Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV


(Human Immunodificiency Virus)

Dibuatnya Makalah ini Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pembimbing:
Seven Sitorus, M. Kep., Sp. KMB

Disusun oleh :
Kelompok
Liza Ika Wulandari (1032161002 )
Meivitha Delina (1032161026 )
Nurkholis Wadud (1032161045)
Siti Rahmawati (1032161017 )
Tenny Ramayanti (1032161049 )
Yola Yunita (1032161020 )

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN
TAHUN AJAR 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatuallahi Wabarokatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien
HIV”. Shalawat beserta salam semoga kita sampaikan kepada Nabi besar kita,
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medical Bedah III di program studi Serjana Keperawatan. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu dosen mata kuliah Keperawatan
Medical Bedah dan kepada segenap pihak yang telah menyusun makalah ini
dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki masih kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 27 Januari 2020

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................4
A. Definisi......................................................................................................4
B. Etiologoi....................................................................................................4
C. Patoflodiagram..........................................................................................6
D. Manifestasi Klinis......................................................................................8
E. Komplikasi................................................................................................9
F. Pemeriksaan Diagnostic..........................................................................11
G. Penatalaksanaan.......................................................................................11
H. Cara Penularan........................................................................................12
I. Pencegahan..............................................................................................13
BAB III ANALISA KASUS................................................................................15
A. Pengkajian...............................................................................................15
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................27
C. Intervensi Keperawatan...........................................................................28
D. Implementasi Keperawatan.....................................................................35
E. Evaluasi (Catatan Perkembangan)...........................................................40
BAB IV PENUTUP..............................................................................................45
A. Kesimpulan..............................................................................................45
B. Saran........................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui


hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik yang sering dikaitkan
dengan kesehatan reproduksi terutama kelompok perempuan. Kerentanan
perempuan dan remaja putri untuk tertular umumnya karena kurangnya
pengetahuan dan informasi tentang HIV dan AIDS ataupun kurangnya
akses untuk mendapatkan layanan pencegahan HIV (Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan RI, 2008).

Pada tahun 2013 World Health Organization (WHO) mengumumkan


34 juta orang di dunia mengidap virus HIV penyebab AIDS dan sebagian
besar dari mereka hidup dalam kemiskinan dan di negara berkembang.
Data WHO terbaru juga menunjukkan peningkatan jumlah pengidap HIV
yang mendapatkan pengobatan. Tahun 2012 tercatat 9,7 juta orang, angka
ini meningkat 300.000 orang lebih banyak dibandingkan satu dekade
sebelumnya (WHO, 2013). Berdasarkan jenis kelamin kasus tertinggi HIV
dan AIDS di Afrika adalah penderita dengan jenis kelamin perempuan
hingga mencapai 81,7% terutama pada kelompok perempuan janda pada
usia 60-69 tahun dengan persentase paling tinggi bila dibandingkan
dengan kelompok beresiko lainnya (Boon, 2009).

Berdasarkan data Ditjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2014, kasus


HIV dan AIDS di Indonesia dalam triwulan bulan Juli sampai dengan
September tercatat kasus HIV 7.335, kasus sedangkan kasus AIDS 176
kasus. Estimasi dan proyeksi jumlah Orang Dengan HIV dan AIDS
(ODHA) menurut populasi beresiko dimana jumlah ODHA di populasi
wanita resiko rendah mengalami peningkatan dari 190.349 kasus pada
tahun 2011 menjadi 279.276 kasus di tahun 2016 (Kemenkes RI, 2013).
Dilihat dari prevalensi HIV berdasarkan populasi beresiko Wanita
Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSTL) di Indonesia pada tahun 2007
mencapai 4,0% kemudian pada tahun 2009-2013 mengalami penurunan
dari 3,1% menjadi 2,6% pada tahun 2011, turun kembali menjadi 1,5%
pada tahun 2013 (STBP, 2013). Meningkatnya jumlah kasus HIV dan
AIDS di Jawa Tengah tahun 2011 dan 2012 peringkat ke-6, tahun 2013
peringkat ke-5 dan di tahun 2014 peringkat ke-4 dari 10 Provinsi di
Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali,
Sumatra Utara, Sulauwesi Selatan, Banten dan Kalimatan Barat dengan
kasus HIV dan AIDS terbanyak bulan Januari-Desember. Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2014 ditemukan kasus HIV dan AIDS sebanyak 2.498
kasus, dengan perincian kasus HIV 2.069 orang dan AIDS 428 orang.
Berdasarkan jenis kelamin laki-laki mencapai 61,48% dan perempuan
38,52%. Dilihat dari distribusi kasus AIDS berdasarkan jenis pekerjaan,
IRT dengan HIV dan AIDS dalam beberapa tahun terakhir meningkat
mencapai 18,4% dan menduduki peringkat ke-2 (KPAN, 2014).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan HIV?


