Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM

1 (satu) DESA 1 (satu) PERAWAT


Upaya Mendekatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

PANDUAN BAGI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN / KOTA /


PERAWAT DESA

TIM PERUMUS
PROGRAM 1 DESA 1 PERAWAT

DEWAN PENGURUS WILAYAH


PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
2016

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 1


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
diketahui bahwa penyebab kematian di Indonesia untuk semua umur,
telah terjadi pergeseran dari penyakit menular ke penyakit tidak menular.
Penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Hasil Riskesdas 2013 juga menggambarkan
hubungan penyakit degeneratif seperti Diabetes Melitus, stroke,
hipertensi, obesitas dan penyakit jantung dengan status sosial ekonomi
masyarakat (pendidikan, kemiskinan, dan lain-lain).

Penyebab utama penyakit degenerative adalah perilaku hidup tidak


sehat masyarakat. Untuk merubah perilaku hidup tidak sehat masyarakat
perlu langkah-langkah strategi pendekatan. Salah satu pendekatannya
adalah melalui upaya pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat.
Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat
faktor ketidaktahuan, ketidakmauan maupun ketidakmampuan dalam
menyelesaikan masalah kesehatannya.

Pelayanan kesehatan masyarakat lebih ditekankan pembinaan keluarga


rawan dan beresiko untuk meningkatkan tingkat kemandirian keluarga,
pelayanan kesehatan pada kelompok beresiko, serta pembinaan
masyarakat. Kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat di desa,
menjawab tantangan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan khususnya masyarakat yang tidak mampu mengakses
fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 2


Untuk mewujudkan tujuan program perawatan kesehatan masyarakat,
Pengurus PPNI Propinsi Sultra memandang perlu penempatan tenaga
perawat di desa, sehingga peran-peran sebagai perawat di komunitas
dapat dijalankan secara maksimal. Peran perawat desa sangat strategis
dalam pencegahan penyakit, melalui upaya pencegahan primer seperti
promosi kesehatan (Health promotion). Perawat desa akan lebih
menekankan upaya peningkatan kesehatan melalui pendidikan
kesehatan baik yang dilakukan secara individu, keluarga melalui
kunjungjan rumah dan penyuluhan kesehatan di masyarakat.

Olehnya itu DPW PPNI Sultra menawarkan sebuah program yaitu


“Program Satu desa Satu Perawat”. Program ini juga bertujuan untuk
mewujudkan program pemerintah yaitu pengembangan desa siaga.
Perawat desa berfungsi untuk mengimplementasikan komponen dalam
desa siaga yang meliputi: mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
menfasilitasi pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehata (PHBS), seperti yang termuat dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman
Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

B. KONDISI UMUM, POTENSI DAN PERMASALAHAN KESEHATAN DI


SULAWESI
Kesehatan Ibu dan Anak. Jumlah Kematian ibu di Sulawesi Tenggara
pada tahun 2014 adalah 65 kasus, sedangkan pada tahun 2015 terjadi
peningkatan kematian ibu menjadi 67 kasus. Potensi dan tantangan
dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah tenaga
kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah relatif
tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, namun kompetensi masih belum
memadai. Demikian juga secara kuantitas, jumlah Puskesmas PONED
dan RS PONEK meningkat namun belum diiringi dengan peningkatan
kualitas pelayanan. Peningkatan kesehatan ibu sebelum hamil terutama
pada masa remaja, menjadi faktor penting dalam penurunan AKI dan

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 3


AKB. Jumlah kematian neonatal di Prop. Sultra tahun 2015 dengan umur
0-6 hari sebanyak 339 kasus dan umur 7-28 hari sebanyak 78 kasus.
Jumlah kematian Neonatal menurun dari 484 kasus tahun 2012 menjadi
417 kasus tahun 2013. Distribusi kematian neonatal tertinggi terdapat di
Kabupaten Konawe Selatan yaitu 68 kasus dan terendah di Kabupaten
Konawe Utara yaitu 14 kasus.

Kematian Bayi dan Balita. Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian


Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran, sementara untuk
Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000
menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian anak balita juga turun
dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada
kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%,
ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat
menentukan kondisi bayinya. Tantangan ke depan adalah
mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil dan
melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan yang
mampu melindungi bayi dari infeksi. Untuk usia di atas neonatal sampai
satu tahun, penyebab utama kematian adalah infeksi khususnya
pnemonia dan diare. Ini berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu
dan juga kondisi lingkungan setempat. Jumlah Kematian neonatal pada
tahun 2013 di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah 417 kasus, sedangkan
pada tahun 2014 naik menjadi 425 kasus dan pada tahun 2015 terjadi
penurunan menjadi 406.

