Anda di halaman 1dari 6

Tugas Pendahuluan Praktikum Farmakologi Dasar

Skrining Farmakologi
Nisa Maulani Nuraliyah / 260110140085

1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang tahap-tahap pengembangan


obat baru sejak skrining sampai digunakan dalam terapi.
Penelitian

dan

pengembangan

obat-obat

baru

dimulai

dari

pencarian/penemuan zat yag memepunyai efek farmakologis sampai dapat


digunakan sebagai obat di klinik, tahap-tahapnya yaitu : (1) penapisan obat
(drug screening), yaitu pencarian atau penemuan zat yang berkhasiat; (2)
uji praklinis; (3) uji klinis. Secara lebih lengkap adalah meliputi:
Tahap-Tahap Pengembangan dan Penilaian Obat
a. Meniliti dan skrining bahan obat.
b. Mensintesis dan meneliti zat/senyawa analog dari obat yang sudah ada dan
diketahui efek farmakologinya
c. Meneliti dan mensintesis dan membuat variasi struktur
d. Dikembangkan obat alami dengan serangkaian pengujian yang dilaksanakan
secara sistematik, terencana dan terarah untuk mendapatkan data farmakologik
yang mempunyai nilai terapetik

a. Pencarian Obat Baru


Cara-cara penemuan zat-zat yang dapat dijadikan obat dapat dibagi
atas 4 cara, yaitu:
-

Penelitian pada obat tradisional, baha obat tradisional diteliti


senyawa-senyawa

yang

dkandungnya,

dan

diidentifikasi

selanjuynya dilakukan percobaan pada binatang. Obat yang


ditemukan dengan cara ini ialah kurare, efedrin, digitalis, kina, dan
reserpine.
-

Penemuan secara kebetulan

b. Uji Pra-klinis
Suatu senyawa yang baru ditemukan (hasil isolasi maupun sintesis)
terlebih dahulu diuji dengan serangkaian uji farmakologi pada hewan.

Sebelum calon obat baru ini dapat dicobakan pada manusia, dibutuhkan
waktu

beberapa

tahun

untuk

meneliti

sifat

farmakodinamik,

farmakokinetik, farmasetika, dan efek toksiknya pada hewan uji.


Serangkaian uji praklinik yang dilakukan antara lain :

Uji Farmakodinamika
Untuk mengetahui apakah bahan obat menimbulkan efek farmakologik
seperti yang diharapkan atau tidak, titik tangkap, dan mekanisme kerjanya.
Dapat dilakukan secara in vivo dan in vitro.

Uji Farmakokinetik

Untuk mengetahui ADME dan merancang dosis dan aturan pakai

Uji Toksikologi
Mengetahui keamanannya

Uji Farmasetika

Memperoleh data farmasetikanya, tentang formulasi, standarisasi,


stabilitas, bentuk sediaan yang paling sesuai dan cara penggunaannya
c. Uji Klinis
Uji dilakukan pada manusia. Dibagi menjadi 4 Fase :

Uji Klinik Fase I

Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinya
pada manusia. Yang diteliti disini ialah keamanan dan tolerabilitas
obat, bukan efikasinya, maka dilakukan pada sukarelawan sehat,
kecuali untuk obat yang toksik (misalnya sitostatik), dilakukan pada
pasien karena alasan etik. Tujuan fase ini adalah menentukan besarnya
dosis maksimal yang dapat toleransi (maximally tolerated dose =
MTD), yakni dosis sebelum timbul efek toksik yang tidak dapat
diterima. Pada fase ini, diteliti juga sifat farmakodinamik dan
farmakokinetiknya pada manusia. Hasil penelitian farmakokinetik ini
digunakan untuk meningkatkan ketepatan pemilihan dosis pada
penelitian selanjutnya.

Uji klinik fase I dilaksanakan secara terbuka, artinya tanpa


pembanding dan tidak tersamar, dengan jumlah subyek bervariasi
antara 20-50 orang.

Uji Klinik Fase II


Pada fase ini dicobakan pada pasien sakit. Tujuannya adalah melihat apakah
obat ini memiliki efek terapi. Pada fase II awal, pengujian efek terapi obat
dikerjakan secara terbuka karena masih merupakan penelitian eksploratif,
karena itu belum dapat diambil kesimpulan yang mantap mengenai efikasi
obat yang bersangkutan. Untuk menunjukkan bahwa suatu obat memiliki
efek terapi, perlu dilakukan uji klinik komparatif (dengan pembanding) yang
membandingkannya dengan plasebo; atau jika penggunaan plasebo tidak
memenuhi persyaratan etik, obat dibandingkan dengan obat standar
(pengobatan terbaik yang ada). Ini dilakukan pada fase II akhir atau awal,
tergantung dari siapa yang melakukan, seleksi pasien, dan monitoring
pasiennya. Untuk menjamin validasi uji klinik komparatif ini , alokasi pasien
harus acak dan pemberian obat dilakukan secara tersamar ganda. Ini disebut
uji klinik berpembanding, acak, tersamar ganda. Fase ini terjakup juga studi
kisaran dosis untuk menetapkan dosis optimal yang akan digunakan
selanjutnya.

Uji Klinik Fase III


Pada manusia sakit, ada kelompok kontrol dan kelompok pembanding.
Cakupannya lebih luas baik dari segi jumlah pasien maupun keragaman
(misal : intra ras), kemudian setelah terbukti efektif dan aman obat siap
untuk dipasarkan.

Uji Klinik Fase IV


-

Uji terhadap obat yang telah dipasarkan (post marketing surveilance)

Mamantau efek samping yang belum terlihat pada uji-uji sebelumnya

Drug safety : drug mortality atau drug morbidity

MESO : Monitoring Efek Samping Obat

2. Rumuskan secara garis besar rancangan suatu skrinng yang


mencakup pemilihan hewan, percobaan, dan jenis skrining sampai
diperoleh suatu kepastian akan khasiat farmakologis untuk suatu

senyawa yang baru berhasil diisolasi dari suatu tanaman dan belum
ada

informasi

baik

mengenai

sifat

kimia

maupun

sifat

farmakologinya?
Hewan percobaan : mencit atau tikus, sehat/normal, tidak cacat, aktif. Terdiri atas
hewan uji dua ekor, hewan kontrol satu ekor.
Percobaan : uji neurofarmakologik meliputi pengamatan terhadap sikap,
neurologis, dan fungsi otonom.
Skrinning yang dilakukan adalah skrinning buta karena tidak diketahui khasiat
obat dan struktur kimianya.
Percobaan:
a. Sebelum diberikan perlakuan, amati keadaan neurofarmakologisnya
selama 2 menit untuk semua hewan.
b. Kemudian, setelah 5 menit pemberian obat uji kepada hewan uji, lakukan
uji neurofarmakologis dan amati responnya untuk semua hewan uji.
c. Lakukan kembali hal di atas dalam kurun waktu 10, 15, 20, 30, 60, dan
90 menit setelah pemberian obat.

3. Apa yang dimaksud dengan reliabilitas, validitas, dan objektivitas


dalam suatu percobaan ?
a. Reliabilitas : Keandalan adalah sejauh mana percobaan, pengujian,
atau prosedur pengukuran menghasilkan hasil yang sama pada uji coba
diulang akan didapatkan hasil yang sama atau konsisten.
b. Validitas (Validity) yaitu sejauh mana suatu alat ukur tepat dalam
mengukur suatu data, dengan kata lain apakah alat ukur yang dipakai
memang mengukur sesuatu yang ingin diukur. Suatu pengukuran atau
percobaan dikatakan valid apabila hasilnya mendekati atau sama
dengan nilai sebenarnya.
c. Objektifitas yaitu pengamatan berdasarkan apa yang terjadi pada objek
pengamatan benar-benar terjadi, bukan berdasarkan feeling atau
perasaan seorang pengamat.

4. Jelaskan hubungan antara gejala-gejala neurofarmakologis yang


tercantum dalam tabel dengan jenis aktivitas obatnya!
a) Sikap
Awareness

depresan/sedatiff

Alertness

depresan/sedatif

Visual placing

depresan/sedatif

Stereotypy

depresan/sedatif

Passivity

depresan/sedatif

Mood Grooming

stimulasi parasimpatik

Vocalization

stimulasi menyakitkan

Restlessness

stimulasi simpatik

Iritability

stimulasi simpatik

Fearfulness

stimulasi simpatik

Aktifitas spontan

depresan

Reaktifitas

depresan

Touch response

analgesik

Respon nyeri

analgesic

b) Aktifitas motorik

c) Profil Neurologis
Eksitasi SSP
Startle response :

Stimulasi sistem saraf pusat

Straub response :

Stimulasi sistem saraf pusat

Tremor

Stimulasi sistem saraf pusat

Konvulsi

Stimulasi sistem saraf pusat

Posisi tubuh

Hambatan neuromuskular/gangguan SSP

Posisi anggota badan

Hambatan neuromuskular/gangguan SSP

Staggering gait

Hambatan neuromuskular/gangguan SSP

Abnormal gait

Hambatan neuromuskular/gangguan SSP

Somersault-test

Hambatan neuromuskular/gangguan SSP

Otot anggota tubuh

sedatif/gangguan SSP

Grip strength

sedatif/gangguan SSP

Body tone

sedatif/gangguan SSP

d) Inkordinasi motorik

e)

Tonus otot

Abdominal tone

sedatif/gangguan SSP

Pinna

Penghambatan saraf sensoris

Corneal

Penghambatan saraf sensoris

Ipsilateral flexor

Penghambatan saraf sensoris

Ukuran pupil

Parasimpatolik/ simpatik

Pembukaan palpebral

Parasimpatolik/ simpatik

Exophtalmus

Parasimpatolik/ simpatik

Urinasi

Aktivitas muskarinik/ parasimpatik

Salivasi

Aktivitas muskarinik/ parasimpatik

Writhing

Stimulasi reseptor sensori

Piloereksi

Simpatomimetik

Hypothermis

Simpatomimetik

Warna kulit

Vasodilatasi/ Simpatomimetik

Reflex

f) Profil otonomik
Optik

Sekresi

Umum

Kecepatan denyut jantung:

Simpatik/parasimpatik/depresan

Kecepatan respirasi

Simpatik/parasimpatik/depresan

Sumber : http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/vadilitas-dan-reliabilitas/

Anda mungkin juga menyukai