PROTEIN
1. Desi (11980322561)
2. Elvina Atika (11980322565)
3. Ika Nurhabibah Lubis (11980322573)
4. Jumiati Rahil (11980322577)
5. Mei Datul Hasanah (11980322584)
6. Meutya Artala (11980325284)
7. Muthia Hana Nabila (11980322596)
8. Nahda Alfiah (11980322599)
9. Nofreza (11980312602)
10. Tia Leony Devi (11980322625)
11. Zubaidah rusli (11980320695)
PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020
PROTEIN
A. Sejarah Protein
Protein ditemukan oleh Jons Jakob Berzelius pada tahun 1838. Protein
berasal dari bahasa Yunani yaitu protos yang artinya yang paling utama.
Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monemer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Protein terlibat dalam sistem imun sebagai antibodi, sistem kendali
dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan dan juga dalam
transportasi darah. Protein berperan sebagai asam amino bagi organisme yang
tidak mampu membentuk asam amino sendiri. Protein adalah salah satu dari
biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid dan polinukleotida, yang
merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan
salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia.
Dalam biokimia protein merupakan molekul yang sangat besar atau
makrobiopolimer yang tersusun dari moneter yang tersusun dari monomer
yang disebut asam amino. Ada 20 asam amino standar, yang masing-masing
teridiri dari sebuah gugus karboksil, sebuah gugus amino, dan rantai samping
(disebut sebagai grup R). Grup R ini yang menjadikan setiap asam amino
berbeda, dan ciri-ciri dari rantai samping ini akan berpengaruh keseluruhan
terhadap suatu protein. Ketika asam amino bergabung, mereka membentuk
ikatan khusus yang disebut ikatan peptida melalui sintesis dehidrasi, dan
menjadi polipeptida atau protein.
B. Pengertian Protein
Istilah kata protein berasal dari bahasa Yunani proteos, yang berarti
yang utama atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli
kimia Belanda, Gerardus Mulder (1802-1880), Karena ia berpendapat bahwa
protein adalah zat yang paling penting dalam setiap organisme.
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separonya
ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh
di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua
enzim, berbagai hormone, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks
intraseluler dan sebagainya adalah protein. Disamping itu asam amino yang
membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagian besar koenzim,
hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan.
Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan olehzat
gizi lain,yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
Protein terbentuk dari polimerisasi peptida-peptida. Peptida merupakan
polimerisasi dari asam amino-asam amino yang berbeda. Jadi, protein dapat
dikatakan sebagai suatu kopolimer. Ikatan yang terjadi antar protein selain
ikatan peptida antara asam amino dan penyusunnya, juga terjadi ikatan-ikatan
yang lain. Misalnya, ikatan hidrogen yang terjadi pada gugus –NH dan gugus
–OH, serta ikatan disulfida -S-S- yang menyokong terjadinya ikatan yang
kompleks pada protein. Ikatan ion pada protein juga terjadi jika di dalamnya
terdapat gugus ion logam dan ikatan koordinasi, misalnya ikatan koordinasi
antara ion Fe3+ dengan hemoglobin pada darah.
C. Klasifikasi Protein
Berdasarkan bentuknya, protein dikelompokkan sebagai berikut :
1. Protein bentuk serabut (fibrous)
Protein ini terdiri atas beberapa rantai peptida berbentu spiral yang
terjalin. Satu sama lain sehingga menyerupai batang yang kaku.
Karakteristik protein bentuk serabut adalah rendahnya daya larut,
mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi untuk tahan terhadap enzim
pencernaan. Kolagen merupakan protein utama jaringan ikat. Elasti
terdapat dalam urat, otot, arteri (pembuluh darah) dan jaringan elastis
lain. Keratini adalah protein rambut dan kuku. Miosin merupakan
protein utama serat otot.
2. Protein Globuler
`Berbentuk bola terdapat dalam cairan jaringan tubuh. Protein ini
larut dalam larutan garam dan encer, mudah berubah dibawah pengaruh
suhu, konsentrasi garam dan mudah denaturasi. Albumin terdapat dalam
telur, susu, plasma, dan hemoglobin. Globulin terdapat dalam otot,
serum, kuning telur, dan gizi tumbuh-tumbuhan. Histon terdapat dalam
jaringan-jaringan seperti timus dan pancreas. Protamin dihubungkan
dengan asam nukleat.
3. Protein Konjugasi
Merupakan protein sederhana yang terikat dengan baha-bahan non-
asam amino. Nukleoprotein terdaoat dalam inti sel dan merupakan
bagian penting DNA dan RNA. Nukleoprotein adalah kombinasi protein
dengan karbohidrat dalam jumlah besar. Lipoprotein terdapat dalam
plasma-plasma yang terikat melalui ikatan ester dengan asam fosfat
sepertu kasein dalam susu. Metaloprotein adalah protein yang terikat
dengan mineral seperti feritin dan hemosiderin adalah protein dimana
mineralnya adalah zat besi, tembaga dan seng.
Menurut kelarutannya protein globuler dibagi menjadi:
1. Almbumin, larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas.
Contoh, albumin terlu, dan albumin serum
2. Glubolin, tidak larut air, terkoagulasi oleh panas, larut dalam
larutan garam, mengendap dalam larutan garam, konsentrasi
meningkat. Contoh, Ixiosinogen dalam otot.
3. Telin, tidak larut dalam pelarut netral tapi tapi larut dalam asam
atau basa encer. Contoh, Histo dalam Hb.
4. Plolamin/Gliadin, larut dalam alcohol 70-80% dan tidak larut
dalam air maupun alkohol absolut. Contoh, prolaamin dalam
gandum.
5. Histon, Larut dalam air dasn tak larut dalam ammonia encer.
Contoh, Hisron dalam Hb.
6. Protamin, protein paling sederhana dibanding protein-protein
lain, larut dalam air dan tak terkoagulasi oleh panas. Contoh,
salmin dalam ikatan salmon.
Berdasarkan senyawa pembentuk, terbagi sebagai berikut:
1. Protein Kojugasi dan
2. Senyawa Non Protein
Protein yang mengandung senyawa lain yang non protein
disebut protein konjugasi, sedang protein yang mengandung
senyawa non protein disebut protein sederhana. Contoh : 9
Glikoprotein terdapat pada hati.
Merupakan protein sederhana yang terikat dengan baha-
bahan non-asam amino. Nukleoprotein terdaoat dalam inti sel
dan merupakan bagian penting DNA dan RNA. Nukleoprotein
adalah kombinasi protein dengan karbohidrat dalam jumlah
besar. Lipoprotein terdapat dalam plasma-plasma yang terikat
melalui ikatan ester dengan asam fosfat sepertu kasein dalam
susu. Metaloprotein adalah protein yang terikat dengan mineral
seperti feritin dan hemosiderin adalah protein dimana
mineralnya adalah zat besi, tembaga dan seng.
Berdasarkan keberadaan asam amino esensial.
Dikelompokkan kedelapan asam amino esensial yang harus
disediakan dalam bentuk jadi dalam menu makanan yang
dikonsumsi sehari-hari:
1. Isoleusin
2. Leussin
3. Lisin
4. Methionin (asam amino esensial), fungsinya dapat digantikan sistin
(semi esensial) secara tidak sempurna.
5. Penilalanin, yang fungsinya dapat digantikan tirosin (semi esensial)
tidak secara sempurna, akan tetapi paling tidak dapat
menghematnya.
6. Threonin
7. Triptopan
8. Valin
Klasifikasi protein pada biokimia didasarkan atas fungsi biologinya:
1. Enzim
Merupakan golongan protein yang terbesar dan paling
penting. Kira-kira seribu macam enzim telah diketahui, yang
masing-masing berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam
jasad hidup. pada jasad hidup yang berbeda terdapat macam jenis
enzim yang berbeda pula. Molekul enzim biasanya berbentuk bulat
(globular), sebagian terdiri atas satu rantai polipeptida dan
sebagian lain terdiri lebih dari satu polipeptida.
Contoh enzim: ribonuklease, suatu enzim yang
mengkatalisa hidrolisa RNA (asam poliribonukleat); sitokrom,
berperan dalam proses pemindahan electron; tripsin; katalisator
pemutus ikatan peptida tertentu dalam polipeptida.
