Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KEPERAWATAN PALIATIF
” KONSEP KEPERAWATAN PALIATIF“

Dosen Pengampu:
Daryanto,S.Kp,M.Kep
Disusun Oleh :
Regina.S. Turnip
( PO.71.20.1.18.0026 )
TINGKAT III D-IV KEPERAWATAN
SEMESTER V

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat rahmat serta
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Keperawatan
Paliatif” dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif. Meskipun
banyak hambatan dan kendala dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan Terimakasih atas bantuan dari banyak pihak yang telah
ikut serta dalam pengerjaan makalah ini. Kami juga mengucapkan Terimakasih kepada Dosen
bidang study Keperawatan Paliatif yang telah membantu dan membimbing kami dalam
mengerjakan Makalah ini, serta tidak terlepas juga kami mengucapkan Terimakasih kepada
orang tua yang telah memberikan segala fasilitas dan sarana untuk pengerjaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
mengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai masukan bagi kami. Akhir
kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami
sebagai penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Jambi, 7 Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul .........................................................................................................
Kata Pengantar ........................................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................
1.3 Tujuan Makalah ...................................................................................................
1.4 Manfaat Makalah .................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................
2.1 Pengertian Keperawatan Paliatif ......................................................................
2.2 Prinsip Dasar Keperawatan Paliatif (WHO).....................................................
2.3 Tujuan Perawatan Paliatif.................................................................................
2.4 Sejarah Perkembangan Paliatif .........................................................................
2.5 Tim Keperawatan Paliatif .................................................................................
2.6 Model Keperawatan Paliatif .............................................................................
2.7 Lingkup Kegiatan Keperawatan Paliatif (Depkes, 2007) .................................
2.8 Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif .......................................................
2.9 Kriteria dan Kompetensi Perawat paliatif ......................................................
2.10 Kriteria dan Kompetensi Perawat paliatif ......................................................
2.11 Klasifikasi keperawatan paliatif .......................................................................
2.12 Komunikasi Dalam Keperawatan Paliatif ........................................................
2.13 Perkembangan Keperawatan Paliatif ................................................................
2.14 Jurnal Keperawatan Paliatif ..............................................................................
2.15 Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif .....................................................
BAB III PENUTUP ..................................................................................................
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................
3.2 Saran ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Palliative Care adalah suatu perawatan kesehatan terpadu yang menyeluruh
dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, dan juga
memberikan support kepada keluarganya. Dari definisi tersebut didapatkan bahwasannya
salah satu tujuan dasar dari palliative care adalah mengurangi penderitaan pasien yang
termasuk didalamnya adalah menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien tersebut.
Terdapat banyak alasan mengapa pasien dengan penyakit stadium lanjut tidak
mendapatkan perawatan yang memadai, namun semua alasan itu pada akhirnya berakar
pada konsep terapi yang eksklusif dalam menyembuhkan penyakit daripada
meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penderitaan. Itulah mengapa, seringkali
keputusan untuk mengambil tindakan paliatif baru dilakukan setelah segala usaha
penyembuhan penyakit ternyata tidak efektif. Padahal seharusnya, palliative care
dilakukan secara integral dengan perawatan kuratif dan rehabilitasi baik pada fase dini
maupun lanjut.
Seiring dengan berkembangnya bidang ilmu ini, ruang lingkup dari palliative care
yang dulunya hanya terfokus pada memberikan kenyamanan bagi penderita, sekarang
telah meluas menjadi perawatan holistik yang mencakup aspek fisik, sosial, psikologis,
dan spiritual. Perubahan perspektif ini dikarenakan semakin hari semakin banyak pasien
yang menderita penyakit kronis sehingga tuntutan untuk suatu perkembangan adalah
mutlak adanya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis membuat makalah tentang
Palliative Care untuk mengulas materi tersebut lebih dalam.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari Keperawatan Paliatif ?
2. Apa saja prinsip dasar Keperawatan Paliatif ?
3. Apa tujuan Perawatan Paliatif ?
4. Bagaimana sejarah perkembangan Paliatif ?
5. Bagaimana Tim Keperawatan Paliatif ?
6. Bagaimana model Keperawatan Paliatif ?
7. Bagaimana lingkup kegiatan Keperawatan Paliatif ?
8. Bagaimana aspek Medikolegal dalam Perawatan Paliatif ?
9. Bagaimana tempat dan organisasi Perawatan Paliatif ?
10. Bagaimana kriteria dan kompetensi Perawat Paliatif ?
11. Apa saja klasifikasi Keperawatan Paliatif ?
12. Bagaimana Komunikasi Keperawatan Paliatif ?
13. Bagaimana Perkembangan Keperawatan Paliatif ?
14. Apa saja jurnal Keperawatan Paliatif ?
15. Apa saja masalah keperawatan pada pasien paliatif ?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep Perawatan Paliatif.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari Keperawatan Paliatif.
2. Untuk mengetahui tentang prinsip dasar Keperawatan Paliatif.
3. Untuk mengetahui tujuan Perawatan Paliatif.
4. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Paliatif.
5. Untuk mengetahui Tim Keperawatan Paliatif.
6. Untuk mengetahui model Keperawatan Paliatif.
7. Untuk mengetahui lingkup kegiatan Keperawatan Paliatif.
8. Untuk mengetahui aspek Medikolegal dalam Perawatan Paliatif.
9. Untuk mengetahui tempat dan organisasi Perawatan Paliatif.
10. Untuk mengetahui kriteria dan kompetensi Perawat Paliatif.
11. Untuk mengetahui klasifikasi Keperawatan Paliatif .
12. Untuk mengetahui Komunikasi Keperawatan Paliatif.
13. Untuk mengetahui Perkembangan Keperawatan Paliatif.
14. Untuk mengetahui jurnal Keperawatan Paliatif.
15. Untuk mengetahui masalah keperawatan pada pasien paliatif.
1.4 Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
1. Bagi Penulis.
Sebagai peningkatan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan
fakta secara jelas dan sistematis, juga budaya akademik dipendidikan perkuliahan
baik pada mahasiswa, dosen, dll.
2. Bagi Pembaca.
Sebagai pengetahuan, pemahaman dan penguasaan tentang kajian kepustakaan untuk
mengimplementasikan penulisan makalah tentang ilmu keperawatan paliatif.
3. Bagi Mahasiswa.
Sebagai hasil dari sebuah penelitian yang sangat diharapkan agar bisa
mengembangkan hasil belajar dalam ilmu keperawatan paliatif.
4. Bagi Dosen.
Sebagai sebuah penerapan dari sebuah media papan lembar dalam pembelajaran yang
bisa mencukupi semua kebutuhan materi mahasiswa/i dalam proses belajar dengan
lebih mudah dan bermanfaat.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Keperawatan Paliatif


