Prosedur Dasar Audit Keuangan
Prosedur Dasar Audit Keuangan
Bicara prosedur audit sudah pasti scope-nya sangat luas dan kompleks, tak
akan cukup di tulis di media online. Tetapi secara garis besar, prosedur audit
hanya terdiri dari 7 (tujuh) langkah saja. Di ruang terbatas ini saya akan
perkenalkan prosedur dasar audit selangkah-demi-selangkah. Karena audit,
saat ini, juga banyak dipakai di wilayah lain (termasuk di IT), maka judul tulisan
ini menjadi: Prosedur Dasar Audit Akuntansi Keuangan (selangkah-demi-
selangkah.)
Yang namanya perkenalan, sudah pasti tidak akan mendalam dan detail. Semata-
mata hanya untuk pengenalan awal. Sedangkan detailnya, saya akan bahas di JAK
secara bertahap. Idealnya, termasuk insights (tips and trick) dalam menjalankan
proses audit yang sesungguhnya di lapangan.
Saya termasuk junior dan baru kemarin sore, masih ada banyak auditor kawakan
di luar sana yang sudah kenyang makan asam-gram-nya auditing. Sebenarnya,
sayapun ingin menimba pengetahuan dari mereka, sayang saya belum pernah
menemukan media/blog yang khusus membahas tips-trick auditing yang sungguh-
sungguh didedikasikan untuk membantu junior seperti saya.
Entah karena tidak ada yang memfasilitasi, atau karena para auditor tidak
punya cukup waktu (yang ini saya ragu; banyak auditor yg sempat ngeblog soal
gossip artis, politik, rajin update status di FB, nge-tweet di Twitter, dll). Atau karena
pelit—takut ilmunya habis tercuri? Hahaha.. Mudah-mudahan tidak. Setahu saya
ilmu tak akan habis hanya karena dibagi.
Entahlah. Yang jelas, setiap orang punya preference, dan saya menghomati itu. So,
we will see what we can do 🙂 Mudah-mudahan ada diantara senior yang sempat
membaca JAK dan berkenan ikut sharing pengalaman mereka di sini (setidaknya via
ruang komentar).
Kembali ke topic utama; prosedur dasar audit (selangkah-demi-selangkah).
Sebelum itu, mengapa laporan keuangan perlu diaudit?
Mengapa Laporan Keuangan Perlu Diaudit?
Secara umum, laporan keuangan perlu diaudit supaya informasi keuangan yang
disajikan di dalam laporan keuangan bersifat adil (fair) bagi semua pihak yang
berkepentingan (manajemen, pemegang saham, pemerintah, dan kreditur).Kata
‘fair’ dalam hal ini maksudnya: akurat dan tidak bias (tidak disalah-interpretasikan),
bapak/ibu dosen di kampus mungkin menggunakan istilah “tidak menyesatkan”.
Apa ukuran “akurat” dan “tidak bias” dalam hal ini?
Akurat – Nilai nominal (angka rupiah/dollar/dll) yang tercantum dalam catatan
transaksi sesui dengan bukti transaksi, dan perhitungan-perhitungan
matematis sudah benar.
Tidak bias – perlakuan akuntansi (pengukuran, pengakuan, penyajian
laporan), termasuk metode/pendekatan/prinsip/asumsi/constraint, yang
digunakan dalam proses akuntansi yang diterapkan, telah sesuai dengan
PSAK.
Siapa yang memastikan laporan keuangan telah akurat dan tidak bias?Auditor
independent. Mengapa auditor independent? Karena, IDEALNYA:
Auditor independent, melalui pelatihan khusus auditing, dianggap memiliki
kompetensi yang cukup untuk melakukan tugas tersebut.
Auditor independent, dianggap mampu bersikap dan memberi pendapat
yang tidak memihak (bahasa kerennya “obyektif”) mengenai isi laporan
keuangan.
Sungguhkah auditor independent memiliki kompetensi yang cukup untuk
menjalankan tugasnya? Yup, secara teori dan konsep, meskipun tingkat
kemampuan masing-masing auditor tidak sama.
Sungguhkah auditor independent mampu bersikap obyektif dalam bersikap dan
memberi pendapat mengenai laporan keuangan yang diperiksa?
