“Ups....” berkali – kali Brilian menutup hidungnya
dengan kedua tangannya. Di sepanjang perjalanan menuju Orientasi rumahnya, bau sampah menyengat dan membuatnya ingin muntah. Sampah – sampah menumpuk di hinggapi ribuan lalat beterbangan. Tiba – tiba dia melihat tumpukan sampah yang ada di sepanjang jalan itu mengejarnya “ aaaaaa tolong !!! “ Brilian berteriak sekuatnya meminta tolong dan tak ada seorangpun yang menolongnya padahal lalu lalang orang yang melintasi di jalan tersebut. “ Mengapa mereka tidak mau menolongku ? “ jerit Brilian dalam hati dan bulir – bulir air mata mulai menetes dari matanya yang bening itu. Brilian berlari sekuat tenaganya , sambil terisak dan keringat membanjiri tubuhnya. Tubuhnya lemas lunglai dan diapun jatuh. Sampah – sampah itu menutupi seluruh badannya dan menghakiminya satu per satu. Sampah plastik berseru dengan lantangnya “ Brilian kamu sering membuangku dimana saja kan ? di sungai, di jalan dan dimana – mana, padahal kalau kamu mau memanfaatkanku aku bisa menjadi barang yang Komplikasi berguna dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi “ . Kemudian kulit pisang menimpali “ Kau juga membuangku di jalan hingga orang – orang berkali – kali terjatuh karenaku dan akupun dilempar kesana kemari karena mereka kesal padaku “ . “ Kau juga membuangku di selokan, dan lihatlah itu, aliran air di selokan menjadi tersumbat karena ulahmu setiap pulang sekolah selalu membuangku di selokan “ . Kata botol minuman yang tidak mau ketinggalan. Ku tutup kedua telingaku, karena aku tak tahan lagi mendengarnya, tangisku semakin menjadi karena aku tak sanggup untuk mengatakan sesuatu. Aku memang bersalah. Aku selalu membuang sampah tidak pada tempatnya. “A.... a.... a.... aku minta ma.. ma.. maaf “. Ucapku terbata – bata,aku menarik nafas dalam dan berusaha untuk menyakinkan sampah – sampah tersebut bahwa aku menyesal, “ Maaf, selama ini aku malas dan hanya semauku membuang sampah, aku tidak pernah memikirkan apa yang aku lakukan itu dapat membuat orang lain celaka dan mencemari lingkungan, aku benar – benar menyesal dan aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi! . “ Kami akan memberi maaf untukmu jika kamu bersedia membersihkan kami dalam waktu 15 menit dan meletakkankamipada tempat kami TPA “.Ujar bekas kaleng susu bijak.
Ku seka air mataku lalu aku bangkit dan
menyanggupi syarat itu, dengan penuh semangat sampah sampah itu ku bersihkan,keringat bercucuran membanjiri tubuhku. Sebelum 15 menit aku berhasil menyelesaikannyadan tiba – tiba kurasakan ada seseorang yang menggoyang – goyangkan tubuhku. “ Brilian bangun..... “. Teriak orang tersebut, perlahan kubuka mataku dan ternyata orang itu adalah Ita sahabatku. “ Resolusi Ha...ha... ha... Brilian mengapa kau tidur di jalan ? . Tegur Ita. “ Apa ??? aku tersentak kaget. “ Aku tidak tidur di jalan,aku hanya ??” sambil ku garuk-garuk kepalaku yang tidak gatal.”Sudahlah tidak usah mengelak,kenyataannya kamu terbaring disini”. Sahut Ita tak mau kalah. Akhirnya ku ceritakan kejadian yang baru saja aku alami dan menyesali kesalahan itu pada Ita. Ita hanya tersenyum karena Ita memang sahabatku yang rajin dan displin, bahkan dia sering memilah sampah dan memanfaatkannya kembali.