Usia Sekolah dan Remaja. Penyebab kematian terbesar pada usia ini
adalah kecelakaan transportasi, disamping penyakit demam berdarah
dan tuberkulosis. Masalah kesehatan lain adalah penggunaan tembakau
dan pernikahan pada usia dini (10-15 tahun) dimana pada laki-laki
sebesar 0,1% dan pada perempuan sebesar 0,2%. Untuk status gizi
remaja, hasil Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi remaja usia

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 4


13-15 tahun yang pendek dan amat pendek adalah 35,2% dan pada
usia 16-18 tahun sebesar 31,2%. Sekitar separuh remaja mengalami
defisit energi dan sepertiga remaja mengalami defisit protein dan
mikronutrien.

Usia Kerja dan Usia Lanjut. Selain penyakit tidak menular yang
mengancam pada usia kerja, penyakit akibat kerja dan terjadinya
kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah yang meninggal akibat
kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama 5 tahun
terakhir. Proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur 31-
45 tahun. Oleh karena itu program kesehatan usia kerja harus menjadi
prioritas, agar sejak awal faktor risiko sudah bisa dikendalikan. Prioritas
untuk kesehatan usia kerja adalah mengembangkan pelayanan
kesehatan kerja primer dan penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos Upaya Kesehatan
Kerja sebagai salah satu bentuk UKBM pada pekerja dan peningkatan
kesehatan kelompok pekerja rentan seperti Nelayan, TKI, dan pekerja
perempuan.

Gizi Masyarakat. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Nasional 2010-2014, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah
satu prioritas dengan menurunkan prevalensi balita gizi kurang
(underweight) menjadi 15% dan prevalensi balita pendek (stunting)
menjadi 32% pada tahun 2014. Hasil Riskesdas dari tahun 2007 ke
tahun 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan dimana
underweight meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%, stunting juga
meningkat dari 36,8% menjadi 37,2%, sementara wasting (kurus)
menurun dari 13,6% menjadi 12,1%. Riskesdas 2010 dan 2013.
Keadaan gizi di Sulawesi Tenggara berdasarkan indikator BB/U
menjelaskan bahwa persentase balita kekurangan gizi Bila dilihat dari
jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan oleh Petugas Gizi di

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 5


Puskesmas, juga menunjukan tren penurunan yang sangat bermakna,
yakni dari 1246 kasus tahun 2008 menjadi 199 kasus tahun 2015.
Penyakit Menular. Untuk penyakit menular, prioritas masih tertuju pada
penyakit HIV/AIDS, tuberculosis, malaria, demam berdarah, influenza dan
flu burung. Disamping itu Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil
mengendalikan penyakit neglected diseases seperti kusta, filariasis,
leptospirosis, dan lain-lain. Angka kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus baik pada
maternal maupun neonatal sudah sangat menurun, bahkan pada tahun
2014, Indonesia telah dinyatakan bebas polio. Kecenderungan prevalensi
kasus HIV pada penduduk usia 15-49 meningkat. Pada awal tahun 2009,
prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 – 49 tahun hanya 0,16%
dan meningkat menjadi 0,30% pada tahun 2011, meningkat lagi menjadi
0,32% pada 2012, dan terus meningkat manjadi 0,43% pada 2013. Angka
CFR AIDS juga menurun dari 13,65% pada tahun 2004 menjadi 0,85 %
pada tahun 2013. Disultra Kesakitan karena malaria mengalami
penurunan dalam kurun waktu 2010 sampai 2015, capaian persentase
penemuan kasus TB menunjukan peningkatan dalam periode tahun 2008
s/d 2014 dan menurun pada tahun 2015, dapat dilihat pada gambar
dibawah 5.27 dan 5.28 dibawah inKasus HIV/AIDS dalam waktu 7 tahun
terakhir terus menunjukan peningkatan. Kondisi ini sebagai dampak dari
kemajuan dan keterbukaan suatu daerah yang belum disertai dengan
perbaikan pengetahuan dan perilaku sehat Tahun 2015.

Penyakit Tidak Menular. Kecenderungan penyakit menular terus


meningkat dan telah mengancam sejak usia muda. Selama dua dekade
terakhir ini, telah terjadi transisi epidemiologis yang signifikan, penyakit
tidak menular telah menjadi beban utama, meskipun beban penyakit
menular masih berat juga. Indonesia sedang mengalami double burden
penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular sekaligus.
Penyakit tidak menular utama meliputi hipertensi, diabetes melitus, kanker

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 6


dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Jumlah kematian akibat
rokok terus meningkat dari 41,75% pada tahun 1995 menjadi 59,7% di
2007. Selain itu dalam survei ekonomi nasional 2006 disebutkan
penduduk miskin menghabiskan 12,6% penghasilannya untuk konsumsi
rokok. Oleh karena itu deteksi dini harus dilakukan dengan secara proaktif
mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak mengetahui bahwa
dirinya menderita penyakit tidak menular. Dalam rangka pengendalian
Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain dilakukan melalui pelaksanaan
Pos Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular
(Posbindu-PTM) yang merupakan upaya monitoring dan deteksi dini faktor
risiko penyakit tidak menular di masyarakat. Sejak mulai dikembangkan
pada tahun 2011 Posbindu PTM pada tahun 2013 telah berkembang
menjadi 7225 Posbindu di seluruh Indonesia.

