Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PERUSAHAAN

Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Strategi
Dosen Mila Badriyah, S.E., M.M

Disusun oleh,

Akmal Al Baihaqi Sucherman

1183070010

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segalapuji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah swt yang telah member
rahmat tanpa batas dari-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaplikasian
Pengambilan Keputusan Dalam Perusahaan"

Dengan adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memudahkan


kami menyelesaikan hambatan selama pengerjaan makalah ini. Oleh karena itu
kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekuranga-kekurangan


mendasar dalam makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang diberikanakan
kami jadikan pembelajaran untuk manulis makalah dengan lebih baik lagi. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. Aamiin

Bandung, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

1............................................................................................................................................PENDAHU
...........................................................................................................................................1
1.1. LatarBelakangMasalah...........................................................................................1
1.2. RumusanMasalah....................................................................................................1
1.3. TujuanPenelitian.....................................................................................................1
2. PEMBAHASAN.............................................................................................................2
2.1. Pengertian Pengambilan Keputusan.......................................................................2
2.2. Proses Pengambilan Keputusan Strategik...............................................................2
2.3. Strategi Pengambilan Keputusan dalam Perusahaan..............................................7
2.4. Cara Perumusan Pengambilan Keputusan .............................................................12
3. PENUTUP....................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LatarBelakangMasalah
Di dalam hidup kita, semua hal memerlukan sebuah proses. Semua
hal itu tidak bisa secara instan bisa kita dapatkan. Begitu pula
dalam membuat suatu keputusan. Keputusan tidak bisa secara tiba-
tiba datang begitu saja. Keputusan dalam hal
pembuatan/pengambilannya memerlukan beberapa proses ataupun
tahapan.
Proses itu bisa terjadi secara singkat maupun terjadi dalam kurun
waktu yang relatif lama dan memerlukan analisis panjang. Suatu
keputusan yang bersifat stratejik adalah keputusan yang dibuat
melalui suatu proses yang panjang, rumit, dan melibatkan banyak
pihak. Dengan demikian, suatu proses yang berisi langkah-langkah
potensial harus selalu dipertimbangkan dalam membuat
keputusan-keputusan strategik.
Dalam pembahasan kali ini akan dibahas sedikit mengenai proses
pengambilan keputusan strategik. Di dalam proses tersebut terdiri
dari beberapa fase, mulai dari fase pengidentifikasian hingga fase
yang terakhir yaitu fase implementasi.
1.2. RumusanMasalah
1. Apa Pengertian Pengambilan Keputusan ?
2. Bagaimana Proses Pengambilan Keputusan Strategis ?
3. Bagaimana Strategi Pengambilan Keputusan dalam
Perusahaan ?
4. Bagaimana rumusan pengambilan Keputusan ?
1.3. TujuanPenulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen strategi
2. Untuk mengetahui pengertian dari pengambilan keputusan
3. Untuk mengetahui pengaplikasian pengambilan keputusan
dalam suatu perusahaan

1
BAB II
PEMBAHASAN
I.2. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju
mundurnya suatu organisasi, terutama karena masa depan suatu
organisasi banyak ditentukan oleh pengambilan keputusan
sekarang. Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu
alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi.

Jadi pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang memiliki


proses. Proses di sini adalah serangkaian tahap-tahap yang harus
di tempuh oleh seorang pengambil keputusan, dan dalam proses
itu terdapat alternatif-alternatif yang harus dipilih atau
dipertimbangkan menggunakan metode/cara yang sesuai dengan
situasi dan kondisi suatu organisasi atau perusahaan.

Setelah melalui tahap dan proses pemilihan alternatif, akan


dihasilkan sebuah keputusan. Morgan dan Cerullo mendefinisikan
keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah
dilakukan pertimbangan, yang terjadi sesudah dilakukan
pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih,
semetara yang lain dikesampingkan.
Jadi keputusan adalah satu atau beberapa kesimpulan final yang
terjadi setelah adanya pemilihan alternatif dari banyak alternatif
yang tersedia.

I.3. Proses Pengambilan Keputusan Strategik


Keputusan stratejik adalah keputusan yang mengandung risiko
yang besar. Sekali keputusan itu dibuat akan mempunyai dampak
luas bagi organisasi. Lahirnya suatu keputusan tidak serta merta
berlangsung secara sederhana begitu, sebab sebuah keputusan itu

2
selalu saja lahir berdasarkan dari proses yang memakan waktu,
tenaga, dan pikiran hingga akhirnya terjadinya suatu pengkristalan
dan lahirlah keputusan tersebut.

