Anda di halaman 1dari 21

*********"Jaka Tarub"

Tokoh Drama:
1. Ibu Jaka Tarub/Mbok Randha Tarub
2. Jaka Tarub

3. Pak Ranu
4. Nawang Wulan
5. 6 bidadari

Narator:
Pada jaman dahulu di sebuah desa di daerah Jawa Tengah. Hidup
seorang pemuda bernama Jaka Tarub. Ia tinggal bersama ibunya yang
biasa dipanggil Mbok Randha. Ayahnya sudah lama meninggal. Sehari-
hari Jaka Tarub dan Mbok Randha bertani padi di sawah.

Pada suatu malam, ditengah tidurnya yang lelap, Jaka Tarub bermimpi
mendapat istri seorang bidadari nan cantik jelita dari kayangan.

Begitu terbangun dari tidur.......,

Adegan 1

Jaka Tarub:
Ah! Ternyata aku Cuma mimpi.(sambil tersenyum) Mimpiku indah sekali
dan nampak jelas terbayang diingatanku. Duuuh ku jadi tidak bisa tidur
lagi!
Aku keluar sajalah.(duduk di beranda rumah menatap ke langit)
Bintang-bintang itu indah sekali!

Narator:
Sesaat Jaka tarub sedang melamun, tiba-tiba terdengar ayam jantan
berkokok menandakan hari sudah pagi.Ibu Jaka Tarubpun terbangun
dari tidurnya,

Mbok Randha:
Dimana Jaka Tarub ya? Kok sudah tidak ada di kamarnya.
(membuka jendela) oh! Itu dia pagi-pagi sudah duduk melamun di
depan rumah. Apa yang sedang dia pikirkan ya? Apa dia memikirkan
ingin segera berumah tangga? Teman-teman sebayanyapun rata-rata
telah menikah. Kasian anakku. Aku harus membantu Jaka Tarub
mencari istri yang baik untuknya.

Narator:
Siang hari ketika Mbok Randha sedang berada di sawah, tiba tiba
datang Pak Ranu pemilik sawah sebelah menghampirinya...
Adegan 2

Pak Ranu:
Mbok, mengapa anakmu sampai saat ini belum menikah juga ?

Mbok Randha:
Entahlah! (sambil mengingat kejadian tadi pagi)
(heran) Ada apa kau menanyakan itu Pak Ranu ?

Pak Ranu:
Tidak ada apa-apa Mbok. Aku bermaksud menjodohkan anakmu
dengan anakku Laraswati.

Mbok Randha:
(terkejut) haah?

Narator:
Mendengar niat Pak Ranu yang baru saja diutarakan. Ia sangat senang.
Laraswati adalah seorang gadis perparas cantik yang tutur katanya
lemah lembut. Ia yakin kalau Jaka Tarub mau menjadikan Laraswati
sebagai istrinya. Walaupun demikian Mbok Randha tidak ingin
mendahului anaknya untuk mengambil keputusan. Biar bagaimanapun
ia menyadari kalau Jaka Tarub sudah dewasa dan mempunyai
keinginan sendiri.

Mbok Randha:
Aku setuju Pak Ranu. Tapi sebaiknya kita bertanya dulu pada anak kita
masing masing.

Pak Ranu:
(mengangguk-angguk)
Iya, baik. Saya pikir apa yang dikatakan Mbok Randha benar. Nanti
coba kita tanyakan pada anak kita masing-masing.

Narator:
Hari berganti hari. Mbok Randha belum juga menemukan waktu yang
tepat untuk membicarakan rencana perjodohan Jaka Tarub dan
Laraswati. Ia takut Jaka Tarub tersinggung. Mungkin juga Jaka Tarub
telah memiliki calon istri yang belum dikenalkan padanya. Lama
kelamaan Mbok Randha lupa akan niatnya semula.

Jaka Tarub adalah seorang pemuda yang sangat senang berburu. Ia


juga seorang pemburu yang handal. Keahliannya itu diperolehnya dari
mendiang ayahnya. Pagi itu Jaka Tarub telah siap berburu ke hutan.
Adegan 3

Jaka Tarub:
Bu, aku pergi berburu dulu ya.(sambil merapikan busur, panah, pisau
dan pedang telah disiapkannya)

Mbok Randha:
Hati-hati ya, Nak.

Heemmm semoga Jaka Tarub membawa pulang seekor menjangan


besar yang bisa dipakai makan untuk beberapa hari ke depan. Aku mau
istirahat dulu(masuk ke dalam rumah)

Narator:
Tak lama kemudian di tengah hutan, Jaka tarub berhasil memanah
seekor menjangan. Hatinya senang. Namun sayang, begitu Jaka Tarub
sedang berjalan pulang membawa hasil buruannya, tiba-tiba datang
seekor harimau menyerangnya dan membawa menjangan itu pergi,

Jaka Tarub terduduk lemas....

Adegan 4

Jaka Tarub:
Sialll! Siaaaalll!Baru kali ini aku mengalami nasib sesial ini! Hewan
buruan sudah ditangan malah dimangsa binatang buas. Pertanda apa,
ini ? Ah! Aku tidak boleh berpikiran yang tidak-tidak. Sebaiknya aku
lanjutkan perjalananku.

Narator:
Nasib sial belum mau meninggalkan Jaka tarub. Setelah berjalan dan
menunggu beberapa kali,

Jaka Tarub:
(terduduk lemas) haaahh. Aku capek sekali. tak seekor hewan
buruanpun yang melintas di depanku. sedangkan matahari makin
meninggi. Aku lapar sekali. Sebaiknya aku pulang saja. Biarlah
meskipun aku tidak membawa hasil buruan. Semoga ibuku nanti bisa
mengerti keadaanku.

Narator:
Ketika Jaka Tarub mulai memasuki desanya,

Jaka Tarub:
Ada apa ya? Kenapa banyak orang yang jalannya dengan sangat
tergesa-gesa? Dan mereka memandangku dengan pandangan aneh.
Ah! Tidak usah kupikirin! Aku sudah lapar sekali. Aku ingin cepat
sampai di rumah.

Narator:
Jaka Tarub tertegun memandang rumahnya yang sudah nampak dari
kejauhan.

Jaka Tarub:
Nah tuh!
Banyak orang berkerumun di depan rumahku. Dan orang-orang juga
tergesa-gesa menuju rumahku. Ada apa ya ?

Narator:
Jaka Tarub mulai tidak enak hati. Ia segera berlari menuju rumahnya.

Jaka Tarub:
(setengah teriak) Ada apa ini ?!

Narator:
Orang orang terkejut dan menoleh kearahnya.

Pak Ranu:
(menghampiri dan menepuk nepuk bahu lalu membimbing masuk Jaka
Tarub)
Sabar ya, Nak!

Narator:
Sesaat kemudian.....

Jaka Tarub:
Ibu....ibu....ibuuu!(teriak lalu menangis)

Narator:
Mata Jaka Tarub langsung tertuju pada sesosok tubuh yang terbujur
kaku diatas dipan di ruang tengah. Beberapa detik kemudian Jaka
Tarub menyadari kalau ibunya telah meninggal. Jaka Tarub tak
sanggup menahan air mata. Inilah bukti atas firasat buruk yang
dirasakan sejak pagi, pikirnya.

Jaka Tarub tak sanggup berbuat apa apa. Ia hanya termenung


memandang wajah ibunya. Cerita Pak Ranu bahwa istrinya yang
menemukan Mbok Randha telah meninggal dunia dalam tidurnya tadi
pagi tak dihiraukannya. Ia merenungi nasibnya yang kini sebatang kara.
Jaka Tarub juga menyesal belum memenuhi keinginan ibunya melihat
ia berumah tangga dan menimang cucu. Tapi semua tinggal kenangan.
Kini ibunya telah beristirahat dengan tenang.
Sepeninggal ibunya, Jaka Tarub mengisi hari harinya dengan berburu.
Hanya dengan berburu, Jaka Tarub bisa melupakan kesedihannya.

Di suatu pagi hari, Jaka Tarub telah bersiap siap untuk berangkat
berburu. Dengan santai ia berjalan menuju Hutan Wanawasa karena
hari masih pagi. Ketika sampai di hutanpun Jaka tarub hanya
menunggu hewan buruan lewat di depannya. Tak terasa hari sudah
siang.

Adegan 5

Jaka Tarub:
(melamun) Aaahh! Dari tadi pagi aku menunggu hewan buruan, tapi tak
ada satupun hewan buruan yang kudapat. Duuuh aku haus sekali.
Baiklah, aku coba cari air.

Narator:
Tak lama kemudian.....

Jaka Tarub:
Wooow! itu danau toyawening sudah kelihatan dari sini. (menghentikan
langkah) aku seperti mendengar suara gadis-gadis sedang bersenda
gurau. Ah! Ini mungkin cuma khayalanku saja!
Mana mungkin ada gadis-gadis bermain-main di tengah hutan belantara
begini?

Narator:
Dengan mengendap-endap Jaka Tarub melangkahkan kakinya lagi
menuju Danau Toyawening. Suara tawa gadis-gadis itu makin jelas
terdengar. Jaka Tarub mengintip dari balik pohon besar kearah danau.

Jaka Tarub:
(Terkejut) haaahhh?? Ada 7 gadis cantik sedang mandi di Danau
Toyawening. Jantungku jadi berdegub makin kencang begini, gadis-
gadis itu semuanya berparas sangat cantik-cantik.
Oooohh! Ternyata tujuh orang gadis itu adalah bidadari yang turun dari
kayangan.
Heeemm. Apakah ini arti mimpiku waktu itu ?(senang)Eh! Itu, itu di atas
tumpukan batu besar seperti ada tumpukan baju mungkin itu tumpukan
baju para bidadari itu. Jika aku mengambil salah satu pakaian bidadari
ini, tentu yang punya tidak akan dapat kembali ke kayangan.
Heeemmm!(senyum dan membayangkan) sang bidadari yang bajunya
kucuri pasti akan bersedia menjadi istriku.

Narator:
Dengan hati-hati Jaka Tarub berjalan menghampiri tumpukan baju itu.
Ia berjalan sangat perlahan. Jika para bidadari itu menyadari
kehadirannya, tentu semua rencananya akan buyar. Jaka Tarub
memilih baju berwarna merah. Setelah berhasil, Jaka Tarub buru-buru
menyelinap ke balik semak-semak.Tiba tiba seorang dari bidadari itu
berkata........

Adegan 6

Bidadari tertua:
Ayo, kita pulang sekarang. Hari sudah sore

6 bidadari:
Ya benar. Sebaiknya kita pulang sekarang sebelum matahari terbenam

Narator:
Para bidadari itu keluar dari danau dan mengenakan pakaian mereka
masing masing.

Bidadari Nawang wulan:


Bajuku tidak ada. Dimana bajuku ? Duuuuhh Siapa yang mengambil
bajuku ?(menangis)

Bidadari tertua:
Dimana kau taruh bajumu Nawangwulan ?

Bidadari Nawang Wulan:


(menangis dan panik) Disini. Sama dengan baju kalian... Duuuuh
gimana aku ini? Kalau bajuku tidak ada, aku tidak bisa pulang ke
kayangan dan selendang yang dipakai untuk terbang ikut raib juga.

Narator:
Karena Nawangwulan tidak menemukan bajunya, ia segera masuk
kembali ke Danau Toyawening. Teman temannya yang lain membantu
mencari baju Nawangwulan. Usaha mereka sia-sia karena baju
Nawangwulan sudah dibawa pulang Jaka Tarub ke rumahnya.

Akhirnya seorang bidadari berkata...

Bidadari tertua:
Nawangwulan, maafkan kami. Kami harus segera pulang ke kayangan
dan meninggalkanmu disini. Hari sudah menjelang sore.

Nawang Wulan:
Iya.
Narator:
Nawangwulan tidak dapat berbuat apa apa. Ia hanya bisa mengangguk
dan melambaikan tangan kepada keenam temannya yang terbang
perlahan meninggalkan Danau Toyawening.

Nawang Wulan:
(sambil menangis) Mungkin memang nasibku untuk menjadi penghuni
bumi.
aku harus gimana coba? masa aku harus berendam di danau ini
selamanya.

Narator:
Nawang Wulanpun merasa putus asa. Dan tiba-tiba berucap....

Nawang Wulan:
Barangsiapa yang bisa memberiku pakaian akan kujadikan saudara bila
ia perempuan, tapi bila ia laki laki akan kujadikan suamiku.

Narator:
Jaka Tarub yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Nawangwulan
dari balik pohon tersenyum senang.

Jaka Tarub:
Ha ...ha...ha....!
(bergumam) Akhirnya mimpiku menjadi kenyataan!

Narator:
Jaka Tarubpun keluar dari persembunyiannya dan berjalan kearah
danau. Ia membawa baju mendiang ibunya yang diambilnya ketika
pulang tadi. Jaka Tarub segera meletakkan baju yang dibawanya di
atas sebuah batu besar seraya berkata....

Jaka Tarub:
Hai....bidadari! Aku Jaka Tarub. Aku membawakan pakaian yang kau
butuhkan. Ambillah dan pakailah segera. Hari sudah hampir malam!

Narator:
Jaka Tarub meninggalkan Nawangwulan dan menunggu di balik pohon
besar tempatnya bersembunyi. Tak lama kemudian Nawangwulan
datang menemuinya.

Nawang Wulan:
Aku Nawangwulan. Aku bidadari dari kayangan yang tidak bisa kembali
kesana karena bajuku hilang. Hai, Jaka. Karena aku tadi sudah
bersumpah, aku bersedia menerimamu untuk jadi suamiku.
Jaka Tarub:
Terima kasih, Nawangwulan. Kalau begitu, ayo sekarang kita pulang ke
rumahku.

Nawang Wulan:
Baiklaaah

Narator:
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tak terasa rumah tangga Jaka
Tarub dan Nawangwulan telah dikaruniai seorang putri yang diberi
nama Nawangsih. Tak seorangpun penduduk desa yang mencurigai
siapa sebenarnya Nawangwulan. Jaka Tarub mengakui istrinya itu
sebagai gadis yang berasal dari sebuah desa yang jauh dari
kampungnya.

Sejak menikah dengan Nawangwulan, Jaka Tarub merasa sangat


bahagia. Namun ada satu hal yang mengganggu pikirannya selama ini.

Adegan 7

Jaka Tarub:
(heran) walau dimasak setiap hari mengapa padi di lumbung
kelihatannya tidak berkurang ya? justru Lama-lama tumpukan padi itu
semakin meninggi.

Narator:
Pada suatu pagi, Nawangwulan hendak mencuci ke sungai...

Nawang Wulan:
Kang Mas, Jaga Nawangsih dulu ya. Aku mau mencuci dulu dan tutup
kukusan nasi yang sedang dimasak, jangan dibuka ya.

Jaka Tarub:
Iya,

Narator:
Ketika sedang asyik bermain dengan Nawangsih yang saat itu berumur
satu tahun, Jaka Tarub teringat akan nasi yang sedang dimasak
istrinya,

Jaka tarub:
Oooh iya. Tadi masak nasi. Kayaknya sudah lama memasak nasinya.
Tunggu sebentar ya, Nak. Bapak lihat dulu nasinya sudah matang
belum.

Narator:
Tanpa sadar Jaka Tarub membuka kukusan nasi itu. Ia lupa akan
pesan Nawangwulan.

Jaka Tarub:
(terkejut)Haaahh? Di dalam kukusan ini hanya ada setangkai padi?
Nawangwulan hanya memasak setangkai padi. Apa maksudnya ya?
Aku tidak mengerti.

Narator:
Sesaat Jaka Tarub masih dalam kebingungan, tiba-tiba Nawang Wulan,
telah sampai di rumah menatap marah kepada suaminya di pintu dapur.

Nawang Wulan:
Kang Mas! Kenapa kau melanggar pesanku?

Jaka Tarub:
(terdiam tidak bisa menjawab)

Nawang Wulan:
Hilanglah sudah kesaktianku untuk merubah setangkai padi menjadi
sebakul nasi!
Duuuuhh!(muka kesal) Mulai sekarang aku harus menumbuk padi untuk
kita masak. Karena itu kau harus menyediakan lesung untukku!

Jaka Tarub:
Maafkan aku. Aku menyesal tidak menghiraukan perkataanmu.

Nawang Wulan:
Ya. apa mau dikata, semua sudah terlambat.
Mulai hari ini aku harus selalu menumbuk padi untuk dimasak.

Narator:
Sejak kejadian itu, mulailah terlihat persediaan padi mereka semakin
lama semakin menipis. Bahkan sekarang padi itu sudah tinggal tersisa
di dasar lumbung.

Seperti biasa pagi itu Nawangwulan ke lumbung yang terletak di


halaman belakang untuk mengambil padi. Ketika sedang menarik
batang batang padi yang tersisa sedikit itu, Nawangwulan merasa
tangannya memegang sesuatu yang lembut. Karena penasaran,
Nawangwulan terus menarik benda itu.

