Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bandara Internasional Soekarno - Hatta , Cengkareng merupakan
bandara dibawah pengelolaan PT. Angkasa Pura II (Persero) dan Perum
LPPNPI (Perum Lembaga Penyelanggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan
Indonesia) merupakan perusahaan penyedia jasa di bidang navigasi yang
memfasilitasi sistem navigasi udara untuk seluruh penerbangan yang ada di
Indonesia.Di Perum LPPNPI khususnya JATSC (Jakarta Air Traffic Service
Center), sebagian besar peralatan yang digunakan memerlukan sumber daya
listrik untuk menunjang sebagian besar kegiatan dan aktifitas di JATSC. Salah
satu fasilitas yang sangat penting yaitu ATC (Air Traffic Control) dimana ATC
merupakan pengatur lalu lintas udara yang tugas utamanya mencegah pesawat
terlalu dekat satu sama lain dan menghindarkan dari tabrakan. Selain itu ATC
juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic flow), membantu pilot
dalam menghandle keadaan emergency / darurat, dan memberikan informasi
yang dibutuhkan pilot seperti informasi cuaca atau weather information, traffic
information, navigation information, dll).
Faktor yang menunjang kelangsungan aktifitas ATC ini adalah suplai
daya listrik dan suplai daya cadangan pada sistem kelistrikannya. Dalam hal ini
suplai daya utama yaitu PLN dan suplai daya cadangan yaitu genset yang
berfungsi sebagai sistem daya stand-by atau off-line dan Uninterupptible Power
Supply (UPS) sebagai daya cadangan terus menerus secara on-line.
Dampak yang ditimbulkan jika terjadi gangguan pada beban kritis ATC
sangat luas, mulai dari kacaunya lalu lintas Bandara, bahaya penerbangan
yang mengancam keselamatan penumpang, sampai tidak efisiennya
penggunaan bahan bakar yang digunakan untuk mencari Bandara lain agar
pesawat tersebut bisa mendarat.
Mengingat sangat pentingnya peran ATC tersebut maka dari itu sistem
kelistrikan, suplai daya dan sistem back-up pada beban–beban kritis Bandara
seperti fasilitas ATC sangat penting untuk diperhatikan dan dijaga

1
kontinyuitasnya karena ATC tersebut harus tetap hidup selama 24 jam setiap
harinya.

1.2. Permasalahan Penelitian

1.2.1. Identifikasi Masalah

Terjadi permasalahan pada sistem distribusi suplai listrik utama JATSC


(Jakarta Air Traffic Service Center) yaitu ketika terjadi pemadaman PLN.
Hilangnya suplai listrik utama dari PLN akan berakibat terganggunya
operasional teknis maupun non-teknis di gedung JATSC.

1.2.2. Ruang Lingkup Masalah

Agar Proyek Akhir ini dapat mencapai hasil yang di harapkan maka
penulis perlu membuat ruang lingkup masalah yang akan di bahas.Adapun
ruang lingkup masalah pada penulisan proyek akhir ni adalah sebagai berikut :
1. Masalah dibatasi hanya pada sistem back-up atau suplai listrik cadangan pada
gedung JATSC (Jakarta Traffic Service Center).
2. Masalah dibatasi hanya pada cara kerja, analisa keandalan atau stabilitas
sistem back-up.

1.2.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat


dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara kerja sistem suplai lsitrik cadangan di JATSC saat terjadi
pemadaman PLN?
2. Apakah unit listrik cadangan yang dipersiapkan dapat mencukupi kebutuhan
listrik saat pemadaman PLN?

2
1.2.4 Tujuan dari penelitian dalam proyek akhir ini yaitu :

1. Mengetahui cara kerja sistem back up suplai listrik cadangan di gedung JATSC.

2. Mengetahui kesiapan suatu sistem kelistrikan cadangan pada gedung JATSC


saat PLN padam ?

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Jenis-Jenis Jaringan Electrical JATSC


Jenis jaringan yang terdapat pada JATSC terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Jaringan Technical
Jaringan Technical diperuntukan untuk mensuplai peralatan yang
menunjang operasional penerbangan dan keselamatan bandara, khususnya
untuk peralatan pendukung yang menunjang operasional Bandara Sokarno-
Hatta adalah peralatan Comunication, Surveilance, Navigation, Automation
yang memerlukan catu daya listrik tanpa gangguan dan pemutusan sehingga
peralatan tersebut harus di back up oleh Genset agar tidak terjadinya
kehilangan catu daya untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan
penerbangan.

2. Jaringan Priority
Jaringan Priority diperuntukan untuk mensuplai peralatan operasional
bandara yang berfungsi untuk mensupport jaringan Technical, Peralatan priorty
adalah peralatan yang bersifat boleh mengalami kehilangan catu daya dengan
waktu yang tidak lama. Peralatan Priority adalah peralatan yang menunjang
operasional bandara seperti komputer kantor, Stop kontak, ac, chiler, Pompa
distribusi, Penerangan. Peralatan priorty yang berfungsi untuk menurunkan
suhu ruangan agar tidak terjadinya panas berlebih pada peralatan technical
yang dapat menyebabkan kinerja peralatan technical menurun.

2.2. Suplai Daya Listrik

Kebutuhan tenaga listrik pada suatu industri harus disesuaikan dengan


keadaan produktivitas perusahaan itu sendiri, yang paling penting adalah
kontinuitas dan keandalan yang tinggi dalam pelayanannya. Mengingat bahwa
tenaga listrik sangat penting dalam proses produksi, maka sumber tenaga listrik
ini harus dijaga dari adanya berbagai macam gangguan.

4
2.2.1 Suplai Daya Listrik Dari Jaringan PLN
Untuk menyalurkan tenaga listrik ke konsumen, PLN membangun gardu
distribusi di pusat-pusat beban. Di gardu distribusi ini terjadi penurunan
tegangan dari tegangan transmisi ketegangan menengah distribusi. Dalam
ketentuan pelanggan atau konsumen itu harus memiliki gardu distribusi sendiri.

