Anda di halaman 1dari 5

JAKA TARUB

1. Dzaky AS Jaka Tarub


2. Judah AS Nawang wulan
3. Anandita AS Ratu sekar dewi
4. Noval AS Raja ajisaka
5. Rifa AS Raja bintara
6. Nizam AS Patih hadiyawarman / Jaka tengil
7. Maya AS Bidadari 1
8. Arsyah AS Bidadari 5
9. Nizrina AS Bidadari 3
10. Fadiyah AS Bidadari 2
11. Felly AS Bidadari 4
12. Wulan AS Arya / Nawang asih
13. Hannah AS Laras

Alkisah di sebuah desa yang Bernama mayapada hiduplah seorang lelaki tampan dan tangguh bernama jaka
tarub, ia pergi ke hutan untuk mencari air di sungai namun.. saat ia sampai disungai ia melihat 7 wanita cantik
yang ternyata ada bidadari dari khayangan, mereka sedang mandi dan meninggalkan selendang mereka di
dekat persembunyian jaka tarub
Jaka tarub : “selendang itu pasti milik mereka semua, aku harus mengambil satu”
Jaka tarub pun mengambil selendang itu diam diam dan mengamati gerak gerik setiap bidadari tersebut. Saat
ketujuh bidadari tersebut selesai mandi mereka dikejutkan dengan selendang nawang wulan yang menghilang
Nawang wulan : “ Oh tdk dimana selendangku”
Bidadari 4 : “coba kau ingat lagi kau simpan dimna”
Bidadari 3 : “iya, siapa tau kau lupa menyimpannya”
Nawang wulan ; “tadi aku menyimpannya disini”
Bidadari 5 : “Aku sudah mencoba mencari selendang adik Nawang Wulan, tapi tak kunjung ku temukan
juga”
Bidadari 6 : “Ya, aku juga sudah mencoba mencarinya,
apa yang harus kita lakukan kakak?”
Bidadari 1 : “Kita tidak bisa terus
terusan berada di mayapada. Kita harus pulang kekahyangan sekarang juga. Maafkan kami
adik Nawang Wulan, mungkin sudah takdir adik untuk tinggal di mayapada”
Nawang Wulan : “Tapi kak, bagaimana dengan aku disini?”
Bidadari 2 : “Kami tidak bisa berbuat apa-apa Nawang Wulan. Jaga dirimu baik-
baik.Selamat tinggal adik Nawang Wulan”
Nawang Wulan : “Kakaaaaaaaaaaaaaaaak!!” (menangis)
Keenam bidadari cantik itu pun meninggalkan Nawang Wulan sendirian. Selendang merah Nawang
Wulan masih belum ia temukan. Nawang Wulan merasa kesepian dan menangis di tepi danau,
.Jaka Tarub pun akhirnya keluar dari persembunyiannya. Ia mendekati Nawang Wulan dan
menghiburnya.
Jaka Tarub : “Mengapa engkau menangis gadis cantik?”
Nawang Wulan : “Selendang merahku hilang. Aku tidak bisa kembali ke kahyangan tanpa
selendang itu”
Jaka Tarub : “Kahyangan? Jadi kau adalah seorang bidadari?”
Nawang Wulan : (diam karena takut untuk menjawab)
Jaka Tarub : “Tidak usah takut begitu, aku tak akan melukaimu bidadari cantik. Daripada
tinggal di hutan ini sendirian, bagaimana jika kau ikut ke rumahku? Kau bisa tinggal di rumahku untuk
sementara”
Nawang Wulan : ”Benarkah?”
Jaka Tarub : “Ya, kau bisa tinggal selama apapun kau mau.
Pakailah ini” (memberikan sebuah selendang)
Nawang Wulan : “Terima kasih”
Jaka Tarub : “Oh ya, siapa namamu?”
Nawang Wulan : “Aku Nawang Wulan”
Jaka Tarub : “Nama yang bagus. Aku Jaka Tarub. Ayo ikuti aku”
Dengan senangnya Nawang Wulan mengikuti Jaka Tarub menuju rumah Jaka Tarub. Ia
menerima ajakan Jaka Tarub karena tidak tahu harus berbuat apalagi.
(Di kahyangan)Kakak-kakak dari Nawang Wulan merasa takut untuk menghadapi ayah
mereka. Mereka takut ayah dan ibu mereka akan marah karena mereka pulang ke
kahyangan tanpa NawangWulan. Ketakutan mereka pun akhirnya benar-benar terjadi.
 
Raja Ajisaka : “Kemana adik kalian Nawang Wulan?”
7 Bidadari : (saling menatap 1 sama lain karena ketakutan)
Ratu Sekar Dewi : “Kemana dia..? Kenapa kalian pulang tanpa adik kalian?” (menghampiri
ke6 bidadari dan bertanya dengan lembut)
Bidadari 1 : “Maafkan kami ayah, ibu.. Nawang Wulan tidak bisa kembali ke kahyangan
karena selendangnya hilang”
Bidadari 2 : “Iya ibu, selendang adik Nawang Wulan tak kunjung kami temukan meskipun
sudah kami cari”
Raja Ajisaka : “Ayah kecewa pada kalian karena tidak bi sa menjaga adik kalian”
(bicaradengan nada keras)
7 Bidadari : “Maafkan kami ayah..”
Ratu Sekar Dewi : “Sudahlah… jangan menyalahkan mereka. Mungkin sudah takdir
NawangWulan untuk tinggal di mayapada” (sedih)
Raja Ajisaka : “Apa yang harus kita lakukan untuk Nawang Wulan patih hadiyawarman?”
Patih : “Hamba setuju dengan perkataan Ratu Sekar Dewi, Raja.. Mungkin sudah
takdir Nawang Wulan untuk tinggal di mayapada. Jadi kita tidak perlu melakukan
apa-apa.Berharaplah semoga hal buruk tidak terjadi pada Nawang Wulan”
Raja Ajisaka : “Baiklah kalau begitu”
Hari demi hari antara Jaka Tarub dan Nawang Wulan pun telah berlalu. Mereka semakin
menyatu dan saling mengenal satu sama lain. Akhirnya mereka memutuskan untuk
menikah.Tapi ada beberapa pihak yang tidak suka dengan pernikahan mereka. Orang itu adalah Laras dan
Arya., Laras dan Arya pun berencana untuk menghancurkan pernikahan Nawang Wulan dan JakaTarub.
Laras : “Aku benci dengan pernikahan mereka”
Arya : “Aku pun sama halnya dengan kamu”
Laras : “Kita harus menghancurkan pernikahan mereka”
Arya : “Tapi apa rencana mu?”
Laras : “Kamu harus membantu aku untuk mendapatkan Jaka”
Arya : “Baik, aku akan membantumu, tapi apa imbalannya untukku?”
Laras : “Sebagai imbalannya aku akan membantumu untuk mendapatkan NawangWulan”
Arya : “Baiklah, aku setuju”
Mereka berdua pun terus berusaha untuk mengancurkan pernikahan Nawang Wulan dan Jaka
Tarub. Namun akhirnya usaha mereka gagal. Setelah pernikahan Nawang Wulan dan Jaka Tarub
sudah cukup lama, mereka dikaruniai anak kembar. Yang satu perempuan dan yang satu laki-laki.
Anak mereka bernama Nawang Asih dan Jaka Tengil.

Di kemudian hari NawangWulan menemukan selendang bidadarinya yang terselip diantara


tumpukan padi. Tahulah ia bahwa suaminyalah yang telah menyembunyikan selendang itu.

Nawang Wulan : “Ternyata selama ini Jaka Tarub yang menyembunyikan selendangku. Dan karena isi


lumbung terus berkurang pada akhirnya aku bisa menemukannya kembali. Ini pasti sudah
menjadi kehendak yang diatas” (Nawang Wulan bergumam)
Setelah Nawang Wulan mengetahui bahwa selendangnya dicuri oleh suaminya Jaka Tarub, Nawang
Wulan pun memutuskan untuk kembali ke kahyangan dan meninggalkan Jaka Tarub dan
kedua anaknya.
Nawang Wulan : “Kakang, maafkan aku, aku harus pergi”
Jaka Tarub : “Tapi dinda bagaimana dengan anak kita Jaka Tengil dan Nawang Asih?”
Nawang Wulan : “Jaga kedua anak kita, kang”
Jaka Tarub : “Tapi dinda aku tidak sanggup menjaga mereka berdua seorang diri”
Nawang Wulan : “Aku percaya kakang bisa menjaga kedua anak kita”
Nawang Asih : “Ibu, jangan tinggalkan Asih sendiri” (menangis sambil memeluk Ibunya)
Jaka Tengil : “Iya bu, jangan tinggalkan kami sendiri”
Nawang Wulan : “Kalian kan tidak sendiri, ada ayah kalian disini”
Jaka Tengil dan Nawang Asih: “Tapi bu, kami ingin ibu bersama kami disini”
Jaka Tarub : “Apa dinda tega meninggalkan Asih dan Tengil sendiri tanpa
dinda disisi mereka”
Nawang Wulan : “Tapi disini bukan tempatku. Tempatku adalah di kahyangan, bukan disini kang”
(menangisi kedua anaknya)
Akhirnya dengan penuh rasa keterpaksaan jaka dan kedua anaknya meng
i k h l a s k a n kepergian Nawang Wulan. Bahkan mereka mengantarkan kepergian Nawang Wulan.
Nawang Asih : “Ibuuuuuuuuuuuu…” (menangis dan menggengam tangan Nawang Wulan)
Jaka Tengil : “Ibuuuuuuuu.. jangan tinggalkan Tengil bu”
Nawang Wulan : “Ibu tidak akan
pergi jauh dari kalian, ibu akan mengawasi kalian dari kahyangan”
Jaka Tarub : “Hati-hati dinda”
Nawang Wulan pun pergi. Tapi setelah Nawang Wulan kembali ke kahyangan,
NawangWulan tidak merasakan kebahagiaan, melainkan penderitaan. Penderitaan Nawang
Wulan dan keluarganya adalah ketika kahyangan mereka di l angit diserbu oleh
segerombolan jin jahat pimpinan raja bintara yang sudah lama ingin mempersunting Nawang Wulan
dan ke 6 kakaknya. Keinginan yang tentu saja ditolak mentah-mentah oleh ke 7 bidadari
maupun kedua orang tua mereka.
Raja Bintara : “Mana ke 7 calon istriku?”
Raja Ajisaka : “Apa maksudmu?”
Raja Bintara : “Mana Nawang Wulan dan ke 6 saudarinya?”
Ratu Sekar Dewi : “Apa maksudmu berbicara seperti itu?”
Raja Bintara : “Dulu kan saya sudah mengatakan pada kalian bahwa saya akan mempersunting ke 7 putri
kalian”
Bidadari 1 : “Itu kan dulu, sekarang lain lagi”
7 Bidadari : “Iya, itu kan dulu”
Ratu Sekar Dewi : “Lagi pula saya sebagai ibu tidak akan mengijinkan ke 7  putri
ku untuk menikah denganmu”
Raja Bintara : “Jangan paksa aku untuk melakukan kekerasan pada kalian”
Bidadari 5 : “Kami tidak takut dengan ancaman mu Bintara!”
Raja Bintara : “Jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu pada putri kalian” (menarik tangan
Nawang Wulan)
Raja Ajisaka : “Lepaskan putriku!”
Raja Bintara : “Tidak, putrimu akan aku jadikan istri.. ha…ha..ha..”
Raja Ajisaka : “Patih Hadiyawarman, bawa putriku kembali”
Patih : “Baik Raja”
Raja Bintara : “Prajurit, seraaaaaaaaang!”
Peperangan antara jin dan keluarga kerajaan pun tak dielakkan lagi. Namun akhirnya
RajaBintara dan jinnya kalah.
Bidadari 2 : “Musnahlah kau”
Setelah selesainya peperangan itu Nawang Wulan kembali ke mayapada untuk menemui
kedua anaknya.
Jaka Tengil dan Nawang Asih: “Ibuuuuuuuu”
Nawang Wulan : “Iya anakku”
Nawang Asih : “Apakah ibu kembali lagi?”
Nawang Wulan : “Tidak anakku..”
Jaka Tengil : “Kenapa bu?”
Nawang Wulan : “Karena rumah ibu bukan disini nak”
Jaka Tarub : “Apakah dinda akan kembali lagi ke kahyangan?”
Nawang Wulan : “Iya kang”
Jaka Tarub : “Lalu bagaimana kalau kami merindukanmu dinda?”
Nawang Wulan : “Kenanglah aku ketika kalian melihat bulan. Maka aku akan menghibur
kalian dari atas sana”
 
Nawang Wulan pun kembali ke kahyangan, meninggalkan Jaka Tarub dan kedua anaknya.Sejak saat itu
Jaka Tarub dan kedua anaknya sering mentap bulan setiap malam unuk
mengenang nawang wulan.

Anda mungkin juga menyukai