Anda di halaman 1dari 47

I.

KONSEP TEORI KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. Peng
Pengert
ertia
ian
n KPD
KPD

 Ada beberapa
beberapa pengertian
pengertian dari ketuban
ketuban pecah
pecah dini (KPD)
(KPD) antara
antara lain:
lain:

1. Ketu
Ketuba
ban
n Peca
Pecah
h Dini
Dini adal
adalah
ah ketu
ketuba
ban
n yang
yang peca
pecah
h sebe
sebelu
lum
m awit
awitan
an
persalinan.

2. Ketu
Ketuba
ban
n Peca
Pecah
h Dini
Dini (KP
(KPD) atau
atau spon
sponta
tane
neou
ous/
s/ea
earl
rly/
y/pr
prem
emat
atur
ure
e
rupt
ruptur
ured
ed of the
the memb
membra
rane
ne (PRO
(PROM)
M) adal
adalah
ah peca
pecahn
hnya
ya ketu
ketuba
ban
n
sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm
dan pada multi kurang dari 5 cm.(Mochtar, Rustam. 1998)

3. Ketu
Ketuban
ban Pecah
Pecah Dini
Dini adalah
adalah peca
pecahn
hnya
ya ketub
ketuban
an sebe
sebelum
lum terda
terdapa
patt
tanda-tanda persalinan mulai, dan di tunggu 1 jam belum dimulainya
tanda persalinan. (Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998)

4. Ketuban
Ketuban pecah
pecah dini adalah
adalah ketuban
ketuban yang pecah
pecah spontan
spontan yang terjadi
terjadi
pada
pada semb
sembar
aran
ang
g usia
usia keha
kehami
mila
lan
n sebe
sebelu
lum
m pers
persal
alin
inan
an di mula
mulaii
(William,2001)

5. Ketu
Ketuban
ban pecah
pecah dini
dini adala
adalah
h kelua
keluarny
rnya
a caira
cairan
n berup
berupa
a air
air dari
dari vagin
vagina
a
setelah
setelah kehamil
kehamilan
an berusia
berusia 22 minggu
minggu sebelum
sebelum proses
proses persalin
persalinan
an
berla
berlang
ngsun
sung
g dan
dan dapa
dapatt terjad
terjadii pada
pada keha
kehamil
milan
an preter
preterm
m sebel
sebelum
um
kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. (Saifudin,2002)

6. Ketuban
Ketuban dinyatak
dinyatakan
an pecah dini bila terjadi
terjadi sebelum
sebelum proses persalin
persalinan
an
ber
berlang
angsung.ke
.ketuba
uban peca
ecah dini di sebabkan
kan oleh
leh karen
rena
berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra
uteri atau kedua factor tersebut.berkur
tersebut.berkurangnya
angnya kekuatan membrane
disebabk
disebabkan
an adanya
adanya infeksi
infeksi yang
yang dapat
dapat berasal
berasal dari vagina
vagina servik
servik
(Sarwono Prawiroharjop,2002).
B. Etiol
Etiolog
ogii KPD
KPD

1. Servi
Serviks
ks inkom
inkompet
peten.
en.

2. Keten
Ketenga
gan
n rahim
rahim berle
berlebih
bihan
an (over
(overdis
disten
tensi)
si) sepe
seperti
rti pada
pada keha
kehamil
milan
an
ganda, hindramnion, gemeli, ataupun tumor.

3. Kelainan letak janin


janin dalam
dalam rahim seperti
seperti letak
letak sungsang,
sungsang, letak lintang.

4. Kemun
Kemungk
gkina
inan
n kesem
kesempi
pitan
tan pang
panggul
gul sepe
seperti
rti perut
perut gantu
gantung
ng,, bagia
bagian
n
terendah belum masuk PAP (pintu atas panggul).

5. Kelainan
Kelainan bawa
bawaan
an dari
dari selaput
selaput ketuba
ketuban.
n.

6. Infeks
Infeksii yang
yang menye
menyeba
babk
bkan
an terja
terjadi
di pros
proses
es biome
biomeka
kanik
nik pada
pada selap
selaput
ut
ketuban
ketuban dalam
dalam bentuk
bentuk proteol
proteolitik
itik sehingg
sehingga
a memudah
memudahkan
kan ketuba
ketuban
n
pecah.

7. Sefal
Sefalop
opelv
elvik
ik dispro
dispropor
porsi.
si.

8. Gemeli.

9. Keham
Kehamila
ilan
n prete
preterm.
rm.

10.
10. Traum
Trauma
a (misa
(misalny
lnya
a hubu
hubung
ngan
an seksu
seksual,
al, pemer
pemeriks
iksaa
aan
n dalam
dalam / VT,
VT,
maupun amnosintesis)

11.Riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya.

C. Manifestasi
Manifestasi Klinis
Klinis / Tanda Dan Gejala
Gejala

1. Keluar
Keluar air ketuban
ketuban berwarna
berwarna putih
putih keruh,
keruh, jernih,
jernih, kuning,
kuning, hijau, atau
atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.

2. Jani
Janin
n muda
mudah
h dira
diraba
ba..

3. Pada saat VT selaput ketuban tidak ada,


ada, air ketuban sudah kering.

4. Inspekulo:
Inspekulo: tampak
tampak air ketuban
ketuban mengalir atau selaup
selaup ketuban
ketuban tidak
tidak ada
dan air ketuban sudah kering.

5. Demam, bercak
bercak vagina
vagina yang
yang banyak,
banyak, nyeri
nyeri perut,
perut, denyut
denyut jantung
jantung janin
janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
D. Patofis
Patofisiol
iologi
ogi KPD

Mekanism
Mekanisme
e terjadi
terjadinya
nya ketuban
ketuban pecah
pecah dini
dini dapat
dapat berlang
berlangsun
sung
g sebagai
sebagai
berikut :

1. Selaput
Selaput ketuban
ketuban tidak kuat sebagai
sebagai akibat
akibat kurangny
kurangnya
a jaringan
jaringan ikat dan
vaskularisasi.

2. Bila terjadi
terjadi pembuk
pembukaan
aan serviks
serviks maka
maka selaput
selaput ketuban
ketuban sangat
sangat lemah
dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

E. Komp
Kompli
lika
kasi
si KPD
KPD

1. Pada Ib
Ibu

a. Pers
Persali
alinan
nan Premat
Prematur 
ur 

b. Infeksi
Infeksi intrapa
intrapartal
rtal/dal
/dalam
am persalin
persalinan
an misalnya
misalnya,, Korioam
Korioamnion
nionitis
itis,,
Endomet
Endometritis
ritis.. ka terjadi
terjadi infeksi
infeksi dan kontrak
kontraksi
si ketuban
ketuban pecah
pecah
maka
maka bisa
bisa meny
menyeb
ebab
abka
kan
n seps
sepsis
is yang
yang sela
selanj
njut
utny
nya
a dapa
dapatt
mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas

c. Infek
Infeksi
si puer
puerper
perali
alis/
s/ masa
masa nifas
nifas

d. Dry
Dry labo
labour/
ur/Pa
Partu
rtus
s lama
lama

e. Perd
Perdara
araha
han
n post
post part
partum
um

f. Meningk
Meningkatka
atkan
n tindaka
tindakan
n operat
operatif
if obstetr
obstetrii (khusus
(khususnya
nya SC)
SC)

g. Morbidit
Morbiditas
as dan
dan mortalit
mortalitas
as mater
maternal
nal

2. Pada Jan
Janin

a. Infeksi:
Infeksi: Septike
Septikemia,
mia, Pneumon
Pneumonia,
ia, Omfalitis
Omfalitis,, Meningitis.
Meningitis.

b. Gawat
Gawat janin: Hipoksi
Hipoksia
a Dan Asfiksia
Asfiksia akibat dari oligohid
oligohidramn
ramnion
ion
yang
yang menek
menekan
an tali
tali pusat.
pusat. Hipoks
Hipoksia
ia dan
dan Asfik
Asfiksi
sia
a sekun
sekunde
der 

(kekurangan oksigen pada bayi)
Meng
Mengak
akib
ibat
atka
kan
n komp
kompre
resi
si tali
tali pusa
pusat,
t, prol
prolap
aps
s uter
uteri,
i, dry
dry
labour/pertus lama, apgar score rendah, ensefalopaty, cerebral
palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory distress.

c. Disto
Distosia
sia ( partus
partus Kering)
Kering).. Peng
Pengelu
eluara
aran
n caira
cairan
n ketub
ketuban
an untuk
untuk
wakt
waktu
u yang
yang akan
akan lama
lama akan
akan menye
menyeba
babka
bkan
n dry labou
labourr atau
atau
persalinan kering

d. Sind
Sindrom
roma
a Defor
Deformit
mitas
as Janin
Janin.. Terja
Terjadi
di akibat
akibat oligo
oligohid
hidram
ramnio
nion.
n.
Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan
pertumbuhan janin terhambat (PJT)

e. Tali
Tali pusat
pusat menumbun
menumbung
g (prolaps
(prolaps tali
tali pusat
pusat).
).

f. Prem
Premat
atur
urit
itas
as.. Masa
Masala
lah
h yang
yang dapa
dapatt terj
terjad
adii pada
pada pers
persal
alin
inan
an
prematu
prematurr diantar
diantarany
anya
a adalah
adalah respira
respiratory
tory distress
distress sindrome
sindrome,,
hypo
hypoth
ther
ermi
mia,
a, neo
neonata
natall feed
feedin
ing
g prob
proble
lem,
m, reti
retino
nopa
path
thy
y of 
premturity, intraventricular hemorrhage, necrotizing enterocolitis,
brain disorder (and risk of cerebral palsy), hyperbilirubinemia,
anemia, sepsis.

g. Morbidit
Morbiditas
as dan
dan mortal
mortalitas
itas perinat
perinatal.
al.

F. Penat
Penatal
alak
aksan
sanaa
aan
n KPD
KPD

1. Kons
Konser
erva
vati
tif 

a. Rawat
Rawat rumah
rumah sakit
sakit dengan
dengan tirah
tirah baring.
baring.

b. Tidak
Tidak ada tanda
tanda-tan
-tanda
da infeks
infeksii dan gawat
gawat janin.
janin.

c. Umur
Umur keham
kehamilan
ilan kurang
kurang 37 minggu.
minggu.

d. Antib
Antibiot
iotik
ik profila
profilaksi
ksis
s deng
dengan
an amoksi
amoksisil
silin
in 3 x 500
500 mg selama
selama 5
hari.

e. Memberik
Memberikan
an tokolitik
tokolitik bila ada
ada kontraksi
kontraksi uterus
uterus dan memberik
memberikan
an
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.

f. Jang
Jangan
an melaku
melakuka
kan
n perik
periksa
san
n dalam
dalam vagina
vagina kecua
kecuali
li ada tanda-
tanda-
tanda persalinan.
g. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi
atau gawat janin.

h. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada
kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila
pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.

2. Aktif  

Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi.


Bila ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka
lakukan terminasi kehamilan.

a. Induksi atau akselerasi persalinan.

b. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan


mengalami kegagalan.

c. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus


berat ditemukan.

II. KONSEP TEORI SECSIO SESAREA TRANSPERITONIAL PROFUNDA

 A. Pengertian

Secsio sesarea adalah pebedahan untuk melahirkan janin dengan


membuka dinding perut dan dinding rahim. Salah satu teknik
pembedahan secsio sesarea adalah secsio sesarea transperitonialis
profunda yaitu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen
bawah rahim. (Kapita selekta, 1999)

Kelahiran sesarea adalah alternatif dari kelahiran vagina bila


keamanan ibu atau janin terganggu. (Marilyn. E. Doengoes)

Persalinan sesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada


dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histrotomi)
(Cunningham, Mc. Donald. Gant)
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina. (Mochtar. R., 1998)

B. Indikasi

1. Disproporsi chepalopelvik atau kelainan panggul.

2. Plasenta previa

3. Gawat janin

4. Pernah seksio sesarea sebelumnya

5. Kelainan letak janin

6. Hipertensi

7. Rupture uteri mengancam

8. Partus lama (prolonged labor)

9. Partus tak maju (obstructed labor)

10.Distosia serviks

11.Ketidakmampuan ibu mengejan

12.Malpresentasi janin

a. Letak lintang

1) Bila ada kesempitan panggul maka secsio sesarea adalah


cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin
hidup dan besar biasa.

2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong


dengan secsio sesarea walau tidak ada perkiraan panggul
sempit.

3) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong


dengan cara-cara lain.

b. Letak bokong
Secsio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada:

1) Panggul sempit

2) Primigravida

3) Janin besar dan berharga

c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-
cara lain tidak berhasil.

d. Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.

e. Gemelli, dianjurkan secsio sesarea bila

1) Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu

2) Bila terjadi interlock

3) Distosia oleh karena tumor 

4) Gawat janin

(Mochtar, R. 1998)

C. Kontraindikasi

Perlu diingat bahwa seksio sesarea dilakukan baik untuk


kepentingan ibu maupun untuk kepentingan anak, oleh sebab itu seksio
sesarea tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa, apabila
misalnya janin sudah meninggal dalam uterus atau apabila terlalu kecil
untuk hidup di luar kandungan. Apabila janin terbukti menderita cacat
seperti hidrosepalus, anensepalus dan lain-lain. (Hanifa wiknjosastro,
2002)

D. Komplikasi

1. Infeksi puerpuralis (nifas)

a. Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

b. Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai


dehidrasi atau perut sedikit kembung
c. Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.

2. Perdarahan, disebabkan karena:

a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

b) Atonia uteri

c) Perdarahan pada placenta bed

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.

4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.

E. Kelebihan Dan Kekurangan Seksio Sesarea Transperitonialis Profunda

1. Kelebihan

a) Penjahitan luka lebih mudah

b) Penutupan luka dengan repetonialisasi yang baik

c) Tumbang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan


penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum

d) Perdarahan kurang

e) Dibandingkan dengan cara korporal, kemungkinan rupture uteri


spontan kurang atau lebih kecil

2. Kekurangan

a) Luka dapat melebar ke kirim, kanan, dan bawah, sehingga dapat


menyebabkan a. uterine putus, sehingga dapat mengakibatkan
perdarahan yang banyak.

b) Keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi.


F. Teknik Secsio Sesarea Transperitonialis Profunda

Teknik Secsio Sesarea Transperitonealis Profunda Daver Catheter 


di pasang dan wanita berbaring dalam letak tredelenburg ringan.
Diadakan insisi pada dinding perut pada garis tengah dari simfisis
sampai beberapa cm di bawah pusat. Setelah peritorium dibuka,
dipasang spekulum perut dan lapangan operasi dipisahkan dari rongga
perut dengan satu kasa panjang atau lebih. Peritoneum pada dinding
uterus depan dan bawah dipegang dengan pinset, plikovesitas. Uterina
dibuka dan insisi diteruskan melintang jauh ke lateral. Kemudian
kandung kencing depan uterus didorong ke bawah dengan jari. Pada
segmen bawah uterus yang sudah tidak ditutup lagi oleh peritoneum
serta kandung kencing yang biasanya sudah menipis, diadakan insisi
melintang selebar 10 cm dengan ujung kanan dan kiri agak melengkung
ke atas untuk menghindari terbukanya cabang-cabang arteria uterine.

Karena uterus dalam kehamilan tidak jarang memutar ke kanan,


sebelum membuat insisi, posisi uterus diperiksa dahulu dengan
memperhatikan ligamenta rocundo kanan dan kiri, di tengah-tengah insisi
diteruskan sampai dinding uterus terbuka dan ketuban tampak,
kemudian luka yang terakhir ini dilebarkan dengan gunting berujung
tumpul mengikuti sayatan yang telah dibuat terlebih dahulu. Sekarang
ketuban dipecahkan dan air ketuban yang keluar dihisap. Kemudian
spekulum perut diangkat dan lengan dimasukkan ke dalam uterus di
belakang kepala janin dan dengan memegang kepala dari belakang
dengan jari-jari tangan penolong.

Diusahakan lahirnya kepala melalui lubang insisi. Jika dialami


kesulitan untuk melahirkan kepala janin lubang insisi. Jika dialami
ksulitan untuk melahirkan kepala janin dengan tangan, dapat dipasang
dengan cunan boerma. Sesudah kepala janin badan terus dilahirkan
muka dan mulut terus dibersihkan. Tali pusat dipotong dan bayi
diserahkan pada orang lain untuk diurus. Diberikan suntikan 10 satuan
oksitosin dalam dinding uterus/ intravena, pinggir luka insisi dipegang
dengan beberapa Cunam ovum dan plasenta serta selaput ketuban
dikeluarkan secara manual. Tangan untuk sementara dimasukkan ke
dalam rongga uterus untuk mempermudah jahitan luka, tangan ini
diangkat sebelum luka uterus ditutup sama sekali. Jahitan otot uterus
dilakukan dalam dua lapisan yaitu lapisan pertama terdiri atas kahitan
simpul dengan cagut dan dimulai dari ujung yang satu ke ujung yang lain
(jangan mengikutsertakan desidua), lapisan kedua terdiri atas jahitan
menerus sehingga luka pada miomtrium tertutup rapi.

Keuntungan pembedahan ini:

a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak

b. Bahaya peritonitis tidak besar 

c. Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptura uteri


dikemudian hari tidak besar, karena dalam masa nifas segmen
bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami konraksi seperti
korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

G. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatiakan Dalam SC

a. Secsio sesarea efektif 

Secsio searea ini direncanakan lebih dahulu karena sudah


diketahui bahwa kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan
itu.

Keuntungannya adalah bahwa waktu pembedahan dapat


ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan segala
persiapan dapat dilakukan dengan baik.

Kerugiannya adalah karena persalinan belum dimulai, segmen


bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan
pembedahan dan lebih mudah terjadi atonia uteri dengan perarahan
karena uterus belum mulai dengan kontraksinya. Pada umumnya
keuntungan lebih besar dari kerugian.

b. Anestesia
 Anestesia umumnya mempunyai pengaruh positif degresif 
pada pusat pernafasan janin. Sehingga kadang-kadang bayi lahir 
dalam keadaan apnea yang tidak dapat diatasi dengan mudah,
selain itu ada pengaruh terhadap tonus uterus sehingga kadang-
kadang timbul perdarahan post partum karena atonia uteri.
 Anestesia spinal aman buat janin. Akan tetapi selalu ada
kemungkinan bahwa tekanan darah penderita menurun dengan
akibat yang buruk bagi ibu dan janin. Cara yang paling aman adalah
anestesia lokal, akan tetapi tidak selalu akan dapat dilakukan
berhubungan dengan sikap mental penderita. Pemutusan untuk
dilakukan anestesi total setelah anestesi spina. Di lihat rentang dari
injeksi: tunggu 10-15 menit apakah klien merasa sakit atau tidak.
 Apabila dosis terlalu tinggi diberikan dapat menyebabkan sesak
nafas (sulit bernafas) sehingga langsung diputuskan untuk anestesi
total.

c. Transfusi darah

Pada umumnya perdarahan pada seksio sesarea lebih banyak


dari pada persalinan pervagina. Perdarahan tersebut disebabkan
oleh insisi pada uterus, ketika pelepasan plasenta, mungkin juga
karena terjadinya atonia uteri post partum. Berhubung dengan itu
pada tiap-tiap secsio sesarea perlu diadakan persediaan darah.

III. KONSEP PERIOPERATIF

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk


menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah
gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan yaitu
preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase.

 A. KEPERAWATAN PREOPERATIF


Preoperatif adalah merupakan masa sebelum dilakukannya
tindakan pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya persiapan
pembedahan dan berakhir sampai pasien berada di meja bedah.

 PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN

 A. PERSIAPAN FISIK

1. Status kesehatan fisik secara umum

Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan


status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat
penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi
ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-
lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres
fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki
riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi
pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal

2. Status Nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan


berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein
darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala
bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan
untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan.
Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami
berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang
paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi
(terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam
dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius
pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian

3. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input


dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus
berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya
dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum
(normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5
mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 - 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi
ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa
dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal
baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika
ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi
renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu
perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.

4. Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi


keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien
dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan
kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa
berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai
pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon
adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke
paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca
pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi
CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (naso gastric tube).

5. Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari


terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan
karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses
penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada
beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran
sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati
 jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.
Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri
agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan
pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan
pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar 
perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi,
uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur,
hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan,
pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus
sebelum pembedahan.

6. Personal Hygine

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi


karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan
dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada
pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri
dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
personal hygiene secara mandiri maka perawat akan
memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

7. Pengosongan kandung kemih

Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan


pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder 
tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi
balance cairan.

8. Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi,


hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam
menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah
operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.

Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :

 Latihan Nafas Dalam

Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien


untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu
pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi
dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu
teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan
latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien
dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan nafas
dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk


(semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh
tegang.
2. Letakkan tangan diatas perut

3. Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan


hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat

4. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara


perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit
melalui mulut.

5. Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)

6. Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif 

 Latihan Batuk Efektif 

Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien


terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general.
Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas
selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien
akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan
terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif 
sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih
melakukan teknik batuk efektif dengan cara :

1. Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan


 jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai
bebat ketika batuk

2. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5


kali)

3. Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan


terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan
kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada
tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan,
namun tidak berbahaya terhadap incisi.

4. Ulangi lagi sesuai kebutuha

5. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa


menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau
gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah
operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi
guncangan tubuh saat batuk.

 Latihan Gerak Sendi

Keuntungan:

1. Lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga


pasien akan lebih cepat kentut/flatus

2. Menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan


dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus

3. memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan


menunjang fungsi pernafasan optimal.

B. PERSIAPAN PENUNJANG

Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang


yang sering dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua
 jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun tergantung
pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien).
Pemeriksaan penunjang antara lain :

1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks,


abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi),
CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic
Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy,
Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio
Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.

2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah :


hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah),
 jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit
(kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin, BUN, dll.
Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika
penyakit terkaut dengan kelainan darah.

3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan


bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien
sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan
apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis
saja.

4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).

5. Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar 


gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD
biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam
dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan
pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).

C. INFORM CONSENT

Setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib


menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis
(pembedahan dan anastesi). Inform Consent sebagai wujud dari
upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka
pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib
untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi.
 Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan
pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala
resiko dan konsekuensinya

D. PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS

Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan


dan ketakutan antara lain :

1. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan


sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan
tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa
dibatalkan

2. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat


mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga
operasi terpaksa harus ditunda.

Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan


pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain :

1. Takut nyeri setelah pembedahan

2. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak


berfungsi normal (body image)

3. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)

4. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain


yang mempunyai penyakit yang sama.

5. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan


dan petugas.

6. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.

7. Takut operasi gagal.


Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat
dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti :

1. meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan

2. gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol

3. telapak tangan yang lembab

4. gelisah

5. menayakan pertanyaan yang sama berulang kali

6. sulit tidur 

7. sering berkemih

Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat


menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain :

1. Pengalaman operasi sebelumnya

2. Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan


operasi

3. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi


baik fisik maupun penunjang

4. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar 


operasi dan petugas kamar operasi

5. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra,


post operasi)

6. Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan


sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti :
latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat
dilakukan dengan berbagai cara:

1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang


dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada
pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh
pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar 
operasi, dll.

2. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka


diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi,
meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien
mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi
yang akan dialami pasien

3. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan


persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan.
Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika
pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai
puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika
diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari
pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan
pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami
oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan mental
pasien dengan baik

4. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk


menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi
kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-
sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.

5. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan


dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan
kecemasan pada pasien.
Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre
medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien
tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur 
sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.

6. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di


kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan
diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang.

7. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga


diberikan kesempatan untuk mengantar pasien sampai ke batas
kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang
tunggu yang terletak di depan kamar operasi.

E. OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI

1. Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan


diberikan obat-obatan premedikasi untuk memberikan
kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup

2. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium


atau diazepam.

3. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di


operasi.

4. Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk


mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika
profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai
dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali.

5. Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan


lain-lain sesuai indikasi pasien.

F. ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERATIF


 A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses
keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).

Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 1999)


meliputi:

1. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal,
penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan
risiko pembentukan trombus.

2. Integritas ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor 


stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.

Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka


rangsang ; stimulasi simpatis.

3. Makanan / cairan

Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk


hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ;
membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan /
periode puasa pra operasi).

4. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

5. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan
larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik
dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi
kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek
dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah
koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

6. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic,


antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia,
bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat
yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.
Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif 


(Wilkinson, M. Judith, 2006) meliputi :

1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep


diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan,
ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti,
krisis situasi atau krisis maturasi.

2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan,


efek samping penanganan, factor budaya atau spiritual yang
berpengaruh pada perubahan penampilan.

3. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan


perubahan penampilan, keluhan terhadap reaksi orang lain,
kehilangan fungsi, diagnosis kanker.
C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Intervensi dan implementasi keperawatan pasien Pre Operatif 


(Wilkinson, M. Judith, 2006) adalah :

1. Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan


yang tidak mudah atau dread yang disertai dengan respons
autonomis ; sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu ; perasaan khawatir yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya.ini merupakan tanda bahya
yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan
memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk
mengatasi ancaman.

Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.

Kriteria hasil :

 klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-


situasi yang membuat stress.

 klien mampu mempertahankan penampilan peran.

 klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.

 klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara


fisik.

 tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan

Intervensi dan implementasi 

 Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

R : memudahkan intervensi.

 Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk


mengatasi ansietas di masa lalu.
R :mempertahankan mekanisme koping adaftif,
meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.

 Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien


untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk


mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.

 Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang


ada saat ini, harapa-harapan yang positif terhadap terapy
yang di jalani.

R : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang


dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.

 Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas


sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.

R : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa


dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi
keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan
pengakuan orang lain atas kemampuannya.

  Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

R : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.

 Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada


pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan
dan prognosis.

R : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.

 Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

R : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.


2. Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental
dari fisik seseorang.
Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap
penampilan dan fungsi tubuh.
Kriteria hasil :

 pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan


fungsi tubuh.

 memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang


mengalami gangguan.

 menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh

Intervensi dan Implementasi 

 Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal


pasien tentang tubuhnya.
R : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan
persepsi pada citra tubuh.

 Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.

R : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang


diharapkan pasien sehingga pasien tidak menyukai
keadaan fisiknya.

 Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui


realitas adanya perhatian terhadap perawatan, kemajuan
dan prognosis.

R : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran


koping, mengurangi kecemasan.

 Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi,


 jaga privasi dan martabat pasien.
R : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan
harga diri dan perasaan berarti dalam diri pasien.

3. Koping individu, ketidakefektifan adalah ketidakmampuan


membuat penilaian yang tepat terhadap stressor, pilihan
respons untuk bertindak secara tidak adekuat, dan atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.

Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif.

Kriteria hasil :

 pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk


mengisi waktu luang.

 mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat


mengembangkan koping yang efektif.

 menimbang serta memilih diantara alternative dan


konsekuensinya.

 berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari


(AKS).

Intervensi dan Implementasi :

 Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan


kesesuaiannya dengan pandangan pemberi pelayanan
kesehatan.

R : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kondisinya.

 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

R : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan


saling percaya, memudahkan intervensi
  Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran
perubahan peran yang realitas.
R : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang
kondisi nyata yang ada saat ini.

 Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari


orang lain.
R : meningkatkan perasaan berarti, memberikan
penguatan yang positif.

 Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam


memberikan dukungan emosional untuk pasien dan
keluarga.

R : menciptakan suasana saling percaya, perasaan


berarti, dan mengurangi kecemasan.

B. PERAWATAN INTRAOPERATIF

Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke


instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup :

- pemasangan IV cath

- pemberian medikasi intaravena

- melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang


prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien

- Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anstesi,


bertinda k sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi
pasien di atas meja operasi denganmenggunakan prinsip-prinsip
dasar kesimetrisan tubuh.
Perawat yang bekerja di kamar bedah harus telah mengambil program
 proregristation education courses in anasthetic and operating theater 
nursing . Dalam pembedahan perawat disebut scrubbed nurse yang
bertindak sebagai asisten ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan
pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan instrument dan
menjamin ketersediaan peralatan ahli bedah untuk terlaksananya
pembedahan yangdirencanakan . Circulating nurse bertanggung jawab
untuk menjamin terpenuhinya perlengkapanyang dibutuhkan oleh
scrubbed nurse dan bertanggung jawab terhadap observasi dan
perawatan pasien tanpa menimbulkan kontaminasi daerah steril.

 TAHAP INTRAOPERATIF

1. Ruang Sementara (Holding area)

Perawat dapat menjelakan tahap-tahap yang akan


dilaksanakan untuk menyiapkan klien menjalani pembedahan.
Perawat diruang tahanan sementara biasanya adalah bagian dari
petugas ruang oprasi dan menggunakan pakaian, topi, dan alas kaki
khusus ruang oprasi sesuai dengan kebijakan pengontrolan infeksi
rumah sakit. Pada beberapa tempat bedah sehari, perawat primer 
perioperatif menerima kedatangan klien, menjadi perawat sirkulator 
selama prosedur berlangsung, dan mengelola pemulihan serta
kepulangan klien.

Di dalam ruangan tahanan sementara, perawat, anestesi,


atau ahli anestesi memasang kateter infus ke tangan klien untuk
memberikan prosedur rutin penggantian cairan dan obat-obatan
melalui intravena. Biasanya menggunakan kateter IV yang
berukuran besar agar pemasukan cairan menjadi lebih mudah.
Perawat juga memasang manset tekanan darah. Manset juga
terpasang pada lengan klien selama pembedahan berlangsung
sehingga ahli anestesi dapat mengkaji tekanan darah klien.
2. Kedatangan ke Ruang Operasi

Perawat ruang opersi identifikasi dan kardeks klien, melihat


kembali lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil
pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil pemeriksaan. Pastikan bahwa
alat prostese dan barang berharga telah dilepas dan memeriksa
kembali rencana perawatan preoperatif yang berkaitan dengan
intraoperatif.

3. Pemberian Anestesi

a. Anestesi Umum

Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan


seluluh sensasi dan kesadarannya. Relaksasi mempermudah
manipulasi anggota tubuh. Klien juga mengalami amnesia
tentang seluruh proses yang terjadi selama pembedahan yang
menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang
membutuhkan manipulasi jaringan yang luas.

 Ahli anestesi memberi anestesi umum melalui jalur IV dan


inhalasi melalui empat tahap anestesi. Tahap 1 dimulai saat
klien masih sadar. Klien menjadi pusing dan kehilangan
kesadaran secara bertahap, dan status analgesic dimulai. Tahap
2 adalah eksitasi. Otot kilen kadang-kadang menegang dan
hampir kejang. Reflek menelan dan mudah tetap ada, dan pola
nafas klien mungkin menjadi tidak teratur. Tahap 3 dimulai pada
saat irama pernafasan mulai teratur. Fungsi vital terdepresi.
Tahap 4 adalah tahap depresi pernafasan lengkap.

b. Anestesi Regional

Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada


daerah tubuh tertentu. Selama pembedaan berlangsung klien
dengan anestesi regional akan tetap sadar kecuali jika dokter 
memprogramkan pemberian tranquilizer yang dapat
menyebabkan klien tidur. Perawat harus ingat bahwa luka bakar 
dan cidera lainnya dapat terjadi pada bagian tubuh yang berada
dibawah pengaruh anestesi tanpa disadari oleh klien. Oleh
karena itu posisi ekstermitas dan kondisi kulit klien perlu sering
observasi.

c. Anestesi Lokal

 Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat


yang diinginkan (mis, adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea
mata). Obat anestesi (mis, lidokain ) menghambat konduksi
saraf sampai obat terdifusi kedalam sirkulasi. Klien akan
kehilangan rasa nyeri dan sentuhan, aktifitas motorik, dan
otonom.

4. Pengaturan Posisi Klien Selama Pembedahan

Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu


pengaturan posisi karena posisi yang diberikan perawat akan
mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.

Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi


pasien adalah :

 Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.

 Umur dan ukuran tubuh pasien.

 Tipe anaesthesia yang digunakan.

 Nyeri/Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada


pergerakan (arthritis).
Hal-hal yang dilakukan oleh perawat terkait dengan pengaturan
posisi pasien meliputi :
a. Kesejajaran fungsional
Maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama
operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan posisi yang
berbeda pula. Contoh :
 Supine (dorsal recumbent) : hernia, laparotomy, laparotomy
eksplorasi, appendiktomi, mastectomy atau pun reseksi usus.
 Pronasi : operasi pada daerah punggung dan spinal. Misal :
Lamninectomy
 Trendelenburg : dengan menempatkan bagian usus diatas
abdomen, sering digunakan untuk operasi pada daerah
abdomen bawah atau pelvis.
 Lithotomy : posisi ini mengekspose area perineal dan rectal
dan biasanya digunakan untuk operasi vagina. Dilatasi dan
kuretase dan pembedahan rectal seperti : Hemmoiroidektomy
 Lateral : digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul.
b. Pemajanan area pembedahan
Pemajanan daerah bedah maksudnya adalah daerah
mana yang akan dilakukan tindakan pembedahan. Dengan
pengetahuan tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan
daerah operasi dengan teknik drapping
c. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
Posisi pasien di meja operasi selama prosedur 
pembedahan harus dipertahankan sedemikian rupa. Hal ini
selain untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai
bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi
fisiologis dan mencegah terjadinya injury.
5. Peran Perawat Selama Pembedahan

a. Perawat instrumentator (scrub nurse)


Perawat instrumentator (scrub nurse) atau perawat sirkulator 
memberikan intrumen dan bahan-bahan yang di butuhkan oleh
dokter bedah selam pembedahan berlangsung dengan
menggunakn tehnik aspek pembedahan yang ketat dan terbiasa
dengan intrumen pembedahan.

b. Perawat Sirkulator 

Perawat Sirkulator adalah asisten perawat intrumentator dan


dokter bedah. Perawat sirkulator membantu mengatur posisi
klien dan menyediakan alat dan duk bedah yang di butuhkan
dalam pembedahan. Perawat sirkulator menyediakan bahan-
bahan yang di butuhkan perawat instrumentator, membuang alat
dan spon kasa yang telah kotor, serta tetap hitung instrument
 jarum dan spon kasa yang telah di gunakan. Perawat sirkulator 
 juga dpat membantu mengubah posisi klien atau memindahkan
posisi lampu opersi. Perawat sirkulator juga menggunakan teknik
aseptik bedah. Apabila teknik aseptik telah hilang, Perawat
sirkulator membantu anggota tim bedah dengan mengganti dan
memakai gaun dan sarung tangan steril. Prosedur ini mencegah
tertinggalnay bahan-bahan tersebut di dalam luka bedah klien.

  ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF

1. Pengkajian Keperawatan

Salah satu hal yang perlu di kaji dalam intra bedah adalah
pengaturan posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama
pembedahan mencakup aspek pemantauan fisiologis, perubahan
tanda vital, system, kardiovaskular keseimbnagan cairan, dan
pernafasan.

2. Diagnosis Keperawatan
Risiko terjadinya cedera berhubungan dengan prosedur 
pembedahan.

3. Perencanaan Keperawatan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperwatan selam 1 x 24 jam, masalah


resiko terjadinya cidera pada pasien dapat tertasi.

Kriteria Hasil

a. Tidak terjadinya resiko cedera pada pasien

b. Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman dan aman

Rencana tindakan

a. Gunakan semua alat atau instrument untuk tindakan


pembedahan seperti pemakaian baju bedah, tutup kepala,
masker, penutup sepatu, celemek, dan sarung tangan, serta
penyucian tangan.

b. Lakukan Persiapan pelaksanaan anestesi sebelum tindakan


pembedahan

c. Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan

4. Pelaksanaan (tindakan ) keperawatan

a. Menggunakan baju seragam

Penggunaan baju seragam bedah didesain secara khusus


dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari luar,
berprinsip bahwa semua baju dari luar diganti dengan baju
bedah yang steril, atau baju harus dimasukan kedalam celana,
atau harus menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya
bakteri, dan gunakan tutup kepala, masker, sarung tangan, serta
celemek steril.

b. Mencuci Tangan Sebelum Pembedahan

 Gunakan air mengalir dari kran

 Sikat tangan secara sistemati, satu per satu jari dicuci

 Sikat kuku dan lengan bahwa sampai siku

 Ulangi lagi beberapa kali : dengan selam 10 menit ; dengan


larutan desinfektan standar selama 3-5 menit

 Tutup kran dengan siku (buka seperti biasanya menutup kran)

 Posisikan tangan selau lebih tinggi dari siku

  Ambil handuk tangan steril, keringkan urut mulai tangan,


pergelangan, hingga siku, lalu jatuhkan handuk.

c. Menerima Pasien di Daerah Bedah

Sebelum memasuki wialyah bedah, pasien harus


melakukan pemeriksaan ulang di ruang penerimaan untuk
megecek kembali nama, bedah yang akan dilakukan, nomor 
status registrasi pasien, berbagi hasil laboratorium dan x-ray,
persiapan darah setelah dilakukan pemerikasaan silang dan
golongan darah, alat protesa, dan lain-lain.

d. Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke Kamar Bedah

Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang,


telungkup, trendelenburg, lithotomi, lateral, dan lain-lain.

e. Pembersihan dan Persiapan Kulit


Pelaksanaan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan
dibedah bebas dari kotoran dan lemak kulit serta mengurangi
adanya mikroba. Bahan yang digunakn dalam pembersihan kulit
ini harus memiliki spectrum khasiat, memiliki kecepatan khasiat,
atau memiliki potensi yang baik serta tidak menurun bila adanya
kadar alcohol, sabun detergen, atau bahan organik lainya.

f. Penutupan daerah Steril

Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan doek


steril agar daerah seputar bedah tetap steril dan mencegah
berpindahnya mikroorganisme antara daerah yang steril dan
tidak.

g. Pelaksanaan Anestesi

Terdiri dari anestesi umum, anestesi regional, dan anestesi lokal.

h. Pelaksanaan Pembedahan

Setelah dilakukan anestesi, timbedah akan melaksanakan


pembedahan sesuai dengan ketentuan pembedahan.

C. PERAWATAN POST OPERATIF

Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan


perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang
cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi
optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.

TAHAPAN KEPERAWATAN POST OPERATIF


Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya
adalah:

- Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca


anastesi (recovery room),

- Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room)

- Transportasi pasien ke ruang rawat,

- Perawatan di ruang rawat.

1. PEMINDAHAN PASIEN DARI KAMAR OPERASI KE RUANG


PEMULIHAN

Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan atau unit


perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) memerlukan
pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertimbangan itu diantaranya adalah
letak incisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Letak incisi bedah
harus selalu dipertimbangkan setiap kali pasien pasca operatif dipidahkan.
Banyak luka ditutup dengan tegangan yang cukup tinggi, dan setiap
upaya dilakukan untuk mencegah regangan sutura lebih lanjut. Selain itu
pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang
menyumbat drain dan selang drainase.

Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari
satu posisi ke posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal
atau dari posisi lateral ke posisi terlentang. Bahkan memindahkan pasien
yang telah dianastesi ke brankard dapat menimbulkan masalah gangguan
vaskuler juga. Untuk itu pasien harus dipindahkan secara perlahan dan
cermat. Segera setelah pasien dipindahkan ke barankard atau tempat
tidur, gaun pasien yang basah (karena darah atau cairan lainnnya) harus
segera diganti dengan gaun yang kering untuk menghindari kontaminasi.
Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti dan diberikan
pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk
mencegah terjadi resiko injury. Selain hal tersebut diatas untuk
mempertahankan keamanan dan kenyamanan pasien. Selang dan
peralatan drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat berfungsi
dengan optimal. Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab
perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi dari dokter 
anastesi yang bertanggung jawab.

2. PERAWATAN POST ANASTESI DI RUANG PEMULIHAN (RECOVERY


ROOM)

Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus dirawat


sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) sampai kondisi
pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat
untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan).

PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi.


Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk :

a. perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat


anastesi)

b. ahli anastesi dan ahli bedah

c. alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.

 Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk


memberikan penilaian terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang ada
diantaranya adalah alat bantu pernafasan : oksigen, laringoskop, set
trakheostomi, peralatan bronkhial, kateter nasal, ventilator mekanik dan
peralatan suction. Selain itu di ruang ini juga harus terdapat alat yang
digunakan untuk memantau status hemodinamika dan alat-alat untuk
mengatasi permasalahan hemodinamika, seperti : apparatus tekanan
darah, peralatan parenteral, plasma ekspander, set intravena, set
pembuka jahitan, defibrilator, kateter vena, torniquet. Bahan-bahan
balutan bedah, narkotika dan medikasi kegawatdaruratan, set kateterisasi
dan peralatan drainase.

Selain alat-alat tersebut diatas, pasien post operasi juga harus


ditempatkan pada tempat tidur khusus yang nyaman dan aman serta
memudahkan akses bagi pasien, seperti : pemindahan darurat. Dan
dilengkapi dengan kelengkapan yang digunakan untuk mempermudah
perawatan. Seperti tiang infus, side rail, tempat tidur beroda, dan rak
penyimpanan catatan medis dan perawatan. Pasien tetap berada dalam
PACU sampai pulih sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu tekanan
darah stabil, fungsi pernafasan adekuat, saturasi oksigen minimal 95%
dan tingkat kesadaran yang baik. Kriteria penilaian yang digunakan untuk
menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari PACU adalah :

a. Fungsi pulmonal yang tidak terganggu

b. Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat

c. Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah

d. Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang

e. Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam

f. Mual dan muntah dalam kontrol

g. Nyeri minimal

3. TRANSPORTASI PASIEN KE RUANG RAWAT

Transportasi pasien bertujuan untuk mentransfer pasien menuju ruang


rawat dengan mempertahankan kondisi tetap stabil. Jika anda dapat tugas
mentransfer pasien, pastikan score post anastesi 7 atau 8 yang
menunjukkan kondisi pasien sudah cukup stabil. Waspadai hal-hal berikut:
henti nafas, vomitus, aspirasi selama transportasi.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat transportasi klien :

a. Perencanaan

Pemindahan klien merupakan prosedur yang dipersiapkan semuanya


dari sumber daya manusia sampai dengan peralatannya.

b. Sumber daya manusia (ketenagaan)

Bukan sembarang orang yang bisa melakukan prosedur ini. Orang


yang boleh melakukan proses transfer pasien adalah orang yang bisa
menangani keadaan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi sselama
transportasi. Perhatikan juga perbandingan ukuran tubuh pasien dan
perawat. Harus seimbang.

c. Equipment (peralatan)

Peralatan yang dipersiapkan untuk keadaan darurat, misal : tabung


oksigen, sampai selimut tambahan untuk mencegah hipotermi harus
dipersiapkan dengan lengkap dan dalam kondisi siap pakai.

d. Prosedur 

Untuk beberapa pasien setelah operasi harus ke bagian radiologi dulu


dan sebagainya. Sehingga hendaknya sekali jalan saja. Prosedur-
prosedur pemindahan pasien dan posisioning pasien harus benar-
benar diperhatikan demi keamanan dan kenyamanan pasien.

e. Passage (jalur lintasan)

Hendaknya memilih jalan yang aman, nyaman dan yang paling


singkat. Ekstra waspada terhadap kejadian lift yang macet dan
sebagainya.

4. PERAWATAN DI RUANG RAWAT


Ketika pasien sudah mencapai bangsal, maka hal yang harus kita
lakukan, yaitu :

a. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage,


tube/selang, dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung
monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan pemeriksaan pertama
yang dilakukan di bangsal setelah post operasi.

b. Manajemen Luka

 Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak


mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan
luka sampai dengan pengangkatan jahitan.

c. Mobilisasi dini

Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan
 juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi
neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.

d. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien
kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik
yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia
kala.

e. Discharge Planning

Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada


klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan
dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.

 Ada 2 macam discharge planning :

1. Untuk perawat
Berisi poin-poin discharge planning yang di berikan kepada klien
(sebagai dokumentasi).

2. Untuk pasien

Dengan bahasa yang bias dimengerti pasien dan lebih detail

 ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF

 A. PENGKAJIAN

Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan diantaranya


adalah kesadaran, kualitas jalan nafas, sirkulasi, dan perubahan tanda
vital yang lain, keseimbangan elektrolit , kardiovaskuler, lokasi daerah
pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang digunkan dalm pembedahan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OPERATIF

1. Gangguan pertukaran gas b.d efek samping dari anaesthesi.


2. Kerusakan integritas kulit b.d luka post operasi

3. Nyeri akut b.d proses pembedahan

C. TUJUAN , KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI

1. Diagnosa :Gangguan pertukaran gas b.d efek samping dari

anaesthesi.

Tujuan : kerusakan per-tukaran gas tidak terjadi


Kriteria hasil :
• Status neurologis DBN

• Dispnea tidak ada

• PaO2, PaCO2, pH arteri dan SaO2 dalam batas normal


• Tidak ada gelisah, sianosis, dan keletihan
Intervensi :

• Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman dan usaha nafas.

•  Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya


ventilasi dan adanya bunyi tambahan

• Pantau hasil gas darah dan kadar elektrolit

• Pantau status mental

• Observasi terhadap sianosis, terutama membran mukosa mulut

• Pantau status pernapasan dan oksigenasi

• Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen,


pengisap,spirometer)

•  Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi

• Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misal:


bunyi napas, pola napas, sputum,efek dari pengobatan)

• Berikan oksigen atau udara yang dilembabkan sesuai dengan


keperluan

2. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit b.d luka post operasi

Tujuan : kerusakan integritas kulit tidak terjadi

Kriteria hasil :

• Kerusakan kulit tidak adaEritema kulit tidak ada

• Luka tidak ada pus


• Suhu kulit DBN

Intervensi :

• Ganti balutan plester dan debris

• Cukur rambut sekeliling daerah yang terluka, jika perlu

• Catat karakteristik luka bekas operasi

• Catat katakteristik dari beberapa drainase

• Bersihkan luka bekas operasi dengan sabun antibakteri yang cocok

• Rendam dalam larutan saline yang sesuai

• Berikan pemeliharaan lokasi IV

• Sediakan pemeliharaan luka bekas operasi sesuai kebutuhan

• Berikan pemeliharaan kulit luka bernanah sesuai kebutuhan

• Gunakan unit TENS (Transcutaneous Elektrikal Nerve Stimulation)


untuk peningkatan penyembuhan luka bekas operasi yang sesuai

• Gunakan salep yang cocok pada kulit/ lesi, yang sesuai

• Balut dengan perban yang cocok

• Pertahankan teknik pensterilan perban ketika merawat luka bekas


operasi

• Periksa luka setiap mengganti perban

• Bandingkan dan mencatat secara teratur perubahan-perubahan


pada luka

• Jauhkan tekanan pada luka


•  Ajarkan pasien dan anggota keluarga prosedur perawatan luka

3. Diagnosa : Nyeri akut b.d proses pembedahan\

Tujuan : Nyeri dapat teratasi

Kriteria hasil :

• Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3

• Ekspresi wajah tenang

• klien dapat istirahat dan tidur 

Intervensi :

• Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ).

• Observasi reaksi NV dr ketidak nyamanan.

• Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui


pengalaman nyeri klien

• Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu


ruangan, pencahayaan, kebisingan.

• Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non


farmakologis).

•  Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk


mengetasi nyeri.

• Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.

• Evaluasi tindakan pengurang nyeri


• Monitor TTV

Anda mungkin juga menyukai