A. TUJUAN PROGRAM SATU DESA SATU PERAWAT

1. Tujuan umum
Mendekatkan pelayanan kesehatan masyarakat desa/kelurahan.
2. Tujuan khusus
a) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang pencegahan penyakit melalui
kegiatan promotif dan preventif.
b) Meningkatkan penemuan kasus secara dini di masyarakat
c) Mendekatkan dan mempercepat akses pelayanan keperawatan
pada kasus-kasus emergency/prioritas pada individu maupun
keluarga.
d) Meningkatkan penanganan kasus prioritas yang membutuhkan
perawatan tindak lanjut (follow-up care) di rumah.
e) Meningkatkan akses keluarga miskin mendapat pelayanan
kesehatan/keperawatan.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 7


f) Meningkatkan pembinaan keperawatan kelompok khusus
g) Menjadi pusat data informasi masalah kesehatan yang ada di
desa/kelurahan.

B. DASAR HUKUM

Program satu desa satu perawat mengacu pada peraturan


perundang-undangan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Pemerintah Daerah.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016
Tentang Desa
8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
9. Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 2005 tentang
Kelurahan
10. Permendagri Nomor 113 Tahun 2015 tentang Desa
11. Permenkes Nomor 17 Tahun 2013 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
12. Kepmenkes Nomor 279 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 8


ALUR ATURAN UNTUK PERAWAT DESA

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 9


UU NOMOR 6 TAHUN 2014
BAB II UU KEPERAWATAN
PP NOMOR 43 TAHUN 2014
KONSEP PROGRAM
PERMENDAGRISATU
NOMORDESA SATU2014
113 TAHUN PERAWAT
PERATURAN BUPATI TENTANG PENGALOKASIAN ADD

A. DEFINISI PERAWAT DESA

Perawat desa adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan


tinggi keperawatan baik vokasi (DIII) maupun profesi (Ners) yang
diberikan
PENDAPATAN DESA : tugas dan kewenanganTRANSFER:
oleh pemerintah daerah untuk
memberikan
PENDAPATAN ASLI DESApelayanan
(PADesa) kesehatan dan
DANAkeperawatan
DESA di desa/kelurahan
TRANSFER BAGI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH
tertentu.
PENDAPATAN LAIN-LAIN ADD
BANTUAN KEUANGAN APBD PROV.
BANTUAN KEUANGAN APBD KAB.
B. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS (PERAWAT DI
DESA/KELURAHAN)

Keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) adalah suatu


bidang dalam keperawatan kesehatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peranserta
BELANJA ALOKASI DANA DESA (ADD)aktif
: masyarakat yang mengutamakan  pelayanan promotif
BANTUAN KEUANGAN APBD KAB:
(PENGGUNAAN DANA dan preventif
DIATUR DENGANsecara berkesinambungan
PERATURAN BUPATI)
(PENGGUNAANtanpa
DANAmengebaikan
DIATUR DALAM pelayanan
PERATURAN BUPATI)
PENYELENGGARAAN PEMDES PENYELENGGARAAN PEMDES
kuratif dan
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA rehabilitatif secara menyeluruh
PELAKSANAAN dan terpadu.
PEMBANGUNAN DESA Pelayanan
PEMBINAAN KEMASYARAKATAN
tersebut DESA
ditujukan pada individu, keluarga,
PEMBINAAN kelompok, dan
KEMASYARAKATAN DESAmasyarakat
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
sebagai suatu kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga dapat
mandiri dalam upaya kesehatannya (Depkes, 2006).
Sasaran
BELANJAkeperawatan kesehatan
ALOKASI DANA DESA (ADD) : masyarakat adalah seluruh
PEMBINAAN KEMASYARAKATAN DESA
masyarakat termasuk individu, keluarga, dan kelompok beresiko tinggi.
Honor/Operasional Tenaga Kesehatan (Perawat Desa)
Perawat di desa/kelurahan memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung pada tatanan pelayanan:
1. Di rumah
2. Di Sekolah
3. Pelayanan pada kelompok-kelompok resiko tinggi.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 10