2.2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD/GENSET)

Untuk menjaga kemungkinan terjadi pemutusan aliran listrik dari PLN,


maka suatu industri menyediakan pembangkit listrik sandiri sebagai back-up,
biasanya digunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD/GENSET).
Namun ada juga suatu industri yang tidak mempergunakan suplai daya dari
PLN, tapi hanya tergantung pada Pembangkit Lisrik Tenaga Diesel
(PLTD/GENSET). Pembangkit Lisrik Tenaga Diesel (PLTD/GENSET) lebih
cocok digunakan untuk industri dibandingkan dengan jenis pembangkit listrik
lain, seperti pembangkit listrik tenaga uap, gas dan sebagainya karena
pemeliharaannya dan perawatannya lebih mudah dibandingkan pembangkit
listrik lainnya. Mesin Diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam atau
disebut motor bakar ditinjau dari cara memperoleh energi thermalnya. Untuk
membangkitkan listrik sebuah mesin diesel menggunakan generator dengan
sistem penggerak tenaga diesel atau yang biasa dikenal dengan sebutan
Genset (Generator Set). Keuntungan pemakaian mesin diesel sebagai Prime
Mover:

1. Design dan instalasi sederhana


2. Auxilary equipment sederhana
3. Waktu pembebanan relatif singkat
4. Konsumsi bahan bakar relatif murah dan hemat

Kerugian pemakaian mesin diesel sebagai Prime Mover:

1. Bobot mesin sangat berat karena harus dapat menahan getaran serta
kompresi yang tinggi.

2. Starting awal berat, karena kompresinya tinggi yaitu sekitar 200 bar.

5
3. Semakin besar daya maka mesin diesel tersebut dimensinya makin besar
pula, hal tersebut menyebabkan kesulitan jika daya mesinnya sangat besar.
Ada 2 komponen utama pada Genset, yaitu:
1) Prime Mover atau penggerak mula, dalam hal ini mesin diesel/engine.

2) Generator

2.2.3 Cara Kerja Mesin Diesel

Gambar 2.1 Cara Kerja Mesin Diesel


Prime Mover merupakan peralatan yang mempunyai fungsi
menghasilkan energi mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor generator.
Pada mesin diesel/engine terjadi penyalaan sendiri, karena proses kerjanya
berdasarkan udara murni yang dimampatkan di dalam silinder pada tekanan
yang tinggi (± 30 atm), sehingga temperatur di dalam silinder naik. Dan pada
saat itu bahan bakar disemprotkan dalam silinder yang bertemperatur dan
bertekanan tinggi melebihi titik nyala bahan bakar sehingga akan menyala
secara otomatis. Pada mesin diesel penambahan panas atau energi senantiasa
dilakukan pada tekanan yang konstan. Pada mesin diesel, piston melakukan 2
langkah pendek menuju kepala silinder pada setiap langkah daya. Adapun cara
kerja mesin diesel adalah sebagai berikut:
1) Langkah yang pertama merupakan langkah pemasukan dan penghisapan,
disini udara dan bahan bakar masuk sedangkan poros engkol berputar ke
bawah.

6
2) Langkah kedua merupakan langkah kompresi, poros engkol terus berputar
menyebabkan torak naik dan menekan bahan bakar sehingga terjadi
pembakaran. Kedua proses ini (1 dan 2) termasuk proses pembakaran.

3) Langkah ketiga merupakan langkah ekspansi dan kerja, disini kedua katup
yaitu katup isap dan katup buang tertutup, sedangkan poros engkol terus
berputar dan menarik kembali torak ke bawah.

4) Langkah ke empat merupakan langkah pembuangan, disini katup buang


terbuka dan menyebabkan gas akibat sisa pembakaran terbuang keluar. Gas
dapat keluar karena pada proses keempat ini torak kembali bergerak naik ke
atas dan menyebabkan gas dapat keluar. Kedua proses terakhir ini (3 dan 4)
termasuk proses pembuangan.

Setelah keempat proses tersebut, maka proses berikutnya akan mengulang


kembali proses yang pertama, dimana udara dan bahan bakar masuk kembali.

Berdasarkan proses di atas, maka mesin diesel dapat digolongkan menjadi 3


bagian:

1. Diesel kecepatan rendah (n<400rpm)

2. Diesel kecepatan menengah (400<n<1000 rpm)

3. Diesel kecepatan tinggi (n>1000rpm)

Sistem starting adalah proses untuk menghidupkan/menjalankan mesin diesel.


Ada 3 macam sistem starting yaitu:

1) Sistem Start Manual

Sistem start ini dipakai untukmesin diesel dengan daya yang relatif kecil
yaitu < 30 PK. Cara untuk menghidupkan mesin diesel pada sistem ini adalah
dengan menggunakan penggerak engkol atau poros hubung yang akan
digerakan oleh tenaga manusia. Jadi sistem start ini sangat bergantung pada
faktor manusia sebagai operatornya.
2) Sistem Start Elektrik
Sistem ini dipakai oleh mesin diesel yang memiliki daya sedang yaitu <
500 PK. Sistem ini menggunakan motor DC dengan suplai listrik dari

7
baterai/accu 12 atau 24 Volt untuk menstart diesel. Saat start, motor DC
mendapat suplai listrik dari baterai atau accu dan menghasilkan torsi yang
dipakai untuk menggerakan diesel sampai mencapai putaran tertentu. Baterai
atau accu yang dipakai harus dapat dipakai untuk menstart sebanyak 6 kali
tanpa diisi kembali, karena arus start yang dibutuhkan motor DC cukup besar,
maka dipakai dinamo yang berfungsi sebagai generator DC. Pengisian ulang
baterai atau accu digunakan alat bantu berupa battery charger dan pengaman
tegangan. Pada saat diesel tidak bekerja, maka battery charger mendapat
suplai listrik dari PLN, sedangkan pada saat diesel bekerja maka suplai dari
battery charger didapat dari generator. Fungsi dari pengaman tegangan
adalah untuk memonitor tegangan baterai atau accu. Sehingga apabila
tegangan dari baterai atau accu sudah mencapai 12 atau 24 Volt, yang
merupakan tegangan standarnya, maka hubungan antara battery charger
dengan baterai atau accu akan diputus oleh pengamantegangan.
3) Sistem Start Kompresi
Sistem start ini dipakai oleh diesel yang memiliki daya besar yaitu > 500
PK. Sistem ini memakai motor dengan udara bertekanan tinggi untuk start dari
mesin diesel. Cara kerjanya yaitu dengan menyimpan udara kedalam suatu
botol udara. Kemudian udara tersebut dikompresi sehingga menjadi udara
panas dan bahan bakar solar dimasukkan ke dalam Fuel Injection Pump serta
disemprotkan lewat nozzle dengan tekanan tinggi. Akibatnya akan terjadi
pengkabutan dan pembakaran diruang bakar. Pada saat tekanan di dalam
tabung turun sampai batas minimum yang ditentukan, maka kompressor akan
secara otomatis menaikkan tekanan udara di dalam tabung hingga tekanan
dalam tabung mencukupi dan siap dipakai untuk melakukan starting mesin
diesel.
2.2.4 Generator
Generator adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis
menjadi tenaga listrik melalui proses induksi elektromagnetik. Generator ini
memperoleh energi mekanis dari prime mover. Generator arus bolak-balik
(AC) dikenal dengan sebutan alternator. Generator diharapkan dapat
mensuplai tenaga listrik pada saat terjadi gangguan, dimana suplai tersebut

8
digunakan untuk beban prioritas. Sedangkan genset (generator set)
merupakan bagian dari generator. Genset merupakan suatu alat yang dapat
mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Genset atau sistem
generator penyaluran adalah suatu generator listrik yang terdiri dari panel,
berenergi solar dan terdapat kincir angin yang ditempatkan pada suatu tempat.
Genset dapat digunakan sebagai sistem cadangan listrik atau “off- grid”
(sumber daya yang tergantung atas kebutuhan pemakai). Genset sering
digunakan oleh rumah sakit dan industri yang mempercayakan sumber daya
listrik yang mantap, seperti halnya area pedesaan yang tidak ada akses untuk
secara komersial menghasilkan listrik.

