2.5.2.a Bukti Analisis IKS Awal
2.5.2.a Bukti Analisis IKS Awal
PUSKESMAS SUKANEGARA
TAHUN 2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5 Nawa Cita,
yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program
sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program
Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama
Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/KMenkes/52/2015.
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai
dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2015-2019,
yaitu:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak.
2. Meningkatnya pengendalian penyakit.
3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah
terpencil, tertinggal dan perbatasan.
4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui kartu indonesia sehat dan
kualitas pengelolaan sistem jaminan sosial nasional (sjsn) kesehatan.
5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin.
6. meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu:
a. Penerapan paradigma sehat.
b. Penguatan pelayanan kesehatan.
c. Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (jkn).
Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat.
Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan
continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Pelaksanaan JKN dilakukan
dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya.
Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki
peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus
dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai
2
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan
pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Gambaran kondisi umum pembangunan kesehatan di Indonesia dipaparkan berdasarkan
hasil pencapaian program kesehatan, kondisi lingkungan strategis, kependudukan, pendidikan,
kemiskinan, dan perkembangan baru lainnya.
a) Upaya Kesehatan
1) Kesehatan ibu dan anak
Angka kematian ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target
Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, meskipun jumlah persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini
kemungkinan disebabkan antara lain oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang
belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya.
Penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan
post partum. Penyebab ini dapat diminimalkan apabila kualitas antenatal care
dilaksanakan dengan baik. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu
hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang
menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda < 20 tahun,
terlalu tua > 35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun, dan terlalu banyak anaknya > 3
orang). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan di bawah usia 20 tahun telah melahirkan,
sementara perempuan yang melahirkan pada usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per
1000 kelahiran hidup. Masalah ini diperberat dengan fakta masih adanya umur
perkawinan pertama pada usia yang amat muda (< 20 tahun) sebanyak 46,7% dari
semua perempuan yang telah kawin.
2) Kematian bayi dan balita
Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran dalam 5 tahun
terakhir, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi
penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, dan angka kematian anak
balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian
pada kelompok perinatal adalah Intra Uterine Fetal Death (IUFD), yakni sebanyak
29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%. Hal ini berarti faktor
kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya.
Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk
hamil dan melahirkan serta menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan yang
mampu melindungi bayi dari infeksi. Penyebab utama kematian adalah infeksi
khususnya pnemonia dan diare pada usia di atas neonatal sampai 1 tahun. Hal ini
berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi lingkungan setempat.
3
b) Gizi Masyarakat
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks, sebab selain masih
menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan
yang harus kita tangani dengan serius. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (2010-2014), perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas
dengan menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan
prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun 2014. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan di
mana underweight meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%, stunting juga meningkat dari
36,8% menjadi 37,2%, sementara wasting (kurus) menurun dari 13,6% menjadi 12,1%.
Riskesdas tahun 2010 dan 2013 menunjukkan bahwa kelahiran dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) < 2500 gram menurun dari 11,1% menjadi 10,2%. Tidak hanya terjadi
pada usia balita, prevalensi obesitas yang meningkat juga terjadi di usia dewasa. Hal ini
terbukti dari peningkatan prevalensi obesitas sentral (lingkar perut > 90 cm untuk laki-
laki dan > 80 cm untuk perempuan) dari tahun 2007 ke tahun 2013. Riskesdas (2013),
prevalensi tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (39,7%) yaitu 2,5 kali lipat dibanding
prevalensi terendah di Provinsi NTT (15.2%). Prevalensi obesitas sentral naik di semua
provinsi, namun laju kenaikan juga bervariasi, tertinggi di Provinsi DKI Jakarta, Maluku,
dan Sumatera Selatan. Mencermati hal tersebut, pendidikan gizi seimbang yang proaktif
serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menjadi suatu kewajiban yang harus
dilaksanakan di masyarakat.
c) Penyakit Menular
Prioritas penyakit menular masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria,
demam berdarah, influenza, dan flu burung. Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil
mengendalikan penyakit neglected diseases seperti kusta, filariasis, leptospirosis, dan
lain-lain. Angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan
tetanus baik pada maternal maupun neonatal sudah sangat menurun. Indonesia telah
dinyatakan bebas polio pada tahun 2014. Kecenderungan prevalensi kasus HIV pada
penduduk usia 15 – 49 tahun meningkat. Prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 -
49 tahun hanya 0,16% pada awal tahun 2009 dan meningkat menjadi 0,30% pada tahun
2011, meningkat lagi menjadi 0,32% pada tahun 2012, dan terus meningkat menjadi
0,43% pada tahun 2013. Angka Case Fatality Rate (CFR) AIDS menurun dari 13,65%
pada tahun 2004 menjadi 0,85 % pada tahun 2013.
d) Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular cenderung terus meningkat dan telah mengancam sejak usia
muda. Transisi epidemiologis telah terjadi secara signifikan selama 2 dekade terakhir,
yakni penyakit tidak menular telah menjadi beban utama, sementara beban penyakit
4
menular masih berat juga. Indonesia sedang mengalami double burdendiseases, yaitu
beban penyakit tidak menular dan penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular
utama meliputi hipertensi, diabetes melitus, kanker dan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Jumlah kematian akibat rokok terus meningkat dari 41,75% pada tahun 1995
menjadi 59,7% di tahun 2007. Selain itu dalam survei ekonomi nasional 2006 disebutkan
penduduk miskin menghabiskan 12,6% penghasilannya untuk konsumsi rokok. Oleh
karena itu, deteksi dini harus dilakukan secara proaktif mendatangi sasaran, karena