C. SASARAN PROGRAM SATU DESA SATU PERAWAT

Sasaran perawat di desa/kelurahan adalah individu, keluarga, kelompok,


dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor
ketidaktahuan, ketidakmauan, atau ketidakmampuan dalam
menyelesaikan masalah kesehatannya.
Sasaran terdiri dari:
1. Sasaran individu
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi kurang/buruk, ibu hamil
risiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (seperti: TB Paru,
Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia), penderita
penyakit degeneratif (Penyakit jantung, Hipertensi, Stroke, Diabetes
Melitus, Rematik, Asma Bronkhial).
2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk
group),
3. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus di
desa/kelurahan yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan
(seperti: kelompok remaja, kelompok ibu hamil, kelompok lansia,
kelompok penderita penyakit degeneratif).
4. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat di desa/kelurahan adalah masyarakat yang
rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah
kesehatan, yang diprioritaskan pada:
a. Masyarakat di suatu wilayah (RT atau RW) yang mempunyai:
1) Jumlah kematian ibu dan bayi lebih tinggi di wilayah lainnya.
2) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan
dengan wilayah lain.
3) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari wilayah lain.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 11


b. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll).

D. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DI KOMUNITAS

Sebagai pelaksana perawatan, perawat desa/kelurahan minimal


mempunyai enam peran dan fungsi, yaitu
1) Sebagai penemu kasus (case finder);
2) sebagai pemberi pelayanan (care giver);
3) sebagai pendidik/penyuluh kesehatan (health
teacher/educater);
4) sebagai koordinator dan kolaborator;
5) pemberi nasehat ( counseling);
6) sebagai panutan (role model).

E. KEGIATAN PERAWAT DESA

Merupakan kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat yang dilakukan


oleh perawat desa, meliputi:
1. Asuhan keperawatan kasus individu di rumah
a) Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun
tidak langsung (indirect care).
b) Penemuan suspek/kasus kontak serumah.
c) Penyuluhan/pendidikan kesehatan pada individu dan
keluarganya.
d) Pemantauan keteraturan berobat .
e) Rujukan kasus/masalah kesehatan kepada tenaga kesehatan
lain di Puskesmas atau di rumah sakit.
f) Pemberian nasehat (konseling) keperawatan.
g) Kegiatan yang merupakan tugas limpah sesuai pelimpahan
kewenangan yang diberikan dan atau prodesure yang telah

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 12


ditetapkan (contoh pengobatan, penanggulangan kasus gawat
darurat, dll).
h) Dokumentasi keperawatan.

2. Asuhan keperawatan keluarga


Merupakan asuhan keperawatan yang ditujukan pada keluarga
rawan kesehatan/keluarga miskin yang mempunyai masalah
kesehatan yang di temukan di masyarakat dan dilakukan di rumah
keluarga. Kegiatannya meliputi, antara lain :
a) Identifikasi keluarga rawan kesehatan/keluarga miskin dengan
masalah kesehatan di masyarakat.
b) Penemuan dini suspek/kasus kontak serumah.
c) Pendidikan/penyuluhan kesehatan terhadap keluarga (lingkup
keluarga).
d) Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai
rencana.
e) Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun
tidak langsung (indirect care).
f) Pelayanan kesehatan sesuai rencana, misalnya memantau
keteraturan berobat pasien dengan pengobatan jangka panjang.
g) Pemberian nasehat (konseling) kesehatan/keperawatan di rumah.
h) Dokumentasi keperawatan.

3. Asuhan Keperawatan masyarakat di daerah binaan.


Merupakan asuhan keperawatan yang ditujukan pada masyarakat
yang rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya
masalah kesehatan. Kegiatannya meliputi kegiatan kunjungan ke
daerah binaan untuk :
a) Identifikasi masalah kesehatan yang terjadi di suatu daerah
dengan masalah kesehatan spesifik.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 13


b) Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui kegiatan
memotivasi masyarakat untuk membentuk upaya kesehatan
berbasis masyarakat.
c) Pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat.
d) Memotivasi pembentukan,mengembangkan dan memantau
kader-kader kesehatan di masyarakat.
e) Ikut serta melaksanakan dan memonitor kegiatan PHBS.
f) Dokumentasi keperawatan.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 14


BAB III

PENGEMBANGAN “PROGRAM SATU DESA SATU PERAWAT”