2. Apa yang menyebabkan terjadinya HIV?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya HIV
4. Apakah tanda dan gejala terjadinya HIV?
5. Apa saja komplikasi yang tejadi pada pasien HIV?
6. Bagaimana cara pemeriksaan diagnostic HIV?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien HIV?
8. bagaimana cara penularan HIV?
9. Bagaimana cara pencegahan HIV?
10. Bagaimana cara asuhan keperawatan pada pasien HIV?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Definisi Apa Itu HIV


2. Untuk Mengetahu Penyebab Terjadinya HIV
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi Terjadinya HIV
4. Untuk Mengetahui Tanda Dan Gejala HIV
5. Untuk Mengetahui Komplikasi HIV
6. Untuk Mengetahui Cara Pemeriksaan Diagnostic Pada Pasien HIV
7. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Pasien HIV
8. Untuk Mengetahui Cara Penularan HIV
9. Untuk Mengetahui Pencegahan Pada Pasien HIV
10. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pasien HIV
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi

AIDS (Acquired Immunodificiency Syndrome) adalah sekumpulan


gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodificiency Virus) yang
termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi
HIV. (Sudoyo Aru, dkk 2009)

Menurut Green (2007), HIV merupakan singkatan dari Human


Immunnedeficiency Virus. Disebut human (manusia) karena virus ini
hanya dapat menginfeksi manusia, immunodeficiency karena efek virus
ini adalah melemahkan kemampuan system kekebalan tubuh untuk
melawan segala penyakit yang menyerang tubuh, termasuk golongan virus
karena salah satu karakteristiknya adalah tidak mampu memproduksi diri
sendiri, melainkan memanfaatkan sel-sel tubuh. Sel darah putih manusia
sebagai sel yang berfungsi untuk mengendalikan atau mencegah infeksi
oleh virus, bakteri, jamur, parasit dan beberapa jenis kanker diserang oleh
HIV yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh sehingga mudah
terserang penyakit (Nursalam, 2011).

B. Etiologoi

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia
Virus (HTL-III yang juga disebut Human-T Cell Lymphotropic Virus (atau
retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RAN) menjadi
asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu.
Penularan virus ditularkan melalui: (Agung, 2000).

1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa


kondom dengan orang yang telah terinfeksi HIV
2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
4. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan,
saat melahirkan atau melalui susu ibu (ASI)
C. Patoflodiagram

Hubungan seksual dgn Tranfusi darah yg terinfeksi Tertusuk jarus bekas bekas Ibu hamil yang menderita
pasangan yg berganti-ganti, HIV penderita HIV HIV
dgn yg terinfeksi HIV

Virus masuk dlm lewat luka berdarah


Sperma terinfeksi masuk kedlm
tubuh pasangan lewat membran Virus masuk lewat pembuluh darah & invasi sel target hospes
mukosa vagina, anus yang lecat atau

Thelper /CD4 Makrofag Sel B

Terjadi perubahan pada sturkturat sel diatas akibat transkripsi RNA virus + DNA sel sehingga terbentuknya provirus

Sel penjamu (T helper, limposit B, makrofag) mengalami kelumpuhan

Menurunnya sistem kekebalan tubuh

Infeksi Oportunistik
Sistem GIT Integumen System reproduksi System respirasi Sistem neorologi

Virus HIV + kuman Candidiasis Mukobakterium TB Kriptococus


Herpes zoster +
selmonela,
herpes simpleks
clostridium, candida
Candidiasis PCP (pneumocytis Meningitis
Virus HIV + kuman Herpes zoster + carinii pneumonia) kriptococus
selmonela, herpes simpleks
clostridium, candida Ulkus genital
Perubahan status
Dermatitis Demam, batuk non produktif, mental, kejang,
Menginvasi mukosa serebroika nafas pendek kaku kunduk,
saluran cerna kelemahan, mual,
kehilangan nafsu
Ruam, difus, bersisik, Mk : makan, vomitus,
Peningkatan peristaltic kulit kering, Terapi trimetoptim demam, panas,
mengelupas eksema  Hipertermi
sulpame pusing
Diare  Bersihan jalan nafas
 Pola nafas tidak
Psoriasis efektif
Ruam, pruritus, Mk :
Mk : papula, makula
Mk : merah muda  Risiko tinggi cidera
 Perubahan elimenasi
 Ggn nutrisi < keb. tubuh
 Ggn nutrisi < keb.  Risiko kerusakan  Risiko tinggi kekurangan
tubuh Mk :
intekritas kulit volume cairan
 Risiko kekurangan
 Nyeri  Intoleransi aktivitas
volume cairan
D. Manifestasi Klinis

Berdasarkan Gambaran klinik (WHO 2006)


Tanpa gejala : Fase klinik 1
Ringan : Fase klinik 2
Lanjut : Fase klinik 3

Parah : Fase klinik 4

Fase klinik HIV

Fase klinik 1 : Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar/pembuluh


limfe) menetap dan menyeluruh.

Fase klink 2 : Penurunan BB (<10%) tanpa sebab. Infeksi saluran


pernapasan atas (sinusitis, tonsillitis, otitis media, pharyngitis) berulang.
Herpes zoster, infeksi sudut bibir, ulkus mulut berulang, popular pruritic
eruptions, seborrhic dermatitis, infeksi jamur pada kuku.

Fase klini 3 : Penurunan BB (>10%) tanpa sebab. Diare kronik tanpa


sebab sampai >1 bulan. Demam menetap (intermiten atau tetap >1 bulan).
Kandidiasis oral menetap. TB pulmonal (baru), plak putih pada mulut,
infeksi bakteri berat misalnya: pneumonia, empyema (nanah dirongga
tubuh terutama pleura, abses pada otot skelet, infeksi sendi atau tulang),
meningitis, bakterimia, gangguan inflamasi berat pada pelvik, acute
necrotizing ulcerative stomatitis, gingivitis, atau periodontitis anemia yang
penyebabnua tidak diketahui (<8g/dl), neutropenia (<0,5x109/l) dan atau
trombositopenia kronik (< 50x109 /l).

