Anda di halaman 1dari 12

MEDIAN

Oleh karena itu, kita harus menggunakan rumus berikut ini.

Me = median
xii = batas bawah median
n = jumlah data
fkii = frekuensi kumulatif data di bawah kelas median
fi = frekuensi data pada kelas median
p = panjang interval kelas
Contoh Soal No. 1
Sebanyak 26 orang mahasiswa terpilih sebagai sampel dalam penelitian kesehatan di sebuah
universitas. Mahasiswa yang terpilih tersebut diukur berat badannya. Hasil pengukuran berat badan
disajikan dalam bentuk data berkelompok seperti di bawah ini.

Hitunglah median berat badan mahasiswa!


Jawab:
Sebelum menggunakan rumus di atas, terlebih dahulu dibuat tabel untuk menghitung frekuensi
kumulatif data. Tabelnya adalah sebagai berikut.

Selanjutnya adalah menentukan nilai-nilai yang akan digunakan pada rumus.

Jumlah data adalah 26, sehingga mediannya terletak di antara data ke 13 dan 14. Data ke-13 dan 14
ini berada pada kelas interval ke-4 (61 65). Kelas interval ke-4 ini kita sebut kelas median.
Melalui informasi kelas median, bisa kita peroleh batas bawah kelas median sama dengan 60,5.
Frekuensi kumulatif sebelum kelas median adalah 9, dan frekuensi kelas median sama dengan 5.
Diketahui juga, bahwa panjang kelas sama dengan 5.
Secara matematis bisa diringkas sebagai berikut:
xii = 60,5
n = 26
fkii = 9
fi = 5
p=5
Dari nilai-nilai tersebut dapat kita hitung median dengan menggunakan rumus median data
berkelompok.

Sehingga median berat badan mahasiswa adalah 64,5 kg.


Contoh Soal No. 2
Berikut ini adalah data berat badan 50 orang mahasiswa jurusan statistika yang telah dikelompokkan
ke dalam kelas-kelas interval berat badan. Hitunglah median berat badan mahasiswa tersebut.

Jawab:
Hitung terlebih dahulu frekuensi kumulatif dari data tersebut. Selanjutnya tentukan kelas interval
yang memuat median data.
Karena jumlah data (mahasiswa) adalah 50, maka median data terletak pada data ke-25 dan data ke26.

Dari hasil penghitungan frekuensi kumulatif di atas, dapat kita ketahui bahwa median terletak pada
kelas interval ketiga, yaitu kelas interval 70 74. Frekuensi kelas interval dimana median terletak
adalah 15, sedangkan frekuensi kumulatif sebelum kelas interval median adalah 16.
Selain itu dapat kita ketahui juga bahwa panjang interval adalah 5 dan batas bawah kelas median
adalah 69,5.
Secara matematis, nilai-nilai tersebut dapat kita tulis dalam notasi sebagai berikut.
xii = 69,5
n = 50
fkii = 16
fi = 15
p=5
Dengan menggunakan rumus median data berkelompok di atas, kita dapat mengetahui median berat
badan mahasiswa.

Dengan demikian median berat badan mahasiswa jurusan statistika adalah 72,5 kg.
Ada tiga cara menghitung rata-rata data berkelompok, yaitu dengan menggunakan titik tengah,
menggunakan simpangan rata-rata sementara dan menggunakan kode (coding). Rumus ketiga cara
penghitungan rata-rata data berkelompok tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menggunakan titik tengah (cara biasa)

2. Menggunakan simpangan rata-rata sementara

dimana
3. Menggunakan pengkodean (coding)

Keterangan
= rata-rata hitung data berkelompok
= rata-rata sementara
fi = frekuensi data kelas ke-i
xi = nilai tengah kelas ke-i
ci = kode kelas ke-i
p = panjang interval
Contoh penghitungan:
Sebanyak 21 orang pekerja dijadikan sampel dan dihitung tinggi badannya. Data tinggi badan dibuat
dalam bentuk kelas-kelas interval. Hasil pengukuran tinggi badan adalah sebagai berikut.