2.3 AMF (Automatic Main Failure) dan ATS (Automatic Trasfer Switch)

Bila anda memiliki backup power atau memiliki catu daya lebih dari satu
semisal anda menggunakan sumber dari PLN dan di Back-up oleh Genset
(generator-set) tentu sering sekali harus secara bergantian untuk
menggunakannya, pada kebiasaannya banyak menggunakan handle Cam
Switch atau sering dinamakan COS (Change Over Switch) untuk memindah
kontak sumber daya tersebut, pada pabrik pabrik zaman dulu juga seringnya
menggunakan saklar cam untuk memindahkan daya, Hal tersebut berarti di
anggap secara manual dan membutuhkan operator dalam mengoperasikan
pemindah daya tersebut, dalam perkembangan tekhnologi dunia elektrikal
akhirnya merekayasa hal tersebut kemudian di jalankan secara Automatic yang
disingkat ATS yang di fungsikan secara Automatic untuk memindahkan daya
sesuai dengan kebutuhan tanpa menggunakan tenaga manusia untuk
mengoprasikannya, pada kebiasaanya ATS akan di sertakan pula AMF atau
sering di jelaskan sebagai kontrol kendali terhadap generator back-up atau
perintah kendali hidup mati mesin Generator, dalam beberapa jenis ATS di
bedakan menurut kapasitas daya yang di butuhkan atau berdasarkan Phasa
dan Ampere yang melalui panel tersebut, namun untuk perinsip kerjanya sama.
Jadi, AMF merupakan alat yang berfungsi menurunkan downtime dan
meningkatkan keandalan sistem catu daya listrik. AMF dapat mengendalikan
transfer Circuit Breaker (CB) atau alat sejenis, dari catu daya utama (PLN) ke

9
catu daya cadangan (genset) dan sebaliknya, ATS merupakan pelengkap dari
AMF dan bekerja secara bersama-sama.

ATS atau Automatic Transfer Switch, yaitu proses pemindahan sumber


listrik yang satu ke sumber listrik yang lain secara bergantian sesuai perintah
pemrograman, ATS adalah pengembangan dari COS atau yang biasa disebut
secara jelas sebagai Change Over Switch, beda keduanya adalah terletak
pada sistim kerjanya, untuk ATS kendali kerja dilakukan secara otomatis,
sedangkan COS dikendalikan atau dioperasikan secara manual.

2.3.1 Cara Kerja AMF dan ATS:

Automatic Main Failure (AMF) dapat mengendalikan transfer suatu alat


dari suplai utama ke suplai cadangan atau dari suplai cadangan ke suplai
utama. AMF akan beroperasi saat catu daya utama (PLN) padam dengan
mengatur catu daya cadangan (genset). AMF dapat mengatur genset
beroperasi jika suplai utama dari PLN mati dan memutuskan genset jika suplai
utama dari PLN hidup lagi.
Sistem kerja panel ATS dan AMF yang sering kita temukan adalah
kombinasi untuk pertukaran sumber baik dari genset ke PLN maupun
sebaliknya, bilamana suatu saat sumber listrik dari PLN tiba-tiba padam, maka
AMF bertugas untuk menjalankan diesel genset sekaligus memberikan
proteksi terhadap sistim genset, baik proteksi terhadap unit mesin/engine yang
berupa pengamanan terhadap gangguan rendahnya tekanan minyak pelumas
(Low Oil Pressure) maupun kondisi temperatur mesin serta media
pendinginannya, dan juga memberikan perlindungan terhadap unit
Generatornya, baik berupa pengamanan terhadap beban pemakaian yang
berlebih maupun perlindungan terhadap karakter listrik lain seperti tegangan
maupun frequensi genset, apabila parameter yang diamankan melebihi
batasan normal/setting maka tugas ATS adalah melepas hubungan arus listrik
ke beban sedangkan AMF bertugas untuk memberhentikan kerja mesin.
Apabila generator yang dijalankan beroperasi dengan baik, berikutnya
ATS bertugas memindahkan sambungan dari sebelumnya yang tersambung
dengan PLN dipindahkan secara otomatis ke sisi generator sehingga aliran

10
listrik bisa tersambung ke sisi pengguna.

2.4 UPS ( Uninterruptible Power Supply )


Uninterruptible Power Supply (UPS) merupakan sistem Penyedia daya
listrik yang sangat penting dan diperlukan sekaligus dijadikan sebagai benteng
dari kegagalandaya serta kerusakan sistem dan hardware. UPS akan menjadi
sistem yang sangat penting dan sangat diperlukan pada banyak perusahaan
penyedia jasa telekomunikasi, jasa informasi, penyedia jasa internet dan
banyak lagi. Dapat dibayangkan berapa besar kerugian yang timbul akibat
kegagalan daya listrik jika sistem tersebut tidak dilindugi dengan UPS.
2.4.1 Komponen Utama UPS
Komponen utama dari sebuah UPS terdiri dari :

1. Baterai / Accu

Baterai adalah sebuah sel listrik dimana didalamnya terjadi proses


pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya
dari tenaga listrik menjadi tenaga kimia, pengisian kembali dengan cara
regenerasi dari elektroda-elektroda yang dipakai, yaitu dengan melewatkan
arus listrik dalam arah (polaritas) yang berlawanan di dalam sel (elektro kimia).
Yang akan digunakan untuk menyuplai (menyediakan) listrik dalam bentuk DC.

Gambar 2.2 Baterai / accu

2. Rectifier (penyearah)

11
Rectifier adalah rangkaian yang berfungsi untuk mengubah tegangan
bolak-balik menjadi tegangan searah yang digunakan untuk mencharge
baterai/accu, berfungsi untuk suplai tegangan ketika sumber tegangan dari catu
daya utama padam. Adapun komponen yang digunakan sebagai penyearah
adalah dioda. Rangkaian penyearah suplai daya dapat dibagi menjadi beberapa
rangkaian dasar diantaranya:

Penyearah setengah gelombang (Half wave rectifier)

Gambar 2.3 Penyearah Setengah Gelombang

Prinsip kerja dari penyearah setengah gelombang hanya menggunakan


1(satu) buah dioda sebagai komponen utama dalam menyearahkan gelombang
AC (Alternating Current). Prinsip kerja dari penyearah setengah gelombang ini
adalah mengambil sisi positif saja dari gelombang AC dari transformator. Pada
saat transformator memberikan output sisi positif dari gelombang AC maka
dioda dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang AC
tersebut dilewatkan dan pada saat transformator memberikan sinyal negatif
gelombang AC maka dioda dalam posisi reverse bias, sehingga sinyal sisi
negatif tegangan AC tersebut ditahan atau tidak dilewatkan .