Adegan 8

Nawang wulan:
(terkejut dan wajah pucat, kesal)
Haaahh? Ini kan baju dan selendangku yang berwarna merah. Kenapa
bisa ada disini? Wuaah ini pasti perbuatan Jaka Tarub. Jadi, jadi yang
mengambil baju dan selendangku selama ini adalah Jaka Tarub. Jaka
Tarub menipuku. Sama sekali aku tidak menyangka ternyata yang tega
mencuri bajuku adalah Jaka Tarub. Ah! Aku, aku ingin segera pulang ke
kayangan. Aku rindu dengan saudara-saudaraku di kayangan. Aku
ingin kembali ke asalku.

Narator:
Sore hari ketika Jaka Tarub kembali ke rumahnya, ia tidak mendapati
Nawangwulan dan anaknya Nawangsih.

Adegan 9

Jaka Tarub:
(berteriak) Wulan! Wulan! Wulan! Dimana kau?
Hari sudah menjelang malam, tapi tak kutemukan Nawangwulan dan
Nawangsih. Dimana mereka ya?

Narator:
Tiba tiba Jaka Tarub yang sedang berdiri di halaman rumah melihat
sesuatu melayang menuju ke arahnya. Dia mengamatinya sesaat.

Jaka Tarub terpana. Beberapa saat kemudian ia mengenali ternyata.....

Jaka Tarub:
Haaahh? Wulan? Wulan? Aku mencari-carimu kemana-mana.
Darimana kau Wulan?
(Gemetar) Kau Kau memakai baju bidadari, Wulan. Kau Kau cantik
sekali memakai baju bidadari dan selendangmu itu.
(bergumam) aku sama sekali tidak menyangka kalau Nawangwulan
berhasil menemukan kembali baju bidadarinya. berarti rahasia yang
kusimpan selama ini telah terbongkar.

Nawang Wulan:
(sedih) Kenapa kau tega melakukan ini padaku Jaka Tarub?

Jaka Tarub:
Maafkan aku Nawangwulan. A, aku menyesal Nawang Wulan.

Narator:
Hanya itu kata kata yang sanggup diucapkan Jaka Tarub.
Nawangwulan dapat merasakan betapa Jaka Tarub tidak berdaya di
hadapannya.

Nawang Wulan:
Sekarang kau harus menanggung akibat perbuatanmu Jaka Tarub!
Aku akan kembali ke kayangan karena sesungguhnya aku ini seorang
bidadari. Tempatku bukan disini!

Narator:
Jaka Tarub tidak menjawab. Ia pasrah akan keputusan Nawangwulan.

Nawang Wulan:
(suara tegas) Kau harus mengasuh Nawangsih sendiri. Mulai saat ini
kita bukan suami istri!
Dan ini aku serahkan Nawangsih padamu!

Narator:
Anak kecil itu masih tertidur lelap. Ia tidak sadar bahwa sebentar lagi
ibunya akan meninggalkan dirinya.

Nawang Wulan:
(sambil menatap wajah Nawangsih) Betapapun salahmu padaku Jaka
Tarub, Nawangsih tetaplah anakku. Jika ia ingin bertemu denganku
suatu saat nanti, bakarlah batang padi, maka aku akan turun
menemuinya
Hanya satu syaratnya, kau tidak boleh bersama Nawangsih ketika aku
menemuinya. Biarkan ia seorang diri di dekat batang padi yang dibakar!

Jaka Tarub:
Iya, Nawang Wulan. Akan aku turuti segala yang kau katakan.

Narator:
Jaka Tarub hanya bisa menahan kesedihannya dengan sangat. Ia ingin
terlihat tegar.

Setelah Jaka Tarub menyatakan kesanggupannya untuk tidak bertemu


lagi dengan Nawangwulan, sang bidadaripun terbang meninggalkan
dirinya dan Nawangsih. Jaka Tarub hanya sanggup menatap kepergian
Nawangwulan sambil mendekap Nawangsih. Sungguh kesalahannya
tidak termaafkan. Tiada hal lain yang dapat dilakukannya saat ini selain
merawat Nawangsih dengan baik seperti pesan Nawangwulan.

*********Jake tent"
People Drama:
1. she watched her mother / widow tent
2. she watched

3. Mr. Ranu
4. Wulan
5. 6 sprite
Narrator:
In the old days in a village in Central Java. The life of a young man
named Jake tent. He lived with his mother who was called widow. His
father had died long ago. Everyday she watched and widow farming
rice.

One night, in the middle of a deep sleep, dreaming she watched wife
got a pretty sweet angel from heaven.

So wake up .......

scene 1

She watched:
Ah! Turns out I just dream. (Smiling) My dream is beautiful and
obviously show diingatanku. Aduuuh by so could not sleep anymore!
I go out alone. (Sitting on the porch staring into the sky)
The stars are so beautiful!

Narrator:
Shortly Jake tent was lost, suddenly heard a cock crow to mark the day
was pagi.Ibu Tarubpun Jake wakes up,

Widow:
Where she watched it? Why is not there in the room.
(Opening windows) oh! That morning he had sat daydreaming in front of
the house. What is he thinking right? What he thought would be
married? Friends sebayanyapun average married. Kasian son. I have to
find help she watched a good wife for him.

Narrator:
During the day when the widow was in the field, suddenly came Mr.
Ranu land owners approached the ...

scene 2

Mr. Ranu:
Perhaps, why your son has yet to get married too?

Widow:
I do not know! (Remembering the incident this morning)
(Surprised) What do you ask that Mr. Ranu?

Mr. Ranu:
No Perhaps nothing. I intend to match with my son Laraswati.

Widow:
(Surprised) gasp?

Narrator:
Hearing Mr. intention Ranu newly raised. He was very pleased.
Laraswati is a beautiful girl perparas speech gentle. He believes that
she watched them make Laraswati as his wife. Nevertheless widow did
not want to lead her to make a decision. After all, he realizes that she
watched grown and have their own desires.

Widow:
I agree Mr. Ranu. But first we should ask our children, respectively.

Mr. Ranu:
(Nodding)
Yeah, good. I think what you said is true widow. Later we try to ask our
children each.

Narrator:
With every passing day. The widow could not find the right time to talk
about plans for marriage and she watched Laraswati. He was afraid she
watched offended. Perhaps also she watched the bride has not been
introduced to him. Eventually widow will not forget the original intention.

She watched a young man who is very happy hunting. It is also a


reliable hunter. His expertise was gained from his late father. That
morning she watched was ready to hunt in the woods.

scene 3

She watched:
Mom, I went hunting for now. (While grooming bows, arrows, knives and
swords have been prepared)

Widow:
Be careful, son.

Heemmm hopefully she watched bringing home a big deer that can be
used to feed the next few days. I want to take a break (into the house)

Narrator:
Shortly thereafter in the woods, Jake tent shoots a deer. His heart was
happy. But unfortunately, as she watched her running home with his
catch, suddenly came a tiger attacked him and took away the deer,
She watched her slumped ....

scene 4

She watched:
Fuck! Siaaaalll! For the first time I experienced this fate sesial! Game
animals are already in the hands of even the beasts of prey. Sign what,
this? Ah! I can not think of a no-no. Should I continue my journey.

Narrator:
Misfortune did not want to leave Jake tent. After walking and waiting
times,

She watched:
(Slumped) haaahh. I'm so tired. buruanpun not an animal passing in
front of me. while the sun rose. I'm so hungry. I'd better go home. Let
though I did not bring the results of the game. Hopefully, my mother
could understand my situation.

Narrator:
When she watched from entering the village,

She watched:
What is it? Why are people with very course of a hurry? And they
looked at me quizzically.
Ah! Do not think! I was so hungry. I want to get home quickly.

Narrator:
She watched her stunned look that is visible from a distance.

She watched:
Well horrible!
Many people gathered in front of my house. And people also rush to my
house. What is it?

Narrator:
She watched from a bad heart. He immediately ran to his house.

She watched:
(Half-shouted) What is this?!

Narrator:
People were shocked and looked at him.

Mr. Ranu:
(Over and pat his shoulder in the guide she watched)
Hang in there, kid!

Narrator:
A moment later .....

She watched:
Mom .... Mother .... ibuuu! (Screaming and crying)

Narrator:
Currency she watched directly fixed on a body stretched out on the
couch in the living room. A few seconds later she watched her realize
that her mother had died. She watched could not hold back the tears.
This is evidence of a bad feeling that is felt since the morning, she
thought.

She watched could not do anything. He just looked at her face pensive.
The story that Mr. Ranu wife discovered widow had died in his sleep
this morning not disregard. It is now contemplating his fate alone. She
watched also regret not seeing her mother's wishes he married and
grandchildren. But all the memories. Now his mother was resting
peacefully.

