Anda di halaman 1dari 7

A.

AUDIT OF THE SALES: TEST OF CONTROLS AND SUBTANTIVE TEST

I. Akun Dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Penjualan Serta Penagihan


Audit siklus penjualan dan penagihan dilakukan sebagai evaluasi dari saldo akun
yangpengaruh siklus yang telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku (SAK). Berikut gambar yang menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir
melalui berbagai akun dalam siklus penjualan dan penagihan.

Gambar diatas juga menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap transaksi
dan jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan dimasukkan dalam salah satu dari dua
akun neraca, yaitu akun piutang usaha atau penyisihan untuk pitang tak tertagih. Untuk
mudahnya, kita mengasumsikan bahwa ada pengendalian internal yang sama baik untuk
penjualan tunai maupun  penjualan kredit.

II. Fungsi Bisnis Dalam Siklus Dan Dokumen Serta Catatan Terkait
Siklus Penjualan dan Penagihan melibatkan keputusan serta proses yang diperlukan
untuk mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya
tersedia untuk dijual. Dalam siklus penjualan dan penagihan ini ada 8 fungsi bisnis yang
dimasukan dalam 5 kelompok tranksaksi.
Kelas Akun Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan
Transaksi
Penjualan Penjualan piutang Pemroses pesanan  Pesanan pelanggan
usaha pelanggan Pemberian kredit  Pesanan penjualan
Pengiriman barang  Pesanan pelanggan atau
Penagihan  pelanggan dan pesanan penjualan
pencatatan  penjualan  Dokumen pengiriman
 Faktur penjualan.
 File transaksi penjualan
 Jurnal penjualan atau listing
 File induk piutang usaha  
 Neraca saldo piutang usaha
Laporan bulanan
Penerimaan Kas di bank (debet Pemroses dan pencatatan  Remittance advice
Kas dari penerimaan penerimaan kas  Prelisting penerimaan kas
kas) piutang usaha  File transaksi penerimaan
kas
 Jurnal penerimaan kas atau
listing

Retur Dan Retur dan Pemroses dan  pencatatan  Memo kredit


Pengurangan pengurangan retur dan pengurangan  Jurnal retur dan
Penjualan penjualan Pitang penjualan Penghapusan pengurangan penjualan
Penghapusan usaha Piutang piutang usaha tak tertagih  Formulir otorisasi piutang
Piutang tak Usaha Penyisihan tak tertagih
Tertagih untuk  piutang tak  Jurnal umum
tertagih
Beban Beban piutang tak Penyediaan piutang tak Jurnal umum
Piutang tak tertagih Penyisihan tertagih
Tertagih untuk  piutang tak
tertagih

Pada kolom diatas sebelum dapat menilai resiko pengendalian dan merancang
pengujian  pengendalian serta pengujian substansif atas transaksi harus memaham fungsi
bisnis dan dokumen serta catatan suatu perusahaan.
1. Pemroses pesanan pelanggan
 Pesanan pelanggan yaitu permintaan barang dagang yang diajukan oleh pelanggan
melalui telepon, surat, e-mail atau formulir.
 Pesanan penjualan yaitu dokumen untuk mengkomunikasikan deskripsi, kuantitas,
dan informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan.
2. Pemberian kredit
 Harus ada persetujuan dari orang yang memiliki otorisasi yang sah untuk
menyetujui permohonan kredit kepada pelanggan atas tranksaksi penjualan sebelum
barang dikirim.
 Bill of lading yaitu kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pegiriman barang
antara  pembawa dan penjual. Bill of lading dikirimkan secara elektronik ketika
barang telah dikirimkan, dan secara otomatis akan membuat faktur penjualan yang
terkait serta ayat  jurnal dalam jurnal penjualan.
3. Pengiriman barang
Saat akan mengirimkan barang kepada pelanggan, sebuah dokumen pengiriman
akan disiapkan pada saat pengiriman, yang biasanya dilakukan secara otomatis oleh
komputer berdasarkan pada informasi pesanan penjualan.
4. Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan.
Aspek paling penting dari penagihan yaitu, Semua pengiriman telah ditagih
(kelengkapan/completeness), tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali
(keterjadian/occurrence), Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat
(keakuratan/accuracy). Dokumen yang terkait dengan penagihan pelanggan dan
pencatatan penjualan yaitu:
 Faktur penjualan: dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang
yang dijual, harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan relevan lainnya.
 File transaksi penjualan: file yang dihasilkan computer yang mencantumkan
semua transaksi  penjualan yang diproses oleh system akuntansi selama suatu
periode.
 Jurnal penjualan atau listing: laporan yang dibuat dari file transaksi penjualan
yang biasanya mencantumkan nama pelanggan, tanggal, jumlah dan klasifikasi bagi
setiap transaksi seperti divisi atau lini produk.
 File induk piutang usaha: file computer untuk mencatat penjualan individual,
penerimaan kas, retur dan penguragan penjualan bagi setiap pelanggan dan untuk
mempertahankan saldo akun pelanggan.
 Laporan bulanan: dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara elektronik
kepada setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang usahanya.
Pemroses dan pencatatan penerimaan kas.
5. Memproses dan mencatat penerimaan kas
Proses dan pencatatan penerimaan kas termasuk penerimaan,penyetoran dan
pencatatan kas harus sangat diperhatikan karena kemungkinan pencurian terhadap kas.
Dokumen yang terkait dengan proses dan pencatatan penerimaan kas yaitu:
 Remmitance advice yaitu dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan
biasanya dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas.
 Prelisting penerimaan yaitu daftar yang disusun ketika kas diterima oleh
seseorang yang tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang
usaha, kas dan yang tidak memiliki akses ke catatan akuntansi.
 File Transaksi Penerimaan Kas adalah file yang dihasilkan komputer yang
mencakup semua transaksi penerimaan kas yang diproses oleh sistem akuntansi
untuk periode seperti satu hari. minggu, atau bulan.
 Jurnal Penerimaan Kas atau Listing: daftar dihasilkan dari file transaksi
penerimaan kas dan mencakup semua transaksi untuk periode waktu tertentu.
6. Pemrosesan dan pencatatan retur penjualan dan pengurangan harga
 Memo kredit yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan dari jumlah
pelanggan akibat retur barang atau pengurangan harga.
 Jurnal retur dan pengurangan penjualan yaitu jurnal yang digunakan untuk
mencatat retur dan pengurangan penjualan. Penghapusan piutang usaha tak tertagih.
7. Menghapus piutang tak tertagih
Penghapusan piutang tak tertagih terjadi apa bila pelanggan bangkrut atau piutang di
pindah tangankan kepada agensi penagihan maka perusahaan harus menghapuskannya.
8. Beban piutang tak tertagih
Prinsip akuntansi mengharuskan perusahaan mencatat beban piutang tak tertagih
sejumlah nilai tagihan yang diperkirakan tidak dapat ditagih yang biasanya di catat
diakhir bulan atau akhir kuartal.
 Formulir otorisasi piutang tak tertagih yaitu dokumen yang digunakan dalam
lingkungan internal untuk menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang usaha
sebagai tak tertagih.

III. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif


atas Transaksi Penjualann
a. Memahami pengendalian internal penjualan, auditor melakukan pendekatan pada
penjualan dengan mempelajari bagan arus klien, menyusun kuesioner pada
pengendalian internal dan pengujian penelusuran penjualan
b. Menilai resiko perencanaan pengendalian, auditor menggunakan informasi yang
diperoleh dalam memahami pengendalian internal untuk menilai resiko
pengendalian. Empat langkah dalam mengukur resiko pengendalian:
1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian.
2. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan kelemahannya
bagi  penjualan.
3. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu
mengaitkannya dengan tujuan.
4. Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.
Selanjutnya dilakukan penguji aktivitas pengendalian kunci untuk penjualan.
1. Pemisahan tugas: dapat mencegah terjadinya salah saji akibat kesalahan maupun
fraud.
2. Otoritas Yang Tepat Auditor akan memeriksa otoritas pada 3 titik kunci
a. Kredit harus diotoritasi dengan tepat sebelum penjualan dilakukan.
b. Barang harus dikirim hanya setelah otoritasi yang tepat dilakukan.
c. Harga, termasuk syarat dasar, ongkos angkut, dan diskon, harus di otorisasi.
3. Dokumen dan Catatan yang Memadai: setiap perusahaan memiliki sistem
penerimaan, pemrosesan, dan pencatatan transaksi yang unik, auditor mungkin
sulit mengevaluasi apakah setiap prosedur klien telah dirancang untuk
pengendalian maksimum.
4. Dokumen diberi Nomor Terlebih Dahulu: dilakukan untuk menghindari
kesalahan terjadinya duplikasi pada billings dan recordings
5. Laporan Bulanan: merupakan bentuk pengendalian yang mendorong para
pelanggan untuk segera merespons jika ada saldo yang dinyatakan dengan tidak
benar.
6. Prosedur Verifikasi Internal: proses dan pencatatan transaksi penjualan harus di
periksa oleh program komputer atau personil yang independen, apakah sudah
memenuhi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
c. Menentukan Luasnya Pengujian Pengendalian, auditor harus melakukan ujian
ekstensif terhadap pengendalian kunci serta mengavaluasi dampak dari kekurangan
terhadap laporan auditor untuk pengendalian internal laporan keuangan. Sedangkan
perusahaan non publik bergantung pada efektivitas pengendalian internal dapat
diandalkan untuk mengurangi resiko pengendalian.
d. Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan. Pengujian subtantif
tranksaksi penjualan dilakukan pada kondisi tertentu yang memerlukan perhatian
khusus seperti berikut:
1. Penjualan yang dicatat benar-benar terjadi
2. Penjualan yang dicatat adalah untuk barang yang tidak pernah dikirimkan ke
pelanggan
3. Penjualan dicatat lebih dari sekali
4. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif
5. Tranksaksi penjualan yang ada telah di catat
6. Arah pengujian: Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri
dokumen sumber kejurnal dan memvouching dari jurnal kembali ke dokumen
sumber. Pengujian pertama adalah untuk transaksi yang dihilangkan (tujuan
kelengkapan). Sementara yang kedua adalah untuk transaksi yang tidak ada
(tujuan keterjadian).
7. Penjualan dicatat dengan akurat. Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan
harus memperhatikan; mengirimkan jumlah barang yang dipesan, menagih
dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim, mencatat dengan akurat
jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.
e. Ikhtisar metodologi penjualan. Auditor berfokus pada penentuan bahwa ada
pengendalian komputer yang efektif utuk memastikan bahwa komputer telah
diprogram secara layak dan belum diganti sejak diuji oleh auditor.
1. Transaksi penjualan dimasukkan dengan benar dalam file Induk dan
Diikhtisarkan dengan benar.
2. Penjualan yang dicatat diklasifikasikan dengan benar.
3. Penjualan dicatat pada tanggal yang benar.
4. Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
5. Pengendaian kunci yang ada.
6. Pengujian pengendalian.
7. Defisiensi.
8. Pengujian substansif atas transaksi.

IV. Retur Penjualan dan Pengurangan Penjualan


Dalam banyak hal, retur dan pengurangan penjualan sangat tidak material sehingga
auditor dapat mengabaikannya. Untuk retur dan pengurangan penjualan, umumnya
auditor menekankan pada pengujian transaksi yang tercatat untuk mengungkapkan
setiap pencurian kas dari penagihan piutang usaha yang ditutupi oleh retur atau
pengurangan penjualan fiktif.
Tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam menguji
saldo akun untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah pada
akhir tahun. Jika ingin mengaudit retur dan pengurangan penjualan, harus dapat
menerapkan logika yang sma untuk mendapatkan  pengendalian, pengujian
pengendalian, dan pengujian substansif atas transaksi yang sesuai guna memverifikasi
jumlahnya.

V. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif


Transaksi Penerimaan Kas
Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian
pengendalian dan  pengujian substansif atas transaksi penerimaan kas seperti yang
digunakan untuk penjualan. Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi,
auditor mengikuti proses berikut ini :
a. Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit.
b. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan resiko pengendalian.
c. Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah moneter bagi
setiap tujuan.
Proses pengujian substasif.
a. Penyiapan Bukti Penerimaan Kas. Prosedur audit untuk menguji apakah semua
penerimaan kas yang dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah
bukti penerimaan kas ( proof of cash receipts ).
b. Lapping piutang usaha yaitu penundaan ayat jurnal penagihan piutang usaha
untuk menutupi kekurangan kas yang ada.

VI. Pengujian Audit Untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih


Auditor menguji dan memastikan apakah terdapat persetujuan pengahapusan piutang
dari pihak yang mempunyai otorisasi yang tepat dengan cara auditor juga harus
memeriksa korespondensi dalam file klien yang menyatakan ketidaktertagihannya,
memeriksa laporan kredit yang ada lalu menyimpulkan bahwa penghapusan akun pada
jurnal sudah tepat.

VII. Pengendalian Internal Tambahan Terhadap Saldo Akun Serta Penyajian Dan
Pengungkapan.
Auditor harus lebih berhati-hati dalam penyajian dan pengungkapan tambahan
terhadap saldo akun karena auditor umunya memba risiko bawaan yang tinggi untuk
tujuan realisasi dimana tujuan audit terkait dengan saldo piutang dagang yang
merupakan unsur utama dari sebuah laporan keuangan. Pengendalian internal juga
berkaitan langsung dengan saldo akun dan penyajian serta pengungkapan yang mungkin
terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji sebagai bagian dari pengujian
pengendalian atau pengujian substansif atas transaksi yang kemungkinan besar akan
mempengaruhi tujuan yang berkait dengan saldo nilai yang dapat direalisasi dan hak
serta kewajiban dan empat tujuan penyajian serta pengungkapan.
Nilai yang dapat direalisasi adalah tujuan audit yang terkait dengan saldo yang
penting bagi piutang usaha karena kolektibilitas piutang sering kali merupakan pos
laporan keuangan yang penting. Hal ini telah menjadi suatu isu pada sejumlah kasus
kewajiban akuntan. Karena itu, biasanya auditor menetapkan risiko yang melekat yang
tinggi untuk tujuan nilai realisasi. Idealnya, klien harus menetapkan beberapa
pengendalian untuk mengurangi kemungkinan piutang tak tertagih. Dua pengendalian
lainnya adalah:
a. Penyusunan neraca saldo umur piutang usaha periodik untuk review dan tindak
lanjut oleh personil manajemen yang tepat.
b. Kebijakan menghapus piutang tak tertagih apabila sudah tidak mungkin lagiuntuk
ditagih.

VIII. Dampak Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substansif Transaksi.


Hasil dari pengujian dan pengendalian substantif tranksaksi sangat berdampak pada
pengauditan selanjutnya,khususnya pada pengujian substantif perincian saldo. Pengauditan
yang paling berpengaruh terhadap pengujian dan pengendalian substantif tranksaksi siklus
penjualan dan penagihan adalah saldo akun piutang dagan,kas, beban piutang tak tertagih dan
penyisihan piutang tak tertagih. Pengaruh yang paling sigifikan dari hasil pengujian
pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan
adalah terhadap konfirmasi piutang usaha. Jenis konfirmasi, ukuran stempel, dan penetapan
waktu pengujian semuana juga terpengaruh.

Anda mungkin juga menyukai