Fase klinik 4 : Gejala kurus (HIV wasting syndrome), pneumocystis


pneumonia (pneumonia karena pneumocystis carinii), pneumonia bakteri
berulang. Infeksi herpes simplex kronik (orolabial, genital atau anorektal
>1 bulan) Oesophageal candidiasis, TBC ekstrapumonal,
Cytomegalovirus, Toksoplasma di SSP, HIV encephalopathy, meningitis,
infection progressive multivocal, lymphoma, invasive servical carcinoma,
leukoencephalopathy.
Fase Lama Fase Antibodi yg Gejala-gejala Dapat
Terdeteksi Ditularkan
1. Periode 4 minggu-6 Tidak Tidak ada Ya
jendala bulan infeksi
2. Infeksi HIV 1-2 minggu Mungkin Sakit seperti flu Ya
Primer akut
3. Infeksi 1-15 th/lebih Ya Tidak ada Ya
Asimptomati
k
4. Supresi imun 1-5 th dari Ya Demam, keringat Ya
simptomatik pertama pd malam hari,
penentuan BB turun, diare,
kondisi AIDS neuropatik,
keletihan, ruam
kulit,
limadenopati,
pelambatan
kognitif, lesi oral
5. AIDS 1-5 th dari Ya Infeksi Ya
pertama oportunistik berat
penentuan dantumor,
kondisi AIDS manifestasi
neulogik

E. Komplikasi

1. Oral lesi
Karena kandidiasis, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immuunodificiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan, berat badan, keletihan
dan cacat
2. Neurologic

a. Kompleks dimensia (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan


kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
disfasia, dan isolasi social AIDS karena serangan langsung
Human Immunodeficiency Virus.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam,
paralise, total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV).

3. Gastrointestinal

a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,


limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,
obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit
dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

4. Respirasi

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus


influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.

5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan
efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.

6. Sensorik

a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek


kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.

F. Pemeriksaan Diagnostic

1. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction).


2. Serologis:
a. Tes ELISA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah
infeksi.
b. Western blot (positif).
c. Limfosit T.
3. Pemeriksaan darah rutin.
4. Pemeriksaan neurologis.
5. Tes fungsi paru, bronkoscopi.

G. Penatalaksanaan

1. Pengobatan suportif.
a. Pemberian nutrisi yang baik.
b. Pemberian multivitamin.
2. Pengobatan simptomatik.
3. Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibiotik
kotrimoksazol.
4. Pemberian ARV (Antiretroviral).
ARV dapat diberikan saat psien sudah siap terhadap kepatuhan
berobat seumur hidup. Indikasi dimulainya pemberian ARV dapat
dilihat pada tabel berikut.

WHO 2009 Amerika Serikat


Untuk Negara Berkembang DHHS 2008
Stadium IV (AIDS) tanpa Riwayat diagnosis AIDS
memandang CD4
Stadium III HIV-sociated nefropathy/HIVAN
TB paru Asimptomatik, CD4 < 350
Pneumonia berulang Ibu hamil
Stadium I dan II bila CD4 <
350

H. Cara Penularan

Menurut Martono (2006) virus HIV dapat ditularkan melalui beberapa


cara yaitu :

1. Hubungan seksual

Dengan orang yang menderita HIV/AIDS baik hubungan seksual


secara vagina, oral maupun anal, karena pada umumnya HIV
terdapat pada darah, sperma dan cairan vagina. Ini adalah cara
penularan yang paling umum terjadi. Sekitar 70-80% total kasus
HIV/AIDS di dunia (hetero seksual >70% dan homo seksual 10%)
disumbangkan melalui penularan seksual meskipun resiko terkena
HIV/AIDS untuk sekali terpapar kecil yakni 0,1-1,0%.

2. Tranfusi darah yang tercemar HIV

Darah yang mengandung HIV secara otomatis akan mencemari darah


penerima. Bila ini terjadi maka pasien secara langsung terinfeksi HIV,
resiko penularan sekali terpapar >90%. Transfusi darah menyumbang
kasus HIV/AIDS sebesar 3-5% dari total kasus sedunia.
3. Tertusuk atau tubuh tergores oleh alat yang tercemar HIV Jarum
suntik, alat tindik, jarum tattoo atau pisau cukur yang sebelumnya
digunakan oleh orang HIV (+) dapat sebagai media penularan. Resiko
penularannya 0,5-1-1% dan menyumbangkan kasus HIV/AIDS
sebesar 5-10% total seluruh kasus sedunia.

4. Ibu hamil yang menderita HIV (+) kepada janin yang dikandungnya
dengan resiko penularan ±30% dan berkontribusi terhadap total kasus
sedunia sebesar 5-10%.