2. Protein Pembangun
Protein pembangun berfungsi sebagai unsure pembentuk
struktur. Beberapa contoh misalnya: protein pembukus virus,
merupakan selubung pada kromosom; glikoprotein, merupakan
penunjang struktur dinding sel; struktur membrane, merupakan
protein komponen membrane sel; α-Keratin, terdapat dalam kulit,
bulu ayam, dan kuku; sklerotin, terdapat dalam rangka luar insekta;
fibroin, terdapat dalam kokon ulat sutra; kolagen, merupakan
serabut dalam jaringan penyambung; elastin, terdapat pada jaringan
penyambung yang elastis (ikat sendi); mukroprotein, terdapat
dalam sekresi mukosa (lendir).
3. Protein Kontrakti
Protein kontraktil merupakan golongan protein yang
berperan dalam proses gerak. Sebagai contoh misalnya; miosin,
merupakan unsure filamen tak bergerak dalam myofibril; dinei,
terdapat dalam rambut getar dan flagel (bulu cambuk).
4. Protein Pengankut
Protein pengangkut mempunyai kemampuan mengikat
molekul tertentu dan melakukan pengangkutan berbagai macam zat
melalui aliran darah. Sebagai contoh misalnya: hemoglobin, terdiri
atas gugus senyawa heme yang mengandung besi terikat pada
protein globin, berfungsi sebagai alat pengangkut oksigen dalam
darah vertebrata; hemosianin, befungsi sebagai alat pengangkut
oksigen dalam darah beberapa macam invertebrate; mioglobin,
sebagai alat pengangkut oksigen dalam jaringan otot; serum
albumin, sebagai alat pengangkut asam lemak dalam darah; β-
lipoprotein, sebagai alat pengangkut lipid dalam darah;
seruloplasmin, sebagai alat pengangkut ion tembaga dalam darah.
5. Protein Hormon
Seperti enzim, hormone juga termasuk protein yang aktif.
Sebagai contoh misalnya: insulin, berfungsi mengatur metabolisme
glukosa, hormone adrenokortikotrop, berperan pengatur sintesis
kortikosteroid; hormone pertumbuhan, berperan menstimulasi
pertumbuhan tulang.
6. Protein Bersifat Racun
Beberapa protein yang bersifat racun terhadap hewan kelas
tinggi yaitu misalnya: racun dari Clostridium botulimum,
menyebabkan keracunan bahan makanan; racun ular, suatu protein
enzim yang dapat menyebabkan terhidrolisisnya fosfogliserida
yang terdapat dalam membrane sel; risin, protein racun dari beras.
7. Protein Pelindung
Golongan protein pelindung umumnya terdapat dalam
darah vertebrata. Sebagai contoh misalnya: antibody merupakan
protein yang hanya dibentuk jika ada antigen dan dengan antigen
yang merupakan protein asing, dapat membentuk senyawa
kompleks; fibrinogen, merupakan sumber pembentuk fibrin dalam
proses pembekuan darah; trombin, merupakan komponen dalam
mekanisme pembekuan darah.
8. Protein Cadangan
Protein cadangan disimpan untuk berbagai proses
metabolisme dalam tubuh. Sebagai contoh, misalnya: ovalbumin,
merupakan protein yangterdapat dalam putih telur; kasein,
merupakan protein dalam biji jagung.
Nilai hayati dan daya cerna beberapa pangan sumber protein disajikan
pada tabel berikut:
Tabel berikut memuat nilai kimia dan PER beberapa pangan sumber
protein.
2. Nilai Biologik
Nilai biologik (NB) makanan adalah jumlah nitrogen yang ditahan
tubuh guna pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh yang berasal dari jumlah
nitrogen yang diabsorpsi. Pengukuran ini didasarkan pada asumsi bahwa
nitrogen akan lebih banyak ditahan tubuh bila asam amino esensial hadir
dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan. Nilai NB
diperoleh bila hewan diberi makanan yang mengandung protein yang ingin
diuji dan diet bebas-protein, kemudian mengukur jumlah nitrogen yang
dikeluarkan melalui urine dan feses. Nilai biologik dinyatakan sebagai
prosen nitrogen yang diabsorpsi yang ditahan tubuh.
NB = Nitrogen ditahan/Nitrogen diabsorpsi = N makanan – (N urin – N
feses)/N makanan – N fesesMakanan yang mempunyai nilai NB 70 atau
lebih dianggap mampu memberi pertumbuhan bila dimakan dalam jumlah
cukup dan konsumsi energi mencukupi. Perlu diingat bahwa yang penting
adalah mutu campuran protein yang dimakan sehari.
3. Net Protein Utilization/NPU
NPU adalah indeks mutu yang tidak saja memperhatikan jumlah
protein yang ditahan, akan tetapi jumlah yang dicerna.
NPU = NB × koefesien kecernaan
NPU merupakan perbandingan antara nitrogen yang ditahan dan
nitrogen yang dikonsumsi.
NPU kacang kedelai adalah 61, susu 82, dan telur 94.
4. Protein Efficiency Ratio/PER
pengukuran mutu protein makanan yang ditetapkan oleh kemampuan
protein bersangkutan untuk menghasilkan pertumbuhan pada tikus muda.
PER mengukur penambahan berat badan hewan muda per gram protein
yang dikonsumsi
PER = Penambahan berat badan (gram)/Konsumsi protein (gram)
PER digunakan sebagai kriteria mutu protein yang digunakan dalam
memberi label makanan jadi.
5. Skor Kimia/Skor Asam Amino
Skor asam amino adalah cara menetapkan mutu protein dengan
membandingkankan kandungan asam amino esensial dalam bahan
makanan dengan kandungan asam amino esensial yang sama dalam
protein ideal/patokan, misalnya protein telur. Perbandingan antara asam
amino esensial yang terdapat paling rendah dalam bahan makanana yang
dinilai dengan asam amino yang sama dalam protein patokan merupakan
skor asam amino bahan makanan tersebut.
Sintesis protein baru manapun hanya dapat berlangsung sampai batas
asam amino esensial yang jumlahnya paling sedikit jika dibandingkan
dengan kebutuhannya. Asam amino ini disebut asam amino pembatas.
Untuk semua asam amino esensial yang ada dalam protein, skor asam
amino dapat dihitung, dan skor terendah menyatakan asam amino
pembatas.
Skor asam amino yang dikoreksi dengan ketercernaan protein
(protein-digestibility-corrected amino acid score, PDCAAS) yang
dikembangkan oleh FAO, memberikan hasil perhitungan yang paling
akurat.
6. Penilaian Berdasarkan Mutu Protein
Protesin diperlukan untuk memelihara struktur dan fungsi tubuh setiap
saat. Protein ekstra mungkin diperlukan selama masa pertumbuhan, dalam
kehamilan, dan masa pemulihan setelah cedera.
J. Fungsi Protein
Fungsi protein lainnya adalah sebagai pengangkut zat gizi dan molekul
lain. Contoh protein transpor, protein yang terletak dalam membran sel
bertindak sebagai pompa glukosa, kalium dan natrium. Pompa glukosa dan
kalium memindahkan gula dan kalium ke dalam sel, lebih cepat dari
pengeluarannya, sedangkan pompa kalium memindahkan natrium keluar sel
lebih cepat dari jalur masuknya. Pompa protein pada membran sel mengatur
konsentrasi glukosan dan kalium tinggi, sebaliknya konsentrasi natrium
rendah di dalam sel daripada media di sekitarnya. Penyebaran natrium dan
kalium melalui membran sel syaraf memungkinkan rangsangan syaraf
berpindah untuk berpikir atau organ gerak lainnya.
K. Sumber Protein
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam
jumlah maupun mutu, seperti telur,susu,daging,ungags,ikan,dan kerang.
Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti temped an
tahu, serta kacang-kacangan lain. Kacang kedelai merupakan sumber protein
nabati yang mempunyai mutu atau nilai biologi tertinggi. Seperti telah
dijelaskan semula protein kacang-kacangan terbatas dalam asam amino
metionin.
Padi-padian dan hasilnya relative rendah dalam protein, tetapi karena
dimakan dalam jumlah banyak, memberi sumbangan berar terhadap
konsumsi protein sehari. Seperti telah dijelaskan terlebih dahulu protein
padi-padian tidak komplit, dengan asam amino pembatas lisin. Menurut
catatan biro pusat statistic tahun 1999, rata-rata 51,4% konsumsi protein
penduduk sehari berasal dari padi-padian.
Bahan makanan hewani kaya dalam protein bermutu tinggi, tetapi
hanya merupakan 18,4% konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia.
Bahan makanan nabati yang kaya dalam protein adalah kacang-kacangan.
Kontribusinya rata-rata terhadap konsumsi protein adalah 5,3%.
Gula,sirup,lemak dan minyak murni tidak mengandung protein.
Dalam merencanakan diet, di samping memperhatikan jumlah protein
perlu diperhatiakan pula mutunya. Protein hewani pada umumnya
mempunyai suasana asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan
manusia. Akan tetapi harganya relative mahal. Untuk menjamin mutu
protein dalam makanan sehari-hari, dianjurkan n sepertiga bagian protein
yang dibutuhkan berasal dari protein hewani.
Catatan biro pusat statistic pada tahun 1999, menunjukkan secara
nasional konsumsi protein sehari rata-rata penduduk Indonesia adalah 48,7
gram sehari. Ini telah melebihi ratrata standar kecukupan protein sehari (45
gram). Kandungan protein beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel
5.9.
Tabel 5.9 nilai protein berbagai bahan makanan (gram/100 gram)
Bahan makanan Nilai protein Bahan Nilai protein
makanan
Kacang kedelai 34,9 Keju 22,8
Kacang merah 29,1 Kerupuk udang 17,2
Kacang tanah 25,3 Jagung 9,2
terkelupas kuning,pipil
Kacang hujau 22,2 Beras setengah 7,6
giling
Biji jambu monyet 21,2 Kentang 2,0
(mente)
Tempe kacang 18,3 Gaplek 1,5
kedelai murni
Tahu 7,8 Ketela 1,2
pohon(singkon
g)
Daging sapi 18,8 Daun singkong 6,8
Ayam 18,2 Bayam 3,5
Telur bebek 13,1 Kangkung 3,0
Telur ayam 12,0 Wortel 1,2
Udang segar 21,0 Tomat masak 1,0
Ikan segar 16,0 Mangga harum 0,4
manis
Tepung susu skim 35,6 Roti putih 8,0
Tepung susu 24,6 Mie kering 7,9
Sumber: daftar komposisi makanan,depkes 1978.
Berdasarkanlaporanorganisasikesehatandunia(WHO/worldh
ealthorganization) menunjukkan kesehatan masyarakat Indonesia
terendah di Asean yaitu peringSkat ke142 banding 170 negara. Di
Amerika latin, Negara maju, Asia, Negara berkembang dan Afrika,
persentase anak yang mengalami kurang gizi usia 0-4 tahun.
28.00%
27.00%
26.00%
25.00%
24.00%
23.00%
2000 2003 2005
a. Yogyakarta(15,1%)
b. Bali(16 ,8%)
c. Gorontalo(46,11%)
al
or s
an no k
i k ruk
an iz ang
ba t pe aik
ba ba a p dek
ba ita k us
a n ru
a s ta de
ga rm
m
l r
ga i b
lit u
gi i bu
ur
lit n
lit li en
z
g
gi
z
as
lit
ba
3) Metode Lowry
prosedur :
1. Pembuatan reagen Lowry A : Merupakan larutan asam
fosfotungstat-asam fosfomolibdat dengan perbandingan (1 : 1)
2. Pembuatan reagen Lowry B : Campurkan 2% natrium karbonat
dalam 100 ml natrium hidroksida 0,1N. Tambahkan ke dalam
larutan tersebut 1 ml tembaga (II) sulfat 1% dan 1 ml kalium
natrium tartrat 2%.
Penetapan Kadar :
1. Pembuatan kurva baku
Siapkan larutan bovin serum albumin dengan konsentrasi
300 µg/ml (Li). Buat seri konsentrasi dalam tabung reaksi,
Tambahkan ke dalam masing-masing tabung 8 ml reagen
Lowry B dan biarkan selama 10 menit, kemudian tambahkan 1
ml reagen Lowry A. Kocok dan biarkan selama 20 menit. Baca
absorbansinya pada panjang gelombang 600 nm tehadap
blanko.
2. Penyiapan Sampel
Ambil sejumlah tertentu sampel protein yang terlarut misal
albumin, endapkan dahulu dengan penambahan amonium sulfat
kristal (jumlahnya tergantung dari jenis proteinnya, kalau perlu
sampai mendekati kejenuhan amonium sulfat dalam larutan).
Pisahkan protein yang mengendap dengan sentrifus 11.000 rpm
selama 10 menit, pisahkan supernatannya. Presipitat yang
merupakan proteinnya kemudian dilarutkan kembali dengan
dapar asam asetat pH 5 misal sampai 10,0 ml. Ambil volume
tertentu dan lakukan penetapan selanjutnya seperti pada kurva
baku mulai dari penambahan 8 ml reagen Lowry A sampai
seterusnya.
4) Metode Spektrofotometri Visible (Biuret)
Prosedur :
Pembuatan reagen Biuret : Larutkan 150 mg tembaga (II)
sulfat (CuSO) natrium tartrat (KNaC4H4O6. 4H24. 5H2O) dan
kalium dalam 50 ml aquades dalam labu takar 100 ml.
Kemudian tambahkan 30 ml natrium hidroksida 10% sambil
dikocok-kocok, selanjutnya tambahkan aquades sampai garis
tanda.
Pembuatan larutan induk bovin serum albumin (BSA):
Ditimbang 500 mg bovin serum albumin dilarutkan dalam
aquades sampai 10,0 ml sehingga kadar larutan induk 5,0%
(Li).
Penetapan kadar (Metode Biuret) :
1. Pembuatan kurva baku :
Dalam kuvet dimasukkan larutan induk, reagen Biuret
dan aquades misal dengan komposisi sebagai berikut :
Setelah tepat 10 menit serapan dibaca pada λ 550 nm
terhadap blanko yang terdiri dari 800 µL reagen Biuret dan
200 µL aquades.
2. Cara mempersiapkan sampel :
Ambil sejumlah tertentu sampel protein yang terlarut
misal albumin, endapkan dahulu dengan penambahan
amonium sulfat kristal (jumlahnya tergantung dari jenis
proteinnya, kalau perlu sampai mendekati kejenuhan
amonium sulfat dalam larutan). Pisahkan protein yang
mengendap dengan sentrifus 11.000 rpm selama 10 menit,
pisahkan supernatannya. Presipitat yang merupakan
proteinnya kemudian dilarutkan kembali dengan dapar
asam asetat pH 5 misal sampai 10,0 ml. Ambil sejumlah µL
larutan tersebut secara kuantitatif kemudian tambahkan
reagen Biuret dan jika perlu tambah dengan dapar asetat pH
5 untuk pengukuran kuantitatif. Setelah 10 menit dari
penambahan reagen Biuret, baca absorbansinya pada
panjang gelombang 550 nm terhadap blanko yang berisi
reagen Biuret dan dapar asetat pH 5. Perhatikan adanya
faktor pengenceran dan absorban sampel sedapat mungkin
harus masuk dalam kisaran absorban kurva baku
5) Metode Spektrofotometri UV
Asam amino penyusun protein diantaranya
adalah triptofan, tirosin dan fenilalanin yang
mempunyai gugus aromatik. Triptofan mempunyai
absorbsi maksimum pada 280 nm, sedang untuk tirosin
mempunyai absorbsi maksimum pada 278 nm.
Fenilalanin menyerap sinar kurang kuat dan pada
panjang gelombang lebih pendek. Absorpsi sinar pada
280 nm dapat digunakan untuk estimasi konsentrasi
protein dalam larutan. Supaya hasilnya lebih teliti perlu
dikoreksi kemungkinan adanya asam nukleat dengan
pengukuran absorpsi pada 260 nm. Pengukuran pada
260 nm untuk melihat kemungkinan kontaminasi oleh
asam nukleat. Rasio
absorpsi 280/260 menentukan faktor koreksi
yang ada dalam suatu tabel.
Kadar protein mg/ml = A
Alat Spektrofotometer
b. Analisa kualitatif
1. Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-
hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi
endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila
dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti
benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi ini
positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin
dan triptofan.
2. Reaksi Hopkins-Cole
Larutan protein yang mengandung triptofan dapat
direaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang
mengandung asam glioksilat. Pereaksi ini dibuat dari asam
oksalat dengan serbuk magnesium dalam air. Setelah
dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat
dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di
bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi
cincin ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut.
3. Reaksi Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri
nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan
pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih
yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada
dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena
terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil
yang berwarna.
4. Reaksi Natriumnitroprusida
Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak akan
menghasilkan warna merah dengan protein yang
mempunyai gugus –SH bebas. Jadi protein yang
mengandung sistein dapat memberikan hasil positif.
5. Reaksi Sakaguchi
Pereaksi yang digunakan ialah naftol dan
natriumhipobromit. Pada dasarnya reaksi ini memberikan
hasil positif apabila ada gugus guanidin. Jadi arginin atau
protein yang mengandung arginin dapat menghasilkan
warna merah.
6. Metode Biuret
Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH
kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji ini untuk
menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang mengandung
gugus amida asam yang berada bersama gugus amida yang
lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai
dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet.
Q. Sintesis Protein
Tumbuh-tumbuhan dan hewan dapat mensintesis protein, yaitu
tumbuh-tumbuhan dari nitrogen yang tersedia di tanah, sedangkan hewan dari
asam amino yang diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan hewan. Hewan dapat mensintesis beberapa macam asam amino dari
nitrogen yang berasal dari makanan. Metabolisme pada hewan, aksresi dan
kematian akhirnya mengembalikan nitrogen ke tanah secara berkelanjutan
beberapa siklus nitrogen.
Sintesis protein disebut juga biosintesis protein. Sintesis protein adalah
proses pembentukan partikel protein dalam bahasan biologi molekuler yang
didalamnya melibatkan sintesis RNA yang dipengaruhi oleh DNA. Dalam
proses sintesis protein, molekul DNA adalah sumber pengkodean asam amino
yang menyusun protein tetapi tidak telibat secara langsung prosesnya.
Molekul DNA pada suatu sel ditranskripsi menjadi molekul RNA.
Molekul RNA inilah yang ditranslasi menjadi asam amino dalam proses
pembentukan protein dikenal dengan istilah Dogma Sentral Biolgi yang
dijabarkan dengan rangkaian proes DNA membuat DNA dan RNA, RNA
membuat protein, yang dinyatakan dalam persamaan DNA → RNA →
Protein. Sperti kabanyakan dogma, terdapat pengecualian pada proses
pembentukan protein berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan setelahnya,
sehingga dogma ini akhirnya disebut srbagai aturan.
Sintesis protein meliputi pembentukan rantai panjang asam amino
yang dinamakan rantai peptida. Ikatan kimia yang mengaitkan dua asam
amino satu sama lain dinamakan ikatan peptida. Ikatan ini terjadi karena satu
hidrogen (H) dari gugus asam amino bersatu dengan hidroksil (OH) dari
gugus karboksil asam amino lain. Proses ini menghasilkan satu molekul air,
sedangkan CO dan NH yang tersisa akan membentuk ikatan peptida.
Sebaliknya, ikatan peptida ini dapat dipecah menjadi asam amino oleh asam
atau enzim pencernaan dengan pembahasan satu molekul air. Proses ini
dinamakan hidrolisis
Bila dua asam amino saling terikat dalam bentuk ikatan peptida
dinamakan dipeptida, bila tiga asam amino tripeptida, dan bila lebih banyak
lagi asam amino dinamakan polipeptida. Suatu molekul protein terdiri atas
satu atau lebih rantai polipeptida, tiap polipeptida terdiri atas kurang lebih dua
puluh hingga beberapa ratus asam amino.
1. Replika DNA