Gambar 2.4 Sinyal Output Penyearah Setengah Gelombang

12
Penyearah Gelombang Penuh (Full wave Rectifier)

Gambar 2.5 Penyearah Gelombang Penuh

Prinsip kerja dari penyearah gelombang penuh dengan 4 dioda diatas


dimulai pada saat output transformator memberikan level tegangan sisi positif.
Maka D1, D4 pada posisi forward bias dan D1, D3 pada posisi reverse bias
sehingga level tegangan sisi puncak positif tersebut akan dilewatkan melalui
D1, D4. Kemudian pada saat output transformator memberikan memberikan
level tegangan sisi puncak negatif maka D2, D4 pada posisi forward bias dan
D1, D2 pada posisi reverse bias sehingga level tegangan sisi negatif tersebut
dialirkan melalui D2, D4.

Gambar 2.6 Sinyal Output Penyearah Gelombang Penuh

3. Inverter

13
Inverter digunakan untuk megubah daya arus searah menjadi daya arus
bolak-balik pada tegangan dan frekuensi yang dapat dikendalikan. Tegangan
bolak-balik yang dihasilkan berbentuk gelombang persegi (non sinusoida) dan
frekuensi yang dihasilkan ditentukan oleh frekuensi penyalaan pada komponen
elektronika daya utama pada inverter. Prinsip kerja secara sederhana dapat
dijelaskan dengan menggunakan saklar mekanik.

Gambar 2.7 Rangkaian Inverter Sederhana

Bila kedudukan S1 dan S2 pada A, beban L mendapat tegangan positif,


dan sebaliknya jika S1 dan S2 pada beban B, beban L mendapat tegangan
positif dari arah yang berlainan. Dengan demikian jika pemindahan saklar S1
dan S2 secara bergantian akan menghasilkan tegangan bolak-balik, dengan
amplitudo ditentukan besarnya sumber,

Gambar 2.8 Bentuk Gelombang Inverter

4. Sakelar Pemindah (Transfer Switch)

Transfer Switch digunakan untuk merubah pasokan listrik dari beberapa


pilihan dari sumber listrik. Pada saat sumber daya utama (sumber daya primer)
14
sebagai sumber listrik yang digunakan hilang maka secara otomatis transfer
switch akan memindahkan sambungan ke sumber daya alternatif (sumber daya
sekunder).
Transfer Switch dibedakan menjadi dua jenis, yaitu elektromedikal dan
static. Sakelar elektromedikal menggunakan relay-relay yang salah satu
terminal mendapatkan suplai tegangan dan yang lain dari sistem UPS. Sistem
Transfer Switch Static menggunakan komponen semi konduktor, seperti SCR
(Silicon Control Rectifier). Penggunaan SCR lebih efektif , karena operasi
pemindahan yang dilakukan SCR hanya membutuhkan waktu 3 sampai 4 ms,
sedangkan pada sakelar elektromedikal sekitar 50 sampai 100ms

5. Transformator

Pada dasarnya transformator merupakan suatu komponen pasif dengan


4(empat) ujung. Sepasang ujung disebut primer dan pasangan ujung yang
lainnya disebut sekunder. Dalam kata lain transformator adalah komponen
pasif yang berfungsi sebagai penurun (step-down) atau penaik (step-up)
pada tegangan bolak-balik AC (alternating current ). Transformator digunakan
untuk mengubah tegangan bolak-balik pada primer menjadi tegangan bolak-
balik pada sekunder dengan menggunakan fluks magnetik. Transformator juga
digunakan untuk transformasi atau pengubah impedansi.

Gambar 2.9 Transformator

2.4.2 Fungsi Utama UPS

15
1. Dapat memberikan energi listrik sementara ketika terjadi kegagalan daya
pada listrikutama.
2. Memberikan kesempatan waktu yang cukup untuk segera menghidupkan
genset (sistem daya darurat) sebagai pengganti listrikutama.
3. Memberikan kesempatan waktu yang cukup untuk segera melakukan
backup data dan mengamankan sistem operasi (OS) dengan melakukan
shutdown sesuai prosedur ketika listrik utama padam.
4. Mengamankan sistem komputer dari gangguan-gangguan listrik yang
dapat mengganggu sistem komputer baik berupa kerusakan software,
data maupun kerusakanhardware.
5. UPS secara otomatis dapat melakukan stabilisasi tegangan ketika terjadi
perubahan tegangan pada input sehingga tegangan output yang
digunakan oleh sistem komputer berupa tegangan yang stabil.
6. UPS dapat melakukan diagnosa dan manajemen terhadap dirinya sendiri
sehingga memudahkan pengguna untuk mengantisipasi jika akan terjadi
gangguan terhadapsistem.
7. User friendly dan mudah dalam installasi.
8. User dapat melakukan kontrol UPS melalui jaringan LAN (Local Area
Network) dengan menambahkan beberapa accessories yang diperlukan.
9. Dapat diintegrasikan dengan jaringan internet.

2.4.3 Konsep Dasar Penggunaan

Penggunaan UPS tidaklah menjadi suatu keharusan, namun yang


menjadi acuan penentuan penggunaan UPS adalah terganggu atau tidaknya
peralatan listrik ketika terjadi gangguan suplai tenaga listrik yang terjadinya
tidak dapat di predikasikan. Selain itu dasar pertimbangan yang lain adalah
berapa besar kapasitas UPS yang akan digunakan. Untuk pertimbangan yang
kedua ini sebagai pengguna peralatan listrik harus dapat mengetahui peralatan
listrik mana saja yang terganggu karena gangguan listrik dan jumlah daya yang
dibutuhkan oleh peralatan listrik tersebut.
Pertimbangan kedua merupakan pertimbangan yang sedikit menjadi
masalah bagi orang yang awam terhadap dunia elektronika. Pemilihan

16
kapasitas yang terlalu kecil terhadap kebutuhan daya yang harus disuplai pada
saat terjadi gangguan tenaga listrik dapat berakibat pendeknya waktu
pelayanan UPS. Tetapi pemilihan kapasitas UPS yang terlalu besar tentunya
tidak efektif jika biaya juga menjadi dasar pertimbangan penggunaan UPS.
Penggunaan UPS penting atau harus diaplikasi pada suatu kondisi:
1. Ketika gangguan suplai tenga listrik menyebabkan bahaya pada
kehidupan dan kepemilikan seperti pada rumah sakit pada bagian
intesive care unit –nya, monitor keamanan industrial, proses sistem
kontrol, dan sistem alarm.
2. Ketika gangguan listrik ini menyebabkan kerugian waktu, kerugian
biaya .
3. Ketika gangguan listrik ini dapat menyebabkan gangguan atau
kerusakan data pada jaringan komputer, jaringan radio, atau data-data
yang sangat penting dan rahasia.

