KEMPING-KEMPING NAKAL
( KKN )
DI DESA KENARI
GURU PEMBIMBING
Nuryanto, S.Pd.
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
KEMPING-KEMPING NAKAL
( KKN )
DI DESA KENARI
KKN
DI DESA
KENARI
GURU PEMBIMBING
Nuryanto, S.Pd.
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
Cerita KKN di Hutan Kenari kami ambil dari kisah nyata KKN di
Desa Penari yang sempat viral tahun lalu dari kisah tanah jawa. Berawal
dari Markonah dan teman-temannya yang akan melaksanakan tugas sekolah
yaitu camping bersama, yang sebelumnya ada hambatan dari orang tua
Markonah dan Nenek Tua misterius. Hingga akhirnya mereka berpisah dan
melakukan kesalahan fatal.
NASKAH DRAMA BAHASA INDONESIA
“KKN”
Markonah : “Cangkir, bontot (rantang), ini kalau misalnya aku demam (softex), bawa
sempak satu ajalah cuman satu hari aja”. (Di dalam kamar
mempersiapkan perlengkapan untuk camping).
Mak Ijah : “Mar…jangan pergi lah nakke perasaan mamakmu tak enaklah”.
Markonah : “Susah beol kali mama tu, makanya perasaannya nggak enak”.
Mak Ijah : “Bukan gitu lah nakke, insting orang tua keanaknya itu kuat, kok berat
kali lah mamak ni lepas kau ya…”.
Markonah : “Mak… aku ini camping cuman satu hari ajalo, sunyi mamak tak ada
kawan berantem, iya? sudahlah Mak, Markonah pasti pulang kok, ini
kan untuk tugas sekolah nanti kalau nggak diikuti jadi tinggal kelas
mak (Sambil menutup tas). Mamak di rumah aja ya, Markonah kan
pergi untuk tugas sekolah Mak, biar Markonah jadi anak yang pintar
terus kita jadi kaya. Yaudah Mak, Markonah pergi ya…,
Assalamualaikum”. (Berpelukan sambil cium tangan Mak Ijah).
Purnomo : “Lama kali Markonah datang, udah jam berapa ini, sudah gelap ini”.
Marta : “Berapa lama lagi kita nunggu markonah ini ya wei… sudah pegel kali
kakiku ni”.
Zubaidah : “Duduklah bodoh, dah tau kakimu pegel malah masih berdiri… ih”.
Purnomo : “Kita tinggal aja Markonah ya wei, enggak disiplin kali pun”.
Mak Ijah : (Sedang menyapu rumah..tiba-tiba photo Mak ijah yang sedang
menggendong Markonah waktu kecil jatuh dan pecah). “Apa
itu…?!?!”. (Angin kencang sehingga membuat gorden dan jendela
tertutup dengan keras). “Brakkk…Allahu akbar…”. (Mak ijah pun
terkejut). “Apa ini hei… jangan kalian prank-prank aku hei… paling
nggak suka kali aku yang kek gini-ginini”.
Zubaidah : “Kan banyak kayu di hutan, masaklah dengan kompor kayulah, mana
jiwa pramuka kamu ta?. Ih mau camping kok pakai kompor minyak
manja…”.
Markonah : “Sorry ya wei, aku agak telat, pamitan sama mamaku tadi, ditahan-
tahannya aku nggak boleh pergi”.
(Ketika mereka akan pergi ada nenek tua yang melarang mereka untuk pergi)
Pak Paidi : “Saben dino kok ngisi pinatap wae oalah-alah, kuate kalah karo istriku
iki yo, sisip kene…sisip kene…”. (Sambil membenarkan atap depan
rumah)
Mak ijah : “Kok perasaanku dari tadi nggak enak terus ya bang, kayak ada yang
kurang gitu”. (Ngomong dibalik jendela).
Pak Paidi : “Coba tambahke gulo mbek garam dek, ben penak”. (Sambil
membenarkan atap).
Mak Ijah : “Bang…ini aku ngomong serius ya, jangan sampai aku balik-balikan
rumah ini ya”.
Pak Paidi : “Aku ora eneng pulsa dek, paketanku wis entek”.
Mak Ijah : “Ahh… punya hp nggak punya pulsa, kau jual aja hpmu untuk beli
pulsa bang…malu-maluin aja!”
Pak Paidi : “Iyo lueh isin nggak due hp hehehe…”. (Masih membenarkan atap)
(Purnomo, Markonah, Zubaidah dan Marta berjalan menyusuri hutan tetapi…)
Zubaidah : “Heh wei, kayaknya kita disini-sini aja lah dari tadi, kayaknya nggak
ada ujungnya”.
Marta : “Perasaan kau aja tuh Zu, bentar lagi nyampe kok kita”. (Tetap berfikir
positif)
Purnomo : “Tunggu wei sini ngumpul dulu, ini kita kan nggak ada kompor, nah
lokasi camping kita deket situ. Jadi kita nyari kayu bakar dulu sebelum
kita nyampe lokasi, kau sama markonah (menunjuk markonah dengan
zubaidah) aku sama Marta (menunjuk Marta) Kau ke arah sana, aku ke
arah sana, oke?”
Zubaidah : “Udah ayok cepet Mar, manja kali kau, biar cepet selesai kita”.
Markonah : “Ayoklah”.
Mak Ijah : “Camping dia wak… pergi tadi sama kawannya ke hutan kenari untuk
tugas sekolah katanya”.
Wak keling : “Haa… itu kan hutan terlarang tempat jin buang-buang sempak haa…
azab ini azab azab”.
Mak Ijah : “Ah masa wak..is awak ini nakutin aku aja, merinding aku ini”.
Marta : “Ih… cantik sekali selendangnya, antik kali, ah kusimpan mana tahu
jadi kaya mendadak ya kan”.(gumamnya)
(Purnomo memberi kode kepada Marta untuk melihat orang yang berada di
pohon itu yaitu badadarawuhi yang sedang menari)
(Purnomo dan marta berlari pergi, disisi lain Zubaidah dan Markonah
sedang mengumpulkan batang ranting )
Zubaidah : “Mar , udah banyak aku dapat nih”. (Sambil menunjukkan batang
ranting yang sudah diambilnya)
Markonah : “Ayo kita jemput Pur sama Marta”. (sambil berjalan terus)
Mak Ijah : “Iss…cemana nih solusinya ya wak? (Mak Ijah kebingungan) mana
cuma anak satu-satunya.”
Marta : “Iyalah sekalian nunggu orang itu datang”. (Markonah dan Zubaidah)
Marta : “Yuk!”
(Pur bangun dan pergi membangun tenda, ditempat lain Zubaidah dan
Markonah berjalan sambil melihat-lihat sekitar)
Zubaidah : “Ooo…Mar…Mar”.
(Markonah menengok)
Zubaidah : “Tadi pas kita jalan ke sini, aku denger musik gamelan”.
Markonah : “Hah kau dengar juga, Zu”.
Markonah : “Udah yuk Zu, kita cari Pur sama Marta, kita keluar dari hutan ini.
Bahaya!”
Zubaidah : “Mar serius kali mukamu, ayolah”. (Sambil berlari pergi dan
melemparkan kayu yang dibawa)
Purnomo : “Iyalah ngapain dua, kan cuma istirahat aja kita”. (Sambil membangun
tenda)
Purnomo : “Itulah yang dicari dari tadi (sambil melepas tas ransel) nggak habis
pikir kau, udah ayo masuk ta ayo”. (Pur melepaskan baju dan masuk ke
tenda)
Marta : “Iyalah kalau kau tak keberatan”. (Marta berjalan untuk masuk ke
tenda)
Markonah : “Eh..Zu itu tendanya Marta sama Pur, tapi kok nggak ada orangnya”.
Zubaidah : “Eh kok goyang-goyang tendanya, kan nggak ada angin nggak ada
hujan, kita datengin yuk Mar, nggak betul ini”. (Sambil berjalan
menuju tanda itu)
Marta : “Kenapa ini hah? Kenapa?” (Tanya Marta yang bingung dan keluar
dari tenda)
Markonah : “Ngapain kau di dalam? bisa kena kasus toli air kalian ini”.
Marta : “Apa?? orang kita belum sempat ngapa-ngapain kok, iya kan pur?”
Marta : “Ih ada suara itu lagi wei”. (Marta sambil bersembunyi di dalam tenda)
Markonah : “Nggih mbah, pamit yo mba, yok wei kita disuruh pulang”.
(Markonah dan Zubaidah pun beranjak pergi tetapi Pur dan Marta masih
berada di tendanya)
Marta : “Masuk Pur, Ayo”. (Sambil menarik Pur masuk ke dalam tenda untuk
bersembunyi)
Pak Paidi : "Capek tenan rek wetengku sampean ( sambil mengusap perut ).. Dek
gawene aku mangan dek (teriak memanggil mak ijah)
Wook !!!!...Diceluk uwong ping telu ora njawab duso lo dek !!!!
Nangndi Wong Iki, dek !! "
Mak Ijah : "Ya Allah lindungilah Markonah sama kawan-kawannya. Belum terima
kenyataan kalilah , aku kalau ada apa-apa sama Markonah ini ya.."
Mak Ijah : "Eh ini ling mau ke hutan kanari jemput markonah. Ling dari mana?
Ling-ling : "Saya Balu lihat ladang saya yang 100 hektal lo, hayya malkonah ke
hutan kenali? Hayya ? Bahaya loo, ngapain malkonah ke sana ?"
Mak Ijah : "Kemping disana sama kawannya ce, biasalah namanya anak Pramuka
Ling-ling : "Hayya kemping di hutan kenali bahaya Lo ka, itu hali kabalnya ada
anak halobet, hilang sampai sekalang tidak ditemukan, katanya di
sembunyikan dalam pohon loba..Hiii, di hutan kanali juga banyak
nyamuk, kaka kalau mau ke sana pakai sarung tangan.. Pakai kaos kaki
laaa."
Mak Ijah : "Amit - amit ling amit - amit jangan sampela ada apa apa sama
markonah. Oh iya Nyamuknya besar besar ya ling? "
Ling-ling : "Ayo jemput markonah sekarang lo, lebih cepat lebih bagus ka,
sebelum terlambat."
Mak Ijah : " Iya ling mau jemput beti sebelum gelap kali , yaudah permisi duluan
ling, assalamualaikum .HEEE assalamualaikum pula kubilang
samcimu..Maaf ya ce kebiasaan. "
Zubaidah : " Orang itu bandel kali, udah di suruh pulang kita sama kakek itu tapi
tetep lanjut, semoga gak di gampet sama orang itu. "
Wak keling : " Bu nina 575.000 , mak ijah 440.000 , Bu Ida 875.000 yayayayaaa…
banyak kali yang utang sama aku ya, enak kali ambil tapi banyar pun
tak mau.Tega kali la kalian berutang .
Wak keling : " Yaaa, inilah rejeki orang yang teraniaya , ihh senang kali aku."
( Di luar warung )
Wak keeling : " Sabar - sabar , macam kau aja yang punya mulut ya, Mau beli apa
kauuu ( terkejut) , kau inikan Martha . Lha bukan nya ikut kemping kau
sama markonah ke hutan kenari?"
(Martha geleng-geleng )
Wak keling : " Kau lebih seram dari pada aku, mau beli apa kau JANGAN
NGUTANG YA !!!"
Wak keeling : " Haa? Bunga , tumben kau beli bunga untuk apa? , Mau jiarah ya ohhh
mau kau Makan , memang enak ini di makan kali gada duit , kasih
dikit garam sama minyak Jelantah ya biar enak hahahaha...... Bercanda
ya tha aku, serius kali kau nengok aku Kek ujian PNS nyanyanya ni
bunga nya."
Wak keling : " Banyak kali ini , cuma 2000 bunga nya. Duit yang sudah di kasih tidak
bisa di kembalikan lagi I'm sorry. ( Marta Jalan ..... Lalu menengok ke
bu warung lagi )
Wak keling : " Hii punya Ilmu hitam dia , jalan tanpa injak tanah.'
Pak Paidi : " Dek oh dek, dek , Nangdi koe dek . Ojo ngumpet dek, orang lucu Iki,
dek, Opo deke nesu ya soal pulsa, sakjane hp ku iki akeh pulsane,
tapikan iki arek nelepon mboke ngko bengi, nah wong wedok nak nesu
sitik sitik mingat, sitik sitik mingat ..Wes jarke wae lah, ngko lak kesel
kan balik dewe .... "
Mak Ijah : "Sabar ya nake mamak mu dateng, sabar ya nake mamak mu dateng,
sabar ya nake mamak mu dateng, sabar ya nake mamak mu dateng."
Wak selow : "Halah orang anak nggak guna aja di jemput ."
Mak Ijah : "He kak bagus bagus kau mulutnya . Tinggal bersama pun jadi kita
demi anak, tega kali kau bilang anakku gak guna, aku lewat sini betul
betul nggak ada aku nyenggol kau, bikin pitam kau ah."
Wak selow : "Orang memang anakmu nggak guna kok, udah anakmu malas, tinggal
kelas paling nanti jadi sampah ."
Mak Ijah : "Kita nggak tau nanti rejeki anak dimana ya, kau yang atur hidup
anakku nilainya, mulut kau itu yang sampah, tahi kucing. Istighfar Ijah
istighfar ya Allah istighfar...." ( pergi meninggalkan wak selow )
Wak selow : "Anakmu bodoh, rupamu jelek, utangmu banyak, bajumu itu itu aja
ha..ha..ha.."
(Di hutan zubaidah dan Markonah mencari jalan keluar dari hutan)
Markonah : " Zu dimana jalan keluarnya ya Zu, nggak ada natap ku pintu exit loh "
Zubaidah : "Kenapa itu pintu exit, kou pikir mol ini, nggak sekalian aja kou bilang
assambele poinnya"
Zubaidah : "Kau baik-baik kan kata-kataku tadi ya ( sambil maju dan menampar
markonah )
Markonah : "Aduh sakit loo , main pukul-pukul aja kau ah kamu ah gitu aja kok
marah."
Zubaidah : "Nyamuk nih ah, kau tengok nih sampai mateng di mukamu."
Markonah : "Mana Zu gak ada lo, cuma perasaan kau aja itu "
Zubaidah : “Bangke lah kau, orang serius pun ah” (tatapan sinis)
Markonah : “Yok lah kita gerak, memang agak bau menyan disini hiii”
(Di warung, wak keling menghitung uang yang diberi Marta saat beli
kembang.)
Wak keling : “Satu, dua, tiga, empat lima. Ih lumayan kali lima ratus ribu dikasih
marta hahahaha”
Wak keling : “Wah kastemer baru, ih untung kali aku” (mencium uang dari marta)
Wak keling : “Apa Purnomo kau Purnomo apa Purnomo”(Terkejut melihat wajah
Purnomo yang pucat)
Wak keeling : “Lagi cosplay hantu klean ya, tadi pun gitu , Marta kali mukanya.
Nggak ikut camping juga kau?
Wak keling : “Eh tadi sapa saja yang ikut camping. Nggak mungkin cuma zubaidah
sama markonah. Ah mungkin dah ada kelompok. Eh kek aku gurunya
ya. Dah mau beli apa kau purnomo mau beli apa?”
Purnomo : “Bunga”
Wak keling : “Ih sama kali sama Marta habis pun beli bunga, jodoh klean ya, kalau
udah jodoh Purnomo, jangan lama-lama kali langsung aja ditembak
atau bawak mahar kerumahnya.”(sambil membungkus bungan dengan
daun)
Wak keling : “Eh serius kali muka orang ini, nggak bisa diajak bercanda rupanya, ih
takut aku. Nyoh nyoh nyoh bunganya nyoh nyoh.” (memberi
bungkusan bungan ke Purnomo)
Wak keling : “Eyy banyak kali ini, nanti jatuh miskin kau ngasih aku segini”
Purnomo : “Hahahahahaha”
Wak keling : “Hantu rupanya daritadi. Ih kok nggak bilang kalau dia hantu.”
Wak keling : “Woih duitnya jadi daun emang tehek.” (mengecek uang disakunya
yang di beri marta)
Wak eeling : “Weh duit marta pun jadi daun? Hantu pun bisa di kunyah aku
haaaaaaaaaaaahhhh.”
Mak ijah : “Kok ada ajalah cobaan ini Ya Allah. Demi anak apapun kulakukan.
Bismillahirohmanirrohim.”
Mak ijah : “Ih serem kali rupanya hutan kenari ini ya, kok kayak ada persembahan
gini . Di hutan kok banyak janur-janur begini YaAllah. Hiiii merinding
aku. Langsung naik bulukuduk ku ah.”
( Ada warga yang melakukan ritual dan sesajen, dari atas pohon mak ijah
diawasi oleh hantu bertopeng. Mak ijah tidak sadar kemudian meneruskan
perjalanan untuk mencari Markonah. Badadarawuhi menampakkan diri,
namun mak ijah tidak menyadarinya.)
Zubaidah : “Mar, aku kepikiran lah sama Pur dan Marta, kita jemput aja yuk.”
Markonah : “Gilak kau Zu, bentar lagi mau magrib lo, nyari amannya ajalah kita,
pulang aja yuk!” (berbalik badan)
Markonah : “Alah kawan kek gitu ngapain kau urusin, gak guna juga berkawan
sama kita. Di luar sana masih banyak lagi kawan yang lebih oke
daripada Purnomo sama Marta. Udah
Zubaidah : “Kayak gini persahabatan kau ya, Mar? Kau lebih menilai sifat
daripada nyawa.”
Zubaidah : “Udahlah aku mau jemput orang itu. Bagaimana pun orang itu kawan
aku, aku rela mati demi kawan. Walaupun kawan demikian, kawan
adalah keluarga bagiku, susah senang kutanggung sama-sama. Kalau
kau mau pulang silahkan!”
Mak Ijah : “Ya Allah serem kali lah hutan ini, mau kemanapun nggak tau aku.”
(sambil menyingkirkan daun yang menjalar di depanya)
Mak Ijah : “Hehhh mampus hehhh.” (rok mak beti ditarik tuyul, melambai-lambai
memanggil mak ijah)
Mak Ijah : “Ya Allah anak siapa lah itu cuma pakai pempers dihutan gini.”
Mak Ijah : “Kemana adek itu tadi, kok ngggak ada, kemana ya.” (sambil mencari-
cari)
Zubaidah : “Ta, Pur, pulang kita yok wei, Taaa!!!” (tenda digoyang-goyang lalu di
buka)
Zubaidah : “Eh kemana ni orang itu.”
Zubaidah : “Pur…”
(Purnomo kerasukan)
Purnomo : “Khakkkkhh”
(Markonah datang)
Markonah : “Zu... ada apa ini kok bisa jadi kek gini?”
(Di sisi hutan menuju tempat mereka berempat. Tuyul menunjukkan arah
keberadaan Markonah dan kawan-kawannya kepada Mak Ijah.)
Markonah : “Makk!! Mak!!” (Markonah berlari kearah mak ijah lalu memeluknya)
Markonah : “Nggak tau Mak, pas kami kesini udah kayak gitu orang ini.”
(Mak Ijah menghampiri kawan markonah)
Purnomo : “Sopo koe!! Anak iki wes ngotori omahku. Dekne kudu matekk!!!
Huahaahaha.” (terhempas kebelakang, jatuh tersungkur)
Markonah : “Martaaaa!!!”
(Mak ijah kesurupan buyut dari nenek tua yang merasuki tubuh Purnomo.)
Purnomo : “Uhuk uhuk, ada apa ini Zu?”(pur tersadar dan muntah darah)
(Mak ijah jatuh tersungkur lalu muntah darah, tuyul bergembira sambil
meloncat-loncat karena masalah terselesaikan, Marta dan Markonah
memeluk Mak Ijah.)
-TAMAT-