencapai sinaps. Macam penghambatan ini disebut
temyata dendrit mempunyai kanal natrium bergerbang penghambatan presinaps, terjadi melalui cara berikut ini.
voltase sangat sedikit, dan karena itu seringkali tidak dapat Penghambatan presinaps disebabkan oleh pelepasan
meneruskan seluruh potensial aksi. Jadi, seperti yang bahan inhibisi ke bagian luar yang terletak di bagian presi-
tampak pada Gambar 45-98, pada keadaan normal, nilai naps serabut sarafsebelum ujung presinaps itu berakhir di
ambang untuk timbulnya eksitasi neuron adalah kira-kira neuron postsinaps. Pada banyak keadaan, substansi trans-
-45 milivolt, yang menunjukkan suatu EPSP sebesar +20 miter inhibisi adalah GABA (asam gamma-aminobutirik).
milivolt-1aitu, 20 milivolt lebih positif daripada poten- Hal ini memiliki efek spesifik, yaitu membukanya kanal
sial neuron istirahat pada keadaan normal yang besarnya anion, sehingga memungkinkan sejumlah besar ion klo-
rida berdifusi ke dalam ujung fibril. Muatan negatif dari
-65 milivolt.
ion-ion ini menghambat transmisi sinaps karena muatan
tersebut membatalkan banyak efek eksitasi ion natrium
Peristiwa Listrik Selama yang bermuatan positif yang juga memasuki ujung fibril-
Penghambatan Neuron fibril ketika potensial aksi tiba.
lnhibisi presinaptik terjadi pada banyak.iaras sensorik
Pengoruh Sinops lnhibisi Terhodop Membron di sistem saraf. Sebenarnya, serabut-serabut saraf sensoris
Postsinops-Poiensiol lnhibisi PoslSinops. Inhibisi yang berdekatan sering secara mutual menghambat satu
sinaps terutama akan membuka kanal klorida, dan ini sama lain, yang akan meminimalkan penyebaran dan pen-
akan mempermudah lewatnya ion klorida. Sekarang, un- campuran sinyal-sinyal di jaras sensorik. Kita akan mem-
tuk mengerti bagaimana inhibisi sinaps dapat mengham- bahas nilai penting dari fenomena ini lebih mendalam
bat neuron postsinaps, kita harus mengingat kembaii apa pada bab-bab selanjutnya.
yang telah kita pelajari mengenai potensial Nernst yang
berlaku untuk ion klorida. Kita telah menghitung besamya Lomo Woklu Berlongsungnyo Potensiql Post-
potensial Nernst untuk ion klorida, yaitu 10 milivolt. Po- sinops. Bila suatu sinaps eksitasi dapat merangsang
tensial ini lebih negatifdaripada besarnya potensial dalam neuron motorik anterior maka membran neuron akan
membran neuron istirahat pada keadaan normal, yakni menjadi sangat pemeabel terhadap ion natrium, namun
-{5 milivolt. Karena itu, pembukaan kanal klorida akan hanya selama 1 sampai 2 milidetik. Selama waktu yang
mempermudah berg-eraknya ion klorida yang bernuatan sangat singkat ini, ion natrium secukupnya dengan cepat
negatif dari cair'an ekstrasel ke arah dalam, sehingga akan berdifusi ke bagian dalam neuron motor postsinaps untuk
membuat potensial membran dalam lebih negatif daripa- meningkatkan potensial intraneuron sebanyak beberapa
da normal, mendekati nilai -70 milivolt. milivolt, dengan demikian membentuk potensial eksita-
Pembukaan kanal kalium akan mempermudah ion ka- si postsinaps (EPSP), seperti yang diperlihatkan melalui
lium yang bermuatan positif untuk bergerak ke arah luar, kurva biru dan hijau pada Gambar 45-10. Potensial ini ke-
dan hal ini juga akan mernbuat potensial membran dalam mudian akan berkurang selama 15 detik berikutnya, sebab
menjadi lebih negatif daripada biasanya. Jadi, baik influks waktu ini dibutuhkan oleh kelebihan muatan positif untuk
klorida dan efluks kalium akan meningkatkan derajat atau keluar dari neuron yang tereksitasi dan membentuk lagi
besarnya negativitas intrasel, yang disebut hiperpolarisa- potensial membran istirahat yang normal.
si" Keadaan ini akan menghambat neuron karena sekarang Justru akan timbul pengaruh yang berlawanan, yakni
potensial membran menjadi lebih negatif daripada poten- IPSP; yaitu, sinaps yang terhambat akan meningkatkan
sial intrasel normal. Oleh karena itu, peningkatan negati- permeabilitas membran bagi ion-ion kalium dan klorida,
vitas yang melebihi besarnya potensial membran istirahat atau keduanya, selamaI sampai 2 milidetik, dan keadaan
normal disebut potensial inhibisi postsinaps (IPSP) ini akan menurunkan potensial intraneuron menjadi lebih
BAB 45 Susunan Sistem Saraf; Fungsi Dasar Sinaps, ,'substansi Transmitef, 593

@ * Perangsangan
16 sinaos
@ perangsangan
- 8 sinaos
@ perangsangan
- 4 sinaps
GAMBAR 45-10. Potensial eksitasi
postsinaps, pada gambar tampak bila
perangsangan secara bersama-sama/
simultan hanya diberikan pada bebe-
rapa sinaps tidak akan menimbulkan
potensial sumasi yang cukup guna me-
nimbulkan suatu potensial aksi, namun
bila perangsangan secara simuttan tadi
diberikan pada sinaps yang lebih banyak
Potensial membran istirahat / akan meningkatkan potensiat yang disu-
masi tadi menuju ke nilai ambang untuk
2468 terjadi suatu eksitasi atau akan menye-
Milidetik babkan terjadinya suatU potensial aksi
yang lebih tinggi lagi (=superimposed
action potential).

negatif daripada nilai normal, dengan demikian memben-


akhirnya pada segmen awal akson akan timbul potensi-
tuk IPSP. Potensial ini juga akan hilang selama sekitar l5
al aksi. Hal ini digambarkan pada Gambar 45-10. Bagian
milidetik berikuhya.
bawah potensial postsinaps dalam gambar ditimbulkan
Bahan transmiter tipe lain dapat merangsang atau
oleh perangsangan secara simultan 4 sinaps; kemudian
menghambat neuron postsinaptik untuk waktu yang lebih
potensial yang lebih tinggi selanjutnya disebabkan oleh
lama-selama beberapa ratus milidetik, atau bahkan se-
perangsangan 8 sinaps; akhirnya, gambaran EpSp yang
lama beberapa detik, beberapa menit, atau beberapajam.
lebih tinggi lagi disebabkan oleh perangsangan l6 sinaps.
Hal ini khususnya terjadi pada beberapa jenis substansi
Pada saat yang terakhir inilah, ambang batas peletupan
transmiter neuropeptida.
telah tercapai dan pada segmen awal akson akan timbul
suatu potensial aksi.
rrSumasi Spasial.. dalam Pengaruh penjumlahan potensial postsinaps yang si-
Neuron-Ambang untuk Peletupan multan dengan cara mengaktivasi ujung-ujung saraf mul-
Eksitasi satu ujung presinaps yang berakhir pada per- tipel pada daerah membran neuron yang luas disebut srz-
mukaan sebuah neuron hampir sama sekali tidak pernah masi spasial/ruang.
merangsang neuron itu. Alasannya adalah karena bahan
transmiter yang sesuai yang dilepaskan oleh ujung tung- Sumasi Temporal
gal akan menyebabkan timbulnya EPSP yang biasanya Setiap kali ujung saraf presinaptik meletup, bahan trans-
tidak lebih besar dari 0,5 sampai 1 milivolt, daripada 10 miter yang dilepaskan akan membuka kanal-kanal mem-
sampai 20 milivolt yang normalnya dibutuhkan untuk da- bran selama kebanyakan satu milidetik atau lebih. Na-
pat mencapai ambang untuk eksitasi. Namun, biasanya mun, pergantian potensial postsinaps berakhir sampai l5
banyak ujung presinaps, terangsang pada saat yang ber- milidetik setelah kanal membran sinaps sudah terlebih
samaan. Bahkan walalpun ujung-ujung ini tersebar luas dahulu tertutup. Oleh karena itu, pembukaan yang kedua
di sepanjang daerah neuron, pengaruhnya masih dapat dari kanal yang sama dapat meningkatkan besarnya poten-
melakukan sumasi; yaitu, ujung presinaps tersebut da- sial post-sinaps sampai nilai yang lebih besar, dan makin
pat menambahkan satu sama lain sampai eksitasi neu- cepat perangsangan ujung serabut saraf, makin besar pula
ron benar-benar dapat terjadi. Alasannya adalah sebagai potensial efektif postsinaps yang terjadi. Jadi, pelepasan
berikut: Telah ditekankan sebelumnya bahwa perubahan berikutnya dari ujung presinaps tunggal, bila timbulnya
potensial pada setiap titik tunggal dalam soma akan me- cukup cepat, akan dapat menambah satu sama lain; yaitu,
nyebabkan perubahan potensial yang jelas sesuai di da- pelepasan itu dapat melakukan "sumasi,'. penjumlahan ini
lam setiap bagian soma. lni terjadi akibat konduktivitas disebut sumas i temporal.
listrik yang sangat kuat di dalam soma sel neuron yang
besar. Oleh karena itu, bila setiap sinaps yang tereksitasi Sumosi Secqro Simultqn dori poiensiol lnhibisi
dapat terangsang secara simultan, potensial total di dalam don Eksitosi Postsinops. Bila suaru IpSp cenderung
soma akan menjadi lebih positif sebanyak 0,5 sampai 1,0 mengurangi besarnya potensial membran ke nilai yang
milivolt. Bila besarnya EPSP menjadi cukup besar, akan lebih negatif lagi, padahal pada saat yang sama EpSp cen-
tercapai nilai ambang untuk peletupan (: firing), dan derung meningkatkai'r potensial, kedua pengaruh ini akan
594 UNIT lX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

saling meniadakan baik secara keseluruhan atau seba- jumlah sinaps eksitasi dan sinaps inhibisi yang sedang
gian saja. Jadi, bila sebuah neuron dirangsang oleh EPSP, merangsang dendrit sebuah neuron. Pada kedua dendrit di
maka selanjutnya rangsangan penghambat yang berasal sebelah kiri, terdapat efek eksitasi di ujung akhir; perha-
dari sumber lain dapat sering mengurangi potensial post- tikan tingginya potensial eksitasi postsinaps pada ujung-
sinaps sehingga kurang dari nilai ambang untuk eksitasi, ujung serabut ini-yakni perhatikan potensial membran-
jadi melawan aktivitas neuron. nya yang lebih negatif. Namun, sebagian besar potensial
eksitasi postsinaps akan hilang sebelum mencapai soma.
Alasannya adalah karena dendrit panjang, serta membran-
"Fasilitasirt Neuron nya juga tipis dan setidaknya sebagian membran tersebut
Sering potensial postsinaps yang dijumlahkan/disumasi
permeabel terhadap ion kalium dan klorida, membuatnya
bersifat eksitasi, namun naiknya tak akan cukup tinggi un-
mudah "bocor" terhadap aliran listrik. Oleh karena itu,
tuk mencapai nilai ambang untuk meletupkan neuron pre-
sebelum potensial eksitasi dapat mencapai soma, sebagi-
sinaptik. Bila terjadi keadaan ini, neuron dikatakan dalam
an besar potensial hilang melalui membran yang bocor.
keadaan terfasilitasi. Jadi, besamya potensial membran
Penurunan potensial membran ini juga akan disebarkan
memang mendekati nilai ambang untuk peletupan dari-
secara listrik di sepanjang dendrit yang menuju ke soma
pada keadaan normal, tetapi belum cukup mencapai ba-
dan disebut sebagai pengurangan konduksi.
tas peletupan. Sebagai akibatnya, sinyal eksitasi lain dari
Semakin jauh sinaps yang sedang tereksitasi dari
beberapa sumber yang memasuki neuron, dapat dengan
soma suatu neuron, pengurangan konduksi makin besar,
mudahnya merangsang neuron itu. Rangsangan yang ter-
dan semakin kecil ketika sinyal eksitasi mencapai soma.
sebar/difus pada sistem saraf seringkali mempermudah
Oleh karena itu, sinaps-sinaps yang letaknya dekat soma
sekelompok besar neuron untuk dirangsang sehingga neu-
mempunyai pengaruh untuk menyebabkan eksitasi atau
ron-neuron dapat dengan cepat dan mudah menanggapi
inhibisi yang lebih besar ketimbang sinaps yang letaknya
sinyal-sinyal yang datang dari sumber lainnya.
lebih jauh dari soma.

Fungsi Khusus Dendrit Sumosi Eksilosi don lnhibisi dolom Dendril. Pada
dalam Merangsang Neuron Gambar 45- 11, gambaran dendrit yang teratas tampak te-
rangsang oleh sinaps eksitasi dan sinaps inhibisi. Di bagi-
Lopongon Sposiol Eksilosiyong Luos dori Eksito- an ujung dendrit timbul potensial eksitasi postsinaps yang
si Dendril. Dendrit-dendrit dari neuron motorik anterior kuat, tetapi di dekat soma ada dua buah sinaps inhibisi
sering menyebar sepanjang 500 sampai 1000 mikrometer yang bekerja pada dendrit yang sama. Sinaps inhibisi ini
ke segala arah dari soma neuron. Dan, dendrit ini dapat menyediakan voltase hiperpolarisasi yang benar-benar
menerima sinyal dari ruang yang luas yang ada di sekitar dapat meniadakan pengaruh eksitasi dan memang dapat
neuron motorik. Keadaan ini akan mempercepat terjadi- menjalarkan aliran listrik yang sedikit menghambat yang
nya sumasi sinyal-sinyal yang berasal dari banyak serabut menuju ke soma. Jadi, dendrit dapat menjumlahkan po-
saraf presinaps yang terpisah.
Penting juga diketahui bahwa antara 80 sampai 95 per-
sen ujung serabut presinaps neuron motorik anterior ber-
akhir pada dendrit, sebaliknya hanya 5 sampai 20 persen
ujung serabut presinaps yang berakhir pada soma neuron.
Oleh karena itu, sebagian besar eksitasi neuron dibutuh-
kan untuk penjalaran sinyal-sinyal di sepanjang dendrit.

Kebonyokon Dendrit Tidok Dopol Menjolorkon


Polensiol Aksi-Tetopi Dendril Tersebul Dopot
Menjolorkon linyirl-Sinyol Melolui Konduksi Lis-
trik. Kebanyakan dendrit gagal dalam menjalarkan po-
tensial aksi karena membrannya mempunyai pintu kanal
natrium yang bervoltase relatif rendah, dan nilai ambang
untuk eksitasi terlalu tinggi untuk menimbulkan potensial
aksi. Akibatnya dendrit tersebut dapat menjalarkan aliran
listrikturun menuju ke soma. Penjalaran aliran listrik ber-
arti penyebaran langsung aliran listrik melalui konduksi
ion dalam cairan dendrit tetapi tanpa timbulnya potensial
aksi. Perangsangan (atau penghambatan) neuron oleh alir-
an ini mempunyai sifat yang khas, yakni sebagai berikut. GAMBAR 45-11. Perangsangan neuron oleh ujung serabut presi-
naps yang terletak pada dendrit, dalam gambar ini tampak secara
khusus; pengurangan penjalaran potensial elektronik eksitasi (E)
Pengurangan Konduksi Listrik dalam Dendrit- dalam dua buah dendrit ke arah kiri dan inhibisi (l) eksitasi dendrit
Peningkatan Eksitasi (atau Inhibisi) oleh Sinaps di dalam dendrit yang paling atas. Diperlihatkan juga pengaruh
yang Berada Dekat Soma. Pada Gambar 45-11 se- inhibisi sinaps yang kuat pada bagian awal akson.
BAB 45 Susunan Sistem Saraf; Fungsi Dasar Sinaps, "Substansi Transmitef' 595

tensial eksitasi postsinaps dan potensial inhibisi postsi- cara meningkatkan keadaan eksitasinya. Frekuensinya
naps dengan carayang sama dengan yang dilakukan oleh dapat diturunkan, atau letupannya dapat dihentikan, de-
soma. ngan cara melapiskan (superimposing) keadaan hambatan
Pada gambar juga terlihat beberapa sinaps inhibisi pada neuron itu. Jadi, neuron berbeda yang memberikan
yang berlokasi langsung pada akson hillock dan segmen respons berbeda-beda, mempunyai nilai ambang eksita-
awal akson. Lokasi yang khusus ini menimbulkan inhibi- si yang berbeda, serta frekuensi maksimal perangsangan
si kuat karena sinaps memberi pengaruh langsung dalam yang besar sekali perbedaannya. Dengan sedikit perkiraan
meningkatkan ambang rangsang untuk timbulnya eksitasi saja sebenamya kita sudah dapat mengefii makna ke-
pada setiap titik di mana potensial aksi secara normal di- beradaan neuron berbeda yang mempunyai kemampuan
bentuk. mengeluarkan bermacam-macam respons yang khas guna
m embentuk berm acam-macam fungsi sistem saraf.

HubunEan Stadium Eksitasi Neuron


dengan Frekuensi Peletupan Beberapa Sifat Khusus
Penjalaran Sinaps
"Keodoon Eksitqsi." "Keadaan eksitasi" sebuah neu-
ron didefinisikan sebagai jumlah derajat eksitasi yang me- Kelelohon Penjoloron Sinops. Bila suatu sinaps eksi-
rangsang sebuah neuron. Bila derajat eksitasi lebih ting- tasi dirangsang secara beruntun dengan kecepatan tinggi,
gi dari derajat inhibisi pada neuron, keadaan ini disebut mula-mulajumlah rangsangan yang dikeluarkan oleh neu-
keadaan eksitasi. Sebaliknya, bila besarnya inhibisi lebih ron postsinaps sangat besar, namun kecepatan letupannya
tinggi dari eksitasi, keadaan itu disebut keadaan inhibisi. pada beberapa milidetik atau beberapa detik berikutnya
Bila keadaan eksitasi suatu neuron meningkat sampai akan makin berkurang. Keadaan ini disebut sebagai kele-
di atas nilai ambang untuk eksitasi, neuron akan terang- I aha n penlalaran sinaps.

sang secara bemntun selama keadaan eksitasi diperta- Kelelahan merupakan fungsi sinaps yang khas dan
hankan pada nilai tersebut. sangat penting, karena bila ada beberapa area sistem sa-
Gambar 45-12 menggambarkan respons dari tiga ma- raf yang terangsang secara berlebihan, keadaan kelelah-
cam neuron yang berbeda terhadap bermacam-macam an ini akan mengurangi kelebihan keadaan eksitabilitas
tingkatan stadium eksitasi. Perhatikan bahwa neuron I untuk sementara waktu. Contohnya, selama kejang pada
mempunyai nilai ambang yang rendah untuk eksitasi, se- epilepsi, makna keadaan kelelahan sangat penting karena
dangkan neuron 3 mempunyai nilai ambang yang tinggi. kelebihan eksitabilitas otak akhirnya akan berkurang dan
Namun perhatikan juga bahwa neuron 2 mempunyai fre- dengan demikian kejang pada epilepsi akan berhenti. Jadi,
kuensi rangsangan yang paling rendah, sedangkan neuron timbulnya keadaan kelelahan ini dapat dianggap sebagai
3 mempunyai frekuensi rangsangan yang paling tinggi. suatu mekanisme pertahanan terhadap aktivitas neuron
Beberapa neuron dalam sistem saraf pusat terus-me- yang berlebihan. Masalah ini akan dibicarakan lebih lan-
nerus terangsang sebab nilai normal stadium eksitasinya jut nanti dalam deskripsi tentang jalur/lingkaran neuron
di atas nilai ambang. Biasanya frekuensi peletupan/te- yang bergaung (reverberating neuronal circuits) pada Bab
rangsangnya dapat dinaikkan lebih tinggi lagi dengan 46.

500
i:au
! 4oo
o
E)
cE 300
o
o
E zoo
'-o

OJ

-? roo
0,
l!
0
10 15 20 25 30 GAMBAR 45-12. Karakteristik respons dari
Stadium eksitasi (unit penentu) bermacam-macam neuron terhadap tingkat ber-
beda eksitasi.
596 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

Mekanisme kelelahan ini terutama disebabkan oleh akan menurunkan penjalaran sinaps pada sebagian be-
tempat penyimpanan pada ujung serabut yang kehabisan sar sistem saraf. Karena banyak zat anestetik terutama
atau kehabisan sebagian bahan transmiter. Ujung serabut larut-lemak, beberapa dari bahan ini dianggap dapat
eksitasi pada banyak neuron dapat menyimpan bahan ek- mengubah sifat-sifat fisik n.rembran neuron, sehingga
membran ini kurang peka tcrhadap bahan eksitasi.
sitasi hanya untuk menyebabkan sekitar 10.000 potensial
aksi, dan bahan transmiter dapat habis terpakai hanya da- Perlombolon Sinops. Pada penjalaran suatu sinyal
lam waktu beberapa detik sampai beberapa menit setelah saraf dari neuron presinaps menu.ju neuron postsinaps,
perangsangan yang cepat. Sebagian proses kelelahan ternyata dibutuhkan waktu tertentu untuk menimbulkan
mungkin juga disebabkan oleh dua faktor berikut ini: (l) proses (1) pelepasan bahan transmiter oleh ujung sera-
banyak reseptor membran postsinaps menjadi semakin but presinaps, (2) difusi transmiter menuju membran
inaktif, dan (2) lambatnya pembentukan ion-ion di dalam neuron postsinaps, (3) pengaruh transmiter terhadap
r'eseptor membran, (4) kerja reseptor untuk meningkat-
sel neuron postsinaps dengan kadar abnormal.
kan permeabilitas membran, dan (5) dif'usi natrium ke
dalam guna meningkatkan potensial eksitasi postsinaps
Pengoruh Asidosis olqu Alkolosis podo Pen- sampai tingkat yang cukup tinggi untuk mencetuskan
joloron Sinops. Kebanyakan neuron sangat peka suatu potensial aksi. Jangka rvaktu minimal yang di-
terhadap perubahan pH dalam cairan interstisial di se- butuhkan untuk terjadinya proses-proses di atas, bahkan
kelilingnya. Alkal osis nor malnya s angat meningkat kan bila sebagian besar sinaps eksitasi dirangsang secara
el$itabilitas neuron. Contohnya, kenaikan pH darah bersamaan, kira-kira 0,5 milidetik. Keadaan ini disebut
arteri dari nilai normalnya yakni 7,4 menjadi kira-kira per lantb atan s inaps. P ara ahli neurofi siologi dapat meng-
7,8 sampai 8,0 seringkali akan menyebabkan kejang hitung waktu perlambatan minimal yang terjadi antara
epilepsi otak akibat peningkatan eksitabilitas beberapa pemasukan beruntun dari pengumpulan saraf dan dan
atau seluruh neuron otak. Keadaan ini terutama dapat pengeluaran impuls yang berturut-turut. Dari pengukur-
diperlihatkan dengan meminta seseorang yang mudah an perlambatan waktu tersebut, para ahli dapat mem-
terserang kejang epileptik untuk bernapas secara berle- perkirakan serangkaian neuron yang ada dalam sirkuit.
bihan. Napas secara berlebihan akan membuang karbon-
dioksida secara cepat dan oleh karena itu meningkatkan
pH darah beberapa waktu, namun walaupun interval
pendek, dapat mencetuskan serangan epilepsi.
Sebaliknya, asidosis sangat menurunkan aktivitas Kepustakaan
neuron, penurunan pH dari 7,4 menjadi di bawah 7,0
Albright TD, Jessell TM, kanctelt ER, Posner ML Progress in the
biasanya menyebabkan keadaan koma. Contohnya pada
neural sciences in the century after Cajal (and the mysteries
keadaan sangat diabetik berat atau asidosis uremik se-
that rentain). Ann N Y Acad Sci 929:11, 2001.
ringkali akah timbul keadaan koma.
Boehning D, Snyder SH,: Novel neural modttlators. Annu Rey
Pengoruh Hipoksio podo Penjoloron Sinops. Neurosci 26: I 05, 2003.
Eksitabilitas neuron juga sangat bergantung pada pe- Brasnjo G, Otis TS: Glycine transporters not only take out the
nyediaan oksigen yang cukup. Pengurangan oksigen garbage, they recycle. Neuron 40.667, 2003.
selama beberapa detik saja sudah dapat menghilangkan Cowley MA, Cone RD, Enriori P, et al: Electrophysiological ac-
eksitabilitas neuron secara sempurna. Keadaan ini ter- tions ofthe peripheral hormones on melanocortin nerLrons.
lihat bila aliran darah otak terganggu untuk sementara Ann N Y Acad Sci 991.175, 2003
waktu, karena dalam 3 sampai 7 detik, pasien menjadi Engelman HS, macDermott AB: Presynaptic inotropic receptors
tidak sadar. and control oftransmitter release. Nat Rev Neurosci 5;1 35,
2001
Pengoruh Obot-Oboton Terhodop Penjoloron Girault JA, Greengard P ; The neurobiology of dopamine signal-
Sinops. Telah diketahui ada banyak obat-obatan yang ing. Arch Neurol 6 I : 64 l, 2004.
dapat meningkatkan eksitabilitas neuron, dan diketahui Haines DE: Fundamental Neuroscience. New York: Churchitt
juga ada obat-obat lain yang dapat menurunkan eksita- livingstone, 1997.
bilitas neuron. Contohnya, kafein, teofilin, dan rcobro- Haines DE, Lancon JA: Review of Neuroscience. New York:
min,yang dapat dijumpai dalam kopi, teh, dan coklat, C hurc hi I I Livingstone, 2 ()0 3.

ternyata semuanya ini meningkatkan eksitabilitas neu- Kandel ER: The molecular biology of memory storage: a dia-
ron, diduga dengan menurunkan nilai ambang eksitasi' logue between genes-and stnapses. Science 294;1030,
pada neuron. Striknin adalah salah satu bahan yang pa- 2001.
ling dikenal dapat meningkatkan eksitabilitas neuron. Kandel ER, schwartz JH, Jessel TM: Principles of Neurctl Sci-
Namun, striknin ini tidak bekerja dengan menurunkan ence, ,/'h ed. New York; McGraw-Hill, 2000
nilai ambang eksitasi neuron; justru sebaliknya, meng- Magee JC: Dendritic integration of excitatory synaptic input.
hambat kerja beberapa bahan transmiter inhibisi pada Nat Ret Neurosci. 1:181, 2000.
neuron, terutama pengaruh inhibisi glisin pada medula Migliore M, Shephercl GM: Emerging rules for the distributions
spinalis. Oleh karena itu, pengaruh transmiter eksitasi of active dendritic conductans. Nat Rev Neurosci 3;362,
menjadi berlebihan, dan neuron menjadi sangat terang- 2002.
sang sehingga dengan cepat mengeluarkan sekret secara Muller D, Nikonenko I; Dynamic presynaptic varicosities; a
beruntun, dan akhirnya timbul spasme tonik otot yang role in act iv ity-de pende nt syn.aptoge n e s is.'!'re nds neuros ci
berat. 26.573,2003.
Sebagian besar anestetik akan meningkatkan nilai Nicholls DG, Budd SL; trlitochondria and neuronal survival.
ambang membran saraf untuk ekiitasi dan akibatnya Physiol Rey 80. 3 I 5, 2000.
BAB 46

Reseptor e$eptor
S orik; Rangkaia*'S araf
ens
untuk Mengolah Informasi

Masukan ke dalam sister,rr saraf dapat,timbul karena


adanya reseptor sensorik yang mengenali bermacam-
macam rangsangan seRscrik misalnya raba, ,suara,
cahaya, nyeri, dingin" dan hangat. Tujuan dari bab ini
adalah membicaraken fiekanisme dasar yang dipakai
oleh reseptor-reseptor ini uutuk rnengubali ra$gsetgaq
sensorik menjadi sinyal sarafyanglahr akan disampai-
kax ke dan diproses dalarn sistem sarafpusat.

Jenis ReseBtor $ensor,ik dan


Rangsangan $ensorift $ang Sspat Dikenalinya.
Tabel 46-I membuat daIlar dan klasifikasi.sebaglan besar ro$eptor seusorik yangada'
dalam tubuh. Tabel ini menunjukkan,bahwa terdqpat lima jenis dasar reseptor sen.
sorik {1i rnekanoresepxo4 yang mengena}i konlpresi rnekanis atau persgangan pada,
reseplor atau jaringan yang terletak berdekatan dengan reseptor; (2) tetmoieseptor,
dipakai untuk mengenali perubahan-perubahan suhu. beberapa reseptor mengenali
srhu dingin dan lainnya suhu panas; {3) nosisaptor fteseptor nyeri), dipakai untrkl
mengenali kerusatan jaringan yahg te{adi, apakah kerusakan fisik atau k*rusakan,
kimiawi; (4) reseptor elektromagnetik, dtp*kwuntuk mengenari cah4ya yang sampai
pada retina mata; dan,(5) kemoreseptor, yatg dipakai untuk mengenali rasa/penge*
capan dalam mulut, bau-bauan dalam hidung. kadar oksigen dalam darah arteri, os-
molalitas cairan rubuhr.konsentrasi karbon dioksida, dan mungkin juga faktor-faktor
lainnya yang men).usun keadaan kimiawi tubuh.
. . sab ini akan membicarakan fungsi beberapa reseptor khusus, terutarna mekauoie,
septor yang lerletak di perifer. menggambarkan beberapa prinsip kerja resepror. Resep-
tor*reseptor lainpyt akan dibicarakan dalambab lain*ehubuirg,an dengan bantgannyg,
pada sistem sensolik. Gambar 46'l,menggambarkan beberapa maeam mekanorege,p;
tor yang dijumpai di kulit arau jaringan dalam pada tubuh.