2.4.4 Cara Kerja UPS (Uninterruptible Power Supply)

1. Sumber tenaga listrik utama dalam keadaan normal


Sumber tenaga listrik dari genset disearahkan oleh rectifier dari
tegangan AC menjadi tegangan DC, disamping untuk charger
baterai juga diubah lagi menjadi tegangan AC oleh inverter.
2. Genset dalam keadaan off (otonomi baterai)
Pada saat genset mengalami gangguan, baterai inilah yang
bekerja dengan tegangan yang telah disimpan tadi. Tegangan DC
baterai diubah oleh inverter menjadi tegangan AC, setelah itu baru
disalurkan kebeban.
3. Baterai dalam keadaan off
Pada saat baterai tidak bekerja, maka static by pass akan
langsung bekerja secara otomatis, jadi beban dicatu langsung
oleh catu utama.
4. Manual Switch (manual by pass)
Manual switch berfungsi apabila ada perawatan. Pada saat
perawatan, beban UPS dialihkan ke manual by pass, hal ini

17
dilakukan untuk menghindari interupsi atau pemutusan. Sebelum
manual by pass di close, rectifier atau inverter harus di off – kan
terlebih dahulu.

Gambar 2.10 Diagram Blok UPS Online Pada Saat On

Gambar 2.11 Diagram Blok UPS Online Pada Saat Off

2.4.5 Peralatan yang di Backup UPS

Peralatan Technical yang terdapat pada perum LPPNPI :

Peralatan Technical adalah peralatan yang memiliki peran sangat


penting dalam Perum LPPNPI untuk memberikan pelayanan navigasi
penerbangan untuk memberikan informasi kepada pesawat dan mengatur lalu
lintas yang berhubungan langsung antara kordinator ATC (Air Traffic Control)
dengan pilot pesawat, yang tidak boleh mengalami kehilangan catu daya
meskipun hanya beberapa milidetik saaja karena dapat menimbulkan
kecelakaan pada pesawat. Peralatan Technical yang di backup dengan UPS
adalah peralatan (CSNA) Comunication, Navigation, Surveilance, dan

18
Automation. Agar tidak terjadinya kehilangan catu daya pada peralatan tersebut
yang dapat mengakibatkan kecelakaan antar pesawat satu pesawat yang
lainnya jika peralatan tersebut mengalami kehilangan catu daya. UPS yang
digunakan untuk membackup peralatan Technical antara lain :

1. UPS benning 2x200 kVA untuk seluruh peralatan CSNA (Comunication,


Surveilance, Navigation, dan Automation).
2. UPS benning 40 kVA Processing Room
3. UPS benning 20 kVA Ruang TER

Peralatan Priority adalah peralatan yang memiliki peran sama penting


dengan Peralatan Technical dalam Perum LPPNPI untuk memberikan
pelayanan navigasi penerbangan untuk memberikan support kepada peralatan
Technical. Peralatan Priority yang terdapat pada Perum LPPNPI digunakan
untuk peralatan yang bersifat boleh mengalami kehilangan catu daya dengan
waktu yang tidak lama, peralatan priority yang digunakan untuk mensupport
peralatan technical adalah chiller yang berfungsi untuk menurunkan temperatur
pada ruangan peralatan agar tidak terjadinya panas berlebih pada peralatan
yang dapat menurunkan kinerja peralatan.
Peralatan Priority digunakan untuk peralatan seperti komputer kantor, lampu
penerangan, stop kontak ruangan, alat absensi, chiller, ac, dll.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Analisa Kebutuhan


Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
kuantitatif pengumpulan data sekunder. Penelitian ini pertama kali
dilakukan yaitu dengan mencari jurnal referensi yang berkaitan dengan
judul tugas akhir, kemudian melakukan penelitian, dan melihat langsung
ke lapangan untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan dalam
penulisan dan untuk pembahasan tugas akhir ini. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap analisa kebutuhan antara lain sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Dalam hal ini, penulis mengumpulkan bahan tulisan dari berbagai
sumber
pustaka yang relevan untuk mendukung tugas akhir ini.
2. Studi Bimbingan
Dalam hal ini, penulis melakukan diskusi dan berkonsultasi dengan
mentor di tempat magang untuk menentukan judul tugas akhir serta
melaukan bimbingan dengan cara wawancara langsung.
3. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menyusun tugas akhir ini.
Studi kasus tersebut digunakan untuk melakukan pengumpulan data-
data serta informasi yang relevan.

3.1.2 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah di Perum
LPPNPI Kantor Cabang Utama JATSC Bandara Soekarno - Hatta. Hal ini
dikarenakan saran dari mentor yang berada di JATSC serta kesesuaian antara
data dan judul proyek akhir yang diambill.

20
3.1.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan melakukan observasi secara


langsung di lapangan, serta melakukan interview atau wawancara dengan
pihak teknisi sistem tenaga listrik di gedung JATSC Bandara Soekarno –
Hatta, adapun data yang diperoleh meliputi :
1. Data sistem kelistrikan (Single Line Diagram) gedung JATSC untuk
Jaringan Technical.
2. Data beban total terpasang untuk Jaringan Technical

3.2 Perancangan Penelitian


Perancangan penelitian yang dilakukan adalah dengan
mengambil data dari kantor JATSC Bandara Soekarno – Hatta ,Dengan
terlebih dahulu mendefinisikan gangguan-gangguan yang dapat
mengakibatkan pemadaman.

Untuk perancangan penelitian yang akan dilakukan dapat diuraikan


sebagai berikut :

Start

Studi literatur dan observasi lapangan

Data kapasitas genset dan UPS

Data total beban terpasang dan daya harian

Analisa operasi kerja


genset dan UPS

Padam

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

21
Berdasarkan kerangka kerja penelitian yang telah digambarkan di atas,
maka dapat diuraikan pembahasan masing-masing tahap dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Start
Pada tahap ini, penelitian akan mulai dilaksanakan.
2. Studi Literatur dan Observasi Lapangan
Studi literatur dilakukan dengan melakukan pencarian landasan-
landasan teori yang diperoleh dari berbagai buku, jurnal dan lain-lain
untuk melengkapi perbendaharaan konsep dan teori tentang keandalan
sistem distribusi. Pada tahap observasi dilakukan pengamatan secara
langsung di lapangan tempat peneliti melakukan penelitian.
3. Data kapasitas genset dan UPS
Pada tahap ini dilakukan proses pengumpulan data dengan studi
literatur dan metode observasi untuk melakukan pengamatan dan
analisa terhadap objek penelitian sehingga mendapatkan data dan
informasi yang dibutuhkan peneliti.
4. Data total beban terpasang dan beban harian
Berdasarkan hasil dari pengolahan data, dilakukan penganalisaan.
5. Selesai
Penelitian telah selesai dilaksanakan dan dibuat laporan dalam bentuk
proyek akhir.

3.3 Teknik Analisis

3.3.1 Sumber Daya Listrik


Untuk memenuhi kebutuhan suplai daya listirk di gedung JATSC
Bandara Soekarno – Hatta, gedung tersebut mendapat suplai daya
listrik dari gardu distribusi PLN dan sumber daya listrik cadangan, yaitu
Generator-set ( Genset ) yang merupakan sumber suplai daya
listrik cadangan apabila suplai daya listrik utama dari jaringan PLN
mengalami gangguan atau pemutusan aliran listrik secara mendadak.
Bogor Trade Mall (BTM) sendiri mempunyai 3 buah Generator-set

22
sebagai back-up daya listrik, dan dua unit UPS (Uninterruptible
Power System) yang berkapasitas 200 KVA.

1. Menghitung Daya 3 Fasa


Untuk menghitung daya keseluruhan yang di kantor JATSC maka
digunakan persamaan berikut :

𝑃 = √ 3 × 𝑉 × 𝐼 × 𝐶𝑜𝑠 𝜑 (𝑤𝑎𝑡𝑡) ……………………………………………..


(3.1)

Dimana:

P = Daya (Watt)

V = Tegangan (Volt)

I = Arus (Ampere)

2. Menghitung Kapasitas Daya


P  S  Cos
………………………………………………………...(3.2)

P = Daya ( Watt)
CosPower Factor ( 0,8)

23
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Sistem Operasional Genset

4.1.1 Pada saat PLN ON


Berdasarkan gambar 3.1 wiring diagram back-up system
genset, maka, pada saat PLN beroperasi (ON), maka semua beban
yang ada di gedung JATSC disuplai oleh PLN. Oleh karena itu ketiga
genset yang bertugas untuk memback-up suplai daya listrik di gedung
JATSC tersebut dalam keadaan OFF. Kondisi dari ACB masih dalam
terbuka.
4.1.2 Pada saat PLN OFF

V (Tegangan)

Waktu (t)
5 detik 10 menit
Gambar 4.1 Grafik Peralihan Listrik saat PLN OFF
Keterangan = Pengambilan beban oleh Genset
Waktu Starter genset
Pengambilan beban oleh PLN
Pengambilan beban oleh UPS
Pengambilan beban penuh oleh genset

24
Apabila sumber daya listrik utama yaitu PLN mengalami
gangguan atau pemutusan aliran listrik (OFF) secara tiba-tiba, secara
otomatis ACB Trafo membuka, maka waktu delay 5 detik yang telah
disetting pengiriman perintah dari AMF (Automatic Main Failure) yang
ada di panel PK (Panel Kontrol) Genset untuk start ketiga genset, agar
generator-generator tersebut ON. Setelah waktu delay tersebut sudah
dirasa cukup, maka ketiga genset tersebut ON (start) berdasarkan
perintah dari AMF tersebut, Genset-genset tersebut tidak langsung
menyalurkan daya, tetapi memerlukan waktu running selama ±5 detik
dan melakukan sinkronisasi terlebih dahlu yang telah diatur oleh Module
dari Genset yang telah deprogram, setelah ketiga genset sinkron, secara
otomatispun ACB genset menutup. Setelah ketiga genset ini sudah siap
untuk menyalurkan daya listrik, daya listrik terlebih dahulu masuk ke
PKG (Panel Kontrol Genset), kemudian daya listrik disalurkan ke PUTR
dan dari PUTR (Panel Utama Tegangan Rendah) ini barulah daya listrik
disalurkan ke beban terpasang melalui panel-panel yang ada disetiap
lantai yang ada di JATSC. Setelah daya masuk ke beban, selama ±10
menit genset menyesuaikan dengan kondisi beban.

4.1.3 Pada saat PLN ON Kembali

Jika PLN ON kembali, suplai daya listrik dari PLN tersebut


tidak langsung masuk dan mensuplai beban, dikarenakan ada selang
waktu yang telah disetting pada AMF tersebut untuk waktu delay agar
tegangan dari PLN tidak langsung mensuplai beban, karena
dikhawatirkan terjadi pemutusan aliran listrik kembali dari PLN tersebut.
Setelah waktu delay yang telah disetting tersebut yaitu ±1 menit PLN
tidak mengalami pemutusan aliran listrik, maka PLN ON (ACB genset
membuka, sementara ACB trafo menutup) untuk mensuplai tegangan
kembali dengan masih didampingi genset tersebut yang masih ON,
dengan asumsi bila terjadi lost conection dari PLN, maka genset tersebut
siap mensuplai kembali tanpa harus start awal lagi. Jika PLN ON kembali
dalam kondisi Genset siap mensuplai beban, maka AMF memeritahkan

25
ACB Trafo untuk menutup, dan memerintahkan ACB Genset untuk
membuka, kemudian AMF juga memerintahkan Genset untuk cooling
down dalam waktu ±15 menit.

Gambar 4.2. Genset gedung JATSC 1250 kVA merk MTU


Sumber : Dokumentasi Pribadi

4.1.4 Data Beban Yang Terpasang di T7

Tabel 4.1 Beban Yang Terpasang di T7


No Nama Total arus terukur
(A)
1. . GB 1 Dari SDPA 1 34,55
Koridor Navigasi)
2. GB 2 Dari SDPA 1 39,02
(Koridor B.O)
3. GB 3 Dari SDPA 1 34
(Kor. BMG Meteo)
4. GB 4 Dari SDPA 1 104
(R. PANEL AHU 11)
5. GB 5 Dari SDPA 1 19,38
(Cor. R. Rapat Sapda)
6. GB 6 Dari SDPA 1 47
(Kor. ADC-GC)
7. SDPA 2 0,3
(Koridor B.O)
8. SDPA 4 23,5
(Koridor Navigasi)
9. SDPB 1 61,4
10. GB 1 Dari SDPB 1 19.8
11. GB 2 Dari SDPB 1 18.6
(Gardu T7)
12. GB 3 Dari SDPB 1 48,65

