Pada suatu malam, ditengah tidurnya yang lelap, Jaka Tarub bermimpi mendapat istri seorang
bidadari nan cantik jelita dari kayangan.Begitu terbangun dari tidur.......,
Jaka Tarub: Ah! Ternyata aku Cuma mimpi.(sambil tersenyum) Duuuh ku jadi tidak bisa tidur
lagi!.(duduk di beranda rumah menatap ke langit)
Narator: Sesaat Jaka tarub sedang melamun, tiba-tiba terdengar ayam jantan berkokok
menandakan hari sudah pagi.Ibu Jaka Tarub pun terbangun dari tidurnya,
Mbok Randha: Dimana Jaka Tarub ya? Kok tidak ada di kamarnya.(membuka jendela dan
melihat jaka tarub duduk diberanda). Apa yang sedang dia pikirkan ya? Apa dia memikirkan
ingin segera berumah tangga? Teman-teman sebayanyapun rata-rata telah menikah. Kasian
anakku!!
Narator: Siang hari ketika Mbok Randha sedang berada di sawah, (orang orang berlalu lalang
ada juga yang membicarakan Anak mbok randha si jaka tarub )
Niken : Mungkin dia sedang menunggu sesorang, yang cocok menjadi pendapingnya seprti aku,
hehe..
Narator : Tiba Tiba pak ranu Dan istrinya menghampiri mbok randha.
Pak Ranu : mbok, mengapa anakmu sampai saat ini belum menikah juga ?
Mbok Randha: Entahlah! (sambil mengingat kejadian tadi pagi) Ada apa kau menanyakan itu
Pak ranu?
Istri pak ranu: Aku bermaksud menjodohkan anakmu dengan anakku Laras Atau wati
(menunjuk Anak Anak nya yang berada di dekat sawah)
Mbok Randha:(terkejut) hah?
Mbok Randha: Aku setuju Pak Ranu!! Tapi sebaiknya kita bertanya dulu pada anak kita masing
masing.n
Pak Ranu+istrinya :(mengangguk-angguk) Iya, baik. Nanti coba kita tanyakan pada anak kita
masing-masing.
Resha : ayah, aku mau kok jika dijodohkan dengan jaka tarub!! (dengan tersenyum dan malu
malu)
Novia : aku saja aku juga mau ko, aku kan lebih tua darimu jadi biar aku saja yang menikah
dengan jaka! (dengan membanggakan dirinya)
Resha : tapikan aku lebih cantik darimu, jaka pasti lebih menyukaiku, iyakan ayah
Novia : tidak, dia pasti memilihku
Isri Pak ranu : sudah” jangan bertengkar kita tunggu keputusan dulu dari jaka
Mbok rondo : (hanya tersenyum melihat tingkah kedua anak pak ranu)
Narator: Hari berganti hari. Mbok Randha belum juga menemukan waktu yang tepat untuk
membicarakan rencana perjodohan Jaka Tarub dan Anak pak ranu. Ia takut Jaka Tarub
tersinggung. Lama kelamaan Mbok Randha lupa akan niatnya semula.Pagi itu Jaka Tarub telah
siap berburu ke hutan.
Jaka Tarub: Bu, aku pergi berburu dulu ya.(sambil merapikan busur, panah, pisau yang telah
disiapkannya)
Narator: Saat perjalanan menuju hutan jaka disapa oleh Gadis desa!
Tarisa dan Salma: (sedang merapikan sayur dan tersrnyum genit pada jaka tarub)
Jaka Tarub: (Marah)Sialll! Siaaaalll!Baru kali ini aku mengalami nasib sesial ini! Hewan buruan
sudah ditangan malah dimangsa binatang buas. Apakah ada petanda buruk?Sebaiknya Aku
Lanjutkan perjalanan. Aku lapar sekali. Sebaiknya aku pulang saja. Biarlah tidak membawa
hasil buruan. Semoga ibuku nanti bisa mengerti keadaanku.(berjalan Pulang)
Narator: Ketika Jaka Tarub mulai memasuki desanya, semua orang yang Dia lewati Menatap
dengan pandangan aneh. Ada juga Yang membicarakan nya.