I. Pencegahan

Hindarkan hubungan seksual diluar nikah, usahakan hanya


berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan
dengan orang lain, pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila
melakukan hubungan seksual, ibu yang darahnya telah diperiksa dan
ternyata mengandung virus HIV hendaknya jangan hamil karena akan
memindahkan virus HIV/AIDS kepada janinnya, kelompok resiko tinggi
tidak dianjurkan menjadi donor darah, penggunaan jarum suntik dan alat
lainnya (akupuntur, tato, tindik) harus dijamin ke sterilannya.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha


untuk mencegah penularan HIV/AIDS yaitu misalnya: memberikan
penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang
segala sesuatu yang berkaitan dengan HIV/AIDS, yaitu melalui seminar-
seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang
berhubungan dengan HIV/AIDS, ataupun melalui iklan di berbagai media
massa baik media cetak maupun media elektronik, penyuluhan atau
informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan
kepada semua lapisan masyarakat agar dapat mengetahui bahaya AIDS
sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa
menimbulkan terjadinya virus HIV/AIDS.
Pada prinsipnya pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah
penularan virus HIV melalui perubahan perilaku seksual yang terkenal
dengan istilah “ABC” yang telah terbukti mampu menurunkan percepatan
penularan HIV, terutama di Uganda dan beberapa Negara Afrika lain.
Prinsip “ABC” ini telah dipakai dan dibakukan secara international,
sebagai cara paling efektif mencegah HIV lewat hubungan seksual. Prinsip
“ABC” itu adalah:

“A” : Anda jauhi seks sampai anda kawin atau menjalin hubungan jangka
panjang dengan pasangan (Abstinesia)

“B” : Bersikap saling setia dengan pasangan dalam hubungan perkawinan


atau hubungan jangka panjang tetap (Be faithful)

“C” : Cegah dengan memakai kondom yang benar dan konsisten untuk
penjaja seks atau orang yang tidak mampu melaksanakan A dan B
(Condom)

Untuk pencegahan penularan non seksual berlaku prinsip “D” dan “E”
yaitu :

“D” : Drug, “say no to drug” atau katakan tidak pada napza atau
narkoba.

“E” : Equipment “No sharing” jangan memakai alat suntik secara


bergantian.
BAB III
ANALISA KASUS

KASUS
A. Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 01/01/2020


Tanggal masuk : 26/12/19
Ruang/ Kelas : Tulip
Nomor Register : 01297916
Diagnosa medis : TB Paru on OAT

1. Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. Y


Jenis Kelamin :P
Usia : 45 th
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Pendidikan : S1 Bahasa Inggris
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Guru SMP
Alamat : Jl. Pendidikan 3 rt 05/ rw 01, Tambun
Selatan

2. Resume :

Tn. y usia 45 th dengan Diagnosa Medis TB Paru on OAT datang ke UGD


dengan keluhan mual, muntah batuk berdahak, sesak di UGD ditemukan
masalah keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas dan dilakukan
intervensi keperawatan tarik napas dalam dan batuk efektif dan dilakukan
kolaborasi dengan dokter pemasangan infus dengan cairan RL/ 24 jam, terapi
O2 3 Lpm, Injeksi Ranitidin 1 x 1 50 mg, Injeksi Methylprednisolone 2 x 1
62,5 mg, Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 1 gram. Evaluasi S : Pasien mengatakan
masih merasa sesak napas namun sudah berkurang dengan dibantu O 2, pasien
mengatakan pusing sedikit berkurang. O : Pasien tampak lebih tenang dan
bernapas nyaman. A : Masalah belum teratasi dan dipindahkan ke ruang tulip.
P : Intervensi dilanjutkan dan ditambahkan monitoring vital sign.

3. Riwayat Keperawatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : mual, muntah batuk berdahak
2) Kronologis keluhan
a) Faktor pencetus :
b) Timbulnya keluhan : bertahap
c) Lamanya : Pasien mengatakan satu tahun yang lalu.
d) Upaya mengatasi : Pasien mengatakan datang ke spesialis paru
dan mendapat Pengobatan 2 minggu, kontrol lagi makin parah.

b. Riwayat kesehatan masa lalu


1) Riwayat penyakit sebelumnya :
Riwayat TB Paru on OAT bulan januari 2019
2) Riwayat alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi
3) Riwayat pemakaian obat :
Pro TB 4
c. Riwayat kesehatan keluarga

= Laki-Laki

= Perempuan

= Laki-Laki Meninggal

= Perempuan Meninggal

= Pasien

d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor
resiko : Pasien mengatakan suami meninggal dikarnakan HIV AIDS

e. Riwayat psikososial dan Spiritual


1) Adakah orang yang terdekat dengan pasien :
Pasien mengatakan anak-anak nya dan keluarga.
2) Interaksi dalam keluarga
a) Pola komunikasi : Pola komunikasi terbuka
b) Pembuatan keputusan : Musyawarah
c) Kegiatan kemasyarakatan : pasien mengatakan tidak ada.
3) Dampak penyakit pasien terhadap keluarga
Pasien mengatakan tidak dapat bekerja.
4) Masalah yang mempengaruhi pasien :
Pasien mengatakan penyakitnya
5) Mekanisme koping terhadap stress :
Pasien megatakan dengan berlibur dengan keluarganya.
6) Persepsi pasien terhadap penyakitnya.
a) Hal yang sangat difikirkan saat ini :
pasien mengatakan tidak ada yang difikirkan karna selalu
diberikan support oleh lingkungan
b) Harapan setelah menjalani perawatan :
pasien mengatakan dapat sembuh
c) perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit :
pasien mengatakan lebih banyak bersyukur
7) Sistem nilai kepercayaan.
a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
Pasien mengatakan tidak ada
b) Aktivitas Agama/ kepercayaan yang dilakukan :
Ibadah shalat dan mengaji.
8) Kondisi lingkungan rumah :
Pasien mengatakan lingkungan rumah bersih di dalam pemukiman
penduduk, masih terdapat banyak pohon, ventilasi baik, jarak jamban
dan sumur 5 meter.