A. PENDEKATAN

Perawat desa/kelurahan memiliki peran dan tanggung jawab untuk


memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan oleh
kementerian kesehatan. Untuk mensukseskan dan mengembangkan
“Program Satu Desa Satu Perawat”, maka program ini harus tercakup
dalam rencana pembangunan desa, baik dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJMD) maupun Rencana Kerja
Pembangunan Desa (RKP Desa).
Mekanisme perencanaan dan penganggarannya dibahas melalui
forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
(Musrembangdes). Sesuai dengan amanat UU No. 6 Tahun 2014
tentang desa dan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang rencana strategis kementerian
kesehatan, pemerintah desa didorong untuk mengalokasikan dan
memanfaatkan Alokasi Dana Desa (ADD) minimal 10% untuk Usaha
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Perawat
desa/kelurahan menjadi tenaga kesehatan profesional untuk mendukung
pengelolaan dan pembinaan kesehatan di desa. Pengaturan tentang
Alokasi Dana Desa untuk pengelolaan, pengembangan kesehatan dan
tenaga perawat di desa selanjutnya diatur dalam sebuah
peraturan/keputusan bupati/walikota setempat.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 15


B. PERSIAPAN

Dalam rangka persiapan untuk mensukseskan program satu desa satu


perawat, maka perlu dilakukan sejumlah kegiatan yang meliputi:
Rekruitment tenaga perawat di desa, dan Pelatihan Fasilitator (Perawat
di desa).
1. Rekruitmen tenaga perawat desa
Proses rekruitment melibatkan kerjasama antara Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD),
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, PPNI Kabupaten dan Provinsi
Sulawesi Tenggara. Proses rekruitment dimulai dari pendaftaran
tenaga perawat. Persyaratan menjadi perawat di desa adalah :
a) Pendidikan minimal Diploma Tiga Keperawatan
b) Harus memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat (STR)
c) Memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)
d) Diutamakan bagi yang memiliki sertifikat BTCLS dan sertifikat
pendukung lainnya jika ada.
e) Surat pernyataan kesiapan tinggal di desa/kelurahan tempat
bertugas.
2. Pelatihan Perawat Desa
Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan manajerial
dan administrasi tehnis dalam pengelolaan pelayanan kesehatan
di masyarakat. Pelatihan diselenggarakan oleh PPNI Provinsi
Sultra dan bekerjasama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota
dengan mengacu pada petunjuk teknis yang dibuat oleh PPNI
Provinsi Sultra dengan mengambil referensi yang dibuat oleh
kementerian kesehatan dalam pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 16


C. PENYELENGGARAAN

Perawat desa bersama kepala desa dan perangkat desa serta Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) bersama-sama dalam merumuskan alur
pelayanan kesehatan di desa. Sebagai gambaran alur pelayanan
kesehatan di desa, adalah sebagai berikut:
Skema Alur Pelayanan Kesehatan pada Masyarakat

2. ANALISA MASALAH
KESEHATAN & PENEGAKKAN
DIAGNOSA/MASALAH
KESEHATAN

1. PENGKAJIAN MASALAH
KESEHATAN/PENYAKIT 2. MUSYAWARAH
DESA/KELURAHAN
PERAWAT
DESA/KELURAHAN

5. EVALUASI DAN 3. PERENCANAAN


MONITORING PARTISIPATIF

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 17


Skema Alur Pelayanan Kesehatan4.pada pasien individu dan keluarga
IMPLEMENTASI
KEGIATAN

2. ANALISA
MASALAH
KESEHATAN
RUJUKAN KE &
PUSKESMAS
1. PENGKAJIAN
MASALAH 3. PENEGAKAN
KESEHATAN/PENYAKIT DIAGNOSA/MASALA
H KESEHATAN
PERAWAT
RUMAH DESA/KELURAHAN
PASIEN/KELUARGA

4. PERENCANAAN
KEPERAWATAN

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 18


6. EVALUASI
BAB IV KEPERAWATAN 5. IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN
MASYARAKAT DI DESA

Agar pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat di desa dapat


RUJUKAN KE
terlaksana secara efisien dan efektif, diperlukan pengelolaan upaya tersebut
PUSKESMAS/
dengan baik. Pengelolaan pelayanan kesehatan
RUMAH SAKIT masyarakat desa
merupakan rangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
dan pelaporan.

a. Perencanaan
Langkah-langkah perencanaan yang harus dilakukan oleh perawat desa
adalah:
1. Menyusun usulan kegiatan
Usulan kegiatan disusun sesuai prioritas sasaran dan kegiatan
prioritas di desa, dengan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan promotif
dan preventif yang akan melengkapi kegiatan upaya kesehatan
prioritas sehingga pelayanan kesehatan menjadi lebih utuh.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 19


Contoh:
Tabel 1. Rencana Usulan Kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat Desa Tahun 2017