Jaka Tarub:Ada apa ya? Kenapa mereka memandangku dengan pandangan aneh? Ah! Tidak
usah kupikirin! Aku sudah lapar sekali. Aku ingin cepat sampai di rumah! (bergegas menuju
rumah)
Jaka Tarub: (Binggung) Kenapa Banyak orang berkerumun di depan rumahku. Ada apa ya ?
Narator: Jaka Tarub mulai tidak enak hati. Ia segera berlari menuju rumahnya.
Pak Ranu: (menghampiri dan lalu membimbing masuk Jaka Tarub) Sabar ya, Nak!
Citra : (menenangkan jaka tarub)apa kau mau melihat ibumu nak? (sambil menunjuk ibunya
yang sedang berbaring)
Narator: Mata Jaka Tarub langsung tertuju pada sesosok tubuh yang terbujur kaku diatas dipan
kemudian Jaka Tarub menyadari kalau ibunya telah meninggal. Jaka Tarub tak sanggup menahan
air mata. Inilah bukti firasat buruk yang dirasakan sejak pagi, Ia hanya termenung memandang
wajah ibunya. Sepeninggal ibunya, Jaka Tarub mengisi hari harinya dengan berburu. Hanya
dengan berburu, Jaka Tarub bisa melupakan kesedihannya.
Di suatu pagi hari, Jaka Tarub telah bersiap siap untuk berangkat berburu. Dengan santai ia
berjalan menuju Hutan Wanawasa karena hari masih pagi. Ketika sampai di hutanpun Jaka tarub
hanya menunggu hewan buruan lewat di depannya. Tak terasa hari sudah siang.
Jaka Tarub: (melamun) Aaahh! Dari tadi pagi aku menunggu hewan buruan, tapi tak ada
satupun hewan buruan yang lewat. Duuuh aku haus sekali. Baiklah, aku coba cari air.
Jaka Tarub: Wooow! itu danau toyawening sudah kelihatan dari sini. (menghentikan
langkah) aku seperti mendengar suara gadis-gadis sedang bersenda gurau. Mana mungkin ada
gadis-gadis bermain-main di tengah hutan belantara begini?
Narator: Dengan mengendap-endap Jaka Tarub melangkahkan kakinya lagi menuju Danau
Toyawening. Suara tawa gadis-gadis itu makin jelas terdengar. Jaka Tarub mengintip dari balik
pohon besar kearah danau.
Jaka Tarub: (Terkejut) haaahhh?? Ada 7 gadis cantik sedang mandi di Danau Toyawening. ,
gadis-gadis itu semuanya berparas sangat cantik-cantik. Oooohh! Ternyata tujuh orang gadis itu
adalah bidadari yang turun dari kayangan. Apakah ini arti mimpiku waktu itu ?(senang)Eh! Itu,
itu di atas tumpukan batu besar ada tumpukan baju mungkin itu tumpukan baju para bidadari itu.
Jika aku mengambil salah satu pakaian bidadari ini, tentu yang punya tidak akan dapat kembali
ke kayangan. Heeemmm!(senyum dan membayangkan)
Narator: Dengan hati-hati Jaka Tarub berjalan menghampiri tumpukan slendang itu. Ia berjalan
sangat perlahan. Jika para bidadari itu menyadari kehadirannya, tentu semua rencananya akan
buyar. Jaka Tarub memilih slendang berwarna kuning. Setelah berhasil, Jaka Tarub buru-buru
menyelinap ke balik semak-semak.Tiba tiba seorang dari bidadari itu berkata........
bidadari biru : Ya benar. Sebaiknya kita pulang sekarang sebelum matahari terbenam
Narator: Para bidadari itu keluar dari danau dan mengenakan slendang mereka masing masing.
Bidadari Nawang wulan: slendangku tidak ada. Dimana bajuku ? Duuuuhh Siapa yang
mengambil slendangku ?(kebinggungan)
Bunda peri : kenapa kalian lama sekali! Kalian harus segera Pulang ke kayangan.