4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum :
1) Berat badan : Sesudah sakit = 43 Kg Sebelum sakit = 50 Kg
2) Tinggi badan : 165 cm
3) Keadaan umum : Sakit sedang
4) Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada

b. Sistem penglihatan :
1) Posisi mata : Simetris
2) Kelopak mata : Normal
3) Pergerakan bola mata : Normal
4) Konjungtiva : Anemis
5) Kornea : Normal
6) Sklera : Anikterik
7) Pupil : Isokor
8) Otot-otot mata : Tidak ada kelainan
9) Fungsi penglihatan : Baik
10) Tanda-tanda radang : Tidak ada.
11) Pemakaian kaca mata : Tidak menggunakan kaca mata
12) Pemakaian lensa kotak : Tidak menggunakan lensa kotak.
13) Reaksi terhadap cahaya :
c. Sistem pendengaran :
1) Daun telinga : Normal
2) Karakteristik serumen :
3) Kondisi telinga tengah : Normal
4) Cairan dari telinga : Tidak ada
5) Perasaan penuh ditelinga : Tidak
6) Tinitus : Tidak
7) Fungsi pendengaran : Normal
8) Gangguan keseimbangan : Tidak
9) Pemakaian alat bantu : Tidak

d. Sistem wicara : Normal


e. Sistem pernapasan :
1) Jalan nafas : Bersih
2) Pernafasan : Sesak nafas
3) Menggunakan otot bantu pernapasan : Tidak
4) Frekuensi : 26 x/mnt
5) Irama : Teratur
6) Jenis pernapasan : Spontan
7) Kedalaman : Dangkal
8) Batuk : Ya, produktif
9) Sputum : Ya, hijau
10) konsistensi : Kental
11) Terapat darah : Tidak
12) Palpasi dada : Tidak ada nyeri tekan
13) Perkusi dada : Suara perkusi sonor
14) Suara napas : Ronkhi
15) Nyeri saat bernapas : Tidak
16) Penggunaan alat bantu napas : tidak

f. Sistem kariovaskuler :
1) Sistem peripher
a) Nadi 82 x/mnt. Irama : Teratur Denyut: Kuat
b) Tekanan darah : 120/70 mmHg
c) Distensi vena jugularis : Kanan = Tidak, Kiri = Tidak
d) Temperatur kulit : Hangat
e) Warna kulit : Pucat
f) Pengisian kapiler : 3 detik
g) Edema : Tidak
2) Sirkulasi jantung
a) Kecepatan denyut apical : 98 x/ mnt
b) Irama : Teratur
c) Kelainan bunyi jantung : Tidak
d) Sakit dada : Tidak

g. Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi

1) Pucat : Tidak
2) Perdarahan : Tidak

h. Sistem Syaraf Pusat


1) Keluhan sakit kepala : Pusing
2) Tingkat kesadaran : Compos mentis
3) Glasgow coma scale : E = 4, M = 6, V = 5
4) Tanda-tanda peningkatan TIK : Tidak
5) Gangguan sistem persyarafan : Tidak ada
6) Pemeriksaan reflek :
a) Reflek fisiologis : Normal
b) Reflek patologis : Tidak

i. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut :

1) Gigi : Caries
2) Penggunaan gigi palsu : Tidak
3) Stomatitis : Tidak
4) Lidah kotor : Tidak
5) Salifa : Normal
6) Muntah : Tidak
7) Nyeri daerah perut : Tidak
8) Bising usus :
9) Diare : Tidak
10) Konstipasi : ya
11) Hepar : Tak teraba
12) Abdomen : Lembek

j. Sistem Endokrin
1) Pembesaran Kelenjar Tiroid : Tidak
2) Nafas Berbau keton : Tidak
3) Luka ganggren : Tidak

k. Sistem Urogenital
1) Balance Cairan : Intake ml ; Output ml
2) Perubahan pola kemih : Tidak ada
3) BAK : Warna Kuning Jernih
4) Distensi kandung kemih : Tidak
5) Keluhan sakit pinggang : Tidak

l. Sistem Integumen
1) Turgor kulit : Elastis
2) Temperatur kulit : Hangat
3) Keadaan kulit : Baik
4) Kelainan kulit : Tidak
5) Kondisi kulit daerah pemasangan infus : Baik
6) Keadaan rambut : Tekstur = Baik
Kebersihan = Ya
m. Sistem Muskuloskeletal
1) Kesulitan dalam pergerakan : Tidak
2) Sakit pada tulang, sendi, kulit : Tidak
3) Fraktur : Tidak
4) Kelainan bentuk tulang sendi : Tidak
5) Keadaan Tonus Otot : Baik
6) Kekuatan Otot : 5555 5555

5555 5555

5. Data Tambahan (Pemahaman tentang penyakit)

6. Data Penunjang

Laboratorium
LED: 77 mm/ jam
Trombosit = 505 ribu/uL
SGOT = 328 u/L
SGPT = 265 u/L
Na =130 mmol/L
K = 4,8 mmol/L
Clorida = 95 mmol/L
7. Penatalaksanaan

O2 3 liter permenit Injeksi Ranitidin 1x1 50 mg


IV RL/ 24 jam Injeksi Ceftriaxone 2x1 1gram
Methylprednisolone 2 x 1 62,5 mg
DATA FOKUS