Perbedaan Kepekaan Re,septnr


Pertanyaan pertama yang harus drjawab adalah, bagaimana kedua macam reseptor
sensorik ifu mengenali:rangsangan sqrrsorik yang berbeda-beda? Jawabamrya adalah
dengan "perbedaan kepekaan". Jadi, seriap macam reseptor sangat peka-terhadap

597
598 UNIT lX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

'W I
,.?#p
TABEL 46-1 . Klasifikasi Reseptor Sensorik

W
a:""ffi.,/
.t3i
'q'rs'i
-{ \W \.1fl
W
Ujung saraf Ujung reseptor Rambut taKil
bebas yang menyebar

,ffi
t

\W"\ ffi
W{ry
\w \
W
{H
Rg
Badan Badan Badan
Pacini Meissner Krause

W %
#W *q&
[{ffi/
Aparatus
re Kumparan
tendo Golgi otot

GAMBAR 46-1. Beberapa macam ujung saraf sensorik somatik

salah satu macam rangsangan yang dirancang untuknya,


dan hampir tidak memberi respons terhadap rangsangan
sensorik jenis lain. Jadi, sel-sel batang dan kerucut mata
sangat peka terhadap rangsang cahaya namun hampir ti-
dak memberi respons terhadap rangsangan panas, dingin,
tekanan pada bola mata, atau perubahan kimiawi dalam
darah. Osmoreseptor yang terdapat dalam nuklei supraop-
tik hipotalamus dapat menemukan perubahan osmolalitas
cairan tubuh yang kecil namun belum diketahui apakah
memberi respons terhadap rangsangan suara. Akhimya,
reseptor rasa nyeri yang terdapat di kulit harnpir tidak per-
nah terangsang oleh perabaan yang biasa atau rangsang
tekan, narnun akan sangat aktif terhadap rangsang raba
hebat yang dapat nlerusak jaringan.

Modalitas Sensasi-Prinsip r'Garis Etiket"


Setiap rnacam prinsip sensasi yang dapat kita alami-
misalnya rasa nyeri, rasa raba, pandangan, suara, dan se-
bagainya disebut sebagai modalitas sensasi. Walaupun
kita mengalami modalitas sensasi yang berbeda-beda,
ternyata serabut saraf hanya rnenjalarkan impuls. Oleh
karena itu, bagaimana serabut sarafyang berbeda-beda ini
menyalurkan bermacam-macam modalitas sensasi?
Jawabannya adalah bahwa setiap jaras saraf berakhir
pada suatu titik tertentu dalam sistem sarafpusat, dan jenis
sensasi yang dirasakan ketika serabut sarafterangsang di-
tentukan oleh titik dalam sistem saraf ini. Contohnya, bila
suatu serabut rasa nyeri terangsang, orang itu akan mera-
BAB 46 Reseptor-Reseptor Sensorik; Rangkaian Saraf untuk Mengolah lnformasi 599

sakan nyeri yang sesuai dengan macam rangsangan terse-


but. Rangsangan dapat berupa perangsangan listrik, pe-
manasan berlebihan, perusakan atau perangsangan ujung =o
sarafrasa nyeri akibat adanya kerusakan sel-sel jaringan. ,l +30
Pada semua keadaan tersebut, apapun macam rangsangan
itu, orang akan merasakan nyeri. Demikian juga, bila sua- C^
(!U
tu serabut rasa raba terangsang, yakni dengan rangsangan
listrik ke reseptor raba atau depgan cara lainnya, orang E
dJ en
itu akan merasakan rabaan karena serabut rasa rabanya
menuju ke suatu daerah perabaan spesifik yang terletak E
o^^
dalam otak. Sesuai dengan hal ini, serabut-serabut yang co -ou
berasal dari retina mata akan berakhir pada daerah peng- o
0-
lihatan dalam otak, serabut yang berasal dari telinga akan _90
berakhir di daerah pendengaran dalam otak, dan serabut-
serabut untuk suhu akan berakhir pada daerah suhu. 30 40 60 80 100 120 140
Spesifisitas dari serabut saraf yang hanya menjalarkan Milidetik
satu modalitas sensasi disebutprlnsip "garis etiket".
GAMBAR 46-2, Hubungan yang khas antara potensial reseptar
dan potensial aksi ketika terjadi kenaikan potensial reseptor di
Transduksi Rangsangan atas nilai ambangnya.

Sensorik Menjadi lmpuls Saraf


Aliran Listrik Setempat pad; maksimum yang tercatat pada potensial aksi dan juga per-
Ujung Saraf-Potensial Reseptor ubahan voltase ketika membran menjadi permeabel secara
maksimal terhadap ion natrium.
Semua reseptor sensorik rnempunyai satu ciri umum.
Apapun macamnya stimulus yang merangsang reseptor,
Hubungon Potensiol Reseplor dengon Potensiql
pengaruh yang segera terjadi adalah perubahan potensial
Aksi. Bila potensial reseptor meningkat sampai di atas
listrik membran reseptor. Perubahan potensial ini disebut
nilai ambang untuk menimbulkan potensial aksi pada se-
potensial reseptor.
rabut saraf yang melekat pada reseptor, timbul potensial
aksi, seperti yang digambarkan pada Gambar 46-2. Per-
Mekonisme Polensiol Reseplor. Untuk menimbul-
hatikan juga bahwa semakin tinggi peningkatan potensial
kan potensial reseptor, bermacam-macam reseptor dapat
reseptor di atas nilai ambangnya, semakin besar frekuensi
dirangsang dengan salah satu cara berikut ini: (1) dengan
potensial aksi.
perubahan reseptor secara mekanis, yang akan meregang-
kan reseptor membran dan membuka kanal-kanal ion;
(2) dengan pemberian suatu bahan kimia pada membran, Potensial Reseptor Badan Pacini-Gontoh
sehingga bahan ini nantinya juga akan membuka kanal- Fungsi Reseptor
kanal ion; (3) dengan mengubah suhu membran, yang Mahasiswa harus mempelajari kembali struktur anatomi
akan mengubah permeabilitas membran; atau (4) dengan dari badan pacini seperti yang diperlihatkan pada Gambar
efek radiasi elektromagnetik, seperti cahaya yang diberi- 46-1. Perhatikanlah bahwa badan pacini mempunyai pu-
kan pada reseptor visual retina, yang secara langsung atau sat serabut sarafyang menjulur ke bagian intinya. Serabut
tidak langsung mengubah sifat-sifat reseptor membran ini dikelilingi oleh banyak selaput yang konsentris, se-
dan mempermudah lewatnya ion-ion melalui kanal mem- hingga tekanan yang diberikan pada setiap tempat di ba-
bran. Keempat caradi atas akan dapat dikenal karenapada gian luar badan ini cenderung akan memanjang, melekuk,
.umumnya perangsangan pada reseptor berkaitan dengan atau membentuk bagian pusat inti dari serabut.
bermacam-macam reseptor sensorik yang telah diketa- Sekarang perhatikan Gambar 46-3,yang hanya mem-
hui. Pada semua contoh-contoh itu, penyebab pokok dari perlihatkan serabut sentral korpuskel pacini setelah semua
perubahan potensial membran adalah adanya perubahan kecuali satu dari selubung kapsul telah dihilangkan. Ba-
pada permeabilitas membran reseptor, yang akan mem- gian yang paling ujung dari serabut sentral bagian dalam
permudah difusi ion-ion menjadi lebih banyak atau lebih kapsul tidak bermielin, tetapi serabut akan segera ter-
sedikit untuk melewati membran dan dengan demikian bungkus mielin (penutup biru yang terlihat pada gambar)
akan mengub ah p ot ens i al tr ansm em br an. sebelum meninggalkan korpuskel untuk memasuki saraf
sensorik perifer.
Amplitudo Polensiot Reseptor Moksimum. Ampli- Gambar tersebut juga memperlihatkan mekanisme
tudo maksimum pada sebagian besar potensial reseptor yang memproduksi potensial reseptor di korpuskelpacini.
sensorik adalah sekitar 100 milivolt, namun nilai ini ha- Amati daerah kecil dari ujung serabut yang dideformasi
nya terjadi pada intensitas rangsang sensoris yang sangat melalui kompresi korpuskel, dan perhatikan bahwa kanal
tinggi. Peningkatan ini kurang lebih sama dengan voltase ion telah terbuka pada membran, membawa ion natrium
600 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

an pada amplitudo potensial reseptor yang disebabkan


Potensial oleh tekanan mekanik lebih kuat (meningkatkan "kekuat-
', :\s aksi
an rangsang") yang diberikan secara progresif selama
penelitian pada bagian pusat inti badan pacini. Perhati-
kan bahwa ternyata amplitudo ini mula-mula mening-
+ kat dengan cepat namun dengan bertambahnya kekuat-
+a
::* an rangsangan kemudian secara progresif akan cepat
berkurang.
Ranvier;- Selanjutnya, frekuensi potensial reseptor berulang
yang dijalarkan dari reseptor sensorik meningkat kurang
lebih sebanding dengan peningkatan potensial resep-
GAMBAR 46-3. Perangsangan suatu serabut saraf sensorik oleh tor. Dengan meletakkan prinsip ini bersama dengan data
suatu potensial reseptor yang dibentuk dalam badan paccini. (Di- pada Gambar 46-4,kita akan dapat melihat bahwa rang-
modifikasi dari Lodwenstein WR: Excitation and inactivation in a
receptor membrane. Ann. N.Y. Acad. Sci. 94:510, 1961 .) sangan yang sangat kuat dari reseptor menyebabkan
semakin berkurangnya peningkatan tambahan jumlah
potensial aksi secara progresif. Ini adalah prinsip yang
sangat penting, yang dipakai oleh hampir semua reseptor
yang bernuatan positifberdifusi ke bagian dalam serabut. sensorik. lni juga membuat reseptor menjadi sensitif ter-
Keadaan ini akan memperbesar muatan positif dalam hadap pengalaman sensorik yang sangat lemah, dan yang
serabut, yang merupakan "potensial reseptor". Potensial temyata tidak mencapai tingkat peletupan maksimum
reseptor sebaliknya akan menyebabkan timbulnya sirkuit sampai pengalaman sensorik yang ekstrem. Hal ini juga
aliran listrik lokal yang akan menjalar di sepanjang se- membuat reseptor memiliki berbagai respons yang eks-
rabut saraf, seperti yang ditunjukkan oleh panah. Pada no- trem, dari sangat lemah sampai sangat kuat.
dus Ranvier yang pertama, yang terletak di bagian dalam
kapsul badan pacini, aliran listrik lokal akan mendepolari-
sasikan rnembran serabut pada nodus tersebut, yang akan Adaptasi Reseptor
membentuk potensial aksi khusus yang akan dijalarkan di
sepanjang serabut sarafmenuju ke sistem sarafpusat. Sifat lain dari semua reseptor sensorik adalah dapat ber-
adaptasi dengan baik terhadap setiap rangsangan konstan,
Hubungon Antoro Kekuoton Rongsongon don secara sebagian atau keseluruhan sesudah periode waktu
Potensiol Reseptor. Gambar 46-4 melukiskan perubah- tertentu. Jadi, bila rangsangan sensorik diberikan terus-
menerus, reseptor mula-mula akan berespons terhadap
kecepatan impuls yang tinggi, kemudian secara progresif
akan berkurang sampai akhirnya kecepatan potensial aksi
100 menurun menjadi sedikit atau seringkali tidak ada sama
sekali.
90 Gambar 46-5 menggambarkan adaptasi khusus dari
beberapa reseptor tertentu. Perhatikan bahwa badan pa-
E-80
o-a cini sangat cepat beradaptasi, reseptor-reseptor rambut
fgzo
oJ o,
dapat beradaptasi dalam waktu satu detik atau lebih, se-
dangkan reseptor pada kapsul sendi dan kumparan otot
(E,- OU
'Ep adaptasinya lambat.
Kemudian, beberapa reseptor sensorik beradapta-
E5s0
)io si jauh lebih cepat daripada yang lain. Sebagai contoh,
oE +o adaptasi dari badan pacini dapat "padam" dalam seper-
:E
EEDan
berapa ratus detik, dan reseptor yang terletak pada pang-
kal rambut dapat beradaptasi dalam waktu satu detik atau
SG
F> lebih sebelum padam. Mungkin juga akhirnya semua me-
kanoreseptor yang lain beradaptasi hampir secara leng-
10 kap, namun beberapa di antaranya malah membutuhkan
waktu beberapa jam atau beberapa hari, maka dengan
alasan ini mekanoreseptor disebut sebagai reseptor yang
20 40 60 80 100 "tidak dapat beradaptasi." Waktu terlama yang dibutuh-
Kekuatan rangsangan kan untuk adaptasi suatu mekanoreseptor adalah kira-kira
(persen)
2 hari, yang merupakan waktu adaptasi total bagi baro-
reseptor aortik dan karotis. Sebaliknya, beberapa non-
GAMBAR 46-4. Hubungan antara amplitudo potensial reseptor
mekanoreseptor-kemoreseptor dan reseptor untuk rasa
dengan kekuatan rangsangan yang mengenai badan paccini.
(Dari Lodwenstein WR: Excitation and inactivation in a receptor nyeri, sebagai contoh-mungkin tidak pernah beradaptasi
membrane. Ann. N.Y.Acad. Sci., 94:510, 1961 .) secara lengkap.
BAB 46 Reseptor-Reseptor Sensorik; Rangkaian Saraf untuk Mengolah lnformasi 601

aturan kembali struktur reseptor itu sendiri, dan sebagian


* Reseptor kapsul sendi dari akomodasi jenis listrik yang timbul di bagian ujung
Kumparan otot fibril saraf.
2do
*- Reseptor rambut
-- Badan pacini Reseptor Berodoplosi lombot Mendeleksi Ke-
200 kuolon Rongsongon yong Terus-Menerus-
ta Resepfor "Tonik". Reseptor beradaptasi lambat
E rso terus-menerus menjalarkan impuls ke otak selama ber-
o langsungnya rangsangan (atau paling sedikit selama be-
berapa menit atau beberapa jam). Oleh karena itu, jenis
,o1oo
reseptor ini secara konstan akan mengirimkan informasi
o-
mengenai keadaan tubuh dan bagaimana hubungannya
-E so
dengan lingkungan sekitar. Contoh, irnpuls yang berasal
dari kumparan otot dan aparatus tendon Golgi akan me-
0
nyebabkan sistem saraf mengetahui keadaan kontraksi
012345678 otot dan beban pada tendon otot masing-rnasing.
Detik
Reseptor beradaptasi larnbat yang lain meliputi (l) re-
GAMBAR 46-5. Adaptasi bermacam-macam reseptor, tampak septor-reseptor dari makula pada aparatus vestibular, (2)
adanya adaptasi yang cepat daii beberapa reseptor dan adaptasi reseptor nyeri, (3) baroreseptor pada cabang-cabang ar-
yang lambat reseptor-reseptor lainnya.
.dari teri, dan (4) kemoreseptor pada badan karotis dan aortik.
Karena dapat terus menerus menjalarkan informasi se-
lama beberapa jam, reseptor beradaptasi lambat ini dise-
Mekonisme yong Dipokoi untuk Adoptosi Re- butreseptor tonik.
septor. Mekanisme adaptasi reseptor berbeda untuk se-
tiap jenis reseptor seperti halnya perkembangan potensial Reseptor Berodoptosi Cepot Mendeteksi
reseptor. Contohnya, pada mata, sel-sel batang dan keru- Perubqhqn Kekuoton Rongsongon-"Reseptor
cut dapat beradaptasi melalui perubahan komposisi bahan Kecepoion", "Reseptor Gerokon", olou "Resep-
kimianya yang sensitif (akan dibicarakan pada Bab 50). lor Fosik". Reseptor-reseptor yang beradaptasi dengan
Pada mekanoreseptor, reseptor yang diselidiki dengan cepat tidak dapat dipakai untuk menjalarkan sinyal yang
sangat rinci adalah badan pacini. Proses adaptasinya ber- terus-menerus, sebab reseptor-reseptor ini hanya dapat di-
langsung dalam dua cara. Pertama, badan pacini merupa- rangsang bila kekuatan rangsangan itu berubah. Temyata
kan struktur viskoelastik, sehingga bila pada salah satu reseptor ini akan sangat bereaksi sewaktu terjadi perubah-
sisi badan dengan mendadak diberikan kekuatan yang an tadi. Oleh karena itu, jenis reseptor ini disebut resep-
akan mengubah bentuknya, tenaga langsung dijalarkan tor kecepatan, reseptor gerakan, atau reseptor fasik. Jadi,
oleh komponen viskus dari badan ini ke bagian pusat seperti pada badan pacini, tekanan yang diberikan secara
serabut saraf pada sisi yang sama, jadi akan menirnbul- mendadak pada jaringan akan merangsang reseptor-resep-
kan suatu potensial re.epio.. Namun, dalarn waktu seper- tor ini selama bebeiapa milidetik, dan selanjutnya perang-
berapa ratus detik, cairan yang ada di dalam badan akan sangan akan berhenti walaupun tekanannya rnasih terus
didistribusikan lagi, sehingga potensial reseptor tidak tim- diberikan. Tetapi kemudian, reseptor ini akan menjalar-
bul. Jadi, potensial reseptor akan timbul pada waktu per- kan sinyal sekali lagi bila tekanannya dihilangkan. De-
mulaan pemberian tekanan tapi akan rnenghilang dalam ngan kata lain, badan pacini sangat penting dalam proses
waktu seperdetik walaupun tekanan tadi tetap diberikan. pemberitahuan kepada sistem saraf mengenai kerusakan
Mekanisme adaptasi kedua dari badan pacini, tapijauh jaringan, tetapi tidak berguna untuk menyarrpaikan infor-
lebih lambat, dihasilkan oleh suatu proses yang disebut masi mengenai keadaan yang konstan pada tubuh.
akomodasi, yang terjadi pada serabut saraf seridiri. Jadi,
bila bagian pusat inti terus-menerus diganggu, bagian Mqkno Penting Reseplor Kecepoton-Fungsi
ujung serabut saraf itu sendiri secara berlahap akan "be- Meromolkon. Bila mengetahui kecepatan perubahan
rakornodasi" terhadap rangsangan. Keadaan ini mungkin keadaan pada tubuh, kita dapat meramalkan dalam pikir-
timbul akibat keadaan "inaktivasi" progresif pada kanal an seseorang keadaan tubuh selama beberapa detik atau
natrium yang terdapat'pada membran serabut saraf, yang bahkan beberapa
,menit sesudahnya. Contoh, reseptor
berarti bahwa aliran natrium akan menjalar melewati yang terdapat dalam kanalis semisirkularis pada aparatus
kanal sehingga kanal itu nantinya secara bertahap akan vestibular telinga dapat dipakai untuk mendeteksi pada
menutup, suatu pengaruh yang lelihatannya terjadi pada kecepatan berapa kepala mulai berbelok sewaktu orang
semua atau hampir semua kanal natrium membran sel, itu mengelilingi suatu tikungan. Dengan menggunakan
seperli yang telah dijelaskan pada Bab 5. informasi ini, seseorang dapat meramalkan seberapa jauh
Agaknya, kedua cara mekanisme adaptasi yang sama dia akan berpindah pada 2 detik berikutnya dan dapat
ini dapat juga diterapkan pada mekanoreseptor jenis lain. mengatur gerakan kaki mendahulwi agar tidak kehilangan
Jadi, sebagian proses adaptasi dapat tirnbul akibat peng- keseimbangan. Demikian juga, reseptor-reseptor yang
602 UNIT lX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

terletak di dalam atau dekat dengan sendi membantu men- Serabut Sdraf yang Menjalar-
deteksi kecepatan gerakan bagian-bagian tubuh. Sebagai
contoh, bila seseorang lari, informasi yang berasal dari re-
kan Berbagai Jenis Sinyal dan
septor kecepatan sendi ini akan menyebabkan sistem saraf Klasifikasi Fisiologiknya
dapat meramalkan di mana letak kaki seharusnya dalam
Beberapa sinyal perlu dijalarkan menuju sistem saraf
waktu seperdetik berikutnya. Oleh karena itu, sinyal mo-
pusat secara cepat; kalau tidak, maka informasinya men-
torik yang sesuai dapat dijalarkan menuju otot kaki agar jadi tidak berguna. Contoh untuk ini adalah sinyal sen-
dapat memperbaiki posisi sehingga ia tidak jatuh. Bila sorik yang memberitahukan pada otak mengenai posisi
fungsi meramalkan ini hilang rnaka orang itu tidak rnung- kaki dalani waktu seperdetik sewaktu berlari. lntbrmasi
kin dapat berlari. ini perlu dijalarkan oleh serabut sarafyang cepat seka-

Bermielin Tidak bermielin

Diameter (mikrometer)

Kecepatan penjalaran (m/detik)

15 10 5 12,0 GAMBAR 46-6. Klasifikasi fisiologis


Diameter serabut saraf (mikrometer)
dan fungsi dari serabut saraf.
BAB 46 Reseptor-Reseptor Sensorik; Rangkaian Saraf untuk Mengolah lnformasi 603

li.Pada keadaan yang lebih hebat lagi, beberapa.ienis sar (diameternya antara 0,5 sampai 2 mikrometer; sera-
informasi sensorik, seperli gambaran nyeri berdenyut- but ini jenis serabut C dalam klasifikasi umum).
denyut/aching.pain yang lebih lama, srma sekali lidak
perlu dijalarkan secara cepat, -jadi cukup dijalarkan oleh
serabut sarafjenis sangat lambat. Seperti diperlihatkan Penjalaran Sinyal dengan
pada Gambar 46-6, diameter serabut saraf berukuran
antara 0,5 sampai 20 mikrometer-semakin besar dia-
lntensitas Berbeda pada
meternya, semakin besar kecepatan penjalarannya. Batas Jaras Saraf- Sumasi Spasial
kecepatan penjalarannya antara 0,5 sampai 120 m/detik. dan Temporal
Klosifikosi Umum. Selabut saraf pada Gambar 46-6 Salah satu sifat tiap sinyal yang harus selalu disampai-
terlihat "klasifikasi umum'' dan "klasifikasi saraf senso- kan adalah inter.rsitas sinyal-sebagai contoh, intensitas
rik" pada berbagai.jcnis serabut saraf'. Pada klasifikasi rasa nyeri. Gradasi berbeda intensitas ini dapat dijalarkan
umum, serabut-serabut saraf dibagi meniadijcnis A dan dengan rnenggutrakan lebih banyak serabut saraf yang
jenis C , dan serabutjenisA selanjutnya dibagi lagi men-
berjalan sejajar atau dengan cara mengirimkan lebih ba-
iadi serabut c, B, y dan 5.
nyak potensial aksi sepanjang serabut tunggal. I(edua me-
. Serabut jenis A merupakan serabut besar khusus
dan berukuran sedangyang berntielin pada sarafspinal. kanisrne ini, masing-masing disebut sumasi spasial dan
Serabut.jenis C merupakan serabut saraf keciI. tidak sumasi temporal.
bermielin yang kecepatan penjalaran impulsnya lambat.
Serabut C meliputi lebih dari separuh serabut-serabut Sumosi Sposiol. Gambar 46-7 menggambarkan feno-
sensorik pada sebagian besar sarafperifer demikian.luga mena sumasi spasial, dengan kekuatan sinyal yang ma-
di semua serabut postganglionilt otonom. kin kuat dijalarkan dengan cara memperbanyak jumlah
Besar dan kecepatan penjalaran, serta fungsi benna-
serabut yang menjalarkannya. Gambar ini juga menun-
cam-macam serabut saral.juga dijglaskan clalarn Gam-
jukkan bagian-bagian kulit yang dipersarafi oleh sejum-
bar 46-6. Perhatikan bahrva bebcrapa serabut bern.rielin
yang besar dapat menjalarkan impuls dengan kecepatan
lah besar serabut untuk rasa nyeri yang berjalan sejajar.
sampai sebesar 120 m/detik, jadi jaraknya dalam 1 de- Setiap serabut ini akan bercabang-cabang menjadi bera-
tik lebih panjang dari lapangan sepak bola. Sebaliknya, tus-ratus ujung saraf bebas kecil yang rnelayani reseptor
serabut yang terkecil nrenjalarkan impuls selambat 0,5 nyeri. Seluruh kelornpok serabut rasa nyeri seringkali
m/detik, sehingga untuk menjalarkan impuls dari ibu menutupi suatu daerah kulit dengan diarneter 5 cm. Dae-
jari sampai medula spinalis nrcu.rbutuhkan r'vaktu kira- rah ini disebut lapangan reseptot'bagi serabut tersebut.
kira 2 detik. Ujung serabut menlbesar di bagian tengah lapangan
Klosifikosi Alternolif yong Digunokon oleh Po-
kor Fisiologi Sensoris. Dengan teknik perekaman
teftentu serabut jenis Aa dapat dibagi menlacli dr-ra
subgrup; tetapi, teknik perekaman yang sama ini sukar
membedakan serabut AB dan A1. Oleh karena itu, klasi-
fikasi berikut ini sering dipakai oleh ahli fisiologi:

Grup lo
Serabut-scrabut yar.rg berasal dari ujung anulospiral
kumparan otot (diameter rata-rata sekilar l7 rnikron; ini
adalah serabut A.lenis-cr dalam klasifikasi utnum).

Grup lb
Serabut-serabut yang berasal dari organ tendon Golgi
(diameter rata-rata sekitar 16 mikrometer; ini juga me-
rupakan serabut A jenis-u).

Grup ll
Serabut-serabut yang berasal dari reseptor raba di kLr-
lit yang luas dan dari u.jung florver spray kumparan otol
(diameter rata-rata sekitar 8 mikrometer; ini adalah sera-
butA.ieriis B dan jenis y dalam klasifikasi umum).

Grup lll
Serabut ini menjalarkan sensasi suhu, rabaan yang kasar.
dan sensasi nyeri tusukan (didmeter rata-rata sekitar 3
mikrometer; ini adalah serabut A ienis 6 dalam klasifi- Stimulus Stimulus Stimulus
ringan sedang kuat
kasi urnum).

Grup lV GAMBAR 46-7. Pola perangsangan serabut nyeri pada saraf tu-
Merupakan serabut tak berniielin yang Inenialarkatt rasa buh akibat tusukan jarum di suatu daerah kulit. lni adalah contoh
sumasi spasial/ruang.
nyeri, rasa gatal, rasa suhu, dan sensasi rabaan yang ka-
604 UNIT lX Slstem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

80
Penialaran dan Pengolahan
L
.E Sinyal dalam Kelompok Neuron
o
s;60
?6)
Sistem saraf pusbt tersusun atas beribu-ribu sampai
vlo berjuta-juta kumpulan neuron; beberapa di antaranya
-a+o mengandung sedikit neuron, sedangkan yang lain me-
.E
r!tr ngandung banyak sekali neuron. Sebagai contoh, korteks
.ta - serebri secara keseluruhan dapat dianggap sebagai satu
EE, kumpulan neuron yang luas. Kumpulan neurbn lainnya
meliputi ganglia basalis dan nukleus khusus dalam tala-
0 mus, serebelum, mesensefalon, pons, dan medula. Juga,
di seluruh bagian dorsal substansia grisea medula spinalis
dapat dianggap sebagai satu kumpulan neuron yang pan-
jang.
Setiap kumpulan neuron mempunyai organisasi khu-
susnya sendiri yang dapat menyebabkan timbulnya peng-
olahan sinyal-sinyal itu menurut caranya tersendiri yang
GAMBAR 46-8. Penerjemahan kekuatan sinyal menjadi serang-
kaian frekuensi yang teratur dari impuls saraf, yang menunjukkan unik, jadi memungkinkan kerja sama kumpulan neuron
kekuatan sinyal (atas), dan impuls saraf yang terpisah (bawah). itu untuk menghasilkan fungsi ganda dari sistem saraf.
lni adalah contoh sumasi temporal. Ternyata, walaupun fungsinya berbeda, kumpulan neuron
juga mempunyai banyak kesamaan fungsi dasaq seperti
yang dijelaskan pada halaman berikut ini.

tetapi mengecil ke arah perifer. Kita dapat juga melihat


dari gambar ini, bahwa cabang-cabang serabut ini sa- Penyiaran Sinyal
ling tumpang tindih dengan serabut nyeri yang lainnya.
Melalui Kumpulan Neuron
Oleh karena itu, tusukan peniti pada kulit seringkali akan
merangsang bermacam-macam ujung serabut rasa nyeri Susunon Neuron untuk Menyiorkon Sinyol. Gam-
secara bersama-sama. Bila tusukan peniti tadi dilakukan bar 46-9 merupakan diagram skematik beberapa neuron
di bagian pusat lapangan penerima dari serabut nyeri yang yang berada dalam suatu kumpulan neuron, tampak ada-
khusus, kekuatan rangsangan pada serabut itu harus jauh
lebih besar daripada bila rangsangan itu dilaksanakan
di bagian perifer lapangan penerima tadi, karena.jumlah
ujung saraf bebas di tengah lapangan tersebut jauh lebih
banyak daripada di bagian perifer.
Jadi, bagian bawah Gambar 46-7 menunjukkan tiga
gambar yang terpisah, yakni potongan melintang berkas
sarafyang berasal dari suatu daerah kulit. Di bagian kiri
tampak efek dari rangsangan ringan, dengan hanya ada
satu serabut saraf yang terangsang dengan kuat (digarn-
barkan dengan serabut abu-abu) ketika beberapa serabut
yang saling berdekatan dirangsang dengan rangsangan
yang ringan (diperlihatkan dengan serabut setengah abu-
abu). Kedua gambar lainnya adalah potongan melintang
saraf yang dirangsang dengan rangsangan sedang dan
rangsangan kuat; jumlah serabut yang dirangsang lebih
banyak. Jadi, bila sinyal itu makin kuat semakin banyak
serabut yang menjalarkan sinyal. Fenomena ini disebut
sumasi spasial.

