Anda di halaman 1dari 70

Edisi 4/ November / 2011

Ketahanan
Pangan
dalam Perubahan
Iklim Global

Mewujudkan Ketahanan Berkedaulatan:


Reorientasi Kebijakan Politik Pangan
Antipasi Perubahan Iklim untuk Keberlanjutan Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan yang Berkedaulatan
Ketahanan Pangan Berbasis Maritim
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Ketahanan
Pangan
dalam Perubahan
Iklim Global
Diterbitkan Oleh :

Tim Redaksi
Pengarah : Tifatul Sembiring Erlangga Masdiana
(Menteri Kominfo) (Direktur Layanan
Basuki Yusuf Iskandar Informasi
(Sekretaris Jenderal) Internasional)
Ahmad Mabruri Mei Akbari James Pardede
(Staf Khusus Menkominfo) (Direktur Kemitraan
Penanggungjawab : Freddy H Tulung, Komunikasi)
(Dirjen Informasi dan Redaktur Pelaksana : Mardianto Soemaryo
Komunikasi Publik) Penyunting/ Editor : 1. Hypolitus Layanan
Pemimpin Umum : Suprawoto 2. Endang Kartiwak
(Staf Ahli Menteri Bidang 3. Taufik Hidayat
Sosial Ekonomi dan Tim Tenaga Ahli : Sugeng Bayu Wahono
Budaya) Lambang Trijono
Pemimpin Redaksi : Sadjan M. Abduh Sandiah
(Direktur Pengelolaan Murti Kusuma Wirasti
Media Publik) Design Grafis : Danang Firmansyah
Anggota Sekretaris Redaksi : M. Taofik Rauf
Dewan Redaksi : Ismail Cawidu Sekretariat : 1. M. Azhar Iskandar
(Sekretaris Direktorat Zainal
Jenderal Informasi dan 2. Jatmadi
Komunikasi Publik) 3. Sarnubi
Bambang Wiswalujo 4. Inu Sudiati
(Direktur Pengolah dan 5. Elpira Inda Sari N.K
Penyediaan Informasi) 6. Lamini
Supomo 7. Nur Arief Hidayat
(Direktur Komunikasi
Publik)

iii
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Daftar Isi
Salam Redaksi vi

Wawancara Khusus 1
Upaya Mewujudkan “Pangan Beragam, Bergizi Seimbang”

I Mewujudkan Ketahanan Berkedaulatan:


Reorientasi Kebijakan Politik Pangan 9

II Antipasi Perubahan Iklim untuk Keberlanjutan


Ketahanan Pangan 21
Status Ketahanan Pangan Saat Ini 23
Pengaruh Perubahan Dan Anomali Iklim Terhadap
Produksi Pertanian 24
Strategi Antisipasi Perubahan Dan Anomali Iklim 27
Arahan Antisipasi Perubahan dan Anomali Iklim
untuk Memperkuat Ketahanan Pangan 28

III Ketahanan Pangan yang Berkedaulatan 33

IV Ketahanan Pangan Berbasis Maritim 43

Laporan Studi lapangan 49


Strategi Daerah dalam Menjaga Ketahanan Pangan

v
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Salam Redaksi
K
Namun, ketahanan pangan nasional
etahanan pangan kita kerapkali menghadapai tantangan
nasional merupakan tidak ringan baik dari dalam maupun
dari luar. Salah satu dimensi terbaru
kondisi pembangunan adalah perubahan iklim dan cuaca
sangat fundamental bagi ekstrim akibat pemanasan global yang
kemajuan pembangunan tidak terduga langsung berdampak pada
ketahanan pangan nasional. Kaitannya
dan kualitas hidup sekilas tampak jauh, namun sesungguhnya
bangsa. Ketahanan pangan sangat berpengaruh. Pemanasan global
menempati posisi sentral menimbulkan perubahan iklim dan cuaca
ekstrim. Iklim dan cuaca menjadi serba
dalam peningkatan tidak pasti dan kadang berubah drastis
produtivitas nasional dan tidak lagi mengikuti ritme iklim tropis
perbaikan kualitas hidup dua musim penghujan dan musim kering,
melainkan dalam ritme tumpang-tindih
warga negara. Bukan hanya keduanya, hujan di musim kering, atau
karena dengan ketersediaan kering di musim hujan.
dan ketercukupan pangan Sudah pasti perubahan drastis demikian
langsung berdampak pada kapasitas
akan memberikan produksi pertanian dan ketersediaan
energi kalori cukup bagi pangan yang masih sangat bergantung
peningkatan produktivitas, pada iklim. Bahkan, sebagai akibat dari
itu, situasinya kadang tidak lagi sekedar
tetapi juga memberikan penurunan drastis dan krisis ketersediaan
dukungan pada peningkatan pangan. Tetapi, bahkan kadang di daerah-
kualitas hidup dan daerah tertentu karena terkena dampak
langsung perubahan cuaca ekstrim, telah
keberlanjutan pembangunan. menyentuh situasi krisis atau darurat
pangan.
Perubahan iklim dan cuaca ekstrim kini
menjadi faktor penentu dalam pembuatan
kebijakan ketahanan pangan nasional.
Segala bentuk antisipasi dan peringatan dan
respon dini terhadap segala kemungkinan
terjadi krisis, kelangkaan dan darurat
pangan akibat perubahan iklim dan cuaca
ekstrim penting dikembangkan. Konsepsi
dan pendekatan dan mekanisme harus
dikembangkan dengan mempertimbankan
berbagai dimensi ketahanan pangan.
Merespon masalah krusial ini, Jurnal kita
dalam edisi ini menyajikan pembahasan
dan analisis mendalam tentang ketahanan
pangan nasional dalam lingkup dampak

vi
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

pemanasan global dan perubahan iklim jangka menengah dalam kelembagaan dan
ekstrim ini. Beberapa paparan analisis jangka panjang strategikal meningkatkan
diketengahkan disini untuk memetakan diversifikasi tanaman dan konsumsi
masalah-masalah dihadapi dalam pangan nasional.
ketahanan pangan nasional dewasa ini Khusus menekankan keberlanjutan
di tengah perubahan iklim berlangsung pangan nasional, Rahardjo MSc.,
dan alternatif solusi perlu diajukan untuk dalam paparan Ketahanan Pangan yang
meningkatkan ketahanan pangan dan Berkedaulatan, mengajak kita selalu
mencegah segala kemungkinan terjadi meningkatkan ketahanan pangan meski
krisis dan darurat pangan. kita telah memasuki kemajuan peradaban
Dalam paparan Mewujudkan Ketahanan dan komunitas industri. Karena selalu
Berdaulat, Reorientasi Kebijakan Politik Pangan, terjadi paradoks bahwa meski peradaban
Prof. Mochammad Maksum Mackfoedz, masyarakat telah maju masalah ketahanan
menekankan pentingnya menengok pangan selalu menyertai. Dibutuhkan
kembali berbagai dimensi ketahanan langkah strategis untuk keberlanjutan
pangan di tengah perubahan ini. Masalah ketahanan pangan, selain menentukan
ketahanan pangan bersifat multidimensi. rasio penentuan kebijakan pengembangan
Tidak hanya berdimensi sosial-ekonomi teknologi dan perkembangan atau tekanan
saja tetapi juga politik kebangsaan dalam penduduk, juga penting menegaskan
pembangunan. Ditekankan, problem arah politik ekonomi pembangunan
utama ketahanan pangan terletak pada pertanian. Penguasaan perdagangan
orientasi impor dan romantisme pangan dan pasar komoditi pertanian penting
murah yang mematikan segala stimuli dipertimbangkan selain peningkatan
dan insentif pembangunan pertanian produksi melalui pemajuan teknologi dan
berbasis dalam negeri sebagai penyedia kapasitas produksi.
dan penopang utama ketahanan pangan Sebuah terobosan pemikiran
nasional. Bagaimana meningkatkan dikemukan dalam tulisan bersama
ketahanan melalui kedaulatan pangan Marsetio, Prof. Irwan Abdullah dan
nasional merupakan solusi strategis Prof. Djoko Surjo, tentang pentingnya
mengatasi masalah ini. Memberikan mengubah paradigma ketahanan pangan
proteksi dan stimuli terhadap petani dan dari perspektif daratan menuju ke maritim.
sektor pertanian merupakan satu sisi Dalam paparan tentang Ketahanan Pangan
dimensi kebijakan ketahanan pangan yang Berbasis Maritim, ketiga penulis mengajak
penting, disamping membatasi impor dan kita untuk menatap lautan kita untuk
mengubah romantisme pangan murah meningkatkan ketahanan pangan nasional
melalui peningkatan produksi. dengan mendorong pembangunan
Dalam paparan tentang Antisipasi berbasis maritim. Pendekatan ini sangat
Perubahan Iklim untuk Keberlanjutan menjanjikan mengingat Indonesia
Ketahanan Pangan, Nurdin SP. Msi., melihat adalah negara kelautan namun sangat
perubahan iklim langsung berdampak pada ironis penduduknya sangat sedikit atau
pertanian penyedia pangan berlangsung justru miskin konsumsi ikan. Perubahan
dalam berbagai aspek dan dimensi. Meliputi paradigma menuju ketahanan pangan
aspek ekologi (kesuburan lahan), ekonomi berbasis pembangunan maritim ini sudah
(produksi), sosial-budaya (kultur pertanian) pasti akan mengubah secara transformatif
dan politik (krisis dan keresahan sosial). keadaan sosial-ekonomi ini.
Dalam paparan digambarkan sangat baik Sementara itu Prof.Dr. Ir. Achmad
bagaimana perubahan iklim berkorelasi Suryana, MS, Kepala Badan Ketahanan
dengan produksi pertanian penyedia Pangan, Kementerian Pertanian RI,
pangan. Langah solusi perlu diambil menegaskan bahwa pemerintah telah
bukan hanya jangka pendek meninagkatan memiliki arah kebijakan pembangunan
produksi secara teknikal, tetapi juga ketahanan pangan nasional. Secara umum

vii
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

tujuan pembangunan ketahanan pangan dan mencegah segala kemungkinan


adalah untuk membangun ketahanan krisis dan daurat pangan terjadi di suatu
dan kemandirian pangan, baik di tingkat daerah. Bahkan, dari segi pemikiran juga
makro (nasional) maupun di tingkat mikro melalui berbagai pemaparan dan analisis
(rumahtangga/individu). Pembangunan itu konsepsi dan pendekatan ketahanan
ketahanan pangan merupakan bagian pangan nasional kita semakin dipertajam.
integral dari pembangunan nasional Tidak lagi ketahanan pangan dalam arti
yang harus dirumuskan secara terpadu monokultur hanya bertumpu pada satu
dan serasi. Dalam RPJMN 2010 -2014, atau dua jenis pangan, tetapi menuju
pembangunan ketahanan pangan menjadi ketahanan pangan bersifat multikultur
program prioritas ke-5 untuk menjawab berdasar nature keanekaragaman tanaman
sejumlah tantangan yang dihadapi oleh dan sumberdaya pangan dan nurture
bangsa dan negara di masa mendatang. sosial-ekonomi kehidupan masyarakat
Arah pembangunan ketahanan pangan petani dan nelayan di Indonesia. Tekanan
adalah untuk meningkatkan ketahanan disini tidak lagi pada pembangunan
dan kemandirian pangan, melalui pertanian di daerah daratan atau pertanian
peningkatan produksi dan produktivitas, padi/beras lahan basah saja, tetapi juga
peningkatan nilai tambah dan daya saing, pertanian tanaman di lahan kering, rawa-
serta meningkatkan kapisitas masyarakat rawa, daerah pesisir pantai dan kebijakan
pertanian, prikanan dan kehutanan. kelautan.
Selain paparan analitikal dari pengambil Kita berharap dari berbagai paparan
kebijakan dan kalangan ahli, kita disini dan analisis itu akan membuka horison
juga menyajikan paparan deskriptif pemikiran lebih luas dan mendalam dan
hasil penelitian di daerah-daerah dalam memberikan kerangka acuan tersendiri
perspektif masalah dan tantangan dihadapi bagi perbaikan kebijakan ketahanan
masing-masing daerah dalam ketahanan pangan nasional kita dalam meningkatkan
pangan. Profile ketahanan pangan di ketahanan pangan dan mengatasi segala
daerah, tekanan kebijakan ketahanan kemungkinan terjadi krisis atau darurat
pangan diambil dan bagaimana respon pangan. Demikian pula, khusus bagi
kelembagaan dilakukan terhadap masalah publik luas kita berharap berbagai paparan
ketahanan pangan menjadi tekanan utama dan analisis itu memberikan bukan hanya
dalam laporan penelitian ini. ruang dialog dan debat publik terbuka
Berbagai paparan dari sudut pandang membicarakan masalah-masalah publik
berbeda-beda di atas memperkaya seharusnya menjadi kepedulian penentu
pemahaman dan analisis kita tentang kebijakan, tetapi juga mengembangkan
situasi ketahanan pangan terkini dan komunikasi publik lebih baik bagi
peluang dan tantangan dihadapi untuk perbaikan kebijakan ketahanan pangan
meningkatkan ketahanan pangan nasional nasional. ***

viii
Wawancara Edisi 4 / November / 2011

Khusus
Upaya Mewujudkan “Pangan
Beragam, Bergizi Seimbang”

M
erespon berbagai problem di seputar ketahanan pangan
nasional, pemerintah telah mengeluarkan regulasi untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya krisis pangan dan
berbagai dampak yang ditimbulkannya, antara lain adalah UU
No. 7 tahun 1996 tentang Pangan. Kemudian terbit Keputusan
Presiden (Kepres) No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan,
dan sebelumnya pada tahun 2001 dibentuk Dewan
Ketahanan Pangan yang dipimpin langsung oleh
Presiden. Dengan produk perundang-undangan
tersebut, mengindikasikan pemerintah sangat
serius dalam melaksanakan program untuk
memperkuat ketahanan pangan.

Prof.Dr. Ir. Achmad Suryana, MS


Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian RI

1
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Akan tetapi masalah ketahanan pangan yang kemudian sangat memepengaruhi


ini terus menggelindingkan berbagai tingkat produksi pertanian, terutama
kompleksitas persoalan yang relatif tidak tanaman pangan.
mudah menemukan jalan keluarnya. Bagaimana pemerintah menyikapi
Masalah-maslah seperti bencana persoalan tersebut, berikut ini petikan hasil
kekeringan yang panjang, banjir yang wawancara Jurnal Dialog Publik dengan
terus mengancam, serangan hama yang Prof. Dr. Ir. Akhmad Suryana, MS, Kepala
mengganas, sempitnya lahan pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Kementerian
SDM pertanian kian langka karena sektor Pertaninan RI.
pertanian semakin tidak menarik, adalah
deretan problem yang terus muncul dalam
kaitan dengan peningkatan ketahan pangan. Bagaimana gambaran secara umum
Demikian pula, berubahnya gaya hidup tentang arah dan tujuan kebijakan di
masyarakat yang cenderung bergantung bidang ketahanan pangan nasional?
pada beras, semakin menambah berat Secara umum tujuan pembangunan
problem ketahanan pangan. ketahanan pangan adalah untuk
Pada sisi lain perubahan iklim global membangun ketahanan dan kemandirian
juga sangat mempengaruhi iklim regional pangan, baik di tingkat makro (nasional)
dan lokal (dalam negeri), sehingga maupun di tingkat mikro (rumahtangga/
berdampak negatif terhadap produktivitas individu). Pembangunan ketahanan
pangan. Sering terjadi perubahan cuaca yang pangan merupakan bagian integral dari
sangat cepat, ekstrim dan sulit diprediksi, pembangunan nasional yang harus

Foto : Abduh Sandiah

2
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

dirumuskan secara terpadu dan serasi. Bisa dijelaskan tentang strategi


Dalam RPJMN 2010 -2014, pembangunan umum untuk mencapai ketahanan pangan
ketahanan pangan menjadi program nasional?
prioritas ke-5 untuk menjawab sejumlah Strategi pembangunan katehanan
tantangan yang dihadapi oleh bangsa pangan nasional yang dikenal dengan
dan negara di masa mendatang. Arah “triple track strategy” yaitu “Pro-growth”
pembangunan ketahanan pangan adalah (mendorong akselerasi pertumbuhan
untuk meningkatkan ketahanan dan ekonomi melalui peningkatan investasi
kemandirian pangan, melalui peningkatan dan ekspor; “pro-job” (penciptaan
produksi dan produktivitas, peningkatan lapangan kerja; dan “pro-poor” (untuk
nilai tambah dan daya saing, serta menurunkan kemiskinan dan kesenjangan
meningkatkan kapisitas masyarakat melalui revitalisasi sektor pertanian dan
pertanian, prikanan dan kehutanan. pedesaan serta pembangunan usaha kecil
Arah pembangunan ketahanan pangan menengah.
juga mengacu pada hasil KTT Pangan Di samping itu, strategi untuk menuju
2009 yang antara lain menyepakati untuk ketahanan dan kemandirian pangan
menjamin langkah-langkah yang mendesak mengacu pada lima prinsip Roma yang
pada tingkat nasional, regional dan global dihasilkan dari KTT Pangan tahun 2009,
untuk merealisasikan secara penuh yaitu :
target MDGs Nomor 1 dan WFS 1996,
yaitu mengurangi penduduk dunia yang 1. Melakukan pembangunan melalui
menderita karena lapar dan malnutrisi pendekatan jalur ganda (“twin-
setengahnya pada tahun 2015. Dalam track approach”) yaitu dengan
kaitan dengan itu, arah kebujakan umum menggerakkan seluruh komponen
pembangunan ketahanan pangan nasional bangsa (pemerintah, masyarakat,
2010 – 2014 adalah untuk (a) meningkatkan LSM, organisasi profesi, organisasi
ketersediaan dan penangnan kerawanan massa, organisasi sosial dan pelaku
pangan; (b) meningkatkan sistem distribusi usaha) untuk membangun ekonomi
dan stabilitas harga pangan; dan (c) berbasis pertanian dan pedesaan
meningkatkan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan produksi pangan
konsumsi dan keamanan pangan. dan pertanian, menyediakan lapangan
kerja dan pendapatan /daya beli, serta
Dalam hal peningkatan ketersediaan memenuhi pangan bagi kelompok
dan penangan kerawanan pangan, masyarakat miskin dan rawan
kebijakan ketahanan pangan diarahkan pangan melalui pemberian bantuan
untuk (a) meningkatkan dan menjamin langsung pangan dan pemberdayaan
kelangsungan produksi pangan di dalam masyarakat.
negeri menuju kemandirian pangan; (b)
mengembangkan kemampuan pengelolaan 2. Melaksanakan koordinasi strategis
cadangan pangan pemerintah dan pada tingkat nasional, regional,
masyarakat secara sinergisdan partisipatif; dan global untuk meningkatkan
dan (c) mencegah dan menanggulangi kepemintahan (governance),
kondisi rawan pangan secara dinamis. memperbaiki alokasi sumberdaya,
menghindari duplikasi, dan
Khusus terkait dengan peningkatan menindentifikasi senjang dalam
pemenuhan kebutuhan konsumsi dan melakukan respon terhadap
keamanan pangan, kebijakan ketahanan permaslahan.
pangan dirahkan untuk (a) mempercepat
penganekaragaman konsumsi pangan 3. Menjamin sepenuhnya komitmen
berbasis pangan lokal; (b) mengembangkan berkelanjutan bagi para mitra untuk
teknologi pengolahan pangan, terutama melakukan investasi di sektor
pangan lokal non beras dan terigu, guna pertanian, ketahanan pangan dan
meningkatkan nilai tambah dan nilai gizi melalui penyediaan sumberdaya
sosial; dan (c) mengembangkan keamanan yang diperlukan secara tepat waktu
pangan segar di sentra produksi pangan. dan dengan cara yang handal, melalui
perencanaan dan program multi-year.

3
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Apa kebijakan pemerintah secara (bibit) unggul yang adaptif terhadap


konkret terkait ketahanan pangan secara perubahan iklim. Seperti pengadaan bibit
nasional? yang tahan kekeringan (panas), dan bibit
Kebijakan ketahanan pangan tidak hanya yang tahan banjir atau tahan kerendaman,
fokus pada beras, tetapi untuk memenuhi tahan keasaman dan lain-lain, sehingga
kebutuhan pangan kita punya pendekatan produksi tetap tinggi. Upaya tersebut sudah
“Pangan beragam bergizi seimbang” (bisa secara terus menerus dilakukan penelitian
ditambah aman dan halal). Untuk itu dan dikembangkan oleh Badan Litbang
pemerintah melakukan kampanye bahan Kementerian Pertanian, dan sebagian
pangan lokal, sehingga masyarakat lebih sudah mengasilkan paritas dimaksud,
banyak mengkonsumsikan karbohidrat terutama padi dan jagung.
dari pangan lokal seperti singkong, jagung, Kebijakan juga diarahkan pada sektor
ubi jalar, sukun dan lain-lain. Selain itu juga peternakan. Jenis unggas dan telur,
mengkonsumsi sayur, buah, ikan, daging tingkat produksi Indonesia sudah berhasil
sapi, ayam dan sebagainya. Jika kampanye swasembada, sementara daging sapi, kita
itu berhasil, maka dengan sendirinya masih impor untuk mencukupi kebutuhan
akan tercipta konsumsi pangan beragam dalam negeri. Tepai memberagamkan
bergizi seimbang. Selanjutnya jika prinsip pangan hewan tidak saja dari ayam dan
tersebut tercapai, berarti kualitas manusia sapi saja, tetapi juga ikan, kambing, dan
Indonesia juga meningkat. daging kelinci, khususnya di bebarapa
daerah yang sudah menerima kelinci
sebagai sumbder protein.
Perubahan iklim global merupakan
ancaman serus terhadap ketahanan
pangan dunia. Bagaimana Indonesia Persoalan pengairan masih menjadi
mengantisipasinya? keluhan petani terutama ketika kemarau
Antisipasi prubahan iklim melalui panjang. Bagaimana pemerintah menyikapi
upaya adaptasi dan mitigasi dalam persoalan tersebut?
pembangunan pangan nasional, Masalah irigasi tidak terkait
dimaksudkan guna mengembangkan langsung dengan prubahan iklim.
pertaanian yang tahan (resillience) terhadap Tetapi pendekatanya adalah dengan
variabilitas iklim saat ini dan mendatang. perlu membangun irigasi, baik dengan
Mitigasi dapat dilakukan di sektor energi, memfungsikan irigasi-irigasi baru, maupun
sektor pertaninan dan kehutanan, serta dengan memperbaiki irigasi-irigasi yang
di sektor kelautan dan perikanan guna sudah ada untuk mempertahankan lahan-
meningkatakan kemampuan sumberdaya lahan pertanian. Yang perlu diperahtikan
pertanian, kehutanan dan lahan di daerah sekarang ini adalah pengalihan lahan
pesisir pantai untuk menyerap karbon, pertanian ke non-pertanian itu harus
sehingga mengurangi efek gas rumah kaca terkendali, termasuk menjaga agar
(GRK). Sementara adaptasi dapat dilakukan tidak dialihfungsikan. Sementara lahan
di sektor sumberdaya air, sektor pertanian, pertanian yang irigasinya rusak sehingga
kelautan, pesisir dan perikanan, sektor mengganggu produksi (berkurang dari
infrastruktur, sektor kesehatan, sektor yang biasanya dua tahun lima kali panen
kehutanan adalah melalui himbauan/ajakan menjadi satu kali setahun). Ini artinya,
kepada masyarakat untuk menyesuaikan ada atau tidak ada perubahan iklim global
diri terkait dengan prubahan iklim, agar irigasi itu harus dibangun atau diperbaiki.
mampu meminimalisasi dampak yang Prinsip tersebut sama seperti membangun
telah terjadi dan mengantisipasi risiko infrastruktur pertanian, atau sama dengan
sekaligus mengurangi biaya yang harus kebijakan penegdalian harga, yang
dikeluarkan. memang harus diperhatikan dan dilakukan
Kalau kebijakan pangan dikaitkan tanpa dikaitkan dengan ada atau tidak
dengan perubahan iklim global adalah adanya perubahan iklim global. Meskipun
dengan pendekatan teknologi. Umpamanya demikian diakui bahwa dengan adanya
dengan memanfaatkan teknologi produksi, perubahan iklim global, maslah tersebut
yakni dengan memperkenalkan benih lebih diperhatikan.

4
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Perubahan iklim itu seperti bagaimana secara tegas dan konsisiten, dengan
kalau suhu di malam hari meningkat, merapkan sanksi terhadap pelanggaran.
sedangkan dengan paritas yang ada
dekarang bisa berpotensi menurunya
produksi. Atau dengan perubahan iklim, Ada sinyalamen bahwa masyarakat
akan muncul hama-hama yang lebih kita makan jagung, singkong dan lainnya
banyak, serta kemungkinan merubah pola bukan karena kesadaran tetapi karena
tanam. Masalah-maslah seperti itu hanya kondisi yang memaksa. Atau kondisi
bisa dijawab dengan teknologi. Untuk Itu sesungguhnya seperti apa?
Badan Litbang Kementerian Pertanian Pertama, khusus petani, kalau kita
telah dan terus melakukan penelitian, dan melihat kondisi 50 tahun yang lalu
sebagiannya sudah berhasil. umpamanya, jelas bahwa masyarakat
makan sagu bukan karena terpaksa, tetapi
memang sagu menjadi makanan utama.
Pemerintah dinilai tidak konsisten Pada saat itu kualitas manusia juga cukup
dalam menerpakan zona-zona dalam bagus. Ada juga yang jago-jago sepak
pemanfaatan lahan, bagaimanana bola dan lainnya. Di NTT makan jagung
penilaian tersebut? bukan karena keterpaksaan, tetapi karena
Tanpa melihat ke satu lokasi daerahnya, budayanya dan pola makannya seperti
tetapi pemerintah punya koridor seperti itu. Demikian juga dengan kebiasaan
punya MP3EI. Ada daerah untuk konsentrasi makan singkong di Gunung Kidul atau
pangan, ada untuk perkebunan, ada untuk makan sagu di Papua. Masalahnya karena
peternakan. Jadi tidak semua lahan harus terakhir ini ada program beras untuk orang
dijadikan sawah. Daerah yang memiliki miskin (raskin). Karena harganya murah,
potensi air dibangun irigasi, tetapi daerah- juga mudah diolah, dan mungkin lebih
daerah lahan kering tidak perlu dijadikan bergengsi karena dimakan orang Jawa
sawah. Seperti tertuang dalam salah satu yang lebih maju , sehingga mereka terbiasa
butir penting kebijakan umum ketahanan dengan beras, atau terbentuk inverior.
pangan, yakni menta pertanahan dan Jadi terjadi inverior itu bukan dari awal,
tataruang wilaya. Kegiatan ini dilakukan tetapi kita ciptakan dengan kebijakan yang
melalui pengembangan reforma agraria dijalankan, sehingga terjadi inverior. Sejak
dengan menata kembali kepemilikan, Jaman Soeharto sampai sekarang program
penguasaan serta pemanfaatan lahan pangan selalu terkonsentrasi pada padi
usaha dan lahan pertanian untuk (beras). Kemudian pemerintah sekarang
memenuhi sebesar-besarnya kesejahteraan menyadari bahwa program seperti itu
masyarakat, keadilan sosial dan tidak sustainable, sehingga harus kembali
kelestarian sumberdaya alam. Hal ini mengupayakan diversifikasi pola makan
dapat dilaksanakan melalui penyusunan dengan meningkatkan keberagaman
kebijakan operasional dan petunjuk ketersediaan pangan. Tetapi tidak
pelaksanaan dengan merujuk pada UU mendiversifikasi seperti kembali makan
No. 5/1960 tentang Pokok Agraria, serta jagung rebus dan singkong rebus, karena
melaksanakannya secara tersentralisasi itu sudah pandangannya inverior. Yang
dan partisipatif mengikutsertakan unsur- kita bangun adalah teknologi pengolahan
unsur masyarakat. pangan, seperti beras dari singkong, atau
Dalam kaitan itu juga dilakukan ubi menjadi sesuatu yang menarik, selain
penyusunan tata ruang dan wilayah yang bersaing dengan beras, juga harganya
merujuk kepada UU No. 26/2007 tentang kompetitif. Pemerintah sudah memulai
Tata Ruang, dan UU No. 27/2009 tentang langkah tersebut 10 tahun lalu, tetapi
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, diakui perkembangannya tidak signifikan,
yang meliputi Perbaikan Rencana Tata karena membutuhkan prubahan prilaku.
Ruang Daerah dan Wilayah secara Sekarang ini program tersebut kembali
terkoordinasi antar daerah/wilayah ditingkatkan, seperti dengan kampanye
dengan mempertimbangkan unsur-unsur “One day no rise”, Gerakan minim
sosial, ekonomi, budaya, dan kelestarian susu”, dan “Gerakan makan buah”. Hal
sumberdaya alam, disertai penarapannya itu dalikukan dalam rangka program

5
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

“Pangan Beragam gizi berimbang”. hanya dengan bercocok tanam, mungkin


Kenapa dengan kampanye? Karena untuk tidak menarik lagi bagi semua orang,
merubah mineset (pola piker). Kalau sudah karena espektasi kebutuhan keluarga yang
berubah mineset masyarakat, maka kita sangat tinggi dan ahnya sebagainya. Tetapi
bias memproduksi sagu, jagung, singkong kalau dalam konteks argobisnis, berarti
dan pangan alternatif lainnya. Intinya, ada pengolahannya, sehingga memiliki
kalau membuat mie jagung, tetapi kalau nilai tambah.
masyarakat tidak mau makan, karena tida Diusahakan agar ada insentif, walaupun
memiliki pengetahuan tentang nilainya. sampai sekarang sebenarnya sudah cukup
Maka urgensi sosialisasi (kampanye) gemar banyak insentif yang diberikan kepada
makan non beras menjadi sangat penting. sektor pertanian. Seperti subsidi pupuk,
Masyarakat harus diberi pemahaman subsidi benih, penyediaan pengairan oleh
bahwa tanpa makan nasi pun bias produktif. pemerintah, ada sekedar permodalam
Tetapi tidak sebatas makan jagung atau untuk pembiayaan, ada kredit usaha rakyat,
singkong, juga karena makan sayuran, pengembangan argobisnis dandsebagainya.
buah-buahan, ikan dan sebagainya yang Sebenarnya insentif pertanian sudah sangat
kaya protein dan sumber mineral. Artinya cukup dari pemerintah dalam membantu
programnya tetap pada prinsip “pangan mengembangkan sector pertanian
beragam gizi berimbang”. perdesaan, namun yang menjadi persoalan
Jadi tujuan kampanye itu adalah untuk adalah karena lahan yang terbatas. Kalau
merubah cara pandang atau pola pikir luas lahan sebagian besar petani hanya
masyarakat kita bahwa makan itu bukan sekitar 0,3 ha pasti mengalami kesulitan,
hanya makan nasi. Kemudian makan itu tetapi kalau petani memiliki 10 ha bias hidup
tidak asal kenyang, tetapi ada kualitas di dan bisa membanggakan. Kalau di luarv
dalamnya, dan itu tidak harus mahal. Upaya negeri pertaninan maju, karena luas lahan
kearah itu terus dilakukan yang dikenal 500 samapai dengan 1000 ha dikelola oleh
dengan program intensif “Rumah Pangan satu orang. Sapinya juga dimiliki oleh satu
Lestari”. Seperti melakukan pembinaan orang sampai mencapai 5000 ekor. Tenaga
tentang optimalisasi pemanfaatan kerja yang mereka gunakan juga sedikit,
pekarangan, dengan menanam cabe, tomat, karena menggunakan computer, termasuk
sayuran dan lainnya. Jadi untuk memenuhi menjaga sapi dengan menggunakan
kebutuhan pangan beragam tidak harus teknologi suara. Kalau kondisinya seperti
beli. Pola makan juga harus berubah, yakni itu pasti diminati oleh banyak orang.
dengan menjaga keseimbangan protein Persoalannya, di Indonesia tidak mungkin
dan nutrisi. Jangan lagi nasi selalu menjadi setiap petani memiliki lahan sampai 10 ha.
yang utama, sedangkan lauk pauk tidak Setiap petani Indonesia punya lahan 2 ha
begitu penting. saja sudah hamper tidak mungkin. Dan
itu bukan pemecahan untuk membangun
pertanian saat ini khususnya di pulau Jawa.
Potensi pangan terbesar dari hasil Karena kalau rata-rata petani meiliki 0,3
pertaninan, Tetapi ada kecenderungan ha dialihkan untuk memiliki 2 ha, berarti
petani bukan pilihan profesi yang menarik. lima orang yang harus dikeluar dari sector
Bagaimana pemerintah mendorong pertaninan dan harus ditampung oleh
masyarakat untuk menjadi petani? sector lain. Sementara sektor lain juga tidak
Memang dilihat dari tingkat siap untuk menampungnya.
produktivitas petani dibandingkan dengan
usaha lain memang lebih rendah. Hal itu
terkait dengan luas lahan yang mereka olah Pemerintah dinilai kurang serius dalam
sangat terbatas dan dengan teknologi yang upaya untuk memperkuat ketahanan
sangat sederhana, serta modal yang mereka pangan. Buktinya dalam mengalokasi
dapat juga terbatas. Untuk mengatasi anggaran di sektor pertanian sangat kecil
itu, pemerintah melakukan program Penilaian itu tidak sepenuhnya benar.
pengembangan pertanian dikaitkan dengan Munghkin informasi yang mereka peroleh
argobisnis secara keseluruhan dan dengan kurang benar. Program pembangunan
pembangunan perdesaan. Karena kalau argobisnis perdesaan itu anggarannya

6
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

satu triliu per tahun, dan sekarung sudah Bulog punya tugas untuk menyaipkan beras
tahun keempat. Kemudian subsidi pupuk untuk orang miskin (raskin) sekitar 2–3
sebesar 17 triliun, dan masih banyak lagi, juta ton. Dia tidak dapat mengumpulkan
termasuk bantuan kelembagaan. Tetapi dari dalam negeri, karena karga yang boleh
kalau belum semua petani menerima dibeli oleh Bulog berdasarkan Impres
bantuan tersebut, itu benar, karena negeri harus lebih murah dari harga pasar. Jadi
kitra ini besar, kurang lebih punya 70 ribu kemampuan Bulog untuk pengadaan beras
desa. Program bantuan untuk 10 ribu desa dalam negeri itu terbatas. Umumnya harga
pertahun, berarti pada tahun keempat beras domistik Indonesia lebih mahal
ini baru mencapai 40 ribu desa. Saat ini sekitar 30 sampai 40 persen dari harga
setiap kelompok tani di beri bantuan pasar internasional. Selain itu, impor beras
dalam bentuk dana bergulir sebesar 100 juga dibolehkan dalam kaitan dengan iren
juta rupiah. Jumah tersebut bisa dibilang stok, yakni untuk keperluan darurat dan
besar, tetapi juga bisa dibilang kecil. Yang operasi pasar, tetapi hanya sekitar 500 ribu
jelas dana tersebut lebih bersifat stimulant ton.
untuk mendorong petani lebh produktif. Ekspor beras dari luar negeri hanya
sekitar 17% pertahun dari kebutuhan
Banyak kalangan menilai impor beras beras dalam negeri. Prinsipnya pemerintah
merugikan petani, apa yang menjadi tidak mau membiarkan rakyatnya lapar,
pertimbangan kebijakan tersebut? sehingga jika diperlukan akan dilakukan
impor beras. Kita tetap memproduksi beras
Kita tidak bisa mengkaitkan secara itu tdak hanya untuk mencapai swasemda
langsung secara langsung antara impor pangan, tetapi sampai memperoleh surplus
beras dengan upaya peningkatan produksi 10 juta ton pada tahun 2014. Jadi kebijakan
pangan. Karena menurut hitung-hitungan inpor beras itu tidak ditutup, tetap terbuka
pemerintah dan DPR, sebenarnya produksi juka diperlukan. Seperti ketika terjadi gagal
beras dalam negeri masih mencukupi, panen sehingga produksi dalam negeri
bahkan surplus antara 3–5 juta ton per tidak mencukupi.
tahun. Kenapa kita perlu impor? Karena
______ **______

7
Edisi 4 / November / 2011

I
Foto : Antara /ARI BOWO SUCIPTO

Mewujudkan Ketahanan
Berkedaulatan:
Reorientasi Kebijakan
Politik Pangan

Oleh : Prof. Dr. Mochammad Maksum Machfoedz*

* Guru Besar Agroindustri FTP-UGM, Peneliti PSPK-UGM,

dan Ketua PBNU 2010-2015

9
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Pendahuluan Kurun waktu terakhir ini, peradaban

M
pula yang telah memperkenalkan bahwa
sebutir pangan menjadi semakin strategis
akna segenggam dan sarat makna. Dia bukan lagi sekedar
pangan senantiasa komoditas ekonomkis dan finansial, akan
tetapi pada dirinya terhadap watak multi-
berubah menurut dimensional. Pangan berkait erat dengan
peradaban yang semakin politis dan
peradabannya. Awalnya dia demokratis. Hak atas pangan yang menjadi
mandat kebangsaan di belahan manapun
hanyalah buah karya teknis telah menempatkannya menjadi pilar
peradaban hunting and gathering. utama hak azasi manusia. Makna sebutir
pangan makin berkembang ke ranah politik
Tidak ada nilai ekonomi, sosial, kebangsaan.
Oleh karenanya, importasi pangan yang
dan apalagi politik padanya selama ini senantiasa diputuskan Negara
kecuali semata hayawaniyah. berdalih finansial dengan penekanan bahwa
import lebih murah dari memproduksi,
Perubahan makna terjadi pada adalah sikap politik yang teramat tersesat
karena dalam sebutir kecil beras sekalipun,
peradaban slash and burn, terdapat urusan politik, urusan sosial,
HAM, keadilan pembangunan, dan bahkan
mengarah pada ekstensifikasi. urusan spiritualitas. Multidimensi karakter
Berbasis sistem pergiliran pangan inilah yang seharusnya menjadi
pertimbangan setiap kebijakan pangan.
lahan usahatani dilakukan Pergeseran paradigmatik ini adalah
sebuah keharusan mengingat potensi
dalam kawasan yang sangat kelangkaan pangan global karena
luas tersedia dengan fallow perubahan iklim, konflik peruntukan
sumberdaya, dan dinamika politik pangan
period tertentu. Semakin dunia. Realitas ini harus menyadarkan
RI untuk tidak lagi melihat pangan
berkembangnya penduduk telah dan importnya sekedar sebagai urusan
ekonomis, dan apalagi finansial belaka yang
mengakibatkan tekanan terhadap melihat import lebih murah. Sudah saatnya
reorientasi dilakukan dengan memandang
ketersediaan sumberdaya lahan. sebutir pangan sebagai urusan keadilan,
Population pressure, terbatasnya politik, dan kedaulatan sebagaimana
disuarakan dalam keprihatinan UGM.
sumberdaya dan aneka syahwat
pemanfaatan telah mewarnai Keprihatinan Pangan UGM
Keprihatinan UGM bahwa ketahanan
peradaban dengan pendekatan pangan nasional republik ini tidak
intensifikasi yang eksploitatif. berkedaulatan telah disuarakan kolektif
sejak lama dan akhirnya terdokumentasikan
dalam FGD-Pangan UGM (Anonim,
2008). Keprihatinan tersebut semakin
bersambung, dan terungkap antara lain
dalam (i) Seminar Nasional KAGAMA
menyambut Dies Natalis UGM 2010, (ii)
FGD para ahli pangan UGM bertemakan
Jihad Kedaulatan Pangan semenjak
Ramadlan 1432, dan (iii) kritik para pakar

10
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

pangan yang terhimpun dalam diskusi dan pemanjaan berlebihan terhadap


yang diadakan Fakultas Pertanian UGM, 1 industrialisasi non-agro yang teramat
Desember 2011, dalam review RUU Pangan berbasis import (import-based industries, IBI)
yang belakangan ini menjadi perhatian sertamerta mencampakkan sektor ekonomi
umum. berbasis domestik (domestic-based industry,
Kedaulatan memang menjadi tema DBI) utamanya pangan-pertanian. Atas
sentral beberapa forum diskusi yang nama industrialisasi dan pembangunan
diselenggarakan di Kampus UGM sektor pangan diposisikan sekedar sebagai:
karena mamandang bahwa muatan yang (i) pengendali inflasi, (ii) penyedia bahan
terkandung dalam pengembangan sistem baku murah, (iii) produsen pangan murah;
ketahanan pangan nasional teramat teknis (iv) tumbal ketahanan pangan; (v) penjamin
sifatnya dan jauh dari muatan politik UMR murah yang menguntungkan industri
Kebangsaan NKRI. Kritik sentral UGM non agro; dan (vi) bemper ketenagakerjaan
menunjuk bahwa orientasi impor dan (Maksum, 2010).
romantisme pangan murah merupakan Kebijakan pembangunan memang
pangkal keterjebakan sistem pangan senantiasa meletakkan sektor pangan dan
nasional yang nir-kedaulatan sertamerta pertanian sebagai prioritas dan leading
telah merampas habis SRT dan KRT, Sain sector dalam dokumen legalnya, seperti
dan Kedaulatan Rakyat Tani Indonesia. Repelita, GBHN-GBHN, Propenas, sampai
Keprihatinan UGM tentang krisis RPPK. Dalam kenyataan, realisasinya
kedaulatan dalam ketahanan pangan sangat memprihatinkan, jauh panggang
nasional tentu tidak pernah menafikan dari api. Hal ini terjadi karena prioritasi
stagnasinya kinerja pengembangan sistem industrialisasi yang telah menempatkan
pangan dikarenakan selama ini: (i) sangat pemanjaan berlebihan terhadap: (i)
bias supply-based management dengan teknologi berbasis kapital, (ii) industri
importasi sebagai bemper; (ii) nyaris tidak berbasis teknologi tinggi, (iii) industri
menyentuh sisi konsumsi (demand-based) berbasis sumberdaya manusia super
seperti persoalan daya beli, konsumsi terdidik, dan (iv) industri berbasis
berlebihan, selera konsumen dsb.; (iii) bias sumberdaya asing.
nabati dan terutama beras, tidak melirik Kelompok industri dengan watak yang
potensi nabati lain dan apalagi hewani; telah disebutkan, jelas sekali merupakan
(iv) bias kota-konsumen-industri dengan industri-industri yang kapital, teknologi,
konsekuensi marjinalisasi terhadap rakyat kepakaran dan bahan bakunya berbasis
tani; dan (v) jauh dari prinsip keterpaduan import. Industri yang diperkenalkan
tujuan pembangunan pertanian: growth- dengan cita-cita industrialisasi untuk
equity-sustainability: pertumbuhan, keadilan mengejar ketertinggalan pembangunan
dan keberlanjutan. telah dilakukan melalui berbagai kemanjaan
Stagnasinya kinerja sistem pangan yang ditopang oleh kemudahan kebijakan
yang berpusat pada pendekatan berbasis fiskal, moneter, perdagangan dan lainnya
importasi dan romantisme pangan murah (Maksum, 2008). Pada akhirnya, industri
telah menjadi pangkal keterjebakan berbasis import ini memperoleh kemudahan
ketahanan pangan terhadap pangan kehidupan ekonomis sempurna.
import. Pada saat yang sama orientasi ini Karena perbedaan watak yang
telah sertamerta menafikan pentingnya sangat nyata antara IBI dan DBI, maka
membangun kedaulatan pangan. Semua itu segala pemanjaan IBI dengan kebijakan
terjadi sebagai akibat dari salah kiblatnya fiskal, moneter, perdagangan dsb,
polapikir pembangunan perekonomian tentu memasung potensi DBI, terutama
nasional yang memanjakan industri non- pangan-pertanian padahal dia adalah
agro. basis ekonomi rakyat. Kue pembangunan
hanya tertangkap oleh sekelompok kecil
kapitalis IBI. Contoh ironinya: dimanakah
Industrialisasi Salah Kiblat rakyat tani ditempatkan dalam MP3EI
Salah kiblat perekonomian nasional
selama ini terjadi akibat prioritasi ekonomis

11
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Tabel 4.
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut berbagai Inpres tentang Perberasan
(dalam Rupiah/kilogram)
INPRES INPRES INPRES INPRES INPRES
KOMODITAS
13/2005 3/2007 1/2008 8/2008 7/2009
GABAH KERING PANEN 1.730 2.035 2.200 2400 2640
GABAH KERING GILING 2.280 2.600 2.840 3040 3345
BERAS 3.550 4.000 4.300 4600 5060
Sumber: berbagai naskah Inpres (Maksum, 2010b).

yang mentargetkan pendapatan perkapita swasembada dan kedaulatan pangan.


2015: US$ 5300 dan 2025: US$ 14900?. Semua itu terbungkus jargon populistik,
Perekonomian nasional tidak hanya jauh meski tujuannya memurahkan. Sebagai
dari perekonomian rakyat, tetapi sekaligus ilustrasi, krisis akademik perberasan
menempatkan pangan-pertanian, sumber dicontohkan oleh Inpres 7/2009.
utama kesejahteraan rakyat tani, untuk
sekedar berketahanan, menghasilkan
pangan murah, dan semakin jauh dari Krisis Inpres Perberasan
berkedaulatan. Sekedar ilustrasi dari banyak
Dikorbankannya sektor pertanian- ketersesatan yang dibangun melalui
pedesaan-tradisional vis-a-vis sektor landasan legal ditunjukkan dalam inpres
industri-perkotaan-moderen akhirnya perberasan yang terdokumentasikan dalam
menempatkan industri non-pertanian Inpres 13/2005, Inpres 3/2007, Inpres
paling diuntungkan karena pangan 1/2008, 8/2008, sampai dengan Inpres
dan tenaga kerja murah. Akibatnya, 7/2009. Kecuali besaran angkanya sangat
profitabilitas artifisial bisa dibangun terbatas, konsistensi proporsionalitas
semena-mena dengan rakyat tani sebagai dan rasionalitas perubahan terhadap
the most disadvantaged people. Masih memadai kenaikan harga-harga dan inflasi sangat
kalau protected business ini berubah dari tidak kondusif bagi pengembangan sistem
infant industry jadi dewasa dan berdaya- produksi perberasan nasional. Kepincangan
saing ketika disapih. Nyatanya tidak. proporsionalitas ditampilkan oleh Tabel 4,
Setelah proteksi, kedirgantaraan malah Tabel 5, dan Tabel 6. Besar kemungkinan,
mundur banyak langkah, telekomunikasi itulah legitimasi untuk import maupun
dijarah Temasek dan Indonesia menjadi ekspor. Indikasi ini nampak sekali ketika
users only, pertambangan dan energi makin syahwat para pemimpin sontak berubah
asyik lego konsesi, dan industri elektronika, dari orientasi impor ke ekspor ketika terjadi
didominasi kemajuan teknologi adopsi, kenaikan tajam harga beras dunia.
rakitan dan bajakan (Maksum, 2008). Berdasarkan realitas 2011, tercatat
Dalam sektor pangan, landasan legal di lapangan bahwa besaran HPP sudah
pun dibangun untuk memurah-murahkan sangat tidak berfungsi bagi proteksi harga
pangan seperti diundangkannya Inpres pada saat panen raya bagi petani. Besaran
7/2009 tentang perberasan yang tidak harga menurut HPP Inpres 7/2009,
masuk akal, Inpres 8/2011 yang memberi ternyata terlampau rendah, dan bahkan
keleluasaan kepada BULOG dalam membeli lebih rendah dari harga pasar pada saat
di luar ketentuan HPP menurut Inpres panen raya di mana saja. Sebagai solusi
7/2009 tetapi terbiut kedaluwarsa, dan sementara, Inpres ini ditemani oleh Inpres
PMK 13/ 2011 mengenai pembebasan Bea 8/2011 yang m,emberikan fleksibilitas
Masuk Import 57 produk pangan yang jelas herga dalam pengadaan beras BULOG.
sekali bertolak-belakang dengan semangan Sayangnya, inpres terakhir ini terbit salah

12
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

mangsa, 15 April 2011, ketika harga pasar jauh lagi, bahwa romantisme ini telah
beras sudah beranjak naik. merusak sistem kedaulatan pangan karena
Implikasi teknis Tabel 1, utamanya romantisme itu hanya bisa terjaga dengan
mengenai rendemen penggilingan gabah baik melalui ketergantungan yang semakin
bisa diperhitungkan dengan sangat akut terhadap importasi. Pengembangan
mudah, baik dalam kondisi dengan sistem ketahanan pangan nasional semakin
atau tanpa beaya penggilingan dan terjerumus dalam ketergantungan global
penanganan. Untuk kasus dengan biaya, (Maksum, 2008, 2010a), yang sukses
nilai netto HPP Beras bisa diperhitungkan menopang ketersediaan agregatif pada
dengan mengurangkan besaran biaya tingkat nasional tetapi tetap saja senantiasa
terhadap HPP beras menurut Inpres gagal membangun ketahanan pangan pada
yang bersangkutan yang bisa bervariasi tingkat lokal, komunitas dan individu di
antar waktu dan lokalita. Sementara itu, pedesaan.
perhitungan rendemen sebagai implikasi Untuk mengatasi ketergantungan
dari beragam Inpres dalam kondisi tidak pangan, tekad nasional untuk
ada biaya penggilingan dan penanganan meningkatkan ketersediaan pangan melalui
disajikan oleh Table 5. jalur domestik beberapa pangan strategis
Hasil kalkulasi proporsionalitas HPP yang dicanangkan pada awal April 2010
menunjukkan dengan jelas bahwa dalam melalui program keswasembadaan pangan
kondisi tanpa biaya penggilingan dan 2014 untuk beras, gula, jagung, kedele
penanganan, Inpres 13/2005, 3/2007, dan daging sapi tentu harus memperoleh
1/2008/ 8/2008, dan 7/2009, memiliki apresiasi sepantasnya. Meski demikian,
makna bahwa besaran rendemen pencapaian keswasembadaan untuk
penggilingan berturut-turut sekitar menuju kedaulatan pangan hanya akan
64%, 65%, 66%, 65% dan 66%. Untuk masuk akal manakala ditopang oleh
berbagai Inpres tersebut nyata sekali konsistensi kebijakan nasional yang bisa
bahwa angka rendemen jauh lebih besar diandalkan.
dari angka kejamakan yang terjadi
dalam realitas lapangan penggilingan. Ketahanan ke Kedaulatan
Angka-angka tersebut tidak hanya over
optimistic, tetapi sekaligus mengandung Semangat swasembada tersebut
impossibility berdasarkan kajian konfigurasi memang sebuah keharusan untuk bisa
penggilingan yang dilakukan Deptan segera membersihkan wajah ketahanan
(2008), seperti terlihat pada Tabel 6. pangan nasional bangsa tercinta: Ketahanan
Selanjutnya, penyimpangan rendemen Pangan Berbasis Import yang secara
akan semakin jauh dan musykil manakala musiman selalu bermasalah. Konfirmasi
dimasukkan pula biaya penggilingan dan kuat terhadap masalah ini mencuat setiap
penanganan yang bisa berkisar Rp 200- kali menghadapi musim memuncaknya
Rp 400/kilogram. Kalkulasi rendemen harga pangan nasional setiap Ramadlan.
pada akhirnya berimplikasi bahwa Inpres Awal Ramadlan 1432, tidak terlepas dari
13/2005 sampai Inpres 7/2009 yang sejarah krisis pangan tahunan. Urusan
harapannya memperbaiki nasib rakyat tani pangan nasional kembali dihentakkan
menjadi tidak jelas kemanfaatannya karena berita nasional tentang keterperosokan
’mengamanatkan’ harga beras harus lebih Bangsa ini dalam jebakan pangan import.
murah dari harga gabahnya, satu keajaiban Peringatan para pengamat kali ini
yang tidak pernah terjadi di dunia. diperkuat pula oleh fakta importasi tahun
Jelas sekali bagaimana implikasi 2010 terhadap 70% garam dapur, setara
romantisme ini terhadap kedaulatan dengan 1,63 juta ton, yang harus diimport
pangan. Ujung dari segala persoalan yang RI, Kepulauan dengan panjang pesisir
dibangun atas dasar romatisme beras hampir 90.000 km. Itu pun masih diperkuat
murah tersebut tidak hanya berhenti importasi 100% DOC, 35% daging beku
pada stagnasinya kesejahteraan dan dan bakalan, 90% bawang putih, 60%
merosotnya kedaulatan rakyat tani dan kedele, 100 % terigu-gandum, 70 % susu,
produksi beras dalam negeri. Tetapi, lebih 40% gula dsb. (Maksum, 2010a). Republik
Kepulauan terbesar kali inipun tercemari

13
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Tabel 5.
HARGA BAHAN BAKU (GKG)/kg beras menurut beragam Inpres
tentang Perberasan, berdasarkan tingkat rendemen (dalam Rupiah)
Rendemen Kg GKG/ Rp BB Rp BB Rp BB Rp BB Rp BB
(%) Kg Beras (13/05) (3/07) (1/08) (8/08) (7/09)
55 1,8182 4145 4727 5455 5455 6082

60 1,6667 3800 4333 4733 5000 6082


64 1,5625 3562 4063 4544 4688 5227
65 1,5385 3507 4000 4369 4616 5146

66 1,5151 3454 3939 4303 4545 5068

Sumber: perhitungan sederhana analisis rendemen (Maksum, 2010b).

dengan importasi ikan, termasuk importasi segala prosesi tidak dipedulikan. Itulah
ilegal yang semakin membengkak beberapa yang mengakibatkan terjebaknya bangsa
bulan terakhir dari Cina, Thailand, Jepang, ini dalam Romantisme Pangan Murah
dan Vietnam (Anonim, 2011). seperti mudah teramati dalam berbagai
Tentu banyak ekonomis yang krisis, tetapi tidak pernah diperhitungkan
menyatakan tidak ada masalah dengan segala implikasi kerakyatan, keadilan,
importasi. Benar sekali adanya bahwa keberlanjutan dan daya saing domestik.
eksport-import adalah hal biasa dalam Potret ketergantungan ketahanan
perdagangan global. Akan tetapi, ketika pangan berbasis importasi karena jebakan
urusan ini berkenaan dengan komoditas romantisme pangan murah tsb, telah
strategis dan hajad hidup orang banyak di sertamerta menafikan kepentingan politik
negeri agraris dengan jumlah penduduk yang paling esensial bagi sebuah negara:
240 juta jiwa, maka keputusan eksport- kedaulatan. Ketergantungan katahanan
import itu mestinya tidak hanya dilihat bangsa ini telah nyata-nyata terjadi dengan
sebagai fenomena tataniaga dan finansial. mangabaikan pentingnya kedaulatan
Sepenuhnya urusan ini harus dipandang pangan. Urusan pangan tidak lagi berbasis
sebagai urusan ekonomi politik, hak asasi kekuatan produksi dan daya tawar
dan keadilan. Implikasi sosial-politiknya bangsa terhadap pangan, tetapi dalam
sangat luas. Hal ini nampak nyata bedanya ketergantungan super akut terhadap
bagi negara kaya seperti Singapore impor. Ketika urusan pangan saja RI sudah
dan Jepang yang melakukan importasi tidak berdaulat, dalam usia Republik
pangan karena kekuatan dan daya tawar yang seharusnya semakin dewasa ini,
ekonominya. Berbeda sekali dengan kemerdekaan dan kedaulatan apa lagi
potensi dampak importasi bagi Republik yang bisa disuarakan dalam kancah global
Indonesia yang LIFDC. di masa depan?
Persoalan kedua, ketahanan pangan Kelemahan lain: konsepsi ketahanan
yang dimensinya: availability-eccessability- pangan yang nyaris menafikan proses
reliability-quality, selama ini telah perwujudannya adalah pangkal kritik oleh
diterjemahkan waton mawon, secara apa- World Food Summit, Rome 8-13 Juni 2002,
adanya saja dengan konsentrasi penuh dan telah disuarakan menjadi Kedaulatan
pada urusan ketersedian (availability). Pangan (Food Sovereignty) yang mengandung
Sepanjang tersedia-terjangkau-merata- urusan demokrasi, partisipasi, hak
aman sampai mulut konsumen, maka menentukan, tataniaga, termasuk segala
itulah ketahanan pangan. Naif sekali ketika

14
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Tabel 6:
Pengaruh konfigurasi alsin penggilingan padi
terhadap rendemen dan kualitas

Rendemen Beras Utuh


NO KONFIGURASI PENGGILINGAN
(%) & Kepala (%)

1 Husker-Polisher 56,72 69,73


2 Cleaner-Husker-Polisher 59,13 73,45
3 Husker-Separator-Polisher 61,52 76,45
4 Cleaner-Husker-Separator-Polisher 64,34 84,52

5 Cleaner-Husker-Separator-Polisher- Grader 64,67 85,07


Sumber: Deptan (2008)

dimensi food security seperti: ketersediaan, atas pangan, dalam bahasa aslinya: that
keterjangkauan kemerataan dan keamanan could better ensure the right to food. Referensi
pangan. Kedaulatan jauh lebih lengkap inilah yang mendukung pergeseran gerakan
dibanding ketahanan pangan yang sekedar dari pendekatan food security menjadi food
menyebutkan bahwa orang harus dapat sovereignty, ketahanan ke kedaulatan,
makan tanpa menyebut darimana dan setelah sekian lama kedaulatan sektoral
bagaimana datangnya (Rosset, 2003). dijajah kapitalis, sekaligus kedaulatan
Konsepsi ini adalah pilihan terakhir karena rakyat taninya.
mengedepankan hak memutuskan, hak atas
penguasaan aset dan tataniaga produksi
pangan yang berkeadilan-berkelanjutan Kedaulatan Rakyat Tani
(Deklarasi Nyéléni, 2007)1. Implikasi krisis kedaulatan dalam sistem
Oleh Tenaga Ahli Khusus untuk hak atas ketahanan pangan nasional tidak hanya
pangan secara resmi diperingatkan dalam berimplikasi pada merosotnya kedaulatan
agenda Sidang Pleno PBB, 10 Januari 2008, Indonesia sebagai bangsa merdeka. Ujung
bahwa strategi pendekatan kedaulatan dari segala krisis ini adalah kemerosotan
pangan ini memiliki elemen kunci yang Kedaulatan Rakyat Tani (KRT) pada tingkat
berupa: penguatan terhadap kedaulatan basis. KRT dalam pengelolaan sumberdaya
individu dan kedaulatan nasional (Ziegler, air telah diamputasi oleh UU 7/2004. KRT
2008). Lebih jauh dinyatakan dalam laporan dalam sumberdaya alam lain, kemantapan
PBB tersebut bahwa pendekatan kedaulatan pemilihan lahan, pengembangan teknologi
pangan merupakan solusi menjanjikan dan segala lokalita, juga telah sertamerta
untuk lebih memastikan menguatkan hak rusak dan terampas oleh ulah monopoli
dan sentralisasi pembangunan.
1 Dirumuskan dalam Deklarasi Nyéléni, yang Sementara itu, KRT dalam usahatani
dihasilkan oleh Konferensi Internasional Kedaulatan lebih sering terganggu oleh tidak efektifnya
Pangan di Mali, 23-27 Februari 2007, bahwa: ”Food segala janji-janji pembangunan. Irigasi
sovereignity is the right of peoples to healthy and cul- yang mangkrak, krisis pupuk subsidi, benih
turally appropriate food produced through ecologically unggul sulapan, obat palsu, tataniaga yang
sound and sustainable methods, and their right to de- terjajah oleh romantisme pangan murah,
fine their own food and agriculture systems”. Gerakan bantuan cempe gudhigen, dsb., merupakan
kedaulatan pangan ini terakhir bersambut dengan UN- sedikit contoh betapa kedaulatan RTM,
General Assembly, sebagai solusi alternatif untuk men- Rakyat TaniMiskin, telah dipasung
ingkatkan kepastian akan hak atas pangan: the right to
dengan sempurna karena melenceng dari
food.
perencanaan usahatani pada tingkat rakyat

15
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

tani. Tidak efektifnya segala dukungan menjadi ujung kecelakaan kebangsaan dari
produktif bagi penguatan KRT dalam segala kebijakan perekonomian bangsa
sistem pangan nasional, selama ini sekedar yang salah kiblat. Dalam konteks bernegara,
dikompensir dengan BLT-BLT. kesadaran untuk membangun kedaulatan
Sayangnya, sekali lagi, KRT dalam pangan sungguh tidak bisa ditawar karena
usahatani inipun terganggu ketika hak hekekatnya kedaulatan pangan adalah
sosial-ekonomi dan beragam BLT itu juga elemen dasar dari kedaulatan ekonomi
tidak efektif. Idealnya, dengan segala dan kedaulatan nasional sebuah bangsa.
gratisan pendidikan dan kesehatan, Dengan nalar seperti inilah maka beberapa
serta dukungan raskin, BLT, dll., akan uraian yang disampaikan telah memberikan
mengurangi kebutuhan dana konsumsi arahan jelas bahwa membangun kedaulatan
rakyat tani dan kemudian bisa dialokasikan pangan adalah melakukan reorientasi
untuk modal usahatani. Tetapi, marilah paradigmatik kebijakan politik pangan
kita lihat sekitar kita. Apakah dampak nasional.
itu terukur dengan jelas dan memiliki
implikasi terhadap naiknya kekuatan Determinasi Global
rakyat dan gairah usahatani? Ketika pada
kenyataannya, pendidikan dan kesehatan Sementara beban historis pembangunan
gratisan, nyaris tidak diketemukan. pedesaan sebagai sumber pangan masih
Demikian pula sejumlah dana diperlukan memiliki persoalan domestik yang
untuk menukar Raskin menjadi beras lain sangat serius untuk segera dibenahi pada
yang layak, ketika Raskin menyublim masa reformasi ini, ternyata lingkungan
menjadi Rasnguk-Rasmuk, meski book eksternal Bangsa ini semakin tidak kondusif
valuenya: Rp 5913/kg. Musnahlah dana kondisinya. Setidaknya, lingkungan global
yang idealnya untuk usahatani. ini sangat diwarnai oleh: (i) perubahan
iklim yang sangat drastis; (ii) konflik
Puncak dari segala penggerogotan KRT pemanfaatan global terhadap sumberdaya
adalah pendekatan-pendekatan ketahanan pertanian bagi penyediaan pangan, pakan
pangan khususnya dan pembangunan dan enersi; (iii) semakin protektifnya
umumnya, yang sebagian hanya berhasil negara maju terhadap produk pangan
menyebarkan demoralisasi, kemerosotan dan sektor pertanian; dan (iv) semakin
moral rakyat tani karena memaksakan swewenang-wenangnya negara maju
budaya-budaya mandho. Nampak sekali dalam memaksakan format perdagangan
pergeseran gairah sosial yang secara bebas melalui WTO yang tidak adil.
berjamaah merubah posisi diri dari
muzakki, ahli berzakat dan bersedekah, Pergeseran gairah global atas
menjadi mustahiq, orang yang paling kemanfaatan beberapa komoditas pertanian
berhak atas Raskin, BLT, Kompor Gas, dan dari fungsi utamanya sebagai pangan
hobi mandho, bahkan nomer wahid. Itulah menjadi sumber enersi nabati merupakan
wajah ketahanan pangan ketika tidak ancaman global kedua. Suka atau tidak
memperhatikan kedaulatan bangsa dan suka, gerakan konversi enersi global ini
kedaulatan RTM. akan mengakibatkan semakin tajamnya
konflik pemanfaatan lahan pertanian untuk
Derita tiada akhir tersebut awal tahun pangan, pakan dan enersi. Bagi NKRI
2011 ini juga diperkuat dengan munculnya konflik keagrarian graria seperti ini tentu
PMK 13/2011 yang membebaskan bea merupakan persoalan pembangunan yang
masuk bagi importasi 57 produk pangan. harus lebih serius dicermati.
Ironisnya, PMK ini diundangkan pada
tanggal 24 Januari 2011 persis dua minggu Dinamika politik pertanian pada
selepas amanat mulia Presiden SBY di tingkat global tidak kalah pengaruhnya
hadapan peserta Rapat Kerja Pembangunan, sebagai ancaman ketiga terhadap persoalan
10 Januari 2011, yang menegaskan bahwa: pembangunan pertanian dalam negeri.
tidak ada alasan bagi Republik ini untuk Ketika pemikiran global sangat diwarnai
tidak berkemandirian pangan. oleh wacana pergeseran perekonomian
yang semakin menjauh dari sektor pangan
Krisis KRT, dan krisis kedaulatan dalam tiba-tiba saja dimentahkan habis oleh
ketahanan pangan pada umumnya, telah September bombing, 2001, yang meluluh-

16
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

lantakkan dua pencakar langit. Kejadian tentang Defense of United States Agriculture
tersebut telah membuka kesadaran dunia and Food Purpose. Dijelaskan pula dalam
maju akan kerentanan dirinya terhadap dokumen tersebut bahwa upaya defense ini
terorisme yang senantiasa mengancam dilakukan untuk mengantisipi serangan
keselamatan negara. teroris sebagai tujuan utama, meski ada
Kesadaran negara maju dalam hal disebut juga kepentingan lain tentang
ini ternyata drastis berubah menjadi antisipasi terhadap bencana alam dan
kewaspadaan domestik mereka tentang keadaan darurat lainnya.
segala macam terorisme, termasuk bio- Proteksi sektor pertanian negara maju,
terrorism dan kemudian menempatkan kecuali merupakan ancaman ketiga, juga
urusan pangan sebagai urusan wajib secara langsung telah memunculkan
dan sentral bagi ketahanan nasional. ancaman keempat, dalam bentuk politisasi
Dicontohkan oleh Brown (2003) apa yang liberalisasi perdagangan dunia dalam
terjadi di Amerika Serikat bahwa sebagai kendali WTO yang menjadi semakin
proteksi terhadap rawannya sektor pangan tidak adil. Ketidakadilan liberalisasi
dan pertanian dari terorisme yang dirasa perdagangan merupakan ancaman global
semakin mengancam sejak September yang dihadapi negara berkembang.
bombing dilakukanlah revolusi kelembagaan Kegagalan beberapa putaran persidangan
enam bulan kemudian dengan membentuk WTO untuk meratifikasi tata perdagangan
Department of Homeland Security (DHS), 2 dunia yang draft-nya dipersiapkan oleh
Juni 2002. negara-negara maju menunjukkan dengan
Puncak kesungguhan tersebut adalah jelas bagaimana negara-negara berkembang
diundangkannya Homeland Security anggota WTO tidak bisa menerima proteksi
Presidential Directive HSPD-9, 30 Januari negara maju yang berlebihan terhadap
2004, oleh The White House (2004). Iktikad sektor pertanian. Keengganan negara maju
dari HSPD-9 ini nampak dalam perihalnya untuk menurunkan proteksi pertaniannya

17
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

adalah jalan buntu. Dalam menghadapi fungsi koordinatif


Buntunya rembug WTO dalam Doha antar lembaga dan kementerian ini,
Raound yang diselenggarakan di Geneva, keterbatasan kekuatan politik BKP
2008, merupakan kulminasi perlawanan merupakan hambatan nyata dalam fungsi
dan tuntutan keadilan yang dilakukan koordinasi, advokasi dan promosi yang
negara-negara berkembang dalam melibatkan instansi teknis lainnya, terutama
beberapa putaran persidangan semenjak untuk urusan penguatan politik pangan
pertamakali diselenggarakan di Doha, nasional. Dalam banyak kesempatan
2001. Perlawanan negara berkembang itu ditengarai bahwa pelibatan instansi teknis
sendiri disuarakan dengan sangat tegas non-BKP menjadi sangat terbatas dan tidak
oleh G-4, India, China, Brasil dan Afrika tuntas. Sementara itu urusan ketahanan
Selatan, yang antara lain ditunjukkan pangan mutlak memerlukan partisipasi
India melalui Kamal Nath, Menteri teknis lembaga dan kementerian terkait
Perdagangan India dalam kalimat: ”I’m not secara total.
risking the livelihood of millions of farmers”. Mengingat akan diperlukannya
Keputusasaan G-8 dalam kebuntuan kekuatan politik kelembagaan paripurna
berbagai putaran persidangan tersebut dalam hal pangan maka, sudah waktunya
pada akhirnya menyerahkan pemikiran dipikirkan perlunya pembubaran BKP dan
rancangan konsepsi perdagangan global DKP pada tingkat nasional karena teramat
ini kepada G-20 semenjak pertengahan tidak memadai bagi upaya pengembangan
2009 (Maksum, 2010b). ketahanan pangan berkedaulatan.
Beragam persoalan pangan yang Pemikiran banyak pihak tentang perlunya
menjadi wataknya semakin dimensional, dibentuk otoritas pangan yang powerful
baik pada tingkat domestik maupun dalam dan merekomendasikan sosoknya
menghadapi determinasi global, jelas sekali sebagai kementerian atau Badan Negara
menunjukkan adanya kebutuhan nyata setara kementerian dan bertanggung
akan perlunya telaah kelembagaan pangan jawab langsung kepada Presiden perlu
yang lebih njamani. memperoleh tanggapan segera.
Usulan ini semakin mendesak
ketika diingat bahwa dalam eksistensi
Kelembagaan Pangan fungsional lebih lanjut diperlukan juga
Dalam upaya pengembangan sistem kapasitas koordinatif vertikal yang
ketahanan pangan nasional selama ini teramat kuat dalam melakukan koordinasi
kita mengenal Dewan Ketahanan Pangan dengan Pemerintahan Propinsi dan
mulai dari tingkat Nasional sampai tingkat Pemerintahan Kabupaten/Kota ketika
Kabupaten/Kota. Pada tingkat Nasional pengembangan ketahanan pangan harus
Dewan tersebut dipimpin langsung oleh melakukan akomodasi sempurna terhadap
Presiden RI, sementara itu untuk tingkat kepentingan lokalita dalam otonomi daerah
Propinsi dipimpin Gubernur dan tingkat yang menekankan keragaman pangan
Kabupaten/Kota dipimpin Bupati/ nusantara.
Walikota. Pada tingkat nasional, keberadaan
DKP justru paling problematik.
Keragaman dan Berasisasi
DKP Nasional yang dipimpin oleh
Presiden RI, operasi kesehariannya Dalam beragam ancaman pangan
dikendalikan oleh Menteri Pertanian RI nasional, dua hal menonjol selalu menjadi
yang secara teknis dilaksanakan oleh Badan perhatian yaitu: semakin saratnya
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian beban produktifitas beras dan eskalasi
RI. Persoalan menjadi mengemuka pertumbuhan penduduk. Dua hal ini sudah
ketika BKP sebagai badan pelaksana barang tentu menjadi persoalan besar
harus mengampu karakter pangan yang mendatang. Semangat lokalita dalam era
multidimensi sifatnya dan secara teknis desentralisasi dan otonomi daerah sudah
merupakan tugas teknis kementerian barang tentu merupakan peluang tersendiri
dan/atau lembaga lain, mulai dari bagi bangsa ini untuk mengendorkan
urusan gizi kesehatan sampai kedaulatan beban produktifitas bagi sektor perberasan
perdagangan. karena ketergantungannya yang teramat

18
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

sangat pada sumberdaya lahan dan air Kabinet KIB I melihatnya berbeda. Februari
yang semakin langka. 2008, terigu dinilai KIB terlalu mahal dan
Sejarah pangan nasional sebetulnya dihapuslah BM, bea masuk. Karena dinilai
telah mengajarkan kepada Bangsa ini masih kurang memadai untuk penurunan
akan luasnya khasanah pangan nusantara harga terigu, maka dihapuslah pula
yang bukan main potensinya. Sayangnya, PPN, dimasukkan dalam kategori DTP,
ketersesatan pola pikir pula yang telah ditanggung pemerintah. Sempurnalah
menjerumuskan Bangsa ini, disengaja pembunuhan terhadap MOCAF nasional.
maupun tidak, dalam Berasisasi Nasional Dalam kekayaan khasanah pangan
yang menyesatkan. Beberapa kawasan nusantara, sudah waktunya disadarai
yang pada mulanya sangat sejahtera dan bahwa keragaman pangan adalah solusi
berkedaulatan pangan seperti Pegunungan pangan RI yang harus diselesaikan pada
Bintang, Tolaki, Muna, Maluku, Maluku tingkat realisasi, bukan sekedar dijawab
Utara, Papua, dan sebagainya dengan dengan Prespres 22/2009 yang tanpa aksi.
kekayaan pangan lokalnya, tiba-tiba saja Pada tingkat ini pula neraca beras sudah
harus terjun bebas, tidak hanya menjadi waktunya digeser popularitasnya menjadi
kawasan rawan pangan tetapi sekaligus neraca karbohidrat, neraca protein, dan
menjadi kawasan miskin akut karena sejenisnya.
ketergantungan pangannya terhadap beras
jatah, padahal pangan lokalnya melimpah.
Reorientasi Politik Pangan
Keprihatinan akan kemerosotan
keragaman pangan nasional ini semakin Kedaulatan tentu bagian terpenting
dirasakan oleh Pemerintah. Hanya dalam pembangunan pertanian. Ini
sayangnya, urusan keragaman yang sudah hakekat ideologis yang selama ini nyaris
dijawab dengan terbitnya Perpres 22/2009 dilupakan dalam berbangsa karena
tentang Keanekaragaman Pangan ini tidak syahwatnya terperangkap oleh hingar-
terjabarkan dalam kebijakan dan program bingar perebutan kesempatan dan
pembangunan riel yang lebih lanjut. kekuasaan ekonomis. Untuk membangun
kembali ideologisasi kebangsaan yang
Ada persoalan lain yang perlu berkerakyatan, tentu khitthah agraris yang
diperingatkan. Bahwa diversifikasi yang menuntut tercapainya tujuan: growth-
dilakukan pada tingkat daerah tidak equity-sustainability merupakan basis
seharusnya dimentahkan oleh kebijakan khidmad yang teramat menentukan.
nasional. Kecuali Berasisasi yang
menyesatkan, kreatifitas lokal sering kali Sekian lama, pembangunan sektor
menghadapi hambatan pengembangan, pangan dikorbankan demi pemanjaan
justru dari kebijakan nasional yang tidak industri non pertanian yang ternyata
kondusif. Hal ini bisa dicontohkan apa gagal total menjadi industri tangguh,
yang dialami oleh beberapa daerah setelah kecuali semakin manja dan protektif serta
melakukan investasi besar-besaran bagi kian tergantung pada stimulus fiskal dan
pengembangan Mocaf. moneter. Sementara itu, urusan pangan
senantiasa dianaktirikan, dinafikan
Pengalaman sangat berharga yang keberdaulatannya dan dijadikan tumbal
memiluikan memang dialami MOCAF, stimulus industrialisasi. Sudah seharusnya
Modified Cassava Fluor. Ketika harga terigu krisis pangan global mengingatkan
merangkak naik menjelang eskalasi harga RI bahwa penganaktirian itu harus
pangan dunia, secara ekonomis MOCAF dihentikan.
sangat layak diproduksi, 2007. Kelayakan
itulah yang mendorong beberapa daerah, Sudah waktunya Republik ini
seperti Kabupaten Trenggalek dan lainnya, menyadari bahwa pilihan ekonomisnya
berusaha melakukan investasi demi nilai seharusnya lebih terkonsentrasi pada sektor
tambah dan kesejahteraan petani singkong. ekonomi dengan keunggulan komparatif
Harapan yang lebih luas, pemakaian yang dimilikinya, yaitu sektor ekonomi
MOCAF akan menjadi substitusi sebagian berbasis sumberdaya alam setempat,
dari konsumsi tepung terigu yang sangat natural resource-based industry. Keunggulan
membebani neraca pangan. Sayangnya kompetitif untuk kelompok sektor ini
sudah pasti teramat mudah dikembangkan.

19
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Tidak demikian halnya dengan import-based nasional melalui rekonstruksi struktural


industry yang sama sekali tidak didukung (structural reconstruction) dalam kebijakan:
oleh keunggulan komparatif, semakin anggaran, moneter, fiskal, perdagangan
ketinggalan keunggulan kompetitifnya dan lainnya.
dan senantiasa memaksa Negara untuk Multidimensi pangan meliputi
super protektif dan memanjakannya untuk aneka urusan yang melibatkan beragam
sekedar layak hidup. Dalam kaitan ini dan kementerian, sejumlah institusi, ratusan
mengingat krisis pangan global ke depan, propinsi dan kabupaten/kota, serta
pilihan sektor pangan tak terelakkan. keanekaragaman pangan. Urusan
Urusan kedaulatan pangan bukanlah multidimensi ini sudah berang tentu
sekedar urusan teknis dan teknologis, memerlukan kekuatan pangan paripurna.
tetapi urusan paradigmatik kaitannya Oleh karenanya reformasi kelembagaan
dengan pilihan kiblat pembangunan. menuju terbentuknya Kementerian atau
Untuk reorientasi, sungguh diperlukan Badan setara Kementerian dalam urusan
keberanian merubah kiblat pembangunan pangan dengan power politik memadai
nasional dari perekonomian berbasis sudah waktunya dilakukan manakala
import ke perekonomian berbasis domestik. ketahanan pangan yang berkedaulatan
Dengan demikian, sungguh diperlukan ingin diwujudkan, dan bukan sekedar
rekonstruksi kebijakan ekonomi politik diimpikan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Strategi dan Kebijakan Ketahanan Pangan dan Gizi menuju Kedaulatan
Pangan. Hasil FGD Kelompok Pakar Pangan UGM. Dipaparkan pada Sidang Pleno
antar Kelompok FGD. Senat Akademik UGM, 10 Desember 2008.
Anonim. 2011. Import Ikan Illegal, Nelayan Kian Terpuruk. Dalam Indonesia
Maritim Institute, Aug 22, 2011. http://indomaritimeinstitute.org/?p=1352.
Brown, Lester R. 2003. Food: A National Security Issue-Chapter 1. A Planet Under Stress.
W.W. Norton & Co., NY. http://www.Earth-policy.org/Books/PB/PBch1 _ss5htm.
Deptan. 2008. Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020: Memperkuat Kemandirian
Pangan dan Peluang Ekspor. Roundtable Discussion Badan Litbang Pertanian, 25-11-
2008.
Dreyfuss, Ira. 2004. Bush Orders Food Supply Protection. CBSNEWS, ©MMIV The
Associated Press, Washington. http://www.cbsnews.com/stories/2004/02/04/
terror/main597948.shtml.
Karim, Muhamad. 2011. Impor Ikan untuk Siapa? SKH Sinar Harapan, Senin, 5-12-
2011.
Maksum, M. 2008. Kembali ke Pedesaan dan Pertanian: Landasan Rekonstruksi
Perekonomian Nasional. Naskah Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar Sosial-
Ekonomi Agroindustri. Rapat Terbuka MGB-UGM, 30 Januari 2008.
---------. 2010a. Rakyat Tani Miskin: Korban Terorisme Pembangunan Nasional.
PSPK-UGM.
---------. 2010b. Pedesaan sebagai Sumber Pangan: Dalam Cengkeraman Gurita
Neoliberalisme. Dalam: ”Mencari Pendekatan dan Jalur Transformasi untuk
Melaksanakan Reforma Agraria di Indonesia”. Bina Desa, Jakarta, 2010.
Rosset, Peter. 2003. Food First. Introductory Notes.
The White House. 2004. Homeland Security Presidential Directive HSPD-9. Issued by
Office of the Press Secretary, February 3, 2004.
Ziegler, Jean. 2008. Promotion and Protection of All Human Rights, Civil, Economic,
Social and Cultural Rights, Including the Right to Development. Report of the Special
Rapporteur on the right to food. UN General Assembly, Seventh session Agenda item
3. January 10, 2008.

20
Edisi 4 / November / 2011

Foto : ANTARA/ARIEF PRIYONO


II
Antipasi Perubahan
Iklim untuk
Keberlanjutan
Ketahanan Pangan
Oleh : Nurdin, SP, MSi *

* Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri


Gorontalo, Jln Jenderal Sudirman No. 6, Kota Gorontalo 96122Telp. (0435)
821125, Faks. (0435) 821752, E-mail: nurdin@ung.ac.id
21
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Pendahuluan

P
ertanian merupakan sektor penyedia pangan yang tidak
pernah lepas dari berbagai persoalan, baik persoalan
ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, bahkan persoalan
kebijakan politik. Hal ini tidak berlebihan karena pangan adalah
kebutuhan pokok penduduk, terutama di Indonesia. Laporan BPS
tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sudah
mencapai 237,641,326 jiwa atau meningkat sebesar 15,21% dari tahun
sebelumnya. Kondisi ini membutuhkan ketersediaan pangan yang
cukup agar tidak menjadi salah satu penyebab instabilitas pangan
nasional. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan terutama
mempertahankan sekaligus meningkatkan produksi pangan, pada
level lapangan masih banyak hambatan dan kendala yang dijumpai.
Dari sekian banyak hambatan dan kendala tersebut, ada yang dapat
ditangani melalui introduksi teknologi dan upaya strategis lainnya,
tetapi ada pula yang sukar untuk ditangani terutama yang berkaitan
dengan fenomena alam.

Perubahan iklim (climate changes) air di wilayah Indonesia ke arah timur.


merupakan salah satu fenomena alam Sebaliknya, La-Nina adalah kejadian iklim
dimana terjadi perubahan nilai unsur-unsur di mana terjadi peningkatan jumlah dan
iklim baik secara alamiah maupun yang intensitas curah hujan hingga memasuki
dipercepat akibat aktifitas manusia di muka musim kemarau akibat penurunan suhu
bumi ini. Sejak revolusi industri dimulai permukaan laut di wilayah Samudra Pasifik
hingga sekarang telah menyebabkan Selatan yang memperkaya massa uap air di
terjadinya peningkatan suhu udara global. wilayah Indonesia.
Selain meningkatkan itu, perubahan iklim Saat ini, perubahan iklim bukan lagi
juga menyebabkan anomali iklim seperti menjadi perdebatan tentang keberadaannya
fenomena Enso (El-Nino dan La-Nina), tetapi sudah menjadi permasalahan
IOD (Indian Ocean Dipole), penurunan bersama antar komunitas, antar instansi,
atau peningkatan suhu udara secara antar Negara bahkan global untuk
ekstrem, curah hujan dan musim bergeser mendapat penanganan serius karena begitu
dari pola biasanya dan tidak menentu banyak aspek kehidupan yang terkena
serta permukaan air laut meningkat dan dampaknya, apalagi sektor pertanian.
terjadinya rob di beberapa wilayah. El- Produktifitas dan progresifitas sektor
Nino adalah kejadian iklim di mana terjadi pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor,
penurunan jumlah dan intensitas curah terutama perubahan dan anomali iklim.
hujan akibat naiknya suhu permukaan Oleh karena itu tidak mengherankan jika
laut di wilayah Samudra Pasifik Selatan banyak pihak menyatakan bahwa usaha di
yang mendorong mengalirnya massa uap sektor pertanian merupakan sektor usaha

22
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

yang berada pada posisi ketidakpastian mutunya, aman, merata, dan terjangkau.,
(unpredictable). sedangkan pada tataran mikro apabila
Pelandaian produksi pertanian, setiap rumah tangga setiap saat mampu
terutama sumber pangan pokok (staple mengkonsumsi pangan yang cukup, aman,
food) selain secara inherent disebabkan bergizi dan sesuai pilihannya untuk dapat
oleh tingkat kesuburan tanah yang terus hidup produktif dan sehat.
mengalami penurunan karena intensifnya Ketersediaan pangan nasional untuk
pemanfaatan lahan, penyempitan lahan konsumsi yang diukur dalam satuan energi
pertanian, juga dipengaruhi baik secara dan protein, sebagaimana laporan BPS
langsung maupun tidak langsung oleh menunjukkan pada tahun 2008 sebanyak
faktor perubahan dan anomali iklim. Hal ini 3.786,49 Kkal/kapita/hari dan naik sebesar
mengingat suatu lingkungan pertanaman 0,072% dari tahun sebelumnya, sementara
merupakan satu kesatuan sistem yang tahun 2009 mengalami penurunan
saling berinterkasi, sehingga satu faktor sebesar 5,54% dan meningkat lagi sebesar
dalam kondisi minimum akan menjadi 0,02% pada tahun 2010. Untuk konsumsi
pembatas bagi perkembangan tanaman protein pada tahun 2008 sebanyak 106,62
secara keseluruhan. Guna mempertahankan g protein/kapita/hari dan turun dari
sekaligus meningkatkan produksi pertanian total konsumsi protein tahun sebelumnya
tanaman pangan yang berhubungan erat sebesar 1,27% dan terus turun sebesar
dengan perubahan dan anomali iklim, 5,65% pada tahun 2009, tetapi mengalami
maka diperlukan upaya strategis yang peningkatan sebesar 1,39% tahun 2010.
salah satu diantaranya melalui adaptasi Meskipun tampak bahwa konsumsi kalori
dan modifikasi pengelolaan lingkungan maupun protein cenderung fluktuatif,
pertanaman. Tulisan ini mengulas tetapi berdasarkan standar kecukupan
upaya antipasi perubahan iklim melalui energi dan protein yang direkomendasikan
pengelolaan lingkungan pertanaman untuk dalam Widyakarya Nasional Pangan dan
keberlanjutan ketahanan pangan. Tulisan Gizi VII tahun 2000 yang masing-masing
ini diharapkan mampu memberikan analisis sebanyak 2.500 Kkal/kapita/hari dan 55
komprehensif bagaimana menghadapi g protein/kapita/hari masih melebihi
perubahan iklim dalam kaitannya dengan standar tersebut. Tampaknya ketersediaan
ketahanan pangan. pangan saat ini telah melebihi standar
kecukupan energi dan protein nasional,
tetapi angka kecukupan tersebut belum
A. Status Ketahanan Pangan Saat Ini seideal pemenuhan kecukupan konsumsi
di tingkat rumah tangga atau individu.
Pengertian pangan adalah segala
Hal ini terlihat pada tingkat konsumsi
sesuatu yang berasal dari sumberhayati
per kapita per hari rata-rata penduduk
dan air, baik diolah maupun tidak diolah,
Indonesia pada tahun 2010 yang hanya
yang diperuntukkan sebagai makanan atau
sebanyak 1.839,69 Kkal atau hanya 72.00%
minuman bagi konsumsi manusia termasuk
dari standar kecukupan nasional. Dengan
bahan tambahan pangan, bahan baku
demikian, maka amanah Undang-Undang
pangan, dan bahan lain yang digunakan
No 7 tahun 1996 masih sulit untuk
dalam proses penyiapan, pengolahan,
diwujudkan.
dan/atau pembuatan makanan atau
minuman, sebagaimana tertuang dalam Upaya mewujudkan ketahanan pangan
Undang-Undang No 7 tahun 1996. di Indonesia saat ini banyak mengalami
Selanjutnya, ketahanan pangan merupakan hambatan dan permasalahan, terutama
suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi karena ketersediaan pangan jauh lebih
setiap rumah tangga yang tercermin dari rendah dibanding jumlah permintaan
tersedianya pangan yang cukup baik jumlah pangan itu sendiri. Hal ini disebabkan laju
maupun mutunya, aman, merata, dan pertumbuhan penduduk pada selang waktu
terjangkau. Berdasarkan definisi tersebut, tahun 1990-2000 yang rata-rata mencapai
maka ketahanan pangan dapat terwujud 1,49%., pertumbuhan ekonomi yang pada
apabila pada tataran makro setiap saat tahun 2009 mencapai 5,70%., naiknya
tersedia pangan yang cukup baik jumlah daya beli masyarakat dan perubahan
selera konsumsi masyarakat. Padahal

23
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

kapasitas produksi pangan nasional batu bara, kayu hutan, minyak, dan gas,
relatif lambat bahkan mengalami stagnasi telah meningkat hampir mendekati angka
yang disebabkan oleh adanya kompetisi 20% sejak dimulainya revolusi industri.
dalam pemanfaatan sumberdaya lahan Mudiarso (2003) menjelaskan bahwa
dan air serta stagnannya pertumbuhan kawasan perindustrian telah menghasilkan
produktivitas lahan dan berkurangnya limbah “gas rumah kaca” (GRK), seperti
jumlah tenaga kerja pertanian. Kondisi karbondioksida (CO2), metana (CH4),
ketidakseimbangan inilah yang dan nitrousoksida (N2O) yang dapat
mendorong kebijakan impor pangan guna menyebabkan terjadinya “efek selimut”.
mempertahankan dan meningkatkan Efek inilah yang kemudian mangakibatkan
penyediaan pangan nasional. Hal ini naiknya suhu di permukaan bumi. Sebagai
dilakukan dalam rangka mewujudkan bahan perbandingan, konsentrasi GRK
stabilitas penyediaan pangan nasional. pada masa pra-industri di abad ke-19 baru
sebesar 290 ppmv (CO2), 700 ppbv (CH2),
dan 275 ppbv (N2O). Sedangkan pada saat
B. Pengaruh Perubahan Dan Anomali ini, peningkatannya menjadi sebesar 360
Iklim Terhadap Produksi Pertanian ppmv (CO2), 1.745 ppbv (CH4), dan 311
ppbv (N2O). Dengan demikian, menurut
Fenomena perubahan iklim (climate
para ahli, GRK untuk CO- pada tahun 2050
change) sebenarnya sudah terjadi dan
diperkirakan akan mencapai kisaran 550
sementara tetap berlangsung saat ini
ppmv.
sampai waktu-waktu mendatang. Pada
prinsipnya perubahan iklim terjadi karena Hasil penelitian Boer dan Subbiah
beberapa unsur iklim intensitasnya (2005) melaporkan bahwa sejak tahun 1844
menyimpang dari kondisi biasanya menuju hingga 2009 masing-masing telah terjadi 47
ke arah tertentu. Berbagai penelitian ilmiah dan 38 kali peristiwa El-Nino dan La-Nina
telah melaporkan bahwa karbondioksida yang menimbulkan kekeringan dan banjir
(CO2) di lapisan atmosfir yang merupakan serta gangguan terhadap produksi padi
konsekuensi hasil sisa pembakaran dari nasional. Secara klimatologis, dampak El-

24
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Nino dan La-Nina dapat diperlemah atau udara di atmosfer sebesar 5oC akan diikuti
diperkuat jika dalam waktu bersamaan oleh penurunan produksi jagung sebesar
juga terjadi fenomena IOD. Fenomena IOD 40% dan kedelai sebesar 10-30%. Sementara
memengaruhi dinamika dan peredaran itu, peningkatan suhu 1-3oC dari kondisi
udara dan massa uap air dari/ke Samudra saat ini menurunkan hasil padi sebesar
Hindia daratan Asia Selatan dan Indonesia. 6,1-40,2%. Pengaruh ini juga terlihat
IOD positif cenderung memperkuat dampak pada tanaman kacang-kacangan yang
El-Nino, sedangkan bila IOD negatif akan mengindikasikan kaitan antara penurunan
memperkuat dampak La-Nina. Data curah curah hujan sebesar 10-40% dari kondisi
hujan di berbagai lokasi menunjukkan normal dengan penurunan produksi
adanya kecenderungan curah hujan rata- sebesar 2,5-15%. Data lainnya terkait
rata yang makin rendah di wilayah bagian dengan cekaman kekeringan memberikan
selatan Indonesia. Sementara itu di wilayah informasi bahwa el nino yang terjadi
utara terjadi gejala sebaliknya. Contoh pada tahun 1997 dan 2003 menyebabkan
kasus kejadian hujan pada periode tahun menurunnya hasil padi sebesar 2-3%.
1988-1994, curah hujan rata-rata di wilayah Penurunan tersebut dapat menjadi lebih
Gorontalo (Sulawesi bagian utara) sebanyak ekstrem apabila El Nino dibarengi dengan
106 mm/bulan dengan selang curah hujan peningkatan suhu udara.
minimum dan maksimum sebanyak 2-279 Konsorsium Penelitian dan
mm/bulan, sementara untuk periode tahun Pengembangan Perubahan Iklim
1995-2002 curah hujan rata-rata sebanyak (KP3I 2009) Badan Litbang Pertanian
131 mm/bulan dengan selang curah hujan memprediksi bahwa perubahan iklim
minimum dan maksimum sebanyak 1-306 akibat El-Nino akan memperluas areal
mm/bulan, sedangkan pada periode tahun pertanaman yang terancam kekeringan.
2003-2009 curah hujan rata-rata sebanyak Secara nasional areal pertanaman padi
138 mm/bulan dengan selang curah hujan sawah yang terancam kekeringan
minimum dan maksimum sebanyak 3-400 meningkat dari 0,3-1,4% menjadi 3,1-7,8%,
mm/bulan. Selain itu, suhu udara di sementara areal yang mengalami puso
wilayah ini juga menunjukkan peningkatan akibat kekeringan meningkat dari 0,04-
yang cukup nyata. Pada periode tahun 0,41% menjadi 0,04-1,87%. Sementara itu,
1995-2000, suhu udara rata-rata mencapai La-Nina menyebabkan peningkatan luas
27,58oC dengan selang suhu minimum areal pertanaman yang rawan banjir dari
dan maksimum sebesar 25oC-27,7oC dan 0,75-2,68% menjadi 0,97-2,99%, dan areal
periode tahun 2001-2009 suhu udara rata- pertanaman yang mengalami puso akibat
rata mengalami peningkatan mencapai banjir meningkat dari 0,24-0,73% menjadi
27,63oC dengan selang suhu minimum dan 8,7-13,8%. Secara agregat, perubahan iklim
maksimum sebesar 24,3oC-27,7oC. Kondisi berpotensi meningkatkan penurunan
ini mengakibatkan beberapa wilayah di produksi nasional dari 2,45-5,0% menjadi
Gorontalo mengalami kejadian banjir yang lebih dari 10%.
tidak mengikuti pola banjir umumnya.
Selain itu, musim kemarau di daerah ini Laporan BPS menunjukkan bahwa
juga semakin panjang dan sulit diprediksi sampai tahun 2010, produksi padi nasional
kapan awal musim tanam bias dimulai. mencapai 66,47 juta ton dan mengalami
peningkatan sebesar 3,21% dari tahun
Sektor pertanian, selain merupakan sebelumnya, sementara pada tahun
penyumbang emisi GRK, tetapi pertanian 2011 berdasarkan angka ramalan III BPS
juga merupakan sektor yang paling terkena produksi padi akan mengalami penurunan
dampak akibat perubahan iklim, terutama sebesar 1,63% atau sebanyak 1,08 juta ton
tanaman pangan. Perubahan iklim telah dibandingkan tahun 2010. Penurunan ini
menyebabkan penurunan produktivitas diperkirakan terjadi karena penurunan
dan produksi tanaman pangan akibat luas panen yang mencapai seluas 29,07
peningkatan suhu udara, banjir, kekeringan, ribu hektar (0,22 persen) dengan tingkat
intensitas serangan hama dan penyakit, produktifitas sebesar 0,71 kuintal/hektar
serta penurunan kualitas hasil pertanian. atau 1,42%. Penurunan produksi padi
Lebih lanjut Putra dan Indradewa (2011) tahun 2011 tersebut terjadi pada subround
menjelaskan bahwa peningkatan suhu Mei sampai Agustus dimana beberapa

25
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

256.217 ton atau sebesar 7,71% dari tahun


daerah sentra produksi padi nasional sebelumnya. Demikian halnya dengan
mengalami musim kemarau, sehingga produksi kedelei. Namun tidak demikian
defisit air. Selanjutnya, pada subround halnya dengan produksi jagung yang justru
Januari sampai April dipredisksikan akan mengalami penurunan produksi yang
terjadi peningkatan sebesar 1,32 juta ton hanya sebanyak 569.110 ton atau menurun
atau sebesar 4,52% dibandingkan dengan sebesar 24,48% dari tahun sebelumnya.
produksi pada subround yang sama tahun Hal ini disebabkan wilayah ini mengalami
2010. Pada bulan-bulan tersebut daerah musim kemarau yang cukup panjang
sentra produksi padi masih mengalami sehingga defisit air. Penurunan produksi
musim penghujan. Penurunan produksi ini juga terjadi pada komoditi kacang
padi tahun 2011 tersebut diperkirakan tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar
terjadi di Jawa sebesar 2,22 juta ton, di daerah ini. Padahal komoditi-komoditi
sedangkan di luar Jawa mengalami tersebut merupakan sumber pangan
peningkatan sebesar 1,14 juta ton. masyarakat selama ini.
Untuk produksi jagung tahun 2011 Sektor pertanian terutama produksi
(angka ramalan III) yang diperkirakan pangan dikenal sebagai aktivitas ekonomi
sebesar 17,23 juta ton pipilan kering atau yang sangat banyak mengkonsumsi air.
menurun sebanyak 1,10 juta ton (5,99%) Studi Lundqvist dan Falkenmark (2007)
dibandingkan tahun 2010. Penurunan menyebutkan, untuk menghasilkan 1.000
produksi diperkirakan terjadi karena kilokalori (kkal) pangan dari tanaman,
penurunan luas panen seluas 261,82 ribu diperlukan sekitar 0,5 meter kubik air.
hektar (6,34%). Penurunan produksi padi Untuk memproduksi 1.000 kkal pangan dari
tahun 2011 tersebut diperkirakan terjadi hewan, diperlukan rata-rata 4 meter kubik
di Jawa sebesar 0,81 juta ton, sedangkan di air, walaupun angka ini bervariasi menurut
luar Jawa sebesar 0,29 juta ton. Produksi wilayah dan jenis produk yang dihasilkan.
kedelai tahun 2011 (angka ramalan III) Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa
diperkirakan sebesar 870,07 ribu ton biji perubahan iklim juga turut berdampak
kering, menurun sebanyak 36,96 ribu terhadap degradasi lahan pertanian, seperti
ton (4,08%) dibandingkan tahun 2010. erosi dan sedimentasi, tanah longsor, dan
Penurunan produksi kedelai tahun 2011 bencana banjir. Naiknya permukaan air
tersebut diperkirakan terjadi di Jawa laut mengakibatkan instrusi air laut di
sebesar 40,75 ribu ton, sedangkan di luar sebagian lahan sawah di sepanjang pantai,
Jawa diperkirakan mengalami peningkatan terutama pantai utara Jawa. Genangan
sebesar 3,79 ribu ton. Penurunan produksi tersebut selain mengakibatkan hilangnya
kedelai diperkirakan terjadi karena lahan sawah, juga menyebabkan degradasi
turunnya luas panen seluas 29,40 ribu hektar dan penurunan produktivitas lahan
atau 4,45%. Penurunan produksi kedelai akibat salinitas. Laporan Boer et al. (2009)
tahun 2011 terjadi pada subround Januari menyatakan bahwa Kabupaten Karawang
sampai April sebesar 0,29 ribu ton atau dan Subang yang merupakan sentra
0,12% karena banyak lahan pengembangan produksi pangan di Jawa Barat mengalami
kedelei yang diusahakan untuk padi sawah penurunan produksi beras sekitar 300.000
karena ketersediaan air dan subround Mei ton akibat genangan tersebut. Pada tahun
sampaiAgustus sebesar 67,62 ribu ton atau 2010, wilayah persawahan di Gorontalo
sebesar 20,65% karena memasuki musim juga banyak yang mengalami genangan
kemarau, sedangkan pada subround akibat naiknya muka air laut Teluk Tomini
September sampai Desember atau masuk dan banjir pada beberapa sungai besar
musim penghujan diperkirakan akan di DAS Limboto dan DAS Randangan.
mengalami kenaikan sebesar 30,95 ribu ton Akibatnya kerugian yang ditimbulkan oleh
(9,35%) dibandingkan dengan produksi kejadian ini cukup besar bagi petani dan
pada tahun 2010. mengganggu penyediaan pangan daerah
Pada skala lokal, laporan BPS dan nasional.
menunjukkan bahwa produksi padi
di wilayah Gorontalo sampai tahun
2010 mengalami peningkatan sebanyak

26
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

C. Strategi Antisipasi Perubahan Dan menurunkan kehilangan air melalui


Anomali Iklim evapotranspirasi dari permukaan
tanah dan tanaman.
Strategi pengelolaan lingkungan k. Pemberian mulsa dan bahan organik
pertanaman dapat dilakukan melalui yang tersedia setempat untuk
berbagai upaya perencanaan, penyesuaian, mengurangi evapotranspirasi dan
baik kegiatan pertanian, pengelolaan menjaga kelembaban tanah serta
sumberdaya maupun penerapan teknologi meningkatkan kesuburan tanah.
pertanian untuk mengatasi dampak
perubahan dan anomali iklim. Strategi l. Penerapan teknik konservasi tanah
yang ditempuh terdiri dari strategi jangka dan air yang saat ini dapat secara
pendek, menengah dan stretegi jangka langsung dilaksanakan oleh petani,
panjang, meliputi: seperti pembuatan rorak, bak-bak
penampung air, saluran buntu,
1. Strategi Jangka Pendek lubang penampung air dan lainnya.
a. Pengolahan tanah minimum untuk
mengurangi evaporasi karena 2. Strategi Jangka Menengah
permukaan tanah terbuka.
a. Pemantauan secara kontinyu
b. Penentuan waktu tanam (crop terhadap fenomena perubahan
calendar) berdasarkan data unsur- unsur-unsur iklim, terutama curah
unsur iklim yang valid dan seri data hujan, suhu udara dan kelembaban.
yang lebih panjang.
b. Perbaikan dan pemeliharaan sarana
c. Efisiensi penggunaan air melalui dan prasarana irigasi yang telah ada.
perhitungan kebutuhan air tanaman
setiap musim tanam. c. Peningkatan pembangunan jaringan
irigasi teknis, terutama pada wilayah
d. Pengelompokan tanaman dalam yang sumber airnya tersedia, tetapi
suatu bentang lahan (land-scape) banyak mengalami kegagalan panen
berdasarkan kebutuhan air yang karena kekurangan air.
sama, sehingga pengairan dapat
dikelompokkan sesuai kebutuhan d. Penerapan teknik konservasi
tanaman. tanah dan air, seperti cek dam, dan
embung pada daerah yang rawan
e. Penentuan pola tanam yang tepat kekeringan.
untuk areal yang datar maupun
berlereng. e. Pembentukan kelembagaan
pengelola dan pemanfaat air.
f. Mempercepat waktu tanam agar fase
vegetatif maupun generatif tanaman f. Pemberdayaan petani melalui
kebutuhan airnya dapat terpenuhi. pembinaan dan pembimbingan untuk
menghadapi perubahan dan anomali
g. Penerapan sistem pertanaman iklim terhadap usaha pertanian.
tumpang sari dan tumpang gilir
yang didasarkan pada kebutuhan air
setiap tanaman. 3. Strategi Jangka Panjang
h. Pemilihan varitas tanaman yang a. Perencanaan pembangunan sektor
unggul dan toleran terhadap pertanian yang lebih terpadu,
cekaman kekeringan, serta berumur sistematis dan komprehensif dengan
pendek sebagai antisipasi fenomena mempertimbangkan berbagai
terjadinya El-Nino. aspek yang tekait dengan kinerja
sektor pertanian, terutama aspek
i. Pemantauan serangan hama dan agroklimatologi.
penyakit yang umumnya terjadi saat
musim curah hujan yang panjang b. Pelibatan masyarakat secara
dan pergantian musim. partisipatif dalam setiap perencanaan
pembangunan pertanian.
j. Penggunaan pemecah angin
(wind break) untuk mengurangi c. Pola koordinasi yang baik antar
kecepatan angin sehingga instansi pemerintah, terutama yang
terkait langsung dengan sektor

27
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

pertanian melalui sinkronisasi dan kerja perubahan iklim, baik di pusat


harmonisasi program kerja. maupun daerah.
d. Pemantauan areal yang sering 2. Pengembangan dan pemberdayaan
terkena bencana akibat perubahan kelembagaan petani, seperti
dan anomali iklim secara berkala pengintegrasian sekolah lapang
dan berkesinambungan. iklim (SLI) ke dalam sekolah lapang
e. Melakukan reboisasi dan rehabilitasi pengelolaan tanaman terpadu (SLPTT)
lahan dan hutan dengan pendekatan dan sekolah lapang pengendalian hama
daerah aliran sungai (DAS). terpadu (SLPHT).
f. Pemanfaatan teknologi dalam 3. Identifikasi wilayah rawan banjir dan
membantu upaya prediksi perubahan kekeringan serta potensi sumber daya
iklim untuk mengurangi resiko air alternatif dan lahan suboptimal
kegagalan panen, seperti model down seperti lahan kering (STL-KIK) dan
scalling analysis dan general circulation lahan rawa potensial.
model. 4. Sosialisasi perangkat dan pedoman
g. Penyebarluasan informasi iklim dan penyesuaian pola tanam dan teknologi,
cuaca secara cepat, tepat dan aktual. seperti Atlas Kalender Tanam, PHT, PTT,
SPTL-KIK, dan Cetak Biru Pengelolaan
h. Pembangunan sarana dan prasarana Banjir dan Kekeringan Partisipatif.
infrastruktur pertanian yang
membutuhkan penanganan oleh 5. Pengembangan sistem penyiapan
pemerintah, seperti bendung dan sarana produksi yang antisipatif
waduk. terhadap anomali iklim, terutama benih
varietas unggul baru (VUB) adaptif dan
pupuk yang siap pakai.
D. Arahan Antisipasi Perubahan dan 6. Pengembangan teknologi dan alat
Anomali Iklim untuk Memperkuat mesin panen dan pascapanen, terutama
Ketahanan Pangan sistem pengeringan dan penggilingan
gabah.
Adaptasi Perubahan Iklim
Namun demikian, World Bank (2011)
Sektor pertanian sangat rentan terhadap
melaporkan bahwa biaya untuk melakukan
perubahan iklim karena berpengaruh
adaptasi akan tinggi dan diperkirakan biaya
pada pola tanam, waktu tanam, produksi,
adaptasi untuk Indonesia dan tiga negara
dan kualitas hasil. Dengan demikian
lain di Asia Tenggara di sektor pertanian
diperlukan upaya tanggap yang relatif
dan daerah pesisir adalah rata-rata $5
cepat dan mampu mengurangi pengaruh
milyar per tahun pada tahun 2020. Khusus
negatif dari perubahan iklim. Salah satu
Indonesia, pada tahun 2050 keuntungan
upaya yang dapat dilakuakan melalui
tahunan dari terhindarnya kerusakan
adaptasi tanaman pangan. Upaya adaptasi
akibat perubahan iklim akan melebihi biaya
yang dapat dilakukan berupa pengelolaan
tahunan. Diperkirakan, pada tahun 2100
sumberdaya tanah dan air secara optimal
keuntungan dapat mencapai 1.6 persen
dan berkelanjutan, pengelolaan tanaman
PDB (bandingkan dengan biaya sebesar
dan pertanaman yang disesuaikan dengan
0.12 persen PDB).
kondisi iklim setempat, penggunaan sarana
produksi pertanian yang efektif dan efisien,
dan penerapan teknologi pertanian tepat Diversifikasi Produksi Pangan
guna yang adaptif. Diversifikasi produksi pangan
Upaya adaptasi perlu didukung oleh merupakan aspek yang sangat penting
beberapa program, sebagaimana usulan dalam ketahanan pangan. Diversifikasi
Las et al. (2011) antara lain: produksi pangan bermanfaat bagi upaya
1. Percepatan arus informasi iklim dan peningkatan pendapatan petani dan
teknologi dengan dukungan teknologi memperkecil resiko berusaha. Diversifikasi
informasi seperti situs dan media produksi secara langsung maupun
massa, serta pembentukan kelompok tidak langsung akan mendukung upaya
penganekaragaman pangan (diversifikasi

28
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

konsumsi pangan) yang merupakan salah seiring perubahan iklim mikro maupun
satu aspek penting dalam ketahanan global, panggoba mulai ditinggalkan. Dalam
pangan. Bentuk diversifikasi produksi yang konteks ini, keberadaan panggoba sebagai
dapat dikembangkan untuk mendukung salah satu upaya penentuan waktu tanam
ketahanan pangan, antara lain: dapat dikombinasikan dengan data dan
1. Diversifikasi horizontal, yaitu informasi iklim yang dikumpulkan pada
mengembangkan usahatani komoditas stasiun pengamatan iklim. Hal ini cukup
unggulan sebagai “core of business” beralasan karena petani juga merupakan
serta mengembangkan usahatani sumber informasi iklim yang strategis,
komoditas lainnya sebagai usaha melalui pencermatan dan interpretasi
pelengkap untuk mengoptimalkan lapangan, baik menurut kearifan lokal
pemanfaatan sumberdaya alam, (local wisdom) maupun pendekatan
modal, dan tenaga kerja keluarga serta diskriptif dengan alat sederhana. Peran
memperkecil terjadinya resiko kegagalan tersebut diwujudkan melalui kelompok
usaha. Contoh bentuk diversifikasi ini tani atau sekolah lapang iklim (SLI) yang
adalah Jagung Agropolitan di Provinsi fungsinya menghasilkan, mengolah, dan
Gorontalo, Padi di Kabupaten Bolaang mengomunikasikan informasi iklim untuk
Mongondow Utara Provinsi Sulawesi menetapkan sistem usaha tani, pola tanam,
Utara. dan teknologi yang paling menguntungkan
dengan risiko paling kecil. Pendekatan SLI
2. Diversifikasi regional, yaitu akan sangat tepat jika diterapkan dalam
mengembangkan komoditas pertanian pendekatan SLPTT dan SLPHT. Selain
unggulan spesifik lokasi dalam kawasan itu, di wilayah Nusa Tenggara Timur juga
yang luas menurut kesesuaian kondisi terdapat kearifan lokal yang berkaitan
agro ekosistemnya, dengan demikian langsung dengan konservasi tanah dan
akan mendorong pengembangan air yang disebut kebekolo. Kebekolo
sentra-sentra produksi pertanian di merupakan barisan kayu atau ranting yang
berbagai wilayah serta mendorong disusun atau ditumpuk memotong lereng.
pengembangan perdagangan antar Tumpukan kayu/ranting ini berfungsi
wilayah. untuk menahan tanah yang tergerus
aliran permukaan (run off), sehingga erosi
Pembinaan Kehidupan Sosial dan tanah dapat diminimalisir. Gorontalo juga
Budaya Masyarakat memiliki beberapa varietas jagung (binthe)
Kehidupan masyarakat petani di lokal, seperti binthe kiki, binthe kalingga
perdesaan sangat dipengaruhi adat-istiadat, (tongkol merah), binthe momala, dan binthe
budaya dan agama. berkaitan dengan upaya pulo (biji berwarna putih dan ketan).
mengantisipasi kerawanan pangan akibat Untuk mengantisipasi serangan hama dan
dari perubahan iklim, kearifan manusia penyakit pada benih, petani melakukan
(local wisdom) yang selaras dengan alam molude, yaitu menyimpan benih pada
merupakan salah satu kunci keberhasilan tumpukan karung yang berisi kapur atau
upaya ini. Dari aspek adat, banyak kearifan tilo agar tahan sampai panen berikutnya.
lokal yang mulai terkikis oleh gerak laju
perkembangan zaman yang menglobal. Penguatan Ekonomi dan
Seperti halnya daerah lain, di Gorontalo Kelembagaan Petani
dikenal budaya “huyula” atau dalam
pengertian umum gotong royong yang Pengembangan ekonomi di sektor
merupakan salah satu bentuk kearifan lokal pertanian dapat dilakukan dengan
yang saat ini masih ada, walaupun mulai pendekatan agribisnis. Pengembangan
terkikis oleh perkembangan zaman. Salah pertanian melalui pendekatan agribisnis
satu kearifan lokal yang berkaitan dengan merupakan langkah yang benar dan tepat
kegiatan pertanian adalah penentuan (on the right track) karena pendekatan
waktu tanam yang didasarkan pada ilmu ini mengintegrasikan secara vertikal
perbintangan yang dikenal dengan istilah aktivitas hulu hingga hilir dan secara
“panggoba”. Sejak zaman dahulu, budaya horizontal berbagai sektor sehingga
ini dipegang teguh oleh petani. Namun mampu menciptakan keuntungan yang

29
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

layak bagi petani. Lembaga agribisnis yang konservasi lahan lainnya, 2) pemberian
perlu dikembangkan adalah kelompok subsidi pajak kepada petani di daerah
tani, perkumpulan petani pemakai air hulu, dengan cara membebankan yaitu
(P3A), koperasi dan lembaga keuangan petani daerah hilir membayar pajak (PBB)
perdesaan, penyedia sarana dan prasarana lebih besar daripada petani di hulu sebagai
produksi, pemasaran hasil, dan jasa bentuk keseimbangan dalam pemanfaatan
pelayanan alsintan. Selain kedua lembaga sumber daya lahan yang adil dan bijaksana,
tersebut, pemberdayaan penyuluh 3) penetapan kebijakan di tingkat kabupaten
lapangan juga perlu dilakukan karena dan atau provinsi tentang pengelolaan
mereka yang langsung berhadapan dengan lahan pertanian berbasis konservasi beserta
petani. Pemberdayaan kelembagaan petunjuk teknisnya agar berbagai pihak
petani bertujuan untuk meningkatkan mengetahui tata hukum dan tata kelola
partisipasi petani dalam kelembagaan pemanfaatan lahan pertanian. Salah satu
usaha tani. Kelembagaan masyarakat kendala dalam pengelolaan lahan pertanian
seperti Badan Perwakilan Desa (BPD) adalah tumpang tindih kepentingan dalam
berperan menggerakkan masyarakat dalam pengelolaan lahan. Oleh karena itu, dalam
kegiatan bersama, menumbuhkan dan upaya meningkatkan kesejahteraan petani,
meningkatkan peran masyarakat dalam sekaligus menjaga ketahanan pangan
kegiatan yang diprakarsai pemerintah maka sinkronisasi dan koordinasi lintas
setempat, serta meningkatkan kemandirian institusi perlu dilakukan untuk menjamin
petani dalam pembangunan pertanian. pelaksanaan program pembangunan
Sementara itu, koperasi unit desa (KUD) pertanian.
berperan membantu petani anggotanya
dalam memperoleh kredit, sarana produksi,
dan alat-alat pertanian serta menampung Kesimpulan
dan memasarkan hasil. Perubahan dan anomali telah
berdampak besar terhadap ketahanan
pangan nasional. Sektor pertanian selain
Kebijakan yang Berpihak penyumbang efek GRK, tetapi juga sektor
pada Pertanian yang paling terpangaruh oleh perubahan
Manfaat yang dinikmati masyarakat dan anomali iklim. Ketersediaan pangan
di daerah hilir sering kali atas biaya atau saat ini telah melebihi standar kecukupan
kerja keras masyarakat di daerah hulu. energi dan protein nasional, tetapi angka
Apabila tujuan pembangunan adalah kecukupannya belum seideal pemenuhan
menciptakan keadaan sosial ekonomi kecukupan konsumsi di tingkat rumah
yang adil dan merata maka kondisi tangga atau individu. Selain itu, produksi
yang demikian tidak akan mendukung pangan terus mengalami pelandaian dan
pencapaian tujuan pembangunan. Hal ini statgnasi bahkan peluang untuk terjadi
sejalan dengan pernyataan Fagi dan Las penurunan produksi juga cukup tinggi.
(2006) bahwa kebijakan pembangunan Oleh karena itu diperlukan strategi
yang tidak berpihak kepada pertanian akan penanganan dalam jangka pendek,
mengganggu stabilitas ketahanan pangan, menengah, dan jangka panjang. Selain
memperburuk kualitas lingkungan, dan itu, antisipasi perubahan iklim perlu juga
berdampak buruk terhadap stabilitas arahan dari berbagai aspek, antara lain
ekonomi, sosial, dan politik. Beberapa adaptasi perubahan iklim, diversifikasi
arahan kebijakan yang dapat digunakan produksi pangan, pembinaan kehidupan
adalah: 1) pemberian subsidi kepada sosial dan budaya masyarakat, penguatan
petani di daerah hulu untuk membangun ekonomi dan kelembagaan petani, serta
pengendali erosi, seperti teras dan teknik kebijakan yang berpihak pada pertanian.

30
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Sumber Rujukan
Boer, R. and A.R. Subbiah. 2005. Agriculture drought in Indonesia. p. 330-344. In
V. S. Boken, A.P. Cracknell, and R.L. Heathcote (Eds.). Monitoring and Predicting
Agricultural Drought: A global study. Oxford Univ. Press.
Boer, R., A. Buono, Sumaryanto, E. Surmaini, A. Rakhman, W. Estiningtyas, K.
Kartikasari, and Fitriyani. 2009. Agriculture Sector. Technical Report on Vulnerability
and Adaptation Assessment to Climate Change for Indonesia’s Second National
Communication. Ministry of Environment and United Nations Development
Programme, Jakarta.
Las, I., A. Pramudia, E. Runtunuwu, dan P. Setyanto. 2011. Antisipasi perubahan
iklim dalam mengamankan produksi beras nasional. Jurnal Pengembangan Inovasi
Pertanian 4(1): 76-86.
Mudiarso, D. 2003. Sepuluh tahun perjalanan negosiasi konvensi perubahan iklim.
Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2003, hlm. 11.
Suryana, A. 2005. Kebijakan ketahanan pangan nasional. Makalah Simposium
Nasional Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era Otonomi dan Globalisasi,
Faperta, IPB, Bogor, 22 November 2005.
World Bank. 2011. Adaptasi terhadap Perubahan Iklim. Policy Brief World Bank.

31
Edisi 4 / November / 2011

III
Ketahanan Pangan
Foto : ANTARA/Musyawir

yang Berkedaulatan

Oleh : Rahardjo MSc. *

*Dosen Sosiologi Pertanian dan Pedesaan Jurusan Sosiologi FIsipol UGM.

33
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Pendahuluan saat ini bukan sekedar isu-isu yang


Pangan. Itulah kebutuhan dasar termediasi (mediated issues) yang menghias
yang harus dipenuhi manusia sebagai pelbagai bentuk media yang sering sarat
makluk biologis. Setinggi apapun tingkat dengan kepentingan dan tujuan politis
kemajuan peradaban suatu bangsa atau tertentu. Kerawanan pangan saat ini benar-
suatu kelompok masyarakat tidak akan benar merupakan ancaman nyata dan
terhindar dari pernilaian tentang sejauh bersifat laten. Beberapa hasil pengamatan
mana bangsa atau masyarakat tersebut beserta gambaran kondisi pangan dunia
mampu mencukupi kebutuhan pangan saat ini benar-benar mengindikasikan
warganya. Adalah suatu aib besar adanya gejala nyata kerawanan dan krisis
seandainya terjadi bencana kelaparan pangan itu. Untuk gambaran kerawanan
menimpa suatu negara yang terkenal dan pangan umumnya, beras maupun non-
sangat tinggi peradabannya Dalam sejarah beras, Program Pangan Sedunia (World
panjang evolusi kehidupan manusia telah Food Program) berdasar pengamatan yang
terjadi proses perkembangan dan kemajuan sistematis telah mengantisipasi akan
peradaban, yakni dari masyarakat terjadinya kerawanan pangan akut pada
pemburu-peramu (food gathering economics), tahun 2020. Sedangkan untuk penduduk
masyarakat agraris ke masyarakat industri. dunia yang makanan pokoknya beras,
Menurut akal sehat (common sense), Organisasi Pangan dan Pertanian PBB
seharusnya masyarakat agraris dapat (FAO-UNO) telah membuat perhitungan
mencukupi pangan warganya lebih baik bahwa pada tahun 2025 nanti kebutuhan
ketimbang masyarakat pemburu dan beras secara global akan mencapai 800 juta
peramu. Namun, sejumlah kajian, seperti ton, padahal pada saat ini kemampuan
misalnya oleh Sahlins, telah menemukan produksi beras dunia kurang dari 600
kenyataan bahwa masyarakat !Kung ton. Kekurangan lebih dari 200 juta ton
dan Hadza, di Afrika, yang termasuk jelas mengindikasikan adanya kerawanan
masyarakat pemburu dan peramu pangan apabila tidak ada tindakan yang
ternyata berkelimpahan pangan yang sepadan untuk mengatasinya. Kenyataan
bergizi dan tidak menyita waktu maupun itu sekaligus juga menunjukkan adanya
tenaga untuk mendapatkannya. Sahlins jurang yang cukup lebar antara kemampuan
menyebut mereka ini sebagai “masyarakat produksi dan konsumsi pangan dunia. FAO
aseli yang makmur” (Sahlins dalam S.K. juga memperkirakan bahwa sedikitnya
Sanderson, terjemahan 1993). Sebaliknya, ada 37 negara, termasuk Indonesia, yang
pada masyarakat agraris terdapat banyak saat ini mengalami kerawanan pangan.
gambaran tentang petani yang harus kerja Di sejumlah negara seperti Haiti, Filipina,
keras, membanting tulang dan sangat Mesir, dan juga Indonesia, telah terjadi
menyita waktu hanya sekedar untuk kenaikan harga pangan hingga 50 – 100%.
memenuhi kebutuhan subsisten mereka. Khusus untuk Indonesia, gambarannya
Gambaran ini menunjukkan kenyataan tidak kurang meresahkan dibanding
bahwa kemajuan peradaban tidak selalu gambaran global. Sebagai contoh, pada
paralel dengan tingkat kemampuan tahun 2002 terdata adanya 21,7% penduduk
memenuhi kebutuhan pangan. rawan pangan. Daerah rawan pangan juga
Paradoks itu terus berlanjut hingga meningkat dari 40,5% pada tahun 2001
era globalisasi saat ini. Adalah suatu ironi menjadi 48,0% dari total kabupaten/kota
bahwa di tengah era globalisasi yang di Indonesia pada tahun 2002. Kerawanan
ditandai oleh kemajuan peradaban dengan itu juga ditunjukkan oleh ketergantungan
kemajuan teknologi yang sangat luar biasa impor pangan dari luar negeri. Departemen
saat ini umat manusia justru dihadapkan Perindustrian dan Perdagangan mencatat
pada hadirnya masalah kerawanan pangan adanya impor beras hingga mencapai 1,5
akut, yang di beberapa daerah di Afrika juta ton. Jumlah ini jauh melebihi jumlah
bahkan telah menjelma menjadi krisis impor tahun-tahun sebelumnya. Sebagai
pangan dengan tragedi kemanusiaan yang perbandingan, pada tahun 1997 misalnya,
memilukan. impor beras hanya sebanyak 349.000 ton.
Pembangunan nasional yang bias industri
Ancaman kerawanan dan krisis pangan yang mengabaikan pengembangan potensi

34
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

pangan lokal dan pemenuhan kebutuhan manusia tentu tidak tinggal diam. Respons
warga, telah mengakibatkan Indonesia atau tindakan apapun yang akan mereka
terjebak dalam arus impor pangan yang ambil tidak akan lepas dari pemikiran
menghabiskan lebih dari 50 triliun rupiah tentang (1) apa yang menyebabkan
(setara 5% dari APBN) untuk impor pangan terjadinya kerawanan atau krisis pangan,
(Kompas, 28-08-2009). Kebutuhan akan dan (2) bagaimana cara yang terbaik dan
impor beras ini memang tidak terelakkan efektif untuk mengatasi ancaman itu;
bila kebutuhan beras nasional didasarkan
atas konsumsi per kapita per tahun
diperhitungkan sebanyak 133 kg. Dengan Malthusian versus
jumlah penduduk sebanya 220 juta jiwa determinis teknologi.
maka kebutuhan beras adalah 29,6 ton. Kesadaran manusia akan ancaman
Sedangkan produksi beras gabah kering kerawanan pangan tidak hanya muncul
panen adalah 50,46 juta ton (setara dengan akhir-akhir ini, yakni setelah merebaknya
28,26 juta ton beras). Dengan demikian kasus-kasus krisis pangan skala global
masih terdapat kekurangan sekitar satu yang disertai tragedi-tragedi kemanusiaan
juta ton. Terdapat sinyalemen lainnya lagi yang memilukan. Kesadaran itu sudah
yang memantapkan pendapat tentang lama muncul, terlebih setelah ilmu
ketergantungan impor beras dari luar, pengetahuan modern (modern science)
yakni bahwa selama 10 tahun terakhir laju hadir di tengah kehidupan manusia. Ilmu
pertumbuhan produksi beras hanya 50% pengetahuan telah membantu manusia
dari pertumbuhan penduduk (Sebastian untuk memahami gejala kerawanan pangan
Margino, Tranggono dalam Sunyoto tidak hanya sebatas rekaman pengalaman
Usman, 2004). Ketergantungan pada impor subyektif yang bersifat sesaat dan lokal
pangan dengan sendiri akan mengundang dari orang atau kelompok masyarakat
keresahan : bagaimana jika suatu saat ke yang mengalami bencana kelaparan,
depan stok pangan dunia habis sehingga melainkan membantu manusia untuk
kita tidak lagi bisa mengimpor pangan ? memperoleh pengetahuan yang lebih luas,
Petunjuk-petunjuk akan datangnya obyektif, dan mengandung wawasan ke
ancaman kerawanan dan krisis pangan depan, prediktif. Sebagai contoh, Thomas
tidak hanya datang dari paparan data, Robert Malthus ahli ekonomi Inggris yang
informasi dari pelbagai media, analisis terkenal dengan rumusan deret ukur untuk
ilmiah, maupun pengalaman nyata dari pertumbuhan penduduk dan deret hitung
mereka yang menjadi korban krisis untuk pertumbuhan sumber nafkah, pada
pangan. Petunjuk itu juga datang dari alam tahun 1798 lewat bukunya An Essay on the
yang seolah sedang unjuk kuasa, yang Principle of Population, telah mengantisipasi
seolah ingin mengingatkan manusia akan adanya kerawanan pangan.
keterbatasannya, dan bahwa manusia itu Teori Malthus telah demikian
hanya sekedar bagian dari alam, bukan terkenalnya sehingga tidak hanya
sebaliknya. Banjir bandang maupun menjadi acuan para ilmuwan dan
kekeringan panjang yang menyebabkan pakar dalam berwacana dan beranalisis
gagal panen, anomali cuaca dam iklim tentang kependudukan, melainkan juga
yang merusak sistem pertanian yang berpengaruh terhadap upaya-upaya
telah melembaga sekian lama, dan pengendalian penduduk. Terutama dengan
ketidak pastian akan ketersediaan pangan munculnya pelbagai masalah yang berkaitan
akibat “ulah atau kemurkaan” alam itu dengan pesatnya pertambahan penduduk
menjadikan manusia semakin sadar dan dunia, termasuk masalah kemiskinan dan
miris akan datangnya ancaman kerawanan kerawanan pangan, pemikiran Malthus itu
dan krisis pangan. menjadi semakin populer sebagai acuan
Bagaimana respons dan tindakan untuk program-program pengendalian
manusia terhadap ancaman kerawanan penduduk. Disimpulkan secara sederhana,
dan krisis pangan yang semakin pelajaran yang dapat dipetik (lesson learned)
mengkawatirkan dan mendunia ini dari teori Malthus adalah bahwa untuk
? Sebagai makluk paling cerdas yang mengendalikan pertambahan penduduk
diciptakan Tuhan, menghadapi ancaman itu yang pesat perlu dilakukan upaya

35
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

pembatasan kelahiran. Program Keluarga dengan meningkatkan kemajuan teknologi


Berencana dalam pelbagai modelnya yang handal untuk mengatasi masalah
adalah salah satu contoh pengaruh Malthus kerawanan pangan (determinis teknologi).
terhadap pentingnya upaya pengendalian Pertanyaan kritis yang muncul
pertambahan penduduk. adalah : sejauh mana dua perspeksi ini
Namun dengan semakin dapat dijadikan pegangan yang handal
berkembangnya ilmu pengetahuan dalam memecahkan masalah kerawanan
modern, khususnya kemajuan dan krisis pangan dunia saat ini ?
teknologinya, kesahihan (validity) teori Seandainya pertambahan penduduk dapat
Malthus yang berkait dengan ketersediaan dikendalikan, bagaimana memecahkan
(kerawanan) pangan mulai mendapat masalah kesenjangan dan perbedaan-
gugatan. Determinis teknologi lebih perbedaan antara negara-negara maju
meyakini kemampuan dan kehandalan dan negara-negara dunia ketiga (miskin,
teknologi dalam memecahkan pelbagai pinggiran) ? Adakah suatu sistem distribusi
masalah yang dihadapi manusia, termasuk pangan yang adil yang mampu memintasi
masalah kerawanan pangan. Para kesenjangan dan perbedaan-perbedaan
determinis teknologi ini yakin bahwa ilmu itu dalam mencukupi kebutuhan pangan
pengetahuan modern dengan teknologi dunia ? Seandainya teknologi yang
canggihnya akan selalu mampu menaikkan canggih dapat meningkatkan produksi
produktivitas pangan sedemikian sehingga pangan sedemikian rupa sehingga dapat
dapat mengatasi masalah kerawanan memberi makan penduduk dunia (feed the
dan krisis pangan yang disebabkan oleh world) sebesar apapun pertambahannya,
pertambahan penduduk. Dalam kaitan bagaimana dengan sistem distribusinya ?
ini, Revolusi Hijau umumnya dijadikan Apakah sistem ekonomi pasar (kapitalisme)
referensi untuk menunjukkan kehandalan dunia tidak mempengaruhi sistem
teknologi modern dalam mengatasi distribusi itu ?
masalah kerawanan dan krisis pangan.
Teori Malthus tentang cepatnya Teknologi modern dalam bingkai
pertambahan penduduk yang seirama ekonomi pasar (kapitalisme) global
dengan deret ukur hakikatnya berlandas
pada asumsi “jika tidak terjadi intervansi Sejumlah pikiran umum mengenai upaya
pada pertumbuhan alami kelahiran menanggulangi ancaman kerawanan dan
manusia”. Intervensi semacam program krisis pangan global banyak yang tertuju
KB yang sangat efektif tentu akan pada sektor pertanian dan desa. Program
menggugurkan rumusan pertambahan Pangan Sedunia (World Food Programme/
penduduk yang seperti deret ukur. WFP) telah melakukan kampanye besar-
Ditafsirkan dari asumsi ini, Malthus besaran mengantisipasi secara sistematis
hakikatnya seorang determinis kekuatan dalam rangka menyiasati kerawanan
alam, sehingga pertentangan pendapat pangan global (global food insecurity) yang
antara Malthusian dengan determinis diperkirakan akan menjadi lebih akut
teknologi tidak lain adalah pertentangan pada tahun 2020. Terdapat konsensus di
pendapat antara mereka yang menganut antara semua negara bahwa penggalakan
determinasi (kekuatan) alam dengan sektor pertanian memang jalan yang
determinis teknologi. Maka dipahami harus ditempuh. Dalam kaitan ini Bank
dari dua perspektif itu -Malthusian Dunia juga telah memperhitungkan
versus determinis teknologi- sumber bahwa penurunan tingkat kemiskinan dan
penyebab terjadinya kerawanan atau kelaparan yang parah pada tahun 2015
krisis pangan adalah karena cepatnya tidak akan tercapai jika sektor pertanian
pertambahan penduduk (Malthusian) dan pedesaan terabaikan. Perhitungan
atau karena rendahnya tingkat tekonologi mengenai kecenderungan itu disampaikan
(determinis teknologi). Dengan demikian, dalam Laporan Pembangunan Dunia
mengikuti alur pikir dalam perspeksi itu, (World Development Report/WRD) yang
pemecahan masalah kerawanan pangan diluncurkan Bank Dunia di Washington
adalah dengan terutama mengendalikan DC, 20 Oktober, 2007 (Kompas, 22 Oktober,
pertambahan penduduk (Malthusian) atau 2007). Namun terdapat petunjuk bahwa di

36
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

balik kampanye untuk lebih memerhatikan dari api. Haiti adalah contoh tipikal
sektor pertanian dan desa itu nampaknya korban praksis pasar bebas. Sekitar dua
mereka memiliki agenda tersendiri yang puluh tahun lalu dengan sistem pertanian
bias kepentingan ekonomi pasar, tidak tradisionalnya Haiti menghasilkan 170.000
mengutamakan feed the world. ton beras yang jumlah itu cukup untuk
Langkah-langkah untuk itu telah 95% konsumsi beras rakyat Haiti. Setelah
lama dipersiapkan. Pada tahun 1946 PBB terkena perangkap hutang dari IMF yang
membentuk General Agreement on Tariff oleh karenanya juga terkena “perangkap
and Trade (GATT). GATT adalah sebuah perdagangan bebas” (berupa penurunan
organisasi internasional yang bertujuan tarif impor beras dari 35% menjadi 3%)
untuk membangun asas-asas dan aturan- maka 75% kebutuhan beras rakyat Haiti
aturan multilateral dalam perdagangan berasal dari Amerika Serikat.
antar negara-negara di dunia. Kemudian, Kasus Haiti yang menjadi korban
untuk memantapkan pelembagaan sistem dari perdagangan bebas itu hakikatnya
perdagangan bebas itu dibentuklah wadah merupakan cerminan dari nasib negara-
baru, yakni World Trade Organization negara dunia ketiga umumnya. Negara-
(WTO). Khusus dalam bidang pertanian, negara maju yang merupakan pemain
persetujuan antara negara-negara yang utama perdagangan bebas menghendaki
terlibat tertuang dalam apa yang disebut adanya kesetaraan dalam transaksi
Perundingan Putaran Uruguay-GATT perdagangan antar negara, tidak dihadang
yang dalam garis besarnya berisi reformasi oleh tarif (impor) yang tinggi dan proteksi
jangka panjang terhadap tata perdagangan yang diadakan oleh negara-negara
hasil pertanian dunia serta kebijaksanaan terkait (mereka seolah “kura-kura dalam
negara anggota dalam perdagangan hasil perahu” bahwa kenyataannya terdapat
pertanian. Maka mulai saat itu sejatinya kesenjangan antara negara-negara maju
suprastruktur global untuk kelancaran industrial dan negara-negara dunia
arus dan perkembangan perdagangan ketiga, dan tidak tepat untuk disetarakan).
bebas global telah terbentuk. Sekalipun Bagi mereka perdagangan bebas akan
kesepakatan yang telah dicapai dalam memungkinkan terjadinya persaingan
GATT/WTO sebagian besar baru dapat bebas dalam rangka mengejar keuntungan
dilaksanakan negara-negara dunia ketiga yang sebesar-besarnya. Orientasi mereka
pada tahun 2020, namun suasana dalam untuk selalu mengejar keuntungan
dunia usaha termasuk dalam bidang mendorong mereka untuk melihat
pertanian telah diwarnai oleh liberalisasi segala sesuatu sebagai peluang untuk
perdagangan (Rahardjo, 2009). Tentu saja mencari keuntungan. Maka dilihat dari
pemain aktif dalam kegiatan liberalisasi sudut pandang mereka kerawanan dan
perdagangan, termasuk dalam bidang krisis pangan adalah merupakan gejala
pertanian, sejak waktu itu (1946) adalah “meningkatnya permintaan terhadap
negara-negara industri Barat dengan pangan” yang merupakan peluang emas
MNC-nya (Multi National Corporation) untuk bisnis ketimbang melihatnya sebagai
maupun IMF (International Monetary peristiwa kemanusiaan yang mengundang
Fund) dan IBRD-nya (International Bank for keprihatinan.
Reconstruction and Development). Mereka menggunakan teknologi modern
Ada sejumlah janji manis yang sebagai senjata utamanya. Industrialisasi
disodorkan kepada dunia dengan dan kapitalisasi pertanian menjadi
diterapkannya liberalisasi perdagangan, konsep dasar dalam gerakan mereka
antara lain bahwa : perdagangan bebas mengatasi kerawanan dan krisis pangan.
dapat mengalokasikan sumber daya Rice estate, hibrida, agrotek, bioteknologi,
secara efisien, perdagangan bebas yang dan transgenik adalah temuan-temuan
terbuka merupakan sarana alih teknologi teknologi baru yang mereka pandang
dari negara maju ke negara berkembang, sebagai jawaban atas kerawanan dan
perdagangan bebas bisa menghentikan krisis pangan. Lewat penggunaan
perilaku birokrasi yang menghambat teknologi pertanian yang baru ini mereka
perkembangan ekonomi (H.S. Dillon, 1999). mengklaim telah tercapainya peningkatan
Namun dalam kenyataannya jauh panggang produksi pangan. Menurut World Resource

37
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Institute produksi pangan global per kapita nada sumbang serta pernilaian kritis
telah meningkat secara signifikan dalam terhadap industrialisasi pertanian
beberapa tahun terakhir. Indikator dari semakin terdengan santar. Sebagaimana
keberhasilan itu ditunjukkan lewat fakta misalnya yang terdapat dalam tulisan
bahwa pada tahun 2006 secara global J.E. Horne dan M. McDermott dalam The
jumlah orang yang mengalami kelebihan Next Green Revolution : Essential Steps to a
berat badan telah melampaui mereka yang Healthy, Sustainable Agriculture, 2001 yang
kekurangan berat badan. Sebuah artikel dari menyatakan bahwa industrialisasi pertanian
BBC memberikan contoh gambaran bahwa akan mengakibatkan : rusaknya ekologi,
pada tahun 2004 Cina yang sangat padat rusaknya sumber-sumber alam yang
penduduknya itu telah mengalami epidemi esensial yang ke depan akan memerosotkan
obesitas (Wikipedia Encyclopedia). produksi pertanian, hadirnya paparan-
Tentu saja generalisasi tentang paparan kimia yang membahayakan anak-
keberhasilan penanggulangan krisis anak (generasi mendatang), serta rusaknya
pangan lewat perpaduan teknologi baru komunitas desa yang dengan demikian
dan ekonomi pasar itu segera terlihat akan mengancam kelestarian pertanian.
“keganjilannya”. Pada tahun 2003 FAO
mencatat adanya 852 juta orang yang Kondisi dan potensi negara-negara
mengalami kelaparan kronis karena sangat berkembang.
miskin, dan terdapat dua milyar orang
di dunia ini yang mengalami kerawanan Bagaimana upaya manusia mengatasi
pangan dalam pelbagai derajatnya kerawanan dan krisis pangan bukanlah
berkelindan dengan tingkat kemiskinan sekedar urusan orang-perorang, melainkan
mereka. Korban paling parah dari epidemi lebih merupakan urusan kolektif, baik pada
kerawanan pangan ini disandang oleh tingkat masyarakat sipil/lokal maupun
kebanyakan negara-negara dunia ketiga negara. Dalam gerakan global mengatasi
hingga kini tanpa perubahan yang ancaman kerawanan dan krisis pangan,
signifikan. negara memiliki peran yang besar dan
dominan. Langkah-langkah apa yang akan
Dari sekedar gambaran di atas menjadi diambil tidak terlepas dari kondisi dan
jelas bahwa tekonologi baru yang diyakini potensi yang dimiliki negara itu, khususnya
kaum determinis teknologi sebagai sarana yang menyangkut sektor pertanian serta
paling handal untuk mengatasi kerawanan masyarakatnya (desa). Dalam hal ini perlu
dan krisis pangan masih belum benar-benar dibedakan antara negara-negara maju,
teruji karena selama ini bias kepentingan kaya, dan negara-negara dunia ketiga yang
ekonomi pasar global yang merupakan lajim disebut negara-negara berkembang.
representasi dari kiprah kapitalisme
liberal. Apakah teknologi baru itu benar- Negara-negara maju, kaya, hakikatnya
benar dapat diandalkan untuk mengatasi bukan negara-negara yang nyata-nyata
kerawanan dan krisis pangan seandainya menghadapi ancaman kerawanan dan
dilepaskan dari libatan ekonomi pasar krisis pangan. Negara-negara maju
(global) ? Sejauh ini nampaknya belum ada memang bisa dan pernah mengalami krisis
kajian tentang itu. Mungkin hingga saat ini ekonomi namun tidak lajim mengalami
belum ada penerapan teknologi baru yang krisis pangan terlebih bencana kelaparan
murni untuk tujuan feed the world tanpa seperti banyak terjadi di beberapa negara
bias tujuan-tujuan ekonomik, politik, atau di Afrika. Sebaliknya, sebagaimana telah
lainnya. Memang, kehandalan teknologi dikemukakan di atas, negara-negara ini
baru dalam meningkatkan produktivitas bahkan mengambil keuntungan dari
pangan, sebagaimana misalnya situasi rawan dan krisis pangan, yakni
terverifikasi dalam program Revolusi dengan mengomodifikasikan pangan demi
Hijau, tidak diragukan lagi. Penerapan mengejar keuntungan. Sebagaimana telah
teknologi baru dalam bidang pertanian, digambarkan di atas, dengan teknologi
atau ada yang menyebutnya industrialisasi modernnya mereka mengendalikan
pertanian, memang telah menunjukkan produksi dan distribusi pangan dunia
kenaikan produktivitas pertanian yang sehingga -seperti kasus Haiti- masyarakat
signifikan. Namun akhir-akhir ini nada- dunia ketiga terperangkap dalam

38
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

ketergantungan terhadap dunia maju. masyarakat negara-negara berkembang


Negara-negara berkembang di sebelum merdeka adalah merupakan
lain pihak benar-benar secara nyata masyarakat tradisional. Dalam hal ini perlu
menghadapi ancaman serta akibat dari diketengahkan catatan berkait dengan
kerawanan dan krisis pangan. Gambaran validitas teori David Riesman cs, yakni
umum tentang masyarakat negara-negara bahwa ketika teori itu diketengahkan
berkembang berkait dengan kerawanan dunia masih belum mengalami proses
dan krisis pangan adalah : (1) masih transparansi yang dibawakan arus
dominannya budaya peasantry dengan globalisasi sehingga dikotomi modern dan
sistem pertanian tradisionalnya, dan (2) tradisional masih terlihat jelas. Salah satu
tingginya pertambahan penduduk yang ciri masyarakat tradisional adalah tingkat
untuk sebagian negara bahkan terjadi kelahiran yang tinggi, tetapi disertai
peledakan penduduk. oleh tingkat kematian yang tinggi pula.
Akibatnya, angka pertumbuhan penduduk
Peasantry adalah pola masyarakat petani menjadi rendah. Ketika negara-negara itu
di Eropa tatkala masih jaman monarki yang merdeka, masyarakatnya mulai mengenal
lajim disebut era feodalisme. Ciri-ciri umum kehidupan modern, termasuk dalam
peasant adalah : (1) petani produsen yang bidang kesehatan modern. Akibatnya,
subsisten, sekedar memenuhi kebutuhan angka kematian menjadi rendah ketika
sendiri (keluarga), tidak untuk mencari angka kelahiran masih tinggi ( D. Riesman
keuntungan, (2) orientasinya cenderung cs dalam D McClelland, 1955). Pertambahan
pedesaan dan tradisional tetapi memiliki penduduk yang tinggi sangat tidak
keterkaitan erat dengan kebudayaan kota menguntungkan bagi masyarakat petani,
atau pusat kekuasaan terntentu, dan (3) karena akan mengakibatkan fragmentasi
jarang yang sepenuhnya self-sufficient atau semakin menyempitnya pemilikan
(memenuhi kebutuhan sendiri) (E.M. lahan pertanian. Kondisi semacam ini yang
Rogers, 1969). Di Indonesia terutama mengakibatkan muncul dan menjamurnya
di Jawa juga terdapat petani semacam petani gurem, buruh tani, petani tunakisma
peasant di Eropah, terutama di sekitar (landless farmer) yang jumlahnya semakin
daerah kerajaan semacam Yogyakarta atau besar, di samping terciptanya sistem
Surakarta. Peasant dengan ciri-ciri umum penyakapan (bagi hasil) yang tidak
sebagaimana dikemukakan oleh E.M. Rogers adil. Misalnya, petani penggarap hanya
tersebut juga terdapat di daerah-daerah mendapat sepertiga bagian sementara
yang tidak memiliki ikatan atau di bawah menurut UUPBH seharusnya mendapatkan
kekuasaan raja. Mereka ini secara umum separoh hasil produksi.
disebut petani tradisional karena tidak
menggunakan teknologi yang memadai Itulah gambaran kondisi masyarakat
dalam cara bertani mereka. Dengan negara-negara berkembang umumnya,
demikian tingkat produktivitas pertanian termasuk Indonesia. Ketiadaan teknologi
mereka rendah bukan sekedar karena tidak dan sistem pertanian yang maju, sikap
menggunakan pengetahuan dan teknologi budaya yang masih subsisten alias
modern dalam kegiatan pertaniannya, minimalis, pemilikan lahan yang sempit
melainkan juga karena budaya subsistensi atau bahkan tidak memilikinya, adalah
yang orientasi produksinya tidak untuk merupakan kondisi umum para petani
mencari keuntungan. negara-negara berkembang umumnya yang
karena itu tidak memungkinkannya untuk
Pertambahan penduduk yang tinggi menaikkan tingkat produktivitas pertanian
adalah merupakan ciri umum negara- yang sepadan dalam menghadapi ancaman
negara yang baru merdeka yang kemudian kerawanan dan krisis pangan. Dihadapkan
terkenal dengan sebutan negara-negara pada tuntutan untuk mengatasi kerawanan
berkembang. Mengapa pertambahan dan krisis pangan global disatu pihak dan
penduduk di negara-negara ini tinggi ? tuntutan negara-negara maju tentang
Terdapat sejumlah penjelasan mengenai diterapkannya liberalisasi perdagangan
hal ini, seperti misalnya yang dikemukakan dunia di lain pihak, maka negara-negara
oleh David Riesman cs. Menurut David berkembang saat ini tengah terperangkap
Riesman cs dalam teori Curve-S-nya, dalam masalah ganda : di satu pihak

39
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

terganjal oleh keterbelakangan teknologi (termasuk impor pangan dari luar) atau
hingga mengalami kesulitan dalam melakukan oleh sistem produksi komunitas setempat
peningkatan produksi pangan untuk mengejar (dalam negeri). Dengan demikian program
laju pertambahan penduduk yang cepat, di ketahanan pangan yang mengadopsi
lain pihak harus menghadapi liberalisasi batasan ini memberikan pintu masuk yang
perdagangan (cq hasil-hasil pertanian) yang lebar bagi liberalisasi perdagangan dalam
membelenggu negara-negara berkembang bidang pertanian.
dalam jeratan ketergantungan terhadap negara Apa yang dimaksud kemandirian
maju (Rahardjo, 2007). pangan ? Menurut Deptan, kemandirian
pangan adalah kemampuan suatu
Antara ketahanan pangan, kemandirian negara menjamin seluruh penduduknya
pangan, dan kedaulatan pangan. memperoleh pangan yang cukup, mutu
yang layak dan aman, didasarkan pada
Dengan kondisi semacam itu, optimalisasi pemanfaatan dan berbasis
bagaimana gambaran umum tindakan- pada sumber daya lokal.
tindakan yang diambil negara-negara
berkembang, khususnya Indonesia ? Agak berbeda dengan pengertian
Terdapat tiga konsep dasar yang secara substansial yang terkandung dalam
umum diadopsi sejumlah negara lewat batasan ketahanan di atas, baik dari FAO
program-programnya dalam upaya maupun Undang-undang Pangan, maka
menanggulangi ancaman kerawanan dan dalam batasan kemandirian pangan telah
krisis pangan, yakni ketahanan pangan, terdapat penekanan pada peran sumber
kemandirian pangan, dan kedaulatan pangan. daya lokal. Dengan lain perkataan dalam
Secara konseptual perbedaan antara ketiga batasan tersebut telah diperhitungkan
konsep ini sebenarnya sudah cukup jelas, “ancaman” bahaya ketergantungan dari
namun dalam tataran praksisnya –ketika pihak luar. Namun “kemampuan suatu
dijabarkan dalam program dan terlebih negara” yang terdapat dalam batasan
pada tingkat pelaksanaannya- terjadi tersebut mengindikasikan terbukanya
ketidak-jelasan dan bahkan distorsi- peluang bagi campur tangan negara yang
distorsi. besar dalam urusan pertanian. Ditafsirkan
secara kritis hal ini akan bisa berarti masih
Menurut FAO, ketahanan pangan akan lestarinya (dalam kasus Indonesia)
didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana pendekatan blue-print atau top-down dalam
semua orang, setiap waktu, mempunyai pembangunan pertanian. Dengan kata
akses fisik, sosial dan ekonomi pada bahan lain, batasan tersebut secara substansial
pangan yang aman dan bergizi sehingga belum benar-benar membuka diri untuk
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, diterapkannya learning-process approach
sesuai dengan kepercayaannya sehingga atau pendekatan bottom-up. Perlu dicatat
bisa hidup secara aktif dan sehat. Sementara dalam kaitan ini bahwa dari era Orla, Orba
itu, sebagai perbandingan, Undang-undang dan bahkan hingga saat ini Indonesia belum
Pangan mendefinisikan ketahanan pangan benar-benar menerapkan secara nyata
sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi sekalipun rejim Reformasi awalnya telah
setiap rumah tangga, yang tercermin dari menjanjikan diterapkannya paradigma
tersedianya pangan pangan yang cukup baru dalam pembangunan yakni learning
baik jumlah maupun mutunya, aman, process approach. Pertanyaan kritis
merata dan terjangkau. mengikuti realita yang tergelar sejauh ini
Ditafsirkan secara kritis dari terjadi di Indonesia adalah : mungkinkah
sudut pandang tertentu, baik batasan dari tercipta kemandirian bila tidak benar-
FAO maupun Undang-undang Pangan benar membangun kekuatan dari bawah,
terdapat kesamaan dalam penekanannya dari masyarakat tani desa ?
pada keterpenuhan atau ketersediaan Bagaimana dengan batasan kedaulatan
pangan yang bisa diakses komunitas baik pangan ? Menurut Deptan kedaulatan
secara kuantitas maupun kualitas. Dalam pangan adalah kebebasan dan kekuasaan
batasan tersebut tidak dipersoalkan apakah rakyat dan komunitasnya dalam menuntut
ketersediaan atau keterpenuhan pangan dan mewujudkan hak untuk mendapatkan
itu dihasilkan lewat intervensi pihak luar

40
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

dan memproduksi pangan dan melawan para pengambil keputusan (decision makers)
kekuasaan lain yang merusak sistem lainnya di tengah kehidupan bangsa dan
produksi pangan rakyat. dunia yang telah mengglobal. Sudah
Batasan kedaulatan pangan ini pasti banyak faktor, kandungan masalah,
secara substansial berbeda sekali dengan serta implikasi-implikasi yang terkait
ketahanan pangan dan kemandirian atau bahkan terlekat pada pilihan apapun
pangan. Dilihat dari satu perspeksi bahkan yang diambil. Faktor-faktor, kandungan
berseberangan. Ditafsirkan secara ekstrim masalah, serta implikasi-implikasi itu
batasan ini mengandung arti penolakan harus benar-benar diperhitungkan untuk
rakyat dan komunitasnya (masyarakat mencegah terjadinya masalah yang besar
desa, masyarakat sipil) terhadap campur dan membahayakan kehidupan bangsa di
tangan pihak luar dalam (cara) pengadaan kemudian hari. Sebab, pilihan-pilihan itu
pangannya. Pihak luar bisa diartikan menyangkut kebutuhan dasar manusia
intervensi ekonomi pasar dengan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi.
teknologi baru/modern-nya atau bahkan Ihwal apa yang menyulitkan pemerintah
juga intervensi pemerintah/negara yang dalam melakukan pilihan-pilihan ? Ada dua
program-programnya bersifat replacement kubu kepentingan yang masing-masing
(penggantian yang tradisional dengan memiliki kandungan faktor, masalah, dan
yang modern). Kedaulatan pangan dalam implikasi yang berbeda atau bahkan saling
pengertian yang dirumuskan Deptan itu bila berbenturan yang tidak bisa dihindari
diadopsi sesuai dengan arti substansialnya pemerintah dan decision makers lainnya
dalam program-program pembangunan dalam melakukan pilihan. Dua kubu
pemerintah akan lebih sinkron untuk kepentingan itu adalah kubu kepentingan
penerapan pendekatan bottom-up maupun perdagangan bebas dan kubu kepentingan
learning process. sektor pertanian dalam negeri (Indonesia).
Kubu kepentingan perdagangan bebas
menghendaki dilakukannya lintas niaga
Penutup. yang transparan, bebas hambatan antar
Konsep dasar mana yang paling tepat negara. Oleh karena itu mereka menuntut
untuk dijadikan acuan dalam merumuskan dilakukannya penyesuaian struktural
program penanggulangan kerawanan dan (structural adjustment) dari negara-negara
krisis pangan ? Konsep dasar ketahanan yang terlibat. Secara demikian terbuka bagi
pangan, kemandirian pangan, kedaulatan terjadinya persaingan bebas. Penurunan
pangan, atau lainnya ? Pertanyaan- atau pemangkasan tarif impor hasil-hasil
pertanyaan ini memang hanya pertanyaan pertanian, meniadakan proteksi dan
simulatif, karena dalam kenyataannya subsidi dalam bidang pertanian, adalah
saat ini pemerintah telah memiliki contoh dari penyesuaian struktural itu.
kebijaksanaan dengan agenda dan program Di lain pihak, kubu kepentingan sektor
tersendiri menyangkut penanganan pertanian justru menginginkan sebaliknya.
ancaman kerawanan dan krisis pangan. Menyadari masih belum mampu bersaing
Namun, pertanyaan-pertanyaan simulatif bebas dengan negara-negara maju, sektor
itu setidaknya memiliki nilai refleksif bagi pertanian masih memerlukan pembatasan
pemerintah dan decesion makers lainnya impor hasil-hasil pertanian dari luar negeri,
untuk melakukan istrospeksi dan koreksi di samping memerlukan proteksi dan
terhadap kebijaksanaan penanggulangan subsidi dari pemerintah. Dengan sendiri
kerawanan dan krisis pangan yang telah situasi ini menghadapkan pemerintah
berjalan. pada pilihan yang dilematis. Ia seperti
Terlepas dari kaitannya dengan tengah beridiri ditengah perang antara
kebijaksanaan yang telah berjalan saat ini, kekuatan global (perdagangan bebas) dan
melakukan pilihan yang secara sepintas lokal (sektor pertanian dalam negeri).
sederhana itu dalam kenyataannya Lebih membuka diri terhadap ekonomi
tidak mudah. Sebab, pilihan itu tidak pasar akan berarti mengorbankan petani,
berlangsung di ruang hampa pun juga menjadikan mereka semakin terpinggirkan
tidak sekedar sebagai preferensi teoritik. yang akhirnya justru menjadi beban
Pilihan itu dilakukan oleh Pemerintah atau negeri ini, di samping kenyataan bahwa

41
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

ketersediaan pangan semakin tergantung garam yang dilakukan negeri ini adalah
pada pasokan dari luar. Jika demikian contoh tentang betapa tidak disadarinya
halnya maka negeri ini menjadi berada kekayaan garam yang terkandung di laut
dalam bayang-bayang kasus Haiti. Di kita yang sangat luas ini. Dengan kekayaan
lain pihak, lebih menutup diri terhadap alam yang kita miliki sebenarnya negeri ini
ekonomi pasar akan menyulitkan negeri bukan saja mampu memenuhi kebutuhan
ini untuk memenuhi ketersediaan pangan pangan warganya, tetapi bahkan bisa
karena tingkat produktivitas pertanian kita menjadi lumbung pangan dunia.
secara umum masih rendah dan karenanya Menyambut seruan dan kampanye yang
belum mampu mengejar tuntutan laju dilakukan World Food Programme (WFP)
pertambahan penduduk yang semakin dan juga World Bank bahwa perhatian
membengkak. terhadap sektor pertanian dan desa harus
Dari sisi pandangan eksistensial negeri digalakkan untuk mengatasi kerawanan
ini makna dan harapan yang terkandung dan krisis pangan, maka negeri ini
dalam pertanyaan simulatif di atas adalah seharusnya bisa lebih proaktif menanggapi
munculnya pikiran yang refleksif dari kampanye itu. Mengacu kebijakan yang
pemerintah tentang sejauh mana kita saat serius membangun desa dan pertanian
ini telah “terjajah” perdagangan bebas ? seperti yang pernah dilakukan Korea
Selatan dengan Saemaul Undong-nya
Yang sering dilupakan bangsa ini maka Indonesia seharusnya lebih mampu
adalah potensi dan kekayaan yang mewujudkan ketahanan pangan yang
terkandung dalam negeri ini. Indonesia berkedaulatan, suatu ketahanan pangan
memiliki kekayaan alam yang luar biasa. yang tidak tergantung pada pasokan luar.
Maka ketergantungan terhadap pihak Indonesia bisa.
luar seharusnya tidak perlu terjadi. Impor

Daftar Pustaka
-David McClelland (ed) “Studies in Motivation”, Appleton-Century-Crofts Inc., New
York, 1955.
-H.S. Dillon “Pertanian Membangun Bangsa”. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1999.
-Kompas, tgl. 22 Oktober, 2007 dan 28 Agustus, 2009
-Horne, James E. & McDermott, Maura “The Next Green Revololution, Essential
Steps to a Healthy, Sustainable Agriculture”, The Haworth Press Inc., New York, 1954
-Rahardjo “Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian”, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, 2010.
-____________, “Ketahanan Pangan di Berbagai Tipologi Area di Provinsi DIY”, Pusat
Studi Pedesaan dan Kawasan, UGM, Yogyakarta, 2007.
-Rogers, Everett M. “Modernization Among Peasants, the Impact of Communication”,
Holt, Rinehard and Winston, Inc., New York, London, Sydney, Toronto, 1969.
-Sanderson, S.K. “Sosiologi Makro, sebuah Pendekatan terhadap Realita Sosial”, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1995.
-Sunyoto Usman (ed) “Politik Pangan”, Center for Indonesian Research and
Development (CIRED), Yogyakarta, 2004.
-Wikipedia Encyclopedia, Internet

42
Edisi 4 / November / 2011

IV Foto : ANTARA/ SENO S.

Ketahanan Pangan
Berbasis Maritim

Oleh : Marsetio* , Prof. Irwan Abdullah* * , Prof. Djoko Suryo * * *

* Mahasiswa Program Doktor Program Studi Kajian Budaya


dan Media, Sekolah Pascasarjana UGM.

** Guru Besar Antropologi FIB Universitas Gadjah Mada

*** Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya


Universitas Gadjah Mada.

43
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Pendahuluan Kondisi geografis seperti itulah yang

S
membuat negeri ini memiliki sejarah
alah satu keunikan posisi kelautan yang menonjol baik secara politik
maupun ekonomi, dan kebudayaan.
kepulauan Nusantara Semboyan Jalesveva Jayamahe atau di laut
Indonesia terbentuk dari kita jaya misalnya, membuktikan bahwa
pertemuan tiga lempeng raksasa bangsa Indonesia pernah menjadikan laut
sebagai andalan dalam mengkonstruksi jati
bumi (earth) yakni lempeng Pasifik, diri bangsa sebagaimana yang dibuktikan
lempeng Eurasia, dan lempeng pada era kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
Samudera Hindia-Australia. Oleh Pelaut Bugis yang pemberani, Kerajaan
Sriwijaya yang dengan gagah menguasai
karena itu, tidaklah mengherankan perdagangan laut yang membuat kota
jika Indonesia sangat kaya dengan Bagansiapiapi menjadi pengekspor ikan
berbagai fenomena alam (earth terbesar, dan juga kegemilangan pelaut
Kerajaan Majapahit yang secara politik dan
phenomena). Fenomena alam yang kebudayaan mampu menguasai Nusantara
paling menonjol adalah daerah yang terbentang dari Malaka hingga Papua,
semua itu adalah bukti bahwa bangsa
paparan Sunda yang memiliki laut Indonesia memiliki kejayaan di lautan.
dangkal di sebelah Barat, wilayah- Fakta empiris pun menunjukkan bahwa
wilayah dengan palung-palung Indonesia 70 persen atau 3/4 wilayahnya
laut dalam di bagian tengah (laut terdiri dari lautan yang menghubungkan
antara pulau satu dengan lainnya, dari
Banda) dan daerah paparan Sahul Meroke hingga Sabang. Secara ilmiah juga
dengan laut dangkal di ujung timur. sudah dibuktikan bahwa laut kita memiliki
Dari Sabang sampai ke Meroke kandungan kekayaan alam yang melimpah
dan dapat dieksplorasi. Berbagai potensi
kepulauan Nusantara terbentang sektor kelautan atau bahari ini antara lain
di jalur magnetik dan jalur seismik berupa sumber bahan bangunan seperti
pasir, gravel, dan gelas; sumber mineral
serta jalur anomali gravitas negatif seperti manganese, cobalts, lumpur
terpanjang di dunia. Atas dasar minereal, phosphorites; sumber bahan-
letak geografis yang demikian bahan kimia seperti sodium dan posium;
sumber energi dari ombak dan konversi
unik, terbentang lautan luas yang energy panas, sebagai sumber minyak bumi
memeluk kepulauan Nusantara yang melimpah dan tentunya juga sebagai
dengan kokoh dan dengan variasi tempat fasilitas rekreasi dan kesehatan.
Di samping itu yang tidak kalah potensial
jenis-jenis kedalaman laut yaitu adalah bahwa laut Indonesia kaya sekali
laut dangkal dan laut dalam yang akan sumber makanan seperti ikan dan
tanaman laut.
memberi keindahan dan aneka
Akan tetapi, hingga fase
ragam biota laut di dalamnya. perkembangannya sekarang, potensi laut
Gambaran ini memperlihatkan sebagai sumber pangan itu belum dapat
potensi-potensi perekonomian dimanfaatkan secara optimal, sehingga
sektor bahari sebagai tiang penyangga
dalam bentuk potensi tambang, ketahanan pangan tidak bisa ditegakan.
perikanan, ekosistem lindung dan Justru yang terjadi adalah, akibat
jasa-jasa kelautan yang besar di terabaikannya sektor kelautan selama 50
tahun terakhir, menjadikan sektor bahari
Indonesia. menjadi terpinggirkan bersamaan dengan
penduduk pesisir. Karena itu sudah dapat
diduga, bahwa jika 60 persen penduduk
di Indonesia ada di wilayah pesisir, maka

44
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

tidak heran jika daerah pesisir justru sekali tidak bisa melakukannya karena
identik dengan kemiskinan. Dan pada tidak ada kapal yang memadai. Setiap
kenyataannya memang demikianlah, kali mengeluh pada pemerintah, tetapi
apabila kita melihat kondisi sosial ekonomi yang diberikan kapal berkapasitas kecil
masyarakat nelayan yang bermukim di yang digunakan di pinggiran tidak efektif,
daerah pesisir, maka di sanalah terhampar sementara jika digunakan di laut luar pecah
kemiskinan yang amat luas. Sebuah ironi seketika karena dihantam ombak besar.
di negeri yang menyebut dirinya sebagai Ilustrasi tersebut mengindikasikan
negara maritim, dan memiliki sejarah bahwa selama ini pembangunan nasional
kejayaan maritim. Semboyan Jalesveva belum menjadikan sektor kelautan sebagai
Jayamahe, di laut kita jaya, sepertinya telah sumber utama pangan dalam upaya
menjadi semacam mitos. Justru sekarang menegakan ketahanan pangan. Dengan kata
kita harus mengakui bahwa di laut kita lain sumber pangan sektor bahari hanya
tertinggal. dipandang sebelah mata, padahal di sana
Sudah menjadi cerita klasik bahwa potensi kandungan sumber pangan sangat
dalam era teknologi modern sekarang ini, melimpah. Tulisan ini akan menganalisis
wilayah perairan laut kita yang sangat masalah di seputar isu ketahanan pangan
kaya dengan sumber bahan pangan itu dilihat dari perspektif pembangunan
lebih banyak dieksplorasi oleh pihak negara maritim. Harapannya akan dapat
asing. Sementara nelayan kita kebanyakan menjelaskan mengapa selama ini Indonesia
masih berkutat pada teknologi dan kultur tertinggal di sektor pembangunan kelautan,
tradisional deengan peralatan seadanya. dan bersamaan dengan itu memberikan
Akibatnya mereka sangat miskin dan tawaran alternatif untuk menjadikan sektor
hanya mampu mengais ikan di lautan bahari sebagai sumber pangan utama dalam
dengan peralatan tradisional, sementara menegakan ketahanan pangan nasional.
kapal-kapal asing dengan segala teknologi
penangkapan dan pengolahan ikan bebas
berseliweran mengeruk ikan berton-ton di Mengapa terabaikan?
perairan Nusantara. Salah satu faktor penting mengapa
Sebagai ilustrasi misalnya, kapal-kapal sektor kelautan sebagai lumbung
penangkap ikan dari Thailand, Malaysia, pangan belum tergarap, adalah orientasi
dan Vietnam yang kapalnya berkapasitas pembangunan yang lebih mengembangkan
60 GT, terus dengan leluasa menangkap kawasan pedalaman yang agraris. Secara
ikan berton-ton di perairan kepulauan historis sejak jaman pemerintahan kolonial,
Natuna. Para nelayan Natuna selama orientasi eksplorasi sumber daya alam
ini hanya mencari ikan di pinggiran memang dialihkan ke wilayah pedalaman.
pantai, sementara beberapa mil di laut Bersamaan dengan itu daerh pesisir tidak
kita banyak para nelayan dari luar negeri lagi menjadi pusat aktivitas ekonomi dan
yang mengeruk ikan hingga ratusan ton politik, dan makin terpinggirkan.
pada setiap kali melaut. Para nelayan di Untuk mewujudkan maksud
daerah perbatasan hanya menyaksikan imperialism Belanda maka strategi
bagaimana para nelayan luar mengeruk kolonialisasi ditempuh dengan
ikan di perairannya, tetapi mereka sendiri melumpuhkan sistem ekonomi dan
tidak berdaya. Kondisi psikologis seperti politik wilyah pesisir sebagai kawasan
itu membuat warga Natuna sedih dan pertumbuhan ekonomi dan pedagangan
prihatin, tetapi tidak berdaya. Jika mereka waktu itu, sekaligus menghapus
mau memilih lebih baik tidak mendapat kekuasaan politik di wilayah tersebut.
bantuan kapal, daripada mendapat bantuan Berbeda dengan wilayah pedalaman,
tetapi kapalnya sama sekali tidak bisa sistem ekonomi -karena kebutuhan bahan
untuk mencari ikan di laut luar bersaing baku industri- justru mengalami proses
dengan para nelayan luar negeri. Mereka transformasi, terutama semasa Tanam
selama ini hanya melihat para nelayan Paksa dan liberalisasi ekonomi. Di samping
dari luar Natuna mengambil ikan dengan itu kekuasaan raja-raja pedalaman tidak
seenaknya karean memiliki peralatan sampai dihapus sehingga unsur-unsur
canggih. Sementara mereka sendiri sama tersebut masih dapat dilihat hingga saat

45
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

ini seperti Surakarta, Yogyakarta dan Indonesia. Dalam perkembangan sejarah


Mangkunegaran. Akibat dari strategi nusantara semacam itulah, konstruksi
penaklukan seperti itu, terutama adalah Indonesia sebagai archipelagic state atau
bahwa proses kolonialisasi ternyata negara yang semestinya berbasis maritim
telah memutuskan mata rantai tahapan telah terkonstruksi semakin dalam
perkembangan ekonomi, sosial, politik dan menjadi negara “darat” yang berpusat
kebudayaan masyarakat pesisir. Dengan di Jawa. Konstruksi negara “darat” yang
demikian pelumpuhan kekuatan ekonomi mengagungkan sentralisme politik dan
dan politik masyarakat pesisir telah ekonomi memiliki implikasi yang sangat
menjadikan masyarakat tersebut sebagai besar terhadap kawasan perbatasan yang
masyarakat tertaklukan dan mengalami dengan demikian diperlakukan sekadar
proses keterbelakangan dan pemiskinan sebagai kawasan pinggiran, marginal,
secara struktural (Dahuri, 1999). excluded dan terbiarkan (Tirtosudarmo,
Dengan demikian dapat dikatakan 2010).
bahwa sejak awal, pihak kolonial Belanda Begitulah, pola pengelolaan kekayaan
memang sengaja mengalihkan pusat sumber daya alam selama ini lebih
kegiatan ekonomi dan politik menjadi menggunakan perspektif negara agraris
ke tengah, dengan tujuan melumpuhkan daripada negara maritim. Ini adalah sebuah
masyarakat pesisir yang lebih memiliki ironi jika mengingat wilayah Indonesia ¾
karakter terbuka dan kosmopolit. Boleh adalah perairan laut dan potensi perikanan
jadi Belanda khawatir akan potensi sangat besar. Karena itu, jika menginginkan
kebudayaan masyarakat pesisir itu, karena kesejahteraan rakyat terwujud, sudah
jika sumber-sumber aktivitas vital tetap saatnya arah kebijakan digeser ke
dibiarkan di pesisir, akan berpotensi terjadi pengelolaan sumber daya alam di sektor
pemberontakan, atau setidaknya secara kelautan. Bersamaan dengan itu, berarti
ekonomi akan memakan biaya tinggi. pula bahwa dalam upaya meningkatkan
Sementara karakter masyarakat pedalaman ketahanan pangan, maka pemerintah juga
yang subsisten dan feodalistik akan dengan harus mengubah arah kebijakan atau politik
mudah dikontrol secara politik, sehingga pangan ke arah sektor kelautan sebagai
biaya produksi untuk eksplorasi sumber prioritas pembangunan. Sudah tentu
daya alam jauh lebih rendah karena mengubah paradigma ini tidak mudah,
karakter tenaga kerjanya yang relatif tidak karena mengalihkan lokus perhatian di
banyak protes dan penurut. daerah perbatasan bergerak ke pusat, pada
Pola pemerintah pada jaman prinsipnya mengubah paradigma negara
kolonial Belanda itu membentuk struktur agraris menjadi negara maritim.
ekonomi, politik, dan sosial budaya yang Akan tetap mengingat sektor perikanan
hingga sekarang masih terasa. Daerah dan atau sumber daya kelautan nasional
pedalaman terlihat lebih maju dan modern saat ini belum dipandang sebagai
jika dibandingkan daerah pesisir, sebagai sumber kekuatan ekonomi nasional
implikasi dari pemusatan kekuasaan politik demi peningkatan ketahanan pangan,
ke daerah pedalaman. Pola semacam itu ini maka sudah saatnya pembangunan
semakin menguat ketika Indonesia berada nasional melebar ke kawasan pesisir serta
dalam pemerintahan otoritarian era Orde sektor ekonominya, termasuk persoalan
Baru. keterbelakangan masyarakat pesisir.
Perkembangan politik setelah
kemerdekaan, terutama dengan Pangan kelautan
menguatnya peran Angkatan darat
sebagai sebuah kekuatan politik, semakin Secara sederhana ketahanan pangan
menegaskan posisi Indonesia yang adalah kondisi di mana ketersediaan stok
berorientasi ke darat daripada ke laut. pangan tercukupi serta  masyarakat dapat
Dalam masa pemerintahan Soeharto, memperoleh pangan dengan mudah
sentralisasi politik maupun ekonomi dan murah. Namun sayangnya untuk
mengalami puncaknya dan menjadikan membuat kondisi ketersediaan pangan
Jawa secara tuntas sebagai pusat cukup itu, negara selama ini hanya
mengandalkan sektor pertanian saja, belum

46
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

membudidayakan sektor kelautan. Akibat sebagai sumber pangan yang sangat


daya dukung sektor pertanian makin potensial selama ini dibiarkan begitu saja,
lemah, maka untuk mencukupi kebutuhan karena pemerintah masih memprioritaskan
pangan, pemerintah terpaksa harus impor. pangan dari daratan. Itu pun juga tidak
Padalah politik yang ditegaskan pada kalah kompleks persoalan yang dihadapi
koridor ketahanan pangan berbasis impor Indonesia, karena hingga kini kita juga
telah menjadikan Indonesia salah berkiblat. masih impor beras, kedelai, dan terigu.
Ironisnya, meskipun ketahanan pangan
sudah ditegaskan sebagai tujuan utama di
sektor pertanian, krisis pangan justru terus Kebijakan Strategis
terjadi pada empat komoditas penting, Jelaslah untuk meraih kembali kejayaan
yaitu gula, kedelai, terigu, dan beras. di laut dibutuhkan adanya kebijakan
Oleh karena itu, sudah saatnya strategis yang mendorong aktivitas
pangan dari sumberdaya kelautan mulai kebaharian terus mengalami perkembangan
digarap. Berbagai jenis ikan yang sang secara cukup signifikan. Beberapa
banyak di perairan Indonesia seperti teri, kebijakan itu antara lain: Pertama, pada
kembung, patin, tuna, bawal, lobster, tingkat makro sudah saatnya pemerintah
dan masih banyak lagi yang lainnya Indonesia perlu mengubah paradigma
adalah sumber pangan potensial untuk yang menjadikan daerah perbatasan
memberikan peningkatan ketahanan sebagai awal dari perubahahan, dan
pangan. Berbagai jenis rumput laut, kerang- kemudian bergerak ke pusat. Hortstmann
kerangan juga sangat banyak tersedia dan Wadley (2006) dalam kata pengantar
dalam jumlah besar yang hingga kini buku Centering the Margin: Agency and
juga belum tergarap. Bahkan yang justru Narative in Southeast Asian Borderlands
ironisnya kita malah mengimpor beberapa menjelaskan bahwa dinamika sosial yang
jenis ikan yang sebenarnya di perairan laut terjadi di perbatasan justru akan semakin
kita tersedia sangat melimpah. menentukan kelangsungan negara-bangsa
di masa depan. Dalam prinsip centering the
Sebagai contoh misalnya, kita masih margin, menjadikan awal perbatasan sebagai
impor kembung dari Pakistan, patin dari titik perubahan bergerak secara dinamis
Vietnam, dan teri dari Myanmar. Ikan ke arah pusat, sehingga titik kekuatan
produksi Indonesia sendiri masih kalah sebuah negara ada dalam bingkainya yang
bersaing dengan produksi negara lain. berwujud kuatnya pertahanan di daerah
Berdasarkan data Kementerian Kelautan perbatasan baik secara sosial, ekonomi, dan
dan Perikanan, impor produk perikanan budaya. Dengan kebijakan seperti itu maka
triwulan I tahun 2010 mencapai 77 juta masyarakat nelayan yang terpinggirkan
dollah AS. Padahal impor periode yang dan sektor kelautan yang senantiasa
sama tahun 2009 hanya 58 dollar AS tidak diprioritaskan akan menjadi pusat
(Kompas, 31 Januari 2011). perhatian dalam dinamika pembangunan
Problem impor ikan ini juga kemudian nasional.
harus ditanggung oleh komunitas nelayan Kedua, pemerintah perlu segara menjadi
yang rata-rata kondisi sosial ekonominya sektor kelautan menjadi sumber kekuatan
sangat miskin. Pada praktiknya harga ekonomi nasional. Oleh karena itu sudah
ikan impor selalu lebih murah dari pada saatnya pembangunan nasional sudah
harga produksi dalam negeri, sehingga saatnya melebar ke kawasan pesisir serta
kalah bersaing. Sebagai gambaran harga sektor ekonominya termasuk persoalan
ikan Kembung di Kendal Jawa Tengah sosial dan perkembangan kebudayaannya.
misalnya, rata-rata Rp 8.000-Rp 12.000 Kemiskinan nelayan dan kawasan pesisir
per kg, sedangkan harga ikan impor di serta keterbelakangan sektor perikanan
pasaran Rp 8.000-Rp 9.000 per kg (Kompas, akan tetap berlangsung selama sektor
1 Februari 2011). perikanan dan kawasan pesisir tidak
Berbagai ironi di negeri bahari seperti melakukan industrialisasi dan modernisasi
itu merupakan implikasi kebijakan sektor sektor produksinya. Oleh karena itu
kelautan selama ini yang salah arah dan pemerintah perlu mendorong kawasan ini
belum menjadi prioritas. Sektor bahari bagi peningkatan investasi besar-besaran

47
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

di bidang produksi dan pembangunan Positioning System) untuk mengetahui posisi


infrastruktur. ikan, jala penangkapan ikan yang peduli
Ketiga, untuk mendorong peningkatan akan kelangsungan ekosistem bawah laut,
hasil produksi pangan dari sektor kelautan, mesin penarik jala, sistem pengangkutan
pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan dan penyimpangan ikan yang tetap segar,
modernisasi teknologi penangkapan ikan. dan sistem pengemasan berkualitas ekspor,
Diperlukan peralatan yang memadai dan dan dermaga yang memadai.
efisien untuk dapat mengoptimalisasi Begitulah, dengan berbagai kebijakan
potensi kelautan sebagai sumber tersebut maka upaya meningkatkan
pangan. Dengan melibatkan teknologi ketahanan pangan dari sektor bahari atau
memadai, maka akan meningkatkan nilai maritim akan dapat direalisasikan. Tentu
tambah terhadap harga jual, dan juga saja masih banyak kendala yang akan
maksimalisasi jumlah tangkapan ikan. dihadapi terutama dari aspek sosiologis
Indonesia perlu mencontoh Norwegia, dan kebudayaan para nelayan yang masih
sebuah negara yang devisanya kebanyakan subsisten. Akan tetapi dengan kebijakan
didapat dari sektor kelautan dengan cara strategis tersebut, setidaknya menunjukkan
mengembangkan teknologi. Di negera komitmen pemerintah untuk mengurangi
tersebut industri manifaktur peralatan dan kerentanan pangan akan teratasi, sehingga
fasilitas pengolahan perikanan sedemikian ketahanan pangan sektor kelautan mampu
aktif berkembang dan mendukung industri menjadi penyangga bagi pangan produksi
penangkapan ikan mulai dari aplikasi pertanian.
sistem pemantauan elektronik (Global

Daftar Pustaka
Dahuri, Rokhmin, Mengembangkan Supremasi Bangsa di Lautan, Artikel, Kompas,
4 November 1999.
Horststmann Alexander, and Reed L. Wadley, 2006, Centering the Margin: Agency
and Narative in Southeast Asian Borderlands, New York: Berghahn Books.
Tirtosudarmo, Riwanto, 2010, Mencari Indonesia, Jakarta: LIPI Press.
Wahono, A. Riza, Tantangan dari Sektor Kelautan, Artikel, Kompas, 11 November,
1999.

48
Edisi 4 / November / 2011

Laporan
Studi Lapangan
Foto : Antara/ Oky Lukmansyah

Strategi Daerah
dalam Menjaga
Ketahanan Pangan

Oleh : Tim Redaksi

49
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Pendahuluan petani dengan mengenalkan informasi

I
lewat jaringan Internet. Dalam upaya
ndonesia berada dalam meningkatkan sistem ketahanan pangan
di Indonesia, sejauh mana peran TIK dapat
situasi krisis pangan dioptimalkan untuk memberdayakan
yang belum pernah petani yang merupakan entitas utama
meningkatkan ketahanan pangan? Problem
terjadi sebelumnya, apa yang muncul dalam memanfaatkan
dan bahkan situasinya TIK di kalangan komunitas petani? Pilihan
strategi apa yang pas untuk program
semakin mengkhawatirkan tersebut?
karena faktor perubahan Pemerintah pusat dan Kementerian
Kominfo telah mencanangkan program
iklim menjadikan antisipasi perubahan iklim global sebagai
produksi pangan penuh upaya meningkatkan kewaspadaan
masyarakat di berbagai sektor. Bencana
ketidakpastian. Selain kekeringan dan bencana banjir perlu
perubahan iklim yang diantisipasi bukan saja mengandalkan
aspek ilmu pengetahuan dan teknologi,
mulai memengaruhi tetapi juga perlu melibatkan partisipasi
masyarakat. Untuk itu Kementerian
produksi pertanian, Kominfo terus melakukan sosialisasi
kenaikan produksi melalui berbagai kegiatan dan melalui
media dengan pesan utama pentingnya
pangan, terutama beras, mengantisipasi perubahan iklim global,
berhadapan dengan harga terutama dalam kaitannya dengan
meningkatkan ketahanan pangan hingga
yang tinggi. Bersamaan ke berbagai daerah. Untuk itu kerjasama
dengan itu impor pangan dengan pemerintah daerah sangat penting,
karena pusat-pusat ketahanan pangan
terus meningkat, sementara ada di daerah-daerah, terutama penghasil
pangan. Berbagai upaya yang dijalankan
Indonesia punya lahan oleh Pemda dalam meningkatkan
menganggur 7,3 juta hektar. ketahanan pangan, kiranya menarik
untuk diamati. Bagaimana kiatnya,
proses politiknya, pembentukan jaringan
produksinya, dan lain-lain yang berkaitan
dengan peningkatan ketahanan pangan
akan menjadi fokus dalam studi lapangan
ini.
Ketahanan pangan itu sendiri secara
Berkaitan dengan perubahan iklim konseptual dipahami sebagai sebagai
itu, di tingkat masyarakat petani sangat kondisi di mana ketersediaan stok
rendah kesadarannya tentang pentingnya pangan tercukupi serta  masyarakat dapat
informasi, sebagai upaya untuk memperoleh pangan dengan mudah dan
mengantisipasi perubahan iklim yang tidak murah. Bersamaan dengan itu masalah
menentu. Padahal, selama ini pemerintah ketahanan pangan itu sendiri selama ini
telah berupaya keras untuk memanfaatakan telah menjadi semakin serius, karena
Teknologi Informas dan Komunikasi (TIK) perkembangannya justru mengindikasikan
ke berbagai sektor, tidak terkecuali sektor ke arah krisis pangan. Meskipun di
pertanian. Kehadiran TIK dalam sektor Indonesia mampu surplus beras, akan
pertanian, juga telah dirintis oleh UNDP tetapi kecenderungan akan tergantung
dan juga Kementerian Kominfo melalui pada beras semakin terasa, sementara
program Comunity Acces Point (CAP) diversifikasi pangan semakin menemui
yang secara spesifik memberdayakan banyak kendala. Oleh karena itu dalam

50
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

studi lapangan ini juga akan diuraikan tidak menentu, harus diantisipasi dengan
bagaimana dinamika daerah dalam pembangunan infrastruktur pertanian
menggalakkan keanekaragaman pangan yang memadai dengan pendekatan
sebagai bagian dari upaya meningkatkan komprehensif. Respons petani terhadap
ketahanan pangan. kemarau panjang dengan menggunakan
Lokasi pengumpulan data lapangan teknologi konvensional seperti sumur
diselenggarakan di lima (5) kota di pompa harus diganti dengan sistem irigasi
Indonesia untuk mendapatkan pendapat modern. “Di masa mendatang pemerintah
publik tentang berbagai aspirasi yang pusat harus mencanangkan program irigasi
berkembang di masyarakat terkait dengan untuk lahan kering, agar mengurangi lahan
perubahan iklim global dan ketahanan pertanian yang menganggur yang hanya
pangan. Keenam lokasi studi lapangan mengandalkan tadah hujan”, katanya.
tersebar di wilayah Indonesia bagian barat, Selanjutnya Nurdin mengakui bahwa
tengah dan timur yang dianggap relevan sesungguhnya petani di Gorontalo sulit
dengan isu pembangunan pertanian, melakukan langkah penyesuaian dengan
yaitu meliputi Klaten, Mataram, Makasar, iklim ekstrim, terutama kemarau panjang.
Gorontalo, Jayapura. Oleh karena itu sistem irigasi juga perlu
Adapun pertimbangan dipilihnya kota diterapkan bagi berbagai jenis tanaman
tersebut adalah, bahwa di samping untuk lahan kering seperti jagung, umbi-umbian,
mewakili perimbangan territorial yang dan sejenisnya. Di samping itu, untuk
mewakili Indonesia bagian barat, tengah menjaga agar petani tetap produktif di
dan timur, juga atas pertimbangan daerah musim kemarau panjang, pemerintah
lumbung pangan dan pusat pengembangan Provinsi Gorontalo telah melakukan
diversifikasi pangan. Untuk daerah seperti langkah strategis dengan memasok benih
Klaten, dan Makasar, adalah mewakili tahan panas, seperti jagung varitas lokal
daerah lumbung pangan, sementara dan jenis tanaman hortikultura tahan
Mataram, Gorontalo, dan Jayapura adalah panas.
daerah pengembang pangan alternatif Sementara itu, Tri Inayati, seorang
seperti ketela, jagung, dan sagu. Penyuluh Pertanian Provinsi Gorontalo
menjelaskan bahwa untuk menghadapi
perubahan iklim antara lain dengan
Gorontalo: Tetap Menjadi Lumbung memperkuat lembaga penyuluhan yang
Meskipun perubahan iklim global diwadahi dalam induk yang dikenal
berpengaruh secara cukup signifikan dengan Badan Koordinasi Penyuluh
terhadap hasil produksi pertanian, akan dari tingkat Provinsi hingga tingkat
tetapi Gorontalo sebagai salah satu desa. Adanya lembaga penyuluh itu
lumbung pangan di Indonesia, tetap memudahkan koordinasi bagi petani
bisa mempertahankan surplus beras. dalam mengantisipasi perubahan iklim.
Sebagaimana diungkapkan oleh Sekretaris Seperti pada waktu mmengahdapi musim
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan kemarau panjang tahun ini, petani diminta
Provinsi Gorontalo, Nurdin Hippy, ketika untuk menunda tanam, khususnya
musim kemarau tiba, sebagian petani tanaman jagung. Langkah ini dinilai lebih
menunda masa tanam padi, karena petani aman dan memperkecil risiko kerugian
sudah menyadari tindakan memaksakan petani dibandingkan kalau melakukan
tanam padi di musim kemarau hanya penanaman. Walaupun demikian tidak
akan mendatangkan kerugian. Bersamaan ada masalah pangan bagi petani khusunya,
dengan itu, sebagian petani tetap menanam karena sudah ada langkah antisipasi,
padi, terutama yang memiliki lahan sawah yakni mulai dari persiediaan stok
yang pengairannya stabil meskipun di pangan untuk kebutuhan rumah tangga
musim kemarau. petani, stok pangan di lumbung Desa
Namun Nurdin tetap mengharapkan sampai stok pangan di lumbung pangan
di masa mendatang upaya pengariran kecamatan. Kebijakan ini selain memang
stanil di lahan kering harus mendapat merupakan hasil penyluhan, juga karena
perhatian besar dalam pembangunan mesyarakat, khususnya petani semakin
sektor pertanian. Perubahan iklim yang menyadari pentingnya stok cadangan

51
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

untuk mengahadapi musim paceklik. umur tanaman. Memang kami dari


“Kebijakan ini dikoordinir oleh Poktan perguruan tinggi selama ini sudah banyak
dan Gapoktan, selain untuk menjaga mengasilkan produk-produk perencanaan
ketersediaan cadangan pangan, juga untuk pola tanam, namun belum dimanfaatkan
mencegah aktivitas para tengkulak yang secara maksimal oleh pemerintah daerah.
merugikan petani. Di Lumbung pangan Di sisi lain, sebenarnya daerah Gorontalo
dimaksud, para petani bisa menyimpan ini punya kearifan lokal, yang dikenal
(titip) hasil panennya, bisa menjual dengan dengan “Panggoba”, semacam budaya
harga standar, dan bagi petani lain yang yang turun temurun dipakai oleh para
membutuhkan bisa membelinya juga petani tradisional untuk menentukan kapan
dengan harga standar”, jelasnya. musim tanam. Panggoba ini dipegang oleh
Tentang kebijakan di seputar masalah seorang yang dianggap cakap berdasarkan
ketahanan pangan, dalam penilaian ilmu perbintangan untuk melakukan
Abdullah A. Karim, Ketua Komisi II, DPRD peramalan kapan waktu untuk tanam,
Provinsi Gorontalo, cukup positif. Terkait jenis tanaman apa yang cocok, apakah
dengan ketahanan pangan, kesiapan yang untuk jenis tanaman yang berbuah di atas
dilakukan pemerintah daerah Gorontalo atau untuk yang berbuah di bawah tanah.
relatif cukup mulai dari hulu sampai Menurut kami akan lebih maksimal di
ke hilir dengan memberdayakan secara samping menggunakan kearifan lokal (yang
maksimal petani sebagai penyedia pangan. saat ini sulit ditinggalkan oleh masyarakat)
Pembangunan infrastruktur juga cukup dikombinasikan dengan kalender tanaman,
baik dalam upaya peningkatan produksi, sehingga presisiya bisa diperoleh dalam
pengolahan, maupun transportasi dan menentukan kepastian waktu tanam dan
distribusinya. Persoalan mahalnya panen.
transportasi pengangguktan hasil Sementara itu penilaian kritis datang
pertanian, telah dipecahkan dengan telah dari aktivis LSM, Rusdin Bone, Ketua
membuka akses jalan ke lahan pertanian, Lembaga Pengkajian dan pengembangan
khususnya di daerah pertanian jagung. Gorontalo, kebijakan ketahanan pangan
Untuk transportasi perikanan dan kelautan Provinsi Gorontalo justru memperlihatkan
pemerintah telah membentuk armada, yang hasil produksi pangan menurun. Dalam
dikenal dengan “Armada Semut” Selain itu, data statestik menunjukkan tahun 2008
juga ada program pilihan (prioritas). Secara produksi Pendapatan Domestik Regional
umum Pemerintah Daerah Gorontalo sejak Bruto (PDRT) dari sembilan poin yang
tahun 2005 mencanangkan tiga program diukur, sebelumnya menduduki posisi
unggulan, yaitu, bidang pertanian, kedelapan turun drastis ke poin ketiga.
perikanan dan peningkatan SDM, dan akan Dari kondisi itu memperlihatkan bahwa
tetap menjadi program prioritas. : (1) kekuatan produksi orang Gorontalo
Akan tetapi Nurdin, dosen Agro sumbernya didominasi dari APBD,
Pertanian Universitas Negeri Gorontalo dan performa APBD itu bisa dikatakan
menjelaskan, bahwa meskipun dalam cenderung tidak pro rakyat. Sehingga
berbagai hal pemerintah Pronvinsi mekanisme yang diharapkan adalah
Gorontalo berhasil dalam mempertahankan kemudahan bagi masyarakat untuk
sebagai daerah lumbung pangan nasional, memperoleh bantuan bibit dan pupuk itu
namun dalam kaitannya dengan antisipasi tidak berimbang antara kebutuhan petani
perubahan iklim masih dapat dikatakan dengan alokasi anggaran yang tersedia; (2)
kegiatannya masih kurang, terutama produk kebijakan selalu dilatarbelakangi
di tingkat komunitas petani. Nurdin oleh kepentingan politik, bukan dalam
menekankan pentingnya kesadaran akan rangka upaya mewujudkan ketahanan
data atau informasi bagi warga petani itu pangan; dan (3) dari aspek global terjadi
sendiri. Data ini penting untuk melakukan arus peningkatan pertumbuhan penduduk
prediksi dalam rentang jangka pendek yang meningkat tajam, dan kemudian juga
maupun jangka panjang. Sayangnya dipengaruhi oleh kapasitas SDM itu sendiri
langkah ini belum dilakukan dalam dalam teknologi pengelolaan, seperti dalam
kaitan dengan kapan waktu tanam, kapan mekanisme pengolahan lahan yang tidak
waktu panen, dan kaitannya dengan pro lingkungan. Petani biasanya untuk

52
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

menanam selalu membuka lahan baru Khusus mengenai informasi iklim dan
dengan cara merusak hutan, padahal hutan cuaca, mereka mengikuti informasi yang
berfungsi sebagai penyimpan cadangan air. disampaikan oleh Badan Meteriologi
“Jika masalah tersebut kurang mendapat Krematologi dan Geofisika (BMKG) tentang
perhatian pemerintah, meskipun sekarang iklim, musim panas atau musim hujan.
surplus pangan, tetapi ke depan Gorontalo Dengan informasi yang mereka peroleh
punya potensi mengalami masalah krisis para petani mengantisipasi. Seperti pada
pangan”, katanya. wakti-waktu tertentu ada informasi tentang
Namun beberapa pengakuan petani terjadi bencana alam, banjir atau kekeringan,
mengindikasikan bahwa perhatian para petani akan melakukan penyesuaian
pemerintah Gorontalo cukup tinggi dengan menanam tanaman yang sesuai.
terhadap nasib petani. Halimah Daud “Kita punya UPT Perlindungan Tanaman
misalnya, Ketua Kelompok Tani Maju yang secara periodik menginformasikan
Bersama, Desa Luhu ini mengaku bahwa kepada petani, tidak hanya maslah iklim
hasil penyuluhan dari petugas lapangan tetapi juga tentang perkembangan hama
telah berhasil menignkatkan produksi penyakit. Perlu diketahui bahwa sebagain
pertanian mereka. Sebagai contoh konkret besar petani kita itu pendidikannya rendah,
misalnya adalah bantuan bibit legowo, sehingga sulit mengakses informasi
yang ternyata jauh lebih produktif daripada melalui internet, sehingga penyuluh yang
sistem madagaskar. Bantuan permodalan berperan menyampaikan informasi yang
dari pemerintah untuk para petani pun mereka perlukan”, ungkapnya.
cukup lancar dan sangat membantu usaha Sementara itu upaya meningkatkan
petani. Namun mereka mengaku bahwa ketahanan pangan melalui diversifikasi
yang sering menjadi masalah adalah pangan, Pemprov Gorontalo telah
tentang distribusi pupuk dan obat-obatan memiliki andalan pangan alternatif, yaitu
yang kurang lancar. jagung. Sejak seputuluh tahun terakhir,
Berkaitan dengan pemanfaatan TIK daerah ini telah menjadi percontohan
sebagai upaya membantu problem petani, bagi pengembangan komoditas jagung.
hampir semua informan berpendapat Di samping itu, pemerintah juga terus
bahwa secara keseluruhan TIK masih mensosialisasikan dan mencanangkan
belum banyak memberi kontribusi bagi program gerakan pangan alternatif, seperti
upaya peningkatan kesejahteraan petani. jagung, kedelai, dan ubi-ubian. Dari
Baik Nurdin Heppy, Inayati, dan Karim hasil pengamatan Jurnal Dialog Publik
mengaku bahwa pemanfaatan TIK di di pasar-pasar Gorontalo, cukup banyak
kalangan komunitas petani masih rendah, dijual berbagai jenis makanan non-beras
karena kendala SDM sehingga akses seperti jagung, sagu, umbi-umbian, dan
informasi melalui media masih rendah. kacang-kacangan. Menurut pengakuan
Namun demikian, pemerintah Gorontalo para penjualnya, bahwa minat masyarakat
terus berupaya membangun infrastruktur Gorontalo cukup tinggi mengkonsumsi
dan terus berkampanye tentang pentingnya pangan non-beras.
TIK bagi upaya mengakses dan mengolah
informasi yang berkaitan dengan masalah Jayapura: Makin
pertanian. Melalui tenaga penyuluh dan Tergantung Beras
segenap jajaran instansi terkait, pemerintah
setempat memanfaatkan berbagai media Di wilayah Kabupaten Jayapura,
komunikasi untuk kepentingan penguatan pemanfaatan TIK untuk kepentingan
komunitas petani. ketahanan pangan masih sangat minimal,
karena kendala terbatasnya jaringan
Sebagaimana dijelaskan oleh infrastruktur dan kondisi warga yang
Nurdin Heppy, para petani biasanya rata-rata tingkat melek media dan melek
memanfaatkan media radio dan televisi komputernya masih rendah. Berbagai
untuk mendapatkan informasi terkait instansi terkait, seperti Kementerian
dengan maslah pertanian, seperti informasi Pertanian dan Kemkominfo hingga
tentang program pemerintah, bantuan sekarang masih berusaha mengenalkan
bibit, pupuk, kondisi pasar dan lalin-lain. program rintisan bagi upaya memanfaatkan

53
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

TIK untuk kepentingan ketahanan pangan. bahwa makan beras memberi citra lebih
Sebagai ilustrasi misalnya, Kemkominfo modern dibanding dengan makan sagu.
telah memberikan bantuan satu mobil Di samping itu, sebagai daerah terbuka,
unit Internet Keliling dan Pusat Layanan banyak pendatang yang masuk ke Papua
Internet Kecamatan (PLIK) untuk dan sejak awal memang mereka telah
memberikan peluang bagi warga dalam makan beras. Oleh karena itu, pelan tapi
mengakses informasi. ”Akan tetapi secara pasti, bahan makanan pokok orang Papua
keseluruhan, penggunaan TIK bagi sektor beralih ke beras. Sebagai respons atas
pertanian dan memberdayakan komunitas kecenderungan tersebut, Pemkab Jayapura
petani masih belum optimal”, kata Albert, telah menggerakan kembali untuk makan
salah seorang pegawai di Jajarayan Pemkab Pampeda sebagai makanan utama di
Jayapura. samping beras. ”Gerakan kembali ke
Dahulu memang sudah cukup populer pangan lokal ini memang tidak mudah,
adanya Klompencapir sebagai forum akan tetapi pemerintah telah berkomitmen
mendiskusikan masalah pertanian dengan untuk mendorong warga kembali ke
sumber pesan dari Radio dan Televisi. Akan makanan lokal sebagai bagian dari upaya
tetapi sekarang tidak lagi aktif karena tidak meningkatkan ketahanan pangan”,
ada instansi pengelola dan pengawasan tegasnya.
yang bertanggungjawab secara khusus. Pemerintah Pemkab Jayapuran
Sebenarnya model komunikasi dua dalam mendorong suksesnya program
tahap dan komunikasi kelompok seperti diversifikasi pangan itu telah memberikan
Klompencapir seperti itu masih efektif bagi insentif dengan memberikan bantuan
petani. ”Seharusnya mulai dihidupkan permodalan pada petani agar mau
kembali model-model komunikasi menanam berbagai jenis tanaman pangan
kelompok seperti Klompencapir dengan secara variatif. Hortikultura pun digalakan
memanfaatkan media jejaring seperti dengan memberikan penyuluhan,
internet. PLIK misalnya, akan sangat baik penelitian pengembangan, teknologi
kalau dikombinasi dengan pembentukan benih, dan meningkatkan kualitas jaringan
komunikasi kelompok, sehingga akses irigasi untuk berbagai tanaman buah,
informasi melalui internet dapat digunakan sayuran, dan tanaman hias. Pemerintah
untuk kepentingan produktif”, kata juga mengembangkan program padi-sapi,
Albert. konsep yang menggabungkan produksi
Namun demikian, dalam kasus Papua, padi dengan mengolah sawah dan
sebenarnya salah satu masalah mendasar beternak sapi. Padi menghasilkan pakan
ketahanan pangan adalah bergesernya sapi, sementara kotoran sapi bisa diolah
kultur pangan dari sagu ke beras. Sekarang menjadi pupuk kompos yang sangat
ini hampir 90 persen warga Papua, terutama berguna bagi upaya peningkatan produksi
yang tinggal di daerah daratan dan pantai, tanaman padi. Di samping itu sejak lama,
sudah beralih makan beras. Pampeda yang juga mengintrodusir model tumpang
merupakan makanan khas dan bahkan sari yang mengkombinasikan berbagai
sempat menjadi makanan pokok masyarakat macam tanaman dengan tanaman utama,
Papua, sekarang telah tergantikan beras. yaitu padi. Singkatnya, pemerintah telah
Sebagaimana diungkapkan oleh Bupati mendorong petani agar tidak menanam satu
Kabupaten Jayapura, Habel Melkias Suwae, jenis tanaman pangan secara monoton.
sudah dua dekade ini warga masyarakat Ada kehendak politik untuk mengurangi
Papua, termasuk yang penduduk asli, ketergantungan pada beras, dengan
telah makan beras sebagai makanan pokok mengeluarkan kebijakan keanekaragaman
menggantikan sagu. pangan. Akan tetapi harus diakui bahwa
Menurut Habel semua itu merupakan untuk mencapai tujuan yang telah
konsekuensi logis dari semakin terbukanya ditetapkan tidaklah mudah, terutama
Papua bagi dunia luar. Modernisasi kecenderungan monokultur sulit ditahan.
yang berlangsung di Papua membawa Jika dulu konsumsi beras secara sosiologis
nilai-nilai baru, termasuk kultur pangan. berkaitan dengan tingkat pendapatan
Berkembang persepsi dalam warga Papua warga masyarakat, tetapi sekarang faktor
ini tidak terlalu berperan. Warga yang

54
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

berada pada kelas bawah atau yang Guenia itu tidak memiliki tradisi mengolah
masuk dalam kategori miskin pun tetap pangan dengan membuat berbagai aneka
menjadikan beras sebagai makanan pokok. ragam makanan, karena mereka hanya
Sementara itu, Ave Lefaan, dosen makan dan minum kalengan produk
Sosiologi Universitas Cenderawasih, manifaktur buatan asing”, ungkapnya.
menjelaskan bahwa yang perlu dilakukan Berdasarkan hasil observasi di kota
untuk meningkatkan ketahanan pangan Jayapura dan Sentani, soal perkembangan
dengan memanfaatkan pangan lokal, industri pangan ini jika dilihat dari etnis,
adalah meningkatkan kemampuan warga harus diakui masih banyak pelakunya
dalam budidaya pangan. ”Di Papua kalau yang dari warga non Papua. Warga
soal bahan pangan lokal sangat kaya, pendatang umumnya menguasai dalam
bahkan untuk sagu mereka tinggal ambil industri pangan karena telah memiliki
saja dari hutan. Akan tetapi kemampuan kultur pangan yang lebih beraneka ragam.
mengolah bahan pangan itu yang masih Pengolahan hasil pertanian misalnya,
minimal, sehingga kultur pangan tidak banyak dikuasai oleh warga pendatang,
berkembang. Melalui berbagai organisasi seperti industi kue dari berbagai bahan
seperti PKK misalnya, pemerintah bisa baku. Akan tetapi warga Papua asli juga
menggalakkan budidaya pangan lokal sudah mulai mengembangkan industri
ini dengan meningkatkan keterampilan pangan, terutama yang terbuat dari sagu.
mengolah bahan pangan lokal”, katanya. Kemampuan pengolahan hasil pertanian
Untuk mengubah kebiasaan makan warga Papua ini menarik, karena juga
beras kembali ke pangan lokal menurut menjadi salah satu pembentuk identitasnya.
Ave memang tidak mudah, karena berkait Jika warga Papua New Guenia kurang
dengan citra dan perubahan nilai dalam memiliki kemampuan mengolah budidaya
masyarakat. Akan tetapi ia mengusulkan pangan karena semuanya serba pangan
bahwa dengan kerjasama antarinstansi instans kalengan, tetapi warga Jayapura
terkait, dan melibatkan lembaga adat dan sudah banyak yang memiliki kemampuan
LSM, maka gerakan kembali ke pangan mengolah pangan dari bahan sagu, dan
lokal bisa efektif. Teladan para pimpinan bahkan tepung terigu dan beras. Proses
juga sangat perlu untuk menyadarkan pembentukan identitas dari sektor industri
masyarakat kembali ke pangan lokal, sandang ini sedikit banyak juga semakin
misalnya pada setiap rapat di jajaran menegaskan bahwa identitas warga Papua
birokrasi dan perhelatan pesta pernikahan terus berada dalan proses dinamik.
lebih banyak dihidangkan makanan lokal.
Di samping itu, melalui pengembangan Klaten: Menggalakan Pangan Alternatif
industri rumah tangga, bahan pangan
lokal bisa diolah menjadi berbagai jenis Hama wereng yang menyerang
panganan lokal yang khas Papua untuk sebagian besar wilayah di Pulau Jawa,
oleh-oleh. juga menyerang Kabupaten Klaten, yang
menjadi salah satu lumbung padi nasional.
Dalam soal budidaya pangan ini, Menurut Kepala Kantor Ketahanan Pangan
Habel menjelaskan bahwa sebenarnya Kabupaten Klaten, Ir. Anna Fajrina, M.Si hal
jika dibandingkan dengan warga Papua ini disebabkan oleh dua hal, yaitu: pertama,
New Guenia, orang Papua Indonesia iklim global yang membuat sulit untuk
jauh lebih kreatif dalam kemampuan mengendalikan hama tersebut. Perubahan
mengolah bahan pangan dan urusan iklim global, mengakibatkan hama yang
masak-memasak. Berbeda dengan biasanya dapat dikendalikan menjadi sulit
orang Papua New Guenia yang sangat diduga penyebarannya. Di Kabupaten
tergantung pada produk makanan kaleng Klaten tidak ada lembaga yang menangani
buatan asing, orang Papua cukup memiliki informasi perubahan iklim, jadi hanya
keterampilan dalam memasak. ”Kita orang mengandalkan informasi melalui Badan
Papua lebih bangga, karena kita memiliki Meteorologi dan Geofisika saja. Kedua,
keterampilan memasak dan membuat kue- pola tanam warga yang menyalahi aturan
kue, khususnya yang tinggal di daerah standar tanam yaitu kombinasi antara
perkotaan. Sementara orang Papua New padi dan palawija. Polatanam yang tidak

55
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

mengenal masa libur, yaitu hanya menanam dengan mengolah pangan menjadi criping,
padi, tanpa diseling palawija atau tanaman nasi non beras, tepung, dll.
lain, mengakibatkan perkembangan hama Akan tetapi usaha ini belum terlalu
wereng sangat pesat. Kedua penyebab signifikan perkembangannya karena
tersebut mengakibatkan mulai tahun 2009, belum adanya lembaga riset yang fokus
Kabupaten Klaten menurun jumlah panen, pada pengembangan pangan alternatif.
meskipun masih dalam kategori surplus. Yang dilakukan oleh Kantor Ketahanan
Akan tetapi secara nasional, jumlah panen Pangan adalah melakukan kerjasama
ini tidak aman untuk kebutuhan pangan dengan perguruan tinggi setempat seperti
apalagi untuk ketahanan pangan. Universitas Widya Dharma saja. Hal ini
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten juga dinyatakan oleh Anwar Agus, anggota
Klaten telah mengeluarkan tiga kebijakan DPRD Kabupaten Klaten, bahwa alokasi
utama berkenaan dengan strategi anggaran Ketahanan Pangan di Kabupaten
penanganan ketahanan pangan. Kebijakan Klaten sangat minim. Alokasi anggaran
pertama dikeluarkan pada tahun 2009, lebih banyak untuk pendidikan dan
dengan mengeluarkan surat keputusan kesehatan. Selain itu ‘harapan’ Kabupaten
untuk penganekaragaman atau diversifikasi Klaten menjadi lumbung padi, melalui
pangan. Potensi pangan alternatif yang program sawah alternatif ini, menjadikan
dapat dikembangkan di Kabupaten Klaten pangan alternatif kurang populer di
adalah umbi-umbian (ubijalar, ganyong, kalangan masyarakat, pemerintah, dan
pohung, ketelapohon), pisang, labu kuning, DPRD sendiri.
dan pangan hewani (sapi, ikan, susu, Kebijakan kedua, yaitu pada tahun
telur). Diversifikasi pangan ini dilakukan 2011, Pemerintah Kabupaten mengambil
secara horizontal dengan memperbanyak kebijakan menghentikan masa tanam
macamkomoditi pangan dan meningkatkan untuk memutus mata rantai perkembangan
produksikomoditi pangan tersebut. Selain wereng. Pola tanam yang monoton dapat
itu juga dilakukan diversifikasi secara merusak lahan dan tidak menerapkan
vertikal, yaitu mengolah pangan non beras metode pertanian mengakibatkan tanah
menjadi mempunyai nilai tambah dari segi pertanian menjadi rusak. Hasil pertanian
ekonomi, nutrisi maupun sosial, seperti pun tidak sebaik yang diharapkan.
dengan menjadikan tepung atau keripik. Konsekuensi dari kebijakan ini, adalah
Di Klaten telah berkembang tepung petani tidak memiliki penghasilan selama
jagung dan tepung ganyong. Diversifikasi masa henti tanam. Menurut Anwar Agus,
pangan ini secara umum bertujuan agar anggota DPRD Kabupaten Klaten, masa
tercapai pola konsumsi pangan yang libur tanam atau ‘diberokan’ disikapi
beragam, bergizi dan aman. Meskipun dengan mendorong petani untuk menanam
telah dilakukan inovasi dalam hal bentuk tanaman pengganti seperti jeruk dan durian
yang menyerupai nasi dari beras, hal ini supaya petani tidak menganggur. Akan
belum terlalu banyak dikonsumsi oleh tetapi petani lebih terbiasa dengan hasil
masyarakat. panen yang serba cepat, seperti halnya
Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten padi. Oleh karena itu banyak petani yang
Klaten mengambil sampel 20 desa bantuan beralih profesi sementara menjadi tukang
untuk menjadi Desa Mandiri Pangan sebagai mekanisme bertahan hidup. Selain
dengan mengembangkan potensi pangan itu, berhenti masa tanam ini juga digunakan
tiap kecamatan. Pengambilan sampel ini untuk perbaikan irigasi dan pengembangan
dengan kriteria tertentu seperti satu desa minapolitan di beberapa wilayah seperti di
dengan kepala keluarga miskin minimal Desa Demplon Kecamatan Tulung.
30%, adanya dukungan perangkat desa dan Kebijakan ketiga merupakan kebijakan
kemauan warga desa untuk mendukung pemerintah Provinsi Jawa Tengah
program ini. Penanaman pangan alternatif yang menetapkan wilayah Kecamatan
menjadi tahap pertama, setelah alternatif Polanharjo sebagai daerah percobaan
pangan ini membudaya di kalangan warga penanaman Inpari 13, yaitu bibit padi
desa tersebut yaitu terpenuhinya kebutuhan yang diunggulkan tahan terhadap
pangan sendiri, kemudian didorong kearah hama, pemerintah Kabupaten Klaten
bisnis, yaitu diversifikasi pangan vertikal

56
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

berhasil membuktikan keberhasilannya usaha pertanian, diantaranya adalah:


memberantas hama wereng dan siap pemilihan bibit yang unggul disertai pola
untuk masa tanam selanjutnya. Pada tanam yang serentak; pengolahan yang
Bulan November 2011 ini bahkan 6593 baik; sistim irigasi yang baik agar air
Ha di delapan kecamatan kabupaten ini, berjalan lancar; serta pemakaian pupuk
yaitu: Karanganom, Delanggu, Wonosari, yang berimbang, antara Organik yang
Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo dan untuk menyuburkan dan an-organik yang
Cawas secara serentak akan masuk masa untuk merangsang tumbuhnya daun.
penanaman Inpari 13. Penanaman serentak Menurut Soetiyar, Kepala Dinas Pertanian
ini dimaksudkan untuk mendorong Kabupaten Klaten, sebagaimana dikutip
tercapainya surplus beras nasional sebesar oleh Joglo Pos (31 Oktober-6 November
10 juta ton pada tahun 2014. Inpari 13 2011), untuk memberikan semangat bertani,
memiliki beberapa kelebihan antara lain pemberian gambaran cara mengefisienkan
rasanya yang enak dan produksinya yang pupuk, serta kiat agar produksi meningkat,
lebih banyak berdasarkan ujicoba di Jawa kualitas baik, tidak mudah rusak dan tahan
Barat dan Jawa Timur yang mencapai hama wereng, peran kelompok tani sangat
produksi 12 ton per hektar. Penyerahan besar.
secara simbolis bantuan benih pada Yang menarik adalah mengenai isu yang
kecamatan tertunjuk telah dilakukan pada diangkat dalam membudayakan pangan
8 November 2011 lalu (sumber: www. alternatif, yaitu dengan membiasakan
klatenkab.go.id, akses 27 November 2011). penggunaan pangan alternatif khas Klaten
menjadi bagian dari ritual-ritual warga
StrategiSosialisasi: dan perangkat pemerintah dalam acara-
acara formal dan tradisional seperti rapat,
Menurut Kabag Humas Pemerintah seminar, pernikahan, dll. Meskipun belum
Kabupaten Klaten, Sugeng Haryanto, pola maksimal dan sistemik, tetapi cukup
komunikasi yang efektif bagi warga Klaten strategis untuk mendiversifikasi pangan.
adalah komunikasi langsung/tatapmuka. kemasan isu kesehatan menjadi kemasan
Meskipun tersedia juga forum komunikasi yang menarik dalam sosialisasi, yaitu
melalui media radio, seperti melalui RRI dengan isu kesehatan seperti penyakit
dengan acara ”Halo Wargaku” dan “Klaten degeneratif yang ditimbulkan salah satunya
Bersinar” di RSPD, tetapi pendengar radio oleh nasi dan tepung.
lebih intensif berkomunikasi melalui
jalur komunikasi offair melalui kelompok
pendengar radio “Guyub Rukun”. Makasar: Lahan Terkikis
Hal yang sama ditegaskan oleh Kepala Industrialisasi
Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pada masa kolonial secara Historis
Klaten, Ir. Anna Fajrina, M.Si dan Anggota Provinsi Sulawesi Selatan telah menjadi
DPRD Kabupaten Klaten, Anwar Agus. sentra penghasil beras. Saat itu beras
Menurut Anna, sosialisasi pangan diekspor ke berbagai wilayah di Indonesia,
alternatif dilakukan dengan menggunakan bahkan ada laporan beras dari Sulawesi
saranasosialisasi melalui forum Kelompok Selatan juga diekspor ke Australia. Kondisi
Tani, Kelompok Wanita Tani, Gabungan tersebut tidak banyak berubah sampai saat
Kelompok Tani (GAKOTAN), PKK dan ini. Kementerian Pertanian menetapkan
dasa wisma. Sedangkan Anwar Agus lima kabupaten di Sulawesi Selatan sebagai
menyatakan bahwa komunikasi tatap muka daerah produksi beras yaitu Soppeng,
melalu daerah-daerah pemilihan setiap 3 Sidrap, Wajo, Bone, dan Pinrang. Kelima
bulan sekali, pertemuan fraksi-fraksi dan daerah yang menjadi sentra penghasil beras
public hearing merupakan sarana sosialisasi tersebut diharapkan mampu mensuplai
kebijakan pertanian dan ketahanan pangan beras ke beberapa daerah di Indonesia.
yang efektif.
Namun berbeda dengan kebanyakan
Sementara, substansi yang menjadi isi daerah tetangganya di Sulawesi Selatan
komunikasi adalah mengenai kebijakan yang merupakan daerah produsen beras,
penghentian masa tanam (diberokan), jumlah lahan pertanian di kota Makassar
diversifikasi pangan, dan sosialisasi sapta saat ini semakin berkurang. “Makassar

57
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

adalah daerah perdagangan, hotel dan tugas PPL tidak dibutuhkan lagi” Ujar Hj.
pariwisata, seiring dengan beralihnya Faridhah, Kepala Penyuluh Pertanian Dinas
lahan pertanian jumlah produksi pertanian Ketahanan Pangan Kota Makassar. Kondisi
saat ini semakin berkurang. Suplai bahan lahan yang semakin sempit memaksa para
pangan kita datangkan dari daerah di petani untuk lebih kreatif dalam melakukan
sekitar Kota Makassar.” Ujar Mukhtar intensifikasi lahan. Disitulah peran PPL
Tahir, Kepala Bagian Humas Pemkot dibutuhkan, mereka mendampingi
Makassar. “Humas bekerja sama dengan Kelompok Tani dan Perkumpulan Wanita
satuan kerja terkait bertugas memonitor Tani untuk membantu perekonomian
dan menginformasikan harga-harga bahan keluarga mereka. Para wanita tani diajak
pokok melalui media, terutama media memanfaatkan pekarangan dengan
radio,” Jelas Mukhtar. tanaman obat, tanaman hias, ataupun
Lahan-lahan pertanian di kota tanaman organik serta membuat produk
makassar pun diperkirakan akan semakin olahan. kemudian menjual melalui
mengerucut pasalnya pemerintah kota Kelompok Tani atau Perkumpulan
tengah mengagendakan untuk menambah Wanita Tani. “Para suami yang berprofesi
infrastruktur penunjang pariwisata seperti sebagai petani tentunya akan terbantu
hotel dan pusat perbelanjaan dalam rangka secara ekonomi, fungsi PPL disini adalah
“Visit Makassar 2011”. “Saat ini makassar memberdayakan kelompok-kelompok tani
adalah kota transit wisawan, ke Toraja tersebut agar meningkat taraf hidupnya,”
atau daerah-daerah lainnya. Melalui Visit Ujar Hj. Faridhah.
Makassar 2011 kami ingin agar wisatawan Teknologi informasi juga cukup
tidak hanya transit saja melainkan juga berperan dalam menentukan posisi tawar
tinggal lebih lama di Kota Makassar, ” Jelas petani dalam menghadapi tengkulak.
Mukhtar. Mukhtar mencontohkan tingkat “Petani cukup terbantu dengan hadirnya
hunian hotel cukup tinggi sementara teknologi informasi, minimal melalui
jumlah hotel saat ini belum mampu pesan pendek (sms) ataupun menelepon
memenuhi jumlah wisatawan yang datang, ke pedagang atau petani sejawat sehingga
maka tentunya diperlukan penambahan harga pasar dapat diketahui,” Jelas Aris.
lahan untuk membangun infrastruktur Namun mengenai internet Aris belum
penunjang pariwisata tersebut. terlalu yakin petani-petani di Kota Makassar
Semakin berkurangnya lahan pertanian sudah menggunakannya untuk referensi
juga dibenarkan Aris, Petugas Penyuluh dalam mencari informasi pertanian, seperti
Lapangan (PPL) dari Badan Ketahanan bercocok tanam yang baik, atau perkiraan
Pangan Makassar, ”Saya masih ingat tahun musim.”Biasanya kalau ada informasi
2007 ketika menjadi penyuluh di daerah baru saya bagi ke petani, mereka tinggal
Panakukang, sekarang lahan tersebut mengaplikasikan,” tambah Aris.
beralih menjadi mall. Di Kota Makassar Meski bukan merupakan daerah
yang tumbuh bukan tanaman pangan lagi penghasil tanaman pangan, Kota Makassar
melainkan bangunan beton.” Ujarnya. Aris tidak merasakan kekurangan bahan
menuturkan para petani yang dulunya pangan, pasalnya daerah-daerah pengirim
memiliki lahan, setelah lahannya dijual suplai bahan pangan adalah daerah surplus
sekarang hanya menjadi buruh tani atau beras di Sulawesi Selatan. Bahkan Cuaca
pekerja urban di Kota Makassar. “Biasanya ekstrem saat ini juga dinilai tidak terlalu
lahan tersebut mereka jual untuk berpengaruh dengan produksi pangan.
keperluan seperti pernikahan anaknya atau “Daerah Sulawesi Selatan memiliki
kebutuhan lainnya” Jelas lulusan Sekolah tata kelola pertanian yang baik, namun
Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa itu meskipun mengalami surplus, kami tetap
menyayangkan. melakukan monitoring distribusi bahan
Meskipun jumlah lahan pertanian pangan yang masuk ke Kota Makassar, PPL
semakin sedikit bukan berarti PPL tidak kami yang berada di tiap-tiap kelurahan
menjalankan tugasnya lagi. “Jumlah lahan yang terjun langsung ke pasar,“ ujar Hj.
pertanian di Kota Makassar tinggal 500 Faridhah, Kepala Penyuluh Pertanian
hektar, meski demikian bukan berarti Dinas Ketahanan Pangan Kota Makassar.
Monitoring dilakukan agar stok bahan

58
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

pangan yang beredar di pasar terkendali, Ketergantungan pangan terhadap


sehingga harga-harga di pasar stabil. komoditas padi/beras masih sangat
“Ketika ada pedagang yang nakal seperti tinggi di NTB. Kisah sukses masa lalu
menimbun bahan makanan, kami akan dalam swasembada beras di daerah ini,
tahu dan segera mengambil tindakan,” terutama sejak tahun 1984 ketika sistem
Ujarnya lagi. Gogo Rancah (Gorah) sukses mengukir
Kondisi semakin menyempitnya lahan sejarah keberhasilan di NTB, memberikan
pertanian tidak lantas membuat ketahanan infrastuktur ketahanan pangan tersendiri
pangan di Kota Makassar melemah. Melalui bagi daerah NTB. Sejak itu, penanaman
pengendalian pasokan pangan yang masuk padi tidak hanya dilakukan di lahan basah,
ataupun keluar, kestabilan harga pangan tetapi juga di lahan kering dan lahan
dapat terjaga dengan stabil. Demikian marginal sehingga produksi meningkat
pula dengan kesejahteraan petani, meski (rata-rata sekitar 5,7 persen per tahun) dan
jumlahnya semakin sedikit pemerintah stok pangan relatif stabil.
Kota Makassar tetap memperhatikan Ditekankan Kepala Dinas Pertanian
melalui pemberdayaan ekonomi. Provinsi NTB, capaian itu akan terus
dipertahankan terlebih mengingat
perubahan iklim dan cuaca dewasa ini.
Lombok: komitmen plus suprastruktur Antisipasi terhadap kemerosotan produksi
politik pangan akibat perubahan iklim dilakukan dengan
Ketahanan pangan di daerah NTB pengaturan pola tanam lebih maju dua
ditekankan pada tiga aspek, yaitu aspek (2) bulan sebelum musim hujan seperti
ketersediaan, distribusi dan konsumsi biasa terjadi sehingga menambah daya
pangan. Demikian ditegaskan Kepala Dinas tahan produksi dan ketersediaan pangan
Pertanian Provinsi NTB ditanya tentang apabila terjadi perubahan iklim atau cuaca
konseptualisasi ketahanan pangan dan ekstrim.
bagaimana penerapannya dalam kebijakan Selain aspek ketersediaan atau produksi,
ketahanan pangan di NTB. Penerjemahan ketahanan pangan juga ditekankan pada
ketiga aspek itu dalam penentuan aspek distribusi dan konsumsi. Masalah
kebijakan tidak hanya menjadi tanggung utama dalam hal ini terletak pada soal
jawab Dinas Pertanian, meskipun Dinas akses penduduk terhadap sumberdaya dan
Pertanian merupakan institusi utama yang ketersediaan pangan. Tertama penduduk
memimpin. Tetapi, menjadi tanggungjawab secara sosial-ekonomi tinggal di daerah
seluruh jajaran birokrasi di NTB, kalangan merah yaitu daerah yang terisoliasi secara
legislatif dan eksekutif, baik di tingkat geografis dan atau terkena langsung dampak
provinsi maupun kabupaten, dengan perubahan iklim seperti kekeringan.
menekankan pentingnya ikatan komitmen Termasuk disini adalah daerah-daerah
dan koordinasi berbagai pihak. masih mengalami kemiskinan, yang kini
Pemanasan global dan perubahan pada tahun 2011 jumlahnya masih sekitar
eklim dam cuaca esktrim disadari kalangan 800 ribu penduduk di Provinsi NTB.
birokrasi dan masyarakat petani sebagai Masalah keterbatasan akses
salah satu hambatan penting ketahanan ketersediaan pangan di daerah ini diatasi
pangan dalam aspek ketersediaan. Langkah melalui berbagai cara. Selain pembangunan
antisipasi dilakukan kalangan pemerintah infrastruktur untuk mempermudah seperti
dengan melibatkan media massa dan jalan dan ketersediaan sarana transportasi,
partisipasi masyarakat melalui penyebaran juga peningkatan kapasitas sosial-ekonomi
informasi dan pelaporan rutin perubahan penduduk dan pemberian bantuan khusus
cuaca dan juga respon peningkatan terutama terhadap kelompok miskin
kapasitas ketersediaan melalui kebijakan dan sangat miskin. Sebagai pendukung,
pasar dan logistik. Pemerintah dalam hal ini dilakukan pengklasteran kelompok sosial-
mendorong penduduk untuk tidak segera ekonomi dan penyuluhan dan peningkatan
menjual padi/gabahnya ketika musim kapasitas ketrampilan dilakukan program
panen atau harganya masih rendah, tetapi Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
menahan atau menyimpannya terlebih Pangan Terpadu (SLPTT).
dahulu melalui operasi pasar dan logistik.

59
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Secara umum tantangan utama di produksi dan mempertahankan atau


bidang ketahanan pangan dihadapi meningkatkan ketahanan pangan. Salah
NTB adalah bagaimana menggeser satu sebabnya adalah makin melemahnya
ketergantungan terhadap padi/beras provinsi dan menguatnya kewenangan
menuju ke keanekaragaman tanaman otonomi kabupaten. Sejauh ini, pemerintah
pangan. Menggeser disini dalam arti tidak NTB mencoba mengatasi masalah
sepenuhnya meninggalkan padi/beras koordinasi ini dengan mengikat komitmen
melainkan tetap mempertahankannya berbagai pihak melalui pembuatan MOU
namun ke depan memberikan tekanan (memorandum of understanding) antara
utama pada pentingnya diversifikasi tingkat provinsi dan kabupaten untuk
tanaman pangan untuk meningkatkan mencapai target ketersediaan pangan dan
ketahanan pangan. Sehubungan dengan ketahanan pangan di daerah.
itu, Provinsi NTB telah melancarkan Namun, tampaknya ikatan komitmen
program Pijar, yaitu singkatan dari Sapi, saja belum cukup dan bahkan barangkali
Jagung dan Rumput Laut, sebagai tiga ikatan komitmen seperti MOU semacam itu
komoditas unggulan ditekankan sebagai tidak perlu dan atau tidak sesuai dengan
prioritas dalam pembangunan pertanian semangat pembangunan nasional yang
dan ketahanan pangan di NTB sejak tahun memang sudah semestinya menjadi acuan
2010. nilai dan etika bersama setiap pejabat
Apakah program Pijar ini akan publik dan kelompok kepentingan baik
mengukir sukses di NTB seperti sukses di provinsi maupun kabupaten. Terlebih
NTB dalam sistem Gorah (gogo rancah) masalah ketahanan pangan dan krisis atau
tahun 1984? Masih harus dibuktikan dalam darurat pangan yang merupakan masalah
realisasi. Hanya saja, satu hal penting perlu kemanusiaan yang sudah semestinya
ditekankan dalam hal ini, khususnya untuk menjadi sasaran utama pembangunan.
meningkatkan ketahanan pangan dan Mengingat krusial dan strategisnya
mencegah krisis atau darurat pangan akibat masalah ini, barangkali penting dipikirkan ke
perubahan iklim di NTB, adalah masalah depan bagaimana penguatan kelembagaan
kelembagaan. Pencapaian target produksi provinsi di lakukan agar koordinasi antar
dan ketersediaan pangan dari keempat kabupaten bisa ditingkatkan sehingga
komoditas (Padi plus Sapi, Jagung dan target capaian ketersediaan pangan mudah
Rumput Laut) membutuhkan koordinasi dicapai. Selain itu, juga penting dipikirkan
dan kolaborasi berbagai pihak strategis di bagaimana suprastruktur politik pangan
NTB baik di kalangan pemerintah maupun dibentuk agar terbentuk semacam pola pikir
kelompok kepentingan seperti petani bersama atau platform kebijakan yang tetap
(padi), nelayan (rumput laut) dan peternak sehingga siapapun menjabat atau setiap
(sapi). ganti pejabat di tingkat kabupaten tidak
Persoalan selalu muncul selama akan mempengaruhi capaian atau target
ini adalah tidak atau kurang adanya ketahanan pangan yang ketersediaannya
koordinasi di tingkat pusat dan daerah memang merupakan suatu keharusan
serta antar tingkat provinsi dan kabupaten, agar tidak jatuh dalam krisis atau darurat
khususnya antara Dinas Pertanian Provinsi pangan, sebaliknya justru mencapai
dan Dinas Pertanian Kabupaten, dan surplus pangan dan negara-bangsa serba
juga dalam hubungan dengan kelompok dalam kemakmuran tetapi cukup strategis
kepentingan di kalangan petani, nelayan untuk mendiversifikasi pangan.
dan peternak guna mencapai target

60
Ketahanan Pangan
dalam Perubahan Iklim Global
Edisi 4 / November / 2011

Foto : ANTARA/Musyawir
ANTARA/Syaiful Arif
Abduh Sandiah

62

Anda mungkin juga menyukai