Ini adalah tahap awal penilaian suatu obat pada manusia. Tujuan utama adalah
untuk mengetahui adanya efek samping yang tidak muncul pada hewan coba. Tujuan
lain adalah untuk mengetahui apakah obat tersebut dapat diterima atau tidak oleh tubuh
(tolerated). Di samping itu, juga untuk mengetahui bagaimana proses metabolisme dan
bioavailability obat tersebut pada manusia. Hal yang harus diketahui misalnya adalah di
distribusinya, lewat apa ekskresinya dan berapa kecepatannya. Dengan demikian pada
uji coba klinis fase I yang penting adalah keamanan (safety) suatu obat baru dan bukan
Pada fase ini yang penting adalah menilai efek terapetik suatu obat, yaitu
(safety). Uji klinis fase II merupakan uji untuk melakukan penapisan (screening) yaitu
untuk memilih jenis obat yang terbaik dari beberapa jenis obat yang ditawarkan. Pada
fase ini ditentukan cara pemberian obat dan variasi dosis yang paling optimal. Yang
terpenting pada fase ini adalah bahwa obat diberikan kepada sejumlah pasien tanpa disertai kelompok
kontrol, sehingga penelitian ini berupa penelitian deskriptif berupa seri kasus saja (case series)
Pada uji klinis fase III ini yang terpenting adalah alokasi subyek ke dalam
kelompok penelitian dan kontrol harus dilakukan secara random, artinya setiap subyek
penelitian mendapat kesempatan yang sama untuk masuk ke dalam kelompok uji atau
kelompok. Uji klinis fase III inilah yang lazim disebut dengan uji klinis secara random
(UKR) atau randomized clinical trial (RCT). Karena pengelompokan subyek penelitian
selalu dilakukan secara random, dan selalu mengunakan kelompok kontrol sebagai
pembanding, maka istilah RCT bisa juga berarti randomized controlled trial