Sumosi Temporol. Cara kedua yang dapat digunakan


untuk menjalarkan sinyal yang kekuatannya diperbesar
adalah dengan cara memperbesar frekuensl impuls saraf
pada setiap serabut, yang disebtrt sumasi temporal. Gam-
bar 46-8 memperlihatkan macam sumasi ini, gambar ba-
gian atas memperlihatkan kekuatan sinyal yang berubah-
ubah dan gambar bagian bawah menunjukkan penjalaran
GAMBAR 46-9. Susunan dasar suatu kumpulan nerJron.
impuls yang sesungguhnya dari suafu serabut saraf.
BAB 46 Reseptor-Reseptor Sensorik; Rangkaian Saraf untuk Mengolah lnformasi 605

nya serabut "masukan" (pemakaian) di sebelah kiri dan


serabut "keluaran" yang di sebelah kanan. Setiap serabut Daerah terfasilitasi
masukan membagi diri menjadi beratus-ratus sampai
beribu-ribu kali, sehingga ada seribu atau lebih ujung fi- Daerah
bril yang menyebar ke dalam suatu daerah yang luas pada pengeluaran
kumpulan neuron untuk bersinaps dengan dendrit atau bahan-bahan

badan sel neuron dalam kumpulan itu. Dendrit biasanya


juga bercabang-cabang dan menyebar sampai ratusan Daerah terfasilitasi
hingga ribuan mikrometer di dalam kumpulan.
Daerah neuron yang dirangsang oleh setiap serabut GAMBAR 46-10. Daerah "pengeluaran bahan-bahan" dan dae-
yang masuk ke daerah tersebut disebut lapangan yang rah'lerfasi litasi" dari suatu kumpulan neuron.
terangsaig (stimulatory field). Perhatikan pada Gambar
46-9 bahwa banyak ujung setiap serabut masukan terle-
tak pada neuron terdekat dalam "lapangan"-nya, namun serabut-serabut yang masuk. Oleh karena itu, daerah ini
makin jauh dari lapangan jumlah ujung neuron ini makin disebut daerah letupan (discharge zone) bagi serabut-se-
sedikit. rabut yang masuk, daerah ini disebutjuga daerah eksitasi
(excited zone) atau daerah liminal (daerah batas). Pada
Ambong Rongsong don Sub-Ambong Rong- setiap sisi, neuron dalam keadaan mudah dirangsang (ter-
sqng Stimuli-Eksiiosi oiou Fosilitosi. Dalam pembi- fasilitasi) namun tidak terangsang, dan daerah ini disebut
caraan mengenai fungsi sinaps pada Bab 45, telah diingat- daerah terfasilitasi, atau disebut juga daerah di bawah
kan bahwa letupan suatu ujung presinaps tunggal yang ambang atau daerah subliminal.
bersifat eksitasi hampir tidak pernah menyebabkan poten-
sial aksi pada neuron postsinaps. Malahan, banyak sekali Penghombolon Kumpulon Neuron. Kita harus
ujung-ujung serabut masukan harus mengeluarkan letup- mengingat pula bahwa beberapa serabut yang masuk akan
an pada neuron yang sama baik secara simultan maupun lebih menghambat neuron daripada merangsang neuron
secara cepat beruntun agar terjadi eksitasi. Contohnya, itu. Keadaan ini berlawanan dengan keadaan fasilitasi,
pada Gambar 46-9,kita dapat mengangg4p adanya enam dan seluruh lapangan tempat cabang-cabang penghambat
ujung saraf yang harus mengeluarkan letupan hampir se- disebut lapangan inhibisi. Derajat penghambatan di ba-
cara bersamaan agar dapat merangsang setiap neuron. Bila gian pusat daerah ini sangat besar karena banyak sekali
kita hitungjumlah ujung neuron dari setiap serabut, dapat ujung-ujung sarafyang berakhir di bagian pusat; semakin
kita katakan bahwa serabut masukan 1 mempunyai jum- ke tepi semakin sedikit.
lah ujung yang lebih dari cukup untuk dapat menyebabkan
neuron a mengeluarkan letupan. Oleh karena itu, rangsang-
an yang berasal dari serabut masukan 1 yang menuju ke Divergensi Sinyal Sewaktu
neuron disebut sebagai rangsangan eksitasi (excitatory Melewati Kumpulan Neuron
stimulus), atau disebut juga rangsangan ambang (supra Bagi sinyal lemah yang memasuki suatu kumpulan neu-
thres hold st imulus) karenabesarnya rangsangan ini melebi- ron, kiranya lebih berguna bila sinyal itu dapat merang-
hi nilai ambang yang dibutuhkan untuk terjadinya eksitasi. sang lebih banyak serabut saraf yang meninggalkan kum-
Serabut masukan 1 juga akan menyebarkan ujung- pulan neuron. Fenomena ini diselut divergensi. Ada dua
ujungnya ke neuron b dan c namun tak cukup untuk
menimbulkan eksitasi. Namun, bahan-bahan yang dike-
luarkan oleh ujung-ujung ini akan menyebabkan kedua
neuron tersebut dalam keadaan lebih mudah dirangsang
oleh sinyal-sinyal yang melewati serabut-serabut saraf
lainnya. Oleh karena itu, rangsangan yang menuju ke neu-
ron ini disebut rangsangan di bawah ambang, dan neu-
ron-neuron ini dikatakan dalam keadaan terfasililasi.
Demikian pula pada serabut masukan 2, rangs;angan
yang menuju ke neuron d merupakan rangsangan di atas
nilai ambang, dan ranlsangan yang menuju ke neuron b
dan c merupakan rangsangan di bawah ambang, tetapi
merupakan rangsangan fasilitasi.
Gambar 46-9 menjelaskan adanya kumpulan neuron
yang sangat padat, karena setiap serabut masukan biasa- Divergensi pada jaras yang sama Divergensi pada jaras multipel

' nya mempunyai percabangan ujung saraf sampai beratus- AB


ratus atau beribu-ribu neuron yang terletak dalam suatu
GAMBAR 46-11. "Divergensi" pada jaras neuron. A, Jaras diver-
"lapangan", seperti yang terlihat dalam Gambar 46-10. Di
gensi akan menyebabkan "amplifikasi/pembesaran" sinya!. B,
bagian tengah lapangan dalam gambar ini, diperlihatkan Penyebaran yang menuju ke traktus/jaras yang banyak untuk
sebagai daerah lingkaran, semua neuron terangsang oleh menyebarkan sinyal ke daerah-daerah terpisah.
606 UNIT lX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

macam divergensi utama, dan kedr-ra-duanya mempunyai


makna yang berbeda. Sinaps eksitasi
Seperti yang dijelaskan pada Gambar 46-11A, dapat
timbul divergensi tipe pernbesaran (ampli[,ing). Keadaan
ini berafti bahwa sewaktu suatu sinyal memasuki rangkaian
kumpulan jaras neuron, sinyal yang masuk akan menyebar
ke lebih banyak neuron. Jenis divergensi ini khusus terdapat
pada jaras kortikospinal yang dipakai untuk mengatur otot Sinaps inhibisi
skelet, dengan kemampuan sel piramid besar tunggal dalam
korteks motorik, dalam keadaaan sangat terfasilitasi, untuk GAMBAR 46-13. Sirkuit inhibisi. Neuron 2 adalah suatu neuron
inhibisi.
mengeksitasi sebanyak 10.000 serabut otot.
Divergensi tipe kedua, diperlihatkan pada Gambar 46-
llB, adalah divergensi yang ntenuju jaras-jaras ganda sinyal-sinyal konvergens yang berasal dari (1) serabut
(multiple tracts). Pada kasus ini, sinyal dijalarkan dari saraf perifer yang masuk ke dalam medula spinalis, (2)
kumpulan neuron dalam dua arah. Contoh, informasi serabut propriospinal yang berjalan dari satu segmen me-
yang dijalarkan ke kolumna dorsalis medula spinalis akan dula spinalis menuju segmen lainnya, (3) serabut kortiko-
melewati dua jalur pada bagian bawah otak: (l) menuju spinal yang berasal dari korteks serebri, dan (4) beberapa
ke serebelum, dan (2) melewati bagian bawah otak menu- jaras panjang lainnya yang turun dari otak menuju medula
ju talamus dan korleks serebri. Dernikian juga, di dalam spinalis. Selanjutnya, sinyal yang berasal dari interneu-
talamus hampir semua informasi sensorik akan disiarkan ron ini akan menyatu pada neuron motorik anterior untuk
ke struktur terdalam talamus dan dalam waktu yang ber- mengatur fungsi otot.
samaan ke daerah yang luas dalam korteks serebri. Konvergensi tersebut memungkink an s um as i informa-
si-informasi yang berasal dari bermacam-macam sumber,
Konvergensi Sinyal dah respons akhirnya merupakan sumasi efek dari semua
Konvergensi berarti sinyal-sinyal dari banyak serabut jenis informasi tadi. I(onvergensi merupakan salah satu
masukan menyatu untuk mengeksitasi neuron tunggal, peristiwa penting yang sangat bennakna, karena melalui-
Gambar 46-12l memperlihatkan kon.vergensi dari sumber nya sistem saraf pusat dapat menghubungkan, mengga-
tunggal, yaitu banyak ujung dari serabut yang memasuki bungkan, dan menyortir bermacam-macam informasi.
ujung jaras tunggal pada neuron yang salxa. Makna dari
keadaan ini adalah bahwa neuron-neuron itu hampir tidak Sirkuit Neuron dengan Sinyal Keluar
pernah tereksitasi oleh potensial aksi yang berasal dari yang Bersifat Eksitasi dan lnhibisi
satu ujung serabut yang masul<. Tapi potensial aksi yang I(adang sinyal yang memasuki suatu kumpulan neuron
berkonvergensi pada neuron dari banyak ujung sudah cu- menghasilkan sinyal keluar yang bersifat eksitasi dalam
kup untuk menimbulkan sumasi spasial untuk membawa satu arah, dan pada saat yang sama juga menimbulkan
neuron-neuron ke nilai ambang yang dibutuhkan untuk sinyal inhibisi ke segala arah. Contohnya, pada saat si-
pengeluaran bahan-bahan.' nyal eksitasi dijalarkan oleh suatu susunan heuron dalarn
Konvergensi dapat juga disebabkan oleh sinyal-si- rnedula spinalis agar terjadi gerakan maju dari kaki, ada
nyal yang masuk (eksilasi atau inhibisi) dari bermacam- sinyal inhibisi yang juga dijalarkan melalui susunan neu-
nlacam sumber, seperti yang diperlihatkan pada Gambar ron yang terpisah untuk nenghambat otot-otot di bagian
46-128. Contoh, interneuron medula spinalis menerirna belakang kaki sehingga otot-otot ini tidak akan melawan
gerakan maju dari kaki tadi.,Tipe sirkuit ini merupakan
sifat dari pengaturan semua pasangan otot antagonistik,
Sumber
dan semuanya ini disebut sirkuit inhibisi resiprokal.
Gambar 46-13 menjelaslcan makna adanya pengham-
batan di atas. Serabut-serabut yang masuk secara lang-
sung merangsang jaras keluar yang bersifat eksitasi,
namun serabut-serabut itu juga merangsang neuron inhi-
Sumber brsl intennediet (neuron 2) yang kemudian rnengeluarkan
berbagai jenis substansi transmiter untuk menghambat
jaras keluar kedua dari kumpulan neuron. Tipe sirkuit ini
mungkin juga berguna untuk menghambat aktivitas yang
berlebihan pada beberapa bagian otak.
yang
Keadaan konvergensi Keadaan konvergensi yang
sumber
berasal dari satu berasal dari banvak sumber
AB
Perpanjangan Sinyal oleh
GAMBAR 46-12. "Konvergensi" dari banyak serabut yang masuk Kumpulan Neuron-((pssssletupan"
pada satu neuron. A, Serabut masuk yang berasal dari neuron
tunggal. B, Serabut masuk yang berasal dari banyak sumber. Sampai sejauh ini, kita hanya membahas sinyal-sinyal
yang dipancarkan melalui kumpulan neuron. Biarpun be-
BAB 46 Reseptor-Reseptor Sensorik; Bangkaian Saraf untuk Mengolah lnformasj 607

gitu, dalam banyak contoh, sinyal yang masuk ke dalam Sirkuit Reverberosi (Bolok-bolik) Akibot Perpon-
suatu kumpulan dapat menyebabkan perpanjangan pe- jongon Sinyol. Salah satu yang paling penting dari se-
n geuaran I etupari, disebut p a s c al e tup an ( aft e r d i s c h ar g e),
I luruh sirkuit sistem saraf adalah sirkuit reverberasi atau
yang berlangsung selama beberapa rnilidetik sampai be- sirkuit bolak-balik (oscilutory). Sirkuit itu dapat dise-
berapa menit lamanya setelah berakhirnya sinyal masuk. babkan oleh adanya umpan balik positif di dalam sirkuit
Mekanisme paling penting yang menyebabkan timbulnya neuron, umpan balik ini dimaksudkan untul< merangsang
sekret ikutan adalah: kembali masukan pada sirkuit yang sama. Jadi, sekali
terangsang, sirkuit itu dapat mengeluarkan letupan ber-
Sinops Poscoletupon. Bila suaru sinaps eksitasi men-
ulang-ulang untuk waktu yang lama.
dapat rangsangan pada permukaan dendrit atau soma neu-
Pada Gambar 46-14 ditunjukkan beberapa macarn ke-
ron, pada neuron akan timbul potensial listrik postsinaps
mungl<inan bentuk sirkuit bergaung. Yang paling seder-
dan berlangsung sampai beberapa milidetik, terutama bila
hana, ditunjukkan pada Gambar 46-14A, melibatkan satu
melibatkari beberapa bahan transmiter yang dihasilkan
neuron. Pada keadaan ini, neuron tunggal hanya mengi-
oleh sinaps kerja lama (long-acting synaptic transmit- rimkan satu serabut saraf kolateral yang kembali menu-
ter substance). Walaupun bahan ini telah habis ternyata ju ke dendrit atau somanya untuk merangsang kernbali
masih tetap dapat merangsang neuron, sehingga neuron
dendrit atau soma itu sendiri. Walaupun sirkuit jenis ini
masih dapat menjalarkan impuis keluar, seperti yang telah
bukanlah hal yang penting, menurut teori, sekali neuron
dijelaskan pada Bab 45. Jadi, sebagai akibat dari mekanis-
mengeluarkan letupan, rangsangan umpan balik itu akan
me pascaletupan pada sinaps itu sendiri, memungkin satu
mempertahankan neuron agar tetap mengeluarkan letupan
sinyal yang datangnya cepat menyebabkan timbulnya sarnpai beberapa larna sesudahnya.
sinyal keluar yang berlangsung secara terus-menerus (se-
Gambar 46-148 menggambarkan beberapa neuron
rangkaian sekret yang beruntun) yang akan berlangsung
tambahan dalam sirkr.rit umpan balik, yang akan menye-
selama beberapa milidetik.
babkan timbulnya waktu rangsangan yang lebih lama
antara rangsangan permulaan sarnpai tirnbulnya sinyal
balik. Gambar 46-14C menggambarkan sistem yang lebih
kompleks yang serabut inhibisi dan serabut lasilitasinya
Masukan Keluaran berada pada satu sirkuit bergaung. Sinyal tasilitasi akan
memperbesar intensitas dan frekuensi reverberasi, sedang-
kan sinyal inhibisi akan menurunkan atau menghentikan
t im bu lnya reverberasi.

Gambar 46-14D menjelaskan jaras reverberasi umum


yang terdiri atas banyak serabut yang berjalan sejajar. Pada
setiap sel transmiter, ujung-ujung fibril akan menyebar se-
cara luas. Pada beberapa sistem jumlah sinyal reverberasi
dapat lemah atau kuat, bergantung berapa banyak serabut
sejajar yang terlibat sewaktu reverberasi.

Sifat-sifat Perpanjangan Sinyal dari Sirkuit Re-


verberasi. Garnbar 46-15 menjelaskan sinyal-sinyal
keluar yang berasal dari sirkuit reverberasi yang khas.

J
(! a
G
E
6 C
$
o)
C
G
c a
OJ o)
ro c(E
V.
o
o.
q)
o
(.,
Y

Waktu

GAMBAR 46-'15. Pola khusus dari sinyal keluar yang berasat


GAMBAR 46-14. Sirkuit bergaung dengan peningkatan kerumit dari sirkuit bergaung yang menyerlai rangsangan masuk tunggal,
an. memperlihatkan akibat dari fasilitasi dan inhibisi.
608 UNIT lX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

Rangsangan masuk dapat berlangsung selama I milidetik


atau lebih, dan ternyata rangsangan keluar dapat berakhir
selama beberapa milidetik atau malah beberapa menit.
Gambar ini memperlihatkan bahwa intensitas sinyal kelu-
ar pada tahap permulaan dari reverberasi akan meningkat
E
sampai suatu kekuatan yang cukup tinggi dan kemudian o
lt
berkurang sampai suatu titik, dan kekuatan sinyal men- 6)
dadak hilang semuanya. Penyebab dari penghentian re- a
verberasi yang tiba-tiba ini adalah kelelahan sambungan I
:J
q.
sinaptik dalam sirkuit. Kelelahan setelah tingkat kritis E
tertentu akan menurunkan rangsangan neuron berikutnya
dalam sirluit di bawah nilai ambang rangsang, dan de-
ngan demikian rangsang balik sirkuit tiba-tiba terputus.
Lama kerja sinyal total sebelum penghentian dapat
juga dikendalikan oleh sinyal dari bagian lain otak yang Waktu
menghambat atau memudahkan perangsangan sirkuit.
Hampir semua pola pasti sinyal keluar dapat direkam dari GAMBAR 46-16. Pengeluaran sinyal yang berlangsung terus-
menerus baik dari sirkuit bergaung maupun dari kumpulan neuron
saraf-saraf motorik yang merangsang otot-otot yang ter- yang mempunyai rangsangan intrinsik. Gambar ini juga menjelas-
libat dalam refleks fleksor setelah rangsangan rasa nyeri kan pengaruh sinyal masuk yang bersifat eksitasi atau inhibisi.
pada kaki (seperti nanti akan diperlihatkan pada Gambar
46- 1 8).

excitability) atau sebagai akibat dari reverberasi. Perha-


Pengeluaran Sinyal yang Terus-Menerus tikan bahwa sinyal masuk yang sifatnya eksitasi akan sa-
dari Beberapa Sirkuit Neuron ngat memperbesar sinyal keluar, sedangkan sinyal masuk
yang sifatnya inhibisi akan sangat menurunkan sinyal
Beberapa sirkuit neuron memancarkan sinyal keluar seca-
keluar. Para mahasiswa yang biasa bermain dengan alat
ra terus-menerus tanpa adanya sinyal eksitasi yang masuk.
transmiter radio akan mengenal hal ini sebagai semacam
Paling sedikit ada dua mekanisme yanS dapat menyebab-
gelombang penyebar (carrier wa:te) pada penjalaran in-
kan keadaan ini: (l) adanya rangsangan di dalam neuron
formasi. Jadi, sinyal pengatur yang sifatnya eksitasi atau
yang terus menerus dan (2) sinyal reverberasi yang terus
inhibisi bukan merupakan penyebab sinyal keluar, na-
menerus.
mun sinyaf itu mengatur perubahan tingkat intensitas-
nya. Perhatikan bahwa sistem gelombang penyebar ini
Lepos Muoton yong Terus-Menerus Disebqb-
menyebabkan suatu penurunan intensitas sinyal seperti
kon oleh Eksitqbilitos Inirinsik Neuron. Seperti
halnya dengan peningkatan intensitas, sedangkan, bila di
halnya jaringan-jaringan lain yang dapat dirangsang,
atas titik ini, tipe penjalaran informasi seperti yang telah
bila kadar potensial membran eksitasinya naik sampai di
kita bicarakan tadi terutama merupakan informasi yang
atas nilai ambang tertentu, neuron dapat dirangsang se-
sifatnya positi f daripada infonnas i yan g sifatnya negatif.
cara berulang-ulang. Potensial membran banyak neuron
Macam penjalaran informasi seperli ini digunakan oleh
pada keadaan normal bahkan cukup tinggi untuk dapat
sistem saraf otonom untrik mengafur beberapa fungsi se-
memancarkan impuls secara terus-menerus. Keadaan ini
perti tonus pembuluh darah, tegangan usus, besarnya kon-
terutama terjadi pada banyak neuron dalam serebelum
striksi iris di mata dan frekuensi denyut jantung. Sinyal
seperti halnya dalam sebagian besar interneuron medula
perangsangan saraf masing-masing dapat ditingkatkan
spinalis. Kecepatan pemancaran impuls oleh sel-sel ini
atau diturunkan oleh sinyal masukan tambahan ke dalam
dapat ditingkatkan oleh sinyal fasilitasi atau dapat di-
jaras neuron reverberasi.
turunkan oleh sinyal inhibisi; sinyal inhibisi seringkali
dapat menurunkan kecepatan peletupan sampai nol.
Sinyal Keluar yang Ritmis
Pemoncoron Sinyol Secoro Terus-Menerus dori Banyak sirkuit neuron dengan teratur memancarkan
Sirkuit Bergoung Sebogoi Alol Penjoloron lnfor- sinyal keluar-contohnya, sinyal pernapasan ritmis yang
mosi. Sirkuit bergaung yang belum mengalami kelelahan berasal dari pusat pernapasan di medula dan pons. Sinyal
untuk menghentikan reverberasi merupakan suatu sumber pernapasan ritmistberlangsung terus-menerus sepanjang
bagi impuls yang berjalan terus-menerus. Impuls eksitato- hidup. Sinyal ritmis lainnya, seperti yang menyebabkan
ri yang memasuki kumpulan re-verberasi dapat meningkat- gerakan menggaruk pada kaki belakang anj ing atau gerak-
kan sinyal keluar, sementara inhibisi dapat menurunkan an berjalan binatang mana pun, membutuhkan rangsangan
atau bahkan memadamkan sinyal. masuk yang rnemasuki sirkuit yang sesuai untuk rnemicu
Gambar 46-16 menggambarkan suatu sinyal keluar sinyal ritmis.
yang berlangsung terus-menerus yang berasal dari kumpul- Semua atau hampir semua sinyal ritmis yang telah
an neuron. Kumpulan dapat memancarkan impuls karena diteliti, ternyata berasal dari sirkuit bergaung atau rang-
adanya eks italibilitas intrinsik. neuron (intr ins i c neuron a I kaian sirkuit bergaung yang berlurut-turut dapat meng-
BAB 46 Reseptor-Reseptor Sensorik; Rangkaian Saraf untuk Mengolah lnformasi 609

untuk persoalan ini terletak pada dua mekanisme dasar


kelangsungan fungsi sistem sarafpusat: (1) adanya sirkuit
o & inhibisi. dan 12 t kelelahan sinaps.
:) 4E
tr$
o
4V Sirkuit Penghambat sebagai
o
)+ tr$ Mekanisme untuk Menstabilkan
to Fungsi Sistem Saraf
c
L
G Ada dua macam sirkuit penghambat pada daerah yang luas
t!
J 1i 9l fg dalam otak yang membantu mencegah penyebaran sinyal-
o 't*
Y sinyal: (1) sirkuit umpan balik penghambat yang kembali
8, dari ujungjaras menuju neuron-neuron eksitasi awal pada
* jaras yang sama-hal ini dapat terjadi dalam semua jaras
E saraf sensorik dan menghambat neuron masuk atau neu-
F-------
Peningkatan rangsangan
ron perantara pada jaras sensorik sewaktu ujung neuron
itu dalam keadaan sangat tereksitasi; dan (2) beberapa
badan karotis kumpulan neuron yang menggunakan pengaturan inhibisi
GAMBAR 46-17. Keluaran impuls saraf yang disumasikan dan sepanjang daerah yang luas dalam otak-contohnya, ba-
bersifat ritmis dari pusat pernapasan, memperlihatkan bahwa nyak ganglia basalis menggunakan pengaruh hambatan
peningkatan perangsangan yang progresif dari badan karotis ini terhadap sistem pengatur otot.
dapat meningkatkan intensitas dan frekuensi sinyal nervus freni-
kus ke diafragma untuk meningkatkan pernapasan.
Kelelahan Sinaps sebagai Alat
untuk Menstabilkan Sistem Saraf
hasilkan sinyal eksitasi atau inhibisi dalam suatu jaras
I(elelahan pada sinaps berafii bahwa penjalaran sinaptik
melingkar yang dijaiarkan dari satu kumpulan neuron ke
menjadi lebih lemah, lebih lama, dan dengan periode eksi-
kumpulan neuron berikutnya.
tasi lebih kuat. Gambar 46-18 menggambarkan tiga ren-
Sinyal eksitasi atau inhibisi juga dapat meningkatkan
tetan rekaman refleks fleksor yang dilakukan oleh seekor
menurunkan amplitudo sinyal ritmis yang keluar. Con-
binatang yang tapak kakinya diberi beban (beban yang
toh, Gambar 46-17 menggambarkan perubahan keluaran
menimbulkan rasa nyeri). Perhatikan bahwa pada setiap
sinyal pemapasan pada nervus frenikus. Bila badan karo-
rekaman tampak kekuatan kontraksi yang "berkurang"
tis terangsang oleh peningkatan defisiensi oksigen pada
secara progresif-jadi, kekuatannya akan menghilang;
arteri, baik frekuensi maupun amplitudo keluaran sinyal
efek ini kebanyakan disebabkan adanya kelelahan sinaps
ritmis pernapasan akan meningkat secara progresif.
pada sirkuit refleks fleksor. Selanjutnya, bila interval an-

lnstabilitas dan
Stabilitas Sirkuit Neural
Hampir setiap bagian otak baik secara langsung maupun ** ftsflgftg fleksor-respons dekremental
tidak langsung berhubungan dengan setiap bagian lainnya, ,,= Rangsangan
o
dan keadaan ini akan menimbulkan masalah yang serius. (ntrn
fti
Bila bagian peftama merangsang bagian yang kedua, yang (u

kedua merangsang yang ketiga, yang ketiga merangsang v4U


o
yang keempat, begitu seterusnya sampai akhirnya sinyal #\, :.
.9 so i:" ;l
itu merangsang bagian yang pertamb lagi, maka jelaslah I r'I
bahwa sinyal eksitasi yang masuk ke dalam setiap bagian
Ul
(!rn : ': :.
otak akan menimbulkan siklus perangsangan bolak-balik/
_.ft. 6:
:i1t4
oln s*v
n&"! {\,,n
reeksitasi yang berlangsung secara terus-menerus di selu- L
ruh bagian otak. Bila timbul keadaan ini, otak akan diban-
4
IgJ $! ! : 'tb,
GN j .- *i 1__ *
jiri oleh massa yang terdiri atas sinyal-sinyal reverberasi (!
yang tak teratur-sinyal-sinyal yang tidak mengangkut
o
informasi, namun, akan memakai sirkuit-sirkuit neuron Y
dalam otak sehingga tidak ada penjalaran informasi. Ke- 15 30 45
adaan ini dapat terjadi pada daerah yang luas dalam otak Detik
selama kejang epileptik.
GAMBAR 46-18. Rentetan refleks fleksor yang menggambar-
Bagaimanakah cara sistem saraf pusat mencegah agar kan kelelahan pada penjalaran sinyal sewaktu melewati jaras
hal ini tak sampai terjadi sepanjang waktu? Jawaban refleks.
610 UNIT lX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

tara rentetan refleks fleksor itu makin'berkurang, maka jadi sangat aktif, ada pengaturan otomatis yang secara
intensitas respons refleks selanjutnya makin berkurang normal akan mengatur kembali kepekaan sirkuit sampai
pula. pada batas reaksi yang masih dapat dikendalikan.

