Anda di halaman 1dari 21

NASKAH DRAMA

KEMPING-KEMPING NAKAL
( KKN )
DI DESA KENARI

GURU PEMBIMBING
Nuryanto, S.Pd.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2

SMA NEGERI 1 MAOSPATI


XII IPA 3
2019/2020
NASKAH DRAMA

KEMPING-KEMPING NAKAL
( KKN )
DI DESA KENARI

KKN
DI DESA
KENARI
GURU PEMBIMBING
Nuryanto, S.Pd.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2

SMA NEGERI 1 MAOSPATI


XII IPA 3
2019/2020
Nama Anggota Kelompok & Peranan

1. Adelia Galuh Febriyana (01) .............. ( Narator & Lingling)


2. Aldebaran Bara Dewabrata (02) ............... ( Setan & Tuyul )
3. Arya Muditama Nugraha (04) ............... ( Nenek Tua )
4. Bima Ilham Purnomo (06) ............... ( Pak Paidi )
5. Fajrin Ghina Athaya (08) ............... ( Marta )
6. Mulyani Mukti Sari (20) ............... ( Wak Keling )
7. Nofia Nur Rahmadani (25) ............... ( Markonah )
8. Rodjas Tendyansyach (29) ............... ( Purnomo )
9. Selvi Mia Anggraini (31) ............... ( Zubaidah )
10.Vina Hikmatul Khasanah (33)................ ( Ace )
11.Yuli Kartika Sari (35) ............... ( Mak Ijah )
12.Yusuf Taufik Fakhrudin (36) ............... ( Badadarawuhi )
Sinopsis

Cerita KKN di Hutan Kenari kami ambil dari kisah nyata KKN di
Desa Penari yang sempat viral tahun lalu dari kisah tanah jawa. Berawal
dari Markonah dan teman-temannya yang akan melaksanakan tugas sekolah
yaitu camping bersama, yang sebelumnya ada hambatan dari orang tua
Markonah dan Nenek Tua misterius. Hingga akhirnya mereka berpisah dan
melakukan kesalahan fatal.
NASKAH DRAMA BAHASA INDONESIA

“KKN”

Pada suatu hari di rumah Markonah terdapat perbincangan antara


keluarganya. Markonah adalah anak dari Mak Ijah dan Pak Paidi. Suatu hari
Markonah meminta izin kepada ibunya untuk pergi camping di hutan kenari tetapi
ibunya tidak mengijinkannya pergi.

“Kukuruyuk…” ( Pagi pun disambut dengan suara ayam )

Markonah : “Cangkir, bontot (rantang), ini kalau misalnya aku demam (softex), bawa
sempak satu ajalah cuman satu hari aja”. (Di dalam kamar
mempersiapkan perlengkapan untuk camping).

Mak Ijah : “Mar…jangan pergi lah nakke perasaan mamakmu tak enaklah”.

Markonah : “Susah beol kali mama tu, makanya perasaannya nggak enak”.

Mak Ijah : “Bukan gitu lah nakke, insting orang tua keanaknya itu kuat, kok berat
kali lah mamak ni lepas kau ya…”.

Markonah : “Mak… aku ini camping cuman satu hari ajalo, sunyi mamak tak ada
kawan berantem, iya? sudahlah Mak, Markonah pasti pulang kok, ini
kan untuk tugas sekolah nanti kalau nggak diikuti jadi tinggal kelas
mak (Sambil menutup tas). Mamak di rumah aja ya, Markonah kan
pergi untuk tugas sekolah Mak, biar Markonah jadi anak yang pintar
terus kita jadi kaya. Yaudah Mak, Markonah pergi ya…,
Assalamualaikum”. (Berpelukan sambil cium tangan Mak Ijah).

Mak Ijah : “Waalaikumsalam…, hati-hati kau Mar”. (Sedih meninggalkan kamar


Markonah)

(Di hutan menunggu Markonah)

Purnomo : “Lama kali Markonah datang, udah jam berapa ini, sudah gelap ini”.

Marta : “Berapa lama lagi kita nunggu markonah ini ya wei… sudah pegel kali
kakiku ni”.

Zubaidah : “Duduklah bodoh, dah tau kakimu pegel malah masih berdiri… ih”.

Marta : “Betul juga ya yang kau bilang, Zu”.

Zubaidah : “Hmmm…terbuat dari apa otakmu itu”.

Purnomo : “Kita tinggal aja Markonah ya wei, enggak disiplin kali pun”.

Zubaidah : “Mau disiplin? berkawan ja sama orang Jepang”.


Marta : “Orang jepang mau nggak iya berkawan sama kita, Zu?”.

Zubaidah : “Entahlah ya mbong…”.

(Di rumah markonah)

Mak Ijah : (Sedang menyapu rumah..tiba-tiba photo Mak ijah yang sedang
menggendong Markonah waktu kecil jatuh dan pecah). “Apa
itu…?!?!”. (Angin kencang sehingga membuat gorden dan jendela
tertutup dengan keras). “Brakkk…Allahu akbar…”. (Mak ijah pun
terkejut). “Apa ini hei… jangan kalian prank-prank aku hei… paling
nggak suka kali aku yang kek gini-ginini”.

(Purnomo, Zubaidah dan Marta masih menunggu Markonah)

Purnomo : “Zu , kau udah bawa komporkan?”

Zubaidah : “Sengaja nggak aku bawa, kenapa ha? marah kau?”

Marta : “Ih…cemana nanti kita masak, Zu?” (Sambil menepuk nyamuk).

Zubaidah : “Kan banyak kayu di hutan, masaklah dengan kompor kayulah, mana
jiwa pramuka kamu ta?. Ih mau camping kok pakai kompor minyak
manja…”.

(Markonah datang dengan berlarian dan ngos-ngosan)

Markonah : “Sorry ya wei, aku agak telat, pamitan sama mamaku tadi, ditahan-
tahannya aku nggak boleh pergi”.

Purnomo : “Lama kali kau datang Mar… udah berkeraklah ni..”.

Zubaidah : “Sayang kali lah mamak kau ya Mar”.

Purnomo : “Sama lah Zu aku pun sayang”.

(Ketika mereka akan pergi ada nenek tua yang melarang mereka untuk pergi)

Zubaidah : “Diam mulut kau itu, toket”.

Marta : “Cie…cuit-cuit eea ah maen cewek”.

Nenek tua : “Ojo lungo cuk…, ojo lungo…”.

Marta : “Astaghfirullahaladzim jelek kali mukanya wei”.

Markonah : “Ih Ta mulutmu”.

Nenek tua : “Ojo lungo nduk… ojo lunga… ojo…”

Purnomo : “Siapa orang Jawa di sini wei, apa katanya?”


Zubaidah : “Ini si Markonah lah, Bapak dia kan orang Jawa, apa katanya Mar?”

Markonah : “Eneng opo nek? cucumu ora lungo”.

Nenek tua : “Ojo lunga nduk… aja lunga…”

Purnomo : “Apa katanya Mar?”

Markonah : “Kita nggak boleh pergi katanya wei”.

Purnomo : “Hah…dia pula yang ngelarang. Bapakkupun nggak ngelarang, anak


ketua dilarang. Yuk cabut-cabut aja yok”.

Zubaidah : “Yo wei, cabut aja kita”.

Markonah : “Tunggu ta..”.

Marta : “Ayok Mar..”.

(Akhirnya merekapun menghiraukan perkataan nenek tua itu dan


Markonah nunduk ke nenek tua)

(Di rumah Markonah)

Pak Paidi : “Saben dino kok ngisi pinatap wae oalah-alah, kuate kalah karo istriku
iki yo, sisip kene…sisip kene…”. (Sambil membenarkan atap depan
rumah)

Mak Ijah : “Banggg..”.

Pak Paidi : “Opo dek?”.

Mak ijah : “Kok perasaanku dari tadi nggak enak terus ya bang, kayak ada yang
kurang gitu”. (Ngomong dibalik jendela).

Pak Paidi : “Coba tambahke gulo mbek garam dek, ben penak”. (Sambil
membenarkan atap).

Mak Ijah : “Bang…ini aku ngomong serius ya, jangan sampai aku balik-balikan
rumah ini ya”.

Pak Paidi : “Iyo iyo eneng opo to dek”.

Mak Ijah : “Udah…telepon Markonah sini cepet!!”

Pak Paidi : “Aku ora eneng pulsa dek, paketanku wis entek”.

Mak Ijah : “Ahh… punya hp nggak punya pulsa, kau jual aja hpmu untuk beli
pulsa bang…malu-maluin aja!”

Pak Paidi : “Iyo lueh isin nggak due hp hehehe…”. (Masih membenarkan atap)
(Purnomo, Markonah, Zubaidah dan Marta berjalan menyusuri hutan tetapi…)

Zubaidah : “Heh wei, kayaknya kita disini-sini aja lah dari tadi, kayaknya nggak
ada ujungnya”.

Marta : “Perasaan kau aja tuh Zu, bentar lagi nyampe kok kita”. (Tetap berfikir
positif)

(Di tengah-tengah perjalanan Markonah melihat Badadarawuhi yang


tengah menari dan saat itulah Purnomo menepuk pundak Markonah)

Purnomo : “Mar… ngapain kau termenung…ayo!”

Markonah : “Iya Pur, iya”. (Menjawab dengan terbata-bata karena terkejut)

Purnomo : “Tunggu wei sini ngumpul dulu, ini kita kan nggak ada kompor, nah
lokasi camping kita deket situ. Jadi kita nyari kayu bakar dulu sebelum
kita nyampe lokasi, kau sama markonah (menunjuk markonah dengan
zubaidah) aku sama Marta (menunjuk Marta) Kau ke arah sana, aku ke
arah sana, oke?”

Markonah : “Barengan ajalah, takut…”

Zubaidah : “Udah ayok cepet Mar, manja kali kau, biar cepet selesai kita”.

Markonah : “Ayoklah”.

Zubaidah : “Ayo mar”.

Marta : “Ayo Pur”. (Akhirnya mereka berpencar-pencar untuk mencari kayu


bakar).

(Disuatu tempat Mak Ijah pergi ke warung untuk membeli pulsa)

Mak Ijah : “Wak…uwak…wak”. (Sambil berteriak heboh)

Wak keling : “Mau beli apaaa…?”

Mak Ijah : “Ada pulsa wak?”

Wak keling : “Berapa?”

Mak Ijah : “Lima ribu lah wak, cepet ya!”

(Wak keling mengambil hpnya)

Wak keling : “Eh habis pula pulsaku ini, belum ngisi”.

Mak Ijah : “Is…is… cemana lah ini… ah”.

Wak keling : “Kenapa rupa-rupa nya penting kali?”


Mak Ijah : “Iya wak…ini lah semenjak Markonah pergi kok nggak enak kali
perasaanku”.

Wak keling : “Kemana rupanya markonah?”

Mak Ijah : “Camping dia wak… pergi tadi sama kawannya ke hutan kenari untuk
tugas sekolah katanya”.

Wak keling : “Haa… serius kau?”

Mak Ijah : “Iya kenapa rupa-rupa nya kau?”

Wak keling : “Haa… itu kan hutan terlarang tempat jin buang-buang sempak haa…
azab ini azab azab”.

Mak Ijah : “Ah masa wak..is awak ini nakutin aku aja, merinding aku ini”.

(Disuatu hutan Marta berjalan dan menemukan selendang yang


bergelantung)

Marta : “Ih… cantik sekali selendangnya, antik kali, ah kusimpan mana tahu
jadi kaya mendadak ya kan”.(gumamnya)

Purnomo : “Ta…ta… Marta…”

Marta : “Apa pur ?”

(Purnomo memberi kode kepada Marta untuk melihat orang yang berada di
pohon itu yaitu badadarawuhi yang sedang menari)

Purnomo : “Nggak jelas ini ta, kita cabut yuk!”

Marta : “Ayok yok yok”.

(Purnomo dan marta berlari pergi, disisi lain Zubaidah dan Markonah
sedang mengumpulkan batang ranting )

Zubaidah : “Mar , udah banyak aku dapat nih”. (Sambil menunjukkan batang
ranting yang sudah diambilnya)

(Disemak-semak ada setan yang mengintip ke arah Zubaidah dan


Markonah, tiba-tiba markonah melihat setan itu)

Zubaidah : “Mar..mar..mar tengokah kau, Mar? Mar…mar… hellow…mar..”


(Tetapi Markonah tidak menengok dan masih melihat setan itu)

(Markonah mendekat ke arah zubaidah)

Markonah : “Eh Zu”. (Sambil celingukan ketakutan)

Zubaidah : “Kenapa kau?” (Sambil terheran-heran)


Markonah : “Cabut yuk”. (Sambil berlalu pergi)

Zubaidah : “Mar, kenapa amankah?” (Sambil kebingungan dan melihat markonah


yang berlalu pergi)

Markonah : “Ayo kita jemput Pur sama Marta”. (sambil berjalan terus)

Zubaidah : “Mar… mar tunggu..” (Sambil berlari mengikuti Markonah)

(Dilain tempat Mak Ijah masih berada di warung)

Mak Ijah : “Iss…cemana nih solusinya ya wak? (Mak Ijah kebingungan) mana
cuma anak satu-satunya.”

Wak keling : “Datangi!! (sambil manggut-manggut) sebelum terlambat!! (sambil


menaut-nautkan hpnya)

Mak Ijah : “Kau tiba-tiba jadi serem pulau wak..”

Wak keling : “Biar dapat horornya”. (Sambil tertawa cekikikan)

Mak Ijah : “ Yaudah aku susul Markonah dulu ya wak”.

Wak keling : “iya hati-hati ya”.

(Mak Ijah sambil berlalu pergi dan berucap)

Mak Ijah : “Ya Allah, Markonah pulanglah, kemana ya anak ini”.

Wak keling : (Tertawa seram) “Ha…ha…ha”.

(Pur berlari sekuat tenaga)

Purnomo : “Capek aku Ta, istirahat dulu”. (Sambil duduk)

Marta : “Hah…hah (ngos-ngosan) bikin tenda di sini aja kita ya pur?”

Purnomo : “Yakin kau?”

Marta : “Iyalah sekalian nunggu orang itu datang”. (Markonah dan Zubaidah)

Purnomo : “Ide bagus itu, yuk!”

Marta : “Yuk!”

(Pur bangun dan pergi membangun tenda, ditempat lain Zubaidah dan
Markonah berjalan sambil melihat-lihat sekitar)

Zubaidah : “Ooo…Mar…Mar”.

(Markonah menengok)

Zubaidah : “Tadi pas kita jalan ke sini, aku denger musik gamelan”.
Markonah : “Hah kau dengar juga, Zu”.

Zubaidah : “Apa tandanya itu Mar? kau kan orang Jawa”.

Markonah : “Antara kita disambut sama kabar buruk”.

Zubaidah : “Betul itu? (sambil penasaran) nanti kaidah mu aja”.

Markonah : “Udah yuk Zu, kita cari Pur sama Marta, kita keluar dari hutan ini.
Bahaya!”

Zubaidah : “Mar serius kali mukamu, ayolah”. (Sambil berlari pergi dan
melemparkan kayu yang dibawa)

(Di lain tempat)

Marta : “Ih!! satu aja tendanya Pur?”.

Purnomo : “Iyalah ngapain dua, kan cuma istirahat aja kita”. (Sambil membangun
tenda)

Marta : “Sempit lah di dalam nanti Pur”.

Purnomo : “Itulah yang dicari dari tadi (sambil melepas tas ransel) nggak habis
pikir kau, udah ayo masuk ta ayo”. (Pur melepaskan baju dan masuk ke
tenda)

Marta : “Iyalah kalau kau tak keberatan”. (Marta berjalan untuk masuk ke
tenda)

(Markonah dan Zubaidah berjalan melihat tenda Pur dan Marta)

Markonah : “Eh..Zu itu tendanya Marta sama Pur, tapi kok nggak ada orangnya”.

Zubaidah : “Eh kok goyang-goyang tendanya, kan nggak ada angin nggak ada
hujan, kita datengin yuk Mar, nggak betul ini”. (Sambil berjalan
menuju tanda itu)

Markonah : “He…ngapain kau di dalam..keluar! keluar!” (mengambil ranting dan


memukul tenda)

Marta : “Kenapa ini hah? Kenapa?” (Tanya Marta yang bingung dan keluar
dari tenda)

Zubaidah : “Eee..buseett dah udah lepas jilbab aja”.

Markonah : “Ngapain kau di dalam? bisa kena kasus toli air kalian ini”.

Marta : “Apa?? orang kita belum sempat ngapa-ngapain kok, iya kan pur?”

Purnomo : “Iya, masih pemanasan pun kami ini”.


(Tiba-tiba mereka mendengar bunyi gamelan)

Zubaidah : “Denger kau mar?”

Markonah : “Dengar Zu”. (Sambil ketakutan)

Nenek tua : “Ojo ngganggu omahku!”

(Markonah, Zubaidah, Marta dan Purnomo celingukan mencari-cari di


mana asal suara itu)

Marta : “Ih ada suara itu lagi wei”. (Marta sambil bersembunyi di dalam tenda)

Nenek tua : “Nek arep urip ojo ngotori omahku!”

Markonah : “Mbah putumu njaluk ngapuro”.

Nenek tua : “Omongke ning konco-koncomu bali saiki! bali!”

Markonah : “Nggih mbah, pamit yo mba, yok wei kita disuruh pulang”.

Zubaidah : “Ayo Mar ayo”.

(Markonah dan Zubaidah pun beranjak pergi tetapi Pur dan Marta masih
berada di tendanya)

Marta : “Masuk Pur, Ayo”. (Sambil menarik Pur masuk ke dalam tenda untuk
bersembunyi)

Nenek tua : “Jancooooookkkkkkkk !” (Mbah tuapun pergi)

(Di rumah, bapak Markonah sedang membenahi atap rumah)

Pak Paidi : "Capek tenan rek wetengku sampean ( sambil mengusap perut ).. Dek
gawene aku mangan dek (teriak memanggil mak ijah)
Wook !!!!...Diceluk uwong ping telu ora njawab duso lo dek !!!!
Nangndi Wong Iki, dek !! "

(Mak Ijah di pinggir jalan menuju hutan kenari mau menjemput


Markonah )

Mak Ijah : "Ya Allah lindungilah Markonah sama kawan-kawannya. Belum terima
kenyataan kalilah , aku kalau ada apa-apa sama Markonah ini ya.."

(Lalu Mak Ijah bertemu Ling-ling ( orang cina))

Ling-ling : "Kak bulu bulu kali mau kemana ? "

Mak Ijah : "Eh ini ling mau ke hutan kanari jemput markonah. Ling dari mana?
Ling-ling : "Saya Balu lihat ladang saya yang 100 hektal lo, hayya malkonah ke
hutan kenali? Hayya ? Bahaya loo, ngapain malkonah ke sana ?"

Mak Ijah : "Kemping disana sama kawannya ce, biasalah namanya anak Pramuka

Ling-ling : "Hayya kemping di hutan kenali bahaya Lo ka, itu hali kabalnya ada
anak halobet, hilang sampai sekalang tidak ditemukan, katanya di
sembunyikan dalam pohon loba..Hiii, di hutan kanali juga banyak
nyamuk, kaka kalau mau ke sana pakai sarung tangan.. Pakai kaos kaki
laaa."

Mak Ijah : "Amit - amit ling amit - amit jangan sampela ada apa apa sama
markonah. Oh iya Nyamuknya besar besar ya ling? "

Ling-ling : "Ayo jemput markonah sekarang lo, lebih cepat lebih bagus ka,
sebelum terlambat."

Mak Ijah : " Iya ling mau jemput beti sebelum gelap kali , yaudah permisi duluan
ling, assalamualaikum .HEEE assalamualaikum pula kubilang
samcimu..Maaf ya ce kebiasaan. "

Ling-ling : " Gapapa loo ."

(Zubaidah dan Markonahdi hutan lari - larian , lalu berhenti dan


berkata........)

Zubaidah : " Orang itu bandel kali, udah di suruh pulang kita sama kakek itu tapi
tetep lanjut, semoga gak di gampet sama orang itu. "

Markonah : " Mulut mu Zu, di hutan kita ni."

Zubaidah : " Maaf ya mbah maaf ya"

( Terdengar suara tawa nenek-nenek)

Markonah : " Mampus kita Zu. "

Zubaidah : " Kabur Mar..."

(Di warung, Bu warung menghitung utang-utangan)

Wak keling : " Bu nina 575.000 , mak ijah 440.000 , Bu Ida 875.000 yayayayaaa…
banyak kali yang utang sama aku ya, enak kali ambil tapi banyar pun
tak mau.Tega kali la kalian berutang .

( Ada suara orang mau beli )

Marta : " Wak beli wak "


( Di dalam warung )

Wak keling : " Yaaa, inilah rejeki orang yang teraniaya , ihh senang kali aku."

( Di luar warung )

Marta : " Wak beli Wak."

Wak keeling : " Sabar - sabar , macam kau aja yang punya mulut ya, Mau beli apa
kauuu ( terkejut) , kau inikan Martha . Lha bukan nya ikut kemping kau
sama markonah ke hutan kenari?"

(Martha geleng-geleng )

Wak keling : " Kau lebih seram dari pada aku, mau beli apa kau JANGAN
NGUTANG YA !!!"

Marta : " Bunga "

Wak keeling : " Haa? Bunga , tumben kau beli bunga untuk apa? , Mau jiarah ya ohhh
mau kau Makan , memang enak ini di makan kali gada duit , kasih
dikit garam sama minyak Jelantah ya biar enak hahahaha...... Bercanda
ya tha aku, serius kali kau nengok aku Kek ujian PNS nyanyanya ni
bunga nya."

( Menyerahkan bunga dan Martha membayar )

Wak keling : " Banyak kali ini , cuma 2000 bunga nya. Duit yang sudah di kasih tidak
bisa di kembalikan lagi I'm sorry. ( Marta Jalan ..... Lalu menengok ke
bu warung lagi )

Wak keling : " Hii punya Ilmu hitam dia , jalan tanpa injak tanah.'

( Di rumah , pak Paidi mencari mak Ijah )

Pak Paidi : " Dek oh dek, dek , Nangdi koe dek . Ojo ngumpet dek, orang lucu Iki,
dek, Opo deke nesu ya soal pulsa, sakjane hp ku iki akeh pulsane,
tapikan iki arek nelepon mboke ngko bengi, nah wong wedok nak nesu
sitik sitik mingat, sitik sitik mingat ..Wes jarke wae lah, ngko lak kesel
kan balik dewe .... "

( Di pinggir jalan mak ijah..... )

Mak Ijah : "Sabar ya nake mamak mu dateng, sabar ya nake mamak mu dateng,
sabar ya nake mamak mu dateng, sabar ya nake mamak mu dateng."

Wak selow : "Mau kemana Mak Ijah?.”


Mak Ijah : "Kak udah ya kak, aku mau jemput Markonah ke hutan buru-buru
nggak ada waktuku untuk nglawani kakak, nyawanya anakku ini
taruhannya, maaf ya kakk, maafff kalii.”

Wak selow : "Halah orang anak nggak guna aja di jemput ."

Mak Ijah : "He kak bagus bagus kau mulutnya . Tinggal bersama pun jadi kita
demi anak, tega kali kau bilang anakku gak guna, aku lewat sini betul
betul nggak ada aku nyenggol kau, bikin pitam kau ah."

Wak selow : "Orang memang anakmu nggak guna kok, udah anakmu malas, tinggal
kelas paling nanti jadi sampah ."

Mak Ijah : "Kita nggak tau nanti rejeki anak dimana ya, kau yang atur hidup
anakku nilainya, mulut kau itu yang sampah, tahi kucing. Istighfar Ijah
istighfar ya Allah istighfar...." ( pergi meninggalkan wak selow )

Wak selow : "Anakmu bodoh, rupamu jelek, utangmu banyak, bajumu itu itu aja
ha..ha..ha.."

(Di hutan zubaidah dan Markonah mencari jalan keluar dari hutan)

Markonah : " Zu dimana jalan keluarnya ya Zu, nggak ada natap ku pintu exit loh "

Zubaidah : "Kenapa itu pintu exit, kou pikir mol ini, nggak sekalian aja kou bilang
assambele poinnya"

Markonah : "Kau pikir ini hotel ada assambele poinnya"

Zubaidah : "Kau baik-baik kan kata-kataku tadi ya ( sambil maju dan menampar
markonah )

Markonah : "Aduh sakit loo , main pukul-pukul aja kau ah kamu ah gitu aja kok
marah."

Zubaidah : "Nyamuk nih ah, kau tengok nih sampai mateng di mukamu."

Markonah : "Ih iya lo.”

Zubaidah : "Kutikulang seringkuh, kutularang gerak biru, kutilang tambah serundu


ada hantu di belakangmu mar ... Iiihhh " (melongo)

Markonah : "Mana Zu gak ada lo, cuma perasaan kau aja itu "

Zubaidah : "Itu Mar di sana tadi"

Markonah : "Gak ada lo"


Zubaidah : "Terang kau Mar nggak mau aku, tadi ada di situ lo Mar nampak
merah matanya."

Markonah : "Oh hidungnya mancung, kulitnya putih rambutnya pirang? Iya ?

Zubaidah : "Iyaa Mar "

Markonah : “Orang bule sakit mata itu” (tertawa terbahak-bahak)

Zubaidah : “Bangke lah kau, orang serius pun ah” (tatapan sinis)

Markonah : “Yok lah kita gerak, memang agak bau menyan disini hiii”

Zubaidah : “Hei mar, tunggu lahh”

(Di warung, wak keling menghitung uang yang diberi Marta saat beli
kembang.)

Wak keling : “Satu, dua, tiga, empat lima. Ih lumayan kali lima ratus ribu dikasih
marta hahahaha”

(Wak keling terkejut mendengar orang yang memanggil di depan warung.)

Purnomo : “Wak beli”

Wak keling : “Wah kastemer baru, ih untung kali aku” (mencium uang dari marta)

Purnomo : “Iya tunggu – tunggu”

Purnomo : “Wak beli”

Wak keling : “Ah mau beli apa tunggu”

Purnomo : “Wak beli”

(Ibu warung keluar menemui pembeli dengan terkejut.)

Wak keling : “Apa Purnomo kau Purnomo apa Purnomo”(Terkejut melihat wajah
Purnomo yang pucat)

Wak keeling : “Lagi cosplay hantu klean ya, tadi pun gitu , Marta kali mukanya.
Nggak ikut camping juga kau?

(Purnomo menggeleng tanpa suara)

Wak keling : “Eh tadi sapa saja yang ikut camping. Nggak mungkin cuma zubaidah
sama markonah. Ah mungkin dah ada kelompok. Eh kek aku gurunya
ya. Dah mau beli apa kau purnomo mau beli apa?”

Purnomo : “Bunga”
Wak keling : “Ih sama kali sama Marta habis pun beli bunga, jodoh klean ya, kalau
udah jodoh Purnomo, jangan lama-lama kali langsung aja ditembak
atau bawak mahar kerumahnya.”(sambil membungkus bungan dengan
daun)

Wak keling : “Eh serius kali muka orang ini, nggak bisa diajak bercanda rupanya, ih
takut aku. Nyoh nyoh nyoh bunganya nyoh nyoh.” (memberi
bungkusan bungan ke Purnomo)

(Purnomo memberi uang ratusan ribu)

Wak keling : “Eyy banyak kali ini, nanti jatuh miskin kau ngasih aku segini”

(Purnomo pergi perlahan, berhenti, kepalanya berbelok arah, tertawa


sambil makan bunga)

Wak keling : (Melongo kemudian teriak) ”aaaaaaaa”

Purnomo : “Hahahahahaha”

Wak keling : “Hantu rupanya daritadi. Ih kok nggak bilang kalau dia hantu.”

(Wak keling mengecek uang dari Purnomo)

Wak keling : “Woih duitnya jadi daun emang tehek.” (mengecek uang disakunya
yang di beri marta)

Wak eeling : “Weh duit marta pun jadi daun? Hantu pun bisa di kunyah aku
haaaaaaaaaaaahhhh.”

(Mak Ijah sampai di hutan kenari sambil menangis tersedu-sedu)

Mak ijah : “Kok ada ajalah cobaan ini Ya Allah. Demi anak apapun kulakukan.
Bismillahirohmanirrohim.”

(berjalan menyusuri hutan kenari)

Mak ijah : “Ih serem kali rupanya hutan kenari ini ya, kok kayak ada persembahan
gini . Di hutan kok banyak janur-janur begini YaAllah. Hiiii merinding
aku. Langsung naik bulukuduk ku ah.”

( Ada warga yang melakukan ritual dan sesajen, dari atas pohon mak ijah
diawasi oleh hantu bertopeng. Mak ijah tidak sadar kemudian meneruskan
perjalanan untuk mencari Markonah. Badadarawuhi menampakkan diri,
namun mak ijah tidak menyadarinya.)

(badadarawuhi menari berlenggok-lenggok)


(Di dalam hutan)

Zubaidah : “Mar, aku kepikiran lah sama Pur dan Marta, kita jemput aja yuk.”

Markonah : “Gilak kau Zu, bentar lagi mau magrib lo, nyari amannya ajalah kita,
pulang aja yuk!” (berbalik badan)

Zubaidah : “Tapi itukan kawan kita lo.”

Markonah : “Alah kawan kek gitu ngapain kau urusin, gak guna juga berkawan
sama kita. Di luar sana masih banyak lagi kawan yang lebih oke
daripada Purnomo sama Marta. Udah

Zubaidah : “Kayak gini persahabatan kau ya, Mar? Kau lebih menilai sifat
daripada nyawa.”

Markonah : “Bukan gitu lo maksud aku, Zu.”

Zubaidah : “Udahlah aku mau jemput orang itu. Bagaimana pun orang itu kawan
aku, aku rela mati demi kawan. Walaupun kawan demikian, kawan
adalah keluarga bagiku, susah senang kutanggung sama-sama. Kalau
kau mau pulang silahkan!”

Markonah : “Zu, bukan gitu lo maksud aku Zuu. Zu tunggu Zu... “

(Di belakang Markonah ada setan)

(Di sisi lain, Mak Ijah...)

Mak Ijah : “Ya Allah serem kali lah hutan ini, mau kemanapun nggak tau aku.”
(sambil menyingkirkan daun yang menjalar di depanya)

Mak Ijah : “Hehhh mampus hehhh.” (rok mak beti ditarik tuyul, melambai-lambai
memanggil mak ijah)

Mak Ijah : “Ya Allah anak siapa lah itu cuma pakai pempers dihutan gini.”

Mak Ijah : “Kemana adek itu tadi, kok ngggak ada, kemana ya.” (sambil mencari-
cari)

(Tuyul menampakkan diri)

Mak Ijah : “Heeiii tunggu.”

(Zubaidah sampai ditenda Marta dan Purnomo)

Zubaidah : “Ta, Pur, pulang kita yok wei, Taaa!!!” (tenda digoyang-goyang lalu di
buka)
Zubaidah : “Eh kemana ni orang itu.”

(Ada suara tangisan )

Zubaidah : “Pur…”

(Zubaidah menghampiri Purnomo)

Zubaidah : “Pur, Pur? Nggakpapa kau? Pur? Pur? Pur?”

(Purnomo kerasukan)

Purnomo : “Ojo ganggu omahku!!!”

Zubaidah : “Pur kenapa kau Pur?” (Zubaidah terjatuh lemas)

Purnomo : “Khakkkkhh”

(Zubaidah melihat Marta menjedot-jedotkan dahinya ke pohon sampai


berdarah-darah sambil menari)

Zubaidah : “Pur.. Marta.. Marta.. kenapa kalian wei?”

(Markonah datang)

Markonah : “Zu... ada apa ini kok bisa jadi kek gini?”

Zubaidah : “Nggak tau aku Mar.”

Markonah : “Purrrrrrr Martaaa!!!”

(Di sisi hutan menuju tempat mereka berempat. Tuyul menunjukkan arah
keberadaan Markonah dan kawan-kawannya kepada Mak Ijah.)

Mak Ijah : “Ya Allah dibawa kemana kau ini!!”

(Tuyul menunjukkan arah)

Mak Ijah : “Dekk tunggu!!”

(Mak Ijah akhirnya menemukan mereka)

Mak Ijah : “Ya Allah Mar!!”

Markonah : “Makk!! Mak!!” (Markonah berlari kearah mak ijah lalu memeluknya)

Mak Ijah : “Kenapa ini, Mar??”

Markonah : “Nggak tau Mak, pas kami kesini udah kayak gitu orang ini.”
(Mak Ijah menghampiri kawan markonah)

Mak Ijah : “Mbah jangan ganggu, jangan sakiti cucumu.”

Purnomo : “Sopo koe!! Anak iki wes ngotori omahku. Dekne kudu matekk!!!
Huahaahaha.” (terhempas kebelakang, jatuh tersungkur)

Zubaidah : “Purr jangan sakiti Purr.”

(Purnomo terhempas kesana kemari)

Zubaidah : “Jangan!! Purr!!”

(Purnomo masih terhempas, Marta pun semakin menjadi-jadi.)

Markonah : “Martaaaa!!!”

(Mak ijah kesurupan buyut dari nenek tua yang merasuki tubuh Purnomo.)

Mak ijah : “Hokh hokh hokh”(kepalanya mengadah ke atas)

Markonah : “Makkee!! makk!!”

Mak ijah : “Lepaskeee!”

Purnomo : “Buyuut, buyutt.” (bangun dari tanah)

Mak ijah : “Ojo ganggu bocah bocah lepaskeehh!!

Purnomo : “Emoh, bocah iki arek tak pateni”.

(Mak ijah membaca mantra,pur terhempas kesana-kemari dan Marta


semakin menjadi-jadi.)

Purnomo : “Ngapura buyut, ngapura!!”(kepala Pur kesakitan).

(Pur terjatuh, Marta tersangkut di pohon.)

Zubaidah : “Pur..purr..purr…”(menuju kearah pur, dan meletakkan kepala pur


dipangkuannya.)

Purnomo : “Uhuk uhuk, ada apa ini Zu?”(pur tersadar dan muntah darah)

Zubaidah : “Nggakpapa Pur, semuanya sudah berakhir.”

(Markonah berlari ke Marta)

Markonah : “Martaaa!! Ta nggakpapa kau kan?”

Marta : “Nggakpapa marr.”


(Markonah memapah Marta)

Markonah : “Ayo Taa, eh Bismillahirohmanirrohim.”

(Mak ijah jatuh tersungkur lalu muntah darah, tuyul bergembira sambil
meloncat-loncat karena masalah terselesaikan, Marta dan Markonah
memeluk Mak Ijah.)

Markonah : “Maakk, nggakpapa kau makk?”

(Pur muntah darah dan memeluk Zubaidah)

Zubaidah : “Nggakpapa Pur nggakpapa”

-TAMAT-

Anda mungkin juga menyukai