Hitunglah rata-rata tinggi badan pekerja dengan menggunakan titik tengah, simpangan rata-rata
sementara dan cara koding!
Jawab:
1. Menggunakan titik tengah (cara biasa)

Proses penghitungan rata-rata dengan menggunakan titik tengah dibantu dengan menggunakan tabel
di bawah ini.

Dari tabel di atas diperoleh

Dengan begitu dapat kita hitung rata-rata data berkelompok sebagai berikut.

2. Dengan menggunakan simpangan rata-rata sementara


Sebelum menghitung rata-rata data berkelompok menggunakan simpangan rata-rata sementara, kita
terlebih dahulu menetapkan rata-rata sementaranya.
Misalkan rata-rata sementara yang kita tetapkan adalah 160. Selanjutnya kita bisa membuat tabel
penghitungan sebagai berikut.

Dari tabel di atas diperoleh

Hasil rata-rata hitung menggunakan simpangan rata-rata adalah

3. Cara coding
Sama dengan menggunakan simpangan rata-rata sementara, sebelum menghitung rata-rata dengan
cara coding, kita juga harus menetapkan rata-rata sementara. Namun rata-rata sementara yang kita
tetapkan harus sama dengan salah satu nilai tengah salah satu kelas interval.
Misalkan kita menetapkan rata-rata sementara adalah nilai tengah kelas keempat, yaitu 168. Dengan
begitu kita bisa membuat tabel dan pengkodean seperti di bawah ini.

Pengkodean dimulai dari angka 0 untuk kelas interval dimana rata-rata sementara ditetapkan.
Kemudian dengan kelas sebelumnya berturut-turut menjadi angka negatif (-1, -2, -3 dan seterusnya)
menjauhi kelas rata-rata sementara. Berikutnya dengan kelas sesudahnya berturut-turut
pengkodeannya menjadi angka positif (1,2 3 dan seterusnya) menjauhi kelas rata-rata sementara
tersebut.
Dari tabel di atas diperoleh

Hasil rata-rata hitung menggunakan coding adalah sebagai berikut.

Modus adalah nilai yang memiliki frekuensi terbanyak dalam seperangkat data. Modus untuk data
yang disusun dalam bentuk kelas interval (data berkelompok) bisa ditentukan berdasarkan nilai tengah
kelas interval yang memiliki frekuensi terbanyak.
Namun nilai yang dihasilkan dari nilai tengah kelas interval ini adalah nilai yang kasar. Nilai modus
yang lebih halus bisa diperoleh dengan menggunakan rumus di bawah ini.

Mo = modus
b = batas bawah kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p = panjang kelas interval
b1 = frekuensi terbanyak dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
b2 = frekuensi terbanyak dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
Contoh:
Berikut ini adalah nilai statistik mahasiswa jurusan ekonomi sebuah universitas.

Berapakah modus nilai statistik mahasiswa tersebut?


Jawab:
Dari tabel di atas, kita bisa mengetahui bahwa modus terletak pada kelas interval keempat (66 70)
karena kelas tersebut memiliki frekuensi terbanyak yaitu 27. Sebelum menghitung menggunakan
rumus modus data berkelompok, terlebih dahulu kita harus mengetahui batas bawah kelas adalah
65,5, frekuensi kelas sebelumnya 14, frekuensi kelas sesudahnya 21. Panjang kelas interval sama
dengan 5.
Dengan begitu bisa kita menghitung modus nilai statistik mahasiswa sebagai berikut.

Home Statistik Deskriptif Varian dan Standar Deviasi (Simpangan Baku)


Statistik Deskriptif
Varian dan Standar Deviasi (Simpangan Baku)

9 Votes
Varian dan standar deviasi (simpangan baku) adalah ukuran-ukuran keragaman (variasi) data statistik
yang paling sering digunakan. Standar deviasi (simpangan baku) merupakan akar kuadrat dari varian.

Oleh karena itu, jika salah satu nilai dari kedua ukuran tersebut diketahui maka akan diketahui juga
nilai ukuran yang lain.
Penghitungan
Dasar penghitungan varian dan standar deviasi adalah keinginan untuk mengetahui keragaman suatu
kelompok data. Salah satu cara untuk mengetahui keragaman dari suatu kelompok data adalah dengan
mengurangi setiap nilai data dengan rata-rata kelompok data tersebut, selanjutnya semua hasilnya
dijumlahkan.
Namun cara seperti itu tidak bisa digunakan karena hasilnya akan selalu menjadi 0.

Oleh karena itu, solusi agar nilainya tidak menjadi 0 adalah dengan mengkuadratkan setiap
pengurangan nilai data dan rata-rata kelompok data tersebut, selanjutnya dilakukan penjumlahan.
Hasil penjumlahan kuadrat (sum of squares) tersebut akan selalu bernilai positif.

Nilai varian diperoleh dari pembagian hasil penjumlahan kuadrat (sum of squares) dengan ukuran data
(n).

Namun begitu, dalam penerapannya, nilai varian tersebut bias untuk menduga varian populasi.
Dengan menggunakan rumus tersebut, nilai varian populasi lebih besar dari varian sampel.
Oleh karena itu, agar tidak bias dalam menduga varian populasi, maka n sebagai pembagi
penjumlahan kuadrat (sum of squares) diganti dengan n-1 (derajat bebas) agar nilai varian sampel
mendekati varian populasi. Oleh karena itu rumus varian sampel menjadi :

Nilai varian yang dihasilkan merupakan nilai yang berbentuk kuadrat. Misalkan satuan nilai rata-rata
adalah gram, maka nilai varian adalah gram kuadrat. Untuk menyeragamkan nilai satuannya maka
varian diakarkuadratkan sehingga hasilnya adalah standar deviasi (simpangan baku).

Untuk mempermudah penghitungan, rumus varian dan standar deviasi (simpangan baku) tersebut bisa
diturunkan :
Rumus varian :

Rumus standar deviasi (simpangan baku) :

Contoh Penghitungan
Misalkan dalam suatu kelas, tinggi badan beberapa orang siswa yang dijadikan sampel adalah sebagai
berikut.
172, 167, 180, 170, 169, 160, 175, 165, 173, 170
Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah data (n) = 10, dan (n - 1) = 9. Selanjutnya dapat dihitung
komponen untuk rumus varian.

Dari tabel tersebut dapat ketahui:

Dengan demikian, jika dimasukkan ke dalam rumus varian, maka hasilnya adalah sebagai berikut.

Dari penghitungan, diperoleh nilai varian sama dengan 30,32.


Dari nilai tersebut bisa langsung diperoleh nilai standar deviasi (simpangan baku) dengan cara
mengakarkuadratkan nilai varian.

Keterangan:
s2 = varian
s = standar deviasi (simpangan baku)
xi = nilai x ke-i
= rata-rata

n = ukuran sampel
Permutasi adalah susunan yang dapat dibentuk dari suatu kumpulan objek yang diambil sebagian atau
seluruhnya. Perbedaan antara permutasi dan kombinasi adalah perhatian pada pengurutannya, dimana
pada permutasi memperhatikan urutan, sedangkan pada kombinasi tidak memperhatikan urutan. XY
dan YX pada permutasi di hitung 2, sedangkan pada kombinasi hanya dihitung 1.
Lambang permutasi adalah P. Bila n permutasi r, berarti

! adalah faktorial.
Contoh soal:
Lima buah hadiah yang berbeda akan diberikan kepada 3 orang juara kelas. Namun setiap para juara
hanya akan mendapat masing-masing 1 buah hadiah. Berapakah susunan hadiah yang dapat dibentuk
untuk dapat diberikan kepada ketiga juara tersebut?
Jawab:
Dari soal di atas, kita akan membuat susunan 3 hadiah dari 5 hadiah, sehingga r = 3 dan n = 5.
Sehingga dengan menggunakan rumus permutasi, diperoleh jumlah susunan yang dapat dibentuk
sebanyak:

Kombinasi adalah menggabungkan beberapa objek dari suatu kumpulan tanpa memperhatikan
urutannya.
Karena tidak memperhatikan urutan maka disinilah letak perbedaan antara kombinasi dan permutasi.
Pada kombinasi, susunan XY sama saja dengan YX, sedangkan pada permutasi XY dan YX dianggap
susunan yang berbeda.
Lambang notasi dari kombinasi adalah C. Jika disebutkan n kombinasi r, maka dapat ditulis
menjadi

. Rumus kombinasi adalah sebagai berikut.

! adalah faktorial.
Contoh Penghitungan
Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi memiliki 4 orang ahli statistik. Salah satu
kegiatan dari perusahaan tersebut adalah melakukan survei kualitas bangunan yang pernah
dikerjakannya. Jumlah ahli statistik yang dibutuhkan untuk kegiatan survei tersebut adalah 2 orang.
Dua orang ahli statistik tersebut akan diambil dari 4 orang ahli statistik yang dimiliki perusahaan.
Berapa cara penentuan dua orang ahli statistik yang dibutuhkan?
Jawab

Banyaknya cara memilih 2 orang dari 4 orang dapat dihitung menggunakan rumus kombinasi. Pada
soal di atas dapat kita ketahui r = 2 dan nilai n = 4.

Contoh Soal No. 1


Di sebuah sanggar tari terdapat 15 orang penari, yaitu 9 penari laki-laki dan 6 penari perempuan.
Sanggar tari tersebut membuat sebuah tari kreasi baru yang membutuhkan 5 penari laki-laki dan 3
penari perempuan. Berapakah banyaknya cara yang dapat diambil untuk menentukan komposisi
penari yang ikut tari kreasi tersebut?
Jawab:
Dari soal tersebut dapat kita ketahui bahwa n = 15, n1 = 9, n2 = 6, x1 = 5, x2 = 3. Dengan
menggunakan rumus kombinasi, maka kita dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.

Cara yang dapat diambil untuk menentukan komposisi penari yang ikut tari kreasi 2520 cara.
Contoh Soal No. 2
Sebuah kotak berisi 3 bola putih, 4 bola merah, dan 5 bola biru. Tiga bola diambil secara acak dari
dalam kotak tersebut. Hitunglah peluang bahwa
Paling sedikit terpilih satu bola berwarna putih,
Masing-masing warna terwakili (1 bola putih, 1 bola merah, dan 1 bola biru),
Jika bola diambil satu per satu tanpa pengembalian, tentukan peluang dimana bola terambil pertama
adalah putih, kedua adalah merah, dan ketiga adalah biru!
Jawab:
Yang bisa diketahui dari soal di atas adalah n = 12, n1 = 3, n2 = 4, n3 = 5. Jumlah bola putih terpilih
adalah x, jumlah bola merah terpilih adalah y dan jumlah bola biru terpilih adalah z.
Jawaban 2.1
Paling sedikit satu bola berwarna putih artinya bola putih bisa terpilih 1 atau tidak terpilih sama sekali
(0). Dengan demikian peluangnya adalah

Jawaban 2.2
Jika masing-masing warna terwakili, maka peluangnya adalah

Jawaban 2.3
Jumlah bola sebelum pengambilan adalah 12. Pada pengambilan pertama, peluang terambilnya bola
putih adalah

Bola yang tersisa dari hasil pengambilan pertama adalah 11, yaitu 2 bola putih, 4 bola merah dan 5
bola biru. Peluang terpilih bola merah pada pengambilan kedua adalah

Selanjutnya bola yang tersisa adalah 10, yaitu 2 bola putih, 3 bola merah dan 5 bola biru. Peluang
terpilih bola biru pada pengambilan ketiga adalah

Dengan demikian peluang terambil bola pertama adalah putih, kedua adalah merah, dan yang ketiga
adalah biru adalah

Anda mungkin juga menyukai