Bunda peri :Kita harus meninggalkan nawang Wulan dibumi Dan Pulang menuju khayangan.
Bidadari oren: Nawangwulan, maafkan kami. Kami harus segera pulang ke kayangan dan
meninggalkanmu disini. Hari sudah menjelang sore.
Nawang Wulan:Baiklah
Narator: Nawangwulan tidak dapat berbuat apa apa. Ia hanya bisa mengangguk dan
melambaikan tangan kepada keenam temannya yang terbang perlahan meninggalkan Danau
Toyawening.
Nawang Wulan: (sambil menangis) aku harus gimana ? masa aku harus berendam di danau ini
selamanya.
Nawang Wulan: Barangsiapa yang bisa memberiku pakaian akan kujadikan saudara bila ia
perempuan, tapi bila ia laki laki akan kujadikan suamiku.
Narator: Jaka Tarub pun keluar dari persembunyiannya dan berjalan kearah danau. Ia membawa
baju mendiang ibunya yang diambilnya ketika pulang tadi. Jaka Tarub segera meletakkan baju
yang dibawanya di atas sebuah batu besar seraya berkata....
Jaka Tarub: Hai....bidadari! Aku Jaka Tarub. Aku membawakan pakaian. Ambillah dan pakailah
segera. Hari sudah hampir malam!
Nawang Wulan: Aku Nawangwulan. Aku bidadari dari kayangan yang tidak bisa kembali kesana
karena bajuku hilang. Jaka, Karena aku tadi sudah bersumpah, Maka dari itu bersedia
menerimamu untuk jadi suamiku.
Jaka Tarub: Terima kasih, Nawangwulan, ayo sekarang kita pulang ke rumahku.
Narator : Saat itu bunda bidadari Dan 6 bidadari sudah sampai di khayangan, lalu disambut oleh
ayahanda
6 bidadari : ayah
ayahanda : Knp kalian lama sekali! Dan kenapa kalian Hanya berenam Kmn nawang Wulan ?
Bidadari merah : Maaf ibunda! selandang Untuk kembali ke khayangan hilang Saat Kita sedang
mandi disungai itu.
Ibunda dan ayahanda :( Hanya mengagguk Dan mendoakan semoga nawang Wulan baik baik
saja)
Narator: dibumi jaka dan nawang wulan pun melaksanakan pernikahan…( para pengunjungpun
ikut bersuka ria dengan menari-nari bersama )
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tak terasa rumah tangga Jaka Tarub dan Nawangwulan
telah dikaruniai seorang putri yang diberi nama Nawangsih. Tak seorangpun penduduk desa
yang mencurigai siapa sebenarnya Nawangwulan. Jaka Tarub mengakui istrinya itu sebagai
gadis yang berasal dari sebuah desa yang jauh dari kampungnya. Sejak menikah dengan
Nawangwulan, Jaka Tarub merasa sangat bahagia. Namun ada satu hal yang mengganggu
pikirannya selama ini.
Nawang Wulan: Kang Mas, Jaga Nawangsih dulu ya. Aku mau mencuci dulu dan tutup kukusan
nasi yang sedang dimasak, jangan dibuka ya.
Jaka tarub: Oooh iya. Tadi masak nasi. Kayaknya sudah lama memasak nasinya. Tunggu
sebentar ya, Nak. Bapak lihat dulu nasinya sudah matang belum.( meninggalkan nawangsih)
Narator: Tanpa sadar Jaka Tarub membuka kukusan nasi itu. Ia lupa akan pesan Nawangwulan.
Jaka Tarub: (terkejut+Binggung)Haaahh? Di dalam kukusan ini hanya ada setangkai padi?
Nawangwulan hanya memasak setangkai padi. Apa maksudnya ya? Aku tidak mengerti.
Narator:Sesaat Jaka Tarub masih dalam kebingungan, tiba-tiba Nawang Wulan,telah sampai di
rumah menatap marah kepada suaminya di pintu dapur.
Nawang Wulan: Hilanglah sudah kesaktianku untuk merubah setangkai padi menjadi sebakul
nasi! Duuuuhh!(muka kesal) Mulai sekarang aku harus menumbuk padi untuk kita masak.
