Dosen Pengampu :
Agus Muslim
Disusun oleh,
Cecep Guswandi 1831103
Dian Hardiyana 18311104
Eka Permana 1831110
Wahya Wahyudin 1731406
Deki Hermawan
Selanjutnya kita akan menggunakan simbol s2 untuk varians karena umumnya kita hampir
selalu berkutat dengan sampel dan jarang sekali berkecimpung dengan populasi.
Rumus untuk menghitung varians ada dua , yaitu rumus teoritis dan rumus kerja. Namun
demikian, untuk mempersingkat tulisan ini, maka kita gunakan rumus kerja saja. Rumus
kerja ini mempunyai kelebihan dibandingkan rumus teoritis, yaitu hasilnya lebih akurat dan
lebih mudah mengerjakannya.
Contoh
Data jumlah anakan padi varietas Pandan Wangi pada metode SRI adalah sebagai berikut
Sampel y y2
1 28 784
2 32 1024
3 15 225
4 21 441
5 30 900
6 30 900
7 27 729
8 22 484
9 36 1296
10 40 1600
Jumlah 281 8383
Maka nilai varians data di atas adalah
Modus Data Berkelompok
Modus adalah nilai yang memiliki frekuensi terbanyak dalam seperangkat data. Modus untuk data
yang disusun dalam bentuk kelas interval (data berkelompok) bisa ditentukan berdasarkan nilai
tengah kelas interval yang memiliki frekuensi terbanyak.
Namun nilai yang dihasilkan dari nilai tengah kelas interval ini adalah nilai yang kasar. Nilai modus
yang lebih halus bisa diperoleh dengan menggunakan rumus di bawah ini.
Mo = modus
Contoh:
Berikut ini adalah nilai statistik mahasiswa jurusan ekonomi sebuah universitas.
Jawab:
Dari tabel di atas, kita bisa mengetahui bahwa modus terletak pada kelas interval keempat (66 – 70)
karena kelas tersebut memiliki frekuensi terbanyak yaitu 27. Sebelum menghitung menggunakan
rumus modus data berkelompok, terlebih dahulu kita harus mengetahui batas bawah kelas adalah
65,5, frekuensi kelas sebelumnya 14, frekuensi kelas sesudahnya 21. Panjang kelas interval sama
dengan 5.
Dengan begitu bisa kita menghitung modus nilai statistik mahasiswa sebagai berikut.
Modus Data Tunggal
Modus (mode) adalah penjelasan tentang suatu kelompok data dengan menggunakan nilai yang
sering muncul dalam kelompok data tersebut. Atau bisa dikatakan juga nilai yang populer (menjadi
mode) dalam sekelompok data.
Jika dalam suatu kelompok data memiliki lebih dari satu nilai data yang sering muncul maka
sekumpulan data tersebut memiliki lebih dari satu modus. Sekelompok data yang memiliki dua
modus disebut dengan bimodal, sedangkan jika lebih dari dua modus disebut multimodal.
Jika dalam sekelompok data tidak terdapat satu pun nilai data yang sering muncul, maka sekelompok
data tersebut dianggap tidak memiliki modus.
Modus biasanya dilambangkan dengan Mo.
Contoh 1:
Sepuluh orang siswa dijadikan sebagai sampel dan diukur tinggi badannya. Hasil pengukuran tinggi
badan adalah sebagai berikut.
172, 167, 180, 170, 169, 160, 175, 165, 173, 170
Tentukan modus tinggi badan siswa!
Jawab:
Untuk mengetahui modus dari data di atas, kita tidak menggunakan rumus apapun. Kita
menentukan modus hanya melalui pengamatan saja.
Dari hasil pengamatan, hanya nilai data 170 yang sering muncul, yaitu muncul dua kali. Sedangkan
nilai data lainnya hanya muncul satu kali. Jadi modus data di atas adalah 170.
Untuk mempermudah pengamatan dalam mendapatkan modus, kita bisa juga mengurutkan data
tersebut. Hasil pengurutan data adalah sebagai berikut.
160, 165, 167, 169, 170, 170, 172, 173, 175, 180
Dengan mudah kita peroleh modus yaitu 170.
Contoh 2:
Delapan buah mobil sedang melaju di suatu jalan raya. Kecepatan kedelapan mobil tersebut adalah
sebagai berikut.
60 , 80, 70, 50, 60, 70, 45, 75
Tentukan modus kecepatan mobil!
Jawab:
Jika data diurutkan, maka hasilnya adalah sebagai berikut.
45, 50, 60, 60, 70, 70, 75, 80
Hasil pengamatan dari pengurutan di atas bisa diketahui nilai data 60 dan 70 adalah nilai data yang
paling sering muncul (masing-masing dua kali). Oleh karena itu modus sekelompok data di atas ada 2
adalah 60 dan 70.
Contoh 3:
Sembilan orang siswa memiliki nilai ujian sebagai berikut.
77, 62, 72, 54, 76, 57, 81, 70
Tentukan modus nilai siswa!
Jawab:
Jika diurutkan, susunannya akan seperti berikut ini.
54, 57, 62, 70, 72, 76, 77, 81
Dari pengamatan, tidak ada satupun nilai data yang sering muncul. Oleh karena itu, data di atas tidak
memiliki modus.
Rata-rata Hitung (Mean)
Rata-rata atau Mean merupakan ukuran statistik kecenderungan terpusat yang paling sering
digunakan. Rata-rata ada beberapa macam, yaitu rata-rata hitung (aritmatik), rata-rata geometrik,
rata-rata harmonik dan lain-lain. Tetapi jika hanya disebut dengan kata "rata-rata" saja, maka rata-
rata yang dimaksud adalah rata-rata hitung (aritmatik).
Penghitungan
Penghitungan rata-rata dilakukan dengan menjumlahkan seluruh nilai data suatu kelompok sampel,
kemudian dibagi dengan jumlah sampel tersebut. Jadi jika suatu kelompok sampel acak dengan
jumlah sampel n, maka bisa dihitung rata-rata dari sampel tersebut dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
= rata-rata hitung
xi = nilai sampel ke-i
n = jumlah sampel
Contoh Penghitungan
Misalkan kita ingin mengetahui rata-rata tinggi badan siswa di suatu kelas. Kita bisa mengambil
sampel misalnya sebanyak 10 siswa dan kemudian diukur tinggi badannya. Dari hasil pengukuran
diperoleh data tinggi badan kesepuluh siswa tersebut dalam ukuran sentimeter (cm) sebagai berikut.
172, 167, 180, 170, 169, 160, 175, 165, 173, 170
Dari data di atas dapat dihitung rata-rata dengan menggunakan rumus rata-rata :
sehingga
Dari hasil penghitungan, bisa diambil kesimpulan bahwa rata-rata tinggi badan siswa di kelas
tersebut adalah 170,1 cm.
Median Data Tunggal
Median adalah nilai tengah dari data yang telah disusun berurutan mulai dari yang terkecil sampai
dengan yang terbesar. Secara matematis median dilambangkan dengan Me yang dapat dicari dengan
cara sebagai berikut.
Keterangan:
Me = Median
n = jumlah data
x = nilai data
Contoh 1:
Lima orang anak menghitung jumlah kelereng yang dimilikinya, dari hasil penghitungan mereka
diketahui jumlah kelereng mereka adalah sebagai berikut.
5, 6, 7, 3, 2
Jawab:
Karena jumlah data adalah ganjil, maka penghitungan median menggunakan rumus median untuk
data ganjil. Proses penghitungannya adalah sebagai berikut.
Dari rumus matematis di atas, diperoleh bahwa median adalah x3. Untuk mengetahui x3, maka data
harus diurutkan terlebih dahulu. Hasil pengurutan data adalah sebagai berikut.
2, 3, 5, 6, 7
Sepuluh orang siswa dijadikan sampel dan dihitung tinggi badannya. Hasil pengukuran tinggi badan
kesepuluh siswa tersebut adalah sebagai berikut.
172, 167, 180, 171, 169, 160, 175, 173, 170, 165
Jawab:
Karena jumlah data genap, maka penghitungan median menggunakan rumus median untuk data
genap. Proses penghitungannya adalah sebagai berikut.
Untuk melanjutkan penghitungan, kita harus terlebih dahulu mengetahui nilai x5 dan x6. Kedua nilai
data tersebut dapat diperoleh dengan mengurutkan semua data. Hasil pengurutan adalah sebagai
berikut.
160, 165, 167, 169, 170, 171, 172, 173, 175, 180
Dari pengurutan tersebut diperoleh nilai x5 sama dengan 170 dan x6 sama dengan 171. Dengan
demikian penghitungan median dapat dilanjutkan.
Median Data Berkelompok
Pada data tunggal, penghitungan median cukup mudah. Data diurutkan berdasarkan nilai datanya
mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Kemudian median bisa diketahui langsung dari nilai
tengah urutan data tersebut.
Namun pada data berkelompok, cara tersebut tidak bisa digunakan. Data berkelompok merupakan
data yang berbentuk kelas interval, sehingga kita tidak bisa langsung mengetahui nilai median jika
kelas mediannya sudah diketahui.
Oleh karena itu, kita harus menggunakan rumus berikut ini.
Me = median
n = jumlah data
Contoh soal:
Sebanyak 26 orang mahasiswa terpilih sebagai sampel dalam penelitian kesehatan di sebuah
universitas. Mahasiswa yang terpilih tersebut diukur berat badannya. Hasil pengukuran berat badan
disajikan dalam bentuk data berkelompok seperti di bawah ini.
Jawab:
Sebelum menggunakan rumus di atas, terlebih dahulu dibuat tabel untuk menghitung frekuensi
kumulatif data. Tabelnya adalah sebagai berikut.
Selanjutnya adalah menentukan nilai-nilai yang akan digunakan pada rumus.
Jumlah data adalah 26, sehingga mediannya terletak di antara data ke 13 dan 14. Data ke-13 dan 14
ini berada pada kelas interval ke-4 (61 – 65). Kelas interval ke-4 ini kita sebut kelas median.
Melalui informasi kelas median, bisa kita peroleh batas bawah kelas median sama dengan 60,5.
Frekuensi kumulatif sebelum kelas median adalah 9, dan frekuensi kelas median sama dengan 5.
Diketahui juga, bahwa panjang kelas sama dengan 5.
xii = 60,5
n = 26
fkii = 9
fi = 5
p=5
Dari nilai-nilai tersebut dapat kita hitung median dengan menggunakan rumus median data
berkelompok.
Rumus Simpangan Baku – Simpangan baku atau juga yang sering kita
kenal dengan nama deviasi standard (standard deviation) adalah ukuran
persebaran data. Simpangan ini bisa diartikan jarak rata-rata
penyimpangan antara nilai hasil pengukuran dengan nilai rata-rata .
Ketika kita belajar statistika SMA kelas XI kita pasti jumpai yang namanya
simpangan baku. Istilah simpangan baku sendiri pertama kali dikeluarkan
oleh Karl Pearson pada tahun 1984. Ia merupakan pendiri institute of
Statistika University College London. Bagaimana mencari rumus
simpangan baku? Berikut penjelasan yang rumus hitung buat
Rumus Simpangan Baku untuk Data Tunggal
Jika sobat mempunyai sekumpulan data kuatitatif tunggal (tidak
berkelompok) yang dinyatakan oleh x1,x2,x3,….,xn maka dapat dicari
simpangan bakunya dengan rumus
untuk data sample menggunakan rumus
contoh soal
Selama 10 kali ulangan semester ini sobat mendapat nilai 91, 79, 86, 80,
75, 100, 87, 93, 90,dan 88. Berapa simpangan baku dari nilai ulangan
sobat?
Jawab
Soal di atas menanyakan simpangan baku dari data populasi jadi
menggunakan rumus simpangan baku untuk populasi.
Kita cari dulu rata ratanya
rata-rata = (91+79+86+80+75+100+87+93+90+88)/10 = 869/10 =
85,9
Kita masukkan ke rumus
=
Jika dalam soal menyebutkan sample (bukan populasi) misalnya dari 500
penduduk diambil 150 sample untuk diukur berat badannya… dst, maka
menggunakan rumus untuk sample (n-1)
Rumus Simpangan Baku Untuk Data Kelompok
Misal sobat punya data kelompok yang dinyatakan dengan x1,x2,x3,…,xn
dan masing-masing mempunyai frekuensi fi,f2,f3,…,fn maka simpangan
bakunya dapat dicari dengan rumusuntuk sample menggunakan rumus
Jika data kelompok tersebut terdiri dari kelas-kelas maka sobat harus
mencari nilai tengah dari masing-masing kelas untuk kemudian dicari
rata-ratanya dengan cara mecari rata-rata data berkelompok. Untuk lebih
jelasnya mari simak contoh di bawah ini
Contoh Soal
Diketahui data tinggi badan 50 siswa samapta kelas c adalah sebagai
berikut
hitunglah berapa simpangan bakunya
1. Kita cari dulu rata-rata data kelompok tersebut
2. Setelah ketemu rata-rata dari data kelompok tersebut kita bikin tabel
untuk memasukkannya ke rumus simpangan baku
Kuartil Data Tunggal
Kuartil adalah nilai-nilai yang membagi data yang telah diurutkan ke dalam 4 bagian yang sama
besar. Dalam menentukan letak kuartil data tunggal, kita harus melihat kondisi jumlah data (n)
terlebih dahulu. Kondisi jumlah data (n) tersebut dan penghitungan kuartilnya adalah sebagai
berikut.
1. Kuartil untuk jumlah data (n) ganjil dan jika n ditambah 1, hasilnya habis dibagi 4.
2. Kuartil untuk jumlah data (n) ganjil dan jika n ditambah 1, hasilnya tidak habis dibagi 4.
4. Kuartil untuk jumlah data (n) genap dan tidak habis dibagi 4.
Rumus-rumus di atas sangat baik digunakan untuk jumlah data banyak. Untuk jumlah data yang
kecil, penentuan kuartil lebih mudah ditentukan dengan piramida berikut ini.
Jika kuartil terletak di antara dua nilai, maka nilai kuartil adalah rata-rata dari kedua nilai tersebut.
Contoh 1:
Berikut ini adalah data panjang jalan di sebuah daerah dalam satuan kilometer.
5, 6, 7, 3, 2
Karena jumlah data adalah ganjil dan tidak banyak, maka penghitungan kuartil menggunakan
piramida kuartil untuk data ganjil. Pada piramida tersebut, letak kuartil adalah sebagai berikut.
2, 3, 5, 6, 7
Contoh 2:
Sepuluh orang mahasiswa sebuah perguruan tinggi dijadikan sampel dan dihitung tinggi badannya.
Hasil pengukuran tinggi badan kesepuluh mahasiswa tersebut adalah sebagai berikut.
Jawab:
Karena jumlah data genap dan tidak banya, maka penentuan kuartil bisa menggunakan piramida
kuartil data genap. Pada piramida tersebut, letak kuartil adalah sebagai berikut.
Sebelumnya, data harus kita urutkan terlebih dahulu. Hasilnya adalah sebagai berikut.
160, 165, 167, 169, 170, 171, 172, 173, 175, 180
Contoh 3:
Jawab
Jumlah data adalah ganjil dan jika n ditambah 1, hasilnya habis dibagi 4. Oleh karena itu penentuan
kuartil menggunakan kondisi pertama.
Contoh 4:
Jawab
Jumlah data adalah ganjil dan jika n ditambah 1, hasilnya tidak habis dibagi 4. Oleh karena itu
penentuan kuartil menggunakan kondisi kedua.
Contoh 5:
Jawab
Jumlah data adalah genap dan habis dibagi 4. Oleh karena itu penentuan kuartil menggunakan
kondisi ketiga.