Penyesuoion Jongko Pendek podo Sensiiivitqs


Joros secoro Olomotis oleh Mekonisme Keleloh- Kepustakaan
oh. Sekarang marilah kita terapkan fenomena kelelahan Buzsaki G: Large-scale recording of neuronal ensembles. Nat
ini pada jaras-jaras lain yang ada dalam otak, Jaras yang Neurosci 7:416, 2001.
terlalu banyak dipakai biasanya akan menjadi kelelahan Baev KV: Biological Neural Network. Boston:'Birkhauser,
sehingga sensitivitas jaras akan berkurang. Sebaliknya, I 998.
jaras yang kurang sering dipakai akan istirahat dan kepe- Basar E: Brain Function and Oscillations. Berlin: Springer
kaannya akan meningkat. Jadi, kelelahan dan pulih dari 1 998.
kelelahan mempunyai makna penting untuk dapat meng- Fain GL, Matthews HR, Cornwall MC, Koutalos Y: Adaptation

atur kepekaan yang secukupnya dalam jangka waktu in vertebrate photoreceptors. Physiol Rev 81 : I I 7, 200 I.
Gandevia SC: Spinal and supraspinalfactors in human muscle
pendek bagi bermacam-macam sirkuit sistem saraf. Hal
tersebut membantu sirkuit sistem saraf untuk dapat beker- fatigue. Physiol Rev 8 I : I 72 5, 200 I.
Gebhart GF: Descending modulation of pain. Neurosci Biobe-
ja dalam batas-batas kepekaan agar fungsi sarafefektif. hav rev 27:729, 2004.
Hamill OP, Martinac B: Molecular basis of mechanotransduc-
Perubohon Jongko Ponjong S6nsitivitos Sinops tion in living cells. Physiol Rev B1:685, 2001.
Akiboi Penombohon otqu Pengurongon Resep- Ivry RB, Robertson LC: The Two Sides of Perception. Cam-
tor Sinops Secqrq Otomolis. Kepekaan jangka pan- bridge, MA: MIT Press, 1998.
jang pada sinaps dapat sangat berubah karena penambahan Kandel ER, SchwartT JH, Jessel TM: Principles of neural Sci-
jumlah protein reseptor di bagian sinaps sewaktg sinaps ence, 4'h ed. New York: McGraw-Hil\, 2000.
Krupa B, Liu G: Does the fusion pore contribute to synaptic
kurang aktif, dan pengurangan reseptor sewaktu sinaps
plasticity? Trends Neurosci 27:62, 2004.
sangat aktif. Mekanismenya adalah sebagai berikut: Pro-
McLachlan EM: Transmission of signal through sympathetic
tein reseptor dibentuk secara konstan oleh retikulum en- ganglia-modulation, integration or simply distribution?
doplasmik-sistem aparatus Golgi dan secara konstan pula Acta Physiol Scand 177:227,2003.
dimasukkan ke dalam membran sinaps neuron reseptor. Mombaerts P: Genes and liganclsfor odorant, vomeronasal and
Namun, bila sinaps terlalu sering dipakai sehingga terlalu taste receptors. Nat Rev Neurosci 5:263, 2004.
banyak bahan transmiter yang berikatan dengan protdin Palmer MJ, von Gersdorff H: Phasic transmitter release from
reseptor, banyak reseptor ini akan inaktifdan dipindahkan tonic neurons. Neuron 35;600, 2002.
dari membran sinaps. Pearson KG: Neural adaptation in the generation of rhythmic
beh.avior. Annu Rev Physiol 62: 723, 2000.
Hal ini sebenarnya menguntungkan sebab penambah-
Renteria RC, Johnson J, Copenhagen DR: Need rods? Get gly-
an atau pengurangan res,eptor, seperti mekanisme peng-
cine receptors and taurine. Neuron 1l' 839, 2001.
atur lainnya yang berfungsi untuk penentuan sensitivitas Richerson GB, l4tu Y: Dynamic equilibrium of neurotransmitter
sinaps, akan terus-menerus mengatur kepekaan setiap tr ansp ort ers : no t j us t fo r reupt ake a ny m ore.. J N e ur op hy s iol
sirkuit sampai pada suatu nilai yang dibutuhkan agar tim- 90. t363,2003.
bul fungsi yang sesuai. Hendaknya dipikirkan sejenak be- Schwartz EA: Transport-medi.ated synapses in the retina. Plrysi-
tapa seriusnya bila pada sebagian kecil sirkuit kepekaan- ol Rev 82:875, 2002.
nya menjadi abnormal tinggi (meningkat); dapat diduga Shen K: Molecular mechani"sms of target specifcity during sy-
akan timbul kram otot terus-menerus, kejang, kelainan napseformation. Curr Opin Neurobiol I4:83, 2001.
psikotik, halusinasi, ketegangan mental, dan kelainan Williams JT Christie MJ, Manzoni O: Cellular and synaptic
adaptations mediating opioid dependence. Physiol Rev
saraf lainnya. Namun untungnya, setiap saat sirkuit men-
B1:299,2001.
i.:rrrj.r:: , r::il:::::r,.::::l::r, r:
,;;,:;',,,;.,r''i:! ::i,,riit:":il

u, -r :: 'r r r
-
#'B', ;'$r,f ," .',' '''-.'-

:.,-,,,,,., :,., j:,.,,.,,,..


:ii,::,:r::::
:: :: : r r'ri:r;:
.,:r.,,,
: .r:
::
::r::, :

efi$,A$i..$.$ffi
ffi;
Indera Taktil dan Posisi

i:.i:jilililiiliil ij :. : ,!:rlll
it: i:;t lilijil:,1,rj:'li '' ,i::r
,r;:r::i::i:.,ir:,r,rr. :i
612 UNITIX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

Deteksi dan Penialaran spasial dari sensasi raba yang sangat berkembang. Badan
Meissner dapat beradaptasi dalam waktu seperdetik sesu-
Sensasi Taktil dah dirangsang, yang berarti bahwa reseptor ini terutama
Hubungon Anloro Sensosi Toktil Rqso Robq, sekali peka terhadap pergerakan objek di atas permukaan
Tekon, don Getoron. Walaupun sensasi raba, tekan, kulit seperti juga terhadap getaran berffekuensi rendah.
dan getaran seringkali digolongkan secara terpisah, se- Ketiga, ujung jari dan daerah-daerah lainnya yang
mua sensasi ini dapat dideteksi oleh jenis reseptor yang mengandung banyak sekali badan Meissner biasanya
juga mengandung banyak reseptor taktil yang ujungnya
sama. Terdapat tiga prinsip yang berbeda di antara sen-
sasi tersebut: (l) sensasi raba umumnya disebabkan oleh meluas, yang salah satu jenisnya adalah diskus Merkel,
perangsangan reseptor taktil yang terdapat di kulit dan diperlihatkan pada Gambar 41-1. Bagian kulit yang be-
dalam jaringan tepat di bawah kulit; (2) sensasi tekan rambut juga mengandung cukup banyak ujung reseptor
umumnya disebabkan oleh adanya perubahan padajaring-
yang melebar, walaupun bagian kulit ini hampir sama
an yang lebih dalam, dan (3) sensasi getaran disebabkan sekali tak mengandung badan Meissner. Jenis reseptor ini
oleh sinyai sensorik yang datang berulang-ulang, tapi be- berbeda dengan badan Meissner karena jenis reseptor ini
berapa dari reseptor yang sama digunakanjuga untuk rasa
menjalarkan sinyal yang pada mulanya kuat namun daya
raba dan tekan. adaptasinya hanya sebagian, dan untuk selanjutnya sinyal
yang dijalarkan itu lebih lemah namun daya adaptasi-
Reseptor Toktil. Terdapat paling sedikit 6 jenis reseptor, nya lambat. Oleh karena itu, reseptor ini berperan dalam
tapi sebenamya masih banyak reseptor taktil yang serupa. menjalarkan sinyal tetap yang dapat menyebabkan orang
Beberapa, digambarkan pada Gambar 46-l bab sebelum- dapat terus-menerus menentukan macam perabaan suatu
nya; sifat-sifat khususnya adalah sebagai berikut. objek pada kulitnya.
.. Pertama, beberapa ujung saraf bebas, yang dapat di- Diskus Merkel sering dikelompokkan bersama-sama
jumpai di semua bagian kulit dan jaringan-jaringan lain- dalam suatu organ reseptor yang disebut reseptor berben-
nya, dapat mendeteksi rabaan dan tekanan. Contohnya, tuk kubah lggo, yang menonjol ke atas sampai di bawah
kontak dengan cahaya pada kornea mata, yang tidak me- epitel kulit, seperti yang digambarkan pada Gambar 47-1.
ngandungjenis ujung saraflain kecuali ujung sarafbebas, Keadaan ini akan menyebabkan epitel di titik ini menon-
namun demikian dapat merasakan sensasi raba dan sen- jol keluar, sehingga membentuk suatu kubah dan mem-
sasi tekan. beri rasa sensitif yang ekstrem. Perhatikan juga bahwa
Kedua, reseptor raba dengan sensitivitas khusus, yak- seluruh kelompok diskus Merkel dipersarafi oleh satu se-
ni badan Meissner (dilukiskan pada Gambar 46-1), yang rabut saraf tunggal besar bermielin (jenis AB). Reseptor
merupakan juluran ujung saraf bermielin dari sensorik ini, bersama dengan badan Meissner yang sudah dibahas
besar bermielin (enis AB). Di dalam selaput ini terdapat sebelumnya, sangat berperan penting dalam melokalisasi
banyak percabangan ujung filamen saraf. Badan ini dapat sensasi raba di daerah permukaan tubuh yang spesifik dan
dijumpai pada bagian kulit yang tak berambut dan ter- menentukan bentuk apayang di rasakan.
utama banyak sekali dqumpai di ujung jari, bibir, dan dae- Keempat, pergerakan sedikit saja pada setiap rambut
rah kulit lain sehingga orang mampu membedakan lokasi tubuh akan merangsang serabut saraf yang pangkalnya

GAMBAR 47-1. Reseptor


berbentuk kubah lggo. Per-
hatikan, dalam gambar ini
tampak banyak sekali diskus
Merkel yang dipersarafi oleh
satu serabut saraf besar dan
berbatasan erat dengan ba-
gian di bawah permukaan
epitel. (Dari lggo A, Muir AR:
The structure and function of
a slowly adapting touch cor-
puscle in hairy skin. J Physiol
200:763, 1969.)
BAB 47 Sensasl Somatik: I. Pengaturan Umum, Indera Takti! dan Posisi 613

melilit. Jadi, setiap rambut dan bagian dasar serabut saraf, cini dapat mendeteksi sinyal getaran dengan kecepatan 30
yang disebut organ ujung rambut (hair end-organ), jluga sampai 800 getaran per detik karena reseptor dengan sa-
merupakan reseptor raba. Reseptor ini dapat segera ber- ngat cepat berespons terhadap perubahan bentukjaringan
adaptasi, dan seperti halnya badan Meissner, reseptor ter- yang cepat dan kecil,"dan reseptor inijuga dapat menjalar-
utama mendeteksi (a) pergerakan objek pada permukaan kan sinyalnya melalui serabut saraf jenis AB, yang dapat
tubuh atau (b) kontak awal dengan tubuh. menjalarkan sebanyak 1000 impuls per detik. Sebaliknya,
Kelima, di lapisan kulit dan juga di jaringan bagian getaran berfrekuensi rendah dari 2 sampai 80 getaran per
dalam yang lebih dalam banyak dijumpai ujung organ detik, akan merangsang reseptor taktil lainnya-terutama
Ruffini, yang bercabang banyak, ujungnya bermielin, se- badan Meissner, yang adaptasinya lebih lambat daripada
perti yang telah digambarkan pada Gambar 46-1. Adap- adaptasi badan paccini.
tasi ujung organ ini sangat lambat, sehingga reseptor ini
berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan bentuk ja-
ringan yang datang terus-menerus, misalnya sinyal raba
Rasa Geli dan Gatal
dan tekan yang besar dan berkepanjangan. Reseptor ini Penelitian neurofi siologi telah memperlihatkan adany a
juga dapat dijumpai pada selaput sendi dan membantu
ujung saraf bebas mekanoreseptif yang sangat peka dan
menjalarkan sinyal derajat rotasi sendi. beradaptasi cepat yang hanya menerima sensasi geli dan
Keenam, badan paccini, yang telah dibicarakan secara sensasi gatal. Selanjutnya, ujung serabut saraf ini dapat
rinci pada Bab 46, terletak tepat di bawah kulit dan juga di dijumpai banyak sekali pada lapisan superfisial kulit,
jaringan fasia tubuh. Reseptor ini hanya dapat dirangsang yang juga merupakan satu-satunya jaringan yang biasa-
oleh penekanan lokal jaringan yang cepat karena resep- nya dapat menerima rangsangan gatal dan geli. Sensasi
tor ini dapat beradaptasi dalam waktu sepersekian ratus ini dijalarkan 4relalui serabut saraf C sangat kecil yang
detik. Oleh karena itu, reseptor ini terutama berguna un- tak bermielin seperti serabut saraf yang dipakai untuk
tuk mendeteksi getaran jaringan atau perubahan mekanis menjalarkan rasa nyeri tipe lambat.
y ang cepat pada j aringan.
Ada dugaan bahwa tujuan sensasi gatal ini untuk mem-
berikan perhatian pada rangsangan permukaan yang ringan,
Penjoloron SinyolToktil podo Serobul Sorol Peri- seperti rambatan kutu pada kulit atau gigitan nyamuk, dan
fer. Hampir semua reseptor sensorik yang khusus, seperti sinyal yang diterima kemudian akan mengaktifkan refleks
badan Meissner, reseptor berbentuk kubah iggo, reseptor
m'enggaruk atau tindakan lain untuk membuang kumpul-
rambut, badan paccini, dan ujung-ujung Ruffini, men-
an bahan iritan. Rasa gatal dapat diatasi dengan mengga-
jalarkan sinyalnya melalui serabut saraf jenis AB yang
ruk jika tindakan ini dapat mengangkat bahan iritan atau
mempunyai kecepatan penjalaran 30 sampai 70 m/detik. jika garukan cukup kuat untuk menimbulkan rasa nyeri.
Sebaliknya, reseptor taktil ujung saraf bebas terutama
Sinyal nyeri ini dianggap dapat menekan sinyal gatal dalam
menjalarkan sinyalnya melalui serabut saraf kecil jenis medula spinalis dengan cara penghambatan lateral, seperti
A,6 bermielin yang mempunyai kecepatan penjalaran ha-
yang dijelaskan pada Bab 48.
nya 5 sampai 30 m/detik.
Beberapa ujung saraf bebas (untuk rasa taktil) men-
, jalarkan sinyalnya melalui serabut sarafjenis C tak bermie- Jaras Sensoris untuk
lin yang mempunyai kecepatan penjalaran seperbeberapa Menjalarkan Sinyal Somatik
meter sampai 2 m/detik; serabut saraf ini mengirimkan
sinyal ke medula spinalis dan batang otak bagian bawah, ke Sistem Saraf Pusat
yang terutama mungkin untuk menjalarkan sensasi gatal.
Hampir seluruh informasi sensorik yang berasal dari seg-
Jadi, jenis sinyal sensorik yang sifatnya lebih kritis-
men somatik tubuh memasuki medula spinalis melalui
yakni yang membantu menentukan tempat yang tepat di
saraf-saraf spinal pada radiks dorsalis. Biarpun begitu,
kulit, derajat intensitas yang sangat minim, atau perubah-
dari titik masuk ke dalam medula spinalis ini dan kemudi-
an intensitas sinyal sensoris yang cepat-semuanya ini
an ke otak, sinyal sensorik akan dibawa melalui salah satu
dijalarkan melalui jenis serabut saraf sensorik yang pen-
jalarannya cepat. Sebaliknya, sinyai yang bersifat lebih
dari dua jaras sensorik bolak-balik: (l) sistem kolumna
do r s al is -lemni skus medial i s atau (2) s is t em ant ero I at er al.
kasar, seperli tekanan kasar, rasa raba yang kurang dilo-
Kedua sistem ini sebagian akan kembali bertemu pada
kalisir tempat perabaannya, dan khususnya rasa gatal, di-
tingkat talamus.
jalarkan melalui serabdt sarafsangat kecil yangjauh lebih
Sistem kolumnaldorsalis-lemniskus medialis, sesuai
lambat yang membutuhkan ruang lebih sedikit dalam
dengan namanya, menjalarkan sinyal naik ke medula otak
kumpulan saraf dibandingkan serabut yang lebih cepat.
terutama dalam kolumna dorsalis medula spinalis. Lalu,
setelah sinyal tersebut bersinaps dan menyilang ke sisi
Deteksi Getaran berlawanan di dalam medula, sinyal tersebut akan naik
melalui lemnikus medialis di batang otak menuju talamus.
Semua reseptor taktil ikut berperan dalam mendeteksi ge- Sebaliknya, sinyal dalam sistem anterolateral, segera
taran, walaupun bermacam-macam reseptor dapat men- setelah memasuki medula spinalis dari radiks saraf spina-
deteksi bermacam-macam frekuensi getaran. Badan pac- lis dorsalis, bersinaps di dalam kornu dorsalis substansia
614 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiotogi Sensorik

grisea medula spinalis, lalu menyilang ke sisi yang ber-


Saraf spinalis
lawanan dan naik melalui substansia alba anterior dan la-
teral medula spinalis. Sinyal tersebut lalu berakhir pada
seluruh tingkat batang otak yang lebih rendah dan juga TraKus
Lissauer
di talamus.
Sistem kolumna dorsalis-lemniskus medialis terdiri TraKtus
spinoservikalis
atas serabut-serabut saraf besar bermielin yang menjalar-
T
kan sinyal ke otak dengan kecepatan 30 sampai 110 m/
detik, sedangkan sistem anterolateral terdiri atas serabut
saraf be.rmielin yang lebih kecil yang akan menjalarkan
sinyal dengan kecepatan beberapa meter per detik sampai
40 m/detik.
Perbedaan lain antara kedua sistem ini adalah bahwa Tr
serabut-serabut saraf dalam sistem kolumna dorsalis-lem- spinoserebelar
ventral
niskus medialis mempunyai sifat orientasi ruang yang
sangat tinggi sesuai dengan asal serabut sarafitu, semen-
tara sistem anterolateral mempunyai sifat orientasi ruang Jaras
yang jauh lebih kecil. Perbedaan ini akan memengaruhi spinotalamikus
jenis informasi sensorik apa yang dapat dijalarkan oleh anterolateral

kedua sistem di atas. Yakni, informasi sensorik yang ha- GAMBAR 47-2. Potongan melintang medula spinalis yang meng-
rus dijalarkan dengan cepat dan dalam waktu yang sing- gambarkan anatomi substansia grisea medula spinalis dan trak-
kat terutama akan dijalarkan oleh sistem kolumna dor- tus sensorik asenden di dalam kolumna alba medula spinalis.
Salis-lemniskus medialis, sedangkan informasi yang tak
perlu dijalarkan dengan cepat atau dengan tempo yang
lama terutama dijalarkan oleh sistem antero-lateral.
Sistem anterolateral mempunyai kemampuan khusus Penjalaran Melalui
yang tidak dimiliki oleh sisiem dorsalis, yakni kemam- Sistem Kolumna Dorsalis-
puan untuk menjalarkan modalitas sensasi yang sangat
luas-misalnya sensasi nyeri, hangat, dingin, dan taktil Lemniskus Medialis
yang kasar; sebagian dari semua ini akan dibahas dengan
Anatomi Kolumna Dorsalis-
lebih rinci pada Bab 48. Sistem dorsalis hanya terbatas
Sistem Lemnikus Medialis
untuk sensasi mekanoreseptifjenis teftentu.
Dengan mengingat diferensiasi ini, kita dapat mem- Sewaktu memasuki medula spinalis melewati saraf spi-
buat daftarjenis-jenis sensasi yang dapat dijalarkan oleh nal dalam radiks dorsalis, serabut saraf besar bermielin
kedua sistem di atas. yang berasal dari mekanoreseptor khusus segera terba-
gi menjadi bentuk cabang medial dan cabang lateral,
seperti yang diperlihatkan pada serabut yang letaknya
Kolumna Dorsalis-Sistem di sebelah tangan kanan yang masuk melalui radiks spi-
Lemnikus Medialis nalis dalam Gambar 47-2. Cabang medial pbrtama kali
berbelok ke medial, lalu naik melalui kolumha dorsalis,
1. Sensasi raba membutuhkan rangsangan melanjutkan perjalananhya ke otak melewati jaras ko-
dengan
derajat lokalisasi tinggi. lumna dorsalis.
2. Sensasi raba membutuhkan penjalaran impuls de- Cabang lateral memasuki kornu dorsalis substansia
ngan intensitas gradasi yang halus. grisea medula spinalis, kemudian bercabang banyak se-
J. Sensasi fasik, misalnya sensasi getaran. kali untuk membuat ujung-ujung yang akan bersinaps
4. Sensasi terhadap sinyal geiakan pada kulit. dengan neuron-neuron iokal di daiam bagian intermediat
5. Sensasi posisi tubuh dari persendian.
dan anterior substansia grisea medula spinalis. Neuron-
6. Sensasi tekan yang berkaitan ilengan derajat penen- neuron lokal akan melakukan tiga fungsi: ( I ) Banyak di
tuan intensitas tekanan. antaranya mengeluarkan serabut yang masuk kembali ke
kolumna dorsalis medula spinalis dan kemudian berjalan
naik ke otak. (2) Sebagian besar serabut tersebut sangat
pendek dan beralhir secara lokal di dalam korda dorsa-
Sistem Anterolateral
lis substansia grisea untuk menimbulkan refleks medula
l. Rasa nyeri spinalis lokal, yang nantinya akan dijelaskan pada Bab
2. Sensasi termal, meliputi.sensasi hangat dan dingin. 54. (3) Yang lainnya membentuk traktus spinoserebela-
3. Sensasi raba dan tekan kasar yang mampu menen- ris, yang akan kita bicarakan pada Bab 56 sehubungan
tukan tempat perabaan kasar pada tempat penekan- dengan fungsi serebelum.
an tubuh
Joros Kolumno Dorsolis-Medulo Spinolis. perha-
4. Sensasi geli dan gatal.
tikan Gambar 47-3, Lernyata serabut-serabut sarafyang
5. Sensasi seksual.
memasuki kolumna dorsalis akan melewati kolumna
BAB 47 Sensasi Somatik: l. Pengaturan Umum, lndera Taktil dan Posisi 615

Korteks
GIRUS POSTSENTRALIS

Ekstremitas

Kompleks ventrobasal talami

Medula oblongata _ MESENSEFALON

Traktus spinotalamikus
Lemniskus medialis
"rr:t{f.ir.
Lt ;- Nuklei pada Lemniskus medialis
1fY .r kolumna dorsal
GAMBAR 47-4. Penjuluran sistem kolumna dorsalis-lemniskus
Cabang asenden medialis yang melalui talamus menuju kofteks somatosensorik.
serabutserabut radiks (Dimodifikasi dari Brodal A: Neurological Anatomy in Relation to
) dorsalis
Clinical Medicine. New York, Oxford University Press, 1969.)
Medula spinalis

TraKus spinoservikalis
Orientasi Spasial Serabut Saraf pada
Sistem Kolumna Dorsalis-Lemn iskus
Radiks dorsalis Medialis
dan ganglion spinal Salah satu ferbedaan yang terdapat dalam sistem kolum-
na dorsalis-lemniskus medialis adalah adanya orientasi
spasial yangjelas pada serabut sarafyang berasal dari ba-
GAMBAR 47-3, Jaras kolumna dorsalis-lemniskus medialis un-
gian-bagian tubuh dan orientasi ini tetap dipertahankan.
tuk menjalarkan jenis sinyal taktil yang kritis. (Dimodifikasi dari
Ranson SW, Clark SL: Anatomy of the Nervous System. Philadel- Contohnya, dalam kolumna dorsalis medula spinalis, se-
phia, W. B. Saunders Co, 1959.) rabut-serabut yang berasal dari bagian bawah tubuh ter-
letak berhadapan dengan bagian pusat medula spinalis,
sedangkan serabut yang memasuki medula spinalis pada
naik menuju medula dorsalis, tempat serabut-serabut segmen medula spinalis yang lebih tinggi akan diletakkan
ini akan bersinaps pada nuklei kolumna dorsalis (nuklei di sebelah lateral.
grasilis dan nuklei kuneatus). Dari nuklei terseblur, neu- Dalam talamus, orientasi spasial yang jelas masih te-
ron tingkat kedua akan segera menyilang ke sisi yang
tap dipertahankan, dengan bagian terakhir tubuh digam-
berlawanan batang otak dan akan naik melewali lem-
barkan oleh sebagian besar bagian lateral kompleks ven-
niskus medialis ke talamus. Dalam jaras yang melewati
batang otak ini, setiap lemniskus medialis bergabung tlobasal, dan kepala serta wajah digambarkan oleh area
dengan serabut-serabut tambahan yang berasal dari nu- medial kompleks tersebut. Biarpun begitu, oleh karena
kleus s e ns orik ut ama ne rvus t r i ge m i nal ; serabut-serabut lemniskus medialis menyilang di medula oblongata, sisi
ini akan membantu fungsi sensorik yang sama untuk ke- kiri tubuh akan digambarkan di sisi kanan talamus, dan
pala seperti serabut kolumna dorsalis membantu untuk sisi kanan tubuh akan digambarkan di sisi kiri talamus.
tubuh. I

Di talamus, serabut lemniskus medialis berakhir


pada daerah penyiaran sensorik talamus, dikenal seba- Korteks Somatosensori k
gai kompleks ventrobasal. Dari kompleks ventrobasal
ini, ada penjuluran serabut saraf tingkat ketiga, seperti Sebelum membahas sifat korteks serebral pada sensasi
yang tampak pada Gambar 47-4, yakni yang terutama
somatik, kita perlu mengerli dahulu orientasi berbagai va-
menuju girus postsentralis dari korteks serebri (lihat
riasi korteks. Gambar 41-5 adalah peta korleks serebral
Gambar 47-6), yang disebut area somatosensorik I (se-
perti dituniukkan dalam Gambar 47-6, serabut-serabut manusia, yang memperlihatkan bahwa daerah ini terba-
ini juga menjulur ke area yang lebih kecil pada korteks gi menjadi sekitar 50 daerah berbatas jelas yang disebut
parietal lateralis yang disebut area somatosensorik Il).. area Brodmannberdasarkan atas berbagai struktur histo-
616 UNIT lX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

Area somatosensorlk I

GAMBAR 47-5. Daerah yang secara struktur.berbatas jetas, GAMBAR 47-6. Kedua area somato€ensorik korlikal, area so-
dikenal sebagai "area Brodmann", pada kofteks serebri manusia. matosensorik I dan ll.
Perhatikan secara khusus daerah 1, 2, dan 3, yang merupakan
area somatosensorik primer l, dan daerah 5 dan 7, yang meru-
pakan area somatosensorik asosiasi.
untuk area I daripada untuk area II. Area somatosensorik I
memiliki derajat lokalisasi yang tinggi terhadap berbagai
bagian tubuh yang berbeda, seperti yang ditunjukkan oleh
logi yang berbeda. Peta itu sendiri sangat penting karena nama-nama dari hampir seluruh bagian tubuh pada Gam-
digunakan oleh semua ahli neurofisiologi dan ahli neuro- bar 47-6. Sebaliknya, lokalisasi tidak begitu baik pada
logi untuk merujuk dengan nomor daerah-daerah dengan daerah somatosensorik II, walaupun secara kasar, wajah
fungsi berbeda pada korteks manusia. diwakili di sebelah anterior, lengan di daerah sentral, dan
Perhatikan pada gambar tersebut, terdapat daerah f- tungkai di daerah posterior.
sura sentralis yang besar (uga disebut sulkus sentralis) Hanya sedikit hal yang diketahui mengenai fungsi
yang meluas secara horisontal menyilang otak. Pada daerah somatosensorik IL Tetah diketahui bahwa sinyal
umumnya, sinyal sensorik dari semua modalitas sensasi yang masuk ke daerah ini, yang berasal dari batang otak,
berakhir persis pada bagian posterior korteks serebri sam, dijalarkan ke atas dari kedua sisi tubuh. Selain itu, banyak
pai ke fisura sentralis. Umumnya, separuh bagian anterior sinyal yang datang secara sekunder dari daerah somato-
lobus parietalis hampir seluruhnya dikaitkan dengan pe- sensorik I dan daerah sensorik lain pada otak, bahkan dari
nerimaan dan interpretasi sinyal somalosensorlfr. Namun, daerah penglihatan dan pendengaran. Proyeksi dari area
separuh bagian posterior lobus parietalis menyediakan somatosensorik I dibutuhkan untuk fungsi area somato-
tingkat interpretasi yang lebih tinggi lagi. sensorik II. Namun, pengangkatan bagian area somato.
Sinyal penglihatan berakhir di lobus oksipitalis, se- sensorik II tampaknya tidak rnenimbulkan respons neu-
dangkan sinyal pendengaran dt lobus temporalis. ron pada area somatosensorik I. Jadi, yang kita ketahui
Sebaliknya, bagian anterior kofieks serebri sampai tentang sensasi somatik tampaknya sudah dijelaskan oleh
fisura sentralis dan meliputi separuh bagian posterior lo- fungsi daerah somatosensorik I.
bus frontalis yang disebut korteks motorik, hampir selu-
ruhnya bisa dikatakan bekerja mengendalikan kontraksi Orienlosi Sposiol Sinyol yong Berosol Dori Berbo-
otot dan gerakan tubuh. Bagian utama pengendali rnotorik goi Bogion Tubuh Dolom Areo Somotosensorik L
ini sebagai respons dari sinyal somatosensorik yang dari Pada korteks serebri manusia, area somatosensorik I terle-
bagian sensorik korteks, yang membuat korleks motorik tak di girus postsentralis (pada area Brodmann 3 , I , dan 2)
tetap mendapat informasi setiap saat m€ngenai posisi dan yang terletak tepat di belakang sulkus sentralis.
gerakan berbagai bagian tubuh yang berbeda. Gambar 47-7 memperlihatkan potongan melintang
otak setinggi girus postsentralis, tampak adanya gambar-
Areo Somotosensorik I don ll. Gambar 47-6 mem- an bagian-bagian tubuh pada bermacam-macam daerah
perlihatkan dua daerah sensorik terpisah di lobus parieta- area somatosensorik I. Perhatikan, setiap sisi lateral kor-
lis anterior yang disebut area somatosensorik I dan area teks menerima informasi sensorik hampir seluruhnya dari
somatosensorik IL Alasan untuk pembagian daerah ini sisi tubuh yang berlawanan.
menjadi dua adalah diterhukannya orientasi spasial yang Tampak beberapa daerah tubuh mempunyai gambar-
berbeda dan terpisah dari berbagai bagian tubuh pada se- an area yang luas di korteks somatik-bibir mempunyai
tiap kedua daerah ini. Biarpun begitu, area somatosenso- gambaran arca yang paling luas, diikuti oleh wajah dan
rik Ijauh lebih luas dan lebih penting bagi fungsi sensorik ibu jari-sedangkan punggung dan tubuh bagian bawah
tubuh daripada area somatosensorik II, pada umumnya relatif kecil. Ukuran daerah ini langsung sesuai dengan
istilah "korteks somatosensorik" lebih biasa digunakan jumlah reseptor sensorik khusus yang terdapal pada area
BAB 47 Sensasl Somatik: l. Pengaturan Umum, lndera Taktil dan Posisi 617

^i:* -,2" :"11


,'*'\
^*/ -r ' "" t'"
... - ,4-:-*o r'<f f ??f '":.

ffib*b€''*&b
<wlii?s "as
xf,*:f;,#;'Wq
-
ti

f$*fi#:,ffi itii:t";;"'";
r.-' ,'t-Bibiratas
"t*-'i t
*E
-!;
I
r'. ,l- eioir .}*
'l*j*_dl-tsrbrrbawah
l- r,0,,. o.*"n ':"i'::;;;;;.-rn
\r.
"f;l l- Gigi, gusi, dan rahang
ls i{
ril-Lidah i'tl
itr
:.. '*'e
"t- Faring
t-r",i^^ Y
- nc--inii,-.ooo'"n i
r*&*'*,2,"." "-r1.
'tt:-
|
ii
Gambar 47-7. Representasi beragam area tubuh pada area
kofteks somatosensorik I. (Dari Penfield W, Rasmussen T: Cere-
bral Coftex ot Man: A Clinical Study of Localization of Function.
New York: Hafner, 1968.)