Nama Pasien : Ny. Y No. Rekam Medis : 01297916

Diagnosa : TB Paru on OAT Nama Perawat : Kelompok 7

Data Subyektif Data Obyektif

1. Pasien mengatakan sesak nafas Keadaan umum : Tidak baik


2. Klien mengatakan bernafas terasa
Kesadaran : Compos Mentis
berat
Tanda-tanda vital :
3. Pasien mengatakan Batuk
TD : 120/70 mmHg
4. Pasien mengatakan susah tidur
N : 82 x/mnt
5. Pasien mengatakan masih merasa
RR : 26 x/mnt
mual
S : 36 oC
6. Pasien mengatakan muntah
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum :
1. Berat badan : Sesudah sakit = 43 Kg
Sebelum sakit = 50 Kg
2. Tinggi badan : 167 cm
3. Keadaan umum : Sakit sedang
4. Pembesaran kelenjar getah bening :
Tidak ada
5. Sistem penglihatan normal
6. Sistem pendengaran normal
7. Sistem wicara normal
8. Sistem pernafasan
Ada sumbatan jalan nafas : sputum
Pasien tampak sesak nafas
RR : 26 x/mnt
Irama teratur
Jenis Pernapasan spontan
Kedalaman dangkal
Sputum Hijau kekuningan
Konsistensi kental
Suara napas Ronkhi
9. Sistem kardiovaskuler
N : 82 x/mnt
Irama teratur
Denyut Kuat
TD : 120/70mmHg
Temperatur kulit hangat
S : 36 oC
Pengisian kapiler 3 detik
Tidak ada edema.
10. Sistem Hematologi
Tidak terjadi pendarahan
11. Sistem Syaraf Pusat
Tidak ada tanda-tanda peningkatan
TIK
12. Sistem pencernaan baik tidak ada
keluhan
ANALISA DATA

Data Masalah

DS :

1. Pasien mengatakan sesak nafas


Ketidakefektifan Bersihan Jalan
2. Pasien mengatakan Batuk
Napas
DO :

1. Pasien tampak sesak nafas


2. Ada sumbatan jalan nafas : sputum
3. Pasien tampak sesak nafas
4. RR : 26 x/mnt
5. Irama teratur
6. Jenis Pernapasan spontan
7. Kedalaman dangkal
8. Sputum Hijau kekuningan
9. Konsistensi kental
10. Suara napas Ronkhi

DS :

Klien mengatakan sesak nafas dan


Pola nafas tidak efektif
nafas terasa berat.

DO :

1. Klien bernafas menggunakan


otot bantu nafas
2. Klien bernafas menggunakan
cuping hidung
DS:

1. Pasien mengatakan mual


Ketidak seimbangan nutrisi kurang
2. Pasien mengatakan makan hanya
dari kebutuhan tubuh
sedikit

DO:

1. Pasien muntah sebanyak 240 ml


2. Pasien mengalami penurunan berat
badan dari 50 kg ke 43 kg

B. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan (P&E) Nama Jelas


.

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas b.d


Penumpukan Sputum

2. Pola nafas tidak efektif b.d Hambatan Upaya Nafas

3. Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan


Tubuh b.d Intake Yang Tidak Adequate
C. Intervensi Keperawatan

Tanggal No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Rencana keperawatan

23 1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan Airway suction


DESEMBER keperawatan selama 3 X 24jam
Napas b.d Penumpukan Sputum
2019 Noc  Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning
 Respiratory status :  Auskultasi suara napas sebelum
ventilation dan sesudah suctioning
 Respiratory status : airway  Informasikan pada klien dan
patency keluarga tentang suctioning’minta
klien nafas dalam sebelum suction
Kriteria hasil :
dilakukan
 Mendemonstrasikan batuk  Berikan O2 dengan menggunakan
efektif dan suara nafas yang nasal untuk memfasilitasi suksion
bersih, tidak ada sianosis dan nasotrakeal
dyspneu (mampu  Gunakan alat yang steril setiap
mengeluarkan sputum, melakukan tindakan
mampu bernapas dengan  Ajarkan pasien untuk istirahat dan
mudah, tidak ada pursed lips) napas dalam setelah kateter
 Menunjukan jalan napas yang dilakukan dari nasotrakeal
paten (klien tidak merasa  Monitor status oksigen pasien
tercekik, irama nafas,  Buka jalan napas, gunakan tehnik
frekuensi pernafasan dalam
Tanggal No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan Airway suction