Di dalam buku yang berjudul “Pengambilan Keputusan Stratejik


untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit” karangan J.
Salusu, dijelaskan tentang empat fase yang perlu ditempuh dalam
membuat keputusan stratejik. Fase-fase tersebut meliputi fase
identifikasi, pengembangan, penyelesaian, dan fase implementasi
dan evaluasi.
1. Fase identifikasi
Fase identifikasi terdiri dari satu langkah yaitu evaluasi terhadap
kinerja organisasi sekarang, evaluasi tujuan dan sasaran
organisasi, serta perumusan masalah.
Pada prinsipnya dapat dikatakan bahwa fase identifikasi adalah
fase mengevaluasi tujuan dan sasaran, sejauh mana program-
program yang digambarkan dalam tujuan dan sasaran itu dapat
direalisasikan. Evaluasi semacam ini biasanya dilakukan dalam
sebuah rapat kerja, yang melibatkan para karyawan dan terutama
semua pimpinan unit kerja yang turut bertanggung jawab atas
suksesnya organisasi. Persoalannya ialah seberapa jauh suatu rapat
kerja mampu mengenali dan mendefinisikan masalah-masalah itu
serta mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya.

Mengidentifikasi suatu masalah biasanya tidak begitu mudah


dilakukan oleh para pembuat keputusan. Bahkan tidak jarang
mereka gagal karena mereka sebenarnya tidak melihat masalah itu
atau tidak menyadari bahwa itulah masalah. Bukan itu saja,
mereka melihat masalah yang salah. Kadang-kadang diperlukan
survei untuk mengetahui penyebab timbulnya suatu

3
masalah.Sesudah penyebab masalah itu dideteksi, barulah proses
pengambilan keputusan diteruskan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fase


pengidentifikasian masalah merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam proses pengambilann keputusan. Karena dalam fase
ini, selain harus mengalokasikan masalah juga harus mengisolasi
isu-isu yang benar, dengan memperhatikan kemampuan untuk
menyelesaikannya dalam jangka waktu dan sumber daya yang
tersedia.

2. Fase pengembangan
Setelah masalah dirumuskan dengan baik dan diketahui faktor-
faktor penyebabnya, kita masuk pada fase pengembangan. Fase ini
merupakan fase yang paling banyak menguras sumber daya, baik
berupa tenaga, waktu, pikiran, dan dana. Dalam fase ini
manajemen eksekutif puncak melakukan peranan yang sangat
penting, yaitu menjelajah lingkungan (to scan the environment),
baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal.
Kemahiran para pengambil keputusan dalam menganalisis dan
mendeteksi faktor-faktor stratejik dilingkungan organisasi akan
menentukan bobot dari suatu keputusan stratejik.

Ada tiga kegiatan utama yang dilakukan para pembuat keputusan


selama fase pengembangan ini, yaitu mempelajari secara seksama
dan teliti akan kemampuan organisasi, kemudian merumuskan
kekuatan dan kelemahannya. Sesudah itu, mempelajari secara
seksama kecenderungan-kecenderungan dalam lingkungan
eksternal, lalu merumuskan peluang-peluang yang tersedia, dan
kemungkinan tantangan atau ancaman yang bisa berdampak luas
terhadap kegiatan organisasi. Langkah terakhir adalah

4
mengintegrasikan semua faktor stratejik yang sempat dideteksi
dalam lingkungan internal dan lingkugan eksternal. Hal ini disebut
analisis SWOT.

Berikut ini adalah contoh tujuan analisis lingkugan dari beberapa


perusahaan:
a. Untuk menyediakan kemampuan dalam menanggapi masalah-
masalah kritis dalam lingkungan bagi manajemen perusahaan.
b. Untuk menyelidiki kondisi masa depan dari lingkungan
organisasi dan kemudia memasukkannya ke dalam pengambilan
keputusan-keputusan organisasi
c. Untuk mengenali masalah-masalah mendesak pada saat ini yang
signifikan bagi perusahaan, dan memberikan prioritas terhadap
masalah tersebut, serta mengembangkan suatu rencana untuk
menanganinya.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, koalisi manajemen atas dapat


meninjau kembali tujuan dan sasaran stratejik jika dianggap perlu.
Peninjauan itu diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
dan sasaran organisasi masih sesuai dengan hasil analis SWOT.
Jikalau perlu dilakukan penyempurnaan, hal itu harus dilakukan.
Jika tidak, dikhawatirkan sasaran yang telah ditetapkan akan
terganggu dengan perubahan lingkungan yang tidak diramalkan
sebelumnya.