No Kegiatan Tujuan Sasaran Target Waktu Vol hasil yang diharapkan


kegiatan
1 Pendataan factor Mendapatkan data Rumah 50KK Jan s/d 50 KK Teridentifikasinya
risiko kesehatan factor risiko tangga teridentifikasi Feb perilaku penyebab
kasus diare di RW terjadinya diare faktor risiko diare
01 diare
2 Penemuan dan Mendapatkan dan Rumah Penemuan Jan s/d 50 kali Menurunnya angka
pengobatan kasus tertanganinya warga 100% Des kunjunga kesakitan karena diare
diare kasus diare penderita n rumah
diare di RW
01
3 Penyuluhan diare Meningkatnya Salah satu Ibu-ibu rumah Maret 3 kali Meningkatnya
pada masyarakat di pengetahuan, sikap rumah warga tangga kemandirian
RW 01 dan perilaku dalam atau balai masyarakat untuk
mencegah penyakit desa mencegah diare
diare
4 Pelatihan Meningkatkan Balai desa Terlatihnya April 1 kali Meningkatnya angka
kader/tokoh kemampuan kader penanganan kasus
masyarakat tentang kader/Toma dalam penanggulan diare
pencegahan & pencegahan diare gan diare 5
penanggulangan kader 1 RW
diare

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 20


2. Pengajuan usulan kegiatan
Usulan kegiatan diajukan ke Pemerintah Desa setelah melalui
persetujuan Kepala Puskesmas. Usulan kegiatan yang telah disetujui
oleh kepala puskesmas diajukan ke pemerintah desa untuk
mendapatkan persetujuan pembiayaan.
b. Pelaksanaan dan Pelaporan
Pelaksanaan dan pelaporan merupakan rangkaian
penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap upaya
pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat. Langkah
pelaksanaan dan pelaporan kegiatan perawat desa, meliputi
antara lain:
1. Pengorganisasian di Desa
Agar pelaksanaan pelayanan kesehatan di desa berjalan
optimal, maka kepala desa diharapkan menetapkan tenaga
perawat sebagai pelaksana pelayanan perawatan
kesehatan masyarakat desa.
Perawat desa bertanggung jawab kepada Kepala desa
terhadap keberhasilan upaya perawatan kesehatan
masyarakat desa, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan serta pelaporan. Perawat desa diharapkan
menjadi penanggung jawab Pos Kesehatan Desa
(POSKESDES) atau UKBM lainnya.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat,
dilakukan berdasarkan Rencana pelaksanaan kegiatan
(POA) yang telah disetujui. Dalam melaksanakan kegiatan
perlu melakukan :
a. Mengkaji ulang rencana pelaksanaan kegiatan yang telah
disusun
b. Menyusun jadual kegiatan bulanan
c. Melaksanakan asuhan keperawatan menggunakan
standar/pedoman/prosedur tetap (protap).

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 21


Perawat desa melakukan praktik pelayanan kesehatan di
POSKESDES jika sudah terbentuk atau di tempat praktik
mandiri perawat desa.

3. Pelaporan dan pemantauan hasil pelaksanaan kegiatan.


Pelaporan hasil kegiatan perawatan kesehatan masyarakat
dilaksanakan secara berkala pada setiap bulan oleh
perawat desa kepada pemerintah desa dan Puskesmas.
Untuk mensinergiskan kegiatan perawat desa dengan
program kerja puskesmas, maka perlu dilakukan
pemantauan oleh puskesmas, melalui kegiatan :
a. Perawat desa mendiskusikan permasalahan yang dihadapi
dengan pihak puskesmas, yang bisa dilakukan dalam bentuk :
1) Refleksi Diskusi Kasus secara berkala dua kali dalam sebulan
2) Lokakarya mini bulanan
3) Lokakarya mini Tribulan
b. Melakukan penilaian
Penilaian dilakukan oleh pemerintah desa dan
puskesmas pada setiap akhir tahun dengan
membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan dengan
rencana yang telah disusun. Penilaian dilakukan
terhadap input, proses serta output berupa cakupan.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 22


BAB V

EVALUASI DAN INDIKATOR KEBERHASILAN

A. EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana kinerja perawat
desa, tingkat capaian program dan evaluasi perilaku dan sikap
perawat yang diperoleh informasi masyarakat.
B. INDIKATOR KEBERHASILAN

Untuk mengukur keberhasilan upaya Keperawatan Kesehatan


Masyarakat di desa, digunakan indikator yang meliputi indikator
masukan (input), indikator proses, indikator luaran (output) dan
indikator dampak.