Pola Napas Tidak Efektif b.d keperawatan 3 x 24 jam
 Pastikan
lift atau kebutuhan
jaw thrust oral
Hambatan Upaya Napas Noc rentang normal, tidak ada / tracheal
bila perlu
suctioning
suara nafas abnormal)  Lakukan fisioterapi dada jika
2.  Respiratory status :  Auskultasi suara napas sebelum
 Mampu mengidentifikasi dan perlu
ventilation dan sesudah suctioning
mencegah factor yang dapat  Keluarkan sekret dengan batuk
 Respiratory status : airway  Informasikan
menghambat jalan napas atau suction pada klien dan
patency keluarga tentang suctioning’minta
 Auskultasi suara napas, catat
 Vital sign status klien nafas dalam sebelum suction
23 adanya suara tambahan
dilakukan
DESEMBER Kriteria hasil  Atur intek untuk cairan
2019  Berikan O2 dengan menggunakan
mengoptimalkan keseimbangan
 Mendemonstrasikan batuk nasal untuk memfasilitasi suksion
 Monitor respirasi dan status O2
efektif dan suara nafas nasotrakeal
yang bersih, tidak ada  Gunakan alat yang steril setiap
sianosis dan dyspneu melakukan tindakan
(mampu mengeluarkan  Ajarkan pasien untuk istirahat dan
sputum, mampu bernapas napas dalam setelah kateter
dengan mudah, tidak ada dilakukan dari nasotrakeal
pursed lips)  Monitor status oksigen pasien
 Menunjukan jalan napas  Buka jalan napas, gunakan tehnik
yang paten (klien tidak lift atau jaw thrust bila perlu
merasa tercekik, irama  Lakukan fisioterapi dada jika
nafas, frekuensi pernafasan perlu
dalam rentang normal,  Keluarkan sekret dengan batuk
Tanggal No Diagnosa Keperawatan Tujuan
tidak Dan Kriteria
ada suara nafasHasil atauRencana
suction Keperawatan
abnormal)  Auskultasi suara napas, catat
 Tanda tanda vital dalam adanya suara tambahan
rentang normal (tekanan  Atur intek untuk cairan
darah, nadi, dan mengoptimalkan keseimbangan
pernapasan)  Monitor respirasi dan status O2
Setelah dilakukan tindakan
3. Ketidakseimbangan Nutrisi keperawatan 3 x 24 jam Nutrition management
Kurang dari Kebutuhan tubuh b.d
Inteke Yang Tidak Adekuat Noc  Kaji adanya alergi makan
23  Nutrition status  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
DESEMBER  Nutrition status: food and menentukan jumlah kalori dan nutrisi
2019 yang dibutuhkan pasien
fluid
 Intake  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
 Nutrition status : nutrient intake Fe
intake  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
 Weight control protein dan vitamin C
Kriteria hasil  Berikan substansi gula
 Adanya peningkatan berat  Yakinkan diet yang dimakan
badan sesuai dengan tujuan mengandung tinggi serat untuk
 Berat badan ideal sesuai mencegah konstipasi
dengan tinggi badan  Berikan makanan yang terpilih
 Tidak ada tanda tanda  Ajarkan pasien bagaimana membuat
malnutrisi catatan makanan harian
 Menunjukan peningkatan  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
fungsi pengecap dari kalori
menelan  Berikan informasi tentang kebutuhan
Tidak terjadi penurunan berat nutrisi
badan yang berarti
 Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition monitoring

 Bb pasien dalam batas normal


 Monitor adanya penurunan berat
badan
 Monitor tipe dan jenis aktivitas
yang biasa dilakukan
 Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
 Monitor lingkungan selama makan
 Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
 Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
 Monitor mual muntah
 Monitor kadar albumin, total
protein, HB, dan kadar Ht
 Monitor pertumbunah dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intek nutrisi
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral
 Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
D. Implementasi Keperawatan

Tanggal / No. Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Hasil Nama dan Paraf Perawat
Waktu
SENIN 1.  Memberikan O2 dengan menggunakan nasal
23-12-2019 Respon Hasil: klien tampak nyaman dan dapat bernafas tanpa
hambatan

 Melakukan fisioterapi dada


Respon hasil: klien dapat mengeluarkan sekret sedikit demi sedikit

 Mengajarkan teknik batuk efektif


Respon Hasil: klien mampu mendemonstasikan teknik batuk efektif

Tanggal / No. Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Hasil Nama dan Paraf Perawat
Waktu
SENIN 2.  Memberikan O2 dengan menggunakan nasal
23-12-2019 Respon Hasil: klien tampak nyaman dan dapat bernafas tanpa
hambatan

 Melakukan fisioterapi dada


Respon hasil: klien dapat mengeluarkan sekret sedikit demi sedikit

 Mengajarkan teknik batuk efektif


Respon Hasil: klien mampu mendemonstasikan teknik batuk efektif
Tanggal / No. Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Hasil Nama dan Paraf Perawat
Waktu
SENIN 3.  Mengkaji adanya alergi makan
23-12-2019 Respon Hasil: klien mengatakan tidak ada alergi makanan

 Menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe


Respon Hasil: klien makan sedikit tetapi sering

 Memonitor mual muntah


Respon Hasil: klien muntah sekali sebanyak 250 ml dengan
konsistensi cair

Tanggal / No. Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Hasil Nama dan Paraf Perawat
Waktu
SELASA 1.  Memonitor tanda-tanda vital
24-12-2019 Respon Hasil:
 TD: 120/70 mmHg
 Nadi: 82 x/menit
 Respirasi: 25 x/menit
 Suhu: 36⁰C

 Memberikan klien posisi semi fowler


Respon Hasil: klien mengatakan merasa nyaman
 Mengobservasi kemampuan untuk mengeluarkan sekret atau batuk
efektif, catat karakter sputum
Respon Hasil: sputum berwarna hijau kekuningan, konsistensi kental

Tanggal / No. Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Hasil Nama dan Paraf Perawat
Waktu
SELASA 2.  Memonitor tanda-tanda vital
24-12-2019 Respon Hasil:
 TD: 120/70 mmHg
 Nadi: 82 x/menit
 Respirasi: 25 x/menit
 Suhu: 36⁰C

 Memberikan klien posisi semi fowler


Respon Hasil: klien mengatakan merasa nyaman

 Mengobservasi kemampuan untuk mengeluarkan sekret atau batuk


efektif, catat karakter sputum
Respon Hasil: sputum berwarna hijau kekuningan, konsistensi kental

