Anda di halaman 1dari 3

CHINDY NABILLA PUTRI

180110201051

TEATER 1

10 Tokoh Teater Indonesia Beserta Biografi

1. W.S Rendra
Memiliki nama asli Willibrodus Surendra Bawana Rendra, lahir pada 7
November 1935 di Solo, Jawa Tengah. Beliau wafat pada 6 Agustus 2009 di Depok,
Jawa Barat. Pada tahun 1967, Rendra mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta.
Beberapa karyanya antara lain ; Orang-orang di Tikungan Jalan,Mastodon dan
Burung Kondor, Kisah Perjuangan Suku Naga, dll.
2. Arifin C. Noer
Seorang sutradara dan penulis naskah kelahiran Cirebon, 10 Maret 1941. Tidak hanya
tokoh teater namun juga dunia perfilman. Ia mendirikan kelompok teater di Jakarta
yang dinamai Teater Kecil. Arifin tutup usia pada 28 mei 1995. Beberapa karyanya
antara lain ; Seorang Laki-Laki Tua, Prita Istri Kita, Mega-Mega, Kapai-Kapai, Kasir
Kita, Orkes Madun dan Sandek, Pemuda Kerja.
3. Jose Rizal Manua
Pria kelahiran Padang, Sumatera Barat pada 14 September 1954 merupakan
Sarjana Seni lulusan Fakultas Teater, Institut Kesenian Jakarta. Pada tahun 1975 dia
dan Yos Marutha Effendi mendirikan Teater Adinda. Kemudian mendirikan Bengkel
Deklarasi Jakarta pada 1986. Dua tahun setelahnya, mendirikan kelompok teater
anak-anak bersama Teater Tanah Air.
4. Putu Wijaya
Beliau merupakan seorang sastrawan, penulis drama, cerpen, esai, novel dan
juga skenario film. Lahir di Puri Anom, Tabana, Bali pada 11 April 1944 dengan
nama I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Putu mendirikan kelompok teater pada tahun 1971
dengan nama Teater Mandiri. Naskahnya yang terkenal antara lain ; Bertambah
Malam, Edan, Demokrasi, Aeng, Cipoa, hingga Zetan.
5. N. Riantiarno
Nama lengkapnya Nobertus Riantiarno, merupakan teaterawan kelahiran
Cirebon, Jawa Barat pada 6Juni 1949. Ia menjadi mahasiswa di Akademi Teater
Nasional Indonesia (ATNI). Pada tahun 1977 Nano mendirikan kelompok teater
bersama Ratna Riantiarno yang sekarang menjadi istrinya, kelompok tersebut
bernama Teater Koma. Naskah kolosal yang lahir dari tangan beliau diantaranya,
Surat Kaleng (Trilogi Rumah Kertas I), Namaku Kiki (Trilogi Rumah Kertas II),
Rumah Kertas (Trilogi Rumah Kertas III), Maaf.Maaf.Maaf, Bom Waktu, Opera
Kecoa, Opera Julini, dll.
6. Asrul Sani

Seorang sastrawan dan teaterawan yang lahir di Rao, Sumatera Barat, 10 Juni
1926 dan meninggal di Jakarta 11 Januari 2004. Asrul Sani sempat mengikuti
pertukaran ke Akademi Seni Drama Amsterdam tahun 1952. Asrul kembali lalu
melanjutkan kuliah dramaturgi dan sinematografi di South California University, Los
Angeles.

7. Yudhi Soenarto
Lahir di Jakarta, 19 Februari. Ia adalah sutradara teater dan anggota Komite
Teater Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Ia juga pendiri dan ketua Laboratorium Seni
dan BudayaFIB UI (1999-2003). Pendiri Teater Sastra UI (1984).
8. Afrizal Malna
Lahir di Jakarta, 7 Juni 1957, namanya dikenal luas melalui karya-karyanya
berupa puisi, cerita pendek, novel, esai sastra dan naskah teater. Teks pertunjukkan
teater miliknya pernah dipentaskan di berbagai panggung pertunjukkan di Indonesia
maupun mancanegara. Ciri khas Afrizal adalah lebih mengangkat tema dunia modern
dan kehidupan urban, serta objek material dari lingkungan tersebut. Korespondensi
antar objek itulah yang menciptakan gaya puitiknya.
9. Ratna Sarumpaet
Lahir di Tarutung, Tapanuli Utara, 16 Juli 1949 yang merupakan seniman
yang banyak menggeluti dunia panggung teater. Ratna terkenal dengan pementasan
monolog Marsinah Menggugat, yang banyak dicekal di sejumlah daerah pada era
administrasi orde baru. Karyanya yang terkenal hingga saat ini adalah Jamila dan
Sang Presiden.
10. Rahman Sabur
Rahman Sabur lahir di Bandung, 12 September 1957. Dia kuliah di Jurusan Teater
Akademi Seni Tari (ASTI) Bandung, 1979. Pertama menjadi sutradara, ketika dia
menggarap Dag Dig Dug karya Putu Wijaya, 192, tahun pertama berdirinya Teater
Payung Hitam. Dia mulai mendekontruksi teks bahkan sampai tingkat yang sangat
“dekstruktif”. Dia mengganti verbalitas teks dengan komposisi tubuh, lengguhan,
erangan, lengkimg dan desah nafas. Karyanya yang menampilkan kekerasan dan
kesakitan tampak pada pertunjukkan Kaspar (1994) dan Merah Bolong Putih Doblong
Hitam (1997). Rahman merupakan sutradara di balik nama besar Teater Payung
Hitam.

Anda mungkin juga menyukai