26
(R. UPS Lantai Atas)
13. GB 4 Dari SDPB 1 34,1

14. GB 4 Dari GB 3 SDPB 1 23,5


(Untuk Penerangan) Depan Gardu T7

15. GB 1 Dari SDPC 1 33,22


(Samping R. AMSC)
16. GB 2 Dari SDPC 1 6,6
(Koridor MER)
17. GB 3 Dari SDPC 1 20,2
(Ruang RDPS)
18. GB 4 Dari SDPC 1 27,5
(Ruang MER)
19. GB 5 Dari SDPC 1 23,8
(Koridor Ops. Room)
20. SDPC 3 0
(Koridor MER)
21. GB 1 Dari CC T7.08 30,9
(Tower Bawah)
22. GB 2 Dari CC T7.08 30,9
(Tower Atas)
23. Panel FAT 50 MER 0.15
24. Panel FAT 50 Ops. Room 1,5
25. Panel FAT 50 Proc. Room 13,73
26. Panel FAT 50 TER 5,14
27. Panel FAT 50 AMSC 13,3
28. Panel GAREX Power Distribustion box 17,2
(MER)
29. Panel Thomson NB MER 31,81
30. Panel Thomson NB Ops. Room 16,72
31. Panel Thomson NB Proc. Room 38,59
(Panel 1)
32. Panel Thomson NB Proc. Room (Panel 16,7
2)
33. Panel Thomson NB TER 8,97
TOTAL 815,69 A

4.1.5 Menentukan Total Daya Terpasang


Dari data yang didapat dari JATSC total arus yang
terpasang melalui masing – masing MCB di T7 sesuai dengan table
4.1 yaitu sebesar 696,34 Ampere, maka daya yang dapat dihitung :

27
𝑃 = √3 × 𝐼 × 𝑉 × 𝐶𝑜𝑠 𝜑

= √3 × 815,59 × 380 × 0,99

= 531 𝑘𝑊

4.1.6 Menentukan Kapasitas Daya Genset

Pemilihan genset di gedung JATSC adalah standby unit


genset, dengan putaran mesin yaitu 1500 rpm. genset memiliki
kapasitas daya sebesar 1.250 kVA. Untuk menghindari kerja genset
yang berat, maka diambil asumsi daya total yang akan disuplai
adalah 0,53 atau 53% dari daya total genset.

Tabel 4.2 Kapasitas Daya Genset

Output

Unit Genset P = Daya S= Daya


Aktif Semu

(kW) (kVA)
Genset 1000 1.250 Kapasitas
MTU
Daya Genset (P)
= Daya Semu (S) × 0,8
= 1.250 𝑘𝑉𝐴 × 0,8
= 1.000 kW

Setelah dihitung diketahui rating kinerja genset untuk Jaringan


Technical yaitu 1000 KW. Adapun total beban pada jaringan Technical
yang terpasang totalnya yaitu 531 𝑘𝑊 yang berarti sekitar 53,1 %
dari keseluruhan daya output yang dihasilkan genset.

4.2 Sistem Operasional UPS

28
Gambar 4.3 Single line diagram sistem power no break

29
NB T7.01 ASC 1

NB T7.02 ASC 2
ASC
T7.04 (PLN) NB T7.03 DER 1

PANEL NB T7.04 DER 2


DER
MDS T7.03 (Input UPS 2) NB T7.05 CR 1
T7 T7.02 (Input UPS 1)
NB T7.06 CR 2
CR
NB T7.07 PR 1

NB T7.08 PR 2
MDS NB1 PR
NB T7.09 FDPT/ASC

NB T7.10 TWR 1 FDPT/ASC

NB T7.11 TWR 2
TWR
NB T7.12 SPARE

UPS 2 NB T7.13 EP 2000 7E


SPARE
UPS 1
1X200 KVA 1X200 KVA EP 2000 7E
NB T7.14 Main FAT50

NB T7.15 StndBy FAT50


FAT50

NB T7.01 ASC 1

NB T7.02 ASC 2

NB T7.03 DER 1

NB T7.04 DER 2

NB T7.05 CR 1

NB T7.06 CR 2

NB T7.07 PR 1
PANEL
NB T7.08 PR 2
STS
500 A MDS NB2 NB T7.09 FDPT/ASC

NB T7.10 TWR 1

NB T7.11 TWR 2

NB T7.12 SPARE

NB T7.13 EP 2000 7E

NB T7.14 Main FAT50

NB T7.15 StndBy FAT50

Gambar 4.4 Diagram panel Technical

Tabel 4.3 Technical Data UPS 200 KVA


30
1. Device
1.1 Type Uninteruptible Power Supply
1.2 Project ENERTRONIC L 3-3
1.3 Part-No 106000471381
1.4 Type designation D380D380/303,8/2rfg-UDG
1.5 UPS rated output power 200 kVA (at cos phi = 0.8
ind.)

2 Power input rectifier (Rectifier


data)
2.1 max. rated input power 214 KVA (with battery
charging)
2.2 Rated input voltage 3x400/230VAC with neutral
conductor
(neutral conductor
mandatory)
+15% / -15% 3-phase (-20%
with symmetrical mains and
derating down to 8.0kVA)
2.3 Rated input current 255 A (at max. battery
charging current)
2.4 Rated input frequence f = 50Hz  5%
2.5 Transformer Without transformer
2.6 Input efficiency factor / cos phi 0,99 at nominal load
>=0.97 already at 25% load
2.7 Inrush current < Rated input current
2.8 Necessary mains fuse addicted by the number of
Modules (Diazed / NH Typ
GL)
2.9 System perturbations THD I <4% for >75% load
2.1 Acceleration time incl. pre- charging 30 seconds
0

3 Power input bypass (Static bypass


data)
3.1 Assembly Static (electronical)
bypass,existing of 3
antiparallel thyristormod- ules
3.2 Rated Voltage 3 x 400VAC with neutral
conductor (neutral conductor
mandatory)
3.3 Rated Frequence 50Hz or 60Hz
3.4 Overload 500% for 100 milliseconds;
150% for 10 minutes
3.5 Changeover Tolerances inverter ±10...15% (Voltage) ;
-> Bypass ±1...5% (Frequence)
/ adjustable
31
3.6 Changeover time Bypass -> Inverter Inverter error typ. 2
milliseconds
Overload or manual
changeover typ. 2
milliseconds 0 milliseconds
3.7 Fuse protection 32A - fuse internal integrated,
accessible from front

4 Battery data
4.1 Number of battery cells 2 x 108 up to 2 x 144
4.2 Charging voltage 2 x 240V ... 2 x 330V
4.3 max. DC – current Depending to number of
battery cells
4.4 max. battery charging current 4A
4.5 Nominal battery charging power 2Kw
4.6 Default charging current I10 – Normal
4.7 Float charging voltage 2.23 . 2.3V per Cell
4.8 Discharge undervoltage Discharge undervoltage
1.65V per Cell
4.9 Voltage tolerance ±1%
4.10 Ripple <=1%
4.11 Charging characteristic I–U
5 Inverter data
5.1 Rated input active power 160 kW(cos phi 0.8ind.)
5.2 Rated output active power 231kW(cos phi 1)
5.3 Rated output voltage 3 x 400V with neutral
conductor
(adjustable 3 x 380V ... 3 x
415V)
5.4 Rated output current 289A (cos phi 0.8ind.)
116A (cos phi 1)
5.5 Rated output frequence 50Hz
5.6 Transformer Without transformer
5.7 Voltage tolerance ±1% static
±1% at 50% unsymmetrical
load
±2% at 100% unsymmetrical
load <=5% dynamical with
100% load step
5.8 Response time <20 milliseconds
5.9 Angular deviation <1° at symetrical load
<2° at 50% unsymmetrical
load
<3° at 100% unsymmetrical
load
5.10 Frequence tolerance Mains commutated: ±1%
(Sync:. ±5% adjustable)