Tanggal / No. Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Hasil Nama dan Paraf Perawat
Waktu
SELASA 3.  Menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
24-19-2019 Respon Hasil: klien makan buah jeruk, sayur-sayuran, dan telur dari
rumah sakit
 Memonitor adanya penurunan berat badan
Respon Hasil:
 BB sebelum sakit: 50 Kg
 BB saat sakit: 43 Kg

 Memonitor kulit kering dan perubahan pigmentasi


Respon Hasil: kulit klien tampak kering, tidak ada perubahan
pigmentasi, mukosa mulut klien tampak kering

Tanggal / No. Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Hasil Nama dan Paraf Perawat
Waktu
KAMIS 1.  Mengauskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
26-12-2019 Respon Hasil: suara nafas tambahan ronchi

 Memonitor tanda-tanda vital


Respon Hasil:
 TD: 120/80 mmHg
 Nadi: 80 x/menit
 Respirasi: 25 x/menit
 Suhu: 36,6⁰C

Tanggal / No. Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Hasil Nama dan Paraf Perawat
Waktu
KAMIS 2.  Mengauskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
26-12-2019
Respon Hasil: suara nafas tambahan ronchi

 Memonitor tanda-tanda vital


Respon Hasil:
 TD: 120/80 mmHg
 Nadi: 80 x/menit
 Respirasi: 25 x/menit
 Suhu: 36,6⁰C

Tanggal / No. Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Hasil Nama dan Paraf Perawat
Waktu
KAMIS 3.  Memonitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
26-12-2019 Respon Hasil: kulit klien tampak kering, tidak ada perubahan
pigmentasi, mukosa mulut klien tampak kering

 Memonitor turgor kulit


Respon Hasil: tugor kulit klien tidak elastis
E. Evaluasi (Catatan Perkembangan)

No.
Hari/ Tanggal/ Jam Evaluasi Hasil (SOAP/SOAPIER) (Mengacu pada Tujuan) Paraf dan Nama Jelas
Dx

Dx 1. SENIN, 23-12-2019 S : Klien mengatakan sesak

Jam O : Klien tampak meringis kesakitan


A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Melakukan fisioterapi dada
- Menganjurkan teknik batuk efektif

SELASA, 24-19- S : Klien mengatakan sesak sudah mulai berkurang


2019 O : Klien tampak lebih rileks
Jam A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Mengobservasi TTV
- Berikan posisi semi fowler
- Mengobservasi kemampuan untuk mengeluarkan sekret atau batuk
efektif, catat karakter sputum
KAMIS, 26-19-2019 S : Klien mengatakan sesak mulai berkurang
Jam O : Klien tampak lebih rileks
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Monitor TTV

KAMIS, 26-19-2019 S : Klien mengatakan sesak sudah hilang


Jam O : Klien tampak lebih tenang, rileks, dan tidak gelisah
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Dx 2. SENIN, 23-12-2019 S : Klien mengatakan sesak

Jam O : Klien tampak meringis kesakitan


A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Melakukan fisioterapi dada
- Menganjurkan teknik batuk efektif

SELASA, 24-19- S : Klien mengatakan sesak sudah mulai berkurang


2019 O : Klien tampak lebih rileks
Jam A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Mengobservasi TTV
- Berikan posisi semi fowler
- Mengobservasi kemampuan untuk mengeluarkan sekret atau batuk
efektif, catat karakter sputum

KAMIS, 26-19-2019 S : Klien mengatakan sesak mulai berkurang


Jam O : Klien tampak lebih rileks
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Monitor TTV

KAMIS, 26-19-2019 S : Klien mengatakan sesak sudah hilang


Jam O : Klien tampak lebih tenang, rileks, dan tidak gelisah
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Dx 3. SENIN, 23-12-2019 S : Klien mengatakan mual

Jam O : Klien makan hanya ½ porsi


A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Kaji adanya alergi makanan
- Anjurkan klien untuk meningkatkan intake Fe
- Monitor mual muntah

SELASA, 24-19- S : Klien mengatakan masih mual


2019 O : klien makan siang habis ¾ porsi
Jam A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
- Monitor adanya penurunan BB
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

KAMIS, 26-19-2019 S : Klien mengatakan mual sudah berkurang


Jam O : Klien tampak masih lemas
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit

KAMIS, 26-19-2019 S : Klien mengatakan sudah tidak mual


Jam O : Klien sudah mulai menghabiskan makan, dan tidak lemas
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat


menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama
sel CD4, sehingga merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada
akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang
sangat ringgan sekalipun. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang
seperti darah, cairan kelamin (air mani/ sperma atau cairan vagina yang
telah terinfeksi) atau air susu ibu yang telah terinfeksi.

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita harus memberi penyuluhan terutama
pada remaja tentang HIV/ AIDS dan menghimbau agar tidak melakukan
seks bebas, sehingga kesadaran individu terhadap bahaya seks diluar
nikah, yang dapat menyebabkan penyakit menular seksual dan harus
adanya peran orang tua dalam mengontrol anaknya agar tidak melakukan
pergaulan bebas.
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.

WHO.2006.HIV/AIDS epidemiology, pathogenesis, prevention, and treatment.


USA: National Library of Meidicine. doi:
https://dx.doi.org/10.1016%2FS0140-6736(06)69157-5

Heather T Herdman, 2015, Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi,


edisi 10, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai