Anda di halaman 1dari 10

CONTOH persoalan di seputar ‘Boiler Furnace’

1. Persoalan ini dimaksudkan hanya sebagai sebuah contoh untuk tujuan:


(1) melatih penggunaan konsep-konsep yang tercakup dalam chemical
engineering tools;
(2) melatih dalam tugas menganalisis persoalan-persoalan yang
berdasarkan data informasi yang terbatas hingga diperoleh suatu
alternatif pemecahannya dan memungkinkan untuk dapat
menyampaikan saran/ pendapat sebagai jawabannya; dan
(3) menujukkan bahwa kreativitas berpikir sangat diperlukan untuk
melakukan analisis terhadap suatu persoalan sampai kepada tahap
keputusan alternatif jawabannya.
2. Persoalan
Sebagai seorang engineer muda atau teknisi yang mulai bekerja di
pabrik, oleh pimpinan diberi beban tugas untuk menyelesaikan suatu
masalah pada boiler furnace dan dimana hanya diberikan data informasi
yang sangat terbatas seperti berikut.
Pada boiler frunace tersebut hanya diketahui tentang: (1) komposisi
dari bahan bakar producer gas; (2) komposisi flue gas atau hasil
pembakaran. Alat apa yang digunakan untuk analisis gas-gas tersebut di
atas tidak diketahui misalnya. Kemudian diminta untuk memberikan saran/
pendapat tentang boiler furnace tersebut. Data komposisi (diberikan)
seperti berikut.

Producer gas (PG) Flue gas (FG)


Komponen % Komponen %
CO2 = 9,2 CO2 = 10,8
C2H4 = 0,4 CO = 0,4
CO = 20,9 O2 = 9,2
H2 = 15,6 N2 = 79,4
CH4 = 1,9 H2O= Tidak
ada
N2 = 52,0
Jumlah = 97,0 98,8

Disini, hanya sebagian gambaran tentang boiler furnace diberikan


(visualization). Objective (obyektif, sasaran) nya adalah saran dan
pendapat nya bagaimana ?!

3. Apa yang harus diperbuat untuk mencapai obyektif tersebut? Di


sinilah kreativitas untuk mengajukan berbagai alternatif perhitungan
untuk mencapai suatu jawaban sangat diperlukan. Maka langkah
berikutnya ditempuh plan assumption. Disusun beberapa obyektif,
kalkulasi, dan akhirnya sampai pada kesimpulan di bawah ini.

4. Pengamatan data yang dimiliki.


Hasil analisis gas tersebut di atas merupakan hasil pengukuran dengan alat
apa (tidak diketahui)?
Asumsi: alat untuk analisis gas ialah alat Orsat.
Periksa: Apakah asumsi ini relevan dan cukup beralasan?
Pada Producer gas terdapat komponen H2, tetapi pada Flue gas
tidak terdapat H2O. Kemungkinan ialah uap airnya diembunkan.
Dalam alat Orsat, memang lazim uap airnya diembunkan,
sehingga asumsi di atas cukup beralasan. Komposisi gas
tersebut dalam satuan: %-volum, atau %-mol, diberikan atas
dasar water free basis untuk ke dua gas.

Obyektif (1): perhitungan kecepatan aliran gas.


Di sini ukuran boiler tidak diketahui, kecepatan alir gas bahan
bakar dan gas hasil pembakaran juga tidak diketahui, dan harus
kita ketahui. Karena itu, kecepatan aliran dari ke dua gas harus
dihitung.
Ingat:
Neraca massa total atau neraca komponen.
Neraca massa komponen Carbon dan komponen Nitrogen.
Neraca komponen-komponen: C, H, O, N.

Obyektif (2): performance dari boiler kita?


Bagaimana konversi energi bahan bakar ke boiler?
Timbul gagasan: bagaimana pemakaian udara? excess air atau
tidak?
Hasil hitungan tentang pertanyaan ini dapat dipakai sebagai
rekomendasi mengenai performance dari boiler.

Obyektif (3): bagaimana tentang efisiensi boiler?


Sebagai pendekatan atau tidak langsung, dari perkiraan
pemakaian udara (excess atau tidak) dapat diperkirakan tentang
efisiensi boiler.