3. Fase penyelesaian
Fase penyelesaian meliputi peninjauan ulang tujuan dan sasaran
jika dianggap perlu, perumusan alternatif-alternatif stratejik,
penetapan alternatif terpilih berdasar prioritas, dan pengesahan
atas alternatif terpilih. Alternatif terpilih ini sesudah disahkan,

5
menjadi keputusan stratejik, dan itulah strateji organisasi untuk
suatu aspek kehidupan atau aktivitas organisasi tertentu.

4. Fase implementasi dan evaluasi


Fase implementasi dan evaluasi terdiri dari dua langkah, yaitu
implementasi keputusan stratejik dan evaluasi dan kontrol. Fase
implementasi dan evaluasi adalah fase terakhir dalam proses
pengambilan keputusan stratejik. Fase ini merupakan bagian
terpenting dalam proses manajemen stratejik. Fase implementasi
dan evaluasi dilihat sebagai bagian integral dari proses
pengambilan keputusan stratejik dengan pertimbangan bahwa
keputusan stratejik baru mempunyai arti bagi organisasi apabila
dilaksanakan dengan baik.

Dalam tahap ini manajemen sudah harus mempunyai gagasan


yang jelas mengenai tingkat perubahan yang diinginkan baik
menyangkut struktur organisasi, budaya perusahaan, maupun gaya
kepemimpinan.

Professor Thomas V. Bonoma dari Harvad Business School


menyatakan bahwa untuk melakukan tahap ini dengan baik dan
berhasil, manajemen perusahaan perlu terbiasa dan membiasakan
diri dengan empat jenis keahlian dasar, yaitu:
a. Kemampuan berinteraksi
Kemampuan ini diekspresikan dengan mampunya manajemen
perusahaan berinteraksi dan berempati dengan berbagai perilaku
dan sikap orang lain untuk mencapai tujuan.
b. Kemampuan mengalokasi
Kemapuan yang diperlukan untuk menunjang untuk menunjang
kemampuan manajemen untuk menjadwalkan tugas-tugas,

6
anggaran, waktu, serta sumber daya-sumber daya lain secara
efisien.

c. Kemampuann memonitor
Meliputi penggunaan informasi yang efisien untuk memperbaiki
atau menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dalam proses
implementasi.
d. Kemampuan mengorganisasikan
Kemampuan untuk menciptakan jaringan atau organisasi informal
dalam rangka menyesuaikan diri dengan berbagai masalah yang
mungkin terjadi.
Setelah suatu strategi diimplementasikan, tahap berikutnya dalam
proses manajemen strategi adalah tahap pengendalian strategi.
Pengendalian merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen.
Menurut Stoner dan Freeman, pengendalian adalah proses utuk
memastikan bahwa aktivitas keluarnya sesuai dengan aktivitas
yang direncanakan.

Manajemen biasanya melakukan tindakan pengendalian dengan


mengikuti tiga langkah umum berikut ini:
a. Mengukur kinerja perusahaan
b. Membandingkan hasil pengukuran kinerja perusahaan terhadap
standar yang ada
c. Melakukan tindakan perbaikan yang dianggap perlu untuk
memastikan bahwa kejadian yang direncanakan benar-benar
terwujud.
2.3. Strategi pengambilan keputusan dalam perusahaan
CONTOH KASUS
Nike adalah produsen sepatu nomor satu di dunia. Dengan
permodalan yang sedikit, Nike tidak mampu untuk membuat iklan
untuk produknya. Nike kemudian hanya menggunakan image dari

7
atlet terkenal untuk menarik minat konsumen. Selain itu untuk
menekan biaya yang besar, Nike membeli sepatu dari supplier
Asia. Para pekerja Asia yang terkenal murah bisa menekan harga
yang ditawarkan supplier sehingga Nike bisa membeli dengan
harga yang lebih murah.

Sebagai contoh adalah supplier Nike yang berasal dari Indonesia


yaitu PT.Pratama Abadi Industri. PT. Pratama Abadi Industri
adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu
lari (running shoes). Perusahaan ini memproduksi berbagai tipe
running shoes dalam berbagai jenis ukuran baik untuk anak-anak
maupun orang dewasa. Spesifikasi dari tiap tipe sepatu telah
diberikan oleh pihak Nike untuk kemudian diproduksi oleh PT.
Pratama abadi Industri sesuai dengan syarat spesifikasi yang telah
ada. Hasil produksi yang telah dihasilkan oleh PT. Pratama abadi
Industri, tidak boleh dipasarkan di dalam negeri. Semua hasil
produksi yang telah ada merupakan hak dari pihak Nike yang ada
di Beverton (USA) untuk kemudian akan diekspor lagi ke negara
lain, seperti Perancis, swedia, India, Belgia, Kanada, USA, Afrika
Selatan, Argentina, Uruguay, Chillie.

Nike sangat memegang kendali karena mempunyai hak untuk


memutuskan kerjasama bila harga dari supplier terlalu mahal, hal
ini bisa berdampak buruk bagi pekerja karena mereka tidak bisa
menuntut kehidupan yang lebih baik dengan peningkatan
tunjangan pekerja otomatis akan menambah biaya produksi yang
mengakibatkan harga yang lebih mahal.Seperti yang terjadi di
China, Vietnam, Indonesia dan Meksiko. Nike dikritik karena
berusaha menutupi kondisi kerja yang buruk serta eksploitasi
buruh. Nike juga adalah perusahaan besar yang tidak memiliki
pabrik. Karena mereka lebih senang untuk outsourcing kebutuhan-

8
kebutuhan mereka terutama kepada sektor informal, ataupun
perusahaan lainnya, sehingga mengefisienkan dan meminimalisir
ongkos produksi.

Knight tidak mampu mendelegasikan tugas dengan baik, sehingga


di tahun 1983 Nike mengalami kemunduran karena tidak tepatnya
perencanaan dari pelaksana yang dipercaya oleh Knight waktu itu.
Waktu itu pengelola yang dipercaya Knight mengubah image Nike
dari sepatu atletik menjadi sepatu kasual. Padahal saingannya
Reebok lebih dahulu mengembangkan sepatu untuk aerobik,
sehingga konsumen lebih percaya pada Reebok. Nike
membutuhkan perencanaan baru untuk mengembalikan posisi Nike
sebagai produsen sepatu nomor satu dengan penjualan yang
secepatnya.

ANALISIS
Strategi Nike dalam membuat image yaitu dengan mensponsori
seorang atlet atau suatu klub olahraga sehingga akan timbul image
bahwa Nike dipakai oleh para atlet terkenal, hal ini tidak dilakukan
oleh saingannya seperti Reebok yang justru hanya mensponsori
suatu event olahraga saja. Disinilah pembuktian kekuatan merek
dagang. Banyaknya masalah ataupun konflik yang terpublikasi,
tidak akan membuat kosumen beralih ke merek lain. Hal ini karena
ikatan psikologis antara Nike dengan konsumen fanatiknya telah
terjadi, selebihnya, biarlah konsumen yang menilai.

Krisis yang dialami Nike pada tahun 1983 tak lepas dari proses
pertumbuhan organisasi. Menurut Lary Greiner ada 5 tahap
pertumbuhan organisasi, 1) kreativitas, 2) pengarahan, 3)
pendelegasian, 4) koordinasi, dan 5) kerja sama. Nike mengalami
krisis disaat tahap pendelegasian dimana Knight tidak melakukan

9
kontrol yang ketat sehingga keputusan bawahannya membawa
dampak bagi Nike. Knight kemudian melakukan terobosan kilat
untuk membentuk kembali brand image dari Nike. Menurut Agyris
“intervensi merupakan suatu aktivitas masuk ke dalam sistem
relationship yang berjalan, baik diantara individu, kelompok,
maupun organisasi, dengan tujuan membantu menuju suatu
perubahan yang sukses” Dalam intervensi, terkadang perlu
mendatangkan konsultan dari luar organisasi, tetapi intervensi
terbanyak dapat dilakukan oleh managemen internal. Apa yang
dilakukan oleh Knight merupakan intervensi dari manajemen
internal. Marketing differentiation strategy mencoba menciptakan
kesetiaan para pelanggan dengan cara memenuhi kebutuhan
tertentu secara khusus. Organisasi tersebut mencoba menciptakan
kesan yang menguntungkan bagi produk-produknya melalui iklan,
segmentasi pasar, dan harga yang bersaing. Hal tersebut salah satu
strategi yang dilakukan oleh Knight dengan menciptakan produk
baru sesuai kebutuhan konsumen yang tidak lepas dari image olah
raga.

Nike sebenarnya memiliki posisi yang sedikit lemah bila


dihadapkan dengan retailer. Keuntungan Nike didapat dari
penjualan ke retailer. Retailer tentunya akan bersaing dengan
retailer lain dengan harga termurah, hal ini dapat mengancam Nike
karena dengan hal tersebut maka retailer akan menekan Nike untuk
menjual sepatunya dengan lebih murah.

Etis dan tidak etisnya Nike menggunakan supplier Asia sehingga


mereka saling bersaing tidaklah dapat dipandang dari hanya salah
satu sudut pandang saja. Pada intinya dengan sistem semacam
tender ini maka akan tercipta persaingan, kompetisi untuk menjadi
lebih baik sehingga akan meningkatkan motivasi pekerja. Dengan

10
kualitas yang sama tetapi berbeda harga. Dari sudut pandang
pekerja hal ini bisa menjadi sebuah ancaman tersendiri. Pekerja
akan dituntut untuk bekerja lebih giat demi untuk meningkatkan
jumlah produksi sehingga bisa terjadi para pekerja bekerja di luar
jam kerja yang semestinya. Dengan adanya kebijakan dari Nike
yang berhak memutuskan kerja sama bila supplier menaikkan harga
terlalu tinggi dapat mengakibatkan supplier menggunakan tenaga
kerja anak-anak agar biayanya lebih murah. Isu ini muncul di
Pakistan, bahwa Nike mengambil sepatu dari Pakistan yang dibuat
oleh anak-anak pekerja di bawah umur.

Apabila supplier dari Amerika atau Australia. Hal ini bisa


berdampak bagi Nike maupun bagi konsumen. Bagi Nike ini
merupakan mimpi buruk karena tentunya tidak akan ada pekerja
yang murah, harga jual dari supplier akan lebih tinggi karena biaya
produksi yang lebih tinggi bila diproduksi di Amerika atau
Australia. Bagi konsumen ada dua kemungkinan yang akan terjadi.
Yang pertama, akan timbul kepercayaan lebih karena produk
dibuat di Amerika atau Australia yang sangat memperhatikan
kualitas. Yang kedua, tidak akan terlalu berdampak karena
konsumen percaya pada Nike melakukan kontrol pada supplier
Asia sehingga mutunya akan dianggap sama saja dengan buatan
Amerika. Peran Phill Knight tentunya sangat besar dalam
mengembangkan Nike hingga saat ini. Dengan gaya
kepemimpinannya, dengan solusinya yang cepat dan tepat saat
menghadapi krisis Nike di tahun 1983 membuat Nike dapat
bertahan dan mampu menempati posisi nomor satu lagi sebagai
produsen sepatu di dunia. Membicarakan keberhasilan Nike tidak
lepas dari Bill Bowerman, co-founder Nike. Bowerman sangat
berjasa dalam mendirikan Nike, ide untuk memberi semacam karet
di sepatu olahraga datang darinya yang disebut waffle sole.

11
Bowerman jugalah yang memiliki ide untuk memberi karet pada
lintasan lari. Pada awalnya Bowerman beserta Knight menjual
sepatu yang dibuat oleh Bowerman menggunakan latex, leather,
glue dan waffle iron istrinya. Saat itu mereka memproduksi 330
pasang sepatu.

2.4 Cara Perumusan Strategis

Berdasarkan penelitiannya terhadap pimpinan eksekutif , H.


Mintzberg mengemukakan bahwa misi, tujuan dan strategi
perusahaan sangat berpengaruh terhadap persepsi manajemen
puncak. Persepsi tersebut menentukan pendekatan atau cara yang
digunakan oleh CEO dan staffnya dalam perumusan strategi.
Menurut Mintzberg ada 3 cara dasar dalam perumusan strategi,
yaitu:

Cara Wirausaha

Satu individu yang sangat hebat merumuskan strategi.Fokusnya


pada kesempatan, dan masalah adalah nomor dua.Strategi
dikendalikan oleh arahan visi pendirinya sendiri dan ditunjukkan
secara menyeluruh dengan keputusan-keputusan yang
tegas.Sasaran dan dominannya adalah pertumbuhan perusahaan.

Cara Adaptif

Strategi ini kadang-kadang disebut “mengatasi, “ dan cara ini


bercirikan pemecahan yang bersifat reaktif dalam menghadapi
masalah yang ada daripada mencari kesempatan-kesempatan baru.
Banyak persetujuan terjadi dengan memperhatikan prioritas tujuan.
Strateginya terfragmentasi dan dikembangkan untuk menjalankan
perusahaan dalam langkah-langkah inkremental ke depan. Cara ini
biasanya dipakai di universitas, rumah sakit besar, sejumlah besar

12
agen pemerintah bahkan sejumlah perusahaan besar juga
menggunakan cara ini.

         Cara Perencanaan

Perencanaan strategis meliputi; pencarian kesempatan-kesempatan


baru yang dilakukan secara proaktif dan pemecahan yang bersifat
reaktif terhadap masalah yang ada. Analisis komprehensif secara
sistematik digunakan untuk mengembangkan strategi-strategi yang
menyatukan berbagai proses pengambilan keputusan perusahaan.

                                                                                                                                     
                  

Dalam cara wirausaha, manajemen puncak percaya bahwa


lingkungan merupakan kekuatan yang dapat digunakan dan
dikendalikan. Dalam cara adaptif, manajemen menganggap bahwa
lingkungan terlalu kompleks untuk dimengerti sepenuhnya. Dalam
cara perencanaan, manajemen berasumsi bahwa pengamatan dan
analisis sistematik terhadap lingkungan dapat memberikan
pengetahuan yang diperlukan untuk mempengaruhi lingkungan
bagi keuntungan perusahaan. Penggunaan cara perencanaan khusus
mencerminkan persepsi manajemen puncak terhadap lingkungan
perusahaan. Penggolongan manajemen puncak perusahaan menurut
tiga  cara perencanaan tersebut, memberikan pemahaman tentang
bagaimana dan mengapa keputusan-keputusan penting dibuat.
Keputusan-keputusan tersebut perlu dilihat dari sudut pandang
misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan, untuk mengetahui
cara apa yang paling cocok.

Dalam beberapa hal, perusahaan menggunakan pendekatan


yang disebut inkrementalisme logik (logical incrementalism), yang
merupakan perpaduan dari cara perencanaan, adaptif dan sedikit
perluasan cara wirausaha. Menurut J.B. Quinn, manajemen

13
sebaiknyamempunyai ide yang layak dan jelas mengenai misi dan
tujuan perusahaan, tetapi dalam pengembangan strateginya,
memilih untuk menggunakan “proses interaktif dimana organisasi
melihat masa yang akan datang, melakukan eksperimen, dan
belajar dari sebagian (inkremental) komitmen daripada melalui
perumusan global dari keseluruhan strategi”. Pendekatan tersebut
akan menjadi lebih berguna ketika lingkungan berubah secara
cepat, dan sebelum melakukan strategi khusus untuk perusahaan
secara keseluruhan, perusahaan perlu membuat konsensus serta
mengembangkan sumber daya yang diperlukan.

14
PENUTUP
I.4. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwasanya dalam
hal penentuan sebuah keputusan harus benar-benar tepat, agar
sejalan dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Selain
mempercepat sekaligus mempermudah proses pengambilan
keputusan, tepatnya penentuan sebuah keputusan juga dapat
menghemat sumber daya, baik itu tenaga, pikiran, maupun waktu.

Untuk menjamin keberhasilan dalam mengimplementasikan


sebuah keputusan yang stratejik diperlukan pula skil
kepemimpinan yang bermutu. Sestratejik apapun keputusan yang
dapat diciptakan/dihasilkan,apabila dalam pengimplementasiannya
adalah kurang, maka keputusan yang dikatakan stratejik tidak
akan membawa dampak yang signifikan atau yang sejalan dengan
tujuan dan sasaran perusahaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,NanaHerdiana.2013.Manajemen Bisnis Syariah dan


Kewirausahaan.Bandung:CVPustakaSetia.
Fahmi,Irham.2013. Manajemen Pengambilan Keputusan: Teori dan
Aplikasi.Bandung:Alfabeta.
Purnomo,SetiawanHaridanZulkieflimansyah.1996.Manajemen
Strategi.Jakarta:LembagaPenerbitFakultasEkonomiUniversitasIndonesia.
https://makalah-xyz.blogspot.com/2017/11/proses-pengambilan-
keputusan-stratejik.html?m=1
http://hermansaputra238.blogspot.com/2017/02/pengambilan-keputusan-
strategis-manajer.html
http://www.bppptegal.com/v1/index.php?
option=com_content&view=article&id=208:teknik-pengambilan-
keputusan-dalamorganisasi&catid=44:artikel&Itemid=85
http://stiemulia.blogspot.co.id/2010/11/perusahaan-nike.html

16

Anda mungkin juga menyukai