1. Indikator Masukan (Input)

Indikator masukan, meliputi :

a) Tersedia Kit untuk pelaksanaan Perkesmas (PHN Kit).


b) Tersedia dana operasional untuk pembinaan/asuhan
keperawatan
c) Tersedia Standar/Pedoman/SOP pelaksanaan kegiatan
Perkesmas
d) Tersedia dukungan administrasi (Buku Register, Family
Folder, Formulir Askep, Formulir Laporan, dll)
e) Tersedianya ruangan khusus untuk asuhan keperawatan
di desa

2. Indikator Proses

Indikator proses, meliputi :

a) Ada Rencana Usulan Kegiatan Perkesmas.


b) Ada Rencana Asuhan Keperawatan setiap klien (individu,
keluarga, kelompok, masyarakat).

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 23


c) Adanya dukungan dan ada kegiatan bimbingan yang dilakukan
Kepala Puskesmas.
d) Ada kegiatan koordinasi dengan lintas program terkait petugas
kesehatan lain.
e) Ada laporan tertulis hasil pemantauan dan penilaian dan rencana
tindak lanjut.

3. Indikator luaran (output)

Indikator luaran, meliputi :

a) % suspek/kasus prioritas di desa (contoh: TB paru) yang


ditemukan secara dini.
b) % pasien kasus yang mendapat pelayanan tindak lanjut
keperawatan di rumah.
c) % keluarga miskin dengan masalah kesehatan yang dibina.

Besarnya % ditetapkan oleh masing-masing Kabupaten/Kota.


Indikator luaran ini merupakan indikator antara, untuk
mendukung tercapainya Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Kabupaten/Kota.

4. Indikator dampak

Indikator dampak yaitu ”keluarga mandiri dalam memenuhi


kebutuhan kesehatannya”, yang dinilai dengan tingkat
kemandirian keluarga.

Kemandirian keluarga berorientasi pada lima fungsi keluarga


dalam mengatasi masalah kesehatannya yaitu :

a. mampu mengenal masalah kesehatannya.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 24


b. mampu mengambil keputusan tepat untuk mengatasi
kesehatannya.
c. mampu melakukan tindakan keperawatan untuk anggota
keluarga yang memerlukan bantuan keperawatan.
d. mampu memodifikasi lingkungan sehingga menunjang
upaya peningkatan kesehatan.
e. mampu memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
yang ada.

Tingkat kemandirian

”Kemandirian keluarga” dalam program Perawatan


Kesehatan Masyarakat di bagi dalam 4 tingkatan yaitu :

Keluarga Mandiri tingkat I (paling rendah) sampai Keluarga


Mandiri tingkat IV (paling tinggi).

a. Keluarga Mandiri Tingkat Pertama (KM-I)

Kriteria :

a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan


Masyarakat.
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan.
2. Keluarga Mandiri Tingkat Dua (KM – II)

Kriteria :

a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan


Masyarakat.
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 25


c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar.
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan.
3. Keluarga Mandiri Tingkat Tiga (KM – III)

Kriteria :

a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan


Masyarakat.
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan.
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar.
d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara
aktif.
e. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan.
f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

4. Keluarga Mandiri Tingkat Empat (KM – IV)


Criteria :
a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat.
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar.
d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan sesuai anjuran.
e. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan.
f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
g. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 26


PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 27
BAB IV

PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DI BERBAGAI TINGKATAN


PEMERINTAHAN

Pengembangan Program Satu Desa Satu Perawat yang terintegrasi ke


dalam proses pembangunan desa dan kelurahan memerlukan dukungan dari
berbagai pihak. Secara skematis keterlibatan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:

PPNI PROPINSI DINKES PEMDA


SULTRA PROPINSI PROVINSI

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 28


A. PROVINSI
1. Pemerintah Provinsi PROPINSI
a. Menetapkan kebijakan koordinatif dan pembinaan
PPNI dalam bentuk penetapan peraturan atau keputusan
DINKES PEMDA
tentang pengembanganKABUPATEN
KABUPATEN program satu desa satu KABUPATE
perawat.
b. Menetapkan kebijakan-kebijakan koordinatif dan KABUPATEN
pembinaan dalam penetapan peraturan atau surat
PPNI
keputusan tentang pelaksanaan revitalisasi Puskesmas PEMERINTAH
PUSKESMAS
dan
KOMISARIAT Poskesdes di wilayah sultra. KECAMATAN
c. Memberikan dukungan dana dan sumber daya lain
untuk pengembangan dan pembinaan perawat desa.
KECAMATAN
b. Dinas kesehatan Propinsi
a. Melakukan pembinaan untuk pengembangan program
PERAWAT DESA PEMERINTAH DESA/KEL.
perawat desa
b. Bersama PPNI propinsi menyelenggarakan pelatihanDESA +
bagi Perawat Desa.
c. PPNI PROPINSI SULTRA
a. Menetapkan kebijakan koordinatif dan pembinaan Kader + UKBM
dalam bentuk peraturan atau keputusan tentang
perawat desa.
KETERANGAN:
b. Membuat
BPD = BADAN Juknis atau
PERMUSYAWARATAN panduan bagi perawat desa
DESA
UKBM = USAHA KESEHATAN BERSUMBER DAYA
c. Membuat standar/criteria perawat desa Masyarakat
MASYARAKAT Desa/Kelurahan
d. Bersama pemerintah desa melakukan seleksi bagi
perawat desa
e. Bersama dinas kesehatan propinsi menyelenggarakan
pelatihan bagi perawat desa.
f. Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis bagi
perawat desa
B. KABUPATEN DAN KOTA
1. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan-kebijakan koordinatif dan
pembinaan dalam bentuk penetapan peraturan atau
keputusan tentang program satu desa satu perawat.
b. Menetapkan mekanisme koordinasi antar instansi
terkait dengan seluruh instansi yang terlibat dalam
program satu desa satu perawat.
c. Menetapkan kebijakan-kebijakan koordinatif dan
pembinaan dalam bentuk penetapan peraturan atau