Obyektif (4):
Bagaimana kemungkinan penghematan bahan bakar?
Penghematan bahan bakar dapat diprediksi dari:
- Kehilangan entalpi melalui cerobong, ditinjau dari pemakaian
udara berlebihan (excess air).
- Perhitungan termodinamik berdasarkan data entalpi
komponen-komponen gas.

Obyektif (5):
Apakah dari rate concept dapat ditarik suatu kesimpulan?
Kemungkinan kita menarik kesimpulan dengan meninjau
theoritical flame temperature, dan pemakaian udara
berkelebihan (excess air).

5. Dari deretan objective yang merupakan penuntun ke sasaran, maka


diharapkan kita dapat memperoleh informasi yang berguna untuk
menarik suatu kesimpulan, memberikan saran, atau untuk laporan ke
pemberi tugas. (ref. Technical Report Writing, Rhodes F.H., McGraw-
Hill).

6. Perhitungan
Karena dalam proses pembakaran terjadi reaksi kimia, maka sebaiknya
dipilih neraca komponen yang unsur-unsurnya (C, H, O, N). Dari neraca
ini diharapkan dapat diketahui kuantitas (besaran) arus-arus bahan yang
tidak atau belum diketahui, yaitu: Dry Producer Gas (DPG) = x; Udara
= y; Dry Combustion Gas (DCG) = z.
I. a. Basis perhitungan: 100 lbmol DPG = x
Gas mol atom C mol H2 mol O2
CO2 = 9,2 9,2 - 9,2
C2H4 = 0,4 0,8 0,8 -
CO = 20,9 20,9 - 10,45
H2 = 15,6 - 15,6 -
CH4 = 1,9 1,9 3,8 -
N2 = 52,0 - - -
Jumlah = 100 32,8 20,2 19,65

b. Basis perhitungan: 100 lbmol DCG = z


Gas mol atom C mol O2 mol N2
CO2 = 10,8 10,8 10,8 -
CO = 0,4 0,4 0,2 -
O2 = 9,2 - 9,2 -
N2 = 79,0 - - 79,6
Jumlah = 100 11,2 20,2 79,6
*)
(H2O?) = 6,9 - 3,45*)
106,9 23,65
Catatan:
*)
H2O = 6,9 mol diperoleh dari hasil kalkulasi berikutnya,
dan O2 ekivalen dengan 3,45 mol.

c. Neraca unsur-unsurnya
Basis perhitungan: 100 lbmol DCG = z
Neraca atom C
Masuk = Keluar + Inventory Change
0,328 x + 0,0 y = 0,112 z + 0
atau, x = (11,2/0,328) = 34,15 lbmol fuel gas per-lbmol DCG
Maka, diagram alir kuantitatifnya dapat digambar seperti
berikut.

Masuk: Keluar:
DPG = 34,15 lbmol
(x)
(y) PROSES DCG (z)
Udara = 78,3 lbmol Flue gas
100 lbmol

Jadi, laju aliran dari arus DPG (=x), udara (=y) dan DCG
(=z) sekarang telah diketahui.

II. Bagaimana performance dari boiler tersebut?


(mengubah energi dari fuel ke energi dalam arus)
Pendekatan yang dapat ditempuh ialah membandingkan
pemakaian udara sebenarnya terhadap kebutuhan udara teoritis.
Udara berlebihan memberikan pengaruh sebagai berikut.
1. Pengenceran pada gas pembakaran, sehingga menyebabkan
penurunan suhu maksimum DCG.
2. Ikut membawa energi termal sehingga mengurangi ‘overall
thermal efficiency’ dari konversi kandungan panas bahan
bakar menjadi kandungan panas (entalpi) dalam arus gas
bakar.
Jadi, objective (2) yang kita pilih adalah penentuan nilai %
excess air (udara belebihan). Formula excess udara berlebihan
adalah seperti berikut.
Formula A: % excess udara = 100 (unnesessary/necessary)
of air
= 100 (excess/necessary)
of air
Formula B: % excess udara = 100 (unnecessary)/
(total- unnecessary)
Formula C: % excess udara = 100 (total-necessary)/
(necessary)
Misalnya kita pakai Formula B
--------------------------------------------- Basis: 100 lbmol DCG.
Total O2 masuk?
Total O2 masuk bersama udara ialah 78,3 (21/100) = 16,44
lbmol = 0,21 y
Excess O2?
Udara yang tidak diperlukan (unnecessary) atau excess O2 pada
DCG adalah:
= (O2 dalam 100 lbmol DCG) – (O2 yang sebenarnya dipakai
untuk membakar CO menjadi CO2), atau adalah:
= (9,2) – (0,2) = 9,0 lbmol O2 per 100 lbmol DCG.
Jadi excess udara = 9,0/(16,44 – 9,0) x 100% = 121% excess
udara (ini, kalau pakai formula B?)

