$isiologi Sensorik
579
$usunan':Sisiem Straf;
Fungsi Dasar Sinaps;
" Sub stansi Transmi ft:i:{'
580
BAB 45 Susunan Sistem Saraf; Fungsi Dasar Sinaps, "substansi Transmitef' 581
Korteks motorik
Formasio
Pons bulboretikular
Serebelum Medula
Serabut olot
Aparatus
tendon golgi Reseptor kinestetik
{
GAMBAR 45-1. Struktur neuron yang besar dalam otak, mem- melalui pengaturan (1) kontraksi otot rangka yang tepat di
perlihatkan bagian fungsionalnya yang penting. (Digambar ulang
seluruh tubuh, (2) kontraksi otot polos organ dalam, dan
dari Guyton AC: Basic Neuroscience: Anatomy and Physiology,
Philadelphia, WB Saunders Co 1987.)
(3) sekresi bahan kirnia aktif oleh kelenjar eksokrin dan
endokrin di sebagian besar tubuh. Seluruh aktivitas ini
disebut fungsi motorik sistem saraf, sedangkan otot dan
kelenjar disebut efektor karena merupakan struktur anato-
ngalaman sensorik ini dapat menimbulkan reaksi segera
mis sesungguhnya yang melaksanakan fungsinya sesuai
dari otak, atau memori dari pengalaman tersebut dapat
dengan yang diperintahkan oleh sinyal sarafnya.
disimpan dalam otak selama beberapa menit, beberapa
Gambar 45-3 menggambarkan sumbu saraf motor
minggu, atau beberapa tahun dan selanjutnya dan dapat
"otot rangka" dari sistem sarafyang dipakai untuk meng-
menentukan reaksi tubuh di masa datang.
atur kontraksi otot rangka. Ada suatu sistem saraf lain
Gambar 45-2 menggambarkan suatu bagian somatik
yang berjalan sejajar dengan sumbu di atas, yang dipakai
sistem sensorik yang.rfenghantarkan informasi sensorik
untuk mengatur otot polos, kelenjar, dan sistem dalam tu-
dari reseptor di seluruh permukaan tubuh dan dari bebe-
buh lainnya, yakni sistem sarafotonom, hal ini akan diba-
rapa struktur dalam. Informasi ini akan masuk ke dalam
has pada Bab 60.
sistem saraf pusat melalui saraf-saraf perifer dan segera
Perhatikan pada Gambar 45-3, tampak bahwa otot
dihantarkan ke berbagai area sensorik pada (1) semua
rangka itu dapat diatur dari banyak ketinggian sistem sa-
tingkat medula spinalis; (2) substansia retikular dari me-
raf pusat, temasuk (1) medula spinalis; (2) substansia re-
dula, pons, dan mesensefalon; (3) serebelum; (4) talamus;
tikular dari medula, pons, dan mesensefalon; (3) ganglia
dan (5) area korteks serebri.
basalis; (4) serebelum; dan (5) korteks motorik. Setiap
daerah ini mempunyai peran yang khusus, bagian bawah
Bagian Motorik dari terutama berhubungan dengan respons otot otomatik yang
Sistem Saraf-Efektor berlangsung segera terhadap rangsangan sensorik, dan
daerah yang lebih tinggi bersama-satna dengan gerakan
Peran yang paling penting dari sistem saraf adalah otot kompleks yang disengaja diatur oleh proses ingatan
mengatur berbagai aktivitas tubuh. Hai ini dapat dicapai dari otak.
582 IJNIT lX Slsfem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik
Penyimpanan I nformasi-Memori
Sebenarnya hanya sebagian kecil informasi sensorik pa-
ling penting yang biasanya dapat segera menimbulkan
GAMBAR 45-3. Sumbu motorik skeletal sistem saraf. impuls motorik. Narnun, sebagian besar informasi terse-
but disimpan untuk kontrol masa datang pada aktivitas
motorik dan untuk dipakai dalam pengolahan berpikir.
Sebagian besar penyimpanan ini terjadi dalam korteks se-
Pengolahan lnformasi- rebri, letapi regio basal otak dan medula spinalis dapat
Fungsi "Penyatuan" Sistem Saraf .juga menyimpan sebagian kecil informasi ini.
Penyimpanan informasi ini merupakan proses yang
Salah satu fungsi yang paling penting dari sistem saraf kita sebut sebagai memori, dan proses inijuga merupakan
adalah mengolah informasi yang masuk nrelalui beberapa fungsi dari sinaps. Oleh karena itu, pada setiap macam si-
jalan sehingga timbul respons motorik dan mental yang nyal sensorik tertentu yang melewati serentetan sinaps, di
sesuai. Lebih dari 99 persen seluruh informasi sensorik masa datang akan lebih mampu menjalarkan jenis sinyal
itu dibuang oleh otak karena tidak berhubungan dan tidak yang sama, suatu proses yang disebut sebagai.fasilitasi.
penting. Sebagai contoh, seseorang biasanya sama sekali Bila sudah seringkali dilewati oleh sinyal sensorik, sinaps
tidak memperhatikan bagian tubuh yang bersinggungan akan terfasilitasi sehingga sinyal yang timbul dari otak
dengan pakaian seperti juga tidak memperhatikan tekanari sendiri juga dapat menjalarkan impuls rnelalui serentetan
pada tempat duduk sewaktu ia duduk. Serupa dengan hal sinaps yang sama, walaupun ketika itu masukan sensoris
ini, perhatian hanyr'il<an dicurahkan pada objek khusus belum terangsang. Hal ini akan menimbulkan suatu per-
yang terdapat pada lapangan penglihatan, dan bahkan sepsi dari pengalaman sensasi yang sebenarnya, walau-
suara bising di sekitar kita yang berlangsung terus-mene- pun persepsi tersebut yang timbul hanyalah suatu memori
rus biasanya akan dipindah ke alam bawah sadar. pada suatu sensasi.
Namun, ketika informasi sensorik yang penting itu Kita hanya mengetahui sedikit tentang mekanisme
merangsang pikiran, informasi tersebut segera disalurkan yang sebenarnya fasilitasi jangka panjang sinaps yang
ke bagian rnotorik otak intergral yang sesuai sehingga terjadi pada proses memori, tetapi apa yang telah diketa-
dapat timbul respons yang diinginkan. Penyaluran dan hui mengenai hal tersebut dan rincian lain proses memori
pemrosesan informasi ini disebut fungsi integratif dari sensorik dibahas pada Bab 57.
sistern saraf. Jadi, bila seseorang rneletakkan tangannya Sekali disimpan dalam sistem saraf, memori itu akan
di atas sebuah tungku yang panas, akan timbul respons menjadi bagian dari mekanisme pengolahan otak untuk
segera yang diinginkan, yakni mengangkat tangan terse- "pemikiran" masa depan. Yaitu, proses berpikir dalam
but. Terjadi juga respons berikutnya, seperli memindah- otak itu dapat dipakai untuk membandingkan pengalaman
kan seluruh tubuh menjauhi tungku dan bahkan rnungkin sensorik yang baru dengan memori yang sudah disimpan;
akan berteriak kesakitan. memori itu kemudian membantu menveleksi infonnasi
BAB 45 Susunan Sistem Saraf; Fungsi Dasar Sinaps, "Substansi Transmitef' 583
sensorik baru yang penting dan menyalurkan informa- Tingkat Otak Bagian Atas
si ini ke daerah penyimpanan memori yang sesuai agar atau Tingkat Korteks
dapat dipakai di masa yang akan datang atau ke daerah
motorik agar dapat timbul respons tubuh. Setelah sebelumnya menjelaskan banyak fun$si sistem
saraf yang dapat terjadi pada tingkat medula spinalis dan
tingkat otak bagian bawah, akan timbul pertanyaan, sisa
Tingkatan Utama fungsi apa yang dilaksanakan oleh korteks serebri? Jawab-
Fungsi Sistem Saraf Pusat an untuk masalah ini sebenarnya sangat kompleks, nalrun
hal ini dapat diawali dengan kenyataan bahwa korteks
Sistem saraf manusia mempunyai kemampuan fungsional serebri merupakan gudang memori yang sangat besar.
khusus yang diturunkan pada setiap tahap perkembangan Korteks itu tidak pemah berfungsi sendiri tetapi selalu
evolusi manusia. Dari sifat-sifat yang diwariskan ini, tiga berhubungan dengan pusat-pusat bagian bawah sistem
tingkat utama sistem saraf pusat mempunyai sifat-sifat saraf.
fungsional yang khas, yakni: (1) tingkat medula spinalis, Tanpa adanya korteks serebri, fungsi pusat-pusat
(2) tingkat oLak bagian bqwah, atau subkortikal, dan (3) otak bagian bawah sering sangat tidak teliti lagi. Tem-
tingkat otak bagian atas atau tingkat kortel<s. pat penyimpanan atau gudang informasi yang luas dalam
korteks biasanya akan mengubah fungsi-fungsi ini men-
jadi tindakan yang lebih tepat dan teftentu.
Tingkat Medula Spinalis Akhirnya, korteks serebri berguna untuk sebagian
besar proses berpikir, tetapi tidak dapat berkerja sendiri.
Kita seringkali berpikir bahwa medula spinalis hanyalah
Pada kenyataannya, pusat-pusat di bagian bawah otaklah,
suatu saluran untuk menyalurkan sinyal yang berasal dari
bukan korteks, yang menimbulkan kesadaran dalam kor-
perifer tubuh ke otak atau dengan arah yang berlawan-
teks serebri, sehingga membuka bank memori menjadi
an dari otak kembali ke tubuh. Hal ini sebenarnya jauh
mesin otak untuk berpikir. Jadi, sebenarnya setiap bagian
dari keadaan yang sebenarnya. Biarpun medula spina-
sistem saraf itu membentuk fungsi yang khas. Tetapi, kor-
lis itu telah dipotong setinggi daerah leher atas, banyak
teks yang membuka dunia penyimpanan informasi untuk
fungsi medula spinalis itu masih tetap ada. Contohnya,
digunakan oleh pikiran seseorang.
sirkuit neurol dalam rnedula spinalis dapat menyebabkan
(l) gerakan berjalan, (2) refleks yang menarik bagian tu-
buh dari suatu objek, (3) refleks yang mengeraskan kaki Perbandingan Antara Sistem Saraf
guna menunjang tubuh terhadap gravitasi, dan (4) refleks
Dengan Sebuah Komputer
yang dipakai untuk mengatur pembuluh-pembuluh darah
setempat, gerakan gastrointestinal atau ekskresi urin. Se- Sewaktu alat komputer mula-mula ditemukan, segera
benarnya, cara kerja bagian atas sistem saraf sering tidak terbukti bahwa mesin ini mempunyai banyak gambar-
secara langsung mengirimkan sinyal ke bagian perifer an yang sama dengan sistem sarai Pertama, seluruh
komputer mempunyai sirkuit masukan yang sebanding
tubuh melainkan dengan mengirim sinyal ke pusat-pusat
dengan bagian sensorik dari sistem sarafdan sirkuit ke-
pengatur dalam medula spinalis, yang "memerintah" pu-
luaran yang sebanding dengan bagian motorik sistem
sat-pusat medula spinalis untuk berfungsi.
sara f.
Pada komputer yang sederhana, sinyal yang keluar
langsung diatur oleh sinyal yang masuk, cara kerjanya
Tingkat Otak Bagian Bawah sesuai dengan refleks medula spinalis yang sederhana.
atau Tingkat Subkortikal Namun, pada komputer yang le.bih kompleks, sinyal
yang keluar ditentukan oleh sinyal yang masuk dan oleh
Banyak, tetapi tidak semua, aktivitas bawah sadar dari informasi yang telah disimpan dalam bagian memori
tubuh diatur oleh bagian bawah otak-pada medula ob- alat komputer tersebut, yang analog dengan refleks yang
lebih kompleks dan mempunyai mekanisme pengolah-
longata, pons, mesensefalon, hipotalamus, talamus, sere-
- an sistem fungsi luhur. I(emudian, dengan bertarnbah
belum, dan ganglia basalis. Sebagai contoh, pengaturan
canggihnya alat komputer ini maka perlu penambahan
bawah sadar dari tekanan arteri dan pernapasan terutama unit lagi, yang disebut sebagai unit pengolah sentral,
dicapai di dalam medula dan pons. Pengaturan keseimbang- yang menentukan urutan kerja alat komputer itu. Unit
an merupakan fungsi gabungan dari bagian serebelum ini analog dengan mekanisme pengaturan otak manusia
yang lebih dahulu terbentuk dan substansia retikular dari yang memungkinkan kita untuk mengarahkan perhatian
medula, pons, dan mesensefalon. Refleks untuk makan, lebih dulu ke satu pikiran seseorang atau sensasi atau ak-
seperti salivasi dan menjilat bibir sebagai respons terha- tivitas motorik, untuk selanjutnya memperhatikan yang
dap rasa makanan dan diatur oleh daerah-daerah dalam lain, dan sebagainya, sampai akhin.rya terbentuk urutan
pikiran atau kerja yang lebih kompleks.
medula, pons, mesensefalon, amigdala, dan hipotalamus.
Gambar 45-4 adalah diagram sederhana sebuah
Dan banyak pola emosi, seperti marah, sifat menyerang,
komputer. Studi cepat dari diagram ini memperlihatkan
aktivitas seksual, reaksi terhadap nyeri, atau reaksi t'erha- kemiripan komputer tersebut dengan sisten.r saraf. Fakta
dap rasa senang, semuanya ini masih dapat timbul setelah bahwa komponen dasar kon-rputer berlujuan umum se-
perusakan banyak bagian korteks serebri. rupa dengan sistem saraf memperlihatkan bahwa pada
584 UNIT lX Slstem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik
Kanal kalium
Protein-G
*6:|7'1. yang dapat
neuron kedua,
mengaktivasi
mula-mula
melalui pelepasan "prote-
in-G" ke dalam sitoplasma
\-------------> neuron kedua. Diperlihatkan
empat efek protein-G, antara
lain 1, pembukaan kanal ion
dalam membran neuron ke-
dua; 2, mengaktivasi sistem
enzim dalam membran neu-
ron; 3, mengaktivasi sistem
enzim intrasel; dan/atau 4,
menyebabkan transkripsi
gen dalam neuron kedua.
BAB 45 Susunan Sistem Saraf; Fungsi Dasar Sinaps, "Substansi Transmitel, 587
dalam waktu milidetik setelah substansi transmiter tidak bali membahas masalah ini secara lebih rinci pada Bab
ada lagi. Namun, dalam banyak keadaan, eksitasi atau 57 ketika kita membahas mengenai fungsi memori sistem
inhibisi neuron postsinaps yang lama dicapai melalui saraf.
pengaktifan sistem kimia "second messenger" di dalam
sel neuron postsinaps sendiri, dan kemudian second mes-
senger inilah yang menjadi penyebab efek yang panjang. Reseptor Eksitasi atau Inhibisi
Terdapat beberapa jenis sistem second messenger. pada Membran Postsinaps
Satu dari jenis yang paling umum menggunakan seke- Beberapa reseptor postsinaps, bila diaktivasi, menye-
lompok protein yang disebut protein-G. Gambar 45-7 su- babkan eksitasi neuron postsinaps dan yang lainnya me-
dut kiri atas memperlihatkan protein reseptor membran. nyebabkan inhibisi. Pentingnya memiliki reseptor jenis
Protein-G dilekatkan pada bagian reseptor yang menonjol inhibisi seperti juga jenis eksitasi adalah bahwa reseptor-
ke dalam bagian interior sel. Protein-G terdiri dari tiga reseptor ini memberi dimensi tambahan terhadap fungsi
komponen: komponen alfa (u) yang merupakan aktivator saraf, memungkinkan pengendalian kerja saraf dan juga
sebagian protein-G, dan komponen beta (B) serta gamma perangsangannya.
(y) yang melekat ke komponen alfa dan juga ke bagian Berbagai mekanisme molekular dan membran digu-
dalam membran sel yang berdekatan dengan protein re- nakan oleh berbagai reseptor untuk menimbulkan eksitasi
septor. Pada proses aktivasi oleh impuls saraf, bagian alfa atau inhibisi seperti berikut ini.
protein-G memisahkan diri dari bagian beta dan gamma
dan kemudian bebas bergerak di dalam sitoplasma sel.
Eksitasi
Di dalam sitoplasma, komponen alfa yang terpisah
membentuk satu atau lebih fungsi majemuk, bergantung |. Kanal natrium yang terbuka yang memungkinkan
pada gambaran khas dari setiap jenis neuron. Gambar 45- pelepasan listrik bermuatan positif dalam jumlah
7 memperlihatkan empat perubahan yang dapat terjadi. besar untuk mengalir ke bagian anterior dari sel
Keempat hal itu adalah sebagai berikut: postsinaps. Hal ini akan meningkatkan potensial
membran dalam arah positif menuju nilai ambang
l. Pembukaan kanal ion khusus melalui membran sel
rangsang untuk menyebabkan eksitasi.
postsinaps. Terlihat pada bagian kanan atas, kanal
kalium terbuka sebagai respons terhadap protein-
2. Penekanan hantaran melalui kanal klorida atau
kalium, atau keduanya. Hal ini akan menurunkan
G; kanal ini seringkali tetap terbuka untuk waktu
difusi ion klorida bermuatan negatif ke bagian
yang lama, sebaliknya akan menutup dengan cepat
dalam neuron postsinaps atau menurunkan difusi
akibat aktivasi langsung kanal ion yang tidak
ion kalium bermuatan positif ke bagian luar. pada
menggunakan sistem second messenger.
contoh lain, pengaruhnya adalah dengan membuat
2. Aktivasi adenosin monofosfat siklik (cAMP) atau
potensial membran internal menjadi lebih positif
guanosin monofo.sfut siklik (cGMP) dalam sel neu-
dari normal, yang bersifat eksitatorik.
ron.Ingatlah bahwa AMP siklik atau GMP siklik
dengan kuat dapat mengaktifkan mesin metabo-
3. Berbagai perubahan metabolisme internal neuron
postsinaps untuk merangsang aktivitas sel atau,
lik spesifik dalam neuron dan, karena itu, dapat
pada beberapa keadaan, untuk meningkatkan jum-
mencetuskan akibat kimiawi, termasuk perubahan
jangka panjang dalam struktur sel sendiri, yang lah reseptor membran eksitasi atau menurunkan
jumlah reseptor membran inhibisi.
selanj utnya akan mengganggu eksitabil itas neuron
jangka panjang.
3. Aktivasi dari satu atau lebih enzim intrasel. Prote- Inhibisi
in-G dapat secara langsung mengaktivasi satu atau
7. Pembukaan kanal ion klorida melalui membran
lebih enzim intrasel,.Kemudian, enzim dapat me-
neuron postsinaps. Hal ini memungkinkan ion
nimbulkan bq+yak fungsi kimia sel khusus.
klorida bermuatan negatif untuk berdifusi secara
4. Aktivasi transkripsi gen. Hal ini merupakan efek
- aktivasi sistem second messengeryangpaling pen-
cepat dari bagian luar neuron postsinaps ke bagian
dalam, dengan demikian membawa muatan negatif
ting dari neuron postsinaps. Karena transkripsi gen
ke dalam dan meningkatkan negativitas di bagian
dapat menyebabkan pembenfukan protein baru di
dalam, yang bersifat inhibisi.
dalam neuron, sehingga mengubah perangkat me-
2. Meningkatkan hantaran ion kalium yang keluar
tabolik atau strukturnya. Sebaliknya, telah dike-
dari neuron. Hal ini memungkinkan ion kalium
tahui dengan baik bahwa dapat terjadi perubahan
yang bermuatan positif untuk berdifusi ke bagian
stnrktural neuron yang teraktivasi secara baik, ter-
eksterior, yang menyebabkan pen ingkatan kenega-
utama pada proses memori jangka panjang.
tifan di dalam neuron, yang bersifat inhibisi. '
Aktivasi sistem second messenger di dalam neuron, 3. Aktivasi enzim reseptor yang menghambat fungsi
apakah berupa protein-G atau jenis lain, telah jelas ber- metabolik selular atau yang meningkatkan jumlah
sifat sangat penting untuk perubahan berbagai gambaran reseptor sinap inhibisi atau menurunkan jumlah re-
respons dari jalur neuron yang berbeda. Kita akan kem- septor eksitasi.
588 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik
TABEL 45-1" Transmiter Molekul-Kecil yang Bekeria TABEL 45-2. Neuropeptida, Transmiter atau Faktor Per-
Cepat tumbuhan yang Bekerja Lambat
Serotonin F:Endorfin
Histamin u- M e l an ocyte-sti m u l ati n g ho rm one
Golongan lll: Asam Amino :..rP..fO!aktin , ,r :::::: :r.', .:, , 'r--::,::
Beberapa dari efek ini berlangsung selama berhari-hari, tuk fungsi neuron, yakni ion natrium, ion kalium, dan ion
namun yang lainnya mungkin sampai berbulan-bulan atau klorida. Di bagian paling atas, tampak konsentrasi ion na-
bertahun-tahun. Pengetahuan kita mengenai fungsi neuro- trium sangat tinggi dalam cairan ekstrasel (142 mEqlL)
peptida baru sampai tahap permulaan. Ietapi rendah di bagian dalam neuron (14 mEqil-). Perbe-
daan konsentrasi natrium ini disebabkan oleh pompa na-
trium membran soma yang kuat dan yang terus-menerus
Peristiwa Listrik yang Timbul memompa natrium keluar dari neuron.
Selama Eksitasi Saraf Gambar ini juga memperlihatkan bahwa di dalam
soma neuron konsentrasi ion kalium itu tinggi (120 mEq/
Peristiwa listrik yang timbul selama eksitasi saraf telah
L) namun di dalam cairan ekstrasel sqngatlah rendah (4,5
dipelajari terutama pada neuron motorik besar radiks an-
mEq/L). Keadaan ini menggambarkan bahwa terdapat
terior medula spinalis. Oleh karena itu, peristiwa-peristi-
pompa kalium (sebagian lain dari pompa Nat-K*) yang
wa yang digambarkan dalam beberapa bagian berikutnya
memompa kalium ke dalam.
terutama akan menyinggung neuron ini. Kecuali untuk
Gambar 45-8 menggambarkan betapa tingginya kon-
beberapa perbedaan, keadaan-keadaan tersebut dapat pula
sentrasi ion klorida dalam cairan ekstrasel namun di
diterapkan pada sebagian besar neuron sistem saraf lain-
dalam neuron konsentrasinya rendah. Gambar ini juga
nya.
menjelaskan bahwa membran tersebut sangat permeabel
terhadap ion klorida dan mungkin ada pompa klorida yang
Potensiql Membron lslirohot Somo/Bodon Neu-
lemah. Tetapi alasan utama dari rendahnya konsentrasi
ron. Gambar 45-8 memperlihatkan soma neuron motorik
ion klorida di dalam neuron adalah adanya muatan -65
spinaiis, yang menunjukkan potensial membran istirahat
milivolt di dalam neuron. Jadi, muatan negatif ini akan
kira-kira -65 milivolt. Nilai ini kurang negatif daripada
menolak ion-ion klorida yang bermuatan negatif, me-
-90 milivolt yang dijumpai pada serabut saraf perifer maksa ion-ion tersebut keluar melewati pori-pori sampai
yang besar dan pada serabut otot rangka; besar voltase
konsentrasinya lebih kurang di dalam membran daripada
yang lebih rendah ini penting karena memungkinkan kon-
konsentrasi di luar membran.
trol positif dan negatif pada derajat eksitabilitas neuron.
Marilah kita mengingat kembali apa yang telah kita
Jadi, menurunnya voltase menjadi nilai negatif yang lebih
pelajari pada Bab 4 dan 5 tentang hubungan antara per-
rendah membuat membran neuron menjadi lebih mudah
bedaan konsentrasi ion-ion terhadap potensial mem-
dirangsang, sedangkan dengan peningkatan voltase ke
bran. Akan diingatkan kembali bahwa bila polaritas dan
nilai yang lebih negatif membuat neuron kurang mudah
besamya potensial sesuai maka potensial listrik di sebe-
dirangsang. Keadaan ini merupakan dasar untuk dua
rang membran sel akan melawan pergerakan ion-ion yang
model fungsi neuron-apakah akan terjadi eksitasi atau
melalui membran. Potensial yang benar-benar dapat
inhibisi-seperti yang akan dijelaskan lebih rinci dalam
melawan pergerakan suatu ion itu disebut sebagai poten-
bagian selanjutnya.
sial Nernst; persamaan untuk ini adalah sebagai berikut:
Perbedoon Konsentrosi lon-lon yong Melewoti
bagian oatam'1
Membrqn Somo Neuron. Gambar 45-8 juga mem- EMF (mv) = + 61 x lon iK,gnsentrasi
" Konsentrasi bagian luar ]
perlihatkan perbedaan konsentrasi tiga macam ion yang I
melewati membran soma neuron, yang paling penting un- dengan EMF adalah besarnya potensial Nernst di bagian
dalam membran (dalam milivolt). Untuk ion positif, po-
tensial ini akan negatif(-) dan untuk ion negatif, potensial
ini akan positif (+).
Sekarang, marilah kita hitung besarnya potensial
Nemst yang dengan tepat melawan pergerakan dari ketiga
ion berikut: natrium, kalium, dan klorida.
Karena perbedaan konsentrasi natrium seperti yang
digambarkan pada Gambar 45-8, yakni sebesar l42mEql
Na+: 1 42 mEq/L
L di bagian luar dan 14 mE.qlL di bagian dalam, maka po-
K+: 4,5 mEq/L tensial membran yang benar-benar akan melawan perge-
rakan ion natrium yang melewati kanal natrium dihitung
sebesar +61 milivolt. Namun, potensial membran yang
Cl-: 107 mEq/L
sebenamya adalah -65 milivolt, bukan +61 milivolt. Oleh
karena itu, ion-ion natrium yang bocor ke bagian dalam
Akson hillock
(Tonjolan akson) oleh pompa natrium akan segera dipompa kembali ke
bagian luaq sehingga mempeftahankan potensial negatif
sebesar -65 milivolt di dalam neuron.
Untuk ion kalium, gradien konsentrasi di bagian da-
GAMBAR 45-8. Distribusi ion-ion natrium, kalium, dan klorida lam neuron adalah 120 mEqil dan di bagian luar besarnya
sepanjang membran soma neuron, yang berasal dari potensial
4,5 mEqlL. Keadaan'ini menghitung potensial Nernst se-
membran intrasoma.
BAB 45 Susunan Sistem Saraf; Fungsi Dasar Sinaps, "Substansi Transmite( 591
awal akson tempat akson yang meninggalkan soma neu- Gambar 45-9C memperlihatkan efek yang terjadi pada
ron. Alasan utama dari tempat asal potensial aksi ini ada- potensial membran yang disebabkan oleh aktivasi sinaps
lah karena jumlah kanal natrium bergerbang voltase yang yang sedang terhambat, yang mempermudah masuknya
relatif sedikit yang terdapat pada membran soma, sehingga ion klorida ke dalam sel dan/atau keluarnya ion kalium ke-
EPSP sukar membuka kanal natrium untuk memunculkan luar,dari sel, disertai dengan menurunnya potensial mem-
potensial aksi. Sebaliknya, ntembran segmen awal memi- bran dari nilai normal -65 milivolt ke nilai yang lebih
liki konsentrasi voltase 7 kali lipat iebih besar daripada negatif yakni -70 milivolt. Potensial membran ini lebih
kanal natrium bergerbang voltasenya seperti juga soma, negatif 5 milivolt daripada normal sehingga; IPSP sebesar
sehingga dapat lebih mudah menimbulkan potensial aksi *5 milivolt, yang menginhibisi transmisi sinyal sarafyang
daripada soma. EPSP yang akan menimbulkan potensial melalui sinaps.
aksi di dalam segmen awal adalah antara +10 dan +20 mi-
livolt. Keadaan ini berbeda dengan yang dibutuhkan oleh
Penghambatan Presinaps
soma, yakni sebesar +30 atau +40 milivolt.
Begitu mulai timbul maka potensial aksi itu akan Selain inhibisi yang disebabkan oleh bekerjanya sinaps
menjalar sepanjang pinggir akson dan biasanya kembali yang sedang terhambat terhadap membran neuron, dise-
juga mengelilingi soma..Pada beberapa contoh, potensial buI penghambatan post-sinaps, ada macam penghambat-
aksi juga menjalar kembali ke dalam dendrit, namun ini an lain yang terjadi pada ujung presinaps sebelum sinyal
tidak semuanya, sebab seperti halnya pada soma neuron, dapat mencapai sinaps. Macam penghambatan ini disebut
temyata dendrit mempunyai kanal natrium bergerbang penghambatan presinaps, terjadi melalui cara berikut ini.
voltase sangat sedikit, dan karena itu seringkali tidak dapat Penghambatan presinaps disebabkan oleh pelepasan
meneruskan seluruh potensial aksi. Jadi, seperti yang bahan inhibisi ke bagian luar yang terletak di bagian presi-
tampak pada Gambar 45-98, pada keadaan normal, nilai naps serabut sarafsebelum ujung presinaps itu berakhir di
ambang untuk timbulnya eksitasi neuron adalah kira-kira neuron postsinaps. Pada banyak keadaan, substansi trans-
-45 milivolt, yang menunjukkan suatu EPSP sebesar +20 miter inhibisi adalah GABA (asam gamma-aminobutirik).
milivolt-1aitu, 20 milivolt lebih positif daripada poten- Hal ini memiliki efek spesifik, yaitu membukanya kanal
sial neuron istirahat pada keadaan normal yang besarnya anion, sehingga memungkinkan sejumlah besar ion klo-
rida berdifusi ke dalam ujung fibril. Muatan negatif dari
-65 milivolt.
ion-ion ini menghambat transmisi sinaps karena muatan
tersebut membatalkan banyak efek eksitasi ion natrium
Peristiwa Listrik Selama yang bermuatan positif yang juga memasuki ujung fibril-
Penghambatan Neuron fibril ketika potensial aksi tiba.
lnhibisi presinaptik terjadi pada banyak.iaras sensorik
Pengoruh Sinops lnhibisi Terhodop Membron di sistem saraf. Sebenarnya, serabut-serabut saraf sensoris
Postsinops-Poiensiol lnhibisi PoslSinops. Inhibisi yang berdekatan sering secara mutual menghambat satu
sinaps terutama akan membuka kanal klorida, dan ini sama lain, yang akan meminimalkan penyebaran dan pen-
akan mempermudah lewatnya ion klorida. Sekarang, un- campuran sinyal-sinyal di jaras sensorik. Kita akan mem-
tuk mengerti bagaimana inhibisi sinaps dapat mengham- bahas nilai penting dari fenomena ini lebih mendalam
bat neuron postsinaps, kita harus mengingat kembaii apa pada bab-bab selanjutnya.
yang telah kita pelajari mengenai potensial Nernst yang
berlaku untuk ion klorida. Kita telah menghitung besamya Lomo Woklu Berlongsungnyo Potensiql Post-
potensial Nernst untuk ion klorida, yaitu 10 milivolt. Po- sinops. Bila suatu sinaps eksitasi dapat merangsang
tensial ini lebih negatifdaripada besarnya potensial dalam neuron motorik anterior maka membran neuron akan
membran neuron istirahat pada keadaan normal, yakni menjadi sangat pemeabel terhadap ion natrium, namun
-{5 milivolt. Karena itu, pembukaan kanal klorida akan hanya selama 1 sampai 2 milidetik. Selama waktu yang
mempermudah berg-eraknya ion klorida yang bernuatan sangat singkat ini, ion natrium secukupnya dengan cepat
negatif dari cair'an ekstrasel ke arah dalam, sehingga akan berdifusi ke bagian dalam neuron motor postsinaps untuk
membuat potensial membran dalam lebih negatif daripa- meningkatkan potensial intraneuron sebanyak beberapa
da normal, mendekati nilai -70 milivolt. milivolt, dengan demikian membentuk potensial eksita-
Pembukaan kanal kalium akan mempermudah ion ka- si postsinaps (EPSP), seperti yang diperlihatkan melalui
lium yang bermuatan positif untuk bergerak ke arah luar, kurva biru dan hijau pada Gambar 45-10. Potensial ini ke-
dan hal ini juga akan mernbuat potensial membran dalam mudian akan berkurang selama 15 detik berikutnya, sebab
menjadi lebih negatif daripada biasanya. Jadi, baik influks waktu ini dibutuhkan oleh kelebihan muatan positif untuk
klorida dan efluks kalium akan meningkatkan derajat atau keluar dari neuron yang tereksitasi dan membentuk lagi
besarnya negativitas intrasel, yang disebut hiperpolarisa- potensial membran istirahat yang normal.
si" Keadaan ini akan menghambat neuron karena sekarang Justru akan timbul pengaruh yang berlawanan, yakni
potensial membran menjadi lebih negatif daripada poten- IPSP; yaitu, sinaps yang terhambat akan meningkatkan
sial intrasel normal. Oleh karena itu, peningkatan negati- permeabilitas membran bagi ion-ion kalium dan klorida,
vitas yang melebihi besarnya potensial membran istirahat atau keduanya, selamaI sampai 2 milidetik, dan keadaan
normal disebut potensial inhibisi postsinaps (IPSP) ini akan menurunkan potensial intraneuron menjadi lebih
BAB 45 Susunan Sistem Saraf; Fungsi Dasar Sinaps, ,'substansi Transmitef, 593
@ * Perangsangan
16 sinaos
@ perangsangan
- 8 sinaos
@ perangsangan
- 4 sinaps
GAMBAR 45-10. Potensial eksitasi
postsinaps, pada gambar tampak bila
perangsangan secara bersama-sama/
simultan hanya diberikan pada bebe-
rapa sinaps tidak akan menimbulkan
potensial sumasi yang cukup guna me-
nimbulkan suatu potensial aksi, namun
bila perangsangan secara simuttan tadi
diberikan pada sinaps yang lebih banyak
Potensial membran istirahat / akan meningkatkan potensiat yang disu-
masi tadi menuju ke nilai ambang untuk
2468 terjadi suatu eksitasi atau akan menye-
Milidetik babkan terjadinya suatU potensial aksi
yang lebih tinggi lagi (=superimposed
action potential).
saling meniadakan baik secara keseluruhan atau seba- jumlah sinaps eksitasi dan sinaps inhibisi yang sedang
gian saja. Jadi, bila sebuah neuron dirangsang oleh EPSP, merangsang dendrit sebuah neuron. Pada kedua dendrit di
maka selanjutnya rangsangan penghambat yang berasal sebelah kiri, terdapat efek eksitasi di ujung akhir; perha-
dari sumber lain dapat sering mengurangi potensial post- tikan tingginya potensial eksitasi postsinaps pada ujung-
sinaps sehingga kurang dari nilai ambang untuk eksitasi, ujung serabut ini-yakni perhatikan potensial membran-
jadi melawan aktivitas neuron. nya yang lebih negatif. Namun, sebagian besar potensial
eksitasi postsinaps akan hilang sebelum mencapai soma.
Alasannya adalah karena dendrit panjang, serta membran-
"Fasilitasirt Neuron nya juga tipis dan setidaknya sebagian membran tersebut
Sering potensial postsinaps yang dijumlahkan/disumasi
permeabel terhadap ion kalium dan klorida, membuatnya
bersifat eksitasi, namun naiknya tak akan cukup tinggi un-
mudah "bocor" terhadap aliran listrik. Oleh karena itu,
tuk mencapai nilai ambang untuk meletupkan neuron pre-
sebelum potensial eksitasi dapat mencapai soma, sebagi-
sinaptik. Bila terjadi keadaan ini, neuron dikatakan dalam
an besar potensial hilang melalui membran yang bocor.
keadaan terfasilitasi. Jadi, besamya potensial membran
Penurunan potensial membran ini juga akan disebarkan
memang mendekati nilai ambang untuk peletupan dari-
secara listrik di sepanjang dendrit yang menuju ke soma
pada keadaan normal, tetapi belum cukup mencapai ba-
dan disebut sebagai pengurangan konduksi.
tas peletupan. Sebagai akibatnya, sinyal eksitasi lain dari
Semakin jauh sinaps yang sedang tereksitasi dari
beberapa sumber yang memasuki neuron, dapat dengan
soma suatu neuron, pengurangan konduksi makin besar,
mudahnya merangsang neuron itu. Rangsangan yang ter-
dan semakin kecil ketika sinyal eksitasi mencapai soma.
sebar/difus pada sistem saraf seringkali mempermudah
Oleh karena itu, sinaps-sinaps yang letaknya dekat soma
sekelompok besar neuron untuk dirangsang sehingga neu-
mempunyai pengaruh untuk menyebabkan eksitasi atau
ron-neuron dapat dengan cepat dan mudah menanggapi
inhibisi yang lebih besar ketimbang sinaps yang letaknya
sinyal-sinyal yang datang dari sumber lainnya.
lebih jauh dari soma.
Fungsi Khusus Dendrit Sumosi Eksilosi don lnhibisi dolom Dendril. Pada
dalam Merangsang Neuron Gambar 45- 11, gambaran dendrit yang teratas tampak te-
rangsang oleh sinaps eksitasi dan sinaps inhibisi. Di bagi-
Lopongon Sposiol Eksilosiyong Luos dori Eksito- an ujung dendrit timbul potensial eksitasi postsinaps yang
si Dendril. Dendrit-dendrit dari neuron motorik anterior kuat, tetapi di dekat soma ada dua buah sinaps inhibisi
sering menyebar sepanjang 500 sampai 1000 mikrometer yang bekerja pada dendrit yang sama. Sinaps inhibisi ini
ke segala arah dari soma neuron. Dan, dendrit ini dapat menyediakan voltase hiperpolarisasi yang benar-benar
menerima sinyal dari ruang yang luas yang ada di sekitar dapat meniadakan pengaruh eksitasi dan memang dapat
neuron motorik. Keadaan ini akan mempercepat terjadi- menjalarkan aliran listrik yang sedikit menghambat yang
nya sumasi sinyal-sinyal yang berasal dari banyak serabut menuju ke soma. Jadi, dendrit dapat menjumlahkan po-
saraf presinaps yang terpisah.
Penting juga diketahui bahwa antara 80 sampai 95 per-
sen ujung serabut presinaps neuron motorik anterior ber-
akhir pada dendrit, sebaliknya hanya 5 sampai 20 persen
ujung serabut presinaps yang berakhir pada soma neuron.
Oleh karena itu, sebagian besar eksitasi neuron dibutuh-
kan untuk penjalaran sinyal-sinyal di sepanjang dendrit.
tensial eksitasi postsinaps dan potensial inhibisi postsi- cara meningkatkan keadaan eksitasinya. Frekuensinya
naps dengan carayang sama dengan yang dilakukan oleh dapat diturunkan, atau letupannya dapat dihentikan, de-
soma. ngan cara melapiskan (superimposing) keadaan hambatan
Pada gambar juga terlihat beberapa sinaps inhibisi pada neuron itu. Jadi, neuron berbeda yang memberikan
yang berlokasi langsung pada akson hillock dan segmen respons berbeda-beda, mempunyai nilai ambang eksita-
awal akson. Lokasi yang khusus ini menimbulkan inhibi- si yang berbeda, serta frekuensi maksimal perangsangan
si kuat karena sinaps memberi pengaruh langsung dalam yang besar sekali perbedaannya. Dengan sedikit perkiraan
meningkatkan ambang rangsang untuk timbulnya eksitasi saja sebenamya kita sudah dapat mengefii makna ke-
pada setiap titik di mana potensial aksi secara normal di- beradaan neuron berbeda yang mempunyai kemampuan
bentuk. mengeluarkan bermacam-macam respons yang khas guna
m embentuk berm acam-macam fungsi sistem saraf.
sang secara bemntun selama keadaan eksitasi diperta- Kelelahan merupakan fungsi sinaps yang khas dan
hankan pada nilai tersebut. sangat penting, karena bila ada beberapa area sistem sa-
Gambar 45-12 menggambarkan respons dari tiga ma- raf yang terangsang secara berlebihan, keadaan kelelah-
cam neuron yang berbeda terhadap bermacam-macam an ini akan mengurangi kelebihan keadaan eksitabilitas
tingkatan stadium eksitasi. Perhatikan bahwa neuron I untuk sementara waktu. Contohnya, selama kejang pada
mempunyai nilai ambang yang rendah untuk eksitasi, se- epilepsi, makna keadaan kelelahan sangat penting karena
dangkan neuron 3 mempunyai nilai ambang yang tinggi. kelebihan eksitabilitas otak akhirnya akan berkurang dan
Namun perhatikan juga bahwa neuron 2 mempunyai fre- dengan demikian kejang pada epilepsi akan berhenti. Jadi,
kuensi rangsangan yang paling rendah, sedangkan neuron timbulnya keadaan kelelahan ini dapat dianggap sebagai
3 mempunyai frekuensi rangsangan yang paling tinggi. suatu mekanisme pertahanan terhadap aktivitas neuron
Beberapa neuron dalam sistem saraf pusat terus-me- yang berlebihan. Masalah ini akan dibicarakan lebih lan-
nerus terangsang sebab nilai normal stadium eksitasinya jut nanti dalam deskripsi tentang jalur/lingkaran neuron
di atas nilai ambang. Biasanya frekuensi peletupan/te- yang bergaung (reverberating neuronal circuits) pada Bab
rangsangnya dapat dinaikkan lebih tinggi lagi dengan 46.
500
i:au
! 4oo
o
E)
cE 300
o
o
E zoo
'-o
OJ
-? roo
0,
l!
0
10 15 20 25 30 GAMBAR 45-12. Karakteristik respons dari
Stadium eksitasi (unit penentu) bermacam-macam neuron terhadap tingkat ber-
beda eksitasi.
596 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik
Mekanisme kelelahan ini terutama disebabkan oleh akan menurunkan penjalaran sinaps pada sebagian be-
tempat penyimpanan pada ujung serabut yang kehabisan sar sistem saraf. Karena banyak zat anestetik terutama
atau kehabisan sebagian bahan transmiter. Ujung serabut larut-lemak, beberapa dari bahan ini dianggap dapat
eksitasi pada banyak neuron dapat menyimpan bahan ek- mengubah sifat-sifat fisik n.rembran neuron, sehingga
membran ini kurang peka tcrhadap bahan eksitasi.
sitasi hanya untuk menyebabkan sekitar 10.000 potensial
aksi, dan bahan transmiter dapat habis terpakai hanya da- Perlombolon Sinops. Pada penjalaran suatu sinyal
lam waktu beberapa detik sampai beberapa menit setelah saraf dari neuron presinaps menu.ju neuron postsinaps,
perangsangan yang cepat. Sebagian proses kelelahan ternyata dibutuhkan waktu tertentu untuk menimbulkan
mungkin juga disebabkan oleh dua faktor berikut ini: (l) proses (1) pelepasan bahan transmiter oleh ujung sera-
banyak reseptor membran postsinaps menjadi semakin but presinaps, (2) difusi transmiter menuju membran
inaktif, dan (2) lambatnya pembentukan ion-ion di dalam neuron postsinaps, (3) pengaruh transmiter terhadap
r'eseptor membran, (4) kerja reseptor untuk meningkat-
sel neuron postsinaps dengan kadar abnormal.
kan permeabilitas membran, dan (5) dif'usi natrium ke
dalam guna meningkatkan potensial eksitasi postsinaps
Pengoruh Asidosis olqu Alkolosis podo Pen- sampai tingkat yang cukup tinggi untuk mencetuskan
joloron Sinops. Kebanyakan neuron sangat peka suatu potensial aksi. Jangka rvaktu minimal yang di-
terhadap perubahan pH dalam cairan interstisial di se- butuhkan untuk terjadinya proses-proses di atas, bahkan
kelilingnya. Alkal osis nor malnya s angat meningkat kan bila sebagian besar sinaps eksitasi dirangsang secara
el$itabilitas neuron. Contohnya, kenaikan pH darah bersamaan, kira-kira 0,5 milidetik. Keadaan ini disebut
arteri dari nilai normalnya yakni 7,4 menjadi kira-kira per lantb atan s inaps. P ara ahli neurofi siologi dapat meng-
7,8 sampai 8,0 seringkali akan menyebabkan kejang hitung waktu perlambatan minimal yang terjadi antara
epilepsi otak akibat peningkatan eksitabilitas beberapa pemasukan beruntun dari pengumpulan saraf dan dan
atau seluruh neuron otak. Keadaan ini terutama dapat pengeluaran impuls yang berturut-turut. Dari pengukur-
diperlihatkan dengan meminta seseorang yang mudah an perlambatan waktu tersebut, para ahli dapat mem-
terserang kejang epileptik untuk bernapas secara berle- perkirakan serangkaian neuron yang ada dalam sirkuit.
bihan. Napas secara berlebihan akan membuang karbon-
dioksida secara cepat dan oleh karena itu meningkatkan
pH darah beberapa waktu, namun walaupun interval
pendek, dapat mencetuskan serangan epilepsi.
Sebaliknya, asidosis sangat menurunkan aktivitas Kepustakaan
neuron, penurunan pH dari 7,4 menjadi di bawah 7,0
Albright TD, Jessell TM, kanctelt ER, Posner ML Progress in the
biasanya menyebabkan keadaan koma. Contohnya pada
neural sciences in the century after Cajal (and the mysteries
keadaan sangat diabetik berat atau asidosis uremik se-
that rentain). Ann N Y Acad Sci 929:11, 2001.
ringkali akah timbul keadaan koma.
Boehning D, Snyder SH,: Novel neural modttlators. Annu Rey
Pengoruh Hipoksio podo Penjoloron Sinops. Neurosci 26: I 05, 2003.
Eksitabilitas neuron juga sangat bergantung pada pe- Brasnjo G, Otis TS: Glycine transporters not only take out the
nyediaan oksigen yang cukup. Pengurangan oksigen garbage, they recycle. Neuron 40.667, 2003.
selama beberapa detik saja sudah dapat menghilangkan Cowley MA, Cone RD, Enriori P, et al: Electrophysiological ac-
eksitabilitas neuron secara sempurna. Keadaan ini ter- tions ofthe peripheral hormones on melanocortin nerLrons.
lihat bila aliran darah otak terganggu untuk sementara Ann N Y Acad Sci 991.175, 2003
waktu, karena dalam 3 sampai 7 detik, pasien menjadi Engelman HS, macDermott AB: Presynaptic inotropic receptors
tidak sadar. and control oftransmitter release. Nat Rev Neurosci 5;1 35,
2001
Pengoruh Obot-Oboton Terhodop Penjoloron Girault JA, Greengard P ; The neurobiology of dopamine signal-
Sinops. Telah diketahui ada banyak obat-obatan yang ing. Arch Neurol 6 I : 64 l, 2004.
dapat meningkatkan eksitabilitas neuron, dan diketahui Haines DE: Fundamental Neuroscience. New York: Churchitt
juga ada obat-obat lain yang dapat menurunkan eksita- livingstone, 1997.
bilitas neuron. Contohnya, kafein, teofilin, dan rcobro- Haines DE, Lancon JA: Review of Neuroscience. New York:
min,yang dapat dijumpai dalam kopi, teh, dan coklat, C hurc hi I I Livingstone, 2 ()0 3.
ternyata semuanya ini meningkatkan eksitabilitas neu- Kandel ER: The molecular biology of memory storage: a dia-
ron, diduga dengan menurunkan nilai ambang eksitasi' logue between genes-and stnapses. Science 294;1030,
pada neuron. Striknin adalah salah satu bahan yang pa- 2001.
ling dikenal dapat meningkatkan eksitabilitas neuron. Kandel ER, schwartz JH, Jessel TM: Principles of Neurctl Sci-
Namun, striknin ini tidak bekerja dengan menurunkan ence, ,/'h ed. New York; McGraw-Hill, 2000
nilai ambang eksitasi neuron; justru sebaliknya, meng- Magee JC: Dendritic integration of excitatory synaptic input.
hambat kerja beberapa bahan transmiter inhibisi pada Nat Ret Neurosci. 1:181, 2000.
neuron, terutama pengaruh inhibisi glisin pada medula Migliore M, Shephercl GM: Emerging rules for the distributions
spinalis. Oleh karena itu, pengaruh transmiter eksitasi of active dendritic conductans. Nat Rev Neurosci 3;362,
menjadi berlebihan, dan neuron menjadi sangat terang- 2002.
sang sehingga dengan cepat mengeluarkan sekret secara Muller D, Nikonenko I; Dynamic presynaptic varicosities; a
beruntun, dan akhirnya timbul spasme tonik otot yang role in act iv ity-de pende nt syn.aptoge n e s is.'!'re nds neuros ci
berat. 26.573,2003.
Sebagian besar anestetik akan meningkatkan nilai Nicholls DG, Budd SL; trlitochondria and neuronal survival.
ambang membran saraf untuk ekiitasi dan akibatnya Physiol Rey 80. 3 I 5, 2000.
BAB 46
Reseptor e$eptor
S orik; Rangkaia*'S araf
ens
untuk Mengolah Informasi
597
598 UNIT lX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik
'W I
,.?#p
TABEL 46-1 . Klasifikasi Reseptor Sensorik
W
a:""ffi.,/
.t3i
'q'rs'i
-{ \W \.1fl
W
Ujung saraf Ujung reseptor Rambut taKil
bebas yang menyebar
,ffi
t
\W"\ ffi
W{ry
\w \
W
{H
Rg
Badan Badan Badan
Pacini Meissner Krause
W %
#W *q&
[{ffi/
Aparatus
re Kumparan
tendo Golgi otot
terletak di dalam atau dekat dengan sendi membantu men- Serabut Sdraf yang Menjalar-
deteksi kecepatan gerakan bagian-bagian tubuh. Sebagai
contoh, bila seseorang lari, informasi yang berasal dari re-
kan Berbagai Jenis Sinyal dan
septor kecepatan sendi ini akan menyebabkan sistem saraf Klasifikasi Fisiologiknya
dapat meramalkan di mana letak kaki seharusnya dalam
Beberapa sinyal perlu dijalarkan menuju sistem saraf
waktu seperdetik berikutnya. Oleh karena itu, sinyal mo-
pusat secara cepat; kalau tidak, maka informasinya men-
torik yang sesuai dapat dijalarkan menuju otot kaki agar jadi tidak berguna. Contoh untuk ini adalah sinyal sen-
dapat memperbaiki posisi sehingga ia tidak jatuh. Bila sorik yang memberitahukan pada otak mengenai posisi
fungsi meramalkan ini hilang rnaka orang itu tidak rnung- kaki dalani waktu seperdetik sewaktu berlari. lntbrmasi
kin dapat berlari. ini perlu dijalarkan oleh serabut sarafyang cepat seka-
Diameter (mikrometer)
li.Pada keadaan yang lebih hebat lagi, beberapa.ienis sar (diameternya antara 0,5 sampai 2 mikrometer; sera-
informasi sensorik, seperli gambaran nyeri berdenyut- but ini jenis serabut C dalam klasifikasi umum).
denyut/aching.pain yang lebih lama, srma sekali lidak
perlu dijalarkan secara cepat, -jadi cukup dijalarkan oleh
serabut sarafjenis sangat lambat. Seperti diperlihatkan Penjalaran Sinyal dengan
pada Gambar 46-6, diameter serabut saraf berukuran
antara 0,5 sampai 20 mikrometer-semakin besar dia-
lntensitas Berbeda pada
meternya, semakin besar kecepatan penjalarannya. Batas Jaras Saraf- Sumasi Spasial
kecepatan penjalarannya antara 0,5 sampai 120 m/detik. dan Temporal
Klosifikosi Umum. Selabut saraf pada Gambar 46-6 Salah satu sifat tiap sinyal yang harus selalu disampai-
terlihat "klasifikasi umum'' dan "klasifikasi saraf senso- kan adalah inter.rsitas sinyal-sebagai contoh, intensitas
rik" pada berbagai.jcnis serabut saraf'. Pada klasifikasi rasa nyeri. Gradasi berbeda intensitas ini dapat dijalarkan
umum, serabut-serabut saraf dibagi meniadijcnis A dan dengan rnenggutrakan lebih banyak serabut saraf yang
jenis C , dan serabutjenisA selanjutnya dibagi lagi men-
berjalan sejajar atau dengan cara mengirimkan lebih ba-
iadi serabut c, B, y dan 5.
nyak potensial aksi sepanjang serabut tunggal. I(edua me-
. Serabut jenis A merupakan serabut besar khusus
dan berukuran sedangyang berntielin pada sarafspinal. kanisrne ini, masing-masing disebut sumasi spasial dan
Serabut.jenis C merupakan serabut saraf keciI. tidak sumasi temporal.
bermielin yang kecepatan penjalaran impulsnya lambat.
Serabut C meliputi lebih dari separuh serabut-serabut Sumosi Sposiol. Gambar 46-7 menggambarkan feno-
sensorik pada sebagian besar sarafperifer demikian.luga mena sumasi spasial, dengan kekuatan sinyal yang ma-
di semua serabut postganglionilt otonom. kin kuat dijalarkan dengan cara memperbanyak jumlah
Besar dan kecepatan penjalaran, serta fungsi benna-
serabut yang menjalarkannya. Gambar ini juga menun-
cam-macam serabut saral.juga dijglaskan clalarn Gam-
jukkan bagian-bagian kulit yang dipersarafi oleh sejum-
bar 46-6. Perhatikan bahrva bebcrapa serabut bern.rielin
yang besar dapat menjalarkan impuls dengan kecepatan
lah besar serabut untuk rasa nyeri yang berjalan sejajar.
sampai sebesar 120 m/detik, jadi jaraknya dalam 1 de- Setiap serabut ini akan bercabang-cabang menjadi bera-
tik lebih panjang dari lapangan sepak bola. Sebaliknya, tus-ratus ujung saraf bebas kecil yang rnelayani reseptor
serabut yang terkecil nrenjalarkan impuls selambat 0,5 nyeri. Seluruh kelornpok serabut rasa nyeri seringkali
m/detik, sehingga untuk menjalarkan impuls dari ibu menutupi suatu daerah kulit dengan diarneter 5 cm. Dae-
jari sampai medula spinalis nrcu.rbutuhkan r'vaktu kira- rah ini disebut lapangan reseptot'bagi serabut tersebut.
kira 2 detik. Ujung serabut menlbesar di bagian tengah lapangan
Klosifikosi Alternolif yong Digunokon oleh Po-
kor Fisiologi Sensoris. Dengan teknik perekaman
teftentu serabut jenis Aa dapat dibagi menlacli dr-ra
subgrup; tetapi, teknik perekaman yang sama ini sukar
membedakan serabut AB dan A1. Oleh karena itu, klasi-
fikasi berikut ini sering dipakai oleh ahli fisiologi:
Grup lo
Serabut-scrabut yar.rg berasal dari ujung anulospiral
kumparan otot (diameter rata-rata sekilar l7 rnikron; ini
adalah serabut A.lenis-cr dalam klasifikasi utnum).
Grup lb
Serabut-serabut yang berasal dari organ tendon Golgi
(diameter rata-rata sekitar 16 mikrometer; ini juga me-
rupakan serabut A jenis-u).
Grup ll
Serabut-serabut yang berasal dari reseptor raba di kLr-
lit yang luas dan dari u.jung florver spray kumparan otol
(diameter rata-rata sekitar 8 mikrometer; ini adalah sera-
butA.ieriis B dan jenis y dalam klasifikasi umum).
Grup lll
Serabut ini menjalarkan sensasi suhu, rabaan yang kasar.
dan sensasi nyeri tusukan (didmeter rata-rata sekitar 3
mikrometer; ini adalah serabut A ienis 6 dalam klasifi- Stimulus Stimulus Stimulus
ringan sedang kuat
kasi urnum).
Grup lV GAMBAR 46-7. Pola perangsangan serabut nyeri pada saraf tu-
Merupakan serabut tak berniielin yang Inenialarkatt rasa buh akibat tusukan jarum di suatu daerah kulit. lni adalah contoh
sumasi spasial/ruang.
nyeri, rasa gatal, rasa suhu, dan sensasi rabaan yang ka-
604 UNIT lX Slstem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik
80
Penialaran dan Pengolahan
L
.E Sinyal dalam Kelompok Neuron
o
s;60
?6)
Sistem saraf pusbt tersusun atas beribu-ribu sampai
vlo berjuta-juta kumpulan neuron; beberapa di antaranya
-a+o mengandung sedikit neuron, sedangkan yang lain me-
.E
r!tr ngandung banyak sekali neuron. Sebagai contoh, korteks
.ta - serebri secara keseluruhan dapat dianggap sebagai satu
EE, kumpulan neuron yang luas. Kumpulan neurbn lainnya
meliputi ganglia basalis dan nukleus khusus dalam tala-
0 mus, serebelum, mesensefalon, pons, dan medula. Juga,
di seluruh bagian dorsal substansia grisea medula spinalis
dapat dianggap sebagai satu kumpulan neuron yang pan-
jang.
Setiap kumpulan neuron mempunyai organisasi khu-
susnya sendiri yang dapat menyebabkan timbulnya peng-
olahan sinyal-sinyal itu menurut caranya tersendiri yang
GAMBAR 46-8. Penerjemahan kekuatan sinyal menjadi serang-
kaian frekuensi yang teratur dari impuls saraf, yang menunjukkan unik, jadi memungkinkan kerja sama kumpulan neuron
kekuatan sinyal (atas), dan impuls saraf yang terpisah (bawah). itu untuk menghasilkan fungsi ganda dari sistem saraf.
lni adalah contoh sumasi temporal. Ternyata, walaupun fungsinya berbeda, kumpulan neuron
juga mempunyai banyak kesamaan fungsi dasaq seperti
yang dijelaskan pada halaman berikut ini.
gitu, dalam banyak contoh, sinyal yang masuk ke dalam Sirkuit Reverberosi (Bolok-bolik) Akibot Perpon-
suatu kumpulan dapat menyebabkan perpanjangan pe- jongon Sinyol. Salah satu yang paling penting dari se-
n geuaran I etupari, disebut p a s c al e tup an ( aft e r d i s c h ar g e),
I luruh sirkuit sistem saraf adalah sirkuit reverberasi atau
yang berlangsung selama beberapa rnilidetik sampai be- sirkuit bolak-balik (oscilutory). Sirkuit itu dapat dise-
berapa menit lamanya setelah berakhirnya sinyal masuk. babkan oleh adanya umpan balik positif di dalam sirkuit
Mekanisme paling penting yang menyebabkan timbulnya neuron, umpan balik ini dimaksudkan untul< merangsang
sekret ikutan adalah: kembali masukan pada sirkuit yang sama. Jadi, sekali
terangsang, sirkuit itu dapat mengeluarkan letupan ber-
Sinops Poscoletupon. Bila suaru sinaps eksitasi men-
ulang-ulang untuk waktu yang lama.
dapat rangsangan pada permukaan dendrit atau soma neu-
Pada Gambar 46-14 ditunjukkan beberapa macarn ke-
ron, pada neuron akan timbul potensial listrik postsinaps
mungl<inan bentuk sirkuit bergaung. Yang paling seder-
dan berlangsung sampai beberapa milidetik, terutama bila
hana, ditunjukkan pada Gambar 46-14A, melibatkan satu
melibatkari beberapa bahan transmiter yang dihasilkan
neuron. Pada keadaan ini, neuron tunggal hanya mengi-
oleh sinaps kerja lama (long-acting synaptic transmit- rimkan satu serabut saraf kolateral yang kembali menu-
ter substance). Walaupun bahan ini telah habis ternyata ju ke dendrit atau somanya untuk merangsang kernbali
masih tetap dapat merangsang neuron, sehingga neuron
dendrit atau soma itu sendiri. Walaupun sirkuit jenis ini
masih dapat menjalarkan impuis keluar, seperti yang telah
bukanlah hal yang penting, menurut teori, sekali neuron
dijelaskan pada Bab 45. Jadi, sebagai akibat dari mekanis-
mengeluarkan letupan, rangsangan umpan balik itu akan
me pascaletupan pada sinaps itu sendiri, memungkin satu
mempertahankan neuron agar tetap mengeluarkan letupan
sinyal yang datangnya cepat menyebabkan timbulnya sarnpai beberapa larna sesudahnya.
sinyal keluar yang berlangsung secara terus-menerus (se-
Gambar 46-148 menggambarkan beberapa neuron
rangkaian sekret yang beruntun) yang akan berlangsung
tambahan dalam sirkr.rit umpan balik, yang akan menye-
selama beberapa milidetik.
babkan timbulnya waktu rangsangan yang lebih lama
antara rangsangan permulaan sarnpai tirnbulnya sinyal
balik. Gambar 46-14C menggambarkan sistem yang lebih
kompleks yang serabut inhibisi dan serabut lasilitasinya
Masukan Keluaran berada pada satu sirkuit bergaung. Sinyal tasilitasi akan
memperbesar intensitas dan frekuensi reverberasi, sedang-
kan sinyal inhibisi akan menurunkan atau menghentikan
t im bu lnya reverberasi.
J
(! a
G
E
6 C
$
o)
C
G
c a
OJ o)
ro c(E
V.
o
o.
q)
o
(.,
Y
Waktu
lnstabilitas dan
Stabilitas Sirkuit Neural
Hampir setiap bagian otak baik secara langsung maupun ** ftsflgftg fleksor-respons dekremental
tidak langsung berhubungan dengan setiap bagian lainnya, ,,= Rangsangan
o
dan keadaan ini akan menimbulkan masalah yang serius. (ntrn
fti
Bila bagian peftama merangsang bagian yang kedua, yang (u
tara rentetan refleks fleksor itu makin'berkurang, maka jadi sangat aktif, ada pengaturan otomatis yang secara
intensitas respons refleks selanjutnya makin berkurang normal akan mengatur kembali kepekaan sirkuit sampai
pula. pada batas reaksi yang masih dapat dikendalikan.
atur kepekaan yang secukupnya dalam jangka waktu in vertebrate photoreceptors. Physiol Rev 81 : I I 7, 200 I.
Gandevia SC: Spinal and supraspinalfactors in human muscle
pendek bagi bermacam-macam sirkuit sistem saraf. Hal
tersebut membantu sirkuit sistem saraf untuk dapat beker- fatigue. Physiol Rev 8 I : I 72 5, 200 I.
Gebhart GF: Descending modulation of pain. Neurosci Biobe-
ja dalam batas-batas kepekaan agar fungsi sarafefektif. hav rev 27:729, 2004.
Hamill OP, Martinac B: Molecular basis of mechanotransduc-
Perubohon Jongko Ponjong S6nsitivitos Sinops tion in living cells. Physiol Rev B1:685, 2001.
Akiboi Penombohon otqu Pengurongon Resep- Ivry RB, Robertson LC: The Two Sides of Perception. Cam-
tor Sinops Secqrq Otomolis. Kepekaan jangka pan- bridge, MA: MIT Press, 1998.
jang pada sinaps dapat sangat berubah karena penambahan Kandel ER, SchwartT JH, Jessel TM: Principles of neural Sci-
jumlah protein reseptor di bagian sinaps sewaktg sinaps ence, 4'h ed. New York: McGraw-Hil\, 2000.
Krupa B, Liu G: Does the fusion pore contribute to synaptic
kurang aktif, dan pengurangan reseptor sewaktu sinaps
plasticity? Trends Neurosci 27:62, 2004.
sangat aktif. Mekanismenya adalah sebagai berikut: Pro-
McLachlan EM: Transmission of signal through sympathetic
tein reseptor dibentuk secara konstan oleh retikulum en- ganglia-modulation, integration or simply distribution?
doplasmik-sistem aparatus Golgi dan secara konstan pula Acta Physiol Scand 177:227,2003.
dimasukkan ke dalam membran sinaps neuron reseptor. Mombaerts P: Genes and liganclsfor odorant, vomeronasal and
Namun, bila sinaps terlalu sering dipakai sehingga terlalu taste receptors. Nat Rev Neurosci 5:263, 2004.
banyak bahan transmiter yang berikatan dengan protdin Palmer MJ, von Gersdorff H: Phasic transmitter release from
reseptor, banyak reseptor ini akan inaktifdan dipindahkan tonic neurons. Neuron 35;600, 2002.
dari membran sinaps. Pearson KG: Neural adaptation in the generation of rhythmic
beh.avior. Annu Rev Physiol 62: 723, 2000.
Hal ini sebenarnya menguntungkan sebab penambah-
Renteria RC, Johnson J, Copenhagen DR: Need rods? Get gly-
an atau pengurangan res,eptor, seperti mekanisme peng-
cine receptors and taurine. Neuron 1l' 839, 2001.
atur lainnya yang berfungsi untuk penentuan sensitivitas Richerson GB, l4tu Y: Dynamic equilibrium of neurotransmitter
sinaps, akan terus-menerus mengatur kepekaan setiap tr ansp ort ers : no t j us t fo r reupt ake a ny m ore.. J N e ur op hy s iol
sirkuit sampai pada suatu nilai yang dibutuhkan agar tim- 90. t363,2003.
bul fungsi yang sesuai. Hendaknya dipikirkan sejenak be- Schwartz EA: Transport-medi.ated synapses in the retina. Plrysi-
tapa seriusnya bila pada sebagian kecil sirkuit kepekaan- ol Rev 82:875, 2002.
nya menjadi abnormal tinggi (meningkat); dapat diduga Shen K: Molecular mechani"sms of target specifcity during sy-
akan timbul kram otot terus-menerus, kejang, kelainan napseformation. Curr Opin Neurobiol I4:83, 2001.
psikotik, halusinasi, ketegangan mental, dan kelainan Williams JT Christie MJ, Manzoni O: Cellular and synaptic
adaptations mediating opioid dependence. Physiol Rev
saraf lainnya. Namun untungnya, setiap saat sirkuit men-
B1:299,2001.
i.:rrrj.r:: , r::il:::::r,.::::l::r, r:
,;;,:;',,,;.,r''i:! ::i,,riit:":il
u, -r :: 'r r r
-
#'B', ;'$r,f ," .',' '''-.'-
efi$,A$i..$.$ffi
ffi;
Indera Taktil dan Posisi
i:.i:jilililiiliil ij :. : ,!:rlll
it: i:;t lilijil:,1,rj:'li '' ,i::r
,r;:r::i::i:.,ir:,r,rr. :i
612 UNITIX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik
Deteksi dan Penialaran spasial dari sensasi raba yang sangat berkembang. Badan
Meissner dapat beradaptasi dalam waktu seperdetik sesu-
Sensasi Taktil dah dirangsang, yang berarti bahwa reseptor ini terutama
Hubungon Anloro Sensosi Toktil Rqso Robq, sekali peka terhadap pergerakan objek di atas permukaan
Tekon, don Getoron. Walaupun sensasi raba, tekan, kulit seperti juga terhadap getaran berffekuensi rendah.
dan getaran seringkali digolongkan secara terpisah, se- Ketiga, ujung jari dan daerah-daerah lainnya yang
mua sensasi ini dapat dideteksi oleh jenis reseptor yang mengandung banyak sekali badan Meissner biasanya
juga mengandung banyak reseptor taktil yang ujungnya
sama. Terdapat tiga prinsip yang berbeda di antara sen-
sasi tersebut: (l) sensasi raba umumnya disebabkan oleh meluas, yang salah satu jenisnya adalah diskus Merkel,
perangsangan reseptor taktil yang terdapat di kulit dan diperlihatkan pada Gambar 41-1. Bagian kulit yang be-
dalam jaringan tepat di bawah kulit; (2) sensasi tekan rambut juga mengandung cukup banyak ujung reseptor
umumnya disebabkan oleh adanya perubahan padajaring-
yang melebar, walaupun bagian kulit ini hampir sama
an yang lebih dalam, dan (3) sensasi getaran disebabkan sekali tak mengandung badan Meissner. Jenis reseptor ini
oleh sinyai sensorik yang datang berulang-ulang, tapi be- berbeda dengan badan Meissner karena jenis reseptor ini
berapa dari reseptor yang sama digunakanjuga untuk rasa
menjalarkan sinyal yang pada mulanya kuat namun daya
raba dan tekan. adaptasinya hanya sebagian, dan untuk selanjutnya sinyal
yang dijalarkan itu lebih lemah namun daya adaptasi-
Reseptor Toktil. Terdapat paling sedikit 6 jenis reseptor, nya lambat. Oleh karena itu, reseptor ini berperan dalam
tapi sebenamya masih banyak reseptor taktil yang serupa. menjalarkan sinyal tetap yang dapat menyebabkan orang
Beberapa, digambarkan pada Gambar 46-l bab sebelum- dapat terus-menerus menentukan macam perabaan suatu
nya; sifat-sifat khususnya adalah sebagai berikut. objek pada kulitnya.
.. Pertama, beberapa ujung saraf bebas, yang dapat di- Diskus Merkel sering dikelompokkan bersama-sama
jumpai di semua bagian kulit dan jaringan-jaringan lain- dalam suatu organ reseptor yang disebut reseptor berben-
nya, dapat mendeteksi rabaan dan tekanan. Contohnya, tuk kubah lggo, yang menonjol ke atas sampai di bawah
kontak dengan cahaya pada kornea mata, yang tidak me- epitel kulit, seperti yang digambarkan pada Gambar 47-1.
ngandungjenis ujung saraflain kecuali ujung sarafbebas, Keadaan ini akan menyebabkan epitel di titik ini menon-
namun demikian dapat merasakan sensasi raba dan sen- jol keluar, sehingga membentuk suatu kubah dan mem-
sasi tekan. beri rasa sensitif yang ekstrem. Perhatikan juga bahwa
Kedua, reseptor raba dengan sensitivitas khusus, yak- seluruh kelompok diskus Merkel dipersarafi oleh satu se-
ni badan Meissner (dilukiskan pada Gambar 46-1), yang rabut saraf tunggal besar bermielin (jenis AB). Reseptor
merupakan juluran ujung saraf bermielin dari sensorik ini, bersama dengan badan Meissner yang sudah dibahas
besar bermielin (enis AB). Di dalam selaput ini terdapat sebelumnya, sangat berperan penting dalam melokalisasi
banyak percabangan ujung filamen saraf. Badan ini dapat sensasi raba di daerah permukaan tubuh yang spesifik dan
dijumpai pada bagian kulit yang tak berambut dan ter- menentukan bentuk apayang di rasakan.
utama banyak sekali dqumpai di ujung jari, bibir, dan dae- Keempat, pergerakan sedikit saja pada setiap rambut
rah kulit lain sehingga orang mampu membedakan lokasi tubuh akan merangsang serabut saraf yang pangkalnya
melilit. Jadi, setiap rambut dan bagian dasar serabut saraf, cini dapat mendeteksi sinyal getaran dengan kecepatan 30
yang disebut organ ujung rambut (hair end-organ), jluga sampai 800 getaran per detik karena reseptor dengan sa-
merupakan reseptor raba. Reseptor ini dapat segera ber- ngat cepat berespons terhadap perubahan bentukjaringan
adaptasi, dan seperti halnya badan Meissner, reseptor ter- yang cepat dan kecil,"dan reseptor inijuga dapat menjalar-
utama mendeteksi (a) pergerakan objek pada permukaan kan sinyalnya melalui serabut saraf jenis AB, yang dapat
tubuh atau (b) kontak awal dengan tubuh. menjalarkan sebanyak 1000 impuls per detik. Sebaliknya,
Kelima, di lapisan kulit dan juga di jaringan bagian getaran berfrekuensi rendah dari 2 sampai 80 getaran per
dalam yang lebih dalam banyak dijumpai ujung organ detik, akan merangsang reseptor taktil lainnya-terutama
Ruffini, yang bercabang banyak, ujungnya bermielin, se- badan Meissner, yang adaptasinya lebih lambat daripada
perti yang telah digambarkan pada Gambar 46-1. Adap- adaptasi badan paccini.
tasi ujung organ ini sangat lambat, sehingga reseptor ini
berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan bentuk ja-
ringan yang datang terus-menerus, misalnya sinyal raba
Rasa Geli dan Gatal
dan tekan yang besar dan berkepanjangan. Reseptor ini Penelitian neurofi siologi telah memperlihatkan adany a
juga dapat dijumpai pada selaput sendi dan membantu
ujung saraf bebas mekanoreseptif yang sangat peka dan
menjalarkan sinyal derajat rotasi sendi. beradaptasi cepat yang hanya menerima sensasi geli dan
Keenam, badan paccini, yang telah dibicarakan secara sensasi gatal. Selanjutnya, ujung serabut saraf ini dapat
rinci pada Bab 46, terletak tepat di bawah kulit dan juga di dijumpai banyak sekali pada lapisan superfisial kulit,
jaringan fasia tubuh. Reseptor ini hanya dapat dirangsang yang juga merupakan satu-satunya jaringan yang biasa-
oleh penekanan lokal jaringan yang cepat karena resep- nya dapat menerima rangsangan gatal dan geli. Sensasi
tor ini dapat beradaptasi dalam waktu sepersekian ratus ini dijalarkan 4relalui serabut saraf C sangat kecil yang
detik. Oleh karena itu, reseptor ini terutama berguna un- tak bermielin seperti serabut saraf yang dipakai untuk
tuk mendeteksi getaran jaringan atau perubahan mekanis menjalarkan rasa nyeri tipe lambat.
y ang cepat pada j aringan.
Ada dugaan bahwa tujuan sensasi gatal ini untuk mem-
berikan perhatian pada rangsangan permukaan yang ringan,
Penjoloron SinyolToktil podo Serobul Sorol Peri- seperti rambatan kutu pada kulit atau gigitan nyamuk, dan
fer. Hampir semua reseptor sensorik yang khusus, seperti sinyal yang diterima kemudian akan mengaktifkan refleks
badan Meissner, reseptor berbentuk kubah iggo, reseptor
m'enggaruk atau tindakan lain untuk membuang kumpul-
rambut, badan paccini, dan ujung-ujung Ruffini, men-
an bahan iritan. Rasa gatal dapat diatasi dengan mengga-
jalarkan sinyalnya melalui serabut saraf jenis AB yang
ruk jika tindakan ini dapat mengangkat bahan iritan atau
mempunyai kecepatan penjalaran 30 sampai 70 m/detik. jika garukan cukup kuat untuk menimbulkan rasa nyeri.
Sebaliknya, reseptor taktil ujung saraf bebas terutama
Sinyal nyeri ini dianggap dapat menekan sinyal gatal dalam
menjalarkan sinyalnya melalui serabut saraf kecil jenis medula spinalis dengan cara penghambatan lateral, seperti
A,6 bermielin yang mempunyai kecepatan penjalaran ha-
yang dijelaskan pada Bab 48.
nya 5 sampai 30 m/detik.
Beberapa ujung saraf bebas (untuk rasa taktil) men-
, jalarkan sinyalnya melalui serabut sarafjenis C tak bermie- Jaras Sensoris untuk
lin yang mempunyai kecepatan penjalaran seperbeberapa Menjalarkan Sinyal Somatik
meter sampai 2 m/detik; serabut saraf ini mengirimkan
sinyal ke medula spinalis dan batang otak bagian bawah, ke Sistem Saraf Pusat
yang terutama mungkin untuk menjalarkan sensasi gatal.
Hampir seluruh informasi sensorik yang berasal dari seg-
Jadi, jenis sinyal sensorik yang sifatnya lebih kritis-
men somatik tubuh memasuki medula spinalis melalui
yakni yang membantu menentukan tempat yang tepat di
saraf-saraf spinal pada radiks dorsalis. Biarpun begitu,
kulit, derajat intensitas yang sangat minim, atau perubah-
dari titik masuk ke dalam medula spinalis ini dan kemudi-
an intensitas sinyal sensoris yang cepat-semuanya ini
an ke otak, sinyal sensorik akan dibawa melalui salah satu
dijalarkan melalui jenis serabut saraf sensorik yang pen-
jalarannya cepat. Sebaliknya, sinyai yang bersifat lebih
dari dua jaras sensorik bolak-balik: (l) sistem kolumna
do r s al is -lemni skus medial i s atau (2) s is t em ant ero I at er al.
kasar, seperli tekanan kasar, rasa raba yang kurang dilo-
Kedua sistem ini sebagian akan kembali bertemu pada
kalisir tempat perabaannya, dan khususnya rasa gatal, di-
tingkat talamus.
jalarkan melalui serabdt sarafsangat kecil yangjauh lebih
Sistem kolumnaldorsalis-lemniskus medialis, sesuai
lambat yang membutuhkan ruang lebih sedikit dalam
dengan namanya, menjalarkan sinyal naik ke medula otak
kumpulan saraf dibandingkan serabut yang lebih cepat.
terutama dalam kolumna dorsalis medula spinalis. Lalu,
setelah sinyal tersebut bersinaps dan menyilang ke sisi
Deteksi Getaran berlawanan di dalam medula, sinyal tersebut akan naik
melalui lemnikus medialis di batang otak menuju talamus.
Semua reseptor taktil ikut berperan dalam mendeteksi ge- Sebaliknya, sinyal dalam sistem anterolateral, segera
taran, walaupun bermacam-macam reseptor dapat men- setelah memasuki medula spinalis dari radiks saraf spina-
deteksi bermacam-macam frekuensi getaran. Badan pac- lis dorsalis, bersinaps di dalam kornu dorsalis substansia
614 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiotogi Sensorik
kedua sistem di atas. Yakni, informasi sensorik yang ha- GAMBAR 47-2. Potongan melintang medula spinalis yang meng-
rus dijalarkan dengan cepat dan dalam waktu yang sing- gambarkan anatomi substansia grisea medula spinalis dan trak-
kat terutama akan dijalarkan oleh sistem kolumna dor- tus sensorik asenden di dalam kolumna alba medula spinalis.
Salis-lemniskus medialis, sedangkan informasi yang tak
perlu dijalarkan dengan cepat atau dengan tempo yang
lama terutama dijalarkan oleh sistem antero-lateral.
Sistem anterolateral mempunyai kemampuan khusus Penjalaran Melalui
yang tidak dimiliki oleh sisiem dorsalis, yakni kemam- Sistem Kolumna Dorsalis-
puan untuk menjalarkan modalitas sensasi yang sangat
luas-misalnya sensasi nyeri, hangat, dingin, dan taktil Lemniskus Medialis
yang kasar; sebagian dari semua ini akan dibahas dengan
Anatomi Kolumna Dorsalis-
lebih rinci pada Bab 48. Sistem dorsalis hanya terbatas
Sistem Lemnikus Medialis
untuk sensasi mekanoreseptifjenis teftentu.
Dengan mengingat diferensiasi ini, kita dapat mem- Sewaktu memasuki medula spinalis melewati saraf spi-
buat daftarjenis-jenis sensasi yang dapat dijalarkan oleh nal dalam radiks dorsalis, serabut saraf besar bermielin
kedua sistem di atas. yang berasal dari mekanoreseptor khusus segera terba-
gi menjadi bentuk cabang medial dan cabang lateral,
seperti yang diperlihatkan pada serabut yang letaknya
Kolumna Dorsalis-Sistem di sebelah tangan kanan yang masuk melalui radiks spi-
Lemnikus Medialis nalis dalam Gambar 47-2. Cabang medial pbrtama kali
berbelok ke medial, lalu naik melalui kolumha dorsalis,
1. Sensasi raba membutuhkan rangsangan melanjutkan perjalananhya ke otak melewati jaras ko-
dengan
derajat lokalisasi tinggi. lumna dorsalis.