GAMBAR 47-8. Struktur kofteks serebri, memperlihatkan bagian


l, laplsan molekular; Il, lapisan granular eksterna; lll, lapisan sel
perifer tubuh yang sesuai. Contohnya, pada bibir dan ibu piramidal kecil; lV, lapisan granular interna; V, lapisan sel pira-
midal besar; dan Vl, lapisan sel-sel fusiformis atau sel-sel poli-
jari dijumpai banyak sekali ujung serabut saraf khusus,
norfik. (Dari Ranson SW, Clark SL [Dalam Brodmann]: Anatomy
sedangkan pada kulit tubuh hanya sedikit. of the Nervous System. Philadelphia, W. B. Saunders Company,
Perhatikan juga bahwa kepala digambarkan pada ba- 195s.)
gian paling lateral area somatosensorik I, dan tubuh ba-
gian bawah digambarkan pada bagian medial.

Lapisan Korteks Somatosensorik lebih dalam. Lapisan V merupakan lapisan yang


dan Fungsinya umumnya lebih besar dan proyeksinya ke daerah
Korteks serebri terdiri atas enam lapisan neuron, dimulai yang lebih jauh, seperli ke ganglia basalis, batang
dengan lapisan I yang terletak di bawah permukaan otak otak, dan medula spinalis yang mengatur transmisi
dan meluas lebih dalam sampai iapisan Vl, seperti yang sinyal-sinyal. Dari lapisan VI, terutama sejumlah
terlihat pada Gambar 47-8. Seperti yang telah diduga, se- besar akson akan mcnyebar ke talamus, menjalar-
tiap lapisan neuron mepunyai fungsi yang berbeda satu kan sinyal dari korteks serebri yang berinteraksi
sama lain. Beberapa fungsi tersebut adalah: dengan akson tersebut dan membantu mengatur
tingkat perangsangan sinyal sensorik yang datang
1. Sinyal sensorik yang baru masuk mula-mula me- memasuki talamus.
rangsang lapisan IV neuron; selanjutnya sinyal
ini menyebar ke arah permukaan korteks dan juga
menuju lapisan yang lebih dalam. Korteks Sensorik Tersusun
2. Lapisan I dan II menerima impuls sinyal masuk dalam Kolumna Vertikalis Neuronl
yang bersifat difus dan nonspesifik dari pusat otak Setiap Kolumna Mendeteksi Berbagai
lebih bawah yang memfasilitasi daerah spesifik Tempat Sensorik pada Tubuh dengan
pada korteks; sistem ini akan dijelaskan pada Bab Modalitas Sensorik yang Spesifik
57. Input terutama mengatur seluruh tingkat ek- Secara fungsional, neuron-neuron korteks somatosenso-
sitabilitas daerah berurutan yang terangsang. rik tersusun dalam suatu kolumna verlikalis yang mele-
3. Neuron-neuron pada lapis'an II dan III akan mengi- wati keenam lapisan korteks rnenyebar ke segala .arah,
rimkan aksonnya ke bagian korteks serebri yang setiap kolumna ini tnempunyai diameter 0,3 sampai 0,5
berhubungan pada sisi berlawanan otak melalui milimeter dan mengandung kira-kira 10.000 badan sel
korpus kalosum. neuron. Setiap kolumna ini melakukan satu modalitas
4. Neuron-neuron pada lapisan V dan VI mengirim- sensorik tunggal yang spesifik, beberapa kolumna dapat
kan akson-aksonnya ke bagian sistem saraf yang menanggapi reseptor regang di sekeliling sendi, beberapa
618 UNIT IX Slsfem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

dapat menanggapi rangsangan taktil yang diberikan pada Perhatikan juga bahwa dalam daftar di atas tidak di-
rambut, yang lainnya terhadap tekanan yang diberikan se- singgung sama sekali mengenai hilangnya rasa nyeri dan
cara menyebar pada kulit, dan sebagainya. Pada lapisan rasa suhu. Pada keadaan ketiadaan yang spesifik hanyapa-
IV, tempat sinyal sensorik masukan pertama-tama masuk da area somatosensorik I, pengertian terhadap modalitas
korteks, fungsi neuron dalam kolumna hampir seluruhnya sensorik tersebut tetap diperlahankan baik pada kualitas
terpisah satu sama lain. Biarpun begitu, pada tingkat ko- dan intensitasnya. Namun, sensasi tersebut sukar diloka-
lumna yang lainnya dapat terjadi suatu interaksi sehingga lisasi menunjukkan bahwa lokalisasi rasa nyeri dan rasa
mengawali analisa arti dari sinyal sensorik. suhu itu terutama bergantung pada susunan peta topografi
Pada jarak 5 sampai 10 milimeter paling anterior dari bagian-bagian tubuh pada area somatosensorik I agar
girus post-sentralis, suatu daerah kolumna vertikalis yang sumber rangsangan dapat diketahui.
tak begitu luas yang terletak di bagian dalam sulkus sen-
tralis pada area3a Brodmann, bagian besar dari kolumna
vertikalis yang khusus yang berhubungan pada reseptor Area Asosiasi Somatosensorik
regang di otot, tendon, dan sendi. Banyak sinyal yang ber- Area Brodmann 5 dan 7 pada korteks serebri, terletak
asal dari kolom sensoris ini kemudian menyebar ke ante- dalam korteks parietalis di belakang area somatosensorik
rior, langsung ke korteks motorik yang terletak tepat di I (lihat Gambar 47-5),berperan penting untuk mengurai-
depan sulkus sentralis. Sinyal ini berperan penting dalam kan pengertian mendalam dari informasi sensorik pada
mengatur aliran sinyal motorik yang mengaktifkan serang- area somatosensorik. Oleh karena itu, daerah ini disebut
kaian konl.raksi otot. area as os ias i s omatos ens orik.
Bila kita bergerak ke arah posterior pada area somato- Rangsangan listrik pada area asosiasi somatosensorik
sensorik I, maka ada lebih banyak lagi kolumna verlikalis kadangkala dapat menyebabkan seseorang yang terjaga
yang berespons terhadap reseptor kulit beradaptasi lam- mengalami sensasi tubuh yang kompleks, yang kadang-
bat, dan lebih ke posterior lagi dapat kita jumpai banyak kala bahkan dapat "seperti merasa terkena" suatu benda
sekali kolumna yang peka terhadap rasa tekan dalam. misalnya pisau atau bola. Oleh karena itu, tampaknya me-
Di bagian yang paling posterior area somatosensorik I, mang jelas bahwa area asosiasi somatosensorik ini dhpat
ada kira-kira 6 persen kolumna vertikalis yang hanya be- menggabungkan informasi-informasi yang datang dari
respons bila diberikan stimulus yang digerakkan di sepan- banyak titik pada area somatosensorik primer sehingga
jang kulit dengan arah tertentu. Jadi, sebenarnya ini masih akhimya arti informasi itu dapat diuraikan. Keadaan irti
merupakan tingkat interpretasi sinyal sensorik yang lebih juga akan melengkapi susunan anatomi dari traktus neu-
tinggi; prosesnya menjadi lebih kompleks, karena sinyal ron yang memasuki area asosiasi somatosensorik, karena
kemudian kembali dari area somatosensorik I ke korteks area ini menerima sinyal-sinyal yang berasal dari (l) area
parietal, suatu daerah yang disebut area asosiasi somatik, somatosensorik f, (2) nuklei ventrobasal talamus, (3) dae-
yang akan dibicarakan lebih lanjut. rah lain dalam talamus, (4) korteks visual, dan (5) korteks
auditorik.
Fungsi Area Somatosensorik I
Pemotongan bilateral yang meluas pada area somatosen- Efek Pengongkolon Areo Asosiosi Somolosen-
sorik I menyebabkan hilangnya jenis pertimbangan sen- sorik-Amorfosintesis. Bila area asosiasi somatosen-
sorik berikut: sorik diangkat pada salah satu sisi otak, pasien akan ke-
hilangan kemampuan untuk mengenali objek kompleks
l. Pasien tak dapat menentukan lokasi dari berbagai
dan bentuk kompleks yang dirasakan pada sisi tubuh yang
macam sensasi yang timbul di bagian-bagian tubuh.
berlawanan. Selain itu, pasien akan kehilangan sebagian
Namun, pasien dapat menentukan lokasi sensasi
besar perasaan bentuk tubuh atau bagian tubuhnya pada sisi
ini secara kasar, misalnya bagian teftentu tangan yang berlawanan. Bahkan, pasien terutama lupa tentang
ke tingkat utama tubuh, atau ke salah satu tungkai.
sisi tubuhnya yang berlawanan-jadi ia lupa bahwa ada sisi
Jadi, jelas bahwa batang otak, talamus, atau bagian
tubuh yang lainnya itu. Karena itu, ia seringkali lupa untuk
korteks serebrinya tak dapat secara nonnal mem-
menggunakan sisi tubuhnya yang lain untuk fungsi moto-
pertimbangkan hubungan antara sensasi somatik
rik. Dengan demikian, bila merasakan suatu objek, ia akan
dengan luas tempat timbulnya sensasi.
cenderung mengenali hanya satu sisi objek dan melupakan
2. Pasien tak dapat menentukan berapa besar tekanan
keberadaan sisi lainnya. Berkurangnya sensorik yang kom-
yang diberikan pada tubuh.
pleks ini disebut sebagai agnorfosintesis.
3. Pasien tak dapat menentukan berapa berat suatu
objek.
4. Pasien tak mampu menentukan bentuk suatu ob- Sifat-Sifat Penjalaran dan
. jek. Keadaan ini disebut astereognosis Analisis Sinyal dalam Sistem
5. Pasien tak mampu menentukan susunan suatu ba-
Kolumna Dorsalis-Lemnikus Medialis
han, sebab kemampuan untuk menentukan ini ber-
gantung pada tingginya sensasi kritis yang ditimbul- Sirkuit Neuron Dosor dolom Sistem Kolumno
kan oleh gerakan jari di atas permukaan yang akan Dorsolis-lemnikus Mediolis. Bagian.bawah Gam-
ditentukan itu. bar 47-9 menjelaskan susunan dasar dari sirkuit neuron-
BAB 47 Sensasi Somatik: !. Pengaturan Umum, lndera Taktil dan Posisi 619

E
Ito)
OJ
E CJ

o
l!
n%
G
ltt Stimulus G &

G sedang
q
o)
{'& E
&
q
trt {! t tl

(!
6
d\
.!
"tL
6.
(! $.
fl
:.
z

r+
*E
t! ,4 (g
T 4
&
G
J /stimulust 0)
d) g -,-

0,1
tr)
!)
f tew-h c)
o-
g

o- E '40"

\
\-
\\\\
\ Dua titik berdekatan
yang dirangsang kuat

GAMBAR 47-10. Penjalaran sinyal menuju korteks yang ber-


asal dari dua titik berdekatan. Kurua biru menggambarkan pota
perangsangan di kofteks tanpa adanya hambatan " sekeliling",
dan dua kurua merah menggambarkan pola yang mendapat ham-
batan "sekeliling-"

katakan sebagai dua jarum yang terpisah, biasanya jirak


Stimulus pada titik tunggal di kulit
kedua jarum itu harus lebih jauh yakni antara 30 sampai
70 milimeter. Alasan untuk ini adalah adanya perbedaan
GAMBAR 47-9. Penjalaran sinyal akibat stimulus titik menuju
korleks.
jumlah reseptor taktil pada kedua daerah tersebut.
Gambar 47-10 menjelaskan mekanisnte yang dipakai
oleh jaras kolumna dorsalis (dan jaras sensorik lainnya)
dalam menjalarkan informasi diskriminasi dua titik. Gam-
neuron dalam jaras kolumna dorsalis medula spinalis, bar ini menjelaskan adanya dua titik yang berdekatan di
tampak pada setiap sinaps terjadi peristiwa divergensi. kulit dan bersama-sama dirangsang dengan kuat dan area
Kurva atas pada gambar menunjukkan bahwa ireuron kor- korteks somatosensorik (yang sangat diperbesar) yang
tikal yang banyak mengeluarkan impuls justru terletak di mendapat rangsangan dari kedua titik tadi. Kurva biru
bagian pusat dari "lapangan" kortikai bagi reseptor yang menggambarkan pola spasial dalam korteks yang menda-
sesuai. Jadi, stimulus yang lemah hanya akan merangsang pat rangsangan bila ada dua titik yang dirangsang secara
neuron-neuron di bagian tengah saja. Stimulus yang lebih berbarengan. Perhatikan bahwa ternyata zona resultante
kuat akan merangsang neuron lebih banyak, namun neu- yang terangsang mempunyai dua puncak yang terpisah.
ron yang letaknya di tengah akan lebih cepat mengeluar- Kedua puncak ini dipisahkan oleh gambaran lembah se-
kan impuls daripada neuron yang lebih jairh dari pusat. hingga mempermudah korteks sensorik untuk mengetahui
adanya dua titik yang mendapat rangsangan tadi ketim-
Diskriminosi Duo Tilik. Metode yang sering digunakan bang satu titik. Kemampuan pancaindera untuk membe-
untuk menguji pemisahan taktil seseorang disebut ke- dakan keberadaan dua titik ya,pg mendapat rangsangan
mampuan membedakan "dua titik". Pada tes ini, dilaku- sangat dipengaruhi oleh mekanisme lainnya, yakni meka-
kan penekanan ringan dengan duajarum di kulit pada saat nisme inhibisi lateral, seperti yang dijeiaskan pada bagian
bersamaan, dan orang percobaaf disuruh menentukan berikut ini.
apakah kedua ti{ik tempat perangsangan terasa sebagai
dua titik atau terasa sebagai satu titik saja. Ujungjari se- Efek lnhibisi Loterqt (Disebut jugo tnhibisi Sekeli-
seorang dapat membedakan dua titik yang terpisah walau- Itng) untuk Meningkotkon Derojot Kontros podo
punjarak keduajarum di atas sebegitu dekatnya yakni ha- Polo Sposiol yong Disodori. Sepertiyang dijelaskan
nya I sampai 2 milimeter saja. Namun, bila kedua jarum pada Bab 46, sebenamya setiap jaras sensorik, bila dirang-
itu ditekankan pada punggung seseorang, untuk dapat di- sang, secara simultan akan menghasilkan sinyal inhibito-
620 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prindp Umum dan Fisiologi Sensorik

rik lateral; sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik an, bahkan walaupun intensitas suara dari kedua penga-
dan menghambat neuron yang berdekatan. Sebagai con- laman ini dapat bervariasi sampai lebih dari l0 milyar
toh, ingatlah neuron yang dirangsang di nukleus kolumna kali; mata dapat melihat bayangan visual dengan inten-
sitas cahaya yang variasinya sampai setengah juta kali;
dorsalis. Selain dari pusat sinyal eksitatorik, jaras lateral
dan kulit dapat mengenali perbedaan tekanan 10.000
pendek juga menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di
sampai 100.000 kali.
sekitamya. Jadi, sinyal ini lewat melalui intemeuron tam- Seperti sebagian penjelasan dari efek-efek ini, Gam-
bahan yang menyekres i transm iter inhibitorik. bar 46-4 pada bab sebelumnya memperlihatkan hubung-
Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa inhibisi ini an potensial reseptor yang dihasilkan oleh korpuskel
menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke lateral se- pacini dengan intensitas rangsangan sensorik. Pada in-
hingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik tensitas rangsangan yang lemah, perubahan intensitas
yang dirasakan di korteks serebralis. cahaya meningkatkan potensial secara nyata, sedang-
Pada sistem kolumna dorsalis, sinyal inhibisi lateral kan pada intensitas rangsangan yang kuat, peningkatan
potensial reseptor selanjutnya hanya sedikit. Jadi, kor-
ini timbul di setiap tingkat sinaps, contohnya dalam (l)
puskel pacini mampu menilai secara akuratperubahan-
nuklei medula kolumna dorsalis, (2) nuklei ventrobasal
perubahan rangsangan yang sangat kecil dengan tingkat
talami, dan (3) korteks itu sendiri. Pada setiap tingkatan intensitas rendah, tetapi pada tingkat intensitas tinggi.
ini, inhibisi lateral membantu memblok penyebaran sinyal perubahan rangsangan harus jauh lebih besar untuk
eksitasi ke lateral. Akibatnya, puncak eksitasi akan me- menghasilkan j umlah perubahan yang sama pada poten-
nonjol, dan sebagian besar rangsangan yang menyebar ke sial reseptor.
sekelilingnya akan dihambat. Pengaruh ini digambarkan Mekanisme transduksi untuk mendeteksi suara mela-
dalam dua kurva merah pada Gambar 47-10, yang mem- lui koklea telinga memperlihatkan masih adanya meto-
perlihatkan pemisahan yang sempuma dari puncak-pun- de lain untuk memisahkan radiasi intensitas rangsangan.
Ketika suara merangsang pada titik spesifik di membran
caknya sewaktu intensitas inhibisi lateral sangat besar.
basilar, suara yang lemah hanya merangsang sel-sel ram-
but pada titik getaran suara maksimum. Tetapi, seiring
Penjoloron Sensqsi yong Cepot Berubqh don dengan peningkatan intensitasnya, suara juga membuat
Berulong-Ulong. Sistem kolumna dorsalis juga mem- masih lebih banyak lagi sel-sel rambut lain dalam se-
punyai makna khusus dalam memberitahukan pada pan- tiap arah yang terletak jauh dari titik maksimum getaran
caindera tentang adanya kondisi di perifer yang cepat menjadi terangsang. Jadi, penjalaran sinyal-sinyal dija-
berubah. Berdasarkan pada potensial aksi yang tercatat, larkan melalui serabut saraf yang iumlahnya meningkat
sistem ini dapat mengenali perubahan stimuli yang terjadi secara progresif, yang merupakan bentuk mekanisme
sampai 1/400 detik. lain untuk menjalarkan intensitas rangsangan ke sistem
saraf pusat. Mekanisme ini, ditambah efek langsung in-
tensitas rangsangan terhadap kecepatan impuls dalam
Sensasi Getaran. Sinyal getaran sebetulnya datang se-
setiap serabut saraf, serta beberapa mekanisme lain-
cara cepat dan berulang-ulang serta dapat dideteksi sebagai
nya, membuat beberapa sistem sensorik dapat bekerja
suatu getaran sampai 700 getaran per detik. Sinyal getaran dengan baik pada keadaan perubahan tingkat intensitas
berfrekuensi lebih tinggi berasal dari badan pacini pada iangsangan sebanyak jutaan kali.
kulit dan jaringan dalam, namun sinyal dengan frekuensi
rendah (sekitar di bawah 200 per detik) dapat berasal dari Penlingnyo Rentong lnlensilos yong Besor dqri
badan Meissner. Sinyal ini hanya dijalarkan melalui jaras Penerimoon Sensorik. Rentang intensitas peneri-
maan sensorik sangat luas, tetapi berbagai sistem sen-
kolumna dorsalis. Dengan alasan ini, pemberian rangsang-
sorik lebih sering hanya bekerja pada rentang yang telah
an getaran (contohnya, dengan sebuah garpu tala) pada
ditentukan. Hal ini diperlihatkan oleh usaha sebagian
bermacam-macam bagian tubuh merupakan alat bantu besar orang, ketika mengambil foto dengan kamera, un-
penting yang digunakan oleh para neurolog unfuk meng- tuk mengatur pajanan cahaya tanpa menggunakan alat
uji integritas fungsional dari kolumna dorsalis. ukur cahaya. Karena tidak memiliki kemampuan un-
tuk menilai intensitas cahaya, seseorang hampir selalu
menggunakan film pada siang hari dan tidak menggu-
lnterpretasi Mengenai nakannya pada keadaan remang-remang. Ternyata mata
lntensitas Rangsangan Sensoris seseorang manpu membedakan objek penglihatan de-
ngan sangat rinci pada cahaya matahari terang dan pada
Tujuan akhir dari sebagian besar rangsangan sensorik cahaya remang-remang; sedangkan kamera tidak dapat
adalah untuk memberitahu kita tentang keadaan tubuh melakukan hal ini tanpa manipulasi yang sangat khusus
dan sekitarnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk karena rentang kritis intefsitas cahayanya, yang diperlu-
membahas secara ringkas tentang beberapa prinsip yang kan untuk keperluan pemajanan film, sangat sempit.
berkaitan dengan penjalaran intensitas rangsangan sen'
sorik ke tingkat yang lebih tinggi pada sistem saraf.
Pertaryaan pertama yang datang di benak kita ada-
Penilaian Intensitas Rangsangan
lah, bagaimana mungkin sistem sensorik dapat menja-
larkan pengalaman sensorik dengan berbagai intensitas Prinsip Weber-Fechner-Pengenolon "Rosio"
yang sangat luas? Sebagai contoh, sistem auditorik da- Kekuoion Rongsongon. Pada pertengahan tahun
pat mengenali bisikan yang mungkin paling lemah tetapi 1800-an, mula-mula Weber kemudian Fechner menga-
dapatjuga menangkap denganjelas arti dari suara ledak- jukan prinsip bahwa gradasi kekuatan rangsangan di-
BAB 47 Sensasl Somatik: !. Pengaturan lJmum, tnderaTakfit dan Posisi 621

bedakan secata proporsional dalam bentuk logaritma seperti yang ditunjukkan pada Gambar 47-11, dan bila
kekuatan rangsangan. Yaitu, seseorang yang sudah me- nilai kuantitatifyang sesuai untuk konstanta y, K, dan k
megang beban 30 gram di tangannya dapat secara kasar telah ditemukan, dapat diperoleh hubungan linear antara
menyadari adanya kenaikan berat sebanyak I gram, dan kekuatan rangsangan yang diinterpretasikan dengan ke-
ketika sudah memegang beban seberat 300 gram, orang kuatan rangsangan sebenarnya hingga menc4pai rentang
tersebut dapat menyadari adanya kenaikan l0 gram yang luas untuk hampir semuajenis persepsi sensorik.
ketika memegang benda seberat 300 gram. Jadi, pada
keadaan ini, rasio perubahan kekuatan rangsangan yang
diperlukan untuk menyadari itu masih tetap konstan, se- lndera Posisi
kitar I sampai 30, yang merupakan prinsip logaritma.
Untuk memperlihatkan hal ini secara matematis, Indera posisi seringkali disebut juga indera proprioseptif.
Indera ini dapat dibagi dalam dua subtipe: (I) indera po-
Kekuatan sinyal yang diinterpretasikan =
sisi statis, yang berarti dengan sadar mampu malakukan
Log (Rangsangan) + Konstanta
persepsi orientasi bagian-bagian tubuh satu sama lainnya,
Akhir-akhir ini, telah dibuktikan bahwa prinsip Weber- dan (2) indera kecepatan gerakan, yang juga disebut kl-
Fechner secara kuantitatif hanya akurat untuk intensi- nes tes ia atau propr ios eps I dinamik.
tas penglihatan, pendengaran, dan pengalaman sensorik
kutaneus yang lebih tinggi, dan penerapannya tidak be-
Resepior lndero Posisi. Pengetahuan mengenai po-
gitu baik pada kebanyakan pengalaman sensorik jenis
sisi, baik yang statik inaupun yang dinamik, bergantung
lain. Ternyata prinsip Weber-Fechner masih yang paling
pada pengetahuan mengenai derajat sudut semua sendi
baik untuk diingat karena hal ini memperkuat dugaan
bahwa semakin besar intensitas sensorik yang diterima, pada semua posisi dan kecepatan perubahannya. Oleh
semakin besar pula perubahan tambahan rangsangan karena itu, berbagai jenis reseptor multipel yang berbeda
yang diperlukan agar kita dapat mendeteksi perubahan membantu menentukan sudut sendi dan digunakan ber-
tersebut. sama-sama untuk indera posisi. Reseptor raba kulit dan
reseptor dalam di sekitar sendi digunakan pula. Padajari-
Hukum Kekuolon. Hal lain yang diusahakan olel.t jari, yang memiliki reseptor kulit sangat banyak, sebagian
para ahli fisiologi untuk menemukan hubungan mate-
pengenalan posisi diduga dilakukan oleh reseptor kulit.
matis yang baik adalah dengan rumus berikut, dikenal
sebagai prinsip kekuatan: Sebaliknya, pada kebanyakan sendi besar, reseptor dalam
bersifat lebih penting.
Kekuatan sinyal yang diinterpretasikan =
Untuk menentukan pembengkokan sendi pada ren-
K. (Rangsangan - k)v
tang gerakan yang sedang, di antara reseptor yang paling
Pada rumus ini, eksponen y dan konstanta K dan k ber- penting adalah gelondong otot. Gelondong ototjuga pen-
beda untuk setiap jenis sensasi. ting dalam membantu mengendalikan gerakan otot, se-
Bila hubungan prinsip kekuatan ini diterapkan pada perti yang akan kita lihat pada Bab 54. Bila sudut sendi
grafik yang menggunakan koordinat logaritma ganda,
berubah, beberapa otot menjadi teregang sementara yang
lain mengendur, dan informasi regangan netto dari gelon-
dong dijalarkan ke sistem komputasional medula spinalis
dan daerah yang lebih tinggi pada sistem kolumna dorsa-
500 Iis untuk menguraikan pembengkokan sendi.
Pada pembengkokan sendi yang ekstrem, regangan
c ligamen dan jaringan dalam di sekitar sendi adalah fak-
G
tor tambahan penting dalam menentukan posisi. Jenis
(g
o ujung-ujung sensorik yang digunakan untuk hal ini adalah
IEtoo korpuskel pacini, ujung-ujung Ruffini, dan reseptor yang
oJ lg serupa dengan reseptor tendo Golgi yang ditemukan pada
i= -O En tendon otot.
;< Korpuskel pacini dan gelondong otot terutama di-
.!tr adaptasikan untuk mengenali perubahan dengan kecepat-
13
(!
zo an tinggi. Ada kecenderungan bahwa ini adalah reseptor
IE yang paling bertanggung jawab untuk mengenali kecepat-
-?
o
10 an pergerakan
Y
Pengolohon lnformqsi lndero Posisi Dolom Jq-
10 100 1000 10,000 ros Kolumno Dorsolis-Lemnikus Mediolis. Seperti
Kekuatan stimulus (Unit Arbitrari) yang tampak pada Gambar 47-12, diperlihatkan bahwa
neuron talamik yang merespons rotasi sendi ada dua ke-
GAMBAR 47-11. Memperlihatkan grafik "hukum kekuatan" pada tegori: (l) neuron yang secara maksimal terangsang bila
hubungan antara kekuatan stimulus sebenarnya dan kekuatan
yang diinterpretasikan oleh kita. Perhatikan bahwa hukum kekuat-
sendi diputar dengan sempuma dan (2) neuron yang seca-
an tidak berlaku bagi kekuatan stimulus yang sangat lemah atau ra maksimal terangsang bila sendi diputar minimal. Jadi,
sangat kuat. sinyal-sinyal yang berasal dari setiap reseptor digunakan
622 UNIT lX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

Kodeks

#2\',.
\*
\
'u^ 4
"*. J
Nuklei
,t". '.., ventrobasal dan Mesensefalon
;*: nuklei intralaminar
talami

60 80 100 120 140 160 180 Lemniskus medialis

Derajat -

Medula oblongata
GAMBAR 47-12. Respons khusus dari kelima macam neuron
talamikus pada kompleks ventrobasal talamikus ketika sendi lutut
digerakkan dalam kisaran gerakannya. (Data berasal dari Mount-
castle VB, Poggie GF, Werner G: The relation of thalamic cell
response to peripheral stimuli varied over an intense continuum. Divisi
J Neurophysiol 26:807, 1963.) lateral
jaras
anterolateral
Medula spinalis

untuk memberitahu kesadaran kita berapa banyak setiap


persendian mengalami rotasi. Divisi
anterior Radiks dorsalis dan
jaras ganglion spinalis
Penjalaran Sinyal Sensorik anterolateral

Kurang Penting dalam


Jaras Anterolateral GAMBAR 47-13, Divisi anterior dan lateral jaras anterolateral.

Jaras anterolateral untuk menjalarkan sinyal sensorik


naik ke medula spinalis dan ke otak, kebalikan dengan
jaras kolumna dorsalis, menjalarkan sinyal sensorik yang otak, dan (2) dalhm kedua macam kompleks nuklei tala-
tidak memerlukan pemisahan lokalisasi secara rinci dari mi yang berbeda, yakni kompleks yentrobasal dan nuklei
sumber sinyal dan tidak memerlukan pembedaan gradasi intralaminar. Pada umumnya, sinyal taktil akan dijalar-
intensitas yang kecil. Jenis sinyal yang dijalarkan antara kan terutama ke dalam, kompleks ventrobasal berakhir
lain rasa nyeri, panas, dingin, raba kasar, geli, gatal, serta pada beberapa nuklei talami yang sama, tempat sinyal
sensasi seksual. Pada Bab 48, akan dibahas mengenai sen- taktil kolumna dorsalis berakhir. Dari sini, sinyal taktil
akan dijalarkan ke korteks somatosensorik bersama de-
sasi nyeri dan suhu secara khusus.
ngan sinyal-sinyal yang berasal dari kolurnna dorsalis.
Sebaliknya, hanya sebagian sangat kecil sinyal nyeri
Anatomi Jaras Anterolateral yang diproyeksikan langsung pada kompleks ventroba-
sal talami. Justru, sebagian besar sinyal nyeri berakhir
Serabut-serabut anterolateral medula spinalis terul- di nuklei retikularis batang otak dan dari sini akan dise-
ama berasal dari kornu dorsalis laminae I, IV V dan barkar.r ke nuklei intralarninar talami, tempat sinyal rasa
VI (lihat Gambar 47-2). Lamina ini merupakan tempat nyeri akan diolah lebih lanjut, seperti yang akan dibica-
berakhirnya sebagian besar serabut-serabut saraf senso- rakan secara lebih rinci pada Bab 48.
rik radiks dorsalis setelah memasuki medula spinalis.
Selanjutnya, seperti yang diperlihatkan dalam Gam- Sifot Penjoloron dolqi Joros Anleroloterql. pada
bar 47-13, serabut-serabut anterolateral akan menyilang umumnya, seperti halnya dalam sistem kolumna dorsa-
tepat pada komisura anterior medula spinalis menuju lis-lemniskus medialis, pada penjalaran dalam jaras an-
kolumna alba anterior dan lateral sisi yang berlawanan,
terolateral juga diterapkan prinsip-prinsip yang sama, di
tempat serabut-serabut itu akan naik ke otak melalui
jalur traktus spinotalamikus anterior dan traktus spino- samping adanya perbedaan-perbedaan berikut ini: (1) ke-
talamikus lateral. cepatan penjalarannya hanya sepeftiga sampai setengah
Ujung-ujung atas dua traktus spinotalamikus terse- kecepatan penjalaran dalam sistem kolumna dorsalis-lem-
but terutama ada dua: (1) melalui nuklei retikular batang niskus medialis, batasannya antara 8 dan 40 m/detik; (2)
BAB 47 Sensasl Somatik: l. Pengaturan Umum, lndera Taktil dan Posisi 623

derajat sinyal lokalisasi spasial rendah; (3) derajat intensi- yang tidak terlalu lambat sehingga sinyal menjadi tidak
tas juga sangat kecil, sebagian besar kekuatan sensasinya memberi efek, atau terlalu tinggi sehingga sistem ter-
sudah dapat dikenali dalam tahap 10 sampai 20 derajat, banjiri melebihi kapasitasnya untuk membedakan pola
sensorik. Prinsip pengendali sensorik konikofugal ini
ketimbang dalam sistem kolumna dorsalis yang baru
digunakan oleh sistem sensorik, tidak hanya sistem so-
dapat dikenali bila sudah mencapai 100 derajat; dan (4)
matik, seperli yang akan dijelaskan pada bab-bab selan-
kemampuan menjalarkan sinyal yang cepat berubah atau jutnya.
sinyal yang berulang-ulang secara cepat sangat kecil.
Jadi, jelas bahwa sistem anterolateral merupakan sis-
tem penjalaran yang lebih kasar daripada sistem kolumna Lapangan Segmental Sensasi-
dorsalis-lemniskus medialis. Walaupun begitu, sistem ini Dermatom
hanya menjalarkan beberapa model sensasi yang tertentu
Setiap saraf spinal mempersarafi suatu "lapangan seg-
dan tidak semuanya dalam sistem kolumna dorsalis-lem-
men" kulit yang disebut dermatom. Gambar 47-14
niskus medialis. Sensasi tersebut adalah rasa nyeri, suhu, melukiskan bermacam-macam dermatom. Gambar ini
gatal, geli, serta sensasi seksuai selain rasa raba yang ka- seakan-akan melukiskan adanya batas yangjelas di an-
sar dan rasa tekan. tara dermatom yang berdekatan, sebenarnya keadaan
inijauh dari benar sebab ada banyak segmen dermatom
yang saling tumpang tindih.
Beberapa Aspek Khusus Cambar juga memperlihatkan regio anal tubuh yang
Fungsi Somatosensorik terletak pada dermatom-dermatom segmen medula spi-
nalis yang paling distal: dermatom 55. Pada embrio, ini
Fungsi Talamus pada
Sensasi Somatik
Bila korteks somatosensorik manusia rusak, orang ter-
sebut akan kehilangan sebagian besar rasa taktil yang
kritis, tapi hanya sedikit rasa taktil kasar yang dapat pu-
lih kembali. Oleh karer.ra itu, talamus (seperti halnya pu-
sat-pusat yang lebih barvah) dapat dianggap mempunyai
sedikit kemampuan untuk mendiskriminasi sensasi tak-
tilmeskipun talamus itu sebenarnya mempunyai fungsi
normal menyiarkan jenis informasi ini ke kofieks.
Sebaliknya, hilangnya korteks somatosensorik
mempunyai sedikit pengaruh pada kemampuan per-
sepsi.seseorang terhadap sensasi nyeri dan cukup besar
pengaruhnya pada persepsi suhu. Oleh karena itu, ada
banyak alasan untuk mempercayai bahwa batang otak
yang lebih rendah, talamus, dan regio basal otak lainnya
'
yang berkaitan sangat berperan dalam diskriminasi rasa
ini; kiranya menarik bahwa rasa ini timbul pada awal
perkembangan fi logenetik binatang, sedangkan sensibi-
litas taktit kritis dan korteks somatosensorik timbul pada
periode perkembangan akhir.

Pengaturan Korteks
SensitiVitas Sensorik-
Sinyal "Kortikolugal"
Selain sinyal somatosensorik yang dijalarkan dari pe-
rifer ke otak, sinyal "kortikofugal" dijalarkan dengan
arah kebalikan dari korleks serebri ke daerah penyiaran
sensorik yang lebih rendah di talamus, medula oblonga-
ta, dan medula spinalis; sinyal kortikofugal tersebut
mengendalikan intensitas sensitivitas sensorik yang
masuk. Sinyal kortikofugal hampir seluruhnya bersifat
menghambat, dengan demikian ketika intensitas senso-
rik yang masuk menjadi tbrlalutesar, sinyal kortikofu-
gal secara otomatis mengurangi penjalaran dalam nuklei
penyiaran. Hal ini terjadi dalam dua cara: Pertama, de-
ngan mengurangi penyebaran sinyal sensorik lateral ke GAMBAR 4-l-14. Dermatom (Dimodifikasi dari Grinker FB Sahs
neuron yang berdekatan sehingga meningkatkan derajat AL: Neurology, 6h ed. Springfield, lL: Charles C Thomas, 1966.
ketajaman pola sinyal. Kedua, dengan menjaga sistem Sumbangan Charles O Thomas, Publisher Ltd., Springfield, llli-
sensorik untuk tetap bekerja dalam rentang sensitivitas nois.)
624 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

disebut sebagai regio ekor dan merupakan bagian tubuh Janig Il/, Baron R: Complex regional pain syndrome: mystery
yang paling distal. Kaki secara embriologis berasal dari explained? Lancet Neurol 2:687, 2003.
segmen lumbal dan bagian atas sakral (L2 sampai S3), JeannerodM; The mechanism of self-recognition in humans.
dan bukan dari segmen sakral distal, yang tampak je- BehavBrain Res I 42 : I, 2003.
las pada peta dermatom. Kita dapat menggunakan peta Johnson KO: The roles andfunctions ofcutaneous mechanore-
dermatom seperti yang dilukiskan pada Gambar 47-14 ceptors. Cut Opin Neurobiol I 1:455, 2001 .

untuk menentukan ketinggian tempat terjadinya suatu Kandel ER, Schwartz JH, Jessel TM: Principles of neural Sci'
jejas pada medula spinalis bila sensasi perifer terganggu ence, 4'h ed. New York: McGraw-Hill, 2000.
akibatjejas tersebut. Lumb BM: Hypothalamic and midbrain circuitry that distin-
guishes between escapable and inescapable'pain. News
Physiol Sci. l9:22, 2004.
Kepustakaan Maravita A, Spence C, Driver J: Multisensory integration and
the body schema: close to hand andwithin reach. Curu Biol
Bosco G, Poppele RE: Proprioception /rom a spinocerebellar
I 3:R531, 2003.
perspective. Physiol Rev 8 I :539, 200 I .
Pears S, Jackson SR Cognitive neuroscience: vision and touch
Chen R, Cohen LG, Hallett M. Nervous system reorganization
are constant companions. Curr Biol 14:R349,2004.
following injury. Neuroscience I I I (1) :761, 2002. Petersen CC: T'he banel cortex-integrating molecular cellular
Cohen YE, Andersen RA: A common reference frame for move-
and systems physiology. Pfugers Arch 447: I 26, 2003.
ment plans in the posterior parietal cortex. Nat Rett Neuro-
Pouget A, Deneye S, Duhamel JR: A computational perspective
sci.3:553,2002.
on the neural basis ofmultisensory spatial representations.
Craig AD: Pain mechanisms: labeled lines versus convergence '
Nat Rev neurosci 3:741,2002.
in central processing. Annu Rev Neurosci 26: l, 2003.
Sommer MA: The role of the thalamus in motor control. Cur
Foeller E, Feldman DE: Synaptic basisfor developmental plas-
Opin Neurobiol 13:663, 2003.
ticity in somatosensory cortex. Curr Opin Neurobiol I 1:89, Suga N, Ma X: Muttiparametic corticofugal modulation and
. 2004.
plasticity in the auditory system. Nat Rev Neurosci 4:783,
Haines DE: Fundamentatl Neuroscience. New York; 1,/:89, 2003.
2004.
Thaut MH; Neural basis of rhythmic timing nerworks in the hu-
Haines DE, Lancon JA: Review of Neuroscience. New York:
man brain. Ann N Y Acad Sci 999:364. 2003.
C hurchill
Livings tone, 2 00 3.
Ivry kB, Spencer RM: The neural representation of time. Cut
Opin Neurobiol 14:225, 2004.
A8 .48
Sensasir'$offia
I,I. $ensasiff
Nyeri lat
'dan$ensasi$

Pada umury4y-a,.pe*-yak-i,pa,tgbuh,r rnenimbuJkan'.,,',,,, ...,


$elanjUmtfa;.,kerna unftrk r,nendiag-
rasa nyeri. ,

nosis,,berma -maeanr,peny@r bergmterrg. pada


seberapal jaUh' p.bnge,tahu*n seoran$,6bk$r'*engenai'.r',-.',:,
betmacam-macam kr,ralitas rasa nyeri. Dengan alasan
terscbut. bagian pertama bab berikut ini terutama men-
curahkal p.erhati lp,4da rasa nyeri dan dasar-das, fi- ,.
",,
siotogiq,${a yru;.f,lrfualtan dengan fenomen4 klinik;"i'l,',,.,

ada kerusakan,jaringan,. dan hal ini,akan menyebatrk+n*rdi*,idu ,beleaksi dergan-eara


memindabl<an stimulus nyeri. Bahkan al<tivitas ringan saja, misalnya duduk dengan
bertopang pada rulang iskhia selama jangka waklu lama, dapat menyebabkan keru-
sakan jaringan, sebab aliran darah yang ke kulit berkurang akibat terrekannya kulit
oleh berat badan. Bila kulit menjadi nyeri akibat iskemia. dalam keadaan bawah sa-
1fl.:..i..dar'.orang,i'tu akan,mergubah posisinya Fasieu.ya4g+e1*h kehilarrgan rasa sakimya,
setelab mengalami kecelakaan pada medula spinalis. tak akan mempunyai rasa nyeri
. sehingga tak akan merubah posisinya. Akhirnya, keadaan ini akan menimbulkan pe-

;iNi;!'"ri;trEu*tRfrgaffye';i''Se$ ff,$*li.ta'nya['' " :'i'


]r''1;.'":''''r'

Gepat dan .R'esa.fif€ti,L,ambat


.,. .., . .. . nasu +yen d@dibasirmenjadi,dua jenis uiamai' rasa nyeri cepat dan rasa nyeri

detik. sedangkan rasa nyeri lambat timbul setelah 1 detik atau lebih dan kemudian
secara perlahan bertambah selama beberapa detik dan kadangkala bahkan beberapa

bahwa jaras penjalaran untuk kedua macam rasa nyeri ini berbeda dan masing-masing
mempunyai kualitas yang spesifik.
Rasa nyeri cepatjuga digambarkan dengan banyak nama pengganti, seperti rasa

nyeri ini akan terasa bila sebuah jarum dirusukkan ke dalam kulit, bila kulit rersayal

625
626 UNIT lX Slstem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

pisau, atau bila kulit terbakar secara akut. Rasa nyeri ini
juga akan terasa bila subjek mendapat setruman listrik.
Rasa nyeri cepat-tajam tak akan terasa di sebagian besar
jaringan dalam dari tubuh.
Rasa nyeri lambat juga mempunyai banyak nama, se-
pefti rasa rryeri terbakar lambat, nyeri pegal, nyeri berde-
nyut-denyut, nyeri mual, dan nyeri kronik. Jenis rasa nyeri
--
o
ini biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan. Ptasa
rt'
nyeri dapat berlangsung lama, menyakitkan dan dapat J
o
menjadi penderitaan yang tak tertahankan. Rasa nyeri ini
dapat terasa di kulit dan hampir semua jaringan dalam -g
E
J
atau organ.

Reseptor Nyeri
dan Rangsangannya
Reseptor Nyeri Merupokon Ujung Sqrof Bebos.
Reseptor rasa nyeri yang terdapat di kulit dan jaringan 45 46
lain semuanya merupakan ujung saraf bebas. Reseptor ini Suhu ("C)
tersebar luas pada permukaan superfisial kulit dan juga
GAMBAR 48-1. Kurva distribusi yang diperoleh dari banyak sub-
di jaringan dalam tertentu, misalnyaperiosteum, dinding jek yang menunjukkan suhu kulit minimal yang akan menyebab-
hrteri, permukaan sendi, danfalks serta tentoriumtempv- kan rasa nyeri. (Dimodifikasi dari Hardy DJ: Nature of Pain J Clin
rung kepala. Sebagian besarjaringan dalam lainnya hanya Epidemiol 4:22, 1956.)
sedikit sekali dipersarafi oleh ujung saraf rasa nyeri; na-
mun, setiap kerusakanjaringan yang luas dapat bergabung
sehingga pada kebanyakan daerah tersebut akan timbul Kecepatan Kerusakan Jaringan
tipe rasa nyeri pegal yang lambat dan kronik.
sebagai Stimulus Rasa Nyeri
Tigo Jenis Slimulus yong Merongsong Resepior Pada umumnya nyeri akan terasa bila seseorang menerima
Roso Nyeri-Mekonis, Suhu, Kimiowi. Rasa nyeri panas dengan suhu di atas 45oC, seperti yang terlihat pada
dapat dirasakan melalui berbagai jenis rangsangan. Semua Gambar 48-1. Ini juga merupakan suhu ketika jaringan mu-
ini dikelompokkan sebagai rangsang nyeri mekanis, suhu, lai mengalami kerusakan akibat panas; sebenamya, jaringan
dan kimicnui. Pada umumnya, nyeri cepat diperoleh melalui akan seluruhnya rusak jika suhu menetap di atas nilai ini.
rangsangan jenis mekanis atau suhu, sedangkan nyeri lam- Oleh karena itu, jelaslah sekarang bahwa rasa nyeri yang
bat dapat diperoleh melalui ketiga jenis tersebut. disebabkan oleh panas sangat erat hubungannya dengan
Beberapa zatkimia yang merangsang jenis nyeri ki- kecepatan kerusakan dari jaringan yang terjadi dan tidak
miawi adalah bradikinin, serotonin, histamin, ion ka- berhubungan dengan kerusakan total yang telah terjadi
lium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik. Selain itu, Intensitas rasa nyerijuga berhubungan erat dengan ke-
prostaglandin dan substansl P meningkatkan sensitivitas cep qtan kerus akan j ar ingan y angdisebabkan oleh penga-
ujung-ujung serabut nyeri tetapi tidak secara langsung ruh lain selain panas, seperti infeksi bakteri, iskemia ja-
merangsangnya. Substansi kimia terutama penting untuk ringan, kontusio jaringan, dan sebagainya.
perangsangan lambat, jenis rasa nyeri yang menusuk yang
terjadi setelah cedera jaringan. Mokno Khusus dori Slimulus Kimiowi Penyebob
Nyeri Selomo Kerusokon Joringon. Ekstrak dari ja-
Sifot Nonodoptosi Reseplor Roso Nyeri. Berbeda ringan rusak menyebabkan rasa nyeri yang hebat bila di-
dengan kebanyakan reseptor sensorik tubuh lainnya, re- suntikkan di bawah kulit normal. Banyak zat kimia yang
septor rasa nyeri sedikit sekali beradaptasi dan kadang disebutkan sebelumnya, yang merangsang reseptor nyeri
tidak beradaptasi sama sekali. Ternyata, pada beberapa kimia dapat ditemukan dalam ekstrak-ekstrak ini. Satu zat
kondisi, eksitasi serabut rasa nyeri menjadi semakin ber- kimia yang terlihat mengakibatkan rasa nyeri lebih hebat
tambah secara progresif, terutama pada rasa nyeri muai- daripada yang lain adalah bradikinin. Banyak peneliti
menusuk-lambat, karena stimulus rasa nyeri berlangsung yang menduga bahwa bradikinin mungkin merupakan zat
terus-menerus. Keadaan ini akan meningkatkan sensiti- yang bertanggung jawab terhadap penyebab rasa nyeri
vitas reseptor rasa nyeri dan'disebut hiperalgesia. Kita yang diikuti kerusakan jaringan. Juga, intensitas nyeri di-
telah mengerti pentingnya kemampuan adaptasi reseptor rasakan'berkorelasi dengan peningkatan konsentrasi ion
rasa nyeri, karena kemampuan ini memungkinkan rasa kalium setempat atau peningkatan enzim proteolitik yang
nyeri memberitahu seseorang terus-menerus tentang ada- dapat secara langsung menyerang ujung-ujung saraf dan
nya stimulus yang merusak jaringan selama rasa nyeri ifu menimbulkan rasa nyeri dengan cara membuat membran
ada. saraf tersebut lebih permeabel terhadap ion-ion.
BAB 48 Sensasl Somatik: ll. Sensasi Nyeri, Nyeri Kepala, dan Sensasi Suhu 627

lskemio Joringon Sebogoi Penyebob Rosq


Nyeri. Bila aliran darah yang menuju jaringan terhambat,
dalam wakru beberapa menit saja jaringan sering men- Saraf / F Serabut nyeri
jadi terasa nyeri sekali. Bila metabolisme jaringan makin spinalis i'-""" -t:__
cePat-tajam

cepat, rasa nyeri yang timbul akan semakin cepat pula. TraKus
Contohnya, bila kita lingkarkan manset tekanan darah di Lissauer

sekeliling lengan atas dan selanjutnya dipompakan udara


(inflasi) ke dalam manset sampai aliran darah arterinya
berhenti, bila selanjutnya otot-otot lengan bawah orang
percobaan tersebut digerakkan, kadang dapat timbul nyeri
otot dalam waktu i5-20 detik. Bila otot tadi tak digerak-
Lamina
kan, dalam waktu 3 sampai 4 menit tidak akan timbul rasa marginalis
nyeri walau aliran darah ke otot tetap nol. Substansia Serabut nyeri
Diduga, salah satu penyebab rasa nyeri pada keadaan gelatinosa lambat-kronik
iskemia adalah terkumpulnya sejumlah besar asam laktat
dalam jaringan (metabolisme tanpa oksigen). Mungkin
juga ada bahan-bahan kimiawi lainnya, seperti bradikinin GAMBAR 48-2. Penjalaran baik sinyal nyeri "cepattajam" mau-
pun "lambat-kronik" ke dalam dan melalui medula spinalis dalam
dan enzim proteolitik yang terbentuk dalamjaringan aki- perjalanannya menuju ke otak.
bat kerusakan sel, dan bila bahan-bahan ini selain asam
laktat, akan merangsang ujung serabut sarafnyeri.

Sposme Otot Sebogoi Penyebob Rosq Nyeri.


Spasme otot juga merupakan penyebab umum rasa nyeri,
dan merupakan dasar banyak sindrom/nyeri klinis. Rasa
nyeri ini mungkin sebagian disebabkan secara langsung
oleh spasme otot karena terangsangnya reseptor nyeri
yang bersifat mekanosensitif, namun mungkin juga rasa
nyeri ini secara tak langsung disebabkan oleh pengaruh
spasme otot yang menekan pembuluh darah dan menye-
babkan iskemia. Spasme otot ini juga meningkatkan ke-
cepatan metabolisme dalam jaringan otot, sehingga relatif
memperberat keadaan iskemia, keadaan ini merupakan
kondisi yang ideal untuk pelepasan bahan kimiawi pemi-
cu timbulnya rasa nyeri.

Jaras Rangkap Dua untuk


Penjalaran Sinyal Nyeri ke
Dalam Sistem Saraf Pusat
Sekali pun semua reseptor nyeri merupakan ujung sera-
but saraf bebas, dalam menjalarkan sinyal rasa nyeri ke
sistem saraf pusat ujung-ujung serabut ini menggunakan GAMBAR 48-3. Penjalaran sinyal nyeri menuju batang otak, dan
dua jaras yang teryisah. Kedua jaras ini terutama berhu- korteks serebri melalui jalur jaras nyeri tusuk-cepat dan jaras
bungan dengan dua tipe rasa nyeri yakni,jaras rasa nyeri nyeri terbakar-lambat.
t aj am- cep at dan j ar as r as a ny er i I am b at- kr o nik.

Serobul Nyeri Perifer-Serobui "Cepol" don Karena sistem persarafan rasa nyeri ini bersifat rang-
"Lqmboi". Sinyal nyeri tajam yang cepat dirangsang kap maka stimulus rasa nyffi hebat yang tiba-tiba me-
oleh stimuli mekanik atau suhu; sinyal ini dijalarkan me- nimbulkan sensasi nyeri yang sifatnya "rangkap": rasa
lalui sarafperifer ke medula spinalis oleh serabut-serabut nyeri tajam yang dijalarkan ke otak oleh jaras serabut
kecil tipe A5 pada kecepat4n penjalaran antara 6 sampai A5, diikuti oleh sedetik atau lebih rasa nyeri lambat yang
30 m/detik. Sebaliknya, tipe rasa nyeri lambat dirangsang dijalarkan oleh jaras serabut C. Rasa nyeri tajam dengan
terutama oleh stimuli nyeri tipe kimiawi, tetapi kadang cepat akan memberitahu pasien adanya suatu kerusakan
juga oleh stimuli mekanik dan suhu yang menetap. Nyeri sehingga membuat pasien segera bereaksi memindahkan
lambat kronik ini dijalarkan ke medula spinalis oleh se- dirinya dari stimulus tadi. Rasa nyeri lambat cenderung
rabut tipe C dengan kecepatan penjalaran antara 0,5 sam- meningkat dari waktu ke waktu. Sensasi ini akan meng-
pai 2 mldetik. akibatkan rasa nyeri yang tak tertahankan yang sifatnya
628 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

terus-menerus dan membuat pasien terus-menerus mere- adalah salah satu dari sekian banyak transmiter eksitasi
dakan penyebab rasa nyeri. yang banyak digunakan dalam sistem saraf pusat, biasa-
Sewaktu memasuki medula spinalis dari radiks spi- nya memiliki masa kerja yang berlangsung hanya bebera-
nalis dorsalis, serabut rasa nyeri berakhir pada neuron- pa milidetik.
neuron penyiar sinyal di kornu dorsalis. Di sini, terdapat
dua sistem untuk mengolah sinyal-sinyal rasa nyeri pada Jqros Pqleospinoiolqmikus untuk Menjolorkon
jalurnya ke otak, seperti yang terlihat pada Gambar 48-2 Nyeri [ombol-Kronik. Jaras paleospinotalamikus ada-
dan 48-3. lah sistem yangjauh lebih tua, dan menjalarkan rasa nyeri
terutama dari serabut nyeri tipe C lambat-kronik perifer,
walapun jaras ini menjalarkan beberapa sinyal dari serabut
Jaras Rasa Nyeri Rangkap Dua pada tipe A6 juga. Dalam.jaras ini, serabut-serabut perifer ber-
Medula Spinalis dan Batang Otak- akhir di dalam medula spinalis hampir seluruhnya di lami-
Traktus Neospi notalamikus dan na II dan III kornu dorsalis, yang bersama-sama disebut
Traktus Paleospinotalam i kus substansia gelatinosa, seperti yang digambarkan oleh se-
rabut radiks dorsalis tipe C paling lateral di Gambar 48-2.
Sewaktu memasuki medula spinalis, sinyal rasa nyeri me- Sebagian besar sinyal kemudian melewati satu atau lebih
lewati dua jaras ke otak, melalui (l) traktus neospinota- neuron serabut pendek tambahan di dalam komu dorsalis-
lamikus dan (2) traktus paleospinotalamikus. nya sebelum terutama memasuki lamina V juga di kornu
dorsalis. Di sini, neuron-neuron terakhir dalam rangkaian
Troktus Neospinololomikus untuk Roso Nyeri merangsang akson-akson panjang yang sebagian besar
Cepot. Serabut rasa nyeri cepat tipe ,46 terutama dilalui menyambungkan serabut-serabut dari jaras rasa nyeri-
oleh rasa nyeri mekanik dan nyeri suhu akut. Serabut ini cepat, yang mula-mula melewati komisura anterior ke sisi
berakhir pada lamina I (larnina rnarginalis) pada kornu berlawanan dari medula spinalis, kemudian naik ke otak
dorsalis, seperti terlihat pada Gambar 48-2, dan di sini dalam jaras anterolateral.
merangsang neuron pengantar kedua dari traktus neospi-
notalamikus. Neuron ini akan mengirimkan sinyal ke se- Substansi P, Neurotransmiter Lambat-Kronik
rabut panjang yang terletak di dekat sisi lain medula spi- yang Mungkin pada Ujung-Ujung Saraf Tipe C.
nalis dalam komisura anterior dan selanjutnya berbelok Percobaan penelitian menunjukkan bahwa ujung serabut
naik ke otak dalam kolumna anterolateralis. nyeri tipe C yang memasuki medula spinaiis mungkin me-
ngeluarkan transmiter glutamat dan transmiter substansi
Tempat Berakhirnya Traktus Neospinotalamikus P. Transmiter glutamat bekerja secara cepat dan hanya
dalam Batang Otak dan Talamus. Beberapa serabut berlangsung beberapa milidetik. Substansi P dilepaskan
traktus neospinotalamikus berakhir di daerah retikularis jauh lebih lambat, mencapai pemekatan dalam waktu be-
batang otak, tetapi sebagian besar melewati semua jalur berapa detik atau bahkan beberapa rnenit. Kenyataannya,
ke talamus tanpa hambatan, berakhir di kompleks ventro- ada dugaan bahwa sensasi nyeri "ganda" yang dirasakan
basal di sepanjang kolumna dorsalis traktus lemniskus seseorang setelah tusukan larum Qtinprick) dapat meng-
medialis untuk sensasi raba, seperti yang telah dibahas hasilkan sebagian dari kenyataan bahwa transmiter glu-
pada Bab 47. Ada beberapa serabut yang berakhir di ke- tamat memberikan sensasi nyeri lebih cepat, sedangkan
lompok nuklear posterior. Dari daerah talamus ini, sinyal transmiter substansi P memberikan sensasi yang lebih
akan dijalarkan ke daerah lain pada basal otak seperti juga lambat. Walaupun secara rinci masih belum diketahui,
ke korleks somatosensorik. sepertinya telah jelas bahwa glutamat adalah neurotrans-
miter yang paling berperan dalam menjalarkan rasa nyeri
Kemampuan Sistem Saraf untuk Melokalisasi cepat ke dalam sistem saraf pusat, dan substansi P ber-
Rasa Nyeri Cepat dalam Tubuh. Nyeri jenis cepat hubungan dengan rasa nyeri lambat-kronik.
dan tajam dapat dilokalisasikan dengan jauh lebih pasti
di berbagai bagian tubuh daripada nyeri yang lambat dan Proyeksi Jaras Paleospinotalamikus (Sinyal Rasa
kronik. Namun, ketika hanya reseptor nyeri yang terang- Nyeri Lambat-Kronik) ke Dalam Batang Otak dan
sang, tanpa stimulasi secara bersamaan reseptcir taktil, Talamus. Jaras paleospinotalamikus lambat-kronik ber-
bahkan rasa nyeri cepat masih kurang bisa dilokalisasi- akhir secara luas dalam batang otak, dalam daerah berba-
kan, seringkali hanya dalam Iuas daerah perangsangan l0 yang yang besar pada Gambar 48-3. Hanya sepersepuluh
sentimeter atau lebih. Ternyata ketika reseptor taktil yang sampai seperempat serabut yang melewati seluruh jalur
merangsang sistem lemniskus medialis-kolumna dorsaiis ke talamus. Namun demikian, serabut-serabut ini keba-
dirangsang bersamaan, lokasi nyeri dapat ditentukan de- nyakan berakhir di satu dari tiga daerah berikut: (1) nu-
ngan pasti. kleus retikularls medula, pons, dan mesensefalon; (2) area
tektal dari mesensefalon dalam sampai kolikuli superior
Glutamat, Kemungkinan Neurotransmiter Sera- dan inferior; atau (3) daerah periakueduktus ,substansia
but Nyeri Cepat Tipe A6- Didugaglutamatmentpakart grisea, yang mengelilingi aqueduktus Sylvii. Daerah
substansi neurotransmiter yang disekresikan medula spi- yang lebih rendah dari batang otak ini tampaknya penting
naiis pada ujung-ujung serabut nyeri saraf tipe A6. Hal ini untuk merasakan rasa sakit dari nyeri, karena hewan yang
BAB 48 Sensasi Somatik: Il. Sensasi Nyeri, Nyeri Kepala, dan Sensasi Suhu 629

otaknya mengalami pemotongan di atas mesensefalon un- . bawah, tindakan kordotomi pada regio toraks medula
tuk menghambat semua sinyal rasa nyeri dalam mencapai spinalis seringkali dapat menghilangkan rasa nyeri se-
serebreum masih menunjukkan dengan jelas bukti-bukti lama beberapa minggu sampai beberapa bulan lamanya.
yang tidak dapat disangkal dari rasa nyeri ketika setiap Untuk melakukan tindakan itu, pada medula spinalis
dari sisi yang berlawanan dengan rasa nyeri itu dipotong
bagian tubuh mengalami trauma. Dari area nyeri batang
sebagian pada bagian kuadran anterolateralnya untuk
otak, banyak neuron berserabut pendek yang memancar- mengganggu jaras sensorik anterolateral.
kan sinyal nyeri naik ke intralaminar dan nukleus ventro- Namun, ada dua alasan mengapa titrdakan kordoto-
lateral dari talamus dan ke dalam bagian tertentu hipota- mi ini tak selalu berhasil dalam menanggulangi rasa nye-
lamus dan daerah basal lain dari otak. ri. Pertama, banyak serabut rasa nyeri dari bagidn atas
tubuh tak menyilang ke rnedula spinalis sisi berlawanan
Kemampuan Sistem Saraf yang Sangat Buruk sampai serabut ini mencapai otak, sehingga akibatnya
dalam Menentukan Lokasi Sumber Nyeri secara tindakan kordotomi tak akan memotong serabut-serabut
Tepat dalam Jaras Lambat-Kronik. Lokalisasi nyeri ini. Kedua, rasa nyeri sering timbul kembali dalam wak-
tu beberapa bulan berikutnya, sebagian diakibatkan oleh
yang dijalarkan lewat jalur jaras paleospinotalamikus
sensitisasi jaras lain yang secara normal terlalu lemah
bersifat buruk. Sebagai contoh, nyeri jenis kronik-lam-
untuk memberikan efek (contohnya, jaras yang tipis
bat dapat selalu dilokalisasikan hanya pada bagian tubuh pada medula spinalis dorsolateral). Ada suatu tindakan
yang luas, s'eperti untuk satu iengan atau tungkai, tetapi operasi percobaan untuk menghilangkan rasa n1,eri,
tidak untuk daerah spesifik dari lengan atau tungkai. Hal yakni dengan cara membakar daerah rasa nyeri khu-
ini dipertahankan oleh jaras dengan konektivitas difus sus pada nukleus intralaminar pada talamus yang dapat
dan multisinaptik. Ini juga menjelaskan mengapa pasien menghilangkan penderitaan akibat rasa nyeri sedangkan
seringkali memiliki kesulitan yang serius dalam meloka- pengertian tentang rasa nyeri "akut" tetap utuh, suatu
lisasikan sumber beberapa nyeri jenis kronik. mekanisme peftahanan yang penting.

Fungsi Formosio Relikuloris, Tolomus, dqn Kor-


teks Serebri Dolom Apresiosi Roso Nyeri. Peng-
Sistem Penekan Rasa Nyeri
angkatan secara komplet area sensorik korteks serebri ("Analgesia") dalam Otak
tak akan mengganggu kemampuan seekor hewan untuk dan Medula Spinalis
merasakan nyeri. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa
impuls nyeri yang memasuki formasio retikularis batang Derajat reaksi seseorang terhadap rasa nyeri sangat berva-
otak, talamus, dan pusat-pusat otak yang lebih rendah riasi. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh kemampuan
lainnya menimbulkan persepsi nyeri yang disadari. Hal otak sendiri untuk menekan besarnya sinyal nyeri yang
ini tidaklah berarti bahwa korteks serebri tak berbuat apa- masuk ke dalam sistem saraf, yaitu dengan mengaktifkan
apa dalam mengartikan secara norrnal rasa nyeri; perang- sistem pengalur rasa nyeri, disebut sistem analgesia.
sangan listrik yang dilakukan pada area korteks somato- Sistem analgesia diperlihatkan pada Gambar 48-4. Sis-
sensorik sudah dapat menyebabkan seseorang merasakan tem ini terdiri atas tiga komponen utama: (l) Area peri-
nyeri yang ringan pada sekitar 3 persen dari daerah yang akuaduktus grisea dan periventrikular dari mesensefalon
dirangsang. Namun, ada anggapan bahwa korteks berpe- dan bagian atas pons yang mengelilingi akuaduktus Sylvii
1an penting dalanr menginterpretasikan kualitas nyeri, dan bagian ventrikel ketiga dan keernpat. Neuron-neuron
meskipun persepsi nyeri secara prinsip merupakan fungsi dari daerah ini akan mengirimkan sinyal ke (2) nukleus
dari pusat-pusat yang lebih rendah. rafe magnus, yang merupakan nukleus tipis di garis te-
ngah yang terletak di bagian bawah pons dan bagian atas
Kemompuon Khusus Sinyol Nyeri unluk Menim- medula obf ongata, dan nukl eus r et i kul ar i s p a r a g i g a n I o s e-
bulkon Eksitobilios Otok Secoro Keseluruhqn. lularis yang terletak di sebelah lateral dari medula. Dari
Rangsangan listrik dalam daerah retikular batang otak nuklei ini, sinyal-sinyal urutan kedua dijalarkan ke bawah
dan dalam nukleus intralaminar talami, tempat berakhir- kolumna dorsolateralis di medula spinalis menuju ke (3)
nya serabut nyeri .jenis lambat-menusuk, memiliki ke- kompleks penghambat rasa nyeri di dalam radiks dorsalis
mampuan yang kuat untuk menimbulkan efek pada akti- medula spinalis. Pada tempat itu, sinyal analgesia dapat
vitas saraf melalui seluruh otak. Pada kenyataannnya, dua menghambat sinyal rasa nyeri sebelum dipancarkan ke
daerah ini merupakan bagian dari "sistem pembangkit" otak.
utama dari otak, yang dibahas dalam Bab 59. Hal ini me- Perangsangan listrik yan! dilakukan pada area peri-
nerangkan mengapa hampir tidak mungkin bagi seseorang akueduktal kelabu atau pada nukleus raf-e magnus mene-
untuk tidur ketika dia menderita nyeri hebat. kan banyak sinyal nyeri hebat yang memasuki radiks dor-
salis medula spinalis. Juga, perangsangan yang dilakukan
Tindokon Operosi podo Joros Nyeri. Bila ada
pada daerah-daerah otak yang lebih tinggi yang merang-
pasien yang merasakan nyeri sedemikian berat dan tak
sang periakueduktal kelabujuga dapat menekan rasa nye-
tertahankan (biasanya nyeri ini akibat dari penyebaran
kanker yang cepat), perlu dilakukan suatu tindakan un-
ri. Beberapa daerah ini adalah (1) nuklei periventrikular
tuk meredakan nyeri tersebut. Untuk itu, dapat dilaku- dalam hipotalamus, Ierletak berdekatan dengan ventrikel
kan tindakan pemotongan pada beberapa bagian jaras ketiga, dan (2), yang kurang penting, yaitu berkas prosen-
saraf nyeri. Bila rasa nyerinya terdapat di tubuh bagian sefalon medial yang juga terletak di hipotalamus.
630 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

dalam nukleus periventrikular di sekitar ventrikel ketiga


atau ke dalam area periakueduktal kelabu batang otak me-
nimbulkan perasaan analgesia yang hebat sekali. Dalam
Nuklei penelitian yang dilakukan sesudah itu, telah ditemukan
AquaduKus periventrikular bahwa zat serupa-modin, terutama opiat, bekerja di ba-
Mesensefalon PeriakuaduKal grisea nyak titik pada sistem analgesia, termasuk kornu dorsalis
medula spinalis. Karena kebanyakan obat yang meme-
ngaruhi eksitabilitas neuron juga bekerja pada reseptor-
Neuron enkefalin
reseptor sinaptik, ada anggapan bahwa "reseptor morfin"
Pons sistem analgesia sebenarnya merupakan reseptor untuk
Nuklei rafe beberapa neurotransmiter seperli-morfin yang memang
magnus disekresikan dalarn otak. Oleh karena itu, telah dilakukan
penelitian yang ekstensif untuk opium alami dalam otak.
Medula
Sekarang telah terbukti bahwa dalam otak ada paling se-
dikit duabelas bahan semacam opium yang terdapat pada
Neuron
beberapa tempat dalam sistem saraf; semuanya merupa-
serotonergik
kan hasil pemecahan tiga molekul protein besar.. proopio-
melanokortin, proenkefalin, dan prodinorfn. Bahan seru-
pa-opium yang penting adalah p,endorfn, met-enkefalin,
Serabut nyeri I eu- enkefal i n, dan d in orfi n.

Kedua enkefalin dijumpai di batang otak dan medula


Penghambatan spinalis, pada bagian sistem analgesia yang telah dijelas-
rasa nyeri
kan sebelun.rnya, dan B-endorfin dapat dijumpai dalam
presinaptik
hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Ditemukan juga dinor-
fin di tempat yang sama dengan enkefalin, tetapi dengan
jumlah yang sangat sedikit.
GAMBAR 48-4. Sistem analgesia otak dan medula spinalis me- Jadi, walaupun sampai sekarang ini sistem opium da-
nunjukkan (1) penghambatan sinyal nyeri yang masuk setinggi lam otak belum diketahui, pengaktiJan sistem analgesia
medula spinalis dan (2) adanya neuron penyekresi-enkefalin
oleh sinyal-sinyal saraf yang memasuki area periakua-
yang menekan sinyal nyeri di medula spinalis dan batang otak.
duktal grisea dan periventrikular yang berdekatan, atau
inaktivasi jaras rasa nyeri oleh obat-obat serupa-morfin,
dapat menekan hampir seluruh sinyal-sinyal nyeri yang
Ada beberapa bahan transmiter yang ikut terlibat da- masuk melewati saraf perifer.
lam sistem analgesia; khususnya enkefalin dan serotonin.
Banyak ujung serabut sarafberasal dari nuklei periventri-
Penghambatan Penjalaran Nyeri
kular dan area periakueduktal kelabu menyekresi enkefa-
lin. Jadi, seperti yang tampak dalam Gambar 48-4, ujung
oleh Sinyal Sensorik Taktil Simultan
banyak serabut yang terdapat dalam nukleus rafe magnus Peristiwa lain yang penting dalam kisah pengaturan rasa
melepaskan enkefalin j ika dirangsang. nyeri adalah penemuan yang menjelaskan bahr.va pe-
Serabut-serabut yang berasal dari daerah itu mengi- rangsangan serabut-serabut sensorik tipe AB besar yang
rimkan sinyal ke komu medula spinalis untuk menyekresi berasal dari reseptor taktil di perif'er, dapat menekan
serotonin. Serotonin menyebabkan neuron-neuron lokal penjalaran sinyal nyeri dari daerah tubuh yang sama. Hal

medula spinalis untuk menyekresi enkefalin. Enkefalin itu diduga merupakan akibat dari .jenis inhibisi lateral
setempat di dalam medula spinalis yang dapat menjelas-
dianggap dapat menimbulkan baik hambatan presinaptik
kan mengapa gerakan-gerakan yang sedcrhana saja, se-
dan postsinaptik pada serabut-serabut nyeri tipe C dan perti tindakan menggaruk kulit dekat daerah yang nyeri
tipe A6 yang bersinaps di kornu dorsalis. seringkali efektif untuk mcngurangi rasa nyeri. Dan hal
Jadi, sistem analgesia ini dapat memblok sinyal nyeri ini mungkin juga menjelaskan mengapa obat-obat gosok
pada tempat masuknya ke medula spinalis. Ternyata, sis- seringkali berguna untuk mengularigi rasa nyeri.
tem inijuga dapat memblok sebagian besar refleks-refleks Mekanisme ini dan efsitasi psikogenik yang ber-
medula Spinalis yang timbul akibat sinyal nyeri, khusus- urutan pada sistem analgesia pusat mungkirr juga me-
nya refleks penarikan (withdrawal reflex) yang akan di- rupakan dasar proses menghilangkan rasa nyeri dengan
jelaskan pada Bab 54. akupunktur.

Sistem Opium Otak-Endorfin Tatalaksana Rasa Nyeri


dengan Perangsangan Listrik
dan Enkefalin
Telah dikembangkan beberapa tindakan klinis untuk me-
Lebih dari 35 tahun yang lalu telah ditemukan bahwa pe- nekan rasa nyeri dengan perangsangan listrik. Elektroda
nyuntikan morfin dalam .jumlah yang sangat sedikit ke perangsangnya ditempatkan pada daerah kulit tertentu
BAB 48 Sensasl Somatik: ll. Sensasi Nyeri, Nyeri Kepala, dan Sensasi Suhu 631

atau, pada kesempatan lain, elektroda perangsang ini merupakan salah satu kriteria yang dapat dipakai untuk
ditanam pada medula spinalis untuk merangsang kolum- mendiagnosis peradangan visera, penyakit infeksi visera
na sensorik dorsalis. dan kelainan visera lain. Seringkali, visera tidak mem-
Pada beberapa pasien, dengan metode stereotaksik punyai reseptor-reseptor sensorik untuk modalitas sen-
dilakukan penempatan suatu elektroda ke dalam nuklei sasi lain kecuali untuk rasa nyeri. Juga, dalam beberapa
intralaminar talamus yang tepat atau pada area paraven- aspek yang penting, rasa nyeri viseral berbeda dengan
trikular atau periakuaduktal diensefalon. Dengan demi- rasa nyeri yang berasal dari permukaan tubuh.
kian pasien dapat mengatur seberapa besar rangsangan Salah satu perbedaan paling penting antara rasa nye-
yang diberikan. Ternyata, dilaporkan bahwa tindakan ini ri permukaan dan rasa nyeri viseral adalah, walaupun
dapat menghilangkan rasa nyeri secara dramatis. Juga, organ visera mengalami kerusakan yang berat jarang
hilangnya rasa nyeri diketahui berlangsung seringkali mencetuskan rasa nyeri yang hebat. Contohnya, seorang
selama 24 jam sejak pemberian rangsangan selama be- ahli bedah dapat memotong seluruh usus meniadi dua
berapa menit. potong pada seorang pasien yang tetap sadar tanpa me-
nimbulkan rasa nyeri yang cukup berarti. Sebaliknya.
setiap stimulus yang menimbulkan perangsangan difils
Nyeri Alih (Referred Pain) pada ujung serabut nyeri melalur organ visera (viskus)
Seringkali seseorang merasakan nyeri di bagian tubuh akan menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat. Con-
tohnya, keadaan iskemia yang disebabkan oleh tersum-
yang letaknya cukupjauh darijaringan yang menyebabkan
batnya aliran darah ke daerah usus yang 1uas, pada saat
rasa nyeri. Rasa nyeri ini disebut nyeri alih. Contohnya,
yang sama akan dapat merangsang serabut nyeri yang
rasa nyeri di dalam salah satu organ viseral sering dialih- difus dan menimbulkan rasa nyeri yang ekstrem.
kan ke suatu daerah di permukaan tubuh. Pengetahuan
mengenai bermacam-macam nyeri alih ini sangat bergu-
na dalam diagnosis klinis penyakit, karena pada banyak Penyebab Rasa Nyeri Viseral
penyakit viseral satu-satunya tanda klinis yang ditemui yang Murni
adalah nyeri alih.
Setiap stimulus yang dapat merangsang ujung serabut
Mekonisme Nyeri Alih. Gambar 48-5 menggambarkan nyeri di daerah visera yang luas dapat menimbu{kan
rasa nyeri viseral. Beberapa stimulus mencakup keada-
mekanisme yang mungkin terjadi pada pengalihan nyeri.
an iskemia jaringan viseral, kerusakan akibat bahan
Dalam gambar ini, tampak cabang-cabang serabut nyeri
kimia pada permukaan visera, spasme otot polos pada
viseral bersinaps dengan neuron urutan kedua (1 dan 2) organ dalam yang berlumen, peregangan berlebihan or-
dalam medula spinalis, neuron kedua ini menerima sinyal gan perut berlumen, atau teregangnyajaringan ikat yang
nyeri yang berasal dari kulit. Bila serabut nyeri viseral mengelilingi organ visera. Pada dasarnya, semua nyeri
terangsang, sinyal nyeri yang berasal dari visera selanjut- visera yang murni dalam ruang toraks dan ruang abdo-
nya dijalarkan melalui beberapa neuron yang sama yang men dijalarkan melalui serabut saraf nyeii kecil tipe C,
juga menjalarkan sinyal nyeri yang berasal dari kulit, dan sehingga, hanya dapat menjalarkan rasa nyeri tipe pegal-
akibatnya orang itu akan merasakan sensasi yang benar- pedih-kron i k.

benar berasal dari daerah kulit.


lskemio. Iskemia menyebabkan nyeri viselai dengan
cara yang tepat sama seperti timbulnya rasa nyeri di
jaringan lain, mungkin karena terbentuknya produk akhir
Nyeri Viseral metabolik yang asam atau produk yang dihasilkan oleh
Dalam diagnosis klinik, rasa nyeri yang berasal dari ber- jaringan degeneratif, seperti bradikinin, enzim proteolitik,
macam-macam organ visera dalam abdomen dan dada atau bahan lain yang merangsang ujung serabur rrvcri.

Stimulus Kimio. Pada suatu saat, bahan-bahan yang ru-


sak keluar dari traktus gastrointestinal masuk ke dalam
rongga peritoneum. Contohnya, asam proteolitik getah
lambung seringkali dapat keluar dari lambung yang robek
atau tukak duodeni. Getah ini kemudian menyebabkan
tercernanya peritoneum viseral, sehingga merangsang
daerah serabut nyeri yang sangat luas. Rasa nyeri yang
timbul biasanya sangat hebat.

Sposme Viskus Berongi;o. Spasme pa,:la bagian


usus, kandung empedu, saluran empedu, ureter, atau
setiap viskus berongga dapat menimbulkan rasa nyeri,
mungkin disebabkan oleh terangsangnya ujung serabut
nyeri secara mekanis. Atau spasme yang terjadi rnung-
kin menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otot,
dibarengi dengan naiknya kebutuhan nutrisl otot unluk
viseral
saraf proses metabolisme sehingga menimbulkan rasa nyeri
t\\\ saraf kulit
yang hebat.
Sering rasa nyeri yang timbul akibat viskus spastik
GAMBAR 48-5. Mekanisme nyeri alih dan hiperalgesia alih. diceiuskan dalam bentuk kram, dengan rasa nycri 1,ang
632 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

menghebat dan kemudian rnenghilang. Proses ini ber-


lanjut secara berulang, timbulnya setiap beberapa menit
sekali. Timbulnya siklus berulang tersebut disebabkan
oleh perulangan kontraksi otot polos. Contohnya, ke-
adaan kram ini akan timbul setiap kali ada gelombang
peristaltik menjalar melalui usus yang spastik. Rasa
nyeri tipe kram seringkali timbul pada penyakit apendi- t Lambung

sitis, gastroenteritis, konstipasi, menstruasi, persalinan^ j


Hati dan
kelainan kandung empedu, atau obstruksi ureter.
I kandung ernpedu
Dislensi Berlebihon podo Viskus Beronggo. Vis- Pilorus
kus berongga apabila diisi berlebihan juga akan menim-
Umbilikus
bulkan rasa nyeri, ini mungkin disebabkan olehjaringan
itu sendiri yang terlalu teregang. Keadaan distensi yang Apendiks dan
berlebihan dapat juga mengempiskan pembuluh-pem- usus halus
buluh darah yang mengelilingi oryan visera atau yang Ginjal kanan
melalui dinding organ visera, jadi mungkin memacu Ginjal kiri
timbulnya rasa nyeri iskemia.
Kolon

Visero yong Tidok Sensilif. Sebagian kecil daerah Ureter


organ visera ada yang hampir sama sekali tak peka
terhadap setiap macam rasa nyeri. Daerah ini meliputi
daerah-daerah parenkim hati dan alveoli paru. Ternyata GAMBAR 48-6. Daerah permukaan nyeri alih dari berbagai organ
visera.
kapsul hati sangat peka terhadap trauma langsung dan
peregangan, dan saluran empedu juga peka terhadap
rasa nyeri. Dalam paru, walaupun alveoli tidaksensitif,
ternyata baik bronki maupun pleura parietalis sangat
ra, atau pcrikardium, dan sensasi ini biasanyadilokalisa-
sensitjf terhadap rasa nyeri.
sikan tepat di atas daerahyang menimbulkan nyeri.

"Nyeri Parietal" Lokolisosi Nyeri Alih yqng Dijqlorkon Melqlui


Akibat Penyakit Visera Joros Viserol. Bila nyeri viseral dialihkan ke per-
mukaan tubuh, biasanya nyeri itu akan dilokalisasikan
Bila suatu penyakit memengaruhi organ visera, seringka- sesuai segmen dermatom dari mana organ visera itu
li proses penyakit itu menyebar ke peritoneum parietal, berasal pada waktu embrio, dan tidak memperhatikan
pleura, atau perikardium. Permukaan parietal ini, seperti di mana organ itu sekarang berada. Contohnya, jantung
kulit, persarafannya banyak sekali yang berasal dari sa- mula.mula tumbuh dari leher dan dada bagian atas,
raf-saraf spinal perifer. Karena itu, rasa nyeri yang ber- akibatnya, serabut nyeri viseral untuk jantung naik se-
asal dari dinding parietal organ viseral seringkali menr,r- panjang saraf sensorik simpatis dan memasuki medula
suk. Sebuah contoh dapat menegaskan perbedaan antara spinalis antara segmen C-3 dan T-5. Oleh karena itu, se-
rasa nyeri dan nyeri viseral yang murni sebagai berikut: perti yang diperlihatkan pada Garnbar 48-6, rasa nyeri
irisan pisau yang melalui peritoneum parietal terasa yang berasal dariiantung dialihkan ke bagian leher, de-
sangat nyeri, sementara irisan yang serupa melalui pe- ngan melewati bahu, lalu melalui otot pektoralis, turun
ritoneum viseral atau melalui dinding usus ternyata tak ke lengan, dan ke dalam daerah substernal bagian atas
begitu nyeri, jika memang terasa nyeri. dada. Ini semua adalah daerah permukaan tubuh yang
mengirimkan serabut saraf somatosensoriknya ke seg-
men C-3 sampai T-5 medula spinalis. Paling sering, rasa
Lokalisasi Nyeri Viseral- nyeri timbul pada sisi kiri daripada sisi kanan, karena
Jaras Penjalaran Nyeri pada penyakit koroner, sisi kirijantungjauh lebih sering
"Viseral" dan'oParietal" terkena daripada sisi kanan.
Semasa embrio, lambung kira-kira berasal dari seg-
Dengan alasan-alasan teftentu, nyeri yang berasal dari men torakal ketujuh sampai kesembilan. Oleh karena itu,
bermacam-macam visera sukar dilokalisasikan. Perla- nyeri lambung dialihkan ke epigastrium anterior di atas
ma, otak pasien mula-mula tak tahu organ internal mana umbilikus, yaitu daerah permukaan tubuh yang diinerva-
yang terangsang karena baru pertama kali mengalami; si oleh segmen torasika ketujuh sampai kesembilan. Dan
karena itu, setiap rasa nyeri yang berasal dari bagian da- pada Gambar 48-6 terlih* beberapa daerah permukaan
lam akan dilokalisasi secara umum saja. Kedua, sensasi lainnya, tempat peralihan nyeri viseral dari organ-organ,
yang berasal dari abdomen dan toraks akan dijalarkan yang secara umum memperlihatkan daerah-daerah pada
melalui.dua jaras menuju.sistem saraf pusal-jaras vi- embrio dari mana organ yang bersangkutan berasal.
seral murni dan jaras parietul. Nyeri viseral murni di-
jalarkan melalui serabut-serab.ut sensorik nyeri di dalam Jqros Porielol unluk Penjoloron Nyeri Abdo-
gelendong sarafotonom, dan sensasinya akan dialihkan meh don Torqkol. Nyeri dari visera seringkali secara
ke daerah permukaan tubuh yang seringkali jauh dari or- bersamaan dilokalisasi di dua daerah permukaan tubuh
gan yang menimbulkan rasa nyeri. Sebaliknya, sensasi karena nyeri dijalarkan melaluijaras alih visera danjaras
perietal yang dijalarkan langsung ke dalam saraf-saraf langsung parietal. Gambar' 48-7 menggarnbarkan penja-
spinal setempat berasal dari peritoneum parietalis, pleu- laran ganda dari apendiks yang meradang. impuls nyeri
BAB 48 Sensasi Somatik: ll. Sensasi Nyeri, Nlreri Kepala, dan Sensasi Suhu 633

hingga nyeri yang timbul merupakan tipe segmental


yang mengelilingi setengah badan. Penyakit ini dikenal
sebagai herpes zoster atau"shingles" karena sering ter-
jadi erupsi kulit.
Penyebab rasa nyeri diduga adalah inf'eksi sel-sel
neuron nyeri dalam ganglia radiks dorsalis oleh virus.
Selairi sebagai penyebab rasa nyeri, virus dibawa oleh
sitoplasma neuron untuk rnengalir keluar melalui ak-
son perifer neuron ke tempat kutaneusnya. Di sini virus
menyebabkan ruam-ruam yang menjadi vesikel 'dalam
waktu beberapa hari lalu menjadi krusta dalam beberapa
hari kemudian, semua ini ter.jadi dalam daerah dermatom
yang dipersarafi oleh radiks dorsalis yang terinfeksi.

Nyeri viseral Tic Douloureux

Nyeri parietal
Pada beberapa orang, kadang dapat terjadi nyeri seperti
tertusuk pada salah satu sisi wajah di daerah (sebagian
daerah) distribusi serabut sensorik saraf kelima atau
kesembilan; fenomena ini disebut tic douloureux (alau
neuralgia trigeminal atau neuralgia glosofaringeal).
GAMBAR 48-7. Penjalaran viseral dan parietal untuk sinyal nyeri
yang berasal dari apendiks.
Nyeri ini terasa seperti kejutan listrik yang mendadak,
dan mungkin timbul hanya selama beberapa detik pada
saat itu atau mungkin juga terasa terus-menerus. Sering-
kali, nyeri ini timbul di daerah picu yang sangat sensi-
yang berasal dari apendiks pertama akan melewati sera- tif pada permukaan wajah, mulut, atau di dalam teng-
but-serabut nyeri viseral dan selanjutnya yang berada gorokan-hampir selalu oleh stimulus mekanoreseptif
dalam gelendong saraf simpatis, akan masuk ke medula dibandingkan oleh stimulus rasa nyeri. Contohnya, bila
spinalis kira-kira setinggi T: I 0 atau T- I I ; nyeri ini akan seorang pasien mengunyah segumpal makanan, sewak-
dialihkan ke daerah sekeliling umbilikus dan merupakan tu makanan itu menyentuh tonsil, mungkin akan timbul
tipe pegal serta kram. Impuls nyeri seringkali juga di- nyeri seperti tertusuk yang hebat di bagian mandibular
mulai di peritoneum parietale tempat apendiks yang me- saraf kelima.
radang menyentuh atau melekat pada dinding abdomen. Biasanya nyeri pada tic doulotu.eux dapat diblok
Hal ini menyebabkan nyeri tajam di sekitar peritoneum dengan cara operasi pemotongan saraf periler daerah
yang teriritasi di kuadran kanan bawah abdomen. yang hipersensitif. Cabang sensorik saraf kelima se-
ringkali dipotong tepat di bawah kranium. karena pada
tempat itu dapat dipisahkan radiks motorik dan radiks
Beberapa Rasa Nyeri Klinis sensorik dari saraf kelima, sehingga bagian motoriknya,
yang dibutuhkan untuk gerakan rahang akan terlindung
Abnormal dan Sensasi sedangkan elemen sensoriknya akan rusak. Operasi ini
Somatik Lainnya akan mengakibatkan separuh wajah mengalami aneste-
tik; dan keadaan ini mungkin akan mengganggu pasien.
Hiperalgesia Selanjutnya, kadangkala operasi ini tak berhasil; yang
berarti bahwa jejas yang menyebabkan nyeri rnungkin
Suatu jaras saraf nyeri kadang menjadi semakin mudah berada pada nukleus sensorik di batang otak dan bukan
dirangsang; ini menuju ke suatu keadaan hiperalgesia, di saraf.perifer.
yaitu suatu keadaan hipersensitif terhadap rasa nyeri.
Kemungkinan penyebab hiperalgesia adalah (1) karena
reseptor nyeri sendiri yang sangat peka, disebut hiperal- Sindrom Brown-S6quard
gesia primer, dan (2) adanya fasilitasi pada penjalaran
sensorik, yang disebut hiperalgesia sekunder. Bila dilakukan pemotongan seluruh medula spinalis,
Contoh untuk keadaan hiperalgesia primer adalah seluruh sensasi dan fungsi motorik di bagian distal seg-
keadaan sensitivitas ekstrem pada kulit yang terbakar men yang dipotong akan terblok, tapi bila pemotongan
sinar matahari; akibat sensitisasi ujung saraf nyeri pada tadi hanya dilakukan pada salah satu sisi medula spina-
kulit oleh produkjaringan lokal akibat proses terbakar- lis, timbul sindrom Brown-Sdquard. Akan timbul aki-
bisa histamin, prostaglandin, bisa juga yang lainnya. bat-akibat dari tindakan transeksi tadi, dan hal ini dapat
Hiperalgesia sekunder seringkali disebabkan oleh jejas diramalkan dengan mempelajari jaras serabut-serabut
pada medula spinalis atau talamus. Beberapa keadaan medula spinalis Seperti yang tampak pada Gambar 48-
ini akan dibicarakan pada bagiafl selanjutnya. 8: Semua fungsi motorik pada semua segmen di bawah
tempat transeksi pada sisi yang sama akan diblok. Pada
sisi pemotongan hanya beberapa modalitas sensasi yang
Herpes Zoster (Shingles)
hilang, dan yang lainnya hilang pada sisi yang berlawan-
Kadang-kadang herpesvirus menginfeksi ganglion ra- an. Sensasi rasa nyeri, panas, dan dingin-sensasi yang
diks dorsalis. Hal ini menyebabkan nyeri yang parah disampaikan oleh jaras spinotalamikus-akan hilang
pada segmen dermatom yang dipersarafi ganglion, se- pada sisi tubuh yang berlawanan, yakni pada semua
634 UNIT lX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

Sakit kepala
Fasikulus grasilis dalam batang
Sakit kepala tempu-
Fasikulus kuneatus rung serebri dan tempurung
serebelum
Kortikospinal
lateral Spinoserebelar
dorsal
Rubrospinal
Spinotalamik
lateral
Olivospinal
Spinoserebelar Sakit kepala
TeKosplnal ventral sinus
Spinoteldal nasalis
Kortikospinalis
dan mata
ventral
Vestibulospinal ventral
Traktus Traktus
desenden asenden

GAMBAR 48-8. Potongan melintang medula spinalis, di sebelah


kanan tampak traktus asenden utama dan di sebelah kiri tampak
traktus desenden utama.

GAMBAR 48-9. Daerah-daerah sakit kepala yang disebabkan


oleh bermacam-macam penyebab.
dermatom dari segmen kedua sarnpai keeiram di ba-
wah tempat transeksi. Sebaliknya, sensasi-sensasi yang
hanya dijalarkan pada kolumna dorsalis dan kolurnna
dorsolateralis--yaitu, sensasi kinestetik dan sensasi po- hati-hati menganestesi arteri ini pada waktu operasi otak
sisi, sensasi vibrasi" sensasi lokalisasi yang tersebar, dan dengan anestesi lokal.
diskriminasi dua-titik-akan hilang pada sisi transeksi,
yakni semua dermatom di barvah tingkat transeksi. Pada Doeroh Kepolo Tempol Perolihon Nyeri Kepo-
sisi transeksi, rasa "raba halr.rs" akan terganggu kare- lo lntrokroniol Perangsangan reseptor rasa nyeri pada
na jaras utama untuk penjalaran perabaan halus, yakni tempurung serebri di atas tentorium, meliputi bagian
kolumna dorsalis, telah terpotong. Namun, "perabaan atas tenlorium itu sendiri, akan menimbulkan impuls
kasar", yang kurang dilokalisasi, tetap utuh karena pen- nyeri pada saraf kelima, sehingga akan menimbulkan
jalarannva adalah pada traktus spinotalarnikus sisi yang nyeri kepala alih di separuh bagian depan kepala pada
lainnya. daerah somatosensorik yang diinervasi nervus kranialis
kelima, seperti yang digambarkan pada Gambar 48-9.
Scbaliknya, impuls nyeri yang berasal dari bagian
Nyeri Kepata bawah tentorium akan memasuki sistem saraf pusat ter-
utama melalui saraf servikal kedua, saraf glosofaringeal,
Nyeri kepala merupakan suatu.ienis nye ri alih kc permu- dan saraf vagus, yang juga menginervasi kulit kepala di
kaan kepala yang berasal dari struktur bagian dalam. Be- atas, belakang, dan sedikil di bawah telinga. Stimulus
berapa nyeri kepala disebabkan oleh stimulus nyeri yang nyeri yang berasal dari daerah subtentorial akan menim-
berasal dari dalanr kranium, tapi yang lainnya mungkin bulkan "nyeri kepala oksipital" yang akan dialihkan ke
juga dari luar kranium. misalnya dari sinus nasalis.
bagian posterior kepala.

Mocom-Mocom Nyeri Kepolo lnlrqkroniol


Nyeri Kepala yang Nyeri Kepala pada Meningifis. Salah satu nyeri ke-
Asalnya lntrakranial pala yang paling hebat adalah akibat penyakit meningi-
1is, yang menyebabkan peradangan pada semua selaput
Doerqh Sensilif-Nyeri podc Tempurung Kepo- otak, termasuk daerah-daerah dura dan daerah sensitifdi
lo. Jaringan olak sendiri hampir seluruhnya tak peka sekeliling sinus venosus. Kerusakan yang parah tersebut
terhadap nyeri. Bahkan pemotongan atau perangsangan akan menimbulkan nyeri kepala yang hebat yang akan
listrik pada daerah sensorik korlehs serebri han1,a ka- dialihkan ke seluruh kepala.
dang saja menimbulkan nyeri; .justru bila daerah senso-
rik korteks dirangsang akan timbul rasa taktil di bagian N/eri Kepolo Akibol Rendohnyo Tekonon Coir-
kaki dan parestesia sepefti tertusuk pada daerah tubuh. qn Serebrospinol. Pembuangan cairan kanalis spinal
Oleh karena itu, ada kecenderungan bahwa sebagian be- sebanyak 20 ml, khususnyarbila pasien tetap dalam posi-
sar nyeri kepala tidak disebabkan oleh kerusakan dalam si berdiri, seringkali akan menyebabkan nyeri kepala in-
otak itu sendiri. trakranial yang hebat. Pembuangan cairan serebrospinal
Sebaliknya, tegangan pocla sintts venosus sekitar ini akan menghilangkan sebagian kemampuan mengam-
otak, kerusakan tentorium, at6u regangan pada dura di bang otak yang dalarn keadaan normal dapat dilaksana-
basis otak dapat menirnbulkan rasa nyeri hebat yang di- kan oleh adanl,a cairan serebrospinal. Otak yang berat
kenal dengan nyeri kepala. Juga, hampir setiap macanl ini akan meregangkan bermacam-macam permukaan
trauma, cedera (crushing), atau stimulus regangan terha- dufamatcr sehingga timbul nyeri kepala.
dap pentbuluh darah selaput otak dapat menimbulkan
nyeri kepala. Stluktur yang terutama sensitil adalah ar- Nyeri Kepolo Migren. Nyeri kepala migren adalah
teria meningea media, dan para ahli hendaknya secara jenis nyeri kepala khusus yang diduga akibat fenome-
BAB 48 Sensasl Somatik: ll. Sensasi Nyeri, Nyeri Kepala, dan Sensasi Suhu 635

na vaskular yang abnormal, walaupun mekanisme yang Nyeri Kepolo Akibot lrilosi Hidung don Slruktur-
sebenamya belum diketahui. Nyeri kepala migren ini Slruktur Sekilor Hidung. Mukosa membran hidung
seringkali didahului oleh bermacam-macam sensasi pro- serta sinus nasalis sensitif terhadap rasa nyeri, namun
dromal, misalnya nausea, berkurangnya sebagian lapang tak begitu hebat. Walaupun demikian, infeksi atau proses
penglihatan, aura visual, atau.tipe sensorik halusinasi iritasi pada struktur hidung yang luas sering bergabung
yang lainnya. Biasany4 gejala prodromal timbul 30 me- dan menimbulkan nyeri kepala yang akan dialihkan ke
nit sampai I jam sebelum nyeri kepala. Setiap teori yang daerah belakang mata atau, seperti pada infeksi sinus
dapat menjelaskan nyeri kepala migren harus juga dapat frontalis, nyeri akan dialihkan ke permukaan frontai
menjelaskan timbulnya gejala-gejala prodromal ini. dahi dan kulit kepala, seperti yang tampak pada Gambar
Salah satu teori penyebab nyeri kepala migren ini 48-9. Juga, nyeri yang berasal dari sinus bagian bawah,
adalah bahwa emosi atau ketegangan yang berlangsung misalnya sinus maksilaris, dapat terasa di wajah.
lama akan menimbulkan refleks vasospasme beberapa
pembuluh arteri kepala, termasuk pembuluh arteri yang Nyeri Kepolo Akibot Keloinon Mqlo. Kesulit-
memasok otak. Secara teoretis, vasospasme akan me- an seseorang untuk memfokuskan mata agar timbul
nimbulkan iskemia sebagian otak, dan keadaan ini akan penglihatan yang jelas akan menimbulkan kontrak-
menyebabkan timbulnya gejala prodromal di atas. Se- si yang berlebihan pada otot-otot siliaris. Walaupun
lanjutnya, akibat dari gejala iskemia yang hebat, timbul sangat kecil, kontraksi tonik pada otot-otot ini diduga
suatu keadaan pada dinding pembuluh darah, barangkali dapat menimbulkan nyeri kepala di daerah retro-orbital.
kelelahan atau kontraksi otot polos, yang membuat pem- Juga, usaha memfokuskan mata secara berlebihan dapat
buluh darah menjad.i lembek dan tidak mampu memper- menimbulkan refleks spasme berbagai otot fasial dan
tahankan tegangan pembuluh darah selama 24 sampai 48 otot ekstraokular, yang mungkin menimbulkan nyeri
jam. Tekanan pada pembuluh darah akan menyebabkan kepala.
pembuluh itu mengembang dan berdenyut secara hebat, Nyeri kepala tipe kedua yang berasal dari mata da-
dan ada anggapan bahwa regangan yang hebat pada din- pat timbul bila mata terpajan cahaya secara berlebihan,
ding arteri-termasuk arteri ekstrakranial seperti arteria terutama sinar ultraviolet. Melihat matahari atau bunga
temporalis-menimbulkan nyeri kepala yang jelas, yak- api (arc-welder) selama beberapa detik saja mungkin
ni nyeri kepala migren. Teori lain mengatakan adanya ' akan menimbulkan nyeri kepala yang berlangsung 24
depresi kortikal yang menyebar, abnormalitas psikolo- sampai 48 jam lamanya. Kadangkala nyeri kepala timbul
gis, dan vasospasme yang disebabkan oleh kalium yang karena iritasi konjungtiva oleh bahan "aktin", dan nyeri
berlebihan dalam cairan ekstrasel serebral. yang timbul akan dialihkan ke daerah permukaan kepala
Mungkin terdapat predisposisi genetik untuk nyeri atau ke daerah retroorbital. Bagaimanapun, pemusatan
kepala migren, karena riwayat keluarga yang positif un- sinar yang banyak dari busar (arclbunga api) atau dari
tuk migren telah dilaporkan terjadi pada 65 sampai 90 sinar matahari pada retina dapat membakar retina, dan
persen kasus. Nyeri kepala migren juga dua kali lebih keadaan ini akan menimbulkan nyeri kepala.
sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.

Nyeri Kepolo Alkoholik. Seperti yang pernah dialami


oleh banyak orang, biasanya nyeri kepala akan timbul
Sensasi Suhu
sesudah minum alkohol yang berlebihan, karena alkohol
ini toksik terhadap jaringan, langsung merangsang sela-
Reseptor Suhu dan Perangsangannya
put otak dan menyebabkan nyeri intrakranial.
Pada dasarnya manusia dapat merasakan bermacam-ma-
cam gradasi panas dan dingin, mulai dari suhu yang mem-
Nyeri Kepolo Akibot Konsliposi. Pada kebanyakan
beku lalu suhu dingin sampai suhu sejuk, selanjutnya dari
orang, konstipasi menyebabkan nyeri kepala. Karena
keadaan ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami suhu hangat sampai panas dan akhirnya sampai panas
pemotongan traktus sensorik nyeri di dalam medula spi- yang menyengal.
nalis, kita tahu bahwa nyeri kepala ini bukan disebabkan Gradasi termal dapat dibedakan oleh paling sedikit
oleh impuls saraf yang berasal dari kolon. Oleh karena tiga macam reseptor sensorik: reseptor dingin, reseptor
itu, nyeri kepala dapat disebabkan oleh terabsorbsinya hangat, dan reseptor rasa nyeri. Reseptor rasa nyeri hanya
bahan toksik yang dihasilkan atau berasal dari perubah- dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrem,
an yang timbul pada sistem sirkulasi akibat hilangnya
sehingga bersama dengan reseptor dingin dan reseptor
cairan yang masuk ke dalam usus.
hangat bertanggung jawab terhadap terjadinya sensasi
"membeku" (freezing colQ dan sensasi "panas menye-
Nyeri Kepala Ekstrakranial ngat" (burning hot). !

Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di


Nyeri Kepolo Akibot Sposme Olol. Ketegangan bawah kulit, yakni pada titik-titik yang berbeda dan ter-
emosi seringkali menyebabkan spasme otot, khususnya
pisah-pisah. Pada sebagian besar daerah tubuh, jumlah
otot-otot yang melekat pada kulit kepala dan otot-otot le-
her yang melekat pada oksiput, dan ada anggapan bahwa
titik dingin kira-kira 3 sampai 10 kali tirik hangat, dan
keadaan ini merupakan penyebab umum dari timbulnya pada berbagai daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi, 1 5
nyeri kepala. Diduga nyeri akibat spasme otot-otot kepa- sampai 25 titik dingin per sentimeter persegi pada bibir,
la ini akan dialihkan ke daerah kepala yang lebih dalam, 3 sampai 5 titik dingin pada jari-jari, dan kurang dari satu
sehingga nyeri kepala yang timbul sama seperti.jenis nye: titik dingin per sentimeter persegi pada daerah perrnukaan
ri kepala akibat lesi intrakranial. badan yang luas.
636 UNIT lX Srbtem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik

Walaupun adanya ujung serabut saraf yang berbeda terangsang oleh panas dan, sebaliknya,beberapa serabut
cukup meyakinkan, berdasarkan uji psikologis, hal ini be- dingin mulai terangsang lagi. barangkali karena kerusakan
lum dapat diidentifikasi secara histologik. Ujung serabut ujung-ujung reseptor dingin yang disebabkan oleh panas
saraf ini dianggap ujung saraf bebas karena sinyal teruta- yang hebat.
ma dijalarkan pada serabut saraf tipe C pada kecepatan Dari Gambar 48-10, kita dapat mengerti bahwa ke-
penjalaran hanya 0,4 sampai 2 m/detik. mampuan seseorang untuk dapat menentukan perbedaan
Sebaliknya, reseptor dingin telah dapat diidentifikasi gradasi sensasi suhu didapat dengan perangsangan relatif
dengan pasti. Ujung saraf tipe 4.6 yang bermielin, khusus, terhadap bermacam-macam tipe ujung saraf. Dari gam-
dan kecil, yang bercabang beberapa kali, ujungnya me- bar ini kita juga dapat mengerti mengapa suhu dingin atau
nembus ke permukaan dasar sel-sel epidermis basal. Si- suhu panas yang ekstrem dapat sangat menyakitkan dan
nyal dari reseptor-reseptor ini akan dijalarkan melalui se- mengapa kedua sensasi ini, bila cukup tinggi, dapatjuga
rabut saraf tipe A5 yang berkecepatan lebih dari 20 meter menrberikan kualitas sensasi yang sama-yaitu, baik sen-
per detik. Sebagian sensasi dingin juga dijalarkan melalui sasi dingin urembeku maupun sensasi panas yang menye-
serabut saraf tipe C, yang diduga merupakan ujung se- ngat terasa hampir sama.
rabut saraf bebas yang mungkin juga berfungsi sebagai
reseptor dingin. Pengoruh Rongsongon Kenoikon dqn Penurun-
on Suhu-Adoptosi Reseptor Suhu. Bila dengan
Perongsongon Reseptor Suhu-Sensosi Dingin, tiba-tiba reseptor dingin mengalami penurunan suhu,
Sejuk, lndiferen. Hongot, don Ponqs. Gambar mula-mula reseptor akan terangsang dengan kuat seka-
48-10 menggambarkan akibat dari perbedaan suhu pada li, namun selama beberapa detik pertama rangsangan ini
respons empat jenis serabut saraf: (l) serabut saraf ny- dengan cepat akan memudar dan selama 30 menit atau
eri yang dirangsang oleh dingin, (2) serabut dingin, (3) lebih berikutnya secara progresif akan lebih lambat. De-
serabut hangat, dan (4) serabut nyeri yang dirangsang ngan kata lain, "adaptasi" reseptor ini sangat luas; tetapi
oleh panas. Secara khusus hendaknya diperhatikan bah- tidak pernah beradaptasi 100 persen.
wa respons yang dikeluarkan sesuai dengan perbedaan Jadi, jelaslah bahwa indera suhu ini dengan nyata se-
tingkat tingginya suhu. Contoh, pada daerah yang sangat kali berespons terhadap perubahan suhu di samping da-
dingin, yang terangsang hanyalah serabut sarafrasa nyeri- pat berespons terhadap tingkat temperatur yang tetap. Itu
dingin fiika kulit menjadi terlalu dingin sampai hampir berarti, bila suhu kulit secara aktif menurun, maka orang
membeku atau benar.benar membeku, serabut-serabut ini itu akan merasa lebih dingin daripada bila suhu itu tetap
tak dapat dirangsang). Bila suhu meningkat hingga *10 tingginya. Sebaliknya, bila suhu secara aktif naik maka
sampai 15"C, rasa nyeri-dinginnya akan menghilang, na- orang itu akan merasa lebih hangat daripada bila suhu
mun pada saat itu reseptor dingin mulai terangsang, men- tetap konstan. Respons terhadap perubahan suhu dapat
capai puncak perangsangan pada suhu sekitar 24"C dan menjelaskan adanya tingkat rasa panas yang ekstrem ke-
mulai menghilang lagi pada suhu 40'C. Selanjutnya, di tika seseorang memasuki tabung berisi air panas dan akan
atas 30oC reseptor hangat mulai terangsang, sedangkan merasa dingin yang sangat ekstrem sewaktu keluar dari
reseptor dinginnya akan menghilang pada kira-kira 49'C. ruang yang panas.
Akhirnya, pada sekitar 45oC, serabut nyeri-panas muiai

*** [ingin menusuk (cold-pain)


10 re ftsssplsr dingin
*^,* ftss6pfsr hangat
I -"* ttlyspi menyengat (heat pain)
E0)
!6
o
o-
94
J
o-
E2

GAMBAR 48-10. Frekuensi rangsangan dari


5 10 15 20 25 30 35 40 45. 50 5s 60 serabut nyeil-din$n (nyeri menusuk), serabut
Suhu ("C) dingin, serabut hangat, dan serabut nyeri-panas
(nyeri menyengat).
BAB 48 Sensasl Somatik: ll. Sensasi Nyeri, Nyeri Kepala, dan Sensasi Suhu 637

Mekanisme Perangsangan Reseptor Suhu seluruh girus postsentralis korlikal pada manusia dapat
Ada anggapan bahwa reseptor hangat dan dingin dirang- mengurangi tapi tidak melenyapkan kemampuan untuk
sang oleh perubahan kecepatan metabolismenya, dan dari membedakan gradasi suhu.
kenyataan terlihat bahwa untuk setiap perubahan suhu
10" C akan memengaruhi kecepatan reaksi kimia intrasel
sebanyak dua kali lipat. Dengan kata lain, deteksi suhu Kepustakaan
mungkin bukan hasil dari pengaruh fisik panas atau di- Almeida TE Roizenblatt S, ftt/ik S. Alferent pain pathtvays; a
ngin pada ujung-ujung saraf secara langsung tetapi dari nettroanalomical reyiew. Brain Res I 000 40, 2001
perangsangan kimia pada ujung serabut sarafyang telah Ballantyne JC, Mao J; Opioid therapyJbr chronic p:ain. N Engl
dimodifikasi oleh suhu. J Med 319.1913, 2003.
Borsook D, Becerra L; Pain imaging; future applications to in-
Sumosi Sposiol Sensosi Suhu. Karena jumlah ujung tegrative clinical and basic. neurobiology. Adv Drug Deliv
serabut saraf dingin atau hangat yang terdapat di setiap Rey 55.967,2003.

permukaan tubuh seseorang sangat sedikit, sukar untuk. Bromm B: Brain images of pctin. News Physiol Sci l6:244,
2001.
menentukan gradasi suhu bila daerah kulit yang terang-
Bruera E, Kim HN: Cancer pain. JAMA 290:2126,2003.
sang itu kecil. Namun, bila semua daerah kulit yang luas
Cervero E Laird JM: Role of ion channels in mechanisms con-
dirangsang bersamaan, maka sinyal temal dari seluruh trolling gastrointestinal pain pathways. Curu Opin Pharma-
daerah akan disumasikan. Contohnya, perubahan yang col 3.608,2003.
cepat dari suhu sampai sekecil 0,0loC dapat dideteksi bila Costigan M, Iltoolf CJ' No DkElM, no pain; closing the spinal
perubahan ini memengaruhi seluruh permukaan tubuh gate. Cell 108:297, 2002.
secara bersamaan. Sebaliknya, perubahan suhu sampai Gebhart GF: Descending modulation of pain. Neurosci Biobe-
100 kali lipat pun sering tak akan dapat dideteksi bila luas hav Rev 27:729, 2A01.
daerah kulit yang terpengaruh hanya 1 sentimeter persegi Hitines DE: Fundamental neuroscience. New York; Churchill
Livingstone,1997.
atau lebih.
Jordt SE, McKemy DD, Julius D; Lessons Jron't peppers and
pepperminl: the molecttlar logic of thermosen.sation. Curc
Penjalaran Sinyal Suhu Opin Neurobiol I 3:187, 2003.
Kandel ER, Schwartz JH, Jessel Tltl; Principles of Neural Sci-
dalam Sistem Saraf ence, !'h ed. Nety York; McGraw-l{ill, 2000.
Kors EE, I/anmolkot KR, Haan J, et a/; |lecentJindings in head-
Pada umumnya, sinyal suhu dijalarkan dalam jaras yang
ache genetics. Curr Opin Neurol l7;283,20A1.
paralel dengan jaras untuk sinyal nyeri. Sewaktu mema- Mendell JR, Sahenk Z: Clinical practice: painfirl sensory neu-
suki medula spinalis, sinyal akan menjalar dalam traktus ropathy N Engl J Med 3'/B:I243, 2003.
Lissauer sebanyak beberapa segmen di atas atau di ba- Montell C; Thermosensation; hot fndings make TRPNs very
wah, dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina cool. Curr Biol l 3:Rl76, 2003.
I, IL III radiks dorsalis sama sepefti untuk rasa nyeri. Sanchez-del-Rio M, Reuter Ll: Migraine alffa; new informa-
Sesudah ada percabangan satu atau lebih neuron dalam tion on underlying mechanism,s. Curr Opin Neurol 17.289,
2 00J.
medula spinalis, sinyal akan dijalarkan ke serabut termal
asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolate-
Slchaible HG, Ebersberger A, I/on Bonc'het GS: Mechanisms of
pain in arthritis. Ann N Y Acad Sci 966:313, 2002.
ral sisi berlawanan dan akan berakhir di (1.) area retikular
Silberstein SD: tr4igraine. Loncet 363;381, 2004.
'batang otak dan (2) kompleks ventrobasal talamus. Bebe-
Vogt Rr1. Knocking out the DftEAtrI to studlt pain. N Engl J Med
rapa sinyal suhu dari kompleks ventrobasal akan dipan- 317:362,2002.
carkan menuju korteks somatosensorik serebri. Adakala- Watkins LR, Maier SF. Beyond nelrons; evidence that immune
nya, dengan penelitian mikroelektroda ditemukan suatu and glial cells contribute to pathological pain states. Physi-
neuron pada area somatosensorik korlikal I yang dapat ol Rev 82:981,2002.
langsung berespons terhadap stimulus dingin atau hangat Zubrzycka M, Jctnec.ka A; substance P; transmitter of nocicep-
pada daerah kulit yang spesifik. Namun, pengangkatan rion rminireview). Endocr fugul 31;195.2000

Anda mungkin juga menyukai