Apakah Opini Auditor Independent Benar-Benar Obyektif?
Khusus mengenai “obyektifitas” opini auditor independent, saya pernah di-check-
mateoleh senior admin-nya JAK. Dia mengatakan:
“Cerita darimana pendapat auditor independent obyektif? Yang
namanya pendapat (opinion)—tentang apapun dan oleh siapapun,
kan dikemukakan oleh subyek, ya sudah pasti mengandung unsur
subyektifitas, dengan kadar yang mungkin berbeda-beda.
Termasuk opini yang dikeluarkan oleh auditor, meskipun diberi
embel-embel independent”.
Saya cuma bisa nyengir. Jika dipikir-pikir, argument yang dikemukakan kawan
admin itu ada benarnya. Tapi, kantaran penasaran maka saya nekat memberi
bantahan dengan mengatakan:
“Buktinya kita (auditor independent) dipakai, artinya kan pengguna
“Gini aja deh. Mengapa hasil audit yang disampikan oleh auditor independent tidak
disebut SURAT KEPUTUSAN atau KETETAPAN atau setidak-tidaknya
PERNYATAAN, tetapi malah disebut OPINI?”
Saya masih belum sempat menjawab dia sudah melanjutkan lagi:
“Karena hasil audit tidak bersifat mengikat. Tidak bersifat mengikat karena auditor,
ikatan akuntan, pembuat standard dan publik di lingkungan bisnis secara
keseluruhan, menyadari akan adanya unsur relativitas dan uncertainties
(ketidakpastian) di dalamnya. Sehingga, batasan OBYEKTIF dalam konteks ini
hanya sebatas konvensi dan kesepakatan umum.”
Debat dengan senior yang satu itu memang repot. Ilmunya dia terlalu kompleks.
Dan, pemikiran-pemikirannya tidak pernah linear, selalu lateral (berdimensi). Itu
salah satu alasan yang membuat saya selalu betah ngobrol berlama-lama dengan
dia. Lumayan untuk menambah cakrawala berpikir.
Pertanyaan selanjutnya: bagaimana seorang auditor menjalankan proses
audit?
Seperti telah disampikan di atas, untuk pemahaman yang cukup mengenai hal
ini, auditor tidak saja meminta “dokumen prosedur dan kebijakan”—yang
biasanya mencerminkan sistim pengendalian intern perusahaan auditee, tetapi juga
melakukan pengamatan (observasi) dan inspeksi di lapangan untuk melihat apakah
prosedur dan kebijakan perusahaan telah dilaksanakan dengan benar dan
konsisten. Dalam prose ini, auditor selalu melakukan koordinasi dan komunikasi
yang diperlukan dengan pigak internal auditor perusahaan.
Hal terakhir yang dilakukan oleh auditor, dalam fase ini, adalah mengasimilasikan
dan mensitesiskan pemahaman semua informasi yang mungkin mempengaruhi
proses audit secara keseluruhan—terutama sekali terkait dengan wilayah-wilayah
yang dianggap mengandung risiko salah saji yang bersifat metrial.
LANGKAH-3: MEMERIKSA RISIKO SALAH-SAJI YANG BERSIFAT
MATERIAL (RISKS OF MATERIAL MISSTATEMENT)
Laporan keuangan (perusahaan auditee) terdiri dari rangkaian asersi (pernyataan)
manajemen sehubungan dengan laba-rugi dan posisi keuangan perusahaan, yang
presentasikan dalam bentuk transaksi, saldo akun dan diskolsur.
Risiko salah saji yang bersifat material digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
Inherent Risk – Risiko salah-saji yang bersifat inherent alias tidak ada
hubungannya dengan pengendalian internal; dan
Control Risk – Risiko yang ada hubungannya dengan efektifitas fungsi
internal control (dalam hal ini, sistim pengendalian internal perusahaan
auditee dianggap mengalami gagal fungsi atau minimal kurang efektif).
Untuk memastikan apakah risiko salah-saji besifat material memang ada atau
tidak,konkretnya, auditor melakukan pemeriksaan terhadap: transaksi, saldo
akun dan disklosur, yang dalam langkah-2 sebelumnya diperkirakan mengandung
risiko salah saji yang tinggi. Untuk masing-masing asersi (transaksi, saldo akun dan
disklosur), auditor mencari tahu:
Apa yang salah (atau tidak sesuai) di sini?