2. Sensasi raba membutuhkan penjalaran impuls de- Cabang lateral memasuki kornu dorsalis substansia
ngan intensitas gradasi yang halus. grisea medula spinalis, kemudian bercabang banyak se-
J. Sensasi fasik, misalnya sensasi getaran. kali untuk membuat ujung-ujung yang akan bersinaps
4. Sensasi terhadap sinyal geiakan pada kulit. dengan neuron-neuron iokal di daiam bagian intermediat
5. Sensasi posisi tubuh dari persendian.
dan anterior substansia grisea medula spinalis. Neuron-
6. Sensasi tekan yang berkaitan ilengan derajat penen- neuron lokal akan melakukan tiga fungsi: ( I ) Banyak di
tuan intensitas tekanan. antaranya mengeluarkan serabut yang masuk kembali ke
kolumna dorsalis medula spinalis dan kemudian berjalan
naik ke otak. (2) Sebagian besar serabut tersebut sangat
pendek dan beralhir secara lokal di dalam korda dorsa-
Sistem Anterolateral
lis substansia grisea untuk menimbulkan refleks medula
l. Rasa nyeri spinalis lokal, yang nantinya akan dijelaskan pada Bab
2. Sensasi termal, meliputi.sensasi hangat dan dingin. 54. (3) Yang lainnya membentuk traktus spinoserebela-
3. Sensasi raba dan tekan kasar yang mampu menen- ris, yang akan kita bicarakan pada Bab 56 sehubungan
tukan tempat perabaan kasar pada tempat penekan- dengan fungsi serebelum.
an tubuh
Joros Kolumno Dorsolis-Medulo Spinolis. perha-
4. Sensasi geli dan gatal.
tikan Gambar 47-3, Lernyata serabut-serabut sarafyang
5. Sensasi seksual.
memasuki kolumna dorsalis akan melewati kolumna
BAB 47 Sensasi Somatik: l. Pengaturan Umum, lndera Taktil dan Posisi 615
Korteks
GIRUS POSTSENTRALIS
Ekstremitas
Traktus spinotalamikus
Lemniskus medialis
"rr:t{f.ir.
Lt ;- Nuklei pada Lemniskus medialis
1fY .r kolumna dorsal
GAMBAR 47-4. Penjuluran sistem kolumna dorsalis-lemniskus
Cabang asenden medialis yang melalui talamus menuju kofteks somatosensorik.
serabutserabut radiks (Dimodifikasi dari Brodal A: Neurological Anatomy in Relation to
) dorsalis
Clinical Medicine. New York, Oxford University Press, 1969.)
Medula spinalis
TraKus spinoservikalis
Orientasi Spasial Serabut Saraf pada
Sistem Kolumna Dorsalis-Lemn iskus
Radiks dorsalis Medialis
dan ganglion spinal Salah satu ferbedaan yang terdapat dalam sistem kolum-
na dorsalis-lemniskus medialis adalah adanya orientasi
spasial yangjelas pada serabut sarafyang berasal dari ba-
GAMBAR 47-3, Jaras kolumna dorsalis-lemniskus medialis un-
gian-bagian tubuh dan orientasi ini tetap dipertahankan.
tuk menjalarkan jenis sinyal taktil yang kritis. (Dimodifikasi dari
Ranson SW, Clark SL: Anatomy of the Nervous System. Philadel- Contohnya, dalam kolumna dorsalis medula spinalis, se-
phia, W. B. Saunders Co, 1959.) rabut-serabut yang berasal dari bagian bawah tubuh ter-
letak berhadapan dengan bagian pusat medula spinalis,
sedangkan serabut yang memasuki medula spinalis pada
naik menuju medula dorsalis, tempat serabut-serabut segmen medula spinalis yang lebih tinggi akan diletakkan
ini akan bersinaps pada nuklei kolumna dorsalis (nuklei di sebelah lateral.
grasilis dan nuklei kuneatus). Dari nuklei terseblur, neu- Dalam talamus, orientasi spasial yang jelas masih te-
ron tingkat kedua akan segera menyilang ke sisi yang
tap dipertahankan, dengan bagian terakhir tubuh digam-
berlawanan batang otak dan akan naik melewali lem-
barkan oleh sebagian besar bagian lateral kompleks ven-
niskus medialis ke talamus. Dalam jaras yang melewati
batang otak ini, setiap lemniskus medialis bergabung tlobasal, dan kepala serta wajah digambarkan oleh area
dengan serabut-serabut tambahan yang berasal dari nu- medial kompleks tersebut. Biarpun begitu, oleh karena
kleus s e ns orik ut ama ne rvus t r i ge m i nal ; serabut-serabut lemniskus medialis menyilang di medula oblongata, sisi
ini akan membantu fungsi sensorik yang sama untuk ke- kiri tubuh akan digambarkan di sisi kanan talamus, dan
pala seperti serabut kolumna dorsalis membantu untuk sisi kanan tubuh akan digambarkan di sisi kiri talamus.
tubuh. I
Area somatosensorlk I
GAMBAR 47-5. Daerah yang secara struktur.berbatas jetas, GAMBAR 47-6. Kedua area somato€ensorik korlikal, area so-
dikenal sebagai "area Brodmann", pada kofteks serebri manusia. matosensorik I dan ll.
Perhatikan secara khusus daerah 1, 2, dan 3, yang merupakan
area somatosensorik primer l, dan daerah 5 dan 7, yang meru-
pakan area somatosensorik asosiasi.
untuk area I daripada untuk area II. Area somatosensorik I
memiliki derajat lokalisasi yang tinggi terhadap berbagai
bagian tubuh yang berbeda, seperti yang ditunjukkan oleh
logi yang berbeda. Peta itu sendiri sangat penting karena nama-nama dari hampir seluruh bagian tubuh pada Gam-
digunakan oleh semua ahli neurofisiologi dan ahli neuro- bar 47-6. Sebaliknya, lokalisasi tidak begitu baik pada
logi untuk merujuk dengan nomor daerah-daerah dengan daerah somatosensorik II, walaupun secara kasar, wajah
fungsi berbeda pada korteks manusia. diwakili di sebelah anterior, lengan di daerah sentral, dan
Perhatikan pada gambar tersebut, terdapat daerah f- tungkai di daerah posterior.
sura sentralis yang besar (uga disebut sulkus sentralis) Hanya sedikit hal yang diketahui mengenai fungsi
yang meluas secara horisontal menyilang otak. Pada daerah somatosensorik IL Tetah diketahui bahwa sinyal
umumnya, sinyal sensorik dari semua modalitas sensasi yang masuk ke daerah ini, yang berasal dari batang otak,
berakhir persis pada bagian posterior korteks serebri sam, dijalarkan ke atas dari kedua sisi tubuh. Selain itu, banyak
pai ke fisura sentralis. Umumnya, separuh bagian anterior sinyal yang datang secara sekunder dari daerah somato-
lobus parietalis hampir seluruhnya dikaitkan dengan pe- sensorik I dan daerah sensorik lain pada otak, bahkan dari
nerimaan dan interpretasi sinyal somalosensorlfr. Namun, daerah penglihatan dan pendengaran. Proyeksi dari area
separuh bagian posterior lobus parietalis menyediakan somatosensorik I dibutuhkan untuk fungsi area somato-
tingkat interpretasi yang lebih tinggi lagi. sensorik II. Namun, pengangkatan bagian area somato.
Sinyal penglihatan berakhir di lobus oksipitalis, se- sensorik II tampaknya tidak rnenimbulkan respons neu-
dangkan sinyal pendengaran dt lobus temporalis. ron pada area somatosensorik I. Jadi, yang kita ketahui
Sebaliknya, bagian anterior kofieks serebri sampai tentang sensasi somatik tampaknya sudah dijelaskan oleh
fisura sentralis dan meliputi separuh bagian posterior lo- fungsi daerah somatosensorik I.
bus frontalis yang disebut korteks motorik, hampir selu-
ruhnya bisa dikatakan bekerja mengendalikan kontraksi Orienlosi Sposiol Sinyol yong Berosol Dori Berbo-
otot dan gerakan tubuh. Bagian utama pengendali rnotorik goi Bogion Tubuh Dolom Areo Somotosensorik L
ini sebagai respons dari sinyal somatosensorik yang dari Pada korteks serebri manusia, area somatosensorik I terle-
bagian sensorik korteks, yang membuat korleks motorik tak di girus postsentralis (pada area Brodmann 3 , I , dan 2)
tetap mendapat informasi setiap saat m€ngenai posisi dan yang terletak tepat di belakang sulkus sentralis.
gerakan berbagai bagian tubuh yang berbeda. Gambar 47-7 memperlihatkan potongan melintang
otak setinggi girus postsentralis, tampak adanya gambar-
Areo Somotosensorik I don ll. Gambar 47-6 mem- an bagian-bagian tubuh pada bermacam-macam daerah
perlihatkan dua daerah sensorik terpisah di lobus parieta- area somatosensorik I. Perhatikan, setiap sisi lateral kor-
lis anterior yang disebut area somatosensorik I dan area teks menerima informasi sensorik hampir seluruhnya dari
somatosensorik IL Alasan untuk pembagian daerah ini sisi tubuh yang berlawanan.
menjadi dua adalah diterhukannya orientasi spasial yang Tampak beberapa daerah tubuh mempunyai gambar-
berbeda dan terpisah dari berbagai bagian tubuh pada se- an area yang luas di korteks somatik-bibir mempunyai
tiap kedua daerah ini. Biarpun begitu, area somatosenso- gambaran arca yang paling luas, diikuti oleh wajah dan
rik Ijauh lebih luas dan lebih penting bagi fungsi sensorik ibu jari-sedangkan punggung dan tubuh bagian bawah
tubuh daripada area somatosensorik II, pada umumnya relatif kecil. Ukuran daerah ini langsung sesuai dengan
istilah "korteks somatosensorik" lebih biasa digunakan jumlah reseptor sensorik khusus yang terdapal pada area
BAB 47 Sensasl Somatik: l. Pengaturan Umum, lndera Taktil dan Posisi 617
ffib*b€''*&b
<wlii?s "as
xf,*:f;,#;'Wq
-
ti
f$*fi#:,ffi itii:t";;"'";
r.-' ,'t-Bibiratas
"t*-'i t
*E
-!;
I
r'. ,l- eioir .}*
'l*j*_dl-tsrbrrbawah
l- r,0,,. o.*"n ':"i'::;;;;;.-rn
\r.
"f;l l- Gigi, gusi, dan rahang
ls i{
ril-Lidah i'tl
itr
:.. '*'e
"t- Faring
t-r",i^^ Y
- nc--inii,-.ooo'"n i
r*&*'*,2,"." "-r1.
'tt:-
|
ii
Gambar 47-7. Representasi beragam area tubuh pada area
kofteks somatosensorik I. (Dari Penfield W, Rasmussen T: Cere-
bral Coftex ot Man: A Clinical Study of Localization of Function.
New York: Hafner, 1968.)
dapat menanggapi rangsangan taktil yang diberikan pada Perhatikan juga bahwa dalam daftar di atas tidak di-
rambut, yang lainnya terhadap tekanan yang diberikan se- singgung sama sekali mengenai hilangnya rasa nyeri dan
cara menyebar pada kulit, dan sebagainya. Pada lapisan rasa suhu. Pada keadaan ketiadaan yang spesifik hanyapa-
IV, tempat sinyal sensorik masukan pertama-tama masuk da area somatosensorik I, pengertian terhadap modalitas
korteks, fungsi neuron dalam kolumna hampir seluruhnya sensorik tersebut tetap diperlahankan baik pada kualitas
terpisah satu sama lain. Biarpun begitu, pada tingkat ko- dan intensitasnya. Namun, sensasi tersebut sukar diloka-
lumna yang lainnya dapat terjadi suatu interaksi sehingga lisasi menunjukkan bahwa lokalisasi rasa nyeri dan rasa
mengawali analisa arti dari sinyal sensorik. suhu itu terutama bergantung pada susunan peta topografi
Pada jarak 5 sampai 10 milimeter paling anterior dari bagian-bagian tubuh pada area somatosensorik I agar
girus post-sentralis, suatu daerah kolumna vertikalis yang sumber rangsangan dapat diketahui.
tak begitu luas yang terletak di bagian dalam sulkus sen-
tralis pada area3a Brodmann, bagian besar dari kolumna
vertikalis yang khusus yang berhubungan pada reseptor Area Asosiasi Somatosensorik
regang di otot, tendon, dan sendi. Banyak sinyal yang ber- Area Brodmann 5 dan 7 pada korteks serebri, terletak
asal dari kolom sensoris ini kemudian menyebar ke ante- dalam korteks parietalis di belakang area somatosensorik
rior, langsung ke korteks motorik yang terletak tepat di I (lihat Gambar 47-5),berperan penting untuk mengurai-
depan sulkus sentralis. Sinyal ini berperan penting dalam kan pengertian mendalam dari informasi sensorik pada
mengatur aliran sinyal motorik yang mengaktifkan serang- area somatosensorik. Oleh karena itu, daerah ini disebut
kaian konl.raksi otot. area as os ias i s omatos ens orik.
Bila kita bergerak ke arah posterior pada area somato- Rangsangan listrik pada area asosiasi somatosensorik
sensorik I, maka ada lebih banyak lagi kolumna verlikalis kadangkala dapat menyebabkan seseorang yang terjaga
yang berespons terhadap reseptor kulit beradaptasi lam- mengalami sensasi tubuh yang kompleks, yang kadang-
bat, dan lebih ke posterior lagi dapat kita jumpai banyak kala bahkan dapat "seperti merasa terkena" suatu benda
sekali kolumna yang peka terhadap rasa tekan dalam. misalnya pisau atau bola. Oleh karena itu, tampaknya me-
Di bagian yang paling posterior area somatosensorik I, mang jelas bahwa area asosiasi somatosensorik ini dhpat
ada kira-kira 6 persen kolumna vertikalis yang hanya be- menggabungkan informasi-informasi yang datang dari
respons bila diberikan stimulus yang digerakkan di sepan- banyak titik pada area somatosensorik primer sehingga
jang kulit dengan arah tertentu. Jadi, sebenarnya ini masih akhimya arti informasi itu dapat diuraikan. Keadaan irti
merupakan tingkat interpretasi sinyal sensorik yang lebih juga akan melengkapi susunan anatomi dari traktus neu-
tinggi; prosesnya menjadi lebih kompleks, karena sinyal ron yang memasuki area asosiasi somatosensorik, karena
kemudian kembali dari area somatosensorik I ke korteks area ini menerima sinyal-sinyal yang berasal dari (l) area
parietal, suatu daerah yang disebut area asosiasi somatik, somatosensorik f, (2) nuklei ventrobasal talamus, (3) dae-
yang akan dibicarakan lebih lanjut. rah lain dalam talamus, (4) korteks visual, dan (5) korteks
auditorik.
Fungsi Area Somatosensorik I
Pemotongan bilateral yang meluas pada area somatosen- Efek Pengongkolon Areo Asosiosi Somolosen-
sorik I menyebabkan hilangnya jenis pertimbangan sen- sorik-Amorfosintesis. Bila area asosiasi somatosen-
sorik berikut: sorik diangkat pada salah satu sisi otak, pasien akan ke-
hilangan kemampuan untuk mengenali objek kompleks
l. Pasien tak dapat menentukan lokasi dari berbagai
dan bentuk kompleks yang dirasakan pada sisi tubuh yang
macam sensasi yang timbul di bagian-bagian tubuh.
berlawanan. Selain itu, pasien akan kehilangan sebagian
Namun, pasien dapat menentukan lokasi sensasi
besar perasaan bentuk tubuh atau bagian tubuhnya pada sisi
ini secara kasar, misalnya bagian teftentu tangan yang berlawanan. Bahkan, pasien terutama lupa tentang
ke tingkat utama tubuh, atau ke salah satu tungkai.
sisi tubuhnya yang berlawanan-jadi ia lupa bahwa ada sisi
Jadi, jelas bahwa batang otak, talamus, atau bagian
tubuh yang lainnya itu. Karena itu, ia seringkali lupa untuk
korteks serebrinya tak dapat secara nonnal mem-
menggunakan sisi tubuhnya yang lain untuk fungsi moto-
pertimbangkan hubungan antara sensasi somatik
rik. Dengan demikian, bila merasakan suatu objek, ia akan
dengan luas tempat timbulnya sensasi.
cenderung mengenali hanya satu sisi objek dan melupakan
2. Pasien tak dapat menentukan berapa besar tekanan
keberadaan sisi lainnya. Berkurangnya sensorik yang kom-
yang diberikan pada tubuh.
pleks ini disebut sebagai agnorfosintesis.
3. Pasien tak dapat menentukan berapa berat suatu
objek.
4. Pasien tak mampu menentukan bentuk suatu ob- Sifat-Sifat Penjalaran dan
. jek. Keadaan ini disebut astereognosis Analisis Sinyal dalam Sistem
5. Pasien tak mampu menentukan susunan suatu ba-
Kolumna Dorsalis-Lemnikus Medialis
han, sebab kemampuan untuk menentukan ini ber-
gantung pada tingginya sensasi kritis yang ditimbul- Sirkuit Neuron Dosor dolom Sistem Kolumno
kan oleh gerakan jari di atas permukaan yang akan Dorsolis-lemnikus Mediolis. Bagian.bawah Gam-
ditentukan itu. bar 47-9 menjelaskan susunan dasar dari sirkuit neuron-
BAB 47 Sensasi Somatik: !. Pengaturan Umum, lndera Taktil dan Posisi 619
E
Ito)
OJ
E CJ
o
l!
n%
G
ltt Stimulus G &
G sedang
q
o)
{'& E
&
q
trt {! t tl
(!
6
d\
.!
"tL
6.
(! $.
fl
:.
z
r+
*E
t! ,4 (g
T 4
&
G
J /stimulust 0)
d) g -,-
0,1
tr)
!)
f tew-h c)
o-
g
o- E '40"
\
\-
\\\\
\ Dua titik berdekatan
yang dirangsang kuat
rik lateral; sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik an, bahkan walaupun intensitas suara dari kedua penga-
dan menghambat neuron yang berdekatan. Sebagai con- laman ini dapat bervariasi sampai lebih dari l0 milyar
toh, ingatlah neuron yang dirangsang di nukleus kolumna kali; mata dapat melihat bayangan visual dengan inten-
sitas cahaya yang variasinya sampai setengah juta kali;
dorsalis. Selain dari pusat sinyal eksitatorik, jaras lateral
dan kulit dapat mengenali perbedaan tekanan 10.000
pendek juga menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di
sampai 100.000 kali.
sekitamya. Jadi, sinyal ini lewat melalui intemeuron tam- Seperti sebagian penjelasan dari efek-efek ini, Gam-
bahan yang menyekres i transm iter inhibitorik. bar 46-4 pada bab sebelumnya memperlihatkan hubung-
Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa inhibisi ini an potensial reseptor yang dihasilkan oleh korpuskel
menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke lateral se- pacini dengan intensitas rangsangan sensorik. Pada in-
hingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik tensitas rangsangan yang lemah, perubahan intensitas
yang dirasakan di korteks serebralis. cahaya meningkatkan potensial secara nyata, sedang-
Pada sistem kolumna dorsalis, sinyal inhibisi lateral kan pada intensitas rangsangan yang kuat, peningkatan
potensial reseptor selanjutnya hanya sedikit. Jadi, kor-
ini timbul di setiap tingkat sinaps, contohnya dalam (l)
puskel pacini mampu menilai secara akuratperubahan-
nuklei medula kolumna dorsalis, (2) nuklei ventrobasal
perubahan rangsangan yang sangat kecil dengan tingkat
talami, dan (3) korteks itu sendiri. Pada setiap tingkatan intensitas rendah, tetapi pada tingkat intensitas tinggi.
ini, inhibisi lateral membantu memblok penyebaran sinyal perubahan rangsangan harus jauh lebih besar untuk
eksitasi ke lateral. Akibatnya, puncak eksitasi akan me- menghasilkan j umlah perubahan yang sama pada poten-
nonjol, dan sebagian besar rangsangan yang menyebar ke sial reseptor.
sekelilingnya akan dihambat. Pengaruh ini digambarkan Mekanisme transduksi untuk mendeteksi suara mela-
dalam dua kurva merah pada Gambar 47-10, yang mem- lui koklea telinga memperlihatkan masih adanya meto-
perlihatkan pemisahan yang sempuma dari puncak-pun- de lain untuk memisahkan radiasi intensitas rangsangan.
