Anda di halaman 1dari 1

ASAL USUL DESA CILEDUG LOR

Ciledug lor adalah desa di kecamatan Ciledug , Cirebon,Jawa Barat , Indonesia.


Ciledug lor merupakan hasil pemekara dari desa Ciledug Wetan. Ciledug lor terdiri dari 4
dusun , yaitu Pamosongan, kampung baru, karang anyar, dan genggong.

Sejarahnya ,untuk mengamankan daerah Pagedangan dari orang orang yang tidak
mau masuk islam. Ki bledug jaya meminta dikirim prajurit tangguh dari Caruban Larang
untuk melatih para pemuda dan orang dewasa penduduk Pagedangan. Setelah bantuan
pasukan datang,mereka melatih penduduk Pagedangan di suatu tempat, sehingga tempat
itu menjadi berdebu (ledug – bahasa Jawa),sampai sampai air (cai – bahasa sunda) yang
digunakan untuk mandi,mencuci dan minum bercampur ledug (debu). Akhirnya tempat
latihan itu terkenal dengan sebutan Ciledug hingga sekarang.

Daerah Pagedangan yang merupakan wilayah kerajaan Galuh penduduknya


kebanyakan menganut agama hindu-budha. Pada saat itu ,di Cirebon telah berkembang
agama islam yang dikembangkan oleh Pangeran Walangsungsang,maka wilayah kerajaan
Galuh diliputi rasa kekhawatiran.bahkan, pepatih kerajaan yang bernama Raden layang
kemuning mengudurkan diri dari kebesarannya dan mengembara tanpa pamit. Ia menetap
dan berdiam menyendiri di suatu tempat di tepi sungai Cisanggarung dan berganti nama
menjadi Ki Malewang. Suatu hari turun hujan lebt hingga sungai cisanggarung meluap dan
menghanyutkan Ki malewang. Akhirnya KI Malewang terdampar di suatu tempat di tepi
sungai (daerah palabuhan).

Setelah tersada Ki malewang membuat gubuk untuk tempat tinggal dan membuat
lahan pertanian. Daerah tersebut sangat subur, sehingga banyak orang yang datang.
Beberapa tahun kemudian datangah enam orang utusan dari kerajaan Galuh yang
mendengar adanya keberadaan raden layang kemuning untuk mengajak kembali ke
kerajaan Galuh. Tetapi, ki malewang menolah, bahkan keenam orang utusan tersebut ingin
menetap di daerah tersebut. Ketika Pangeran Walangsungsang (mbah kuwu cerbon)
mengetahui adanya sebuah pedukuhan yang masih menganut agam sanghiang, maka ia
mendatanginya bersama para pengikutnya untuk menyampaikan agama islam. Kedatangan
mbah kuwu cerbon diterima dengan baik oleh ki malewang, maka ia pun masuk agama islam
dengan tulus bersama para penduduknya, bahkan ki malewang bersama pengikutnya
mengangkat sumpah di depan mbah kuwu cerbon untuk menambah keyakinan terhadap
kesetiaan memeluk agama islam. Pada saat mengaangkat sumpah, tiba tiba langit mendung
dan petir menyambar tubuh ki malewang dan terdengar suara “Bleduuug”. Tubuh ki
malewang tetap tegar, tidak bergetar, dan tidak berubah hingga mendapat gelar “ Ki bledug
jaya”. Pada tahun 1479 Syarif Hidayatullah diangkat menjadi Susuhunan di Caruban larang ,
dia memperluas keraton pakungwati dan mendirikan Masjid aging sang ciptarasa. Masjid itu
memerlukan kayu jati yang banyak, sisa kelebihan kayu tersebut dibawa ke cerbon oleh ki
bledug jaya dan membangun balai yang besar untuk tempat bermusyawarah dalam rangka
penyebaran agama islam. Bale tersebut dikenal dengan sebutan Bale Kambang Ranjang.

Anda mungkin juga menyukai