Anda di halaman 1dari 2

Rumah Hantu

Sesampainya di rumah tanpa pikir panjang aku langsung menaruh bajuku sembarangan,
lalu pergi bermain ke rumah Iqbal. Ketika melewati rumah Lutfi aku melihat kucing yang
terperangkap di semak – semak yang ada di rumah tak perpenghuni itu . banyak orang yang
mengatakan bahwa rumah itu sudah menjadi rumah makhluk halus . rumah itu sudah lama tak
berpenghuni sejak 7 tahun yang lalu, karena penghuninya terlilit hutang dengan bank. Kata
tetanggaku, malam hari sering terdengar suara wanita menagis dan air keran yang hidup.
Percaya tidak percaya aku harus percaya, karena ketika melewati rumah itu bulu kudukku selalu
berdiri.

“miaw…miaw…miaw…, kucing itu mengeong padaku,” seolah memanggilku untuk


menolongnya.

“aku tolong gak ya kucing itu ?” pikirku dalam hati .

Setelah lama aku pikirkan akhirnya aku memaksakan diri untuk menolong kucing itu,
dengan kaki gemetar aku melangkah menuju gerbang rumah itu, lalu memasukkan tanganku ke
sela – sela gerbang dan cepat – cepat mengambil kucing itu, walau dengan susah payah dan
sempat tersangkut di sela – sela pintu gerbang. Setelah berhasil mengeluarkannya aku cepat –
cepat menjauh dari rumah itu. Kucing itu menjilat tanganku seolah mengucapkan terima kasih
padaku yang telah menolongnya. Lalu kulepaskan kucing itu dan pergi ke rumah Lutfi.

Sesampainya disana, aku melihat teman – temanku sedang asik bermain monopoli .

“Woi, kemana aja kamu? Kok baru datang sih?” tanya Iqbal dengan suara keras sehingga
mengagetkanku.

“Maaf, tadi abis nolong kucing dari rumah hantu itu. Makanya aku telat datang.” jawabku
sambil menggaruk kepalaku.

“Wuih, temen kita ada yang mau jadi pahlawan kesiangan nih .” ledek Iqbal padaku .

“Wakakakakak…” teman – teman yang lain ikut ketawa .

“Emang ada yang lucu ya?” Emang salah kalo aku nolong binatang hah ?” bentakku .

“ Enggak kok, malah bener banget. Tapi, kamu gak takut ?” sahut Rifal yang sedang mengocok
dadu .

“Pertamanya sih takut, tapi aku berani – beraniin aja. Itung – itung amal.” jawabku pelan

“Gimana kalo kita berpetualang ke rumah hantu itu ?” ajak Iqbal sambil menepuk bahu Fanya .
“Gak ah, aku gak mau nyari masalah.” Sahut Rifal tegas .

“Bilang aja kamu gak berani kan ?” ledek Iqbal .

“ Siapa bilang aku gak brani aku brani kok ?” bentak Rifal sambil menepuk lantai .

“Ya udah, ayo kita ke rumah hantu itu.” jawab Iqbal dengan semangat

“Tapi kalo ada apa – apa jangan salahin kita. Jawabku .

“Oke, ayo kita berangkat ! seru Iqbal.

Sesampainya disana …

“ Ayo Iqbal kamu duluan.” suruh Lutfi pada Iqbal .

“ Kok aku sih ?” tanya Iqbal.

“Kamu kan yang punya ide gila ini, makanya kamu yang duluan masuk.” sahut Iqbal

“Hah, kalian semua pengecut! ya udah aku duluan.” bentak Iqbal sambil berjalan menuju pagar
rumah itu.

Kami memanjat pagar rumah itu secara bergantian, lalu kami menuju pintu depan
rumah itu, ternyata tidak dikunci, lalu kami kami membukanya. Kami melihat ke seluruh bagian
rumah, dari lantai satu hingga lantai dua. Rumah itu sudah menjadi sarang tikus dan kecoak.
Perabotan rumah itupun sudah berdebu dan banyak yang keropos.

“Kita pulang aja yuk?” ajakku .

“Sebentar lagi deh, lagi seru nih.” sahut Iqbal

“Ternyata disini gak ada setan tuh? Berarti mereka bohong dong? “ timpal Lufi.

“Iya, mereka semua tukang ngibul.” jawab Rifal

Aku merasa kesal pada mereka semua dan pergi meninggalkan mereka menuju lantai
satu. Aku melihat sebuah ruangan yang berisi sebuah lukisan wanita, kupikir itulah pemilik
rumah ini. Tanpa kusadari ada cicak jatuh di kepalaku, aku berteriak sangat kencang, karena
saking kagetnya. Badanku terasa tidak bisa digerakkan saking takutnya. Teman – temanku
langsung berlari secepat mungkin dan meninggalkanku. Akupun berusaha berlari mengejar
mereka walau kakiku terasa kaku. Sesampainya di pintu gerbang kami berebutan memanjat
untuk keluar dari rumah itu. Dan akhirnya aku orang terakhir yang keluar dari rumah itu. Aku
menangis dan menyalahkan Iqbal. Iqbal pun hanya bisa minta maaf. Aku dan teman – teman
berjanji tidak akan masuk ke rumah berhantu itu.

Anda mungkin juga menyukai