Kata paliatit berasal dari bahasa Latin "pallium"yang berarti mantel.
Sedangkan dalam bahasa lnggris "to palliate" berarti mengurangi penderitaan atau
memberikan kenyamanan.
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-
masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002).
Perawatan Paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban
penderita terutama yang tidak dapat disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud
ialah antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta perbaikan dalam
bidang psikologis, sosial dan spiritual. Tidak saja diberikan kepada penderita yang
tidak dapat disembuhkan tetapi juga penderita yang mempunyai harapan untuk
sembuh bersama-sama dengan tindakan kuratif. (Kementrian Kesehatan RI-Pedoman
Nasional Program Paliatif Kanker, 2015).

2.2 Prinsip Dasar Keperawatan Paliatif (WHO)


Prinsip dasar perawatan paliatif adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian adalah
proses yang wajar.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri serta keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan aspek psiko sosio dan spiritual":.
5. Mengusahakan agar pasien tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa dukacita.

2.3 Tujuan Perawatan Paliatif


Tujuan perawatan paliatif ialah meringankan atau menghilangkan rasa nyeri
dan keluhan lain, perbaikan aspek psikologis, sosial dan spiritual agar tercapai
kualitas hidup maksimal bagi pasien kanker stadium lanjut dan keluarganya.
Tindakan paliatif ini harus dapat membantu pasien untuk dapat mempertahankan
secara maksimal kemampuan fisik, emosi, spiritual, pekerjaan, dan sosial yang
diakibatkan baik oleh kanker maupun akibat tindakan.
Indikator tercapainya tujuan perawatan paliatif:
a. Aspek fisik : keluhan fisik berkurang.
b. Aspek psikologi: keamanan psikologis, kebahagiaan meningkat dan pasien dapat
menerima penyakitnya.
c. Aspek sosial : Hubungan interpersonal tetap terjaga dan masalah sosial lain dapat
diatasi.
d. Aspek spiritual : Tercapainya arti kehidupan yang bernilai bagi pasien dan
keluarga dalam menjalankan kehidupan rohani yang positif serta dapat
menjalankan ibadah sampai akhir hayatnya.

2.4 Sejarah Perkembangan Paliatif


Munculnya palliative care di dunia dimulai dari sebuah gerakan rumah sakit
pada awal abad ke-19, kaum beragama menciptakan hospice yang memberikan
perawatan untuk orang sakit dan sekarat di London dan Irlandia. Dalam beberapa
tahun terakhir, perawatan paliatif telah menjadi suatu pergerakan yang besar, yang
mempengaruhi banyak penduduk. Pergerakan ini dimulai sebagai sebuah gerakan
yang dipimpin relawan di Negara-negara Amerika dan telah berkembang menjadi
bagian penting dari system perawatan di kesehatan.
Palliative care dan hospice telah berkembang pesat sejak tahun 1960-an.
Cicely Saunders seorang pekerja yang merintis perawatan ini dimana sangat memiliki
peran penting dalam menerik perhatian pasien pada akhir kehidupannya saat
mengidap penyakit ganas stadium lanjut. Palliative care mulai didefinisikan sebagai
subyek kegiatan ditahun 1970 dan dating untuk menjadi sinonim dengan dukungan
fisik, sosial, psikologis, dan spiritual pasien dengan penyakit yang membatasi hidup,
disampaikan oleh tim multidisipliner.
Standar perawatan pertama kali diperkenalkan pada 1997 di Jepang.
Pendidikan palliative care masuk dalam kurikulum sekolah-sekolah kedokteran dan
semua sekolah keperawatan. Dua puluh layanan yang terkait dengan palliative care
tersedia di seluruh negeri. Tiga belas organisasi yang dibangun di Singapura untuk
menyediakan palliative care. Modul palliative care ditambahkan ke kurikulum sekolah
kedokteran. Pemerintah mulai menerapkan di setiap kabupaten dan rumah sakit umum
untuk memperkenalkan suatu palliative care pada tahun 1998 di Malaysia. Palliative
care dimasukkan ke dalam rencana kesehatan nasional Mongolia. Modul palliative
care termasuk dalam kurikulum sekolah kedokteran di Mongolia. Sebuah program
pendidikan palliative care telah diterapkan untuk asisten keperawatan di Selandia
Baru. Empat puluh satu pelayanan palliative care ini sudah tersebar di seluruh negeri
dan mulai tahun 2005 palliative care diakui sebagai spesialisasi medis di Australia.
Sejarah dan perkembangan palliative care di Indonesia bermula dari adanya
perubahan yang terus-menerus setiap rapat kerja untuk membahas system
penanggulangan penyakit kanker pada tahun 1989. Penanggulangan penyakit kanker
ini harus dilaksanakan secara paripurna dengan mengerjakan berbagai intervensi
mulai dari pencegahan, deteksi dini, terapi, dan perawatan paliatif.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VIII/2007 pada tanggal 19 Juli 2007
yang berisi keputusan Menkes tentang kebijakan palliative care. Dengan terbitnya
surat keputusan tersebut diharapkan bisa menjadi pedoman-pedoman pelaksanaan
palliative care di seluruh Indonesia serta mendorong lajunya pengembangan palliative
care secara kualitas maupun kuantitas.