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 29


keputusan tentang pelaksanaan revotalisasi
puskesmas dan Poskesdes di wilayahnya.
d. Memberikan bantuan pembiayaan dari APBD
Kabupaten/Kota dan sumber daya lain untuk program
satu desa satu perawat.
e. Menfasilitasi kecamatan dan desa untuk ikut
bertanggung jawab dalam program satu desa satu
perawat.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
a. Melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan
perawatan kesehatan masyarakat oleh perawat desa.
b. Menfasilitasi puskesmas untuk ikut bertanggung jawab dalam
program satu desa satu perawat.
c. Melakukan pelatihan bagi perawat desa untuk mensinergiskan
dengan program dinas kesehatan.
3. PPNI KABUPATEN
a. Melakukan bimbingan teknis pelaksanaan perawatan kesehatan
masyarakat pada perawat desa
b. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan berkelanjutan bagi
perawat desa
c. Memantau pelaksanaan program perawat desa
C. KECAMATAN
1. Pemerintah Kecamatan
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan program satu desa
satu perawat.
b. Mengkoordinasikan penerapan kebijakan/peraturan
perundang-undangan berkaitan dengan program satu
desa satu perawat.
2. Puskesmas
a. Melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan
kegiatan perawatan kesehatan masyarakat desa
b. Menfasilitasi koordinasi perawat desa dengan tenaga
kesehatan lain untuk menyelasaikan masalah
kesehatan di desa
c. Melakukan pertemuan secara berkala dengan perawat
desa setiap bulan
3. PPNI Komisariat Puskesmas
a. Melakukan bimbingan teknis kepada perawat desa
b. Melakukan pertemuan secara berkala dengan perawat
desa untuk membahas masalah kesehatan di desa.
D. DESA DAN KELURAHAN
1. Pemerintah Desa dan Kelurahan

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 30


a. Menerbitkan peraturan tingkat desa dan kelurahan
untuk program perawat desa serta mengawasi
pelaksanaannya.
b. Mengintegrasikan Program Perawat desa ke dalam
Rencana Kerja Pembangunan (RKP) desa dan
kelurahan (berupa program pengembangan Pos
Kesehatan Desa).
c. Mengupayakan bantuan dana dan sumber daya lain
baik dari pemerintah, maupun pihak-pihak lain untuk
mendukung program perawat desa.
d. Dalam rangka pelaksanaan Alokasi dana desa agar
dalam pendistribusian pada kebutuhan local desa
diharapkan dapat membantu program perawat desa
terutama menyangkut:
- Gaji perawat desa
- Obat-obatan
- Alat dan bahan medis pelayanan kesehatan desa
- Kegiatan promotif dan preventif
g. Bersama BPD membahas program kegiatan perawat
desa
2. Perawat Desa
a. Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan
masyarakat di desa
b. Melakukan rapat berkala dengan pemerintah desa
dan pukesmas setiap bulannya.
c. Melaporkan hasil kegiatan pada pemerintah desa
dan puskesmas.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 31


BAB V

PENUTUP

Perawat desa merupakan tenaga kesehatan


professional yang menjadi ujung tombak pelayanan
kesehatan di desa. Perawat desa memiliki peran sebagai
fasilitator masyarakat desa mendapatkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan berkelanjutan.

Panduan ini, diharapkan dapat menjadi pedoman


bagi perawat desa untuk menjalankan pelayanan
kesehatan masyarakat di desa. Untuk terimplementasinya
program ini, diperlukan adanya kerjasama, keterpaduan,
dukungan baik lintas program, lintas sektor serta
masyarakat untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan professional.

PANDUAN BAGI PERAWAT DESA Page 32

Anda mungkin juga menyukai