Anda di halaman 1dari 20

PERCEPTION

SYSTEM :
EPISTAKSIS DAN
MASALAH TELINGA
KELOMPOK 6
Definisi Epistaksis
Epistaksis merupakan perdarahan yang keluar dari hidung
( hemoragi dari hidung) disebabkan oleh rupturnya pembuluh
kecil yang mengalami distensidalam membrane mukosa pada
area hidung (Smeltzer, 2006).
Epistaksis sering kali merupakan gejala dari penyakit lain.
Kebanyakan ringan biasanya dapat berhenti dengan sendirinya
tanpa memerlukan bantuan medis tetapi epistaksis yang berat
walaupun jarang merupakan masalah kedaruratan yang dapat
berakibat fatal bila tidak segera ditangani. (Efiaty dkk, 2007)
Etiologi Epistaksis
1. Infeksi local, missal vestibulitis, sinusitis
2. Selaput lender yang kering pada hidung dan mengalami cedera
atau trauma, misalnya mengorek
hidung,terjatuh,terpukul,adanya benda asing, pembedahan,patah
tulang hidung, atau iritasi gas yang merangsang.
3. Penyakit kardiovaskuler. Misalnya penyempitan arteri
(arteriosclerosis) pada hidung, menderita darah tinggi, dan lain-
lain.
4. Infeksi sistemik (infeksi menyeluruh), misal pada demam
berdarah, influenza, thypus.
5. Kelainan darah dan tumor hidung baik jinak maupun ganas.
Pada pasien anemia aplastic, leukemia, trombositopenia,
hemophilia.
6. Gangguan endokrin, seperti pada kehamilan, menarche
(menstruasi pertama kali) dan menopause.
7. Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir
mendadak (seperti pada penerbangan dan penyelam)
lingkungan udara sangat dingin, dan lain-lain.
8. Idiopatik, biasanya merupakan epistaksis ringan dan
berulang pada anak dan remaja.
Manifestasi Klinis
Gejala yang dapat dilihat dari epistaksis dibagi menjadi 2 berdasarkan
sumber perdarahannya : (Price dan Wilson, 2006)
1. Epistaksis Anterior
2. Epistaksis Posterior
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium.
2. Pemeriksaan Darah Lengkap.
3. Fungsi Hemostasis.
4. EKG.
5. Tes Fungsi Hati dan Ginjal
6. Pemeriksaan Foto Hidung, Sinus Faranasal dan Nasofaring
7. CT-Scan dan MRI
Penatalaksanaan
1. Riwayat perdarahan sebelumnya
2. Lokasi perdarahan
3. Apakah darah mengalir ke tenggorokan (ke posterior) atau
keluar dari hidung depan (anterior) bila pasien duduk tegak
4. Lamanya perdarahan dan frekuensinya
5. Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
6. Hipertensi
7. Diabetes mellitus
8. Penyakit hati
9. Gangguan koagulasi
10.Trauma hidung yang belum lama
11.Obat-obatan misalnya aspirin, fenil butazon
Penanganan Epistaksis
1. Anterior
2. Posterior
Komplikasi Epistaksis
Dapat terjadi langsung akibat epistaksis sendiri atau akibat usaha
penanggulangannya. Akibat pemasangan tampon anterior dapat timbul
sinusitis (karena ostium sinus tersumbat), air mata yang berdarah
(bloody tears) karena darah mengalir secara retrograd melalui duktus
nasolakrimalis dan septikemia. Akibat pemasangan tampon posterior
dapat timbul otitis media, haemotympanum, serta laserasi palatum mole
dan sudut bibit bila benang yang dikeluarkan melalui mulut terlalu
kencang ditarik. Sebagai akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok
dan anemia. Tekanan darah yang turun mendadak dapat menimbulkan
iskemia otak, insufisiensi koroner dan infark miokard dan akhirnya
kematian. Harus segera dilakukan pemberian infus atau transfusi
darah.
Pencegahan Epistaksis
1. Gunakan semprotan hidung atau tetes larutan garam, yang
keduanya dapat dibeli, pada kedua lubang hidung dua sampai
tiga kali sehari. Untuk membuat tetes larutan ini dapat
mencampur 1 sendok teh garam ke dalam secangkir gelas,
didihkan selama 20 menit lalu biarkan sampai hangat kuku.
2. Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.
3. Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan cotton
bud. Jangan masukkan cotton bud melebihi 0,5 – 0,6 cm ke
dalam hidung.
4. Hindari meniup melalui hidung terlalu keras.
5. Bersin melalui mulut.
6. Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung,
termasuk jari.
7. Batasi penggunaan obat – obatan yang dapat meningkatkan
perdarahan seperti aspirin atau ibuprofen.
8. Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani
dengan obat alergi biasa.
9. Berhentilah merokok. Merokok menyebabkan hidung
menjadi kering dan menyebabkan iritasi
Penanganan Kegawatdaruratan
Epistaksis
1. Pertama adalah menjaga ABC
◦A : airway : pastikan jalan napas tidak tersumbat/bebas , posisikan
duduk menunduk
◦B : breathing : pastikan proses bernapas dapat berlangsung,
batukan atau keluarkan darah yang mengalir kepelakang
tenggorokan
◦C : circulation : pastikan proses perdarahan tidak mengganggu
sirkulasi darah tubuh, pastikan pasang jalur infus intravena
apabila terdapat gangguan sirkulasi. Posisikan pasien dengan
duduk menunduk untuk mencegah darah menumpuk di daerah
faring posterior sehingga mencegah penyumbatan jalan napas
2. Hentikan Perdarahan
1) Tekan pada bagian depan hidung selama 5-10 menit
2) Tekan hidung antara ibu jari dan jari telunjuk
3) Jika perdarahan berhenti tetap tenang dan cari tahu
pencetus terjadinya epistaksis
4) Jika perdarahan berlanjut :
 Dapat akibat dari penekanan yang kurang kuat
 Bawa ke fasilitas kesehatan
 Dapat di berikan vasokonstriktor (adrenalin 1:10.000,
oxymetazolin, semprot hidung) ke daerah perdarahan
Apabila masih belum teratasi pasang tampon hidung yang
telah dibasahi dengan adrenalin dan lidocalin untk
menghentikan perdarahan dan rasa nyeri.
Masalah-Masalah Pada Telinga
1. Tinitus
2. Tuli
3. Penyakit Menerie
4. Perokondritis

5. Radang Telinga
6. Labirinitis
7. Batu Telinga
ASUHAN
KEPERAWATAN
Patoflowdiagram

Anda mungkin juga menyukai