Misalnya kita pakai Formula C


Sebagai pembanding hasil kalkulasi dipakai juga formula C.
Dalam perancangan sebaiknya digunakan berbagai metoda
kalkulasi. Pembandingan hasil untuk mengambil suatu
keputusan yang lebih mantap atau meyakinkan.
------------------------------------------------ Basis: 100 lbmol fuel
Total O2 dalam udara?
Udara/fuel = y/x = 78,3/34,15 = 2,29
Jadi, lbmol udara/100 lbmol fuel = 78,3/34,15 x 100 = 229
O2 dalam udara ini ialah: 0,21 (229) = 48,2 lbmol O 2 tersedia
untuk membakar fuel.
Kebutuhan O2 untuk pembakaran?
Untuk membakar 100 lbmol fuel diperlukan O2
- untuk membakar C diperlukan O2 = 32,8 mol
- untuk membakar H diperlukan O2 = (20,2)/2 = 10,1 mol
Tetapi, dalam PG sudah ada O2 sebanyak = 19,65 mol
Jadi, untuk membakar 100 lbmol fuel diperlukan O2 sebanyak
= 32,8 + 10,1 – 19,65 = 23,25 lbmol O2.
% excess udara = 100(48,2 - 23,25)/23,25 = 107% (hasil kalau
menggunakan fomula C)

Disini, adanya perbedaan hasil perhitungan menurut formula B


dan C bukan karena perubahan basis hitungan dari 100 lbmol
CG ke 100 lbmol fuel gas! Komposisi dari PG dan CG
merupakan hasil analisis terpisah sehingga datanya
independen. Jadi, perbedaan itu lebih disebabkan oleh karena
ke dua analisis yang tidak konsisten.
Sekarang coba ditinjau neraca H dan neraca O.
Neraca ini dibuat untuk lebih meyakinkan pula hasil
perhitungan fuel, udara, dan gas bakar. Tetapi kita tidak
memiliki data tentang uap air dalam gas bakar, sehingga
perhitungan dengan cara langsung dari salah satu elemen
tersebut tidak mungkin.
Dari neraca H2 dapat diperkirakan H2O dalam DCG, dan O2
disappearance. Maka neraca O2 nya juga dapat disusun. Tetapi
hasilnya mungkin kurang memuaskan, karena jika dibuat
neraca O2 dan neraca H2, kemungkinan C dan N tidak balance
(tidak sama atau tidak seimbang).
---------------------------------------------- Basis: 100 lbmol DCG
Lbmol air dalam DCG?
100/34,15/20,2/1
100/100/1 = 6,89 = 6,9 lbmol air dalam CG
6,9 lbmol H2O ini ekivalen dengan 3,45 lbmol O2 dalam DCG.
Jadi, dalam DCG terdapat O2 sebanyak = 20,2 + 3,45 = 23,65
lbmol O2 /100 lbmol DCG atau 23,65/106,9 lbmol wet CG.

Neraca O
---------------------------------------------- Basis: 100 lbmol DCG
Dari neraca O dapat dibuktikan bahwa analisis PG dan DCG
tidak konsisten satu sama lain. Juga dapat diketahui berapa
excess udaranya.

Berapa lbmol O2 dalam DCG dan wet CG?


(100/34,15/19,65)/(100/100) + (100/y/21)/(100/100) = 23,65
lbmol O2 dalam 106,9 lbmol wet CG.
Jadi, dari tinjauan neraca O terdapat variasi hasil terhadap
neraca N, sebesar = (80,6–78,3)100%/78,3= 2,93 atau 3%
variasi udara terhitung dari ke dua metoda tersebut.
Dari %-excess O2, juga dapat dihitung %-excess udara,
misalnya dengan formula B: 100 (unnecessary)/(total-
unnecessary) = 100(9,0)/(16,95-9,0)= 113% excess udara. Dari
hasil-hasil perhitungan di atas ternyata diperoleh hasil excess
udara= 107%, 121%, dan 113%. Perbedaan hasil ini tidak
menyulitkan kita karena udara yang kita pakai jelas terlalu
excess. Menurut pengalaman, pembakaran sempurna sudah
dapat di peroleh antara 15-50% excess udara.

III. Bagaimana tentang loss efficiency dalam tungku?


Karena suhu gas bakar tidak diketahui, maka tentu tidak
dapat menghitung loss efficiency secara langsung dari data
eksperimen. Tetapi penghematan PG (fuel) dapat diperkirakan
atas dasar penghematan atau pengurangan excess udara.
Basis: 100 lbmol PG (fuels)
Asumsi: 1) Neraca C dan N dapat dipercaya; 2) Analisis PG
dapat dipercaya; 3) 50% excess udara cukup efisien untuk
pembakaran dalam ‘boiler furnace’.
Misalkan a = lbmol O2 terdapat dalam udara total yang
dipergunakan.
Kita pakai misalnya formula C, untuk 50% excess udara:
50% excess udara = (100 (a-23,25)/23,25 atau a = 0,5
(23,25) + 23,25 = 34,878 = 34,88 lbmol O2 tersedia bila dipakai
50% excess udara. Atau ekivalen dengan: 34,88 (100)/21 =
166,09 = 166 lbmol udara total tersedia per 100 lbmol PG. Jika
dipakai 107% excess udara (perhitungan menurut formula C),
kebutuhan udara total = 229 lbmol. Berarti ada penghematan
sebesar (229-166) = 63 lbmol udara (penghematan O2 dan N2)
dalam CG per 100 lbmol PG. Atau = 63 lbmol udara/100 mol
PG x 34,15/100 lbmol PG per lbmol CG = 21,5 lbmol
pengurangan udara/100 lbmol DCG. (Jika 107% excess udara
diturunkan 50% excess udara) atau ekivalen dengan 4,5 lbmol
O2 dan 17 lbmol N2.
Jadi dengan 50% excess udara terdapat: 106,9-21,5= 85,2
(lbmol WCG dengan 50% excess/106,9 lbmol WCG dengan
107% excess)

IV. Berapa kemungkinan penghematan bahan bakar?


Orde penghematan bahan bakar dapat diperkirakan dari
kehilangan entalpi pada gas yang keluar cerobong untuk 107%
dan 50% excess udara.
Misalkan: 1) Suhu referensi = 65oF; 2) Suhu gas cerobong
(stack gas) = 600 oF.
Cp rata-rata dari gas cerobong = 8,0 BTU/lbmol.oF
Basis perhitungan = 34,15 lbmol PG/100 lbmol DCG.
H = nCp∆T, dimana: n = lbmol, ∆T = 600-65= 535 oF.
107% excess udara: H = 106,9 (8,0) (535) = 457.532 = 457.000
BTU/106,9 lbmol WCG
50% excess udara: H = 85,2 (8,0) (535) = 364.656 = 364.000
BTU/85,2 lbmol WCG
Panas laten penguapan (λ) air yang tidak diembunkan untuk
kedua kasus tersebut sama. Atau λH2O = 6,9 (68.300-57.800)
1,8 = 130.000 BTU/34,15 lbmol PG. Penghematan panas =
(457.000-364.000)x 100%/(457.000+130.000) =
93.000/587.000 x 100% = 15,8%.
Jadi jika excess udara diturunkan dari 107% ke 50%, jumlah
stack gas turun 20,1% dan kehilangan entalpi dalam gas
cerobong turun hanya sebesar 15,8%. Penurunan ini kecil
karena pengaruh panas laten penguapan air yang terbentuk dari
H2 dari berasal dari bahan bakar. Tetapi hal ini sebaiknya
diteliti kembali dengan perhitungan lain.

V. Perhitungan ‘rate concept’


Kesulitan: 1) steam yang dihasilkan tidak diketahui; 2) Panas
radiasi tidak diketahui.
Sekarang dicoba menghitung energi yang dibebaskan dalam
pembakaran dari PG.
Basis: 100 lbmol DCG (107% excess udara)
34,15 lbmol PG, dengan pembakaran sempurna.

Gas mol H H BTU


(kkal/gmol) (BTU/lbmol)
CO2 3,14 0,0 0,0 0,0
C2H4 0,14 336.600 605.000 82.400
CO 7,14 67.636 131.600 870.000
H2 5,34 67.600 121.600 649.000
CH4 0,65 212.950 384.000 246.000
N2 17,75 0,0 0,0 0,0
Total 34,15 1.847.400 BTU
dibebaskan per 34,15
lbmol PG
H2O 6,9 -9.800 -17.600 -121.600 BTU
dibebaskan per 34,15
lbmol PG
1.725.800

Jadi kehilangan entalpi:


(587.000/1.725.800)x100 = 34,2% kehilangan entalpi total keluar
cerobong bila dipakai 107%
excess udara
(494.000/1.725.800)x100 = 28,7% kehilangan entalpi total keluar
cerobong bila dipakai 50%
excess udara
= 5,5% pengurangan kehilangan
entalpi melalui cerobong jika
excess udara diturunkan dari
107% ke 50%
Tinjauan termodinamika juga memungkinkan kita untuk
memperkirakan ‘flame temperature’ teoritis dengan excess
udara 107% dan 50%. Berikut ini disajikan tabel hasil
perhitungan ’ trial and error’ pada perkiraan ‘flame
temperature’ untuk basis perhitungan 100 lbmol DCG. Maksud
perhitungan tersebut yaitu untuk mengetahui apakah ada
perubahan ‘flame temperature’ bila pemakaian excess udara
kita ubah? Kita coba pula untuk mencari penyebab perubahan.

Basis: 100 lbmol DCG — perhitungan ‘trial and error’

Excess udara 107% Excess udara 50%


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Gas n Cp nCp Cp nCp n Cp nCp Cp nCp


CO2 10,8 12,0 130 12,25 132 11,2 12,6 141 124 139
CO 0,4 7,7 3 7,75 3 0 - - - -
O2 9,2 8,0 74 8,1 75 9,0- 8,2 37 8,15 37
4,5
N2 79,6 7,6 604 7,7 613 79,6 7,8 488 7,75 483
-17
H2O 6,9 9,3 64 9,5 65 6,9 9,9 68 9,7 67
106, 875x 888x 735x 728x
9 (2000 (2200- (2635 (243
-65) 65) -65) 5-65)
1.690 1.900 . 1.975 1.770
.000 000 .000 .000
T= 2000 2200 2700 2500o
o o o
F F F F

Menurut hasil perhitungan seperti tercantum dalam daftar di


atas, ternyata pembebasan panas = 1.725.800 (daftar pada V.
rate concept). Sehingga berdasarkan hasil ini dan hasil pada
tabel terakhir ini dapat diperkirakan ‘flame temperature’ nya.
Untuk excess udara 107% ---- flame temperature = 2045 oF,
Untuk excess udara 50% ---- flame temperature = 2445 oF.
Jadi pengurangan excess udara dari 107% menjadi 50% akan
menyebabkan kenaikan flame temperature sekitar (2445-
2045)= 400oF. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa suhu
tungku akan lebih rendah dari pada suhu api teoritis. Hal ini
disebabkan karena adanya:
- thermal loss, dan
- keseimbangan.
Selanjutnya kenaikan suhu tersebut dapat menyebabkan:
- Kecepatan reaksi naik dan CO yang terbentuk akan
berkurang;
- Kecepatan transfer panas secara radiasi dan konveksi akan
lebih tinggi.
Dari hasil perhitungan di atas berdasarkan beberapa objective
yang kita buat, akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan
maupun jawaban pertanyaan yang dapat dipergunakan sebagai
dasar laporan pada pemberi tugas.

7. Kesimpulan dan pendapat


1. Analisis bahan bakar dan gas pembakaran cukup baik dan
ternyata pemakaian udara excess lebih dari 110%;
2. Bila operasi pembakaran diubah, misalnya pemakaian excess
udara diturunkan menjadi 50%, ternyata akan diperoleh
penghematan bahan bakar sebesar 5%. Juga ada kemungkinan
menaikkan kapasitas boiler bila diinginkan kenaikan steam;
3. Tentang usaha menaikkan kapasitas boiler, sebaiknya dilakukan
test lebih lengkap sehingga ada kelengkapan data dan neraca
bahan dan neraca panas dapat dibuat lebih teliti/ lebih baik.
Kesimpulan seperti di atas dapat digunakan sebagai laporan,
sedangkan catatan perhitungan dapat dilampirkan atau disimpan
sebagai arsip jika sewaktu-waktu perlu diperiksa kembali.

Anda mungkin juga menyukai