Ketika suara merangsang pada titik spesifik di membran
caknya sewaktu intensitas inhibisi lateral sangat besar.
basilar, suara yang lemah hanya merangsang sel-sel ram-
but pada titik getaran suara maksimum. Tetapi, seiring
Penjoloron Sensqsi yong Cepot Berubqh don dengan peningkatan intensitasnya, suara juga membuat
Berulong-Ulong. Sistem kolumna dorsalis juga mem- masih lebih banyak lagi sel-sel rambut lain dalam se-
punyai makna khusus dalam memberitahukan pada pan- tiap arah yang terletak jauh dari titik maksimum getaran
caindera tentang adanya kondisi di perifer yang cepat menjadi terangsang. Jadi, penjalaran sinyal-sinyal dija-
berubah. Berdasarkan pada potensial aksi yang tercatat, larkan melalui serabut saraf yang iumlahnya meningkat
sistem ini dapat mengenali perubahan stimuli yang terjadi secara progresif, yang merupakan bentuk mekanisme
sampai 1/400 detik. lain untuk menjalarkan intensitas rangsangan ke sistem
saraf pusat. Mekanisme ini, ditambah efek langsung in-
tensitas rangsangan terhadap kecepatan impuls dalam
Sensasi Getaran. Sinyal getaran sebetulnya datang se-
setiap serabut saraf, serta beberapa mekanisme lain-
cara cepat dan berulang-ulang serta dapat dideteksi sebagai
nya, membuat beberapa sistem sensorik dapat bekerja
suatu getaran sampai 700 getaran per detik. Sinyal getaran dengan baik pada keadaan perubahan tingkat intensitas
berfrekuensi lebih tinggi berasal dari badan pacini pada iangsangan sebanyak jutaan kali.
kulit dan jaringan dalam, namun sinyal dengan frekuensi
rendah (sekitar di bawah 200 per detik) dapat berasal dari Penlingnyo Rentong lnlensilos yong Besor dqri
badan Meissner. Sinyal ini hanya dijalarkan melalui jaras Penerimoon Sensorik. Rentang intensitas peneri-
maan sensorik sangat luas, tetapi berbagai sistem sen-
kolumna dorsalis. Dengan alasan ini, pemberian rangsang-
sorik lebih sering hanya bekerja pada rentang yang telah
an getaran (contohnya, dengan sebuah garpu tala) pada
ditentukan. Hal ini diperlihatkan oleh usaha sebagian
bermacam-macam bagian tubuh merupakan alat bantu besar orang, ketika mengambil foto dengan kamera, un-
penting yang digunakan oleh para neurolog unfuk meng- tuk mengatur pajanan cahaya tanpa menggunakan alat
uji integritas fungsional dari kolumna dorsalis. ukur cahaya. Karena tidak memiliki kemampuan un-
tuk menilai intensitas cahaya, seseorang hampir selalu
menggunakan film pada siang hari dan tidak menggu-
lnterpretasi Mengenai nakannya pada keadaan remang-remang. Ternyata mata
lntensitas Rangsangan Sensoris seseorang manpu membedakan objek penglihatan de-
ngan sangat rinci pada cahaya matahari terang dan pada
Tujuan akhir dari sebagian besar rangsangan sensorik cahaya remang-remang; sedangkan kamera tidak dapat
adalah untuk memberitahu kita tentang keadaan tubuh melakukan hal ini tanpa manipulasi yang sangat khusus
dan sekitarnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk karena rentang kritis intefsitas cahayanya, yang diperlu-
membahas secara ringkas tentang beberapa prinsip yang kan untuk keperluan pemajanan film, sangat sempit.
berkaitan dengan penjalaran intensitas rangsangan sen'
sorik ke tingkat yang lebih tinggi pada sistem saraf.
Pertaryaan pertama yang datang di benak kita ada-
Penilaian Intensitas Rangsangan
lah, bagaimana mungkin sistem sensorik dapat menja-
larkan pengalaman sensorik dengan berbagai intensitas Prinsip Weber-Fechner-Pengenolon "Rosio"
yang sangat luas? Sebagai contoh, sistem auditorik da- Kekuoion Rongsongon. Pada pertengahan tahun
pat mengenali bisikan yang mungkin paling lemah tetapi 1800-an, mula-mula Weber kemudian Fechner menga-
dapatjuga menangkap denganjelas arti dari suara ledak- jukan prinsip bahwa gradasi kekuatan rangsangan di-
BAB 47 Sensasl Somatik: !. Pengaturan lJmum, tnderaTakfit dan Posisi 621
bedakan secata proporsional dalam bentuk logaritma seperti yang ditunjukkan pada Gambar 47-11, dan bila
kekuatan rangsangan. Yaitu, seseorang yang sudah me- nilai kuantitatifyang sesuai untuk konstanta y, K, dan k
megang beban 30 gram di tangannya dapat secara kasar telah ditemukan, dapat diperoleh hubungan linear antara
menyadari adanya kenaikan berat sebanyak I gram, dan kekuatan rangsangan yang diinterpretasikan dengan ke-
ketika sudah memegang beban seberat 300 gram, orang kuatan rangsangan sebenarnya hingga menc4pai rentang
tersebut dapat menyadari adanya kenaikan l0 gram yang luas untuk hampir semuajenis persepsi sensorik.
ketika memegang benda seberat 300 gram. Jadi, pada
keadaan ini, rasio perubahan kekuatan rangsangan yang
diperlukan untuk menyadari itu masih tetap konstan, se- lndera Posisi
kitar I sampai 30, yang merupakan prinsip logaritma.
Untuk memperlihatkan hal ini secara matematis, Indera posisi seringkali disebut juga indera proprioseptif.
Indera ini dapat dibagi dalam dua subtipe: (I) indera po-
Kekuatan sinyal yang diinterpretasikan =
sisi statis, yang berarti dengan sadar mampu malakukan
Log (Rangsangan) + Konstanta
persepsi orientasi bagian-bagian tubuh satu sama lainnya,
Akhir-akhir ini, telah dibuktikan bahwa prinsip Weber- dan (2) indera kecepatan gerakan, yang juga disebut kl-
Fechner secara kuantitatif hanya akurat untuk intensi- nes tes ia atau propr ios eps I dinamik.
tas penglihatan, pendengaran, dan pengalaman sensorik
kutaneus yang lebih tinggi, dan penerapannya tidak be-
Resepior lndero Posisi. Pengetahuan mengenai po-
gitu baik pada kebanyakan pengalaman sensorik jenis
sisi, baik yang statik inaupun yang dinamik, bergantung
lain. Ternyata prinsip Weber-Fechner masih yang paling
pada pengetahuan mengenai derajat sudut semua sendi
baik untuk diingat karena hal ini memperkuat dugaan
bahwa semakin besar intensitas sensorik yang diterima, pada semua posisi dan kecepatan perubahannya. Oleh
semakin besar pula perubahan tambahan rangsangan karena itu, berbagai jenis reseptor multipel yang berbeda
yang diperlukan agar kita dapat mendeteksi perubahan membantu menentukan sudut sendi dan digunakan ber-
tersebut. sama-sama untuk indera posisi. Reseptor raba kulit dan
reseptor dalam di sekitar sendi digunakan pula. Padajari-
Hukum Kekuolon. Hal lain yang diusahakan olel.t jari, yang memiliki reseptor kulit sangat banyak, sebagian
para ahli fisiologi untuk menemukan hubungan mate-
pengenalan posisi diduga dilakukan oleh reseptor kulit.
matis yang baik adalah dengan rumus berikut, dikenal
sebagai prinsip kekuatan: Sebaliknya, pada kebanyakan sendi besar, reseptor dalam
bersifat lebih penting.
Kekuatan sinyal yang diinterpretasikan =
Untuk menentukan pembengkokan sendi pada ren-
K. (Rangsangan - k)v
tang gerakan yang sedang, di antara reseptor yang paling
Pada rumus ini, eksponen y dan konstanta K dan k ber- penting adalah gelondong otot. Gelondong ototjuga pen-
beda untuk setiap jenis sensasi. ting dalam membantu mengendalikan gerakan otot, se-
Bila hubungan prinsip kekuatan ini diterapkan pada perti yang akan kita lihat pada Bab 54. Bila sudut sendi
grafik yang menggunakan koordinat logaritma ganda,
berubah, beberapa otot menjadi teregang sementara yang
lain mengendur, dan informasi regangan netto dari gelon-
dong dijalarkan ke sistem komputasional medula spinalis
dan daerah yang lebih tinggi pada sistem kolumna dorsa-
500 Iis untuk menguraikan pembengkokan sendi.
Pada pembengkokan sendi yang ekstrem, regangan
c ligamen dan jaringan dalam di sekitar sendi adalah fak-
G
tor tambahan penting dalam menentukan posisi. Jenis
(g
o ujung-ujung sensorik yang digunakan untuk hal ini adalah
IEtoo korpuskel pacini, ujung-ujung Ruffini, dan reseptor yang
oJ lg serupa dengan reseptor tendo Golgi yang ditemukan pada
i= -O En tendon otot.
;< Korpuskel pacini dan gelondong otot terutama di-
.!tr adaptasikan untuk mengenali perubahan dengan kecepat-
13
(!
zo an tinggi. Ada kecenderungan bahwa ini adalah reseptor
IE yang paling bertanggung jawab untuk mengenali kecepat-
-?
o
10 an pergerakan
Y
Pengolohon lnformqsi lndero Posisi Dolom Jq-
10 100 1000 10,000 ros Kolumno Dorsolis-Lemnikus Mediolis. Seperti
Kekuatan stimulus (Unit Arbitrari) yang tampak pada Gambar 47-12, diperlihatkan bahwa
neuron talamik yang merespons rotasi sendi ada dua ke-
GAMBAR 47-11. Memperlihatkan grafik "hukum kekuatan" pada tegori: (l) neuron yang secara maksimal terangsang bila
hubungan antara kekuatan stimulus sebenarnya dan kekuatan
yang diinterpretasikan oleh kita. Perhatikan bahwa hukum kekuat-
sendi diputar dengan sempuma dan (2) neuron yang seca-
an tidak berlaku bagi kekuatan stimulus yang sangat lemah atau ra maksimal terangsang bila sendi diputar minimal. Jadi,
sangat kuat. sinyal-sinyal yang berasal dari setiap reseptor digunakan
622 UNIT lX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik
Kodeks
#2\',.
\*
\
'u^ 4
"*. J
Nuklei
,t". '.., ventrobasal dan Mesensefalon
;*: nuklei intralaminar
talami
Derajat -
Medula oblongata
GAMBAR 47-12. Respons khusus dari kelima macam neuron
talamikus pada kompleks ventrobasal talamikus ketika sendi lutut
digerakkan dalam kisaran gerakannya. (Data berasal dari Mount-
castle VB, Poggie GF, Werner G: The relation of thalamic cell
response to peripheral stimuli varied over an intense continuum. Divisi
J Neurophysiol 26:807, 1963.) lateral
jaras
anterolateral
Medula spinalis
derajat sinyal lokalisasi spasial rendah; (3) derajat intensi- yang tidak terlalu lambat sehingga sinyal menjadi tidak
tas juga sangat kecil, sebagian besar kekuatan sensasinya memberi efek, atau terlalu tinggi sehingga sistem ter-
sudah dapat dikenali dalam tahap 10 sampai 20 derajat, banjiri melebihi kapasitasnya untuk membedakan pola
sensorik. Prinsip pengendali sensorik konikofugal ini
ketimbang dalam sistem kolumna dorsalis yang baru
digunakan oleh sistem sensorik, tidak hanya sistem so-
dapat dikenali bila sudah mencapai 100 derajat; dan (4)
matik, seperli yang akan dijelaskan pada bab-bab selan-
kemampuan menjalarkan sinyal yang cepat berubah atau jutnya.
sinyal yang berulang-ulang secara cepat sangat kecil.
Jadi, jelas bahwa sistem anterolateral merupakan sis-
tem penjalaran yang lebih kasar daripada sistem kolumna Lapangan Segmental Sensasi-
dorsalis-lemniskus medialis. Walaupun begitu, sistem ini Dermatom
hanya menjalarkan beberapa model sensasi yang tertentu
Setiap saraf spinal mempersarafi suatu "lapangan seg-
dan tidak semuanya dalam sistem kolumna dorsalis-lem-
men" kulit yang disebut dermatom. Gambar 47-14
niskus medialis. Sensasi tersebut adalah rasa nyeri, suhu, melukiskan bermacam-macam dermatom. Gambar ini
gatal, geli, serta sensasi seksuai selain rasa raba yang ka- seakan-akan melukiskan adanya batas yangjelas di an-
sar dan rasa tekan. tara dermatom yang berdekatan, sebenarnya keadaan
inijauh dari benar sebab ada banyak segmen dermatom
yang saling tumpang tindih.
Beberapa Aspek Khusus Cambar juga memperlihatkan regio anal tubuh yang
Fungsi Somatosensorik terletak pada dermatom-dermatom segmen medula spi-
nalis yang paling distal: dermatom 55. Pada embrio, ini
Fungsi Talamus pada
Sensasi Somatik
Bila korteks somatosensorik manusia rusak, orang ter-
sebut akan kehilangan sebagian besar rasa taktil yang
kritis, tapi hanya sedikit rasa taktil kasar yang dapat pu-
lih kembali. Oleh karer.ra itu, talamus (seperti halnya pu-
sat-pusat yang lebih barvah) dapat dianggap mempunyai
sedikit kemampuan untuk mendiskriminasi sensasi tak-
tilmeskipun talamus itu sebenarnya mempunyai fungsi
normal menyiarkan jenis informasi ini ke kofieks.
Sebaliknya, hilangnya korteks somatosensorik
mempunyai sedikit pengaruh pada kemampuan per-
sepsi.seseorang terhadap sensasi nyeri dan cukup besar
pengaruhnya pada persepsi suhu. Oleh karena itu, ada
banyak alasan untuk mempercayai bahwa batang otak
yang lebih rendah, talamus, dan regio basal otak lainnya
'
yang berkaitan sangat berperan dalam diskriminasi rasa
ini; kiranya menarik bahwa rasa ini timbul pada awal
perkembangan fi logenetik binatang, sedangkan sensibi-
litas taktit kritis dan korteks somatosensorik timbul pada
periode perkembangan akhir.
Pengaturan Korteks
SensitiVitas Sensorik-
Sinyal "Kortikolugal"
Selain sinyal somatosensorik yang dijalarkan dari pe-
rifer ke otak, sinyal "kortikofugal" dijalarkan dengan
arah kebalikan dari korleks serebri ke daerah penyiaran
sensorik yang lebih rendah di talamus, medula oblonga-
ta, dan medula spinalis; sinyal kortikofugal tersebut
mengendalikan intensitas sensitivitas sensorik yang
masuk. Sinyal kortikofugal hampir seluruhnya bersifat
menghambat, dengan demikian ketika intensitas senso-
rik yang masuk menjadi tbrlalutesar, sinyal kortikofu-
gal secara otomatis mengurangi penjalaran dalam nuklei
penyiaran. Hal ini terjadi dalam dua cara: Pertama, de-
ngan mengurangi penyebaran sinyal sensorik lateral ke GAMBAR 4-l-14. Dermatom (Dimodifikasi dari Grinker FB Sahs
neuron yang berdekatan sehingga meningkatkan derajat AL: Neurology, 6h ed. Springfield, lL: Charles C Thomas, 1966.
ketajaman pola sinyal. Kedua, dengan menjaga sistem Sumbangan Charles O Thomas, Publisher Ltd., Springfield, llli-
sensorik untuk tetap bekerja dalam rentang sensitivitas nois.)
624 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik
disebut sebagai regio ekor dan merupakan bagian tubuh Janig Il/, Baron R: Complex regional pain syndrome: mystery
yang paling distal. Kaki secara embriologis berasal dari explained? Lancet Neurol 2:687, 2003.
segmen lumbal dan bagian atas sakral (L2 sampai S3), JeannerodM; The mechanism of self-recognition in humans.
dan bukan dari segmen sakral distal, yang tampak je- BehavBrain Res I 42 : I, 2003.
las pada peta dermatom. Kita dapat menggunakan peta Johnson KO: The roles andfunctions ofcutaneous mechanore-
dermatom seperti yang dilukiskan pada Gambar 47-14 ceptors. Cut Opin Neurobiol I 1:455, 2001 .
untuk menentukan ketinggian tempat terjadinya suatu Kandel ER, Schwartz JH, Jessel TM: Principles of neural Sci'
jejas pada medula spinalis bila sensasi perifer terganggu ence, 4'h ed. New York: McGraw-Hill, 2000.
akibatjejas tersebut. Lumb BM: Hypothalamic and midbrain circuitry that distin-
guishes between escapable and inescapable'pain. News
Physiol Sci. l9:22, 2004.
Kepustakaan Maravita A, Spence C, Driver J: Multisensory integration and
the body schema: close to hand andwithin reach. Curu Biol
Bosco G, Poppele RE: Proprioception /rom a spinocerebellar
I 3:R531, 2003.
perspective. Physiol Rev 8 I :539, 200 I .
Pears S, Jackson SR Cognitive neuroscience: vision and touch
Chen R, Cohen LG, Hallett M. Nervous system reorganization
are constant companions. Curr Biol 14:R349,2004.
following injury. Neuroscience I I I (1) :761, 2002. Petersen CC: T'he banel cortex-integrating molecular cellular
Cohen YE, Andersen RA: A common reference frame for move-
and systems physiology. Pfugers Arch 447: I 26, 2003.
ment plans in the posterior parietal cortex. Nat Rett Neuro-
Pouget A, Deneye S, Duhamel JR: A computational perspective
sci.3:553,2002.
on the neural basis ofmultisensory spatial representations.
Craig AD: Pain mechanisms: labeled lines versus convergence '
Nat Rev neurosci 3:741,2002.
in central processing. Annu Rev Neurosci 26: l, 2003.
Sommer MA: The role of the thalamus in motor control. Cur
Foeller E, Feldman DE: Synaptic basisfor developmental plas-
Opin Neurobiol 13:663, 2003.
ticity in somatosensory cortex. Curr Opin Neurobiol I 1:89, Suga N, Ma X: Muttiparametic corticofugal modulation and
. 2004.
plasticity in the auditory system. Nat Rev Neurosci 4:783,
Haines DE: Fundamentatl Neuroscience. New York; 1,/:89, 2003.
2004.
Thaut MH; Neural basis of rhythmic timing nerworks in the hu-
Haines DE, Lancon JA: Review of Neuroscience. New York:
man brain. Ann N Y Acad Sci 999:364. 2003.
C hurchill
Livings tone, 2 00 3.
Ivry kB, Spencer RM: The neural representation of time. Cut
Opin Neurobiol 14:225, 2004.
A8 .48
Sensasir'$offia
I,I. $ensasiff
Nyeri lat
'dan$ensasi$
detik. sedangkan rasa nyeri lambat timbul setelah 1 detik atau lebih dan kemudian
secara perlahan bertambah selama beberapa detik dan kadangkala bahkan beberapa
bahwa jaras penjalaran untuk kedua macam rasa nyeri ini berbeda dan masing-masing
mempunyai kualitas yang spesifik.
Rasa nyeri cepatjuga digambarkan dengan banyak nama pengganti, seperti rasa
nyeri ini akan terasa bila sebuah jarum dirusukkan ke dalam kulit, bila kulit rersayal
625
626 UNIT lX Slstem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik
pisau, atau bila kulit terbakar secara akut. Rasa nyeri ini
juga akan terasa bila subjek mendapat setruman listrik.
Rasa nyeri cepat-tajam tak akan terasa di sebagian besar
jaringan dalam dari tubuh.
Rasa nyeri lambat juga mempunyai banyak nama, se-
pefti rasa rryeri terbakar lambat, nyeri pegal, nyeri berde-
nyut-denyut, nyeri mual, dan nyeri kronik. Jenis rasa nyeri
--
o
ini biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan. Ptasa
rt'
nyeri dapat berlangsung lama, menyakitkan dan dapat J
o
menjadi penderitaan yang tak tertahankan. Rasa nyeri ini
dapat terasa di kulit dan hampir semua jaringan dalam -g
E
J
atau organ.
Reseptor Nyeri
dan Rangsangannya
Reseptor Nyeri Merupokon Ujung Sqrof Bebos.
Reseptor rasa nyeri yang terdapat di kulit dan jaringan 45 46
lain semuanya merupakan ujung saraf bebas. Reseptor ini Suhu ("C)
tersebar luas pada permukaan superfisial kulit dan juga
GAMBAR 48-1. Kurva distribusi yang diperoleh dari banyak sub-
di jaringan dalam tertentu, misalnyaperiosteum, dinding jek yang menunjukkan suhu kulit minimal yang akan menyebab-
hrteri, permukaan sendi, danfalks serta tentoriumtempv- kan rasa nyeri. (Dimodifikasi dari Hardy DJ: Nature of Pain J Clin
rung kepala. Sebagian besarjaringan dalam lainnya hanya Epidemiol 4:22, 1956.)
sedikit sekali dipersarafi oleh ujung saraf rasa nyeri; na-
mun, setiap kerusakanjaringan yang luas dapat bergabung
sehingga pada kebanyakan daerah tersebut akan timbul Kecepatan Kerusakan Jaringan
tipe rasa nyeri pegal yang lambat dan kronik.
sebagai Stimulus Rasa Nyeri
Tigo Jenis Slimulus yong Merongsong Resepior Pada umumnya nyeri akan terasa bila seseorang menerima
Roso Nyeri-Mekonis, Suhu, Kimiowi. Rasa nyeri panas dengan suhu di atas 45oC, seperti yang terlihat pada
dapat dirasakan melalui berbagai jenis rangsangan. Semua Gambar 48-1. Ini juga merupakan suhu ketika jaringan mu-
ini dikelompokkan sebagai rangsang nyeri mekanis, suhu, lai mengalami kerusakan akibat panas; sebenamya, jaringan
dan kimicnui. Pada umumnya, nyeri cepat diperoleh melalui akan seluruhnya rusak jika suhu menetap di atas nilai ini.
rangsangan jenis mekanis atau suhu, sedangkan nyeri lam- Oleh karena itu, jelaslah sekarang bahwa rasa nyeri yang
bat dapat diperoleh melalui ketiga jenis tersebut. disebabkan oleh panas sangat erat hubungannya dengan
Beberapa zatkimia yang merangsang jenis nyeri ki- kecepatan kerusakan dari jaringan yang terjadi dan tidak
miawi adalah bradikinin, serotonin, histamin, ion ka- berhubungan dengan kerusakan total yang telah terjadi
lium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik. Selain itu, Intensitas rasa nyerijuga berhubungan erat dengan ke-
prostaglandin dan substansl P meningkatkan sensitivitas cep qtan kerus akan j ar ingan y angdisebabkan oleh penga-
ujung-ujung serabut nyeri tetapi tidak secara langsung ruh lain selain panas, seperti infeksi bakteri, iskemia ja-
merangsangnya. Substansi kimia terutama penting untuk ringan, kontusio jaringan, dan sebagainya.
perangsangan lambat, jenis rasa nyeri yang menusuk yang
terjadi setelah cedera jaringan. Mokno Khusus dori Slimulus Kimiowi Penyebob
Nyeri Selomo Kerusokon Joringon. Ekstrak dari ja-
Sifot Nonodoptosi Reseplor Roso Nyeri. Berbeda ringan rusak menyebabkan rasa nyeri yang hebat bila di-
dengan kebanyakan reseptor sensorik tubuh lainnya, re- suntikkan di bawah kulit normal. Banyak zat kimia yang
septor rasa nyeri sedikit sekali beradaptasi dan kadang disebutkan sebelumnya, yang merangsang reseptor nyeri
tidak beradaptasi sama sekali. Ternyata, pada beberapa kimia dapat ditemukan dalam ekstrak-ekstrak ini. Satu zat
kondisi, eksitasi serabut rasa nyeri menjadi semakin ber- kimia yang terlihat mengakibatkan rasa nyeri lebih hebat
tambah secara progresif, terutama pada rasa nyeri muai- daripada yang lain adalah bradikinin. Banyak peneliti
menusuk-lambat, karena stimulus rasa nyeri berlangsung yang menduga bahwa bradikinin mungkin merupakan zat
terus-menerus. Keadaan ini akan meningkatkan sensiti- yang bertanggung jawab terhadap penyebab rasa nyeri
vitas reseptor rasa nyeri dan'disebut hiperalgesia. Kita yang diikuti kerusakan jaringan. Juga, intensitas nyeri di-
telah mengerti pentingnya kemampuan adaptasi reseptor rasakan'berkorelasi dengan peningkatan konsentrasi ion
rasa nyeri, karena kemampuan ini memungkinkan rasa kalium setempat atau peningkatan enzim proteolitik yang
nyeri memberitahu seseorang terus-menerus tentang ada- dapat secara langsung menyerang ujung-ujung saraf dan
nya stimulus yang merusak jaringan selama rasa nyeri ifu menimbulkan rasa nyeri dengan cara membuat membran
ada. saraf tersebut lebih permeabel terhadap ion-ion.
BAB 48 Sensasl Somatik: ll. Sensasi Nyeri, Nyeri Kepala, dan Sensasi Suhu 627
cepat, rasa nyeri yang timbul akan semakin cepat pula. TraKus
Contohnya, bila kita lingkarkan manset tekanan darah di Lissauer
Serobul Nyeri Perifer-Serobui "Cepol" don Karena sistem persarafan rasa nyeri ini bersifat rang-
"Lqmboi". Sinyal nyeri tajam yang cepat dirangsang kap maka stimulus rasa nyffi hebat yang tiba-tiba me-
oleh stimuli mekanik atau suhu; sinyal ini dijalarkan me- nimbulkan sensasi nyeri yang sifatnya "rangkap": rasa
lalui sarafperifer ke medula spinalis oleh serabut-serabut nyeri tajam yang dijalarkan ke otak oleh jaras serabut
kecil tipe A5 pada kecepat4n penjalaran antara 6 sampai A5, diikuti oleh sedetik atau lebih rasa nyeri lambat yang
30 m/detik. Sebaliknya, tipe rasa nyeri lambat dirangsang dijalarkan oleh jaras serabut C. Rasa nyeri tajam dengan
terutama oleh stimuli nyeri tipe kimiawi, tetapi kadang cepat akan memberitahu pasien adanya suatu kerusakan
juga oleh stimuli mekanik dan suhu yang menetap. Nyeri sehingga membuat pasien segera bereaksi memindahkan
lambat kronik ini dijalarkan ke medula spinalis oleh se- dirinya dari stimulus tadi. Rasa nyeri lambat cenderung
rabut tipe C dengan kecepatan penjalaran antara 0,5 sam- meningkat dari waktu ke waktu. Sensasi ini akan meng-
pai 2 mldetik. akibatkan rasa nyeri yang tak tertahankan yang sifatnya
628 UNIT IX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik
terus-menerus dan membuat pasien terus-menerus mere- adalah salah satu dari sekian banyak transmiter eksitasi
dakan penyebab rasa nyeri. yang banyak digunakan dalam sistem saraf pusat, biasa-
Sewaktu memasuki medula spinalis dari radiks spi- nya memiliki masa kerja yang berlangsung hanya bebera-
nalis dorsalis, serabut rasa nyeri berakhir pada neuron- pa milidetik.
neuron penyiar sinyal di kornu dorsalis. Di sini, terdapat
dua sistem untuk mengolah sinyal-sinyal rasa nyeri pada Jqros Pqleospinoiolqmikus untuk Menjolorkon
jalurnya ke otak, seperti yang terlihat pada Gambar 48-2 Nyeri [ombol-Kronik. Jaras paleospinotalamikus ada-
dan 48-3. lah sistem yangjauh lebih tua, dan menjalarkan rasa nyeri
terutama dari serabut nyeri tipe C lambat-kronik perifer,
walapun jaras ini menjalarkan beberapa sinyal dari serabut
Jaras Rasa Nyeri Rangkap Dua pada tipe A6 juga. Dalam.jaras ini, serabut-serabut perifer ber-
Medula Spinalis dan Batang Otak- akhir di dalam medula spinalis hampir seluruhnya di lami-
Traktus Neospi notalamikus dan na II dan III kornu dorsalis, yang bersama-sama disebut
Traktus Paleospinotalam i kus substansia gelatinosa, seperti yang digambarkan oleh se-
rabut radiks dorsalis tipe C paling lateral di Gambar 48-2.
Sewaktu memasuki medula spinalis, sinyal rasa nyeri me- Sebagian besar sinyal kemudian melewati satu atau lebih
lewati dua jaras ke otak, melalui (l) traktus neospinota- neuron serabut pendek tambahan di dalam komu dorsalis-
lamikus dan (2) traktus paleospinotalamikus. nya sebelum terutama memasuki lamina V juga di kornu
dorsalis. Di sini, neuron-neuron terakhir dalam rangkaian
Troktus Neospinololomikus untuk Roso Nyeri merangsang akson-akson panjang yang sebagian besar
Cepot. Serabut rasa nyeri cepat tipe ,46 terutama dilalui menyambungkan serabut-serabut dari jaras rasa nyeri-
oleh rasa nyeri mekanik dan nyeri suhu akut. Serabut ini cepat, yang mula-mula melewati komisura anterior ke sisi
berakhir pada lamina I (larnina rnarginalis) pada kornu berlawanan dari medula spinalis, kemudian naik ke otak
dorsalis, seperti terlihat pada Gambar 48-2, dan di sini dalam jaras anterolateral.
merangsang neuron pengantar kedua dari traktus neospi-
notalamikus. Neuron ini akan mengirimkan sinyal ke se- Substansi P, Neurotransmiter Lambat-Kronik
rabut panjang yang terletak di dekat sisi lain medula spi- yang Mungkin pada Ujung-Ujung Saraf Tipe C.
nalis dalam komisura anterior dan selanjutnya berbelok Percobaan penelitian menunjukkan bahwa ujung serabut
naik ke otak dalam kolumna anterolateralis. nyeri tipe C yang memasuki medula spinaiis mungkin me-
ngeluarkan transmiter glutamat dan transmiter substansi
Tempat Berakhirnya Traktus Neospinotalamikus P. Transmiter glutamat bekerja secara cepat dan hanya
dalam Batang Otak dan Talamus. Beberapa serabut berlangsung beberapa milidetik. Substansi P dilepaskan
traktus neospinotalamikus berakhir di daerah retikularis jauh lebih lambat, mencapai pemekatan dalam waktu be-
batang otak, tetapi sebagian besar melewati semua jalur berapa detik atau bahkan beberapa rnenit. Kenyataannya,
ke talamus tanpa hambatan, berakhir di kompleks ventro- ada dugaan bahwa sensasi nyeri "ganda" yang dirasakan
basal di sepanjang kolumna dorsalis traktus lemniskus seseorang setelah tusukan larum Qtinprick) dapat meng-
medialis untuk sensasi raba, seperti yang telah dibahas hasilkan sebagian dari kenyataan bahwa transmiter glu-
pada Bab 47. Ada beberapa serabut yang berakhir di ke- tamat memberikan sensasi nyeri lebih cepat, sedangkan
lompok nuklear posterior. Dari daerah talamus ini, sinyal transmiter substansi P memberikan sensasi yang lebih
akan dijalarkan ke daerah lain pada basal otak seperti juga lambat. Walaupun secara rinci masih belum diketahui,
ke korleks somatosensorik. sepertinya telah jelas bahwa glutamat adalah neurotrans-
miter yang paling berperan dalam menjalarkan rasa nyeri
Kemampuan Sistem Saraf untuk Melokalisasi cepat ke dalam sistem saraf pusat, dan substansi P ber-
Rasa Nyeri Cepat dalam Tubuh. Nyeri jenis cepat hubungan dengan rasa nyeri lambat-kronik.
dan tajam dapat dilokalisasikan dengan jauh lebih pasti
di berbagai bagian tubuh daripada nyeri yang lambat dan Proyeksi Jaras Paleospinotalamikus (Sinyal Rasa
kronik. Namun, ketika hanya reseptor nyeri yang terang- Nyeri Lambat-Kronik) ke Dalam Batang Otak dan
sang, tanpa stimulasi secara bersamaan reseptcir taktil, Talamus. Jaras paleospinotalamikus lambat-kronik ber-
bahkan rasa nyeri cepat masih kurang bisa dilokalisasi- akhir secara luas dalam batang otak, dalam daerah berba-
kan, seringkali hanya dalam Iuas daerah perangsangan l0 yang yang besar pada Gambar 48-3. Hanya sepersepuluh
sentimeter atau lebih. Ternyata ketika reseptor taktil yang sampai seperempat serabut yang melewati seluruh jalur
merangsang sistem lemniskus medialis-kolumna dorsaiis ke talamus. Namun demikian, serabut-serabut ini keba-
dirangsang bersamaan, lokasi nyeri dapat ditentukan de- nyakan berakhir di satu dari tiga daerah berikut: (1) nu-
ngan pasti. kleus retikularls medula, pons, dan mesensefalon; (2) area
tektal dari mesensefalon dalam sampai kolikuli superior
Glutamat, Kemungkinan Neurotransmiter Sera- dan inferior; atau (3) daerah periakueduktus ,substansia
but Nyeri Cepat Tipe A6- Didugaglutamatmentpakart grisea, yang mengelilingi aqueduktus Sylvii. Daerah
substansi neurotransmiter yang disekresikan medula spi- yang lebih rendah dari batang otak ini tampaknya penting
naiis pada ujung-ujung serabut nyeri saraf tipe A6. Hal ini untuk merasakan rasa sakit dari nyeri, karena hewan yang
BAB 48 Sensasi Somatik: Il. Sensasi Nyeri, Nyeri Kepala, dan Sensasi Suhu 629
otaknya mengalami pemotongan di atas mesensefalon un- . bawah, tindakan kordotomi pada regio toraks medula
tuk menghambat semua sinyal rasa nyeri dalam mencapai spinalis seringkali dapat menghilangkan rasa nyeri se-
serebreum masih menunjukkan dengan jelas bukti-bukti lama beberapa minggu sampai beberapa bulan lamanya.
yang tidak dapat disangkal dari rasa nyeri ketika setiap Untuk melakukan tindakan itu, pada medula spinalis
dari sisi yang berlawanan dengan rasa nyeri itu dipotong
bagian tubuh mengalami trauma. Dari area nyeri batang
sebagian pada bagian kuadran anterolateralnya untuk
otak, banyak neuron berserabut pendek yang memancar- mengganggu jaras sensorik anterolateral.
kan sinyal nyeri naik ke intralaminar dan nukleus ventro- Namun, ada dua alasan mengapa titrdakan kordoto-
lateral dari talamus dan ke dalam bagian tertentu hipota- mi ini tak selalu berhasil dalam menanggulangi rasa nye-
lamus dan daerah basal lain dari otak. ri. Pertama, banyak serabut rasa nyeri dari bagidn atas
tubuh tak menyilang ke rnedula spinalis sisi berlawanan
Kemampuan Sistem Saraf yang Sangat Buruk sampai serabut ini mencapai otak, sehingga akibatnya
dalam Menentukan Lokasi Sumber Nyeri secara tindakan kordotomi tak akan memotong serabut-serabut
Tepat dalam Jaras Lambat-Kronik. Lokalisasi nyeri ini. Kedua, rasa nyeri sering timbul kembali dalam wak-
tu beberapa bulan berikutnya, sebagian diakibatkan oleh
yang dijalarkan lewat jalur jaras paleospinotalamikus
sensitisasi jaras lain yang secara normal terlalu lemah
bersifat buruk. Sebagai contoh, nyeri jenis kronik-lam-
untuk memberikan efek (contohnya, jaras yang tipis
bat dapat selalu dilokalisasikan hanya pada bagian tubuh pada medula spinalis dorsolateral). Ada suatu tindakan
yang luas, s'eperti untuk satu iengan atau tungkai, tetapi operasi percobaan untuk menghilangkan rasa n1,eri,
tidak untuk daerah spesifik dari lengan atau tungkai. Hal yakni dengan cara membakar daerah rasa nyeri khu-
ini dipertahankan oleh jaras dengan konektivitas difus sus pada nukleus intralaminar pada talamus yang dapat
dan multisinaptik. Ini juga menjelaskan mengapa pasien menghilangkan penderitaan akibat rasa nyeri sedangkan
seringkali memiliki kesulitan yang serius dalam meloka- pengertian tentang rasa nyeri "akut" tetap utuh, suatu
lisasikan sumber beberapa nyeri jenis kronik. mekanisme peftahanan yang penting.
medula spinalis untuk menyekresi enkefalin. Enkefalin itu diduga merupakan akibat dari .jenis inhibisi lateral
setempat di dalam medula spinalis yang dapat menjelas-
dianggap dapat menimbulkan baik hambatan presinaptik
kan mengapa gerakan-gerakan yang sedcrhana saja, se-
dan postsinaptik pada serabut-serabut nyeri tipe C dan perti tindakan menggaruk kulit dekat daerah yang nyeri
tipe A6 yang bersinaps di kornu dorsalis. seringkali efektif untuk mcngurangi rasa nyeri. Dan hal
Jadi, sistem analgesia ini dapat memblok sinyal nyeri ini mungkin juga menjelaskan mengapa obat-obat gosok
pada tempat masuknya ke medula spinalis. Ternyata, sis- seringkali berguna untuk mengularigi rasa nyeri.
tem inijuga dapat memblok sebagian besar refleks-refleks Mekanisme ini dan efsitasi psikogenik yang ber-
medula Spinalis yang timbul akibat sinyal nyeri, khusus- urutan pada sistem analgesia pusat mungkirr juga me-
nya refleks penarikan (withdrawal reflex) yang akan di- rupakan dasar proses menghilangkan rasa nyeri dengan
jelaskan pada Bab 54. akupunktur.
atau, pada kesempatan lain, elektroda perangsang ini merupakan salah satu kriteria yang dapat dipakai untuk
ditanam pada medula spinalis untuk merangsang kolum- mendiagnosis peradangan visera, penyakit infeksi visera
na sensorik dorsalis. dan kelainan visera lain. Seringkali, visera tidak mem-
Pada beberapa pasien, dengan metode stereotaksik punyai reseptor-reseptor sensorik untuk modalitas sen-
dilakukan penempatan suatu elektroda ke dalam nuklei sasi lain kecuali untuk rasa nyeri. Juga, dalam beberapa
intralaminar talamus yang tepat atau pada area paraven- aspek yang penting, rasa nyeri viseral berbeda dengan
trikular atau periakuaduktal diensefalon. Dengan demi- rasa nyeri yang berasal dari permukaan tubuh.
kian pasien dapat mengatur seberapa besar rangsangan Salah satu perbedaan paling penting antara rasa nye-
yang diberikan. Ternyata, dilaporkan bahwa tindakan ini ri permukaan dan rasa nyeri viseral adalah, walaupun
dapat menghilangkan rasa nyeri secara dramatis. Juga, organ visera mengalami kerusakan yang berat jarang
hilangnya rasa nyeri diketahui berlangsung seringkali mencetuskan rasa nyeri yang hebat. Contohnya, seorang
selama 24 jam sejak pemberian rangsangan selama be- ahli bedah dapat memotong seluruh usus meniadi dua
berapa menit. potong pada seorang pasien yang tetap sadar tanpa me-
nimbulkan rasa nyeri yang cukup berarti. Sebaliknya.
setiap stimulus yang menimbulkan perangsangan difils
Nyeri Alih (Referred Pain) pada ujung serabut nyeri melalur organ visera (viskus)
Seringkali seseorang merasakan nyeri di bagian tubuh akan menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat. Con-
tohnya, keadaan iskemia yang disebabkan oleh tersum-
yang letaknya cukupjauh darijaringan yang menyebabkan
batnya aliran darah ke daerah usus yang 1uas, pada saat
rasa nyeri. Rasa nyeri ini disebut nyeri alih. Contohnya,
yang sama akan dapat merangsang serabut nyeri yang
rasa nyeri di dalam salah satu organ viseral sering dialih- difus dan menimbulkan rasa nyeri yang ekstrem.
kan ke suatu daerah di permukaan tubuh. Pengetahuan
mengenai bermacam-macam nyeri alih ini sangat bergu-
na dalam diagnosis klinis penyakit, karena pada banyak Penyebab Rasa Nyeri Viseral
penyakit viseral satu-satunya tanda klinis yang ditemui yang Murni
adalah nyeri alih.