After the death of her mother, she watched her fill with the next hunt.
Only the hunt, she watched her get over her grief.

In a morning, she watched was getting ready to go hunting. Casually he


walked toward the forest Mwanawasa because it was still early. When
he reached the tent hutanpun Jake just waiting for prey to pass before
him. Do not feel it was daylight.

scene 5

She watched:
(Daydreaming) Aaahh! From this morning I was waiting for prey
animals, but none of game animals that I have seen. Aduuuh I am very
thirsty. Well, I'm trying to find water.

Narrator:
Soon .....

She watched:
Wooow! The lake is visible from toyawening here. (Halt) I like to hear
the sound of the girls were joking. Ah! This may just be my imagination!
Where there might be girls playing in the middle of the jungle like this?
Narrator:
By sneaking she watched again stepped toward Lake Toyawening.
Laughter girls were more clearly heard. She watched peeking out from
behind a large tree toward the lake.

She watched:
(Surprised) haaahhh ?? There are 7 beautiful girl taking a bath in the
lake Toyawening. My heart is so berdegub even louder this, the girls
were all very flawless and beautiful.
Oooohh! Apparently seven girls was an angel come down from heaven.
Heeemm. Does this mean my dream? (Love) Hey! That, on top of a pile
of stones as big a pile of clothes that might pile the fairies. If I take one
of these angel dresses, which certainly has not be able to return to
heaven.
Heeemmm! (Smile and imagine) the angel who stole his clothes would
be willing to be my wife.

Narrator:
Carefully she watched her walk to the pile of clothes. He walked very
slowly. If angels were unaware of his presence, of all planned to be
dispersed. She watched her choose a red shirt. After work, she watched
hastily slipped behind bushes semak.Tiba a fall of the angel said ........

scene 6

Angel oldest:
Let's go home now. It was late afternoon

6 sprite:
Yeah right. Let's go home now before sunset

Narrator:
The angel came out of the lake and wear them each.

Angel Nawang month:


No armor. Where is my shirt? Duuuuhh Who took my clothes? (Crying)

Angel oldest:
Where do you put your clothes Nawangwulan?

Angel Wulan:
(Crying and panicking) here. Same with your clothes ... Duuuuh how am
I? If my clothes no, I can not go to heaven and scarf flew participate
also disappeared.

Narrator:
Because Nawangwulan not find her, he immediately went back to the
lake Toyawening. Friends help friends who are looking for clothes
Nawangwulan. Their efforts are in vain because the shirt was brought
back Nawangwulan she watched her home.

Finally an angel said ...

Angel oldest:
Nawangwulan, forgive us. We must immediately return to heaven and
leave here. It was late in the afternoon.

Wulan:
Yeah.

Narrator:
Nawangwulan can not do anything. He could only nod and waved to his
sixth flying slowly leave Lake Toyawening.

Wulan:
(Crying) Perhaps it is my fate to become inhabitants of the earth.
I try to be what? I had time to soak in the lake forever.

Narrator:
Nawang Wulanpun despair. And suddenly speaking ....

Wulan:
Anyone who can give me clothes I'll make it if his daughter, but if it will
make men my husband.

Narrator:
She watched her who had been paying attention gestures
Nawangwulan from behind a tree smiling happy.

She watched:
Ha ... ha ... ha ....!
(Mutters) Finally, my dream came true!

Narrator:
Jake Tarubpun out of hiding and running towards the lake. He brought
his late mother's clothes when he took home earlier. Soon she watched
the shirt he was carrying on a large rock and said ....

She watched:
Hi .... angel! She watched me. I bring clothes you need. Take it and use
it immediately. It was almost night!
Narrator:
She watched her leave Nawangwulan and wait behind a big tree where
he was hiding. Soon Nawangwulan came to see him.

Wulan:
I Nawangwulan. I'm an angel from heaven who can not go back there
because I'm lost. Hi, Jake. Because I had already vowed, I'm willing to
accept my husband to be.

She watched:
Thanks, Nawangwulan. If so, let us now return to my house.

Wulan:
Baiklaaah

Narrator:
Day by day, the moon, did not feel she watched her household and
Nawangwulan been blessed with a daughter named Nawangsih.
Nobody suspected that the villagers who actually Nawangwulan. She
watched his wife was admitted as a girl who comes from a village far
from the village.

Since marrying Nawangwulan, she watched her feel very happy. But
there is one thing that bothered her during this time.

scene 7

She watched:
(Surprisingly) even cooked rice granary why do not seem to diminish it?
Long may it pile of rice was increasing.

Narrator:
One morning, Nawangwulan be washed into the river ...

Wulan:
Pitcher, Nawangsih Keep yourself first. I want to wash out and close the
lid of the rice is cooked, do not open it.

She watched:
Yeah,

Narrator:
When was playing with Nawangsih then one year old, she watched
thought that rice was cooked by his wife,

Jake tent:
Oooh yeah. Just cook the rice. I think long-cooking rice. Wait a minute
ya, kid. You see first the rice is ripe yet.

Narrator:
Unconsciously she watched her open the lid of the rice. He will not
forget the message Nawangwulan.

She watched:
(Surprised) Haaahh? Inside the lid is only a sprig of paddy?
Nawangwulan only cook rice stalk. What does that mean yes? I do not
understand.

Narrator:
For a moment she watched still in a daze, suddenly Wulan,
come to the house to her husband glared at the kitchen door.

Wulan:
Kang Mas! Why are you breaking my message?

She watched:
(Pause can not answer)

Wulan:
Gone kesaktianku to change a sprig of paddy rice into the basket!
Duuuuhh! (Sorry face) From now on I have to pound the rice to cook.
Therefore you must provide a mortar for me!

She watched:
I'm sorry. I'm sorry I did not bother to say.

Wulan:
Yes. what can I say, it's too late.
Starting today I have always pounding rice to be cooked.

Narrator:
Since the incident, began to look their grain supplies are increasingly
depleted. Even now the rice is remaining at the bottom of the barn.

As usual that morning Nawangwulan to shed located in the backyard to


take rice. When pulling the stem stubble left it a bit, Nawangwulan felt
hands holding something soft. Out of curiosity, Nawangwulan continue
to attract it.

scene 8

Nawang month:
(Pale and shocked, upset)
Haaahh? It's a dress and red shawl. Why can there be here? This
definitely works Wuaah she watched. So, so take a shirt and shawl for
this is she watched. She watched me. Altogether I do not think it turned
out that the heart is stealing my clothes she watched. Ah! I, I want to go
home to heaven. I miss my brothers and sisters in heaven. I want to go
back to my hometown.

Narrator:
In the afternoon, when she watched her go back to her house, she did
not find her and Nawangwulan Nawangsih.

scene 9

She watched:
(Shouting) Month! Month! Month! Where are you?
It was early evening, but did not find Nawangwulan and Nawangsih.
Where are they right?

Narrator:
Suddenly she watched her standing in the yard saw something floating
towards him. He watched for a moment.

She watched stunned. A few moments later he recognized the


reality .....

She watched:
Haaahh? Month? Month? I was looking for you everywhere. Where did
you Month?
(Shaking) You're wearing an angel, Month. You're so pretty wearing
angel and cloak it.
(Mutters) I did not think that Nawangwulan successfully reinvent
bidadarinya shirt. means kept secret has been uncovered.

Wulan:
(Sad) Why could you do this to me she watched?

She watched:
I'm sorry Nawangwulan. A, I regret Wulan.

Narrator:
Only the words that could be spoken she watched. Nawangwulan can
feel how she watched helplessly in front of him.

Wulan:
Now you must bear the consequences she watched!
I'm going back to heaven because I am an angel. I do not belong here!

Narrator:
She watched not answered. It will submit the results Nawangwulan.

Wulan:
(Stern voice) You should take care of itself Nawangsih. From now on
we are not husband and wife!
And I submit to you Nawangsih!

Narrator:
The little boy was still asleep. He was unaware that his mother would
soon leave him.

Wulan:
(Looking at the face Nawangsih) Whatever your fault she watched me,
keep my Nawangsih. If he wants to see me one day, burn rice straw,
then I will go down to see him
Only one condition, you can not be together Nawangsih when I see him.
Leave it alone near a burned rice straw!

She watched:
Yeah, Wulan. Will I follow everything you've said.

Narrator:
She watched her sadness can only hold very well. He wanted to look
tough.

After she watched expressed his readiness to meet again with


Nawangwulan, the Angels flew himself and Nawangsih. She watched
could only stare at the departure Nawangwulan clutching Nawangsih.
It's unforgivable mistake. No other thing he could do right now than
treating Nawangsih well as messages Nawangwulan

Anda mungkin juga menyukai