Pertemuan ini dilakukan setiap seminggu sekali dan menghabiskan waktu sekitar 30 menit
dengan membahas topik HSE yang mungkin ditujukan kepada kelompok pekerja proyek dan
disajikan oleh pemimpin kelompok untuk masalah topik seperti program keselamatan, wilayah
kerja yang bersangkutan, trend potensi kebiasaan pekerja, kinerja hse, penghargaan keselamatan,
dll. HSE Departemen akan membantu pemimpin kelompok untuk menyediakan topik pada setip
pertemuan mingguan dan menggabungkan dengan program perusahaan.
Safety Patrol
Safety Patrol merupakan kegiatan inspeksi yaitu dengan melakukan keliling di setiap area di
perusahaan untuk mencari keadaan yang tidak sesuai dengan standar dan temuan tersebut akan
dibuat laporan untuk selanjutnya dipresentasikan (TMMIN, 2006).
http://linimasailmu.blogspot.com/2018/06/safety-patrol.html
a. Mencatat masalah yang menyimpang dari standar K3 yang ditemukan saat inspeksi.
pengecekan sehingga dapat terfokus dalam mencari hal-hal yang tidak sesuai dengan standar.
Adapun item yang perlu dilakukan pengecekan adalah seluruh aspek safety di tempat kerja yang
meliputi:
4. Lakukan komunikasi dua arah buat pertanyaan yang memuat dirinya menjawab.
6. Beri sangsi bagi yang melanggar dan beri penghargaan bagi yang disiplin.
1. Seiri (Sortir)
Seiri yaitu memisahkan barang yang dibutuhkan dengan barang yang tidak dibutuhkan.
Barang yang dibutuhkan akan disimpan, sedangkan barang yang tidak dibutuhkan akan
disingkirkan.
2. Seiton (Susun)
Seiton yaitu menyusun dan meletakkan barang-barang yang dibutuhkan supaya mudah
ditemukan saat dicari.
3. Seiso (Sapu) Seiso yaitu membersihkan area kerja beserta barang-barang yang telah
tersusun rapi dari berbagai debu dan kotoran
4. Seiketsu (Standarisasi)
Seiketsu yaitu membuat prosedur (standarisasi) tentang aturan bagaimana cara untuk
melakukan Seiri, Seiton, Seiso, kemudian menginformasikan ke semua pihak yang
bersangkutan.
6. Safety (Selamat)
Safety yaitu menghindarkan diri dari segala macam resiko yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja dan berbahaya bagi keselamatan pekerja.
(baca juga : pengertian lean manufacturing)
1. Seiri (sortir)
Pisahkan barang yang dibutuhkan dengan barang yang tidak dibutuhkan untuk proses
menjahit.
Barang yang dibutuhkan untuk proses menjahit adalah kapur tulis, meteran, benang,
gunting dan jarum.
Sedangkan barang yang tidak dibutuhkan dalam proses menjahit adalah kawat, obeng,
staples, dan tisu bekas.
2. Seiton (susun)
Rapikan dan letakkan barang-barang yang dibutuhkan seperti : kapur tulis, meteran,
benang, gunting dan jarum pada tempat yang mudah untuk ditemukan dan dijangkau,
misalkan :
Laci atas = jarum, benang
Laci tengah = kapur tulis, meteran
Laci bawah = gunting
Kemudian berikan identitas pada tiap laci meja sesuai dengan nama barang yang
ditempatinya.
(baca juga : pengalaman bekerja di pabrik jepang)
3. Seiso (sapu)
Bersihkan area meja dan barang-barang yang telah di susun rapi dari berbagai debu dan
kotoran.
4. Seiketsu (standarisasi)
Buatlah prosedur semisal Operational Standard (OS) tentang tata cara dalam penanganan
peralatan jahit, kemudian informasikan prosedur tersebut ke semua operator, dan lakukan
audit untuk mengecek aktivitas 5S yang sudah dijalankan.
5. Shitsuke (swadisiplin)
Budayakan untuk selalu membiasakan diri untuk disiplin dalam menjaga 4S (seiri, seiton,
seiso, seiketsu, shitsuke) secara berurutan.
6. Safety (selamat)
Hindarkan diri dari segala macam resiko yang dapat mengancam keselamatan kerja,
misalnya ketika melakukan jahit obras harus menggunakan masker agar partikel
kain yang rontok tidak terhirup yang dapat mengganggu organ pernapasan manusia.
Kemudian, ketika melakukan setrika baju gunakanlah sarung tangan agar dapat
menghindarkan tangan dari terkena setrika yang panas.
Cek apakah terdapat kebocoran pada tabung dan pastikan gas pendorong tidak
bocor, indikasinya adalah keberadaan posisi jarum yg terletak di pressure gauge
tepat berada di posisi 15 s/d 20 Bar. (Berlaku untuk tabung type Stored
Pressure).
Diharapkan, peserta yang telah mengikuti program pelatihan ini, dapat lebih
memahami tentang prinsip prinsip K3, serta dapat mengimplementasikan di
lingkungan kerja.
Tujuan Training
1. Mengimplementasikan K3 baik di lingkungan maupun ditempat kerja
2. Memahami faktor Resiko di tempat kerja
3. Memahami potensi bahaya
4. Membentuk sikap waspada dengan melakukan tindakan prevensi
5. Melakukan Upaya bila terjadi Penyakit Akibat Kerja / kecelakaan kerja
6. Melakukan Kegiatan berkesinambungan pencegahan kecelakaan kerja
7. Melakukan prosedur yang aman dalam penyelamantan korban kecelakaan
kerja
8. Melakukan pelaporan terkait kecelakaan kerja
Training Contents
1. Dasar dasar K3 ditempat kerja
2. UU Keselamatan Kerja
3. Pondasi dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
4. Pentingnya keselamatan
5. Pencegahan terhadap kecelakaan
6. Contoh – contoh terhadap Bahaya
7. Menilai bahaya kecelakaan ditempat kerja
8. Pengendalian terhadap Bahaya
9. Pentingnya alat pelindung diri
10. Emergency Preparedness
11. Basic First Aid & Basic Fire Fighting
12. Konsep Modern Budaya K3
13. Konsep Perilaku K3
14. Implementasi Perubahan Perilaku K3
safety meeting merupakan sebuah cara untuk selalu mengingatkan kepada
para pegawai tentang pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja di area
kerja. Biasanya materi yang diberikan melalui safety talk ini sifatnya spesifik
kepada lingkungan kerja dan tidak harus selalu dilakukan di ruang yang
khusus. Cukup dengan memberikan briefing di area terbuka, karena pada
dasarnya seorang pimpinan hanya memberitahukan bagaiaman selalu
menjalankan aturan dari kesehatan dan keselamatan kerja itu sendiri
Cara melakukan safety talk yang efektif dan efisien adalah dengan merangkum
kumpulan materi safety meeting antara lain:
1. Hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha dalam hal Keselamatan dan
Kesehatan Kerja berdasarkan peraturan yang berlaku.
2. Kebijakan dan sistem manajemen K3 perusahaan.
3. Peraturan umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja perusahaan.
4. Prestasi K3 dan pengalaman kegagalan sistem K3 (Kecelakaan).
5. Gambaran umum kegiatan perusahaan dan struktur organisasi
perusahaan.
6. Prosedur tanggap darurat, nomor telepon, komunikasi saluran radio.
7. Prosedur evakuasi dan tempat berkumpul bila ada kebakaran dan atau
keadaan darurat.
8. Pusat Pertolongan Pertama Kecelakaan (P3K).
9. Pengenalan terhadap lokasi dan alat kerja serta fasilitas lainnya.
10.Potensi bahaya dan kecelakaan yang pernah terjadi di lokasi kerja.
11.Alat pelindung diri yang wajib untuk lokasi tersebut.
12.Gambaran umum kegiatan departemen unit kerja dan struktur
organisasinya.
13.Prosedur kerja yang terkait dengan tugas yang akan dikerjakan atau akan
segera dilakukan.
14.Prosedur pelaporan kecelakaan.
ujuan Pelatihan P3K