Bagaimana kesalahan (atau ketidaksesuaian) itu terjadi?
Berapa nominal/rupiah yang terlibat dalam salahan (ketidaksesuaian) itu?
Untuk setiap kesalahan (atau ketidaksesuaian) yang ditemukan—terutama
yang bersifat material, seorang auditor biasanya berdiskusi dengan anggota team
audit lainnya untuk mengetahui apakah anggota team lainnya menemukan
kesalahan (ketidaksesuaian) yang sejenis (dengan pola/modus sejenis juga) atau
tidak.
Jika iya, maka auditor biasanya mulai mencurigai adanya unsur kesengajaan
di dalamnya, yang bisa saja mengarah ke tindakan fraud. Bila diperlukan (dan
diminta oleh klien), maka team auditor bisa meminta bantuan team auditor khusus
(yang memiliki komepetensi dan sertifikasi khusus) untuk melakukan investigasi
fraud, yang biasanya dilakukan oleh Fraud Examiner(yang bertitel Certified Fraud
Examiner = CFE).
Proses lain yang tak kalah pentingnya, dalam fase ini, adalah melakukan
identifikasi terhadap apa yang disebut dengan “Significant Risk”, yaitu: risiko yang
membutuhkan prosedur audit khusus.
Misalnya: Auditor sedang melakukan audit terhadap perusahaan kontraktor. Dalam
perusahaan kontraktor, wilayah pengakuan pendapatan-dan-biaya cenderung
mengandung risiko salah-saji yang tinggi. Dalam kondisi demikian, auditor bisa
memutuskan bahwa wilayah pengakuan pendapatan-dan-biaya membutuhkan
prosedur audit khusus.
Prosedur audit khusus yang dimaksudkan di sini yaitu, auditor perlu:
Melakukan evaluasi terhadap rancangan sistim pengendalian yang mestinya
bisa mencegah risiko tersebut (sering disebut “control test” saja); dan
Melakukan prosedur substantive (sering disebut “substantive test” saja),
yang memiliki tautan jelas dengan risiko yang dimaksud.
(Catatan: kita akan bahas ini di fase berikutnya, langkah-4).
Sayang, ruang ini tidak cukup untuk menampung semua langkah yang
diperlukan dalam audit. Terpaksa harus saya penggal sampai di sini dahulu. Di
Bagian kedua (segera) akan saya bahas mengenai langkah berikutnya, yaitu:
Langkah-4: Merancang Respon Audit dan Prosedur Audit Lanjutan
Langkah-5: Menjalankan Posedur Audit Lanjutan
Langkah-6: Mengkaji Dan Memeriksa Kembali Hasil (Temuan) Audit
Langkah-7: Mengkomunikasikan Hasil (Temuan) Audit
Di bagian-2 nanti, saya akan lanjutkan sedikit mengenai significant risk,
termasuk aspek lain yang mungkin membuat timbulnya significant risk, apa
yang harus dilakukan oleh auditor dalam merespon hasil pemeriksaan risiko
salah-saji yang bersifat material, bagaimana menjalankan prosedur audit
lanjutan, mengevaluasi dan memeriksa kembali hasil audit, dan
mengkomunikasikan hasil temuan audit. Untuk sementara, bersabar dahulu.
Sampai bertemu di bagian kedua dari seri pengenalan prosedur audit ini.
PEMBAHASAN
Auditor mengawali perencanaa audit dengan meletakkan akhir audit di
benaknya. Sejak awal telah disebutkan bahwa tujuan menyeluruh audit laporan
keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan klien
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan GAAP.
Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti audit yang cukup dan
kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Di
samping itu, pilihan akan bukti audit dipengaruhi oleh:
Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien.
Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku dan
catatan klien.
Keputusan tentang asersi yang material bagi laporan keuangan.
Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian.
Makalah ini akan diawali dengan pembahasan mengenai tujuan audit, bukti
audit, prosedur audit, dan terkahir kertas kerja.
I. TUJUAN AUDIT
Tujuan Audit Untuk Keberadaan dan Keterjadian
Berkaitan dengan masalah keberadaan dan keterjadian (existence and
occurrence), biasanya auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
Validitas/pisah batas (cutoff): semua transaksi tercatat benar-benar telah terjadi
mestinya untuk mencerminkan penerapan GAAP dalam hal penilaian kotor dan
alokasi jumlah tertentu antarperiode (seperti penyusutan dan amortisasi).
Pembukuan dan pengikhtisaran (posting and summarization). Transaksi telah
· Perhitungan EPS
PALING DIANDALKAN
Contoh-contoh
Pisah batas rekening bank
Konfirmasi
Faktur-faktur dari pemasok
Laporan bank reguler
Cek-cek yang dibayarkan
Slip setoran bank
Tembusan faktur penjualan
Permintaan pembelian
Inspeksi (inspecting)
Konfirmasi (confirming)
Perhitungan (counting)
Penelusuran (tracing)
Pengamatan (observing)
Prosedur Analitis
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan di antara
data. Prosedur ini meliputi:
ü perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana;
ü analisis vertikal atau laporan persentase;
ü perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau anggaran; serta
ü penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis regresi.
Analisis regresi dapat melibatkan penggunaan data nonkeuangan (seperti data
jumlah karyawan) maupun data keuangan.
Prosedur analitis seringkali meliputi juga pengukuran kegiatan bisnis yang
mendasari operasi serta membandingkan ukuran-ukuran kunci ekonomi yang
menggerakkan bisnis dengan hasil keuangan terkait. Prosedur analitis umumnya
digunakan dalam pendekatan top-down untuk mengembangkan harapan atas
akun laporan keuangan dan untuk menilai kelayakan laporan keuangan dalam
konteks tersebut.
Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta
pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam
auditing. Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti bootom-up maupun top-down. Dengan melakukan inspeksi
atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur
atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi transaksi
tersebut. Pada saat yang sama, auditor seringkali mempertimbangkan implikasi
bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor ekonomi dan persaingan entitas.
Sebagai contoh, pada saat auditor memeriksa kontrak sewa guna usaha, ia
melakukan verifikasi kesesuaian akuntansi yang digunakan untuk sewa guna
usaha, mengevaluasi bagaimana sewa guna usaha ini berpengaruh pada kegiatan
pembiayaan dan investasi entitas, dan akhirnya mempertimbangkan bagaimana
sewa guna usaha ini dapat mempengaruhi kemampuan entitas untuk menambah
penghasilan dan bagaimana pengaruh transaksi ini atas struktur biaya tetap
entitas.
Istilah-istilah seperti me-review (reviewing), membaca (reading), dan
memeriksa (examining) adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan
catatan. Menginspeksi dokumen dapat membuka jalan untuk mengevaluasi
bukti documenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor dapat menilai
keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahaan atau
item-item yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau
memeriksa secara tepat dan tidak terlampau teliti dokumen dan catatan.
Memeriksa sumber daya berwujud memungkinkan auditor dapat
mengetahui secara langsung keberadaan dan kondisi fisik sumber daya tersebut.
Dengan demikian, inspeksi juga memberikan cara untuk mengevaluasi bukti
fisik.
Konfirmasi
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan
auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen di luar
organisasi klien. Dalam kasus yang lazim, klien membuat permintaan kepada
pihak luar secara tertulis, namun auditor yang mengendalikan pengiriman
permintaan keterangan tersebut. Permintaan tersebut juga harus meliputi
instruksi berupa permintaan kepada penerima untuk mengirimkan tanggapannya
secara langsung kepada auditor. Konfirmasi menyediakan bukti bottom-
up penting dan digunakan dalam auditing karena bukti tersebut biasanya
objektif dan berasal dari sumber yang independen.
Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis
oleh auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada
manajemen atau karyawan, umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang
timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis atau permintaan keterangan
yang berkaitan dengan keusangan persediaan atau piutang yang dapat ditagih.
Auditor juga dapat langsung meminta keterangan pada pihak eksteren, seperti
permintaan keterangan langsung kepada penasehat hokum klien tentang
kemungkinan hasil litigasi. Hasil permintaan keterangan dapat berupa bukti
lisan atau bukti dalam bentuk representasi tertulis.