Setiap stimulus yang dapat merangsang ujung serabut
Mekonisme Nyeri Alih. Gambar 48-5 menggambarkan nyeri di daerah visera yang luas dapat menimbu{kan
rasa nyeri viseral. Beberapa stimulus mencakup keada-
mekanisme yang mungkin terjadi pada pengalihan nyeri.
an iskemia jaringan viseral, kerusakan akibat bahan
Dalam gambar ini, tampak cabang-cabang serabut nyeri
kimia pada permukaan visera, spasme otot polos pada
viseral bersinaps dengan neuron urutan kedua (1 dan 2) organ dalam yang berlumen, peregangan berlebihan or-
dalam medula spinalis, neuron kedua ini menerima sinyal gan perut berlumen, atau teregangnyajaringan ikat yang
nyeri yang berasal dari kulit. Bila serabut nyeri viseral mengelilingi organ visera. Pada dasarnya, semua nyeri
terangsang, sinyal nyeri yang berasal dari visera selanjut- visera yang murni dalam ruang toraks dan ruang abdo-
nya dijalarkan melalui beberapa neuron yang sama yang men dijalarkan melalui serabut saraf nyeii kecil tipe C,
juga menjalarkan sinyal nyeri yang berasal dari kulit, dan sehingga, hanya dapat menjalarkan rasa nyeri tipe pegal-
akibatnya orang itu akan merasakan sensasi yang benar- pedih-kron i k.
Nyeri parietal
Pada beberapa orang, kadang dapat terjadi nyeri seperti
tertusuk pada salah satu sisi wajah di daerah (sebagian
daerah) distribusi serabut sensorik saraf kelima atau
kesembilan; fenomena ini disebut tic douloureux (alau
neuralgia trigeminal atau neuralgia glosofaringeal).
GAMBAR 48-7. Penjalaran viseral dan parietal untuk sinyal nyeri
yang berasal dari apendiks.
Nyeri ini terasa seperti kejutan listrik yang mendadak,
dan mungkin timbul hanya selama beberapa detik pada
saat itu atau mungkin juga terasa terus-menerus. Sering-
kali, nyeri ini timbul di daerah picu yang sangat sensi-
yang berasal dari apendiks pertama akan melewati sera- tif pada permukaan wajah, mulut, atau di dalam teng-
but-serabut nyeri viseral dan selanjutnya yang berada gorokan-hampir selalu oleh stimulus mekanoreseptif
dalam gelendong saraf simpatis, akan masuk ke medula dibandingkan oleh stimulus rasa nyeri. Contohnya, bila
spinalis kira-kira setinggi T: I 0 atau T- I I ; nyeri ini akan seorang pasien mengunyah segumpal makanan, sewak-
dialihkan ke daerah sekeliling umbilikus dan merupakan tu makanan itu menyentuh tonsil, mungkin akan timbul
tipe pegal serta kram. Impuls nyeri seringkali juga di- nyeri seperti tertusuk yang hebat di bagian mandibular
mulai di peritoneum parietale tempat apendiks yang me- saraf kelima.
radang menyentuh atau melekat pada dinding abdomen. Biasanya nyeri pada tic doulotu.eux dapat diblok
Hal ini menyebabkan nyeri tajam di sekitar peritoneum dengan cara operasi pemotongan saraf periler daerah
yang teriritasi di kuadran kanan bawah abdomen. yang hipersensitif. Cabang sensorik saraf kelima se-
ringkali dipotong tepat di bawah kranium. karena pada
tempat itu dapat dipisahkan radiks motorik dan radiks
Beberapa Rasa Nyeri Klinis sensorik dari saraf kelima, sehingga bagian motoriknya,
yang dibutuhkan untuk gerakan rahang akan terlindung
Abnormal dan Sensasi sedangkan elemen sensoriknya akan rusak. Operasi ini
Somatik Lainnya akan mengakibatkan separuh wajah mengalami aneste-
tik; dan keadaan ini mungkin akan mengganggu pasien.
Hiperalgesia Selanjutnya, kadangkala operasi ini tak berhasil; yang
berarti bahwa jejas yang menyebabkan nyeri rnungkin
Suatu jaras saraf nyeri kadang menjadi semakin mudah berada pada nukleus sensorik di batang otak dan bukan
dirangsang; ini menuju ke suatu keadaan hiperalgesia, di saraf.perifer.
yaitu suatu keadaan hipersensitif terhadap rasa nyeri.
Kemungkinan penyebab hiperalgesia adalah (1) karena
reseptor nyeri sendiri yang sangat peka, disebut hiperal- Sindrom Brown-S6quard
gesia primer, dan (2) adanya fasilitasi pada penjalaran
sensorik, yang disebut hiperalgesia sekunder. Bila dilakukan pemotongan seluruh medula spinalis,
Contoh untuk keadaan hiperalgesia primer adalah seluruh sensasi dan fungsi motorik di bagian distal seg-
keadaan sensitivitas ekstrem pada kulit yang terbakar men yang dipotong akan terblok, tapi bila pemotongan
sinar matahari; akibat sensitisasi ujung saraf nyeri pada tadi hanya dilakukan pada salah satu sisi medula spina-
kulit oleh produkjaringan lokal akibat proses terbakar- lis, timbul sindrom Brown-Sdquard. Akan timbul aki-
bisa histamin, prostaglandin, bisa juga yang lainnya. bat-akibat dari tindakan transeksi tadi, dan hal ini dapat
Hiperalgesia sekunder seringkali disebabkan oleh jejas diramalkan dengan mempelajari jaras serabut-serabut
pada medula spinalis atau talamus. Beberapa keadaan medula spinalis Seperti yang tampak pada Gambar 48-
ini akan dibicarakan pada bagiafl selanjutnya. 8: Semua fungsi motorik pada semua segmen di bawah
tempat transeksi pada sisi yang sama akan diblok. Pada
sisi pemotongan hanya beberapa modalitas sensasi yang
Herpes Zoster (Shingles)
hilang, dan yang lainnya hilang pada sisi yang berlawan-
Kadang-kadang herpesvirus menginfeksi ganglion ra- an. Sensasi rasa nyeri, panas, dan dingin-sensasi yang
diks dorsalis. Hal ini menyebabkan nyeri yang parah disampaikan oleh jaras spinotalamikus-akan hilang
pada segmen dermatom yang dipersarafi ganglion, se- pada sisi tubuh yang berlawanan, yakni pada semua
634 UNIT lX Sistem Saraf: A. Prinsip-Prinsip Umum dan Fisiologi Sensorik
Sakit kepala
Fasikulus grasilis dalam batang
Sakit kepala tempu-
Fasikulus kuneatus rung serebri dan tempurung
serebelum
Kortikospinal
lateral Spinoserebelar
dorsal
Rubrospinal
Spinotalamik
lateral
Olivospinal
Spinoserebelar Sakit kepala
TeKosplnal ventral sinus
Spinoteldal nasalis
Kortikospinalis
dan mata
ventral
Vestibulospinal ventral
Traktus Traktus
desenden asenden
na vaskular yang abnormal, walaupun mekanisme yang Nyeri Kepolo Akibot lrilosi Hidung don Slruktur-
sebenamya belum diketahui. Nyeri kepala migren ini Slruktur Sekilor Hidung. Mukosa membran hidung
seringkali didahului oleh bermacam-macam sensasi pro- serta sinus nasalis sensitif terhadap rasa nyeri, namun
dromal, misalnya nausea, berkurangnya sebagian lapang tak begitu hebat. Walaupun demikian, infeksi atau proses
penglihatan, aura visual, atau.tipe sensorik halusinasi iritasi pada struktur hidung yang luas sering bergabung
yang lainnya. Biasany4 gejala prodromal timbul 30 me- dan menimbulkan nyeri kepala yang akan dialihkan ke
nit sampai I jam sebelum nyeri kepala. Setiap teori yang daerah belakang mata atau, seperti pada infeksi sinus
dapat menjelaskan nyeri kepala migren harus juga dapat frontalis, nyeri akan dialihkan ke permukaan frontai
menjelaskan timbulnya gejala-gejala prodromal ini. dahi dan kulit kepala, seperti yang tampak pada Gambar
Salah satu teori penyebab nyeri kepala migren ini 48-9. Juga, nyeri yang berasal dari sinus bagian bawah,
adalah bahwa emosi atau ketegangan yang berlangsung misalnya sinus maksilaris, dapat terasa di wajah.
lama akan menimbulkan refleks vasospasme beberapa
pembuluh arteri kepala, termasuk pembuluh arteri yang Nyeri Kepolo Akibot Keloinon Mqlo. Kesulit-
memasok otak. Secara teoretis, vasospasme akan me- an seseorang untuk memfokuskan mata agar timbul
nimbulkan iskemia sebagian otak, dan keadaan ini akan penglihatan yang jelas akan menimbulkan kontrak-
menyebabkan timbulnya gejala prodromal di atas. Se- si yang berlebihan pada otot-otot siliaris. Walaupun
lanjutnya, akibat dari gejala iskemia yang hebat, timbul sangat kecil, kontraksi tonik pada otot-otot ini diduga
suatu keadaan pada dinding pembuluh darah, barangkali dapat menimbulkan nyeri kepala di daerah retro-orbital.
kelelahan atau kontraksi otot polos, yang membuat pem- Juga, usaha memfokuskan mata secara berlebihan dapat
buluh darah menjad.i lembek dan tidak mampu memper- menimbulkan refleks spasme berbagai otot fasial dan
tahankan tegangan pembuluh darah selama 24 sampai 48 otot ekstraokular, yang mungkin menimbulkan nyeri
jam. Tekanan pada pembuluh darah akan menyebabkan kepala.
pembuluh itu mengembang dan berdenyut secara hebat, Nyeri kepala tipe kedua yang berasal dari mata da-
dan ada anggapan bahwa regangan yang hebat pada din- pat timbul bila mata terpajan cahaya secara berlebihan,
ding arteri-termasuk arteri ekstrakranial seperti arteria terutama sinar ultraviolet. Melihat matahari atau bunga
temporalis-menimbulkan nyeri kepala yang jelas, yak- api (arc-welder) selama beberapa detik saja mungkin
ni nyeri kepala migren. Teori lain mengatakan adanya ' akan menimbulkan nyeri kepala yang berlangsung 24
depresi kortikal yang menyebar, abnormalitas psikolo- sampai 48 jam lamanya. Kadangkala nyeri kepala timbul
gis, dan vasospasme yang disebabkan oleh kalium yang karena iritasi konjungtiva oleh bahan "aktin", dan nyeri
berlebihan dalam cairan ekstrasel serebral. yang timbul akan dialihkan ke daerah permukaan kepala
Mungkin terdapat predisposisi genetik untuk nyeri atau ke daerah retroorbital. Bagaimanapun, pemusatan
kepala migren, karena riwayat keluarga yang positif un- sinar yang banyak dari busar (arclbunga api) atau dari
tuk migren telah dilaporkan terjadi pada 65 sampai 90 sinar matahari pada retina dapat membakar retina, dan
persen kasus. Nyeri kepala migren juga dua kali lebih keadaan ini akan menimbulkan nyeri kepala.
sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Walaupun adanya ujung serabut saraf yang berbeda terangsang oleh panas dan, sebaliknya,beberapa serabut
cukup meyakinkan, berdasarkan uji psikologis, hal ini be- dingin mulai terangsang lagi. barangkali karena kerusakan
lum dapat diidentifikasi secara histologik. Ujung serabut ujung-ujung reseptor dingin yang disebabkan oleh panas
saraf ini dianggap ujung saraf bebas karena sinyal teruta- yang hebat.
ma dijalarkan pada serabut saraf tipe C pada kecepatan Dari Gambar 48-10, kita dapat mengerti bahwa ke-
penjalaran hanya 0,4 sampai 2 m/detik. mampuan seseorang untuk dapat menentukan perbedaan
Sebaliknya, reseptor dingin telah dapat diidentifikasi gradasi sensasi suhu didapat dengan perangsangan relatif
dengan pasti. Ujung saraf tipe 4.6 yang bermielin, khusus, terhadap bermacam-macam tipe ujung saraf. Dari gam-
dan kecil, yang bercabang beberapa kali, ujungnya me- bar ini kita juga dapat mengerti mengapa suhu dingin atau
nembus ke permukaan dasar sel-sel epidermis basal. Si- suhu panas yang ekstrem dapat sangat menyakitkan dan
nyal dari reseptor-reseptor ini akan dijalarkan melalui se- mengapa kedua sensasi ini, bila cukup tinggi, dapatjuga
rabut saraf tipe A5 yang berkecepatan lebih dari 20 meter menrberikan kualitas sensasi yang sama-yaitu, baik sen-
per detik. Sebagian sensasi dingin juga dijalarkan melalui sasi dingin urembeku maupun sensasi panas yang menye-
serabut saraf tipe C, yang diduga merupakan ujung se- ngat terasa hampir sama.
rabut saraf bebas yang mungkin juga berfungsi sebagai
reseptor dingin. Pengoruh Rongsongon Kenoikon dqn Penurun-
on Suhu-Adoptosi Reseptor Suhu. Bila dengan
Perongsongon Reseptor Suhu-Sensosi Dingin, tiba-tiba reseptor dingin mengalami penurunan suhu,
Sejuk, lndiferen. Hongot, don Ponqs. Gambar mula-mula reseptor akan terangsang dengan kuat seka-
48-10 menggambarkan akibat dari perbedaan suhu pada li, namun selama beberapa detik pertama rangsangan ini
respons empat jenis serabut saraf: (l) serabut saraf ny- dengan cepat akan memudar dan selama 30 menit atau
eri yang dirangsang oleh dingin, (2) serabut dingin, (3) lebih berikutnya secara progresif akan lebih lambat. De-
serabut hangat, dan (4) serabut nyeri yang dirangsang ngan kata lain, "adaptasi" reseptor ini sangat luas; tetapi
oleh panas. Secara khusus hendaknya diperhatikan bah- tidak pernah beradaptasi 100 persen.
wa respons yang dikeluarkan sesuai dengan perbedaan Jadi, jelaslah bahwa indera suhu ini dengan nyata se-
tingkat tingginya suhu. Contoh, pada daerah yang sangat kali berespons terhadap perubahan suhu di samping da-
dingin, yang terangsang hanyalah serabut sarafrasa nyeri- pat berespons terhadap tingkat temperatur yang tetap. Itu
dingin fiika kulit menjadi terlalu dingin sampai hampir berarti, bila suhu kulit secara aktif menurun, maka orang
membeku atau benar.benar membeku, serabut-serabut ini itu akan merasa lebih dingin daripada bila suhu itu tetap
tak dapat dirangsang). Bila suhu meningkat hingga *10 tingginya. Sebaliknya, bila suhu secara aktif naik maka
sampai 15"C, rasa nyeri-dinginnya akan menghilang, na- orang itu akan merasa lebih hangat daripada bila suhu
mun pada saat itu reseptor dingin mulai terangsang, men- tetap konstan. Respons terhadap perubahan suhu dapat
capai puncak perangsangan pada suhu sekitar 24"C dan menjelaskan adanya tingkat rasa panas yang ekstrem ke-
mulai menghilang lagi pada suhu 40'C. Selanjutnya, di tika seseorang memasuki tabung berisi air panas dan akan
atas 30oC reseptor hangat mulai terangsang, sedangkan merasa dingin yang sangat ekstrem sewaktu keluar dari
reseptor dinginnya akan menghilang pada kira-kira 49'C. ruang yang panas.
Akhirnya, pada sekitar 45oC, serabut nyeri-panas muiai
Mekanisme Perangsangan Reseptor Suhu seluruh girus postsentralis korlikal pada manusia dapat
Ada anggapan bahwa reseptor hangat dan dingin dirang- mengurangi tapi tidak melenyapkan kemampuan untuk
sang oleh perubahan kecepatan metabolismenya, dan dari membedakan gradasi suhu.
kenyataan terlihat bahwa untuk setiap perubahan suhu
10" C akan memengaruhi kecepatan reaksi kimia intrasel
sebanyak dua kali lipat. Dengan kata lain, deteksi suhu Kepustakaan
mungkin bukan hasil dari pengaruh fisik panas atau di- Almeida TE Roizenblatt S, ftt/ik S. Alferent pain pathtvays; a
ngin pada ujung-ujung saraf secara langsung tetapi dari nettroanalomical reyiew. Brain Res I 000 40, 2001
perangsangan kimia pada ujung serabut sarafyang telah Ballantyne JC, Mao J; Opioid therapyJbr chronic p:ain. N Engl
dimodifikasi oleh suhu. J Med 319.1913, 2003.
Borsook D, Becerra L; Pain imaging; future applications to in-
Sumosi Sposiol Sensosi Suhu. Karena jumlah ujung tegrative clinical and basic. neurobiology. Adv Drug Deliv
serabut saraf dingin atau hangat yang terdapat di setiap Rey 55.967,2003.
permukaan tubuh seseorang sangat sedikit, sukar untuk. Bromm B: Brain images of pctin. News Physiol Sci l6:244,
2001.
menentukan gradasi suhu bila daerah kulit yang terang-
Bruera E, Kim HN: Cancer pain. JAMA 290:2126,2003.
sang itu kecil. Namun, bila semua daerah kulit yang luas
Cervero E Laird JM: Role of ion channels in mechanisms con-
dirangsang bersamaan, maka sinyal temal dari seluruh trolling gastrointestinal pain pathways. Curu Opin Pharma-
daerah akan disumasikan. Contohnya, perubahan yang col 3.608,2003.
cepat dari suhu sampai sekecil 0,0loC dapat dideteksi bila Costigan M, Iltoolf CJ' No DkElM, no pain; closing the spinal
perubahan ini memengaruhi seluruh permukaan tubuh gate. Cell 108:297, 2002.
secara bersamaan. Sebaliknya, perubahan suhu sampai Gebhart GF: Descending modulation of pain. Neurosci Biobe-
100 kali lipat pun sering tak akan dapat dideteksi bila luas hav Rev 27:729, 2A01.
daerah kulit yang terpengaruh hanya 1 sentimeter persegi Hitines DE: Fundamental neuroscience. New York; Churchill
Livingstone,1997.
atau lebih.
Jordt SE, McKemy DD, Julius D; Lessons Jron't peppers and
pepperminl: the molecttlar logic of thermosen.sation. Curc
Penjalaran Sinyal Suhu Opin Neurobiol I 3:187, 2003.
Kandel ER, Schwartz JH, Jessel Tltl; Principles of Neural Sci-
dalam Sistem Saraf ence, !'h ed. Nety York; McGraw-l{ill, 2000.
Kors EE, I/anmolkot KR, Haan J, et a/; |lecentJindings in head-
Pada umumnya, sinyal suhu dijalarkan dalam jaras yang
ache genetics. Curr Opin Neurol l7;283,20A1.
paralel dengan jaras untuk sinyal nyeri. Sewaktu mema- Mendell JR, Sahenk Z: Clinical practice: painfirl sensory neu-
suki medula spinalis, sinyal akan menjalar dalam traktus ropathy N Engl J Med 3'/B:I243, 2003.
Lissauer sebanyak beberapa segmen di atas atau di ba- Montell C; Thermosensation; hot fndings make TRPNs very
wah, dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina cool. Curr Biol l 3:Rl76, 2003.
I, IL III radiks dorsalis sama sepefti untuk rasa nyeri. Sanchez-del-Rio M, Reuter Ll: Migraine alffa; new informa-
Sesudah ada percabangan satu atau lebih neuron dalam tion on underlying mechanism,s. Curr Opin Neurol 17.289,
2 00J.
medula spinalis, sinyal akan dijalarkan ke serabut termal
asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolate-
Slchaible HG, Ebersberger A, I/on Bonc'het GS: Mechanisms of
pain in arthritis. Ann N Y Acad Sci 966:313, 2002.
ral sisi berlawanan dan akan berakhir di (1.) area retikular
Silberstein SD: tr4igraine. Loncet 363;381, 2004.
'batang otak dan (2) kompleks ventrobasal talamus. Bebe-
Vogt Rr1. Knocking out the DftEAtrI to studlt pain. N Engl J Med
rapa sinyal suhu dari kompleks ventrobasal akan dipan- 317:362,2002.
carkan menuju korteks somatosensorik serebri. Adakala- Watkins LR, Maier SF. Beyond nelrons; evidence that immune
nya, dengan penelitian mikroelektroda ditemukan suatu and glial cells contribute to pathological pain states. Physi-
neuron pada area somatosensorik korlikal I yang dapat ol Rev 82:981,2002.
langsung berespons terhadap stimulus dingin atau hangat Zubrzycka M, Jctnec.ka A; substance P; transmitter of nocicep-
pada daerah kulit yang spesifik. Namun, pengangkatan rion rminireview). Endocr fugul 31;195.2000