Anda di halaman 1dari 58

MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.

2019

hal…21
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

MAJALAH LOPO SMPK SAN DANIEL OEPOLI


Diterbitkan Oleh Kelompok
Menulis SMPK SAN DANIEL Daftar Isi
OEPOLI. Terbit Sejak November Salam Redaksi
2019. Terbit setiap bulan. Nama Lopo
Pengurus Majalah menerima Laporan Utama
tulisan dari para Guru, Siswa,
Alumni dan Masyarakat umum. Tajuk
Menerima juga Iklan layanan Pendidikan
masyarakat dan iklan usaha dari Opini
masyarakat guna mendukung
penerbitan Majalah ini setiap
Sekolah Kita
Kisah Alumni
bulan. Cerpen
STAF REDAKSI Puisi
MAJALAH LOPO: Karikatur
Pelindung: Rm. Januario
Gonzaga, Pr
Berita
Pembina: Bernardus T. Banafanu Kronik Sekolah
Pemimpin Redaksi: Dionisius Ulasan
Asuat
Redaktur Pelaksana: Nonci
Pengetahuan Umum
Mata Tangnga Reporter: Jekson Iklan
Seffi, Wisnu Kameo, Bonfilio Kuil, Tahan Tawa Kuis Tebak
Rian Obe, Yosmen Baitani, Lusiani
Eko, Abdi Raga Djo Rake, Ita Tema Majalah Untuk Edisi
Neno, Ireni Bria, Delila Tikan, Berikut:
Deby Julie Padji, Verena Lopiz, Bulan Desember:
Florensi Satab, Don Efi, Windie Pendidikan dan Kelahiran
Tikan, Leoni Kuil, Ludgardis Eko Juru Selamat
dan Eduardus Sabneno. Bulan Januari 2020:
Editor: Frater Apolonius W.P. Pendidikan dan Situasi di
Dora Perbatasan
Layouter: Jildo R. Tecan Kami juga menerima tulisan,
Pemasaran: Ani, Sari, Melki, karikatur/gambar, foto dari Alumni
Hesty, Pedro, Ena, Paschal, Nona, ataupun warga yang mau menuangkan
Pasquela, Getriana, Yudith Kenat ide dan gagasan dalam Majalah Lopo.
dan Agnes Tobe. Panjang tulisan 2 halaman, kertas A4.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

SALAM REDAKSI

Hallo, apa kabar semuanya? Kami berharap semoga


Anda baik-baik saja. Telah cukup lama teman-teman, kurang
lebih dua tahun yang lalu muncul ide membuat sebuah
Majalah atau katakanlah sumber informasi yang sederhana
untuk Bapak dan Ibu Guru serta Siswa-siswi di SMPK San
Daniel. Waktu itu idenya biasa-biasa saja. Di Oepoli, khususnya
di sekolah ini kita semu saksikn masih kurang sarana
informasi dan komunikasi, terutama buku, surat kabar dan
televisi apalagi internet. Kita tahu kalau kemajuan di kota
ataupun di pinggir perkotaan untuk saat ini ‘memaksa’ setiap
guru dan siswa untuk punya banyak bahan buku dan bisa
mengakses internet setiap saat. Itu tuntutan. Mau tidak mau.
Kalau ingin maju.
Selain itu, guru-guru juga diminta untuk bisa menulis.
Membuat RPP, Silabus dan perangkat guru yang lain, itu
semua diawali dengan menulis. Memang tersebar banyak
informasi dari internet yang bisa dicopy-paste. Namun sangat
berisiko kalau ketahuan menyalin dari internet tanpa
menyertakan keterangan. Selain berisiko, menyalin dari
internet itu juga menunjukkan sejauh mana kemampuan
seorang guru. Maka itu, guru perlu berlatih menulis. Menulis
apa saja yang bisa membantu menambah kosakata dan cara
berpikir logis. Itu semua memang harus diawali dari menulis.
Bagi siswa-siswi di sekolah menengah pertama
memang belum cukup terasa manfaat menulis. Namun ketika
sudah berada pada tingkat menengah atas, bahkan hampir
semua mata pelajaran memiliki tugas yang dibuat sendiri
dengan menulis atau mengetik. Itu semua memang harus
dimulai dari menulis.
Nah, sebelum seseorang bisa menulis dengan baik apa
yang dipikirkannya, pertama-tama harus banyak membaca.
Tidak saja membaca buku pelajaran. Buku-buku umum
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

lainnya juga sangat membantu menambah wawasan dan


memperluas ide dalam tulisan. Jika guru dan siswa sudah
memiliki banyak wawasan yang diperoleh dari membaca
maka tinggal saja membiasakan diri untuk menulis.
Oleh sebab itulah, Majalah sekolah ini lahir dan perlu
diterbitkan. Ini terbitan pertama yang dikhususkan untuk para
guru dan siswa. Selanjutnya akan diedarkan juga untuk
alumni, orang tua dan masyarakat luas. Melalui media Majalah
ini diharapkan, Bapak dan Ibu Guru serta para Siswa bisa
menuangkan ide dan gagasannya tentang pendidikan dalam
bentuk tulisan. Dalam Majalah ini disediakan berbagai rubrik
atau ruang yang bisa digunakan untuk memilih dan menulis
jenis tulisan masing-masing. Ada rubrik Laporan Utama, Tajuk,
Opini, Cerita Pendek, Puisi, Pantun, Karikatur/Komik, Humor,
Profil (Guru, Siswa, Alumni dan tokoh pendidikan), Berita
Kelas, Berita Sekolah dan masih banyak karya tulis lainnya
yang bisa dipublikasikan di Majalah ini.
Majalah Sekolah ini dibedakan dari Majalah pada
umumnya karena lebih sederhana dalam setiap terbitan.
Majalah Sekolah diterbitkan rutin setiap bulan dan diorganisir
oleh kelompok menulis di Taman Baca Lopo Bambu. Tulisan
dari penulis dikirim paling terakhir pada tanggal 20 setiap
bulan untuk terbitan bulan depannya.
Sebelum menutup Salam Redaksi, kami akan menyapa para
pembaca dengan sebutan Sahabat Lopo. Nama Lopo adalah
nama untuk Majalah Sekolah kita. Maksud dan arti nama ini
akan dibahas pada bagian berikut. Itu saja Sahabat Lopo yang
budiman. Terimakasih sudah berlangganan dan membaca
Majalah Sekolah ini.

SELAMAT MEMBACA
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

TENTANG NAMA
LOPO
“LOPO”
Hampir semua kita pasti
tahu apa itu Lopo. Lebih khusus
untuk semua orang NTT, lebih
khusus lagi orang-orang dari suku
Timor. Di beberapa tempat masih
kita jumpai Lopo di depan rumah.
Beberapa lainnya masih mengenal
Lopo namun tidak lagi membangunnya di halaman rumah.
Namun jika kita berkeliling pulau Timor, kebanyakan rumah
masih memiliki Lopo. Tahun persis sebuah Lopo ditemukan
atau didirikan, tidak disebutkan pasti dalam tuturan para
orang tua dan juga dalam buku. Akan tetapi jika dilihat dari
fungsinya maka kita sadar bahwa Lopo itu diciptakan
bersamaan dengan terbentuknya sistem kehidupan bersama
di dalam masyarakat pada masa lalu. Lopo memiliki fungsi
ganda, sebagai tempat penyimpanan hasil kebun (padi dan
jagung) sekaligus tempat warga serta keluarga bertukar
pikiran. Bangunan ini sangat efektif sebagai tempat berteduh
dari sengatan terik matahari. Lopo merupakan warisan nenek
moyang kita.
Fungsi Lopo tidak hanya itu. Bangunan ini juga menjadi
tempat bagi warga membahas setiap persoalan yang dihadapi.
Misalnya jika ada gotong-royong di desa biasanya warga
berkumpul dulu di Lopo untuk membahasnya. Atau saat ada
upacara adat, segala persiapan dirembuk bersama di Lopo.
Setiap rumah pasti memiliki Lopo di halaman bagian depan.
Empat tiang kokoh menopang atap kerucut dari daun alang-
alang. Seiring perkembangannya, alang-alang diganti dengan
seng. Tapi fungsinya tak pernah berubah. Sekelompok orang
memakai sarung adat duduk berhadapan di bangku kayu di
rumah panggung Lopo. Mereka membahas tata cara
menyimpan makanan pada lumbung. Pangan yang disimpan
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

dalam lumbung itu merupakan persediaan terakhir pada


puncak musim kemarau bagi masyarakat. Musyawarah adat di
Lopo juga menjadi proses awal dari semua kegiatan di desa.
Lopo juga bermakna lumbung karena dalam tata hidup orang
Timor, setiap jenis pangan disimpan di Lopo.
Sampai di sini kita temukan dua fungsi utama Lopo.
Tempat menyimpan hasil panen dan tempat bertukar pikiran.
Dua fungsi ini rasanya cukup mewakili maksud pemberian
nama Lopo untuk Majalah Sekolah kita. Memang masih ada
banyak fungsi teknis lainnya, tetapi tidak kita bahas untuk
edisi ini. Dengan dua fungsi Lopo tersebut maka Majalah
Sekolah kita juga memiliki fungsi yang semirip.
Majalah Lopo adalah lumbung untuk menyimpan
semua hasil karya guru, siswa, alumni atau penulis lainnya
dalam bentuk tulisan. Mengapa perlu disimpan? Tentu saja
setiap penulis yang sudah belajar dari banyak buku yang
dibaca atau dari banyak gagasan yang diperoleh di sekolah
dan di masyarakat tidak boleh dibuang begitu saja. Ide-ide
baik tersebut merupakan hasil panen dari proses belajar pada
tahun-tahun yang telah lalu. Ide-ide baik itu perlu diketahui
juga oleh generasi mendatang. Maka pantaslah Majalah Lopo
menyimpan semuanya bukan sekadar untuk jadi kenangan
tetapi untuk jadi sumber inspirasi bagi siapa saja yang lahir
kemudian.
Selain itu, tulisan-tulisan di dalam Majalah Lopo juga
akan menghadirkan berbagai tafsiran, diskusi dan gagasan
baru dari pembaca. Maka fungsi Majalah Lopo adalah
melahirkan lagi tulisan baru, entah itu untuk mendukung
ataupun untuk menggugat. Tidak masalah. Selagi tulisan itu
bertujuan untuk mencari kejernihan berpikir tetap akan
bermanfaat selagi kita berada pada jalur ini, belajar.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

LAPORAN UTAMA
NADIEM MAKARIM JADI MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBBUDAYAAN

Nadiem Makarim resmi menjadi Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
di Kabinet Indonesia Maju. Ia dilantik oleh
Presiden Joko Widodo di Istana Negara,
Rabu (23/10/2019). Nadiem Makarim
menggantikan Muhadjir Effendi yang
sebelumnya menjabat sebagai Mendikbud.
Nadiem merupakan salah satu pengusaha
muda sukses di Indonesia. Popularitasnya
kian meningkat seiring kesuksesan perusahaan ride-hailing
yang didirikannya pada 2010, Gojek.
CEO Gojek tersebut lahir pada 4 April 1984 di
Singapura dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika
Algadri. Dikutip dari berbagai sumber, pria yang meraih gelar
MBA dari Harvard University ini memulai karir di McKinsey &
Company di Jakarta. Setelah itu, ia berlabuh di e-commerce
Zalora dari 2011-2012. Nadiem kemudian memutuskan
meninggalkam Zalora untuk fokus membangun Gojek.
Setelah meninggalkan Zalora, dan sambil
mengembangkan Gojek, Nadiem bekerja sebagai Chief
Innovation Officer di Kartuku sampai 2014. Hingga akhirnya
benar-benar fokus mengembangkan Gojek, dan kini berhasil
menjadi salah satu startup besar di Indonesia dan Asia
Tenggara. Nadiem Makarim tidak pernah mengira bisnis
transportasi yang dibangunnya mampu sebesar saat ini.
Perusahaan sudah memperluas bisnisnya ke luar Indonesia,
termasuk Vietnam, Singapura, dan Thailand.
"Saya rasa banyak orang-orang yang dulu tidak percaya bahwa
ojek bisa se-profesional sekarang dan juga terpercaya saat ini.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

Hal ini cukup membuat saya frustrasi, karena saya juga harus
mengetahui secara persis pengendara ojek di Indonesia.
Dengan mengetahui mereka secara personal, saya segera
sadar bahhwa sektor ini benar-benar sungguh bernilai,"
ungkap Nadiem beberapa waktu lalu.
Gojek merupakan salah satu platform on-demand sukses di
Asia Tenggara. Perusahaan tersebut didirikan awalnya sebagai
sebuah call center untuk menghubungkan konsumen dengan
kurir pengiriman dan layanan ojek.
Kemudian, Gojek hadir dalam bentuk aplikasi pada 2015
dengan tiga layanan yaitu GoRide, GoCar, dan GoMart. Hingga
akhirnya, Gojek bertransformasi menjadi "Super App" dengan
lebih dari 20 layanan. Beberapa layanan barunya adalah
GoTix, GoPlay, GoBox, dan GoGames. Suntikan dana untuk
Gojek terus mengalir, termasuk dari raksasa internet dunia
yakni Google. Perusahaan besar Tanah Air pun melirik Gojek,
termasuk Group Djarum dan Astra, dengan menjadi investor
pada tahun lalu.
Gojek saat ini merupakan salah satu startup decacorn di dunia,
dan merupakan yang pertama di Indonesia. Gojek menjadi
decacorn pada awal tahun ini. Decacorn merupakan istilah
untuk startup dengan valuasi atau nilai sedikitnya USD 10
miliar. Selain Indonesia, layanan Gojek juga telah tersedia di
Vietnam, Singapura, dan Thailand. Ekspansi ke wilayah Asia
Tenggara ini dimulai sejak tahun lalu. Perusahaan juga tengah
berusaha memasuki pasar Malaysia, meski beberapa waktu
lalu menghadapi penolakan dari perusahaan transportasi
setempat.
(Dikutip dari Sumber Kemendikbud, Pelantikan Menteri)

PAK Menteri Selamat bekerja di usia


yang masih sangat muda, 35 tahun.
Salam Semangat !!!
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

TAJUK PENDIDIKAN
GERAKAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK)

Penguatan pendidikan karakter


atau PKK adalah program di
sekolah untuk memperkuat
karakter siswa melalui
harmonisasi olah hati (etik dan
spritual), olah rasa (estetik) dan
olah pikir (literasi dan numerisasi)
dan olah raga (kinestetik) yang sesuai dengan falsafah
pancasila.
Penguatan pendidikan karakter merupakan solusi
untuk menyiapkan “Generasi Emas 2045” yang memiliki
kecakapan abad 21, dengan menempatkan kembali karakter
sebagai roh pendidikan di Indonesia, berdampingan dengan
intelektualitas, PPK berperan dalam pembentukan generasi
muda yang tangguh cerdas dan berkarakter.
Lima nilai karakter utama dalam penguatan pendidikan
karakter
Lima nilai karakter utama dalam penguatan pendidikan
karakter kepada siswa diantaranya; religius, nasionalis,
mandiri, gotong-royong dan integritas. Karakter yang kuat
membentuk individu menjadi pelaku perubahan bagi diri
sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Bagaimana penerapan konsep program Penguatan
Pendidikan Karakter?
Model PPK tidak mengharuskan siswa untuk terus menerus
belajar di kelas. Namun mendorong agar siswa dapat
menumbuh kembangkan karakter positifnya melalui berbagai
kegiatan ko-kurikuler, ekstrakurikuler dalam pembinaan guru.
Perlu dipahami, bahwa pendidikan karakter sudah
dilaksanakan di seluruh persekolahan. Namun, perlu
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

dilakukan upaya terobosan agar pendidikan karakter ini bisa


dilaksanakan secara konsisten oleh sekolah dan memberikan
dampak yang nyata.
Seberapa penting pendidikan karakter dan kepribadian
bagi anak?
Pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting di
dalam membentuk kepribadian anak. Selain di rumah,
pendidikan karakter juga perlu diterapkan di sekolah dan
lingkungan sosial. Pada hakekatnya, pendidikan memiliki
tujuan untuk membantu manusia menjadi cerdas dan tumbuh
menjadi insan yang baik. Dalam rangka mempersiapkan
Generasi Emas 2045, pemerintah menguatkan karakter
generasi muda agar memiliki keunggulan dalam persaingan
global abad 21. Selain lima nilai utama karakter, melalui PPK,
pemerintah mendorong peningkatan literasi dasar,
kompetensi berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan
kolaborasi generasi muda.
Adakah sekolah percontohan penerapan program PPK?
Di tahun 2016 sebanyak 542 sekolah (SD dan SMP) telah
tergabung menjadi sekolah percontohan penerapan program
Penguatan Pendidikan Karakter. Sekolah-sekolah tersebut
merupakan sekolah yang telah menerapkan berbagai praktik
baik pendidikan karakter sehingga diharapkan mampu
menjadi contoh/teladan dan menularkan "virus kebaikan"
dalam penerapan PPK di sekitarnya. Sekolah-sekolah yang
dipilih juga ditentukan berdasarkan keterwakilan provinsi,
kondisi geografis, maupun status sekolah negeri dan swasta.
Apakah program PPK wajib diterapkan oleh seluruh
sekolah?
Penguatan Pendidikan Karakter akan dilaksanakan secara
bertahap dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
masing-masing sekolah. Program PPK diharapkan dapat
mendorong kualitas pendidikan yang merata di seluruh
Indonesia. Setiap sekolah, baik negeri maupun swasta,
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

memiliki hak yang sama untuk menerapkan program yang


merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental di
bidang pendidikan ini.
Bagaimana tugas dan peran guru serta kepala sekolah
dalam implementasi PPK?
Guru dapat mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam
pembelajaran di kelas dan mampu mengelola manajemen
kelas. Kepala Sekolah dapat mendesain budaya sekolah yang
menjadi ciri khas dan keunggulan sekolah tersebut. Lalu,
Sekolah mampu mendesain pelibatan publik guna
meningkatkan peran orang tua dan masyarakat.
Bagaimana proses implementasi program PPK?
Implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter akan
dilaksanakan secara bertahap. Di tahun 2017, Kemendikbud
menargetkan sebanyak 1.626 sekolah akan menjadi target
rintisan PPK, yang akan memberikan dampak pada sekitar
9.830 sekolah di sekitarnya. Hingga tahun 2020, target
implementasi penuh PPK diharapkan dapat terwujud. Tentu,
implementasi PPK menyesuaikan dengan kapasitas dan
kemampuan sekolah. Diharapkan, keberhasilan satuan
pendidikan yang menjalankan PPK dapat menjadi
teladan/inspirasi bagi seluruh satuan pendidikan lainnya.

(Disalin dari tulisan Andina Librianty di Liputan 6.com Jakarta)


MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

OPINI
MENAKAR KEPANTASAN SISWA DITAHAN KELAS
(Penulis : Simon Lao Seffi – Alumni SMPK San Daniel)
Guru di SMAN 2 Fatuleu Barat, Kab. Kupang, NTT

Setiap akhir tahun pelajaran tentu akan


diadakan evaluasi. Laporan hasil belajar yang
berisi capaian nilai kognitif, ketrampilan, dan
catatan sikap tiap siswa dibagikan. Naik kelas
atau tidak adalah hasil belajarnya selama
setahun. Bisa jadi, libur panjang datang, ada yang kecewa da
nada yang tertawa gembira.
Sedikitnya, tulisan ini menjadi semacam refleksi yang
bermaksud ikut ambil bagian dalam perasaan beberapa anak
bangsa yang mungkin saja tidak naik kelas. Setidaknya,
refleksi ini kemudian dipaketkan dengan aksi yang terukur
dalam menawarkan perubahan atas praksis yang mungkin
saja belum optimal, atau juga perubahan atas praksis yang
mungkin saja bersandar pada cara pandang yang cenderung
tak utuh, terhadap keberadaan tiap pribadi anak bangsa yang
sesungguhnya merupakan sesama kita yang unik dan sama
berharga di hadapan Sang Kuasa, meski 'sangat bodoh dalam
kaca mata kita yang masih kabur.
Dalam penentuan kenaikan kelas, tak jarang, muncul
perdebatan panjang antar pemangku sekolah mengenai 'nasib
banyak anak bangsa yang, kadang kadang, dianggap
bermasalah. Siswa yang banyak bolos dan absen, malas
mengerjakan tugas, pembangkang, capaian nilai pada
beberapa mata pelajaran tidak memenuhi kriteria ketuntasan
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

minimal (KKM), dan sejenisnya, mendapat tempat penting


dalam perdebatan itu. Bukan rahasia, sebagian guru kemudian
menginginkan semacam 'penyelamatan agar tak ada yang
tertahan kelas. Sebaliknya, sebagian yang lain kukuh
mempertahankan keputusan penahanan yang katanya
penilaiannya lahir dari sebuah proses panjang yang tentu saja
terlalu terhormat untuk dimentahkan.
Hemat penulis, dalam penentuan hasil belajar siswa,
sebelum terjebak dalam perdebatan pada hal hal yang
menjadi alasan siswa ditahan kelas, setidaknya, beberapa hal
berikut mesti dipertimbangkan oleh setiap guru yang punya
kuasa atas 'nasib banyak anak bangsa di kelasnya. Pertama,
banyak sekolah kita yang kondisinya masih jauh dari ideal
sesuai standar minimal yang ditetapkan pemangku
kepentingan (secara Nasional, ada delapan standar). Hal yang
paling kentara, belum memadainya sarana dan prasarana
(sarpras) pendukung pembelajaran di banyak sekolah
menjadikan pembelajaran tidak berlangsung optimal. Warga
sekolah tidak hanya susah mengakses konten materi belajar
sesuai minat dan bakatnya. Lebih dari itu, praksis
pembelajaran yang kontennya melibatkan banyak moda
(multimodal text) masih jadi barang mahal. Literasi yang
sudah menjadi gerakan nasional selama dua tahun terakhir
saja masih setengah hati diintegrasikan dalam praksis
pembelajaran di banyak satuan pendidikan akibat minimnya
buku bacaan pendudukung. Belum lagi pengadaan sarpras
(buku buku penunjang pembelajaran hingga bacaan fiksi dan
karya sastra, alat peraga, bangunan, dsb) menggunakan
berbagai sumber anggaran juga ikut ditunggangi kepentingan
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

sempit yang menjadikan sekolah sebagai lahan basah untuk


bermain lumpur.
Kedua, setiap siswa yang menyerahkan dirinya pada
sekolah datang dengan latar intelektual yang beragam. Mereka
unik. Sedikitnya, sesuai pandangan Howard Gardner, setiap
individu memiliki banyak jenis kecerdasan (multiple
intelligence) antara lain; kecerdasan linguistik, kecerdasan
matematis logis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan
musikal, kecerdasan kinestesis, kecerdasan interpersonal,
kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan
kecerdasan eksistensial (lihat Munif Chatib, dalam
orangtuanya manusia). Menurut Gardner, setiap siswa
memiliki kecerdasan yang jamak dengan kadar yang beragam
pada masing masing jenis kecerdasan yang dimilikinya.
Karena itu, kemampuan kognitif dan minat siswa terhadap
berbagai mata pelajaran tentu berbeda antar individu.
Ketiga, tiap anak bangsa yang bersekolah memiliki
gaya belajarnya sendiri. Masing masing memiliki caranya
sendiri untuk melakukan kegiatan berpikir, mengolah, dan
memahami informasi yang disampaikan. Dalam Genius
Learning Strategy, mengutip Rita dan Ken Dunn dari St. Johns
University, New York, Adi. W. gunawan menyampaikan bahwa
gaya belajar tiap individu merupakan kombinasi dari
ingkungan (suara, cahaya, temperature, desain), Emosi
(motivasi, keuletan, tanggung jawab, struktur), sosiologi
(sendiri, berpasangan, kelompok, tim, dewasa, bervariasi),
fisik (cara pandang, pemasukan, waktu, mobilitas), dan
Psikologis (global/analitis, otak kiri otak kanan,
impulsive/reflektif). Karena itu, gaya belajar yang berbeda
antar tiap siswa mesti diakomodasi guru dengan pendekatan
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

yang tepat. Pendekatan yang bisa digunakan antara lain


pendekatan yang didasarkan pada preferensi sensori tiap
anak, yang membedakan kecenderungan gaya belajar tiap
individu pada tipe pebelajar audiotori, visual, dan pebelajar
tipe kinestetik. Lebih lanjut, Gunawan menyatakan bahwa
terdapat 29 % pebelajar tipe Visual, 34 % tipe Audiotori, dan
37 % pebelajar tipe kinestetik. Beberapa penelitian
mengonfirmasi bahwa Siswa yang gaya belajarnya cenderung
pada tipe Audiotori dan Visual dapat mengikuti pembelajaran
yang disajikan dalam moda apapun. Sebaliknya, pebelajar
kinestetik tak akan berhasil mengikuti pembelajaran yang
tidak sesuai dengan gaya belajarnya.
Bersandar pada pertimbangan di atas, mau tak mau,
mesti ada semacam keberanian untuk berkompromi dengan
capaian belajar anak bangsa yang dianggap pantas ditahan
kelas jika saja capaian nilai kognisinya tidak mencapai KKM
yang ditentukan. Hemat penulis, dari sisi kognitif, mestinya
bisa diatur agar tidak ada siswa yang tidak tuntas pada tiap
mata pelajaran. Maksudnya, secara teknis, sekolah harus
berani menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada
angka yang ideal didasarkan pada rerata penilaian
kemampuan kognitif siswa yang dipadukan dengan
pertimbangan terhadap kemudahan akses pada referensi
belajar multimoda dan tingkat kesulitan materi yang akan
diajarkan dari sisi siswa. Sebagai contoh, indeks pada aspek
tingkat kesulitan materi tidak harus tinggi meskipun hasil
analisis menunjukkan bahwa konten materi berada pada level
kognitif yang rendah sesuai taxonomi level kognitif yang
dikembangkan Bloom (maupun yang disempurnakan oleh
Anderson), dan pengetahuan yang dipelajari belum mencapai
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

dimensi metakognisi, andai rerata angka yang menunjukkan


modal pengetahuan prasyarat yang dimiliki siswa tidak
mendukung.
Dengan kompromi yang demikian, tidak masalah jika
angka KKM pada sekolah - sekolah pelosok yang kondisi
sarprasnya memprihatinkan berbeda secara ekstrim dengan
satuan pendidikan yang kondisi sarprasnya sudah memadai
bertahun tahun sebelumnya. Wajar saja jika kesenjangan
sosial yang menjajah sekolah juga mempengaruhi perbedaan
ekstrim angka KKM. Juga, menjadi tidak adil jika kemudian ada
sekolah yang kukuh pada alasan ketercapaian KKM, padahal,
angka keramat itu ditentukan tanpa dasar yang jelas dan
minim kemauan untuk menyelami keragaman latar sosial,
budaya, ekonomi, dan intelektual tiap individu yang dididik
olehnya.
Nilai kognisi yang rendah tidak lantas menempatkan
siswa sebagai manusia yang bodoh. Kesenjangan sosial yang
menjajah sekolah menjadikan potensi kecerdasan tertentu
dari banyak anak bangsa yang tidak terjamah akibat
minimnya sarpras pendukung pembelajaran. Banyak dari
mereka yang kemudian terjebak dalam rutinitas bersekolah
yang memenjarakan bakat, kreatifitas, dan jiwanya. Mereka
kemudian dianggap bodoh karena rendahnya nilai kognitif
dari mata pelajaran yang tidak mereka minati. Pilihan sekolah
yang mestinya beragam sesuai dengan minat, bakat, dan
potensi kecerdasan tiap anak bangsa masih jadi barang mahal
dinegeri ini ketika tidak sedikit elit bergelimang uang dan
fasilitas nikmat dari pajak rakyat. Mau tidak mau, mereka
memang harus bersekolah dalam penjara tersebut. Penjara
yang oleh Paulo Freire dalam bukunya, Pendidikan kaum
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

tertindas, juga ada praktik penindasan. Apalagi, tidak susah


menemukan pembelajaran yang antidialogis akibat
keengganan guru mengemas pembelajaran yang kooperatif
dan partisipatif dan mengakomodasi keragaman gaya belajar,
hingga pendekatan pembelajaran gaya bank akibat
kekurangan referensi multimoda dalam praksis bersekolah
kita. Tak jarang, banyak siswa yang kemudian lebih senang
bolos dan absen untuk menghindari pembelajaran dan
berbagai tugasnya karena minat, bakat, dan jiwanya tak
tersentuh. Mereka terpinggir, digusur, bahkan ditindas ketika
praksis pembelajaran menempatkan mereka sebagai yang
bodoh dan layak dihujani ekspresi wajah tak bersahabat,
cacian, umpatan, makian, pukulan, dan hinaan.
Sebab itu, bagi penulis, sungguh tidak adil menahan
siswa naik kelas hanya karena nilai akademiknya tidak
mencapai KKM. Aspek sikap yang seharusnya mendapat
tempat terhormat dalam penentuan kenaikan kelas. Sehingga,
dibutuhkan kolaborasi yang intens dan terukur antara
sekolah, guru, dan orang tua dalam melakukan penilaian
terhadap sikap siswa agar bebas dari sentimen yang
cenderung subyektif. Sudah saatnya membuang ego dan
keengganan sekolah dan guru untuk membangun komunikasi
dan kolaborasi dengan orang tua. Idealnya, setiap guru,
terutama wali kelas, perlu melakukan kunjungan rumah dan
interaksi sosial sejenis pada siswa, terutama siswa yang
dianggap bermasalah. Menghakimi anak yang nakal, tidak
disiplin, malas belajar, sering absen dan bolos, dan masalah
sejenisnya tanpa menyelami latar sosial, budaya, ekonomi, dan
intelektual anak akan menghasilkan keputusan yang
cenderung subyektif dan tidak adil. Apalagi jika juga tidak ada
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

komunikasi dan kolaborasi bersama orang tua selama tahun


pembelajaran.
Hemat penulis, jika aspek afeksi yang dikedepankan
dalam penilaian, sekolah menjadi tempat yang subur untuk
menyemai, menumbuhkan, dan merawat karakter anak
bangsa. Sebab, setiap aktifitas pembelajaran, yang berfokus
pada aspek kognitif sekalipun, menjadi media untuk
membelajarkan dan membiasakan tindakan moral yang baik.
Seperti kata Thomas Lickona dalam Educating For Character,
tampilan sikap yang baik dan bersahabat dalam
memperlakukan siswa adalah pelajaran moral yang paling
pertama. Dengan begitu, perbedaan nilai kognitif tak akan
menggusur siswa yang 'bodoh, apalagi membuat sedih dan
kecewa karena tak naik kelas. Semoga.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

SEKOLAH KITA

LAMBANG DAN ARTI LOGO


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KATOLIK
SAN DANIEL OEPOLI
Keterangan Gambar dan Tulisan:
1. Lingkaran (Lunar) merujuk kepada
pendidikan sebagai sebuah tindakan
holistik dan total dalam
mengembangkan manusia menjadi
lebih manusiawi.
2. Lingkaran Luar (Lunar Extram) merujuk kepada pendidik
atau guru sebagai tokoh yang bertanggung jawab dalam
mengalihkan ilmu dari satu generasi kepada generasi
berikutnya. Guru tidak semata-mata menjadi subjek tetapi
pendidikan sekaligus yang dididik karena dengan tindakan
mendidik, seorang guru serentak belajar.
3. Lingkaran Dalam (Lunar Intram) merujuk kepada siswa
sebagai yang dididik. Keberadaan siswa masih harus terus
diisi dengan ilmu tanpa menjadikan mereka objek dalam
pendidikan. Siswa berperan juga menjadi sumber
pembelajaran bagi guru atau pendidik itu sendiri.
4. Buku Kuning adalah lambang dari Buku/Kitab Kehidupan.
Buku/Kitab yang dimaksudkan pertama-tama merujuk
kepada Kitab Suci sebagai pegangan nilai-nilai kehidupan
orang beriman dan kedua Buku/Kitab merujuk kepada
Buku sebagai sarana belajar guru dan siswa dan sebagai
sumber Ilmu Pengetahuan.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

5. Obor Bernyala adalah symbol dari semangat dan daya


juang dalam tindakan menjadikan manusia lebih
manusiawi. Nyala obor adalah spirit bagi para pendidik
dalam semangat mengajar dan bagi para terdidik dalam
semangat belajar sepanjang hidup.
6. Elaborasi Warna Merah dan Putih adalah refleksi
sekolah yang mana dengan keberadaan letak SMPK San
Daniel di pintu perbatasan Republik Indonesia dan Timor
Leste, harus menjadikan sekolah ini corong yang terus
mengedepankan nilai Pancasila dan terutama menjunjung
tinggi harga diri dan martabat NKRI.
7. Nama SMPK San Daniel Oepoli adalah nama sekolah.
8. Tahun 1990 adalah tahun dimulainya aktivitas belajar
mengajar di sekolah ini. Tahun awal yang dicantumkan ini
serentak mengingatkan seluruh komponen di lingkungan
SMPK San Daniel Oepoli bahwa telah ada sejarah
perjuangan yang cukup melelahkan dan panjang hingga
saat ini. Maka diperlukan sikap melestarikan sekolah,
merawat dan mencintai sekolah ini seturut amanat para
pendahulu terutama pendiri sekolah, Alm. Romo Daniel
Joseph Afoan, Pr.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

KISAH ALUMNI
MENGENANG KISAH BERSAMA ALM. RD. DANIEL J. AFOAN.
Penulis : Romo Sintus Efi, Pr
(Kepala SMA Seminari Sto. Rafael-Oepoi)

Selamat jalan bapak, selamat jalan


sang motivatorku!
Waktu 23 tahun silam Romo
memotivasiku untuk menjadi imam.
Ketika itu Romo adalah Pastor
Parokiku yang pertama. Dan benar
adanya motivasimu itu kini telah jadi
nyata. Saya masih ingat, Romo dulu biasanya bagi manisan
buat kami anak-anak dan pasti saya menerima lebih banyak
karena Romo sudah tahu walau masih kecil kala itu saya
bercita-cita jadi Imam. Terasa memang perhatian khusus
Romo buatku. Sebenarnya bukan karena Romo pilih kasih,
tetapi dengan cara itu Romo hendak meneguhkan benih
panggilan yang kala itu sudah mulai tumbuh.
Kemudian 5 tahun silam Romo rela menjejaki gunung
dan bukit hanya untuk hadir di kampung halamanku dan
berkotbah dalam misa perdanaku. Romo sempat mengatakan
kepada umat di sana, kalau Romo sangat bahagia, karena salah
seorang anak kecil yang Romo motivasi dulu, benar kini telah
menjadi Imam Tuhan dan Gereja. Saking bahagianya Romo
rela menari gong bersama penari lainnya di atas jalan yang
berbatu-batu sepanjang 250m dan di bawah panas terik
matahari yang luar biasa panasnya hanya untuk mengiringi
perarakanku dari Gereja paroki menuju rumah orang tuaku.
Sungguh tampak betapa bahagianya Romo kala itu, tentu
bukan saja karena saya adalah anak asuhan Romo untuk
menjadi Imam, tetapi karena saya adalah Imam pertama dari
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

SMP yang Romo dirikan dengan susah payah, SMPK San Daniel
Oepoli, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang.
Hari ini, Romo pergi untuk selamanya! Saya hanya bisa
meneteskan air mata ketika Romo terbaring kaku di RS Belo,
dan menyampaikan puji syukur Tuhan telah hadirkan seorang
Imam-Mu dalam diri Romo Dan yang begitu mulia. Terima
kasih berlimpah kepadamu, Romo, engkaulah bapakku -
engkaulah motivatorku - engkaulah senior dan sahabatku.
Saya berdoa semoga Romo berbahagia di surga. Doakanlah
kami Romo di hadapan Bapa di Surga. Romo, sedikit waktu
lagi bagi kami untuk melihatmu walau saja sudah terbaring
kaku. Beberapa jam lagi, Romo, wajahmu yang tampak penuh
isyarat senyum itu akan hilang ditelan bumi ini. Selamat jalan
Romo – Selamat jalan Bapak – Selamat jalan Tuan!
Sebelum semuanya berlalu, kutuliskan di sini satu
curahan hati: dua (2) tahun lagi sekolah yang Romo dirikan
dengan susah payah, SMPK San Daniel Oepoli, akan merayakan
pesta PERAK (1990 – 2015). Romo tahu itu dengan baik sekali.
Karena untuk sekolah yang satu ini, Romo telah
mengorbankan segala-galanya, bahkan hingga saat-saat
menjelang usainya waktu Romo di dunia ini. Saya sangat
percaya Romo masih ingat baik bencana besar di tahun 1993.
Sekolah yang beratapkan daun gewang dan berdinding bebak
(bekas gedung SDK Bokos) diterpa banjir bandang,
membuatnya roboh dan segala jenis buku dan bahkan surat-
surat penting termasuk ijazah anak-anakmu hanyut. Saya
masih ingat hari itu adalah hari Selasa (yang kemudian
ternyata itu pula hari kematian Romo). Satu per satu buku dan
surat serta ijazah dipilih kembali untuk kemudian dikeringkan
sebisa mungkin. Romo dan Kepala Sekolah kala itu, Bapak
Cornelis K. Opun berada di Kupang. Sekembalinya dari
Kupang, Romo bersama kami anak-anakmu rela tidur di lantai
rumah pastoran hanya untuk menjaga sambil membereskan
semua yang sudah terbengkalai itu. Lantas, asrama kami di
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

samping rumah pastoran harus ditata untuk dijadikan sekolah


dengan cara disekat menjadi 3 ruang belajar, dan 1 kelasnya
harus bersekolah di rumah Lopo yang ada persis di depan
rumah pastoran.
Romo yang penuh cinta, terkadang ketika malam hari,
setelah kami tahu Romo sudah selesai makan malam, kami
pergi cek kalau kalau ada sisa lauk yang enak buat kami di
asrama, tetapi sayang ternyata Romo pun cuma makan nasi
putih dengan garam dan lauk kesayangan Romo, daun telinga
kucing (itulah sebutan kami kala itu,-entah apa nama
sebenarnya daun itu). Suatu hari Romo pun tahu kebiasaan
kami ini. Romo suruh kami menanam tanaman itu, dan Romo
periksa satu per satu. Romo mengingatkan kami kalau daun
itu terasa enak sekali kalau dimakan bersama garam dan nasi
putih ditambah air putih.
Romo sudah pergi untuk selamanya, padahal masih 2
tahun lagi pesta PERAK SMPK San Daniel Oepoli. Bulan
Oktober lalu, ketika saya berkonsultasi tentang sesuatu urusan
sekolah, Romo ingatkan saya dan bahkan meminta saya untuk
menjadi koordinator alumni di kota Kupang dan sekitarnya
dalam rangka perayaan perak itu. Banyak hal yang Romo
sampaikan. Bahkan Romo sempat bernostalgia tentang masa
lalu yang indah walau susah-sulit, sehingga tak terasa waktu
konsultasi saya menjadi hampir 2 jam di ruangan Romo.
Romo yang berhati mulia, 2 tahun lagi kami akan
rayakan pesta itu tanpa Romo. Tapi kami sangat percaya,
Romo pun turut bahagia disaat itu walau di alam dunia lain.
Saya berjanji akan melaksanakan apa yang Romo sampaikan
pada saya itu. ROMO, KAMI MEMANG SEDIH, TETAPI KAMI
HARUS BAHAGIA. Bagaikan lilin yang terbakar habis dan mati,
demikian Romo dan pengabdian Romo sudah “terbakar” habis.
Terima kasih atas hati tulus dan suci Romo! Kami tak bisa
membalasnya, hanya berdoa semoga Romo berkenan di
hadapan Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus di Surga mulia!
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

Doa San Daniel (Doa Wajib Setiap Pagi)


Doa Dalam Bahasa Inggris (Setiap hari Selasa dan Jumat)
God, our Father who is in heaven, we thank You for this new
day. We are grateful for being able to arrive at school safely.
Give us a living faith, strong hopes and sincere love.
Guide our teachers with the light of Your love so that they
always patiently and diligently teach us knowledge. Help us
with Your Holy Spirit so that we are able to receive the
knowledge given by our Mr. and Mrs. Teachers who will
become our future provisions.
Bless all the caretakers and founders of the school who passed
away. Bless our family and everyone we will meet today. Bless
also they who put love for us in this school. May the example of
the Blessed Virgin Mary in faithfulness to You and her concern
for others be the spirit of our lives today. This is all we ask for
through Christ, our Lord.

Doa dalam Bahasa Indonesia (Senin, Rabu, Kamis dan


Sabtu)
Allah, Bapa kami yang ada di dalam surga, kami berterima kasih
kepada-Mu karena hari yang baru ini. Kami bersyukur karena
boleh tiba di sekolah dengan selamat. Berilah kami iman yang
hidup, harapan yang kuat dan cinta yang ikhlas.
Bimbinglah para guru kami dengan terang KasihMu agar selalu
dengan sabar dan tekun mengajarkan ilmu kepada kami.
Bantulah kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami sanggup
menerima ilmu yang diberikan Bapak dan Ibu Guru yang akan
menjadi bekal masa depan kami.
Berkatilah semua penjasa dan pendiri sekolah yang sudah
meninggal dunia. Berkatilah keluarga kami dan semua orang
yang akan kami jumpai hari ini. Berkatilah pula para donatur
yang menaruh kasih kepada kami di sekolah ini. Semoga
teladan Santa Perawan Maria dalam kesetiaan kepada-Mu dan
keprihatinannya terhadap sesama menjadi semangat hidup
kami pada hari ini. Ini semua kami mohon dengan
pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

CERPEN

PEDANG BERDARAH MEO NAKAF


(Cerita Pendek Oleh Romo Januario Gonzaga)
Musim berkebun tahun 1948 ayah
dipaksa turun gunung oleh pasukan
berkuda suruhan penguasa pribumi
suku Loitas Aomanas. Ayah dibawa
untuk diadili karena ia menyebarkan
agama Katolik di sekitar wilayah
kefetoran Honuk*, wilayah Swapraja
dari Amfoang Utara. Kebun kecilnya
tidak seberapa luas. Hanya sebuah
pondok beratap alang-alang dan berlantai tanah serta
berdinding pelepah pinang. Ibu masih menggendong adik
bungsu saya, Yasinta, saat orang-orang itu dengan paksa
menaikkan ayah ke atas kuda yang hampir setinggi loteng
rumah.
“Sonbai Taek, sudah tiga kali nama Anda disebut-sebut
sebagai utusan pekabaran Injil di Mamlasi. Dan sudah tiga kali
pula saya melihat asap membubung naik dan darah
berlumuran di jalan-jalan setapak seberang Timur?” sang Fetor
bertitah dari kursi kebesarannya setelah ayah diseret ke
depan raja. “Hormat dan Salam Baginda Laazar Kameo. Hamba
rakyat jelata. Hamba orang berdosa” sahut ayah lemah.
“Sebagai pemimpinmu saya adalah tuan dan sebagai manusia
saya ingin tahu siapa Tuhanmu yang kauwartakan” tanya Sang
Fetor menyelidiki.
“Hamba dibaptis Katolik. Nama hamba Antonius Sene”
jawab ayah tegas sambil matanya tajam menatap ke arah Fetor
dengan kepala terangkat. Sejenak Sang Fetor mengitari ayah
dengan wajah termangu-mangu. “Apakah benar tuduhan
warga suku Loitas Aomanas atas perbuatanmu mengkatolikkan
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

jemaat yang sudah menganut agama


Protestan?” titah Sang Fetor dari kursi
kebesaran. “Di kebun Hamba yang sempit
hanya ada 12 tungku dan 12 mata air. Hamba
tidak pernah menambah atau mengurangi
satu titik pun di tengah kebun. Hamba dan 12
suku datang ke tempat ini supaya anak-anak
kami bisa dijauhkan dari tangisan dan dapur
yang tidak berasap”
“Apa yang harus saya perbuat untuk
kalian, demi hidup kalian dan anak-anak kalian?” lanjut Fetor
sambil mengelus jenggotnya sendiri. “Mohon kelunakan hati
Baginda agar kami tetap mengasah parang dan menggali
tanah untuk berkebun di hutan sebelah timur daerah
pegunungan”. Sang Fetor mengalihkan pandangannya kepada
warga tua muda, besar kecil suku Loitas Aomanas yang
puluhan jumlahnya. Salah seorang tetua suku Loitas Aomanas
angkat bicara. “Baginda yang mulia. Hamba dan seluruh warga
suku Loitas Aomanas menghendaki sebuah perjanjian damai
tetapi dengan dua syarat. Pertama! Hanya daerah Biloka dan
Mamlasi yang boleh mereka duduki! Selebihnya tidak. Kedua!
Tidak boleh lagi ada pelayanan keagamaan atau penginjilan di
mana saja bagi kami yang sudah menganut agama Protestan”
“Sudah kau dengar sendiri Antonius, apa kata hati warga suku
Loitas Aomanas, bukan?” Fetor memperjelas. “Hamba bersama
12 suku sudah mengumpulkan dari hasil keringat kami muti*
dua daun yakni sala natoen (Muti Biji Plat) dan satu daun bubu
natoen (Muti Biji Bulat) serta 12 mata uang ringgit sebagai
bentuk sujud kami untuk memohon izin tetap menetap di Biloka
dan Mamlasi” sambung ayah penuh wibawa.
Akhirnya sebelum ayam berkokok, ayah sudah kembali ke
rumah melalui jalan potong aliran sungai Noelfael seorang
diri. Ibu menangis tersedu-sedu merangkul pundak ayah di
depan rumah bulat. Suara tangisan ibu membangunkan saya
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

dan semua orang tua yang masih pulas tertidur di dalam


rumah bulat. Ke-12 kepala suku sudah ada sejak berita
penangkapan ayah tersebar. Yohanes lah yang berlari malam-
malam dan menembus lebat hutan Biloka, mengarungi sungai
Noelfael yang deras itu dan turun ke bukit Mamlasi untuk
mengabarkan berita penangkapan ayah. Mula-mula yang
paling dahulu tiba adalah Petrus. Kepala suku Taninas, Putra
sulung Pangilma atau Meo Cloeposi* yang terkenal dengan
Pedang berkepala Singa atau yang dikenal dengan nama
Pedang Meo Nakaf. Menurut kepercayaan lokal, jika pedang ini
terlanjur dikeluarkan dari sarungnya maka hanya bisa
dikembalikan lagi dengan darah manusia. Maka menjadi aib
bagi masyarakat jika sampai mengeluarkan pedang itu dari
sarungnya.
Tidak lama berselang menyusul Yakobus, kepala suku
Bais yang memiliki mata setajam burung Gereja. Orang ketiga
dan seterusnya Lukas, kepala suku Napu, Yohanes, kepala
suku Manuel, Matius, kepala suku Bene, Markus, kepala suku
Baitanu, Yakobus, kepala suku Tanesi, Simon, kepala suku
Kebo, Andereas, kepala suku Baimnasi, Filipus, kepala suku
Leltakaeb, Yudas, kepala suku Anunut, dan Tomas, kepala suku
Tamelab. Masing-masing kepala suku membawa juga belasan
orang laki-laki dan dua orang juru masak dari kalangan
wanita.
Hari semakin terang dan semakin jelas oleh saya siapa
saja yang tadi malam datang sejak berita penangkapan ayah
dikabarkan oleh Yohanes. Saya menjumpai saudara ayah,
Yakobus Sene dan sepupu-sepupu yang menyusul dari
belakang dan baru saja tiba. Saya merangkul mereka dan ayah
mulai membangunkan yang masih tertidur di rumah bulat.
“Mari kita kumpul. Hujan akan turun” Belum selesai bicara
hujan seketika turun dengan derasnya. Pandangan ke segala
penjuru telah tertutup. Rumah bulat dan pondok kami
diselimut kabut tebal.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

Suasana menjadi hening. Saya masuk ke dalam selimut


Beti bermotif ayam jantan dan menutup mata. Hujan adalah
sahabat kami. Ayah khususnya. Ayah sudah dikenal sejak
leluhurnya sebagai pawang hujan. Kelaparan seringkali
menjauh dari suku-suku kami karena titah hujan ada di mulut
ayah. Hujan menutup pembicaraan di pondok yang diikuti ke-
12 suku dengan duduk bersila di tanah. Anak-anak tidak
diizinkan mengitari tempat pertemuan. Hujan bahkan
menghalangi pandangan kami melihat ke rumah bulat. Di
rumah bulat udara lebih hangat. Bentuk rumah dari
kebanyakan suku-suku di Pulau Timor yang dibuat dengan
atap alang-alang hingga ujungnya menyentuh tanah. Rumah
bulat berukuran kecil sebagai tempat berlindung di musim
hujan, terutama tempat bayi-bayi yang baru lahir diberi
kehangaan dengan tungku api dari campuran tanah merah.
Pembicaraan berlangsung tenang. Rumah bulat pun
penuh sesak. Kami duduk mengarah ke tungku perapian di
tengah-tengah. Yang tidak membawa kain duduk paling depan
dengan tangan dijulurkan seakan akan sedang memanggang
daging. Saya duduk bersebelahan dengan mama yang
sebentar-sebentar bangun dan melirik ke luar. Pertemuan
belum selesai. Suara keras tiba-tiba menyadarkan lamunan
kami. Seorang pria berbadan tinggi dan lebar masuk seketika
ke dalam rumah bulat. Ia menuju ke sebuah sudut.
“Hari ini juga kita harus salibkan mereka seperti Yesus
Tuhan kita yang mereka olok dan hina” Ia terus berteriak dan
mencabut sebilah parang dari sarungnya. Sebelum sempat
ditahan oleh Ayah, lelaki yang samar saya lihat, Om Petrus itu
telah lolos menghilang di semak-semak belakang rumah. Ayah
tidak tinggal diam.
“Anis, Ande mari kita kejar dia” Ayah berteriak sambil
berlari mengikuti Om Petrus. Kami pun berhamburan tidak
menentu. Ibu menangis merangkul saya dan Yasinta. Di
genggaman ibu ada sarung pedang yang diambil. Entah kenapa
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

tangan ibu berdarah. Saya membalut dengan menggenggam


kuat tangan ibu. Darah terus saja mengucur deras. Ternyata
ibu terluka karena sempat beradu menahan Om Petrus agar
jangan mengeluarkan pedang tadi dari sarungnya. Semakin
saya menggenggam, tangan ibu terus mengucur darah.
Semakin banyak dan seluruh pakaian saya menjadi merah. Ibu
menurunkan Yasinta dan seketika Ibu terjatuh.
Hujan semakin deras. Suara tangisan menyerupai
perkabungan. Para orang tua sudah tidak ada. Anak-anak
berlari ketakutan entah ke mana. Hanya saya, Yasinta dan Ibu.
Semua orang dewasa dan ibu-ibu yang lain telah berhamburan
dengan suara teriakan yang masih terdengar mengiang.
“Bunuh mereka. Bunuh Mereka” Yasinta menangis
ketakutan. Suaranya membuat saya kebingunan mencari
pertolongan untuk Ibu. Darah masih mengucur deras. Saya
mencium kening Yasinta lalu menerobos hujan dan berlari
mencari sesuatu ke dalam hutan. Saya memutuskan untuk
terus berlari tanpa melihat ke beakang. Kaki dan tangan saya
dicabik-cabik oleh duri dari ranting bambu dan rumput-
rumput yang tinggi. Saya terus berlari dan tidak ingin
berhenti. Saya baru tersadar ketika dentuman bunyi senjata
tumbuk persis di telinga saya. Kobaran asap hitam lalu merah
naik tinggi ke atas awan beradu dengan deras hujan.
“Ayah…Ayah..Ayah..” saya berteriak sekencang mungkin
di antara kobaran api. Orang-orang terus bekejaran. Di
samping kiri dan kanan nyala tembakan di udara menyerupai
tembakan ke arah rusa liar. Beberapa anak yang lebih kecil
dari saya berlari menjauhi saya.
“Tunggu. Mari kita sembunyi di sana”. Jumlah mereka 7
orang. Saya berusaha mendekat dan mereka seakan mau terus
berlari karena takut. Saya membelah rumput alang-alang dan
membiarkan mereka masuk. Saya terus mencari jalan dengan
tangan dan kaki yang mulai pedis dan berlumuran darah.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

“Lewat sini. Cepat! Jangan lihat ke belakang”. Mereka


berlari belum sekencang yang saya harapkan. Kami terus
berlari sejauh mungkin hingga menjumpai jalan setapak di
pinggir sungai Noelfael. Ini arah jalan menuju pondok. Kami
tiba di atas sebuah bukit yang mengarahkan pandangan ke
rumah bulat di bawah lereng yang datar. Air mata saya
mengalir. Saya berteriak dan terjatuh. Ketujuh anak itu entah
dengan cara apa menahan saya kemudian saya berteriak lagi
dan suara Yasinta masih terdengar semakin dekat semakin
menghilang.
“Ibu….Yasinta….” Saya berlari lebih kencang. Luka di
kaki dan tangan tidak lagi saya rasakan. Saya menerobos api
yang berkobar merobohkan tiang-tiang rumah bulat. Airmata
saya terjatuh di hadapan Yasinta yang duduk terpaku di
hadapan Ibu.
“Kakak. Ini dari mama” Suara Yasinta mengecil dan
hilang. Ibu dan Yasinta terbakar. Saya membiarkan diri dalam
kobaran api, asap dan reruntuhan. Ketujuh anak itu
menerobos ke dalam ke dalam menggenggam tangan saya.
Mereka menarik saya dengan kekuatan tangan seorang anak
kampung yang kokoh. Saya masih terus menangis sedangkan
suara saya sudah hampir hilang. Anak-anak itu membawa saya
keluar sebelum tiang nok/tiang tengah atas jatuh menutup
seluruh isi rumah bulat. Gerombolan pria dari suku kami tiba
dan saya tidak lagi mengenal wajah ayah. Lumuran darah dan
luka mengaburkan rona muka mereka.
“Kita menang. Kita menang”. Ayah dan yang lain
berteriak mengacungkan pedang. “Ayah” Saya berusaha
bangun dan mengguncang tubuh ayah yang bermandi darah.
Teriakan ayah dan yang lain membuat saya sadar. Pedang
yang diterlanjur dikeluarkan harus masuk kembali ke
sarungnya dengan darah. Dan pedang itu telah membuat
mereka seperti kerasukan roh yang tidak bisa melihat apa
yang terjadi dengan ibu dan Yasinta serta kami berdelapan.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

“Ibu dan Yasinta”. Saya terus-menerus mengguncang


tubuh ayah dengan berusaha menjatuhkan pedang itu dari
tangannya. Seketika ayah seperti kembali dari kerasukannya.
“Siapa yang membakar rumah bulat ini? Di mana Yasinta dan
Ibu” “Mereka sudah tidak ada, Ayah”. Ayah berteriak dan
menghantam wajahnya ke tiang nok yang berdiri lurus dan
masih terbakar. Rambut ayah penuh dengan bunga-bunga api
sebelum tetesan hujan menyapunya.
Ayah berusaha mencari ibu dan Yasinta. Ia menemukan
sarung pedang yang entah kenapa tidak terbakar. Ketujuh
anak itu pelan-pelan mengambil pedang yang masih
berlumuran darah. Mereka membersihkannya dengan kain
Beti. Lalu menyerahkan kepada ayah yang tidak juga berhenti
menangis sambil memegang sarung pedang.
“Ini Bapak.” Barulah ayah memandang dengan jernis ke
arah ketujuh anak itu. Mereka adalah anak dari istri-istri
baginda Fetor Laazar Kameo. Ayah menerima pedang itu
dengan airmata tak terbendung. Setelah menyerahkan pedang
itu mereka pamit. Saya menggenggam tangan mereka dengan
sedih. Ayah menahan mereka dengan berlutut.
“Bapak kalian dan mama kalian…” Sebelum ayah
melanjutkan kata-katanya, anak-anak itu seakan mengerti
darah di pedang yang baru saja meereka bersihkan dengan
ujung kain Beti. Mereka pun menangis dan merangkul saya.
Kami menangis. Sukacita kami telah berubah jadi dukacita. Ini
benar-benar perkabungan.
Ketujuh anak itu kini jadi adik-adik saya. Ayah mereka
dan ibu mereka telah tewas sama seperti ibu saya dan Yasinta.
Generasi kami akan mencatat dan semoga pedang itu tidak lagi
dikeluarkan dari sarungnya. Kami akan memulai hidup baru
dari kehilangan dan kesedihan.
*Kisah dalam Cerita ini menggunakan nama dan lokasi yang
disesuaikan dengan tuturan orang tua untuk mengingatkan generasi
muda pentingnya hidup bersama secara damai.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

PUISI-PUISI
Roga
Long drought enveloped our village
No sign of rain in the sky
No more dark clouds
Our father no longer sharpened the days
The dark days had arrived
The kitchens were no longer smoke
The children were crying because our mother picked up the
rice.
Indigenous elders scatter in the streets
Sin has borne disgrace
To the fate of the grandchildren borne
Only cries of grief heard from the foot of
Mutis Rivers pouring fish
The rocks of the water rise to the surface of our fields no more
green rooster
Church of the silent
Witness of the passing rain and the drought that came before
the Cantador altar singing the psalm

Hau Mone*
Aku keluar di tengah malam nan gulita
Bulan masih memantul cahaya
Bayangan Ayah kulihat di dekat Hau Mone
Tiga batang lilin dinyalakan ayah di halaman depan
Di dapur Ibu masih asyik menggoreng jagung bunga
Aroma lilin dan jagung berhamburan
Suara-suara ayam melengking memecah kesunyian
Semakin lama semakin menghilang.
Satu lilin untuk ibu, satu untuk saya dan satu di tangan ayah
Kami bersujud di depan Hau Mone
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

Ayah menancapkan lilinnya di cabang kayu paling atas


Ibu menancapkan lilinya di cabang kayu bagian tengah
Saya menancapkan lilin di cabang kayu yang paling rendah
Darah ayam hitam diolesi ayah pada cabang paling rendah
Darah ayam merah diolesi ayah pada cabang kayu bagian
tengah
Darah ayam putih diolesi ayah pada cabang kayu paling atas
Sambil menutup mata ayah membuka doa
“Bapa, Putra dan Roh Kudus”

IBU

Ibu…
Engkau merawatku sejak aku dalam kandungan
Engkau membesarkanku hingga saat ini
Engkau melatih, mendidik dan menuntunku
Tetapi engkau tetap sabar dan tabah
Ibuku oh…Ibuku…
Tanpamu aku takkan dilahirkan di dunia ini
Terima kasih atas semua pengorbananmu
Dalam membesarkanku
Ibu…
Aku tak bisa membalas jasamu
Hanya doa untukmu, Ibu.

Karya Ludgardis Lidwina Eko


Kelas VII
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

AYAH SAYA TENTARA

Ayah saya seorang tentara


Tentara Perbatasan.
Ibu menyuruh saya
Jangan lagi mengingat nama Ayah
Kata Ibu, ‘Ayah sudah tidak ada’
Diam-diam saya mencari Ayah
Berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun
Hingga hari ini
Di pos-pos penjagaan
Bahkan di antara peluru
Dan hujanan kata ‘Monyet’

Puisi Melkianus Kuil - Kelas IX


Dimuat di koran Timor Express Minggu, 26 Mei 2019

AMFOANG
Ayah kami namanya Foan
Dia bijak beradat dan ramah
Menunjuk batas-batas tanah dengan adil
Bukan seperti sekarang
Ayah kami namanya Foang
Dia bajak laut dan suka marah
Menunjuk batas-batas tanah dengan bedil

Puisi Ani Ceunfin - Kelas IX


Dimuat di koran Timor Express, Minggu, 26 Mei 2019
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

KARIKATUR

Karikatur Karya Jildo R. Tecan - Kelas


VIII . Dibawah asuhan Komikus : Beng
Rahrdian

Karikatur Beng
Rahadian
Kartunis dan
Komikus, Dosen IKJ
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

hhhhhh
BERITA
TAMAN BACA LOPO BAMBU
HADIRKAN KOMIKUS DAN KARTUNIS DARI INSTITUT
KESENIAN JAKARTA
aman Baca Lopo Bambu adalah
Taman Baca yang berada di

T
wilayah Oepoli, Desa
Netemnanu Utara, Kecamatan
Amfoang Timur.
Taman Baca ini didirikan pada Bulan
April 2018 dengan visi utama
Menciptakan Budaya Literasi Untuk
Masyarakat di Wilayah Perbatasan. Dengan visi
ini, Taman Baca Lopo Bambu hadir untuk berkolaborasi dan
mendukung Gerakan Literasi yang digiatkan oleh sekolah-
sekolah yang ada di wilayah perbatasan RI dan Timor Leste.
Selain Literasi Membaca, Taman Baca Lopo Bambu hadir
dengan misi untuk memperkenalkan dan mengasah
ketrampilan yang dimiliki oleh generasi muda dan pelajar di
wilayah perbatasan. Dengan demikian Taman Baca Lopo
Bambu menjadi rumah (Lopo) bagi masyarakat terutama
pelajar dan generasi muda dalam mengembangkan kearifan
lokal dan ketrampilan lainnya yang berguna untuk masa
depan. Sejak berdirinya, Taman Baca Lopo Bambu berusaha
menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk berbagi
ilmu dan ketrampilan yang dimiliki. Beberapa kegiatan telah
dijalankan antara lain: menghadirkan musisi orchestra, pelatih
tari, pelatih tenun kapas dan yang terakhir Taman Baca Lopo
Bambu bekerja sama dengan beberpa Desa di Amfoang Timur
mengadakan Kegiatan Keliling Desa : Membaca Bersama
Masyarakat.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

Dalam agenda terbaru, Taman Baca Lopo Bambu


menghadirkan Bang Beng Rahadian, Dosen Seni dari Institut
Kesenian Jakarta (IKJ). Beng Rahadian akan membagikan ilmu
dan mengajar ketrampilan praktis mengenai seni rupa, seni
komik dan seni menggambar. Beng Rahadian mendapatkan
pendidikan formalnya di Desain Komunikasi Visual, Institut
Seni Indonesia di Yogyakarta dan pernah mendapatkan
beasiswa Ngo Koko dari Japan International Scholarship
(1999) dan Comic Cambodia-Indonesia Exchange (2005). Beng
aktif terlibat dalam beragam pameran kelompok sejak 1998 di
Yogyakarta, seperti dalam pameran
poster Jamur Merang, Bentara
Budaya (1998); pameran komik
Sekoin, Benteng Vredeburg (2004);
dan pameran komik Pekan Komik dan
Animasi Nasional IV (2004).
Selain itu Beliau juga pernah
terlibat dalam pameran
International Cartoon Festival,
Bali (2007); pameran seni rupa Manifesto Seni Rupa di Galeri
Nasional, Jakarta (2008) dan lainnya. Ia berkesempatan
melakukan pameran tunggal yang pertama, Beng.s Porto
(2005), di Sun Dew Gallery, Pnom Penh, Kamboja. Selain
membuat komik, Beng dan teman-temannya juga pernah
membuat karya-karya instalasi yang dipamerkan di CP
Biennale 2005, FKY Yogyakarta Arts Festival 2007 dan di
Yogyakarta Biennale 2007. Beng telah menghasilkan sekitar
13 karya komik pendek dan juga menerbitkan dua buku
komik: Selamat Pagi Urbaz (2002) dan Lotif versi Pasbook:
Mei 2005-Mei 2009 (2009). Saat ini ia bekerja sebagai manajer
program Akademi Samali, Kontributor Komik Strip Koran
Tempo Minggu dan editor Komik Cendana Art Media sambil
meneruskan pendidikannya sebagai mahasiswa program
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

pasca sarjana Seni Urban & Produksi Budaya di Institut


Kesenian Jakarta.
Kegiatan pelatihan berlangsung selama dua hari di
Taman Baca Lopo Bambu yakni pada tanggal 19-20 Oktober
2019. Peserta yang melamar untuk mengikuti kegiatan ini
sebanyak 56 orang yang terdiri dari 25 siswa-siswi SMPK San
Daniel dan 31 Orang Muda Katolik dari Stasi Santo Petrus
Tataum. Dalam pelatihan ini, hadir pula Desainer Grafis asal
NTT, Bang Puguh Raharjo. Beliau adalah seniman asal NTT
yang lama berkarya di Bandung dan
kini memilih menetap di
Kupang untuk menjalankan
kegiatan seni membuat desain-
desain grafis dan illustrator
majalah serta kaos.
Sebelum mengakhiri
kegiatan Residen seni ini, Beng dan
Puguh mengunjungi beberapa tempat di Oepoli untuk
menghasilkan karya lukis sepanjang perjalanannya di Timor.
Pantai Faefnafu, Fatu Ike dan Sungai Noebsi di Perbatasan RI
dan Timor Leste adalah beberapa tempat yang dikunjungi dan
kemudian dijadikan lukisan seni menarik.
Usai kegiatan, Beng Rahadian menyerahkan hadiah sebuah
Pena Menggambar kepada Jildo R. Tecan yang menurut Beng,
memiliki bakat unik yang tidak ditemukan di tempat lain.
“Jildo mampu membaca pesan setiap cerita dan mampu pula
menuangkannya dalam satu cerita menarik. Dia sangat cepat
menangkap apa yang saya ajarkan”. Demikian kata Beng
Rahadian.
Beng Rahadian akan kembali ke Jakarta dengan terlebih
dahulu mengunjungi Pulau Flores selama sepekan. Kegiatan
Residensi seni yang dijalankan oleh Beng Rahadian
merupakan bagian dari Program Komite Buku Nasional yang
disponsori oleh Pemerintah Republik Indonesia.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

Selanjutnya Taman Baca Lopo Bambu akan


mendatangkan lagi seorang penulis kesohor dari Makasar,
Royyan Julian, yang akan mengadakan Residensi Seni selama
seminggu di Taman Baca Lopo Bambu. Bagi yang berminat
silahkan mendaftar untuk kuota pelatihan menulis sebanyak
20 peserta. *Tabe
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

BERITA DARI RUANG REDAKSI

TIGA Siswa SMPK San Daniel Wakili


Sekolah dalam Ajang Lomba Cerdas Keluarga Besar SMPK San
Cermat Antar Sekolah se- Keuskupan Daniel Berduka
Agung Kupang

Tepat tanggal 17 Oktober 2019, Ketua Tepat hari Jumat, (25/10)


Majelis Pendidikan Katolik, Rm. Mama Theresia Tandi (92
Kornelis Usboko, Pr menelpon Kepala
SMPK San Daniel untuk mengundang tahun) menghembuskan
berpartispasi dalam lomba cerdas nafas terakhir di rumah
cermat Bahasa Inggris di Kupang. Ratesuba, Maukura Ende.
Dalam waktu seminggu pihak sekolah
menyaring dan akhirnya memilih tiga Almarhumah adalah Ibunda
peserta lomba atas nama Pedro Parera, dari Guru SMPK San Daniel,
Hesty Efi dan Maria Efi mewakili SMPK
San Daniel dalam lomba dimaksud.
Ibu Maria Magdalena Sare,
Ketiganya adalah Siswa kelas IX. Lomba S.Pd.
berlangsung tepat hari Kamis, 24
Oktober 2019 Aula Seminari Tinggi Almarhumah
Santo Mikhael Penfui Kupang. Para
Penampilan Yuditha Elu, Siswi
peserta didampingi oleh Ibu Adelina menghembuskan
Kelas VIII dalam Lomba nafas
Ngode Parani, S.Pd. terakhirnya tepat pukul
Dalam lomba ini tim SMPK Mazmur
14.15. memperingati Bulan
*SS
berhadapan dengan 14 tim dari
sekolah-sekolah favorit seperti SMPK
Kitab Suci Nasional dan Bulan
Sto. Yoseph, SMPK Adisucipto dan yang Rosario di Stasi Sto. Petrus
lainnya. SMPK San Daniel berada pada
Grup Empat setelah penarikan lotre. Tataum pada hari Minggu, 20
Beberapa pertanyaan berjuang untuk
dijawab dengan tuntas oleh Tim SMPK
Oktober 2019.
San Daniel oepoli. Namun kehebatan
sekolah-sekolah di kota patut diakui.
Tim SMPK San Daniel gagal dan
mendapat catatan dari tim juri untuk
lebih tekun lagi mempelajari Grammar
atau Tata Bahasa Inggris.
SMPK Sto. Yoseph Naikoten
keluar sebagai juara satu, diikuti SMPK
Adisucipto Penfui dan SMPK Sta.
Theresia Kupang.
Terus berjuang, masih ada kesempatan!
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

KERJA SAMA DENGAN TNI PAMTAS


YONIF 742
Kerja sama yang baik harus dijalin oleh sekolah
dengan berbagai pihak. Salah satu bentuk kerja
sama yang dilakukan oleh SMPK San Daniel kerja
sama dengan pihak TNI Pengaman Perbatasan
(PAMTAS) 742. Perkenalan awal pihak Sekolah
dengan TNI PAMTAS terjadi pada saat pertemuan
Raja-Raja Timor yang berlangsung di lapangan
SMPK San Daniel Oepoli. Bentuk kerja sama yang
dibangun yakni dalam kegiatan ekstrakurikuler
pramuka. Kegiatan Pramuka di Sekolah ini dibina
langsung oleh Pihak TNI PAMTAS Yonif 742 sejak
bulan November 2017. Bapak Abidin, selaku Danki
Pos Tengah yang berdomisili di Pos Tengah
menyambut positif permintaan pihak sekolah untuk
melibatkan anggota TNI PAMTAS dalam berbagai
kegiatan sekolah.
Dalam foto di samping, tampak anggota TNI
PAMTAS Yonif 742 sedang menurunkan bantuan
semen dari Danyon PAMTAS Sektor Barat yakni
Bapak Fuad. Bapak Fuad sendiri merasa prihatin
dengan kondisi sekolah ketika musim hujan tiba.
Beliau melihat sendiri kenyataan di lokasi ketika
hujan, di mana para siswa tidak bisa mengikuti apel
pagi karena halaman sekolah dipenuhi dengan air.
Oleh sebab itu atas inisiatifnya, Pak Fuad
menyumbangkan 60 sak semen Bosowa untuk
membantu sekolah dalam pembuatan lantainisasi
halaman depan sekolah. Selain semen, pihak TNI
PAMTAS juga sempat memberikan bingkisan berupa
makanan padat bagi para siswa ketika mengadakan
camping pramuka di lapangan SMPK San Daniel
Oepoli.***
Terhitung sejak tanggal 08 Januari 2018, TNI
PAMTAS Yonif 742 telah mengakhiri masa tugas di
Oepoli. Batalyon berikutnya yang akan
menggantikan tugas Pengamanan Perbatasan
adalah anggota TNI Batalyon 715 dari Gorontalo.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

Membangun Masa Depan dengan Kerja

Untuk mencapai apa yang kita


mimpikan maka kita harus memulai
dengan bertindak. Untuk menggapai
apa yang terbaik untuk sekolah kita
ini maka kita harus bekerja.
Dengan semangat ‘45 anak-anak didi
SMPK San Daniel turun ke pantai
untuk mengambil pasir. Seluruh
siswa mulai dari kelas VII-IX bersama
Bapak/Ibu Guru ramai-ramai
membawa pasir dari laut dengan
tujuan menutupi genangan air di
halaman sekolah.
Aktivitas kerja ini berlangsung pada
hari Sabtu, tanggal 9 Desember 2017
sesudah ujian hari terakhir. Dari hasil
pekerjaan ini memang belum cukup
untuk menutupi genangan air, tetapi
bisa menolong para siswa untuk bisa
masuk ke halaman sekolah pada saat
hujan.
Setelah pekerjaan selesai, siswa-siswi
bersama guru mengadakan doa
bersama dan selanjutnya kembali ke
rumah masing-masing.
Terima kasih banyak untuk kita
semua. Kalau bukan kita siapa lagi!
Kalau bukan sekarang kapan lagi*
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

MARI KITA BERPIKIR DAN BEKERJA

Kondisi sekolah kita cukup memprihatinkan.


Keadaan ini akan semakin parah apabila kita
membiarkan terus-menerus. Ditambah lagi
dengan musim hujan yang sudah tiba akan
menimbulkan kerusakan yang sulit diatasi dan
memakan biaya besar. Melihat kondisi ini maka
saat liburan Natal dan Tahun Baru kepala
Sekolah bersama Bapak/Ibu guru bekerja sama
membenahi kerusakan yang ada.
Pada tanggal 27 Desember 2017 mulai dibongkar plafon lama yang
sudah rusak dan diganti dengan yang baru. Beberapa tenaga pekerja
diminta dari luar yakni dari Orang Muda Katolik/OMK Paroki Santa
Maria Mater Dei. Dengan sukarela mereka membantu pekerjaan
yang sementara dilakukan oleh Bapak/IbuGuru.
Musim hujan dengan aliran air yang deras seringkali menimbulkan
kemacetan dalam pelaksanaan aktivitas KBM di Sekolah. Sistem
drainase yang dibangun oleh pihak Desa di depan jalan Sekolah
masih sangat buruk dan hal ini mengakibatkan kerugian bagi pihak
sekolah. Peserta didik dan Bapak/Ibu Guru kesulitan untuk
mengadakan apel pagi dan upacara di halaman sekolah padahal
arahan pagi sangat diperlukan untuk memberikan motivasi bagi
siswa-siswi guna memulai kegiatan belajar mereka selama jam
sekolah
Kondisi lain adalah usia bangunan sekolah yang sudah berumur 27
tahun dan belum dilakukan renovasi. Kenyataan ini cukup
mempengaruhi kelancaran kegiatan di sekolah. Beberapa ruang
kelas sering ‘kebanjiran’ apabila hujan cukup deras. Seng yang
sudah berlubang menimbulkan masuknya air hujan dan akhirnya
merusak pula plafon. Anak-anak terpaksa ‘mengungsi’ ke meja
temannya untuk bisa berkonsentrasi menerima pelajaran yang
disampaikan oleh Bapak/Ibu Guru. *
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

ULASAN
MADU LITERASI DARI SAN DANIEL OEPOLI
Penulis : Sayyidati Hajar
Dosen Universitas Muhamadiyah Kupang dan Penulis Buku

K
esadaran literasi memang mahal-mahal sulit.
Setidaknya, ada dua hal pokok yang saling
mempengaruhi dan berperan penting dalam
kesadaran literasi, yakni manusia dan media. Tidak
mudah bagi manusia mengelola dan membangun kelompok
literasi. Selain itu,media literasi pun tak terbilang murah.
Bila manusia pada kelompok
tertentu sadar akan pentingnya literasi,
mereka dihadapkan dengan minimnya
media literasi. Pun bila sebuah
kelompok terntentu berlimpah media
literasi, mereka malah membiarkannya
begitu saja. Beruntunglah kelompok-
Madu Amfoang Timur kelompok yang sadar akan literasi dan
dikerjakan dalam bentuk memiliki (menciptakan) media literasi
kemasan oleh siswa-siswi
SMPK San Daniel untuk yang cukup. Tapi bagi saya, lebih
membantu pengadaan buku beruntung kelompok-kelompok yang
bacaan di Taman Baca. minim media literasi, namun berusaha
menciptakan media literasi. dengan
minimnya media literasi. Pun bila sebuah kelompok terntentu
berlimpah media literasi, mereka malah membiarkannya
begitu saja. Beruntunglah kelompok-kelompok yang sadar
akan literasi dan memiliki (menciptakan) media literasi yang
cukup. Tapi bagi saya, lebih beruntung kelompok-kelompok
yang minim media literasi, namun berusaha menciptakan
media literasi.
Ya, orang-orang ini adalah mereka yang bertanggung jawab
atas diri dan kelompoknya. Saya pikir demikian yang telah
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

dicotohkan saudara saya, Romo Januario Gonzaga bersama


komunitasnya di San Daniel Oepoli. Kami berjumpa pertama
kali dalam kegiatan Nusantara School of Difference 2019,
sebuah summer school yang digagas IRGSC dan CEDAR.
Mempertemukan banyak orang dari komunitas, suku, bangsa,
dan keyakinan yang berbeda.
Selama dua minggu, kami melakukan perjalanan bersama
mempelajari perbedaan dan cara hidup kelompok minoritas
dan mayoritas di Indonesia. Dua
minggu bergiat dengan jadwal
yang padat tak cukup bagi kami untuk
bebas berbagi cerita tentang apa yang
dilakukan di komunitasnya.
Namun pada suatu malam, di Paroki
Oenangkai Oeekam saya sempat
'kepo' dan bertanya banyak hal
padanya sehinggal Foto bersama Romo jadilah artikel
sederhana ini. Januario Gonzaga ketika
Oepoli, berada menitipkan 2 buku saya di wilayah
'Menyudahi Kabair' untuk
Kecamatan Amfoang Timur
Taman Baca San Daniel
Kabupaten Kupang. Oepoli Sebuah wilayah
dengan jarak kurang lebih 181 km dari Kota Kupang namun
menghabiskan waktu 7-10 jam perjalanan.
Jalanan penuh lubang-lubang menganga, berbatu, juga
debu mengepul di udara menjadi beberapa alasan molornya
waktu tempuh menuju wilayah yang sebelah Timurnya
berbatasan langsung dengan RDTL (Republik Demktrat Timor
Leste). Namun itulah Indonesia, negara dengan jajaran pulau
indah nan menawan. Orang-orang di sana, masih setia
menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mengibarkan Bendera
Merah Putih. Setiap bulan Agustus tiba, mereka rela menginap
di lapangan kantor-kantor camat untuk merayakan tujuh
belasan.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

Mereka menari, bermain voli, sambil menolak dingin


dengan sopi walau listrik hanya menyala di malam hari.
Apapun keadaanya, bagi orang-orang Oepoli, NKRI harga mati!
San Daniel adalah salah satu SMP Katolik di Oepoli. Kepala
sekolahnya adalah seorang pastor muda berdarah Timor
Leste, yang juga menjalankan tugas kepastorannya di Gereja
Katolik St. Agustinus Mamlasi Oepoli.
Kondisi jalan rusak, listrik 6 jam di malam hari, koran
tak ada, barang elektronik terbatas, membuat masyarakat sulit
mengakses informasi dari luar. Pengetahuan terbatas pada
guru, sebab tak banyak buku yang mereka punya.
Demikian salah satu alasan mengapa ia terus
bersemangat mencari jalan di tengah keterbatasan itu untuk
memberikan akses buku kepada masyarakat. Baginya, saat ini
buku menjadi media paling tepat untuk literasi di Oepoli.
Anak-anak masih tak mengenal ponsel pintar, mereka masih
membutuhkan ragam pengetahuan melalui buku.
Romo Janu, begitulah saya menyapanya,
tak hanya berkhotbah tentang agama. Ia
pun menggagas taman baca untuk
masyarakat yang diberi nama Taman
Baca Lopo Bambu San Daniel Oepoli.
Setiap hari Sabtu, ia bersama anak-anak
Foto Kebun Sekolah
membawa buku untuk dibaca anak-anak
yang dikerjakan siswa-
siswi selama kurang lebih dua jam. Setelah itu
dikembalikan dan dibawa kembali ke
Taman Baca Lopo Bambu. Puluhan judul buku yang dimiliki
terdiri dari buku cerita anak, novel, buku-buku pertanian,
peternakan, pertukangan dan lain-lain. Aktivitas di Lopo
Bambu pun dimeriahkan dengan agenda nonton bersama pada
malam minggu.
Beragam cara dilakukan untuk mendapatkan buku. Selain
mendaftarkan komunitasnya dalam Pustaka Bergerak, ia pun
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

mengembangkan wirausaha Madu Amfoang Timur melalui


kelompok wirausaha SMPK San Daniel Oepoli. Saya
menyebutnya madu literasi. Sebutan itu saya sarikan setelah
membaca kalimat, "Hasil Penjualan untuk Membantu Taman
Baca Lopo Bambu San Daniel Oepoli," yang tertera di botol
kemasan. Ya, saudara saya, Romo Janu,
seorang pastor yang berusaha menukar
madu dengan buku. Menukar dua
kebaikan yang sama-sama dibutuhkan
umat manusia. Namun bukankah untuk Aktifitas membaca di
memiliki satu kebaikan yang kita Taman Baca Lopo
butuhkan, terkadang kita harus Bambu.
menukarnya dengan kebaikan yang
lain?
Agama dan Perubahan Sosial Masyarakat
Agama adalah sistem keyakinan diri dan kepercayaan
umat manusia akan adanya satu zat yang diyakini sebagai
Tuhan. Realisme sosial masyarakat beragama banyak
menggambarkan dinamika yang melaju begitu cepat. Peran
agama dalam masyarakat menurut Syarifudin Jurdi adalah
doktrin yang menjadi sumber nilai bagi pembentukan
kepribadian, idiologi bagi gerakan sosial dan perekat
hubungan sosial. Selain itu agama sebagai sebuah pedoman
hidup manusia juga memiliki fungsi edukatif, perdamaian,
kontrol sosial, memupuk persaudaraan, transformatif, dan
sublimatif.
Pemimpin-pemimpin agama memiliki kesempatan
untuk berkolaborasi dengan masyarakat untuk menjalankan
fungsi-fungsi agama.Fungsi edukatif misalnya, dapat
disampaikan dalam mimbar-mimbar khotbah juga diwujudkan
dalam kerja kreatif kolaboratif. Hal ini merupakan sebuah
upaya penyelarasan perkataan dengan perbuatan.
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

San Daniel dan Oepoli patut berbangga, memiliki


seorang imam yang bergerak meyambut perubahan-
perubahan IPTEKS. Atas asas kebersamaan berliterasi dengan
memanfaatkan potensi alam yang ada. Media diciptakan dari
apa-apa yang ada di depan mata. Setiap manusia diciptakan
dengan kemampuan-kemampuan berliterasi. Kemampuan itu
seiring dengan keinginan manusia untuk hidup senang.
Bukankah literasi itu menyenangkan. Setidaknya menurut
hemat saya demikian, boleh jadi tidak menurut anda.
Setiap kita adalah manusia-manusia pemilih. Termasuk
memilih menjadi pelaku literasi, penonton, atau bahkan tak
mau jadi apa-apa. Setiap pilihan selalu dibuntuti dengan
kosekuensi-kosekuensi.
Konfusius, seorang filusuf Tiongkok pernah berkata
bahwa manusia yang unggul selalu berpikir mengenai
kebaikan, manusia pada umumnya berpikir tentang
kenyamanan. Selamat melayani umat Romo Januario Gonzaga,
selamat menikmati jalan pastoral yag telah dipilih.
(Eh, iya. Bagi yang ingin membeli madu atau
menyumbang buku, silakan kontak beliau lewat akun
fecebooknya. Makasih Naek Pah Tuan)

Alak, 20 Agustus 2019


Sayyidati Hajar
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

PENGETAHUAN UMUM

PENULISAN BAHASA INDONESIA YANG SERING SALAH*


Bahasa Indonesia adalah bahasa ibu bagi bangsa ini. Kita
sudah gunakan setiap harinya,
baik dari segi tulisan maupun ucapan. Tapi, meskipun bahasa
ini sudah kita gunakan dari sejak lahir, masih ada saja lho
kesalahan dalam penulisan kosakata bahasa Indonesia untuk
orang Indonesia sendiri! Bahkan, kadang kita tidak menyadari
kalau menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Akhirnya, malah semakin
menyesatkan orang lain juga deh mengenai tulisan mana yang
benar dan salah.

1. Silahkan atau Silakan?


silahkan atau silakan?
Silahkan atau silakan?
Kalau lagi datang ke suatu tempat, sering tidak sih melihat
kalimat sapaan seperti “silahkan masuk”? Berhubung sering
melihat tulisan seperti ini, kita pun jadi berasumsi bahwa
tulisan yang tepat adalah silahkan. Kalau begini ceritanya,
kamu harus koreksi nih karena tulisan yang tepat adalah
silakan.
Alasannya, dalam KBBI tidak ditemukan kata dasar “silah”
namun adanya kata “sila”. Kata “sila” itu sendiri memiliki
artian sudilah kiranya, yaitu kata perintah yang halus.

2. Antri atau Antre?


antri atau antre?
Antri atau antre?
“Bro, udah sampai mana? Udah berangkat belom?”
“Iya ini udah di stasiun kereta, lagi antri beli tiket dulu. Tunggu
ya!”
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

Menurut kamu penulisan kata antri di pembicaraan tadi sudah


tepat belum? Ya, cara penulisan ini juga salah dan yang tepat
adalah antre. Meski seringkali kita temukan penulisan
“mohon mengantri” di tempat umum seperti di halte, stasiun,
atau tempat lainnya tetapi jangan sampai ikutan salah ya!

3. Sekedar atau Sekadar?


sekedar atau sekadar?
Sekedar atau sekadar?
Kalau sedang membuat tulisan, biasanya kamu lebih menulis
kata sekedar atau sekadar? Untuk kamu yang sudah
menggunakan kata sekadar, selamat kamu sudah tepat! Hehe.
Menuliskan kata sekedar itu salah karena dalam KBBI tidak
terdapat kata dasar "kedar" yang ada adalah "kadar" maka
yang tepat adalah sekadar ya!

4. Dimana atau Di mana?


dimana atau di mana?
Dimana atau di mana?
“Kamu dimana? Dengan siapa? Semalam berbuat apa?”
Kalau kamu punya pacar yang posesif seperti ini pasti
menyebalkan ya? Hehe. Coba selain sifatnya yang posesif ada
lagi tidak hal yang menyebalkan lainnya? Yap, dia menuliskan
kata dimana kurang tepat! Apabila kita merujuk dengan
pedoman EYD (Ejaan yang Disempurnakan), setiap kata depan
seperti di- dan ke-, harus ditulis terpisah jika menunjukkan
tempat.
Jadi, kalau pacar kamu posesif kayak tadi, coba deh suruh dia
koreksi dulu penulisan katanya, hehe.

5. Aktifitas atau Aktivitas?


aktifitas atau aktivitas?
Aktifitas atau aktivitas?
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

Nah, untuk penulisan kata ini ada pengecualian nih! Mungkin


kamu sudah mengecek di kamus KBBI bahwa hanya
menemukan kata dasar aktif jadi kamu menulisnya dengan
tulisan aktifitas. Tapi yang benar sebetulnya adalah aktivitas
lho!
Kenapa? Kita perlu ingat bahwa kosakata ini merupakan kata
serapan dari bahasa asing. Di bahasa Indonesia, kata asing
diserap baik dalam bentuk kata dasar maupun kata
berimbuhan. Sesuai kaidah, imbuhan asing yang berakhiran -
ity akan diserap bersama kata dasarnya. Maka dari itu, kata
asing active tetap diserap menjadi aktif sedangkan untuk
activity diserap menjadi aktivitas. Untuk contoh kata lainnya,
misalnya seperti penulisan kata efektif dengan efektivitas.

6. Praktek atau Praktik?


praktek atau praktik?
Praktek atau praktik?
Ayo ngaku, apakah kamu lebih sering menggunakan kata
praktek daripada praktik? Sama dengan sebelumnya, kata ini
juga merupakan kata serapan dari bahasa Inggris practice.
Untuk setiap kata yang memiliki akhiran -ic maka perubahan
yang tepat ke dalam bahasa Indonesia menggunakan -ik
sehingga penulisan yang tepat adalah praktik. Ini juga berlaku
untuk penulisan yang benar adalah malapraktik bukan
malapraktek ya!

7. Analisa atau Analisis?


Analisa atau analisis?
Kalau lagi membuat tulisan ilmiah, pernah tidak kita
menggunakan kata analisa atau analisis? Kata ini juga
merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu analysis.
Dalam penyerapan ke dalam bahasa Indonesia, akhiran -ysis
berubah menjadi -isis. Jadi dicatat ya, yang benar adalah
analisis bukan analisa!
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

8. Nasehat atau Nasihat?


nasehat atau nasihat?
Nasehat atau nasihat?
Tahukah kamu kalau kata ini merupakan kata serapan dari
bahasa Arab? Kata ini berasal dari kata kerja “nashaha” yang
berarti “khalasha”, yaitu murni serta bersih dari segala
kotoran. Lalu yang benar nasehat atau nasihat? Yang tepat
adalah nasihat karena dalam penyerapan bahasa Arab ke
bahasa Indonesia yang berkaitan dengan perubahan bunyi
huruf harus disesuaikan dengan ciri khas Indonesia
melafalkannya. Maka dari itu, penulisan huruf vokal yang tepat
menggunakan i bukan e.

9. Resiko atau Risiko?


resiko atau risiko?
Resiko atau risiko?
Masih sering menggunakan kata resiko? Mulai sekarang, ayo
ubah tulisanmu yang benar menjadi risiko! Kata ini diambil
dari bahasa Inggris risk. Kalau kita mau coba cek di KBBI,
maka kita akan menemukan arti dari kata risiko, yaitu akibat
yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan)
dari suatu perbuatan atau tindakan.

10. Perduli atau Peduli?


perduli atau peduli?
Perduli atau peduli?
Nah, kalau kata yang satu ini juga sering keliru nih dituliskan
menjadi perduli padahal yang tepat adalah peduli. Makanya,
yuk mulai peduli dengan penulisan bahasa Indonesia yang
benar! Hihi.

Bagaimana? Apakah kamu termasuk salah satu yang sering


melakukan kesalahan penulisan tadi? Mulai sekarang, yuk
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

perbaiki cara penulisan kita supaya sesuai dengan aturan yang


ada dan tidak menyesatkan orang lain juga.
Tunjukkan kalau kita bangsa Indonesia, bisa berbahasa
Indonesia yang baik.

*Dari Sumber Kemendikbud-Pelajaran Bahasa dan Ruang Guru

NAMA PAHLAWAN DARI PROVINSI NTT


W.Z. Johannes
(Prof. Dr. Wilhelmus Zakaria Johannes)
Lahir : 1895 di Termanu, Pulau Rote, NTT
Meninggal : 4 -09-1952 di Den Haag, Belanda
Beliau Ahli Rongen Pertama di Indonesia dan Pelopor Medis dibidang Radiologi dan
Beliau juga turut mendirikan Badn Persiapan Persatuan Kristen (BPPK) yang saat ini
Menjadi Partai Kristen
Keppres No. 6/TK/1968, tanggal 27 Maret 1968

Prof. DR. Ir. Herman Johannes


Lahir di Rote, NTT, 28 Mei 1912 dan meninggal di Yogyakarta, 17 Oktober 1992 pada
umur 80 tahun. Beliau adalah cendekiawan, politikus, ilmuwan Indonesia, guru besar
Universitas Gadjah Mada (UGM) Ia pernah menjabat Rektor UGM (1961-1966),
Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti) tahun 1966-1979, anggota Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) RI (1968-1978), dan Menteri Pekerjaan Umum (1950-1951).
Pendidikan
Sekolah Melayu, Baa, Rote, NTT, 1921,Europesche Lagere School (ELS), Kupang, NTT,
1922,Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Makassar, Sulawesi Selatan,
1928,Algemene Middelbare School (AMS), Batavia, 1931,Technische Hogeschool (THS),
Bandung, 1934.
Karyanya :
menghasilkan kompor hemat energi dengan briket arang biomassa. pernah meneliti
kemungkinan penggunaan lamtoro gung, nipah, widuri, limbah pertanian, dan gambut
sebagai bahan bakar.Dibidang militer pernah menjadi pemimpin pembuatan
Laboratorium Persenjataan yang terletak di bangunan Sekolah Menengah Tinggi (SMT)
Kotabaru.

SK Press: 058/TK/TH 2009 bertanggal 6-11-2009


MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

PENGETAHUAN UMUM

SUSUNAN MENTERI KABINET INDONESIA MAJU


Diumumkan di Jakarta oleh Presiden Joko Widodo
(23 Oktober 2019)

1. Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan


Keamanan: Mahfud MD
2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian: Airlangga
Hartarto
3. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan: Muhadjir Effendy
4. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi: Luhut B Pandjaitan
5. Menteri Pertahanan: Prabowo Subianto
6. Menteri Sekretaris Negara: Pratikno
7. Menteri Dalam Negeri: Jenderal (Pol) Tito Karnavian
8. Menteri Luar Negeri: Retno LP Marsudi
9. Menteri Agama: Jenderal Fachrul Razy
10. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia: Yasonna Laoly
11. Menteri Keuangan: Sri Mulyani
12. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan: Nadiem Makarim
13. Menteri Kesehatan: dr Terawan
14. Menteri Sosial: Juliari Batubara
15. Menteri Tenaga Kerja: Ida Fauziah
16. Menteri Perindustrian: Agus Gumiwang Kartasasmita
17. Menteri Perdagangan: Agus Suparmanto
18. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM):
Arifin Tasrif
19. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR): Basuki Hadimuljono
20. Menteri Perhubungan: Budi Karya Sumadi
21. Menteri Komunikasi dan Informasi: Johny G Plate
22. Menteri Pertanian: Syahrul Yasin Limpo
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

23. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Siti


Nurbaya
24. Menteri Kelautan dan Perikanan: Edhy Prabowo
25. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (PDTT): Abdul Halim Iskandar
26. Menteri Agraria Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan
Pertanahan Nasional (BPN): Sofyan Djalil
27. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
(PPN)/Kepala Bappenas: Suharso Monoarfa
28. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (PAN-RB): Tjahjo Kumolo
29. Menteri BUMN: Erick Thohir
30. Menteri Koperasi dan UKM: Teten Masduki
31. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif: Wishnutama
32. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak: I Gusti Ayu Bintang Darmawati
33. Menristek Bambang Brodjonegoro
34. Menteri Pemuda dan Olahraga: Zainudin Amali
35. Kepala Staf Kepresidenan: Moeldoko
36. Sekretaris Kabinet: Pramono Anung
37. Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal
(BKPM): Bahlil Lahadalia
38. Jaksa Agung: Burhanudin
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

IKLAN DARI KANTIN SEKOLAH

Nomor Kontak Distributor: 081 237 461 241 (WA)

SMPK SAN DANIEL


MELALUI
KOPERASI
SEKOLAH
MENYEDIAKAN
JUGA MADU ASLI
DARI AMFOANG
TIMUR (TANPA
KOPERASI SEKOLAH JUGA MENYEDIAKAN MINYAK VCO ATAU CAMPUR) SETIAP
MINYAK KELAPA MURNI, KERJA SAMA DENGAN KELOMPOK TANI BOTOL DIJUAL
‘SELAMAT PAGI’ OEPOLI. DENGAN HARGA
(RP. 50.000/BOTOL) RP. 50.000/BOTOL
MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

C TAHAN TAWA DAN


TEBAK-TEBAKAN

Cerita Lucu Belajar Mengajar


Bu Guru: “Sebutkan binatang yang bisa hidup di dua alam?”

Dus: “Katak! Di darat dan di air.”

Bu Guru: “Baguusss. Coba kamu Ateng sebutkan contoh


lainnya binatang yang hidup di dua alam?”

Ateng: “Babi ngepet Bu! Di alam nyata dan alam gaib!


Ekekekek..”

Bu Guru: (Pingsan)

Cerita Lucu Belajar Soal Cerita Matematika

Guru: “Anak-anak, kita Latihan soal Matematika eee..”

Murid (kompak): “Oke Ibuu..”

Guru: “Jika tante kalian memberi 2 permen kepada kalian,


kemudian di tambah lagi dengan 5 permen, ditambah lagi 10
permen, di tambah lagi 25 permen maka jawabannya adalah?”

Murid menjawab dengan semangat: “Terimakasih Tanteee!!”

Guru: “(telan penghapus).”


MAJALAH ‘LOPO’ SMPK SAN DANIEL OEPOLI EDISI 01/IX/TH.2019

ASAH OTAK
Sahabat Lopo yang bisa Jawab dapat bonus Buku Tulis. Caranya
tunjukan jawaban ke Tim Radaktur di Taman Baca Lopo Bambu

I
HUMOR

Di sebuah lapangan, ada


empat orang anak yang
bersiap-siap hendak lomba
lari. Sang pelatih pun
mulai menghitung. "1, 2, 3,
lari suuu!!!!" teriak sang
pelatih setelah meniup
peluit dengan kencang.
Semua peserta lomba
berlari, kecuali Dono.

Pelatih : "He….kenapa lu
sonde ikut lari?"

Dono: "Ko saya nomor 4


nah pak. Tadi yang Pak
suruh lari 1, 2, dan 3."

Anda mungkin juga menyukai