2.5 Tim Keperawatan Paliatif


Pelaksanaan perawatan paliatif di lapangan dilakukan dengan pendekatan tim
yang terdiri dari berbagai disiplin profesi. Anggota tim perawatan palitif terdiri dari
profesi kedokteran dengan berbagai macam spesialiso:, dokter umum, profesi
keperawatan, fisioterapis, okupasi terapis, pekerja social medis, ahli gizi, psikolog,
ahli agama, relawan dan pelaku rawat (care giver) dari anggota keluarga. Masing-
masing profesi mempunyai peran dan tanggungjawab yang berbeda satu sama
lain, sesuai dengan dasar keilmuan dari masing-masing anggota tim dan kebutuhan
yang bersifat holistik dari setiap pasien.

2.6 Model Keperawatan Paliatif


Perawatan paliatif dapat dilaksanakan di rumah sakit, di rumah atau di hospis.
1. Perawatan paliatif di rumah sakit (Hospice Hospital Care)
Unit ini berada didalam rumah sakit dan merupakan suatu unit tersendiri
dalam struktur organisasi rumah sakit. Keuntungan model ini adalah dapat
dengan mudah mempergunakan fasilitas rumah sakit dalam mengatasi
masalah-masalah yang sulit di lapangan, baik untuk tindakan medis, tindakan
keperawatan, maupun tindakan penunjang lainnya. Di rumah sakit pasien bisa
di rawat di poliklinik, dirawat singkat (one day care) atau dirawat inap. Lokasi
perawatan pasien paliatif di rumah sakit ada yang diruangan tersendiri, khusus
ruangan perawatan paliatif atau digabungkan dengan pasien biasa yang
masih dalam tahap pengobatan kuratif.
2. Hospis (Hospice)
Adakalanya pasien dalam keadaan tidak memerlukan pengawasan ketat atau
tindakan khusus lagi, tetapi belum dapat dirawat dirumah karena masih
memerlukan pengawasan tenaga kesehatan., pasien kemudian dirawat di
suatu tempat khusus (hospis) yang berada di luar lingkungan rumah sakit. Unit
perawatan ini bisa berada di dalam lingkungan rumah sakit atau di luar
lingkungan rumah sakit yang pengelolaannya di luar struktur rumah sakit.
Bentuk layanan Hospice ini belum ada di Indonesia.
3. Pelayanan paliatif di rumah (Hospice Home Care)
Perawatan di rumah merupakan kelanjutan perawatan di rumah sakit. Pada
perawatan paliatif di rumah, keluarga mempunyai peran yang lebih menonjol.
Sebagian besar tindakan perawatan dilaksanakan oleh keluarga. Sebelum
pasien dibawa pulang, perlu dipertimbangkan apakah pasien memang sudah
layak dirawat di rumah dan apakah keluarga (pelaku rawat ) sudah mampu
merawat pasien di rumah. Apabila keluarga belum mampu merawat pasien,
pelaku rawat perlu mendapat pelatihan dari perawat untuk melaksanakan
perawatan di rumah.
Tim paliatif akan mengunjungi pasien disesuaikan dengan kebutuhan pasien
dan adat istiadat serta kondisi setempat. Konsultasi juga dapat dilakukan
melalui telepon atau sarana komunikasi lain setiap saat.

2.7 Lingkup Kegiatan Keperawatan Paliatif (Depkes, 2007)


 Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
a. Penatalaksanaan nyeri.
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
 Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan
kunjungan/rawat rumah.