32
Self commutated: ±0.1%
5.11 Distortion factor (EN 62040-1) <=2% at linear load
<=5% at non linear load
5.12 Crest factor <=3
5.13 Overload 150% for 1minute; 125% for
10 minutens
5.14 Short-cicuit behaviour 200% for 3seconds
Switch-off after max. 4
seconds if the bypass
voltage is not avail-
able. Inverter itself is short-
circuit proof (EN 62040-1-1)
6 Output Data
6.1 Bypass operation see 3. Power input bypass
(Bypass data)
6.2 Inverter operation see 5. Inverter data

4.2.1 Cara Kerja UPS 200 kVA Keadaan Darurat (Otonomi Baterai)

Gambar 4.4 UPS saat Keadaan Darurat ( Otonomi Baterai )

Keadaan darurat (Otonomi Baterai) adalah keadaan saat UPS mengalami


kehilangan catu daya utama (PLN), kemudian di back up oleh baterai pada
UPS tanpa terputus pada saat perpindahan dari keadaan normal (ada input pln)
menjadi keadaan darurat (otonomi baterai). Sehingga peralatan tidak
mengalami kehilangan catu daya dan peralatan dapat bekerja normal seperti
biasa.

Baterai UPS dapat membackup peralatan sesuai dengan kapasitas yang


terdapat pada baterai UPS tersebut, semakin banyak dan besar daya yang
dimiliki baterai. UPS akan bekerja dalm keadaaan normal kembali (ada input

33
pln) ketika catu daya utama sudah hidup kembali dan UPS akan memutus
secara otomatis dari keaadaan darurat menjadi keadaan normal kembali.
UPS Benning 200 KVA digunakan sebagai back up untuk
peralatan Technical No Break di gedung JATSC.
1. MenghitungTotal Daya Technical No Break Yang Terpasang
Berdasarkan table 4.1 Total arus terukur untuk jaringan Technical No Break
yaitu 163.81, maka daya yang terukur dapat dihitung :

S = VxI
= 380 V x 163,81 A
= 62247 VA
2. Menentukan Kapasitas Daya UPS 200 KVA

P  S  Cos

 200.000  0,80

 160.000 watt / 160 kW

Terdapat 2 UPS 200 KVA di gedung JATSC sehingga total kapasitas


UPS adalah :

P = 2 x 160 kW

P = 320 kW

3. Perhitungan Kapasitas Dan Durasi Pemakaian Baterai

Baterai yang digunakan pada UPS benning 2 x 200 KVA adalah


merk Dynasty type UPS12-600MRX memiliki kapasitas tegangan 12V
dc, 135 Ah dengan tegangan kerja 13,5 Vdc sebanyak 512 buah baterai
untuk 2 buah UPS merk benning 200 KVA yang dioperasikan secara
pararel redundant, sehingga masing-masing UPS menggunakan back up
baterai sebanyak 256 buah yang di rangkai sebanyak 4 bank dengan
setiap banknya terdiri dari 64 buah baterai menggunakan sistem 2 string
center tap pada UPS.

34
Gambar 4.5 Baterai Dynasty type UPS12-600MRX

Durasi pemakaian baterai UPS merk bening 2 x 200 kVA adalah :

Kapasitas UPS Merk Benning 2x200 Kva


Effisiensi Nominal Beban UPS 93,5% (0.935)
Jumlah Baterai 512 buah
Kapasitas Baterai 12 V,135 Ah
Tegangan Kerja Baterai 13.5 Vdc
1 Buah Baterai 6 Cell
End Of Discharge 2.1 Vdc/cell
1 UPS 4 Bank

- Tegangan kerja baterai = 13.5 Vdc

1 buah baterai terdiri dari 6 cell, sehingga tegangan kerja baterai =


13.5 Vdc/6 cell = 2,25 Vdc/cell
- 1 UPS = 4 bank (1 bank @ 64 baterai (32 baterai @ 2 string)
Teg baterai dalam 1 bank :
= 32 x 2 string x 6 cell x 2.1 = 806,4 Vdc
Jadi kemampuan otonomi baterai dalam 1 bank:
135 Ah x 806,4 Vdc = 108.864 VAh
Kemampuan otonomi baterai secara keseluruhan:
108.864 Vah x 8 bank = 870.912 VAh
35
a. Menghitung Arus Maksimal
Rating UPS 200 kVA = 200.000 VA
S = V.I

I = = = 303,86 A
b. Kapasitas dan Kemampuan UPS apabila beban
maksimal
Battery Capacity(VAh)
Runtime = x 60 menit
Total Load (VA )
870912VAh
= x 60 menit
40000 VA
= 130, 68 menit
diefesiensi baterai sebesar 20 % sehingga menjadi 106 menit.
Jadi kemampuan UPS 2 x 200 KVA adalah 2 jam 13 menit.
c. Kapasitas dan Kemampuan UPS terhadap beban
terukur

Battery Capacity(VAh)
Runtime = x 60 menit
Total Load (VA )

870912VAh
= x 60 menit
62247 VA
= 839,47 menit

diefesiensi baterai sebesar 20 % sehingga menjadi 671,57 menit.


Jadi kemampuan UPS 2 x 200 KVA adalah 11 jam 19 menit.
d. Presentase Beban ( LOAD ) UPS
Kapasitas daya ( UPS Rating ) = 2 x 200 KVA
= 400 KVA atau 400.000 VA
Total Load (VA )
Presentase Load UPS = x 100%
UPS Rating(VA )
62247 VA
= x 100%
400.000 VA
= 15,561%

36
Dari total kapasitas daya UPS 2x220 KVA , kedua nya mampu mem-
back up kebutuhan suplai listrik untuk beban Technical Non Break di
gedung JATSC dimana untuk kemampuan baterai pada total

Untuk durasi waktu back up UPS pada saat peralihan dari PLN ke
genset dibutuhkan sekitar 10 menit 5 detik. Dan dari kemampuan baterai
UPS didapatkan hasil bahwa UPS mampu mem-back up selama 8 jam 48
menit dimana berarti suplai listrik emergency yang tersedia di gedung
JATSC mampu mencukupi kebutuhan listrik disana.

37

Anda mungkin juga menyukai