Anda di halaman 1dari 7

JAKA TARUB DAN 6 BIDADARI

1. Tegar sebagai Jaka Tarub


2. Yuliana sebangai Nawang Wulan
3. Siti sebagai Ibu dari Jaka Tarub
4. Fajri sebagai Raja Ajisaka
5. Febita sebagai Ratu sekar Dewi
6. Dzikri sebagai Raja Bintara
7. Yohan sebagai Patih Hadiyawarman (1)
8. Verdika sebagai patih (2)
9. Dhimas sebagai Arya
10. Tiara sebagai Bidadari 1
11. Mauliza sebagai bidadari 2
12. Alika sebagai bidadari 3
13. Elmoza sebagai bidadri 4
14. Cesa sebagai bidadari 5
15. Yuliana sebagi bidadari 6

Dahulu kala di desa terpencil, tinggallah seorang Ibu dan anaknya yang bernama Jaka Tarub. Jaka
Tarub sudah ditinggal ayahnya sejak ia masih kecil. Suatu hari mereka sedang berbincang-bincang di
ruang keluarga.

Ibu Jaka Tarub : “Nak, ada yang ingin Ibu katakan padamu”

Jaka Tarub : “Ada apa bu?”

Ibu Jaka Tarub: “Nak, Ibu lihat kamu sudah dewasa, sudah pantas untuk meminang gadis.
Lekaslah menikah, Ibu ingin menimang cucu sebelum Ibu pergi”

Jaka Tarub : “Tapi saya belum ingin menikah bu”

Ibu Jaka Tarub : “Tapi jika ibu sudah tiada nanti, siapa yang akan mengurusmu?”

Jaka Tarub : “Jangan berbicara seperti itu bu”

Ibu Jaka Tarub : “Ibu hanya merasa semakin lelah nak…”

“ Ada yang berbeda dari ibuk hari ini” ( termenung dan berfikir)

Keesokan harinya. Jaka Tarub pergi ke sawah untuk bertani seperti biasanya. Walaupun hanya pergi
bekerja sendirian ia tetap semangat demi ibunya yang sedang lemah di rumah.

Hari sudah petang. Saatnya Jaka Tarub pulang ke rumah membawa hasil panennya.

Jaka Tarub: “Assalamu’alaikum bu. Bu.. bu.. Ibu kemana ya? Kok rumah berantakan?”
Tak lama kemudian Jaka Tarub menemukan ibunya tergeletak di lantai.

Jaka Tarub : “Ibuuuuuuuuuuu!!” (menghampiri ibunya), ibu.. ibu kenapa bu.........

Ibu Jaka Tarub : “Maafkan semua kesalahan ibu nak. Ibu harus pergi. Ini permintaan terakhir ibu,
carilah pendamping hidupmu, agar ada yang mengurusmu nanti jaka”

Jaka Tarub: “Jangan tinggalkan Jaka buuuuuuuuu” (menangis)

Jaka Tarub menyesali perbuatannya yang telah membiarkan ibunya yang lemah di rumah sendirian.
Ia kemudian menyendiri dan terlihat selalu murung.

Suatu hari Jaka Tarub pergi ke hutan untuk menghilangkan beban pikirannya.

Adegan II:

(Di Kahyangan)

Terlihat 6 bidadari cantik sedang meminta ijin kepada ayah dan ibunya untuk pergi ke mayapada
(bumi).

Bidadari 1: “Ayah, Ibu, saya dan adik-adik mohon izin untuk pergi ke mayapada, mereka rindu ingin
mandi didanau”

Raja Ajisaka: “Pergilah nak, tapi ingat pada saat hari mulai petang kalian semua harus segera kembali
ke istana”

Bidadari 2 : “Iya ayah, kami semua mengerti”

Bidadari 3 : “Kami akan segera kembali ketika hari sudah petang”

Ratu SkarDewi : “Berhati-hatilah nak”

6 Bidadari : “Baik bu”

Suatu ketika Jaka Tarub sedang dihutan untuk menghilangkan kepenatan sambil berburu makan
siang. Tanpa disengaja Jaka Tarub mendengar sayup-sayup suara wanita yang sedang bercanda.

Jaka Tarub : “sepertinya aku mendengar suara canda wanita,,

Hmm,,, dimana ya (Dengan mengendap-ngendap Jaka Tarub mecari)

Jaka Tarub: “Wah.. wah.. ada 6 wanita cantik ternyata. Mungkin salah diantara mereka adalah
jodohku”

Jaka Tarub berjalan mendekat menuju danau. Kemudian ia menemukan pakaian wanita-wanita
tersebut yang tergeletak berserakan. Setelah memilih, ia mencuri salah selendang dan
menyembunyikannya.

(hari sudah mulai petang )


Bidadari 1 : “Cepat adik-adikku, saatnya kita kembali ke kahyangan. Hari sudah mulai petang kita
harus segera pulang sebelum ayah marah”

Nawang Wulan : “Tapi kak, selendang merahku tidak ada. Aku tidak bias pulang tanpa selendang
itu”

(Bidadari yang lain sibuk mencari selendang Nawang Wulan)

Bidadari 4 : “Bagaimana ini..? Padalah selendang adik Nawang Wulan tadi ada di sebelah
selendangku”

Bidadari 5 : “Aku sudah mencoba mencari selendang adik Nawang Wulan, tapi tak kunjung ku
temukan juga”

Bidadari 3 : “Ya, aku juga sudah mencoba mencarinya, apa yang harus kita lakukan kakak?”

Bidadari 1 : “Kita tidak bias terus-terusan berada di mayapada. Kita harus pulang ke kahyangan
sekarang juga. Maafkan kami adik Nawang Wulan, mungkin sudah takdir adik untuk tinggal di
mayapada”

Nawang Wulan : “Tapi kak, bagaimana dengan aku disini?”

Bidadari 1 : “Kami tidak bias berbuat apa-apa Nawang Wulan. Jaga dirimu baik-baik. Selamat
tinggal adik Nawang Wulan”

Nawang Wulan : “Kakaaaaaaaaaaaaaaaak!!” (menangis)

Kelima bidadari cantik itu pun meninggalkan Nawang Wulan sendirian. Selendang merah Nawang
Wulan masih belum ia temukan. Nawang Wulan merasa kesepian dan menangis di tepi danau.

Jaka Tarub pun akhirnya keluar dari persembunyiannya. Ia mendekati Nawang Wulan dan
menghiburnya.

Jaka Tarub : “Mengapa engkau menangis gadis cantik?”

Nawang Wulan : “Selendang merahku hilang. Aku tidak bisa kembali ke kahyangan tanpa
selendang itu”

Jaka Tarub : “Kahyangan? Jadi kau adalah seorang bidadari?”

Nawang Wulan : (diam karena takut untuk menjawab)

Jaka Tarub : “Tidak usah takut begitu, aku tak akan melukaimu bidadari cantik. Daripada tinggal
di hutan ini sendirian, bagaimana jika kau ikut ke rumahku? Kau bisa tinggal di rumahku untuk
sementara”

Nawang Wulan : ”Benarkah?”

Jaka Tarub : “Ya, kau bisa tinggal selama apapun kau mau. Pakailah ini” (memberikan sebuah
selendang)

Nawang Wulan : “Terima kasih”

Jaka Tarub : “Oh ya, siapa namamu?”

Nawang Wulan : “Nama ku Nawang Wulan”


Jaka Tarub : “Nama yang bagus. Aku Jaka Tarub. Ayo ikut aku”

Dengan senangnya Nawang Wulan mengikuti Jaka Tarub menuju rumah Jaka Tarub. Ia menerima
ajakan Jaka Tarub karena tidak tahu harus berbuat apalagi.

(Di kahyangan)

Raja Ajisaka : “Kemana adik kalian Nawang Wulan?”

Ratu Sekar Dewi : “Kemana dia..? Kenapa kalian pulang tanpa adik kalian?” (menghampiri ke 5
bidadari dan bertanya dengan lembut)

Bidadari 1 : “Maafkan kami ayah, ibu.. Nawang Wulan tidak bias kembali ke kahyangan karena
selendangnya hilang”

Bidadari 2 : “Iya ibu, selendang adik Nawang Wulan tak kunjung kami temukan meskipun sudah
kami cari”

Raja Ajisaka : “ Apa Ayah kecewa pada kalian karena tidak bias menjaga adik kalian” (bicara
dengan nada keras)

5 bidadari : “Maafkan kami ayah..”

Ratu Sekar Dewi : “Sudahlah… jangan menyalahkan mereka. Mungkin sudah takdir Nawang Wulan
untuk tinggal di mayapada” (sedih)

Raja Ajisaka : “patih gimana pendapat kalian tentang ini ? ”

Patih Handayawarman (1) : “ Hamba setuju dengan perkataan Ratu Sekar Dewi, Raja.. mungkin
sudah takdir Nawang Wulan untuk tinggl di mayapada . jadi kita tidak perlu melakukan apa-apa .
berharaplah semoga hal buruk tidak terjadi pada Nawang wulan. ”

Patih (2) : “ Iya betul Raja ”

Raja ajisaka : “ hmm.. baiklah kalau begitu ”

Hari demi hari antara Jaka Tarub dan Nawang Wulan pun telah belalu. Mereka semakin menyatu dan
saling mengenal satu sama lain. Akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.

Setelah pernikahan Nawang Wulan dan Jaka Tarub sudah cukup lama, mereka dikaruniai anak
kembar. Yang satu perempuan dan yang satu laki-laki. Anak mereka bernama Nawang Asih dan Jaka
Tengil.

Setelah Nawang Asih dan Jaka Tengil beranjak dewasa. Permasalahan antara Jaka Tarub dan Nawang
Wulan pun semakin bertambah.

Terusiklah rasa ingin tahu JakaTarub tentang Nawang Wulan karena hasutan Arya.

Arya : “Jaka, apakah kamu tidak curiga pada istrimu?”

Jaka Tarub :”Apa maksudmu?”

Arya : “Bukankah selama ini istrimu Nawang Wulan selalu melarangmu untukn tidak membuka bakul
yang ia gunakan untuk menanak nasi?”
Jaka Tarub “Iya, itu memang benar. Tapi apa masalahnya?”

Arya: “Apa kamu tidak curiga kenapa beras di lumbung mu masih utuh, seolah-olah tidak pernah
digunakan”.

Jaka Tarub : (diam merenungi perkataan teman-temannya).

Pada saat Jaka Tarub pulang ke rumah ia melihat istrinya Nawang Wulan sedang memasak.

Jaka Tarub : “Assalamu’alaikum…”

Nawang Wulan : “Wa’alaikumsalam. Akang sudah pulang rupanya”

Jaka Tarub : “Iya, ada apa memangnya Dinda?”

Nawang Wulan : “Bolehkah aku meminta tolong?”

Jaka Tarub : “Meminta tolong untuk apa dinda?”

Nawang Wulan : “Tolong jagakan api ini karena aku sedang memasak nasi”

Jaka Tarub : “Memangnya dinda mau pergi kemana?”

Nawang Wulan : “Aku hendak pergi ke sungai untuk mencuci pakaian, kang”

Jaka Tarub : “Baiklah, dinda”

Nawang Wulan : “Tapi ingat, akang tidak boleh membuka tutup kukusan ini. Akang harus ingat
dengan janji akang”

Jaka Tarub : “Tenang saja Dinda. Akang tidak akan lupa dengan janji akang”

Setelah Nawang Wulan pergi. Jaka Tarub ingat dengan perkataan teman-temannya. Karena hatinya
dipenuh dengan rasa penasaran. Jaka Tarub pun membuka tutup kukusan yang ada di depannya.

Jaka Tarub : “Hah, ternyata selama ini dinda Nawang Wulan hanya memasak dengan setangkai
padi. Pantas saja selama ini padi di lumbung masih banyak.

Nawang Wulan tiba-tiba datang sepulang dari mencuci pakaian di sungai.

Nawang Wulan : “Sedang apakah kau akang?” (bertanya dengan nada keras)

Jaka Tarub : “A… a… akang tidak sedang apa-apa dinda” (dengan terbata-bata). “Akang harus
pergi ke ladang, ada pekerjaan yang harus akang selesaikan”

Setelah Jaka pergi Nawang Wulan pun membuka isi kukusannya. Pada saat itu juga Nawang Wulan
curiga pada suaminya Jaka Tarub karena setangkai padi masih tergolek di dalamnya. Tahulah ia
bahwa suaminya telah membuka kukusan itu hingga kesaktiannya hilang.

Sejak saat itulah Nawang Wulan harus menumbuk dan menapi beras untuk dimasak, seperti wanita
pada umumnya. Karena tumpukan padinya terus berkurang, suatu hari Nawang Wulan menemukan
selendang bidadarinya yang terselip diantara tumpukan padi. Tahulah ia bahwa suaminyalah yang
telah menyembunyikan selendang itu.
Nawang Wulan : “Ternyata selama ini Jaka Tarub yang menyembunyikan selendangku. Dan
karena isi lumbung terus berkurang pada akhirnya aku bisa menemukannya kembali. Ini pasti sudah
menjadi kehendak yang diatas” (Nawang Wulan bergumam)

Setelah Nawang Wulan mengetahui bahwa selendangnya dicuri oleh suaminya Jaka Tarub, Nawang
Wulan pun memutuskan untuk kembali ke kahyangan dan meninggalkan Jaka Tarub dan kedua
anaknya.

Nawang Wulan : “Kakang, maafkan aku, aku harus pergi”

Jaka Tarub : “Tapi dinda bagaimana dengan anak kita Jaka Tengil dan Nawang Asih?”

Nawang Wulan : “Jaga kedua anak kita, kang”

Jaka Tarub : “Tapi dinda aku tidak sanggup menjaga mereka berdua seorang diri”

Nawang Wulan : “Aku percaya kakang bisa menjaga kedua anak kita”

Jaka Tarub : “Apa dinda tega meninggalkan Asih dan Tengil sendiri tanpa dinda disisi mereka”

Nawang Wulan : “Tapi disini bukan tempatku. Tempatku adalah di kahyangan, bukan disini kang”
(menangisi kedua anaknya)

Nawang Wulan pun pergi. Tapi setelah Nawang Wulan kembali ke kahyangan, Nawang Wulan tidak
merasakan kebahagiaan, melainkan penderitaan. Penderitaan Nawang Wulan dan keluarganya
adalah ketika kahyangan mereka di laingit diserbu oleh segerombolan jin jahat pimpinan raja bintara
yang sudah lama ingin mempersunting Nawang Wulan dan ke 5 kakaknya. Keinginan yang tentu saja
ditolak mentah-mentah oleh ke 6 bidadari maupun kedua orang tua mereka.

Raja Bintara : “ Mana ke 6 calon istri ku ”

Raja Ajisaka : “ Apa maksud mu! ” ( Berbicara dengan nada tinggi )”

Raja Bintara : “ Dulu saya sudah mengatakan pada mu bahwa saya akan mempersunting 6 putri mu ”

Raja Ajisaka : “ Tidak ! tidak akan ku biarkan 6 putri ku untuk menikah dengan mu ”

Raja Bintara : “ Jangan paksa aku untuk melakukan kekerasan padamu wahai Ajisaka ,HAHAHAHA ”
(Tertawa dengan angkuh )

Raja Ajisaka : “ Aku tidak takut dengan ancaman mu bintara ”

Peperangan antara jin dan keluarga kerajaan pun tak dielakkan lagi. Namun akhirnya Raja Bintara dan
jinnya kalah.

Raja ajisaka : “ Musnahlah kau BINTARA ”

Setelah selesainya peperangan itu Nawang Wulan kembali ke mayapada untuk menemui keduan
anaknya dan Jaka Tarub.

Jaka Tarub : “Dinda pulang?”

Nawang Wulan : tidak, tempatku bukan disini kang”

Jaka Tarub : “ lalu apakah dinda akan kembali lagi ke kahyangan?”


Nawang Wulan : “Iya kang”

Jaka Tarub : “Lalu bagaimana kalau kami merindukanmu dinda?”

Nawang Wulan : “Kenanglah aku ketika kalian melihat bulan. Maka aku akan menghibur kalian
dari atas sana”

Nawang Wulan pun kembali ke kahyangan, meninggalkan Jaka Tarub dan kedua anaknya. Sejak saat
itu Jaka Tarub dan kedua anaknya selalu menatap rembulan di malam hari untuk mengenang
Nawang Wulan.

Anda mungkin juga menyukai