Karena itu kau harus menyediakan lesung untukku!
Nawang Wulan: Ya. apa mau dikata, semua sudah terlambat.Mulai hari ini aku harus selalu
menumbuk padi untuk dimasak.
Narator: Sejak kejadian itu, mulailah terlihat persediaan padi mereka semakin lama semakin
menipis.Bahkan sekarang padi itu sudah tinggal tersisa di dasar lumbung. pagi itu Nawangwulan
ke lumbung yang terletak di halaman belakang untuk mengambil padi. Ketika sedang menarik
batang batang padi yang tersisa sedikit itu, Nawangwulan merasa tangannya memegang sesuatu
yang lembut. Karena penasaran, Nawangwulan terus menarik benda itu.
Nawang wulan: (terkejut dan wajah pucat, kesal) Haaahh? Ini kan baju dan selendangku yang
berwarna kuning. Kenapa bisa ada disini? Wuaah ini pasti perbuatan Kang mas Jaka Tarub. Jadi,
selama ini yang mengambil baju dan selendangku adalah Jaka Tarub.Sama sekali aku tidak
menyangka ternyata yang tega mencuri bajuku adalah Jaka Tarub. Ah! Aku, aku ingin segera
pulang ke kayangan. Aku rindu dengan ayahanda ibunda dan saudara-saudaraku di kayangan.
Aku ingin kembali ke asalku
Jaka Tarub: (berteriak) Wulan! Wulan! Wulan! Dimana kau? (Bergumam). Dimana mereka ya?
(karna keika iya kembali nawang wulan dan nawang sih tidak ada dirumah)
Narator: Tiba tiba Jaka Tarub yang sedang berdiri di halaman rumah melihat sesuatu melayang
menuju ke arahnya. Dia mengamatinya sesaat. Jaka Tarub terpana. Beberapa saat kemudian ia
mengenali ternyata.....
Jaka Tarub: Haaahh? Wulan? Wulan? Aku mencarimu kemana-mana. Darimana kau Wulan?
(Gemetar) Kau Kau memakai baju bidadari, Wulan. Kau Kau cantik sekali memakai baju
bidadari dan selendangmu itu.
Nawang Wulan: (sedih) Kenapa kau tega melakukan ini padaku Jaka Tarub?kenapa?
Nawang Wulan:Sekarang kau harus menanggung akibat perbuatanmu Jaka Tarub! Aku akan
kembali ke kayangan karena sesungguhnya aku ini seorang bidadari. Tempatku bukan disini!
Dan bukan bersama mu!.
Nawang Wulan: (suara tegas) Kau harus mengasuh Nawangsih sendiri. Mulai saat ini kita bukan
suami istri! Dan ini aku serahkan Nawangsih padamu!
Nawang Wulan: (sambil menatap wajah Nawangsih) Betapapun salahmu padaku Jaka Tarub,
Nawangsih tetaplah anakku. Jika ia ingin bertemu denganku suatu saat nanti, bakarlah batang
padi, maka aku akan turun menemuinya,Hanya satu syaratnya, kau tidak boleh bersama
Nawangsih ketika aku menemuinya. Biarkan ia seorang diri di dekat batang padi yang dibakar!
Jaga nawangsih baik baik!
Jaka Tarub: Iya, Nawang Wulan. Akan aku turuti segala yang kau katakan.(sedih)
Narator: Jaka Tarub hanya bisa menahan kesedihannya dengan sangat. Ia ingin terlihat
tegar.Setelah Jaka Tarub menyatakan kesanggupannya untuk tidak bertemu lagi dengan
Nawangwulan, sang bidadaripun terbang meninggalkan dirinya dan Nawangsih. Jaka Tarub
hanya sanggup menatap kepergian Nawangwulan sambil mendekap Nawangsih. Sungguh
kesalahannya tidak termaafkan. Tiada hal lain yang dapat dilakukannya saat ini selain merawat
Nawangsih dengan baik seperti pesan Nawangwulan