2.8 Aspek Medikolegal Dalam Perawatan Paliatif


A. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif.
 Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif
melalui komunikasi yang intensif dan berkesinambungan antara tim perawatan
paliatif dengan pasien dan keluarganya.
 Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan kedokteran pada
dasarnya dilakukan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
 Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis) yang membutuhkan
informed consent, tetapi pada perawatan paliatif sebaiknya setiap tindakan
yang berisiko dilakukan informed consent.
 Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien sendiri
apabila ia masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga terdekatnya.
Waktu yang cukup agar diberikan kepada pasien untuk berkomunikasi dengan
keluarga terdekatnya. Dalam hal pasien telah tidak kompeten, maka keluarga
terdekatnya melakukannya atas nama pasien.
 Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh pesan atau
pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa yang harus atau
boleh atau tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya kemudian
menurun (advanced directive). Pesan dapat memuat secara eksplisit tindakan apa
yang boleh atau tidak boleh dilakukan, atau dapat pula hanya menunjuk seseorang
yang nantinya akan mewakilinya dalam membuat keputusan pada saat ia tidak
kompeten. Pernyataan tersebut dibuat tertulis dan akan dijadikan panduan utama
bagi tim perawatan paliatif.
 Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan
paliatif dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan, dan informasi
dapat diberikan pada kesempatan pertama.
B. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif
i. Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat dibuat
oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim Perawatan paliatif.
ii. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat pasien
memasuki atau memulai perawatan paliatif.
iii. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki resusitasi,
sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat keputusan
telah dipahaminya. Keputusan tersebut dapat diberikan dalam bentuk pesan
(advanced directive) atau dalam informed consent menjelang ia kehilangan
kompetensinya.
iv. Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan tidak
resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam advanced directive tertulis. Namun
demikian, dalam keadaan tertentu dan atas pertimbangan tertentu yang layak
dan patut, permintaan tertulis oleh seluruh anggota keluarga terdekat dapat
dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya.
v. Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila pasien
berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui tidak akan
menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah
pada saat tersebut.

C. Perawatan pasien paliatif di ICU


i. Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan-
ketentuan umum yang berlaku sebagaimana diuraikan di atas.
ii. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif harus mengikuti
pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life-
supporting.

D. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif


i. Tim Perawatan Paliatif bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh
Pimpinan Rumah Sakit, termasuk pada saat melakukan perawatan di rumah
pasien.
ii. Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga
medis, tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan
pasien tindakan-tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga
kesehatan non medis yang terlatih. Komunikasi antara pelaksana dengan
pembuat kebijakan harus dipelihara.

2.9 Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif


Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah:
a. Rumah sakit : Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang
memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus.
b. Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan.
c. Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien yang tidak memerlukan
pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus, tetapi belum dapat
dirawat di rumah karena masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
d. Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan khusus atau peralatan khusus atau ketrampilan perawatan yang tidak
mungkin dilakukan oleh keluarga.
Organisasi perawatan paliatif, menurut tempat pelayanan/sarana kesehatannya adalah
 Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas.
 Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas B non
pendidikan.
 Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B Pendidikan dan kelas
A.
 Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan melibatkan semua
unsur terkait

2.10 Kriteria dan Kompetensi Perawat paliatif


1. Kriteria Perawat Paliatif
 Pendidikan minimal D3 Keperawatan.
 Memiliki pengalaman klinik minimal 3 tahun.
 Telah mengikuti pelatihan perawatan paliatif terakreditasi.
2. Kompetensi Perawat Paliatif
Perawat Paliatif harus mampu :
 Mengidentifikasi faktor multidimensi yang mempengaruhi nyeri dan gej
ala lain:
1) Memahami patofisiologi nyeri dan gejala lain.
2) Mengenali keunikan pengalaman nyeri dan gejala lain.
3) Membantu mengatasi nyeri dan gejala lain dengan tepat.
 Mengkaji gangguan yang sering ditemukan pada sistem tubuh
1) Sistem kardiopulmonal: sesak, batuk, hemaptoe, cegukan, palpitasi.
2) Sistem pencernaan: stomatitis, mual, muntah, anoreksia, gangguan
menelan, konstipasi, diare, asites, kembung.
3) Sistem Perkemihan: inkontinensia, hematuria, anuria, poliuria.
4) Sistem reproduksi: perdarahan per-vaginam, cairan pervaginam, gangg
uan fungsi seksual.
5) Sistem neurology: kelemahan, kelumpuhan, kejang.
6) Keluhan umum: kakheksia, lemah, gangguan tidur, anemia, dehidra
si, demam.
7) Sistem integument: luka dan gangguan kulit lain
 Mengkaji aspek psiko, sosio, spiritual: cemas, takut, marah, depresi, ke
hilangan, peran dan fungsi dalam keluarga, masalahkeuangan, kemampua
n meJakukan ibadah
 Melakukan pelayanan spesifik pada keperawatan paliatif:
1) Memberikan obat pengurang rasa sakit sesuai dengan
program terapi (mis: paracetamol).
2) Mempunyai pengetahuan tentang efek samping penggunaan obat nyeri
3) Memberikan pendidikan dan latihan teknik relaksasi dan
latihan nafas dalam.
4) Memberikan terapi keperawatan: pemijatan pada area sekitadaerah yang
nyeri.
5) Memberikan terapi komplementer: (mis: terapi raiki pada titik nyeri).
6) Memberikan kumur cairan ekstrak daun sirih (atau cairan kumur lainn
ya) untuk meminimalkan nyeri mulut akibat stomatitis dan untuk me
mbersihkan luka.
7) Mengatur kebutuhan peralatan medis dan keperawatan yang dibutuhka
n pasien selama dirawat di rumah
 Mengkaji dan memonitor keinginan keluarga, kemampuan dan ketersediaa
n waktu dalam memberikan dukungan kepada pasien.
 Mengkaji dan merespon lingkungan pasien yang beresik.
 Mengkoordinasikan rujukan pasien ke institusi pelayanan kesehatan lai
n.
 Menginisiasi dan berpartisipasi pada diskusi kasus
 Melindungi pasien dan keluarga dari bahaya yang mung kin terjadi seperti
alat suntik dan obat-obatan kadaluarsa
 Melakukan pendidikan kesehatan tentang Pelayanan
 Keperawatan Paliatif
 Mengkaji kesiapan keluarga menghadapi pasien yang akan
meninggal.
 Meningkatkan profesionalisme dalam praktik Keperawatan Paliatif :
a) Meningkatkan dan menjaga citra Keperawatan Paliatif yang profesional.
b) Berkontribusi untuk pengembangan praktik Keperawatan Paliatif.
c) Bertindak sebagai contoh atau model perawat paliatif yang efektif
 Mengelola asuhan keperawatan paliatif :
a) Mendokumantasikan asuhan keperawatan
b) Mengevaluasi mutu praktik Keperawatan Paliatif.
c) Berpartisipasi dalam peningkatan mutu dan prosedur
jaminan mutu praktik Keperawatan Paliatif
 Mengembangkan diri di bidang Keperawatan Paliatif sebagai wujud tangg
ung jawab profesi