Perhitungan
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah (1) perhitungan fisik
sumber daya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada, dan (2)
akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak. Yang
pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang
ada, sedangkan yang kedua dapat dipandang sebagai penyediaan cara untuk
mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui bukti yang objektif
tentang kelengkapan catatan akuntansi. Teknik perhitungan ini menyediakan
bukti audit bottom-up, namun auditor seringkali terdorong untuk memperoleh
bukti top-down terlebih dahulu guna mendapatkan konteks ekonomi dari
prosedur perhitungan.
Penelusuran
Dalam penelurusan (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran
ulang, auditor (1) memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi
dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh
dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal
dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke
catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui
sistem akuntansi. Karena proesdur ini memberikan keyakinan bahwa data yang
berasal dari dokumen sumber pada akhirnya dicantumkan dalam akun, maka
secara khusus data ini sangat berguna untuk mendeteksi terjadinya salah saji
berupa penyajian yang lebih rendah dari yang seharusnya (understatement)
dalam catatan akuntansi.
Pengamatan
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan
pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan
rutin jenis transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para
pekerja sedang melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan
prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting untunk memperoleh
pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati
kecermatan seorang karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan
atas fisik persediaan. Pengamatan yanf terakhir ini memberikan peluang untuk
membedakan antara mengamati dan menginspeksi.
Pelaksanaan Ulang
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang
(reperforming) perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya
menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau
premi obligasi, perhitungan kuantitas dikalikan harga per unit pada lembar
ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung dan rekonsiliasi. Auditor
juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu
untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengandalian
intern yang telah dirumuskan. Sebagai contoh, auditor dapat melaksanakan
ulang pemeriksaan atas kredit pelanggan pada transaksi penjualan untuk
menentukan bahwa pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai pada saat
transaksi tersebut diproses. Pemeriksaan ulang biasanya memberikan
bukti bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya, auditor dapat terlebih
dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.
analitis.
Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.
Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua dokumen
(seperti harga yang tercantum dalam faktur dengan master file yang memuat
harga-harga yang telah disahkan)
Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek
Pengujian klasifikasi.
Prosedur audit digunakan untuk memutuskan apakah transaksi
diklasifikasikan dengan benar dalam laporan akuntansi .Misalnya, catatan
pembelian untuk aset tetap dapat ditinjau untuk melihat apakah mereka
diklasifikasikan dengan benar dalam akun aset tetap yang tepat.
Pengujian kelengkapan.
Prosedur ini menguji untuk melihat apakah ada transaksi yang hilang dari
catatan akuntansi. Misalnya, laporan bank klien dapat ditelusuri untuk melihat
apakah pembayaran kepada pemasok tidak dicatat dalam buku, atau jika
penerimaan kas dari pelanggan tidak dicatat. Sebagai contoh lain, pertanyaan
dapat dibuat dengan manajemen dan pihak ketiga untuk melihat apakah klien
memiliki kewajiban tambahan yang belum diakui dalam laporan keuangan .
Tes cutoff.
Prosedur audit ini digunakan untuk menentukan apakah transaksi telah
dicatat dalam periode pelaporan yang benar. Misalnya, catatan pengiriman
dapat ditinjau untuk melihat apakah pengiriman ke pelanggan pada hari
terakhir bulan itu dicatat dalam periode yang benar.
Pengujian kejadian.
Prosedur audit ini dapat digunakan untuk menentukan apakah transaksi yang
klien klaim benar-benar terjadi. Sebagai contoh, satu prosedur mungkin
mengharuskan klien untuk menunjukkan faktur spesifik yang terdaftar di buku
besar penjualan , bersama dengan dokumentasi pendukung seperti pesanan
pelanggan dan dokumentasi pengiriman.
Pengujian eksistensi.
Prosedur audit ini digunakan untuk menentukan apakah benar aset yang
tercatat benar-benar Misalnya, auditor dapat mengamati inventaris yang
diambil, untuk melihat apakah inventaris yang tercantum dalam catatan
akuntansi benar-benar ada.
Tes penilaian.
Prosedur audit yang digunakan untuk menentukan apakah penilaian aset dan
kewajiban dicatat dalam buku klien sudah benar. Sebagai contoh, satu
prosedur akan memeriksa data harga pasar untuk melihat apakah nilai akhir
dari surat berharga sudah benar.