Anda di halaman 1dari 4

Judul :Jaka Tarub dan 7 bidadari

Pemain :Jaka Tarub,Ibu Jaka Tarub, Dewi Winga, Dewi Wilah, DewiWrestipata,
Dewi Anggancana, Dewi Galih, Dewi Manggar,Dewi Nawang Wulan.

Prolog
Pada zaman dahulu kala di desa kecil hidup seorang pemuda Bernama Jaka Tarub, Ia tinggal
Bersama ibunya yang Bernama Mbok Milah. Sedangkan ayah Jaka Tarub sudah lama meninggal.
Mereke berdua memenuhi kegiatan sehari hariya dengan Bertani di sawah.

Dialog
Ibu Jaka Tarub : “Nak, I wanna tell you something”
Jaka Tarub : “Apa yang ingin ibu bicarakan dengan jaka bu?”
Ibu Jaka Tarub : “Ibu lihat kamu sudah dewasa sekarang, sudah pantas untuk meminang
seorang gadis. Lekaslah menikah.. ibu ingin menimang seorang cucu sebelum ibu pergi.”
Jaka Tarub : "But, mother, Jaka still doesn't want to get married."
Ibu Jaka Tarub : “Tapi nak… jika ibu sudah tiada nanti siapa yang akan mengurusmu.”
Jaka Tarub : “Astaghfirullahaladzim bu… jangan berbicara seperti itu, that’s not good
mother.”
Ibu Jaka Tarub : “Ibu hanya merasa berbeda hari ini, ibu merasa semakin lelah nak…”

Pada pagi esok hari, Jaka memutuskan untuk pergi berburu. Jaka Tarub pun
mempersiapkan segala macam peralatan berburu yang Ia butuhkan seperti Tombak. Setelah ia
siap, ia pamit izin pergi berburu kepada ibunya.
Jaka Tarub : “Bu jaka izin pergi berburu ya bu”
Ibu Jaka Tarub: “baik nak, berhati hatilah saat di hutan dan jangan lupa untuk berdoa ya nak..”
Jaka Tarub : “iya bu… Assalamualaikum”
Setelah Jaka Pergi,Ibu Jaka Tarub kembali ke kamarnya untuk beristirahat karena ia tiba tiba
merasa sangat lelah.

Di Hutan, Jaka Tarub telah berhasil memburu menjangan. Dengan hati yang senang Jaka
Tarub pun langsung menuju ke rumah. Namun, saat ia sedang di jalan pulang, tiba tiba Jaka
Tarub mendengar auman macan tutul. Jaka Tarub pun panik dan dengan terpaksa ia melepaskan
menjangan yang di panggulnya agar ia bisa melarikan diri dengan cepat.
Tentunya Jaka Merasa kesal dan merasa harinya sangat buruk karena dia pulang dengan tangan
kosong.
Jaka Tarub : “Pertanda apa ini ya Allah.”
Saat Jaka Tarub memasuki rumah, dia memanggil ibunya namun tidak ada jawabannya.
Jaka Tarub : “Assalamualaikum bu.. ibu.. ibu..”
Lalu Ketika Jaka Tarub mengecek kamar ibunya, dia melihat ibunya sudah berbaring kaku di
Kasur.
Jaka Tarub : “Astaghfirullahaladzim ibu, bu bangun bu… ibu…. ibu bangun bu…
bu…. Bu…. IBUUU….”

Di hari-hari selanjutnya, Jaka Tarub menghabiskan waktunya untuk berburu dan


membagikan hasil buruannya pada warga. Hingga suatu pagi, saat ia sedang berburu ia
mendengar suara beberapa Wanita yang sedang berbicara sambil tertawa kecil, karena penasaran
Jaka Tarub pun menghampiri suara tersebut. Di sana ia melihat 7 bidadar sedang mandi di telaga.
Jaka Tarub : “MasyaAllah, They’re so beautiful.”
Beberapa saat kemudian Jaka Tarub mendapatkan ide untuk diam diam mengambil salah satu
selendang dari 7 bidadari tersebut.
Jaka Tarub : “Aku yakin salah satu dari mereka adalah jodohku.”
Saat para bidadari tersebut hendak Kembali ke khayangan, namun salah satu bidadari tidak dapat
menemuk’an selendang miliknya.
Bidadari Winga : “ Adik-adiku, sepertinya ini sudah saatnya untuk Kembali ke khayangan,
ayah sudah menunggu kita di khayangan.”
Bidadari Nawang : “Tapi kak, aku tidak bisa menemukan selendangku.”

Keenam bidadari lainnya ikut membantu mencari selendangnya, tapi tidak juga ditemukan.
Dengan terpaksa para bidadari lainnya meninggalkan ia sendirian di Telaga.
Bidadari Wilah : “Bagaimana ini, padahal tadi selendang nawangwulan berada di dekat
selendangku.”
Bidadari Galih: “Aduhh, aku sudah mencari selendang nawangwulan dimana-mana tapi tak
kunjung ketemu juga.”
Bidadari Manggar : “I’ve tried my best but, still haven’t found it.”
Bidadari Anggan : “Kita tidak bisa terus terusan berada disini, kita harus Kembali ke
khayangan sekarang juga. Maafkan kami adik nawang wulan. Mungkin, ini memang sudah
takdirmu untuk tinggal disini.”
Bidadari Nawang : “how ‘bout me here?”
Bidadari Wrestipata : “Kami tidak bisa berbuat apa apa nawangwulan. Jaga dirimu baik baik
disini, selamat tinggal nawang wulan.”
Bidadari Nawang : “Kaka….”
Setelah para bidadari itu Kembali ke khayangan, Nawangwulan terlihat sangat putus asa.
Jaka Tarub : “Mengapa kamu menangis.. gadis cantik?”
Nawangwulan : “Selendangku hilang, aku tidak bisa Kembali ke khayangan tanpa selendang
itu.”
Jaka Tarub : “hah?! Khayangan?! Jadi kamu adalah seorang bidadari?”
Nawangwulan : “iya, aku tidak bisa pulang.”
Jaka Tarub : “sudah, kamu tidak usah takut begitu. Daripada kamu tinggal di hutan
sendirian, kamu bisa tinggal di rumahku sementara ataupun selamanya.”
Nawangwulang : “ Oh benarkah?”
Jaka Tarub : “iya… pakailah ini agar kamu tidak kedinginan, beautiful angel.”
Nawangwulan : “ih…Thank you.”
Jaka Tarub : “My pleasure malaikat cantik, oh ya siapa namamu?”
Nawangwulan : “Nama aku Nawangwulan.”
Jaka Tarub : “MasyaAllah, nama yang cantik. Kalo aku Jaka Tarub, kamu bisa
manggil aku Jaka. Ayo ikuti aku.”

Hari ke hari hubungan Nawangwulan dengan Jaka Tarub semakin dekat akhirnya
merekapun menikah dan dikaruniai seorang anak yang diberi nama Nawangsih.
Di suatu pagi saat Nawangwulan ingin pergi mencuci ke Sungai, ia menitipkan anaknya pada
jaka tarub. Dan ia menitip kukusan nasi yang sedang dimasak
Nawangwulan : “Ingat ya kakanda, jangan membuka tutup kukusan nasi yang sedang aku
masak.”
Namun, Jaka Tarub yang sudah tidak sabar ia pun membuka tutup kukusan nasi.
Jaka Tarub : “Hah?! Ternyata selama ini adinda wulan hanya memasak dengan
setangkai padi. Pantas saja, padi di lubung berlimpah.”
Di saat yang bersamaan, nawangwulan tiba tiba datang sepulang dari mencuci pakaian di Sungai.
Nawangwulan : “What are you doing kakanda?! Hilang sudah kesaktianku untuk mengubah
setangkai padi menjadi sebakul nasi.”
Jaka Tarub : “Maafkan aku adinda.”
Sejak saat itu Nawangwulan harus menumbuk nasi untuk dimasak dan suaminya harus
menyediakan lesung untuknya. Hari makin hari persediaan padi pun mulai menipis.

Pada suatu pagi hari, nawangwulan yang sedang membersihkan rumah tidak sengaja
menjatuhkan sebuah kotak.
Nawangwulan : “Astaghfirullahaladzim, kotak apa itu?”
Namun Nawangwulan yang penasaran pun membuka kotak tersebut. Alangkah terkejutnya,
nawangwulan menemukan selendangnya di dalam kotak itu.
Nawangwulan : “Hah?! , tidak mungkin, ini kan selendangku, kenapa bisa ada disini, jadi
selama ini kakanda yang mencuri selendangku. Tega sekali dia menipuku.”
Nawangwulan merasa kecewa dan marah pada Jaka Tarub karena ia merasa sudah ditipu
selamam ini.
Sore harinya ketika jaka tarub kembali rumahnya, tiba tiba ia ditampar oleh nawangwulan

Nawangwulan : “kenapa kau tega sekali melakukan ini kepadaku?!”

Jaka Tarub : “Maafkan aku adinda. A-aku menyesal.”

Nawangwulan : “Sekarang kau harus menanggung akibat perbuatanmu Jaka Tarub!! Aku akan
kembali ke khayangan karena sesungguhnya aku ini bidadari, tempatku bukan disini.”

Jaka Tarub hanya bisa diam dan merenung. ia pasrah atas keputusan nawangwulan.

Nawang Wulang : “jika nawangsih ingin menemuiku maka Bakarlah setangkai padi, dan hanya
satu syaratnya, kau tidak boleh bersama Nawangsih ketika aku menemuinya.”

Jaka Tarub : “Iya, Nawangwulan. Akan aku turuti segala yang kau katakana.:

Jaka Tarub hanya bisa menahan kesedihannya.

Setelah Jaka Tarub manyatakan kesanggupannya untuk tidak bertemu lagi dengan nawangwulan,
Nawangwulanpun meninggalkan dirinya dan nawangsih. Jaka Tarub hanya sanggup menatap kepergian
nawangwulan sambil memeluk nawangsih. Sunggu kesalahannya tidak termaafkan. Tiada hal lain yang
dapat dilakukannya saat ini selain merawat nawangsih dengan baik seperti nawangwulan.

Anda mungkin juga menyukai