2.11 Klasifikasi keperawatan paliatif


Palliative care / perawatan (terapi) paliatif terbagi menjadi beberapa macam
diantaranya adalah sebagai berikut:
 Palliative Care Religius
Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi religious
sangat penting dalam memberikan palliative care. Kurangnya pemenuhan
kehidupan beragama, menimbulkan masalah pada saat terapi. Pengetahuan dasar
dari masing-masing agama sangat membantu dalam mengembangkan palliative
care.
Terkadang palliative care spiritual sering disamakan dengan terapi paliatif
religious. Palliative care spiritual bisa ditujukan kepada pasien yang banyak
meyakini akan adanya Tuhan tanpa mengalami ritual suatu agama dan bisa juga
sebagai terapinreligius dimana selain meyakini ritual agama memiliki tata cara
beribadah dalam suatu agama.
Dalam agama islam perawatan paliatif yang bisa diterapkan adalah :
a) Doa dan dzikir
b) Optimisme
c) Sedekah
d) Shalat Tahajud
e) Puasa
 Terapi Paliatif Radiasi
Terapi paliatif radiasi merupakan salah satu metode pengobatan dengan
menggunakan radiasi / sinar untuk mematikan sel kanker yang akan membantu
pencegahan terhadap terjadinya kekambuhan. Terapi radiasi dapat diberikan
melalui dua cara. Pertama dengan menggunakan cara radiasi eksterna, dan kedua
dengan brakiterapi. Radiasi eksterna adalah suatu teknik radiasi dimana sumber
radiasi berada di luar tubuh pasien. Radiasi ini menggunakan suatu mesin yang
mengeluarkan radiasi yang ditujukan kea rah sel kanker. Brakiterapi adalah suatu
teknik radiasi dimana sumber radiasi diletakkan di dalam tubuh pasien dekat
dengan sel kanker tersebut. Peran radioterapi pada palliative care terutama adalah
untuk mengatasi nyeri, yaitu nyeri yang disebabkan oleh infiltrasi tumor local.

 Terapi Paliatif Kemoterapi


Pemakaian kemoterapi pada stadium paliatif adalah untuk memperkecil masa
tumor dan kanker dan untuk mengurangi nyeri, terutama pada tumor yang
kemosensitif. Beberapa jenis kanker yang sensitive terhadap kemoterapi dan
mampu menghilangkan nyeri pada lymphoma. Myeloma, leukemia, dan kanker
tentis.Pertimbangan pemakaian kemoterapi paliatif harus benar-benar
dipertimbangkan dengan menilai dan mengkaji efek positif yang diperoleh dari
berbagai aspek untuk kepentingan pasien.

 Pembedahan
Tindakan pembedahan pada perawatan paliatif bermanfaat untuk mengurangi
nyeri dan menghilangkan gangguan fungsi organ tubuh akibat desakan massa
tumor / metastasis. Pada umumnya pembedahan yang dilakukan adalah bedah
ortopedi / bedah untuk mengatasi obstruksi visceral. Salah satu contoh tindakan
pembedahan pada stadium paliatif adalah fiksasi interna pada fraktur patologis /
fraktur limpeding / tulang panjang.

 Terapi Musik
Alunan musik dapat mempercepat pemulihan penderita stroke, demikian
hasil riset yang dilakukan di Finlandia. Penderita stroke yang rajin mendengarkan
music setiap hari, menurut hasil riset itu ternyata mengalami Peningkatan pada
ingatan verbalnya dan memiliki mood yang lebih baik dari pada penderita yang
tidak menikmati musik. Musik memang telah lama digunakan sebagai salah satu
terapi kesehatan, penelitian di Finlandia yang dimuat dalam Jurnal Brain itu
adalah riset pertama yang membuktikan efeknya pada manusia. Temuan ini
adalah bukti pertama bahwa mendengarkan music pada tahap awal pasca stroke
dapat meningkatkan pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya perasaan
negative.

 Psikoterapi
Gangguan citra diri yang berkaitan dengan dampak perubahan citra fisik,
harga diri dengan citra fungsi sosial, fungsi fisiologis, dan sebagainya dapat
dicegah / dikurangi dengan melakukan penanganan antisipatorik yang memadai.
Tetapi hal ini belum dapat dilaksanakan secara optimal karena kondisi kerja yang
belum memungkinkan.

 Hipnoterapi
Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan perilaku.
Hipnoterapi bisa bermanfaat dalam menerapi banyak gangguan psikologis-
organis seperti hysteria, stress, fobia (ketakutan terhadap benda-benda tertentu
atau keadaan tertentu), gangguan kecemasan, depresi, perilaku merokok, dan
lain-lain.

2.12 Komunikasi Dalam Keperawatan Paliatif


Komponen berkomunikasi dengan pasien paliatif ada 5 konteks, yaitu pengaturan
ruang, bahasa tubuh, kontak mata, sentuhan, memulai pembicaraan (Emanuel dan
Librach, 2007).
Komunikasi dibagi menjadi 2 bagian komunikasi verbal dan non verbal (Lestari,
2010).
a. Komunikasi verbal
1) Masalah teknik
Seberapa akurat komunikasi tersebut dapat mengirimkan symbol dari
komunikasi.
2) Masalah semantik
Seberapa tepat symbol dalam mengirimkan pesan yang dimaksud.
3) Masalah pengaruh
Seberapa efektif arti yang diterima mempengaruhi tingkah laku.
b. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak melibatkan bicara dan
tulisan.
Adapun tujuan komunikasi non verbal (Stuart and Sundeen, 1995 dalam Lestari,
2010) adalah:
1) Mengekpresikan emosi
2) Mengekspresikan tingkah laku interpersonal
3) Membangun, mengembangkan dan memelihara interaksi sosial
4) Menunjukkan diri terlibat dalam ritual
5) Mendukung komunikasi verbal
Komunikasi non verbal terdiri dari:
1) Kinesics
Ekpresi muka, gesture (gerak, isyarat, sikap), gerakan tubuh dan postur, gerak
mata atau kontak mata.
2) Paralanguage
Kualitas suara: irama, volume, kejernihan
3) Proxemics
a) Jarak intim (sampai dengan 18 inchi)
b) Jarak personal (18 inchi-4 kaki) untuk seorang yang dikenal
c) Jarak social ( 4 kaki-12 kaki) untuk interaksi mengenai suatu urusan tetapi
bukan orang khusus/tertentu
d) Jarak publik (lebih dari 12 kaki) untuk pembicaraan formal
4) Sentuhan
5) Cultural artifact
Hal-hal yang ada dalam interaksi seseorang dengan orang lain yang mungkin
bertindak sebagai rangsang non verbal, misalnya: baju, kosmetik, parfum/bau,
perhiasan, kacamata dan lain-lain.
6) Gaya berjalan
7) Penampilan fisik umum

2.13 Perkembangan Keperawatan Paliatif


 Canada
Perkembangan dan pelayanan pengiriman hospice palliative care di kanada
berkembang lebih lanjut pada 5 tahun lalu (artinya tahun 1999 ) dikarenakan
inisiatif pemerintah pusat, provinsi, dan pemerintah lokal.
Keperawatan paliatif di kanada berkembang sebagai spesialisasi keperawatan
yang diakui yang memungkinkan keperawatan untuk menyediakan model
kepemimpinan terintegrasi.
Canadian hospice palliative care adalah asosisi non profit di kanada,
bergerak di bidang promoting education & training, serta menyadarkan
masyarakat tentang adanya paliiative care servise. Untuk pasien dan keluarga
yang menderita suatu penyakit ditujukan untuk semua jenis diagnosa penyakit.
Palliative care service delivery in canada:
a. Dilakukan oleh multi disiplin ilmu
b. Menyediakan penanganan gejala seperti nyeri
c. Conseling care
d. Spiritual care
e. Consultation servise
f. Pelayanan home care
g. Tim konsultasi komunitas

 Australia dan Selandia Baru


Perkembangan Hospice dan paliatif care di Australia dan Selandia Baru
sudah sangat baik, dengan pelayanan yang membutuhkan ketetapan dari
standar pelayanan kesehatan. Bentuk dari perawatn paliatif di dua negara ini
kurang lebih sama. Ada yang mengutamakan inpatient, home care, dan
dukungan dari rumah sakit, pelayanan berdasarkan fakta lebih banyak
digunakan pelayanan day care di Selandia Baru daripada di Australia.
Pelayanan Hospice pertama di Selandia Baru dibuka pada tahun 1979,
dengan pelayanan yang mencakup seluruh negara. Paliatif care di Selandia
Baru berkembang dari komunitas inpastient hospice kecil yang terhubung kuat
dengan komunitas pelayanan keperawatan local dengan syarat semacam home
care. Sistem organisasi dari asosiasi nasional sudah sangat baik yaitu berupa
fasilitas komunikasi antara pengguna, termasuk konferensi national tahunan.
Pemilihan umum pada tahun 2008 dan perubahan pemerintah berjanji akan
meningkatkan dukungan untuk hospice dan paliatif care.
Pelayanan hospice pertama di Australia dibuka di St. Christopher’s di
London (1969) yang terkait dengan Isrish Sisters of Charity of Hospice di
Sydney (1890) dan Melbourne (1938). Di Australia baru ada respon tentang
perkembangan pelayanan keperawatan paliatif di rumah.
Paliatif Care di dua negara tersebut terus berkembang dan tumbuh.
perawat saat ini menunjukkan peran kepemimpinan yang jelas di dua negara
ini dan praktek keperawatan berdasarkan fakta, pendidikan, dan penelitian.
untuk melanjutkan perkmebangan dari tingkat pendidikan di keperawartan
paliatif dilakukan melalui penelitian keberlanjutan.
 Inggris
Paliatif care di inggris dipelopori oleh dame cicely saudners pada tahun
1967. Dan pada tahun 1987, kedokteran palitif diakui menjadi spesialis di
bidang kedokteran dengan masa pendidikan 4 tahun. Beberapa lama setelah
itu, keperawatan palitiaf dan diploma juga didirikan.
The gold standard frameworks (GSF) oleh dr. Keri thomas:
a. Identifikasi kebutuhan paliatif pasien.
b. Mengkaji kebutuhan, gejala, dan pilihan dan pertimbangan penting
untuk pasien dan keluarga.
c. Merencanakan ke depan, fakta dari situasi “out-of-hours”. Yakinkan
form rujukan pada pelayanan ambulan dan pengobatan yang tersedia
jika dibutuhkan oleh rumah pasien atau home care
Komunitas dan rumah sakit bisa semakin saling terkait dengan baik
karena adanya regulasi yang jelas untuk seorang anp oleh uk nursing and
midwifery council (NMC). Di inggris ada day care, tempat ini ditujukan untuk
pasien yang membutuhkan perawatan dan dukungan.
Inpatient hospice seperti sistem perawatan-kesehatan mini.
Bagaimanapun, mereka menyediakan kesempatan penting untuk
mendemonstrasikan hasil dari perawatan yang baik dan efektivitas multi-
profesional tim. Home care atau hospice digunakan pada semua rumah
perawatan yang dengan perawat, rumah perawatan, rumah perlindungan, dan
rumah perawatan ekstra.
 Indonesia
Perkembangan dan penerapan perawatan paliatif di tiap negara dan tiap RS
berbeda-beda. hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
pemerintahan, finansial, budaya, kepadatan populasi, lingkungan, faktor
geografi, SDM yang dimiliki dan lain lain.
Pelaksanaan perawatan paliatif yang dilakukan di pusat pengembangan
paliatif dan bebas nyeri di RS Dr. Soetomo Surabaya meliputi rawat jalan,
rawat inap, home care, day care dan respite care.
Di Indonesia belum semua RS memiliki layanan perawatan paliatif. RS
yang sudah memiliki perawatan paliatif diantaranya adalah : RS Dr Soetomo
(Surabaya), disusul RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS kanker Dharmis
(Jakarta), RS Wahidin sudirohusodo (Makasar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta),
dan RS Sanglah (Denpasar).
Sampai saat ini di Indonesia belum ada sekolah yang menyediakan
pelatihan atau pendidikan khusus mengenai perawatan paliatif sehingga
sumber daya manusia di indonesia yang menekuni bidang perawatan paliatif
harus pergi ke luar negeri dulu untuk menempuh jenjang pendidikan tersebut.
Diharapkan kedepannya perawatan paliatif di indonesia berkembang lebih luas
dan lebih maju. Model pelayanan perawatan paliatif di luar negeri bisa dicoba
untuk diterapkan di indonesia. Tentunya dengan menyesuaikan budaya,
lingkungan, dana dan sumber daya yang dimiliki indonesia, hal ini juga harus
dengan dukungan pemerintah. Dengan demikian pasien akan mendapatkan
perlindungan, perhatian dan dukungan dari banyak pihak. Pasien akan merasa
lebih tenang dalam menjalani masa hidupnya. Keluarga juga mempunyai
informasi yang cukup tentang penyakit dan keluhan pasien. Tim medis juga
mengetahui cara perawatan paliatif yang tepat, efektif dan penuh inovasi
dalam memperlakukan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kualitas
hidup yang optimal.
2.14 Jurnal Keperawatan Paliatif
 HUBUNGAN KUALITAS HIDUP DENGAN KEBUTUHAN
PERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER DI RSUP
SANGLAH DENPASAR
Pradana, I Putu Wira., Siluh Nym. Alit Nuryani, BoN, MN (Pembimbing
1), I Wayan Surasta, S.Kp (Pembimbing 2). Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Kesimpulan dan saran:
Hasil identifikasi karakteristik responden diperoleh sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan, sebagian besar responden berada pada kategori
usia dewasa (4165 tahun), sebagian besar responden dengan diagnosa KNF.
Hasil identifikasi kualitas hidup pada pasien kanker diperoleh data responden
sebagian besar responden kualitas hidupnya sedang (skor 5011000) (71,8%).
Hasil identifikasi kebutuhan perawatan paliatif pada pasien kanker diperoleh
data sebagian besar responden kebutuhan perawatan paliatifnya sedang (skor
401-900) (76,5%). Hasil analisis hubungan kualitas hidup dengan kebutuhan
perawatan paliatif menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif pada pasien kanker
di RSUP Sanglah Denpasar.
Kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif memiliki
hubungan yang signifikan, diharapkan pihak RSUP Sanglah
mempertimbangkan pemberian perawatan paliatif berdasarkan kualitas hidup
pasien kanker. Perawatan paliatif sebaiknya tetap diberikan pada pasien
kanker dengan kualitas hidup baik bukan hanya pada pasien yang sudah
dinyatakan tidak bisa disembuhkan atau pada fase terminal. Bagi peneliti
selanjutnya, apabila melaksanakan penelitian sejenis agar
menggunakan sampel yang lebih homogen.
 PALLIATIVE CARE PADA PENDERITA PENYAKIT TERMINAL
Cemy Nur Fitria
DOSEN Akper Pku Muhammadiyah Surakarta
Kesimpulan:
Perawatan Palliative adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan
peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan
nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual. Penyakit
terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah
kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit
terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-
obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di
atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian. Agama dan
keyakinan spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam penyakit
fisik yang serius Profesional kesehatan memberikan perawatan medis
menyadari pentingnya pasien dalam memenuhi 'kebutuhan spiritual dan
keagamaan serta pentingnya Psychoonkologi.
 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENGETAHUAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI CARDIAC
ARREST DI RSUP PROF R. D. KANDOU MANADO
Toar Wellem Samuel Turangan, Lucky Kumaat,Reginus Malara
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil peneltian dan
pembahasan peneliti dapat disimpulkan
1. Pengetahuan perawat di IGD RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
sebagian besar baik.
2. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan
perawat dalam menghadapi cardiac arrest di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
3. Tidak terdapat hubungan antara pelatihan dengan tingkat pengetahuan
perawat dalam menghadapi cardiac arrest di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.
4. Terdapat hubungan antara pengalaman dengan tingkat pengetahuan perawat
dalam menghadapi cardiac arrest di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PENDERITA KANKER SERVIKS
PALIATIF
Misgiyanto & Dwi Susilawati
Kesimpulan dan saran:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden usia responden
mayoritas direntang 51 sd 64 tahun,tingkat pendidikan responden mayoritas
adalah SD, mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga.Dukungan keluarga
penderita kanker serviks paliatif mayoritas baik.Tingkat kecemasan penderita
kanker serviks paliatif
mayoritas mengalami tingkat kecemasan sedang.Ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif
di RSUP Dr Sardjito dengan p value 0,001 (< 0,05)
Disarankan bagi perawat agar senantiasa meningkatkan pelayanan kepada
penderita kanker serviks dengan memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio
dan spiritual melalui pendidikan kesehatan dan
konseling kepada penderita maupun keluarga.
Disarankan bagi institusi pendidikan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai referensi/sumbangan materi bagi mahasiswa
agar mahasiswa memahami tentang dukungan keluarga dan kecemasan
penderita kanker serviks paliatif dengan mempelajari
materi dukungan dan kecemasan dalam penelitian ini. Di saran bagi keluarga
mampu senantiasa mengembangkan diri dalam rangka memberi motivasi
kepada anggota keluarganya yang menderita sakit kanker serviks dengan
memberikan dukungan sesuai dengan materi-materi dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan materi dan dukungan informasi dalam
penelitian ini.

2.15 Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-
kejadian yang dapat mengancam diri sendiri sebagaimana masalah yang seringkali di
keluhkan pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial,
kultural serta spiritual (IAHPC, 2016).Permasalahan yang muncul pada pasien yang
menerima perawatan paliatif dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah
psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta
masalah pada aspek spiritual atau keagamaan (Campbell, 2013).
1. Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien paliatif
yaitu nyeri (Anonim, 2017).Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori
yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang terjadi
secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan
diprediksi. Masalah nyeri dapat ditegakkan apabiladata subjektif dan objektif dari
pasien memenuhi minimal tiga kriteria (NANDA, 2015).
2. Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Hal
yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang membuat
pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga
(Misgiyanto & Susilawati, 2014). Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan
adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala
ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya
bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan
khawatir.Menurut Carpenito (2000) kecemasan merupakan keadaan individu atau
kelompok saat mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf
otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik.
NANDA (2015) menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang diseratai oleh respon otonom, perasaan takut yang disebabkan
olehantisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan tanda waspada yang member
tanda individu akan adanya bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya.
3. Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak normalan kondisi
hubungan social pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu keluarga
maupun rekan kerja (Misgiyanto & Susilawati, 2014).Isolasi sosial adalah suatu
keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap
yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana
seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Kelliat, 2006 ).
4. Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada pasien
paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose
penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta
ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya
dapat dilakukan secara mandiri. Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam
mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang
lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Hamid,
2008).Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis
dan psikososial (Keliat dkk, 2011).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan
spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan
dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka. Palliative care ini bertujuan
mengurangi rasa sakit dan gejala tidak nyaman lainnya, meningkatkan kualitas hidup, dan
memberikan pengaruh positif selama sakit, membantu pasien hidup seaktif mungkin
sampai saat meninggalnya, menjawab kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk
dukungan disaat-saat sedih dan kehilangan, dan membantu keluarga agar tabah selama
pasien sakit serta disaat sedih. Klasifikasi palliative ada beberapa macam yaitu religious,
music, kemoterapi, hipnoterapi, dan lain-lain.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka di sarankan :
1. Perlu peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang keperawatan paliatif di
kalangan paramedis khususnya pada perawat.
2. Perlu meningkatkan keterampilan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien menjelang ajal dan paliatif.
3. Perlu meningkatkan softskill perawat terkhususnya dalam mengemban tugas sebagai
pemnberi asuhan keperawatan pada pasien menjelang ajal dan paliatif.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI.2015.Pedoman Nasional Program Paliatif


Kanker.Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Keliat, B, A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta: EGC

Keliat, B, A. Akemat, P, W, Herni, S. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa.Jakarta:


EGC

Yodang.2015. Buku Ajar Keperawatan Paliatif. Jakarta: Penerbit Buku


Kesehatan

Margaret.2013.Nurse to Nurse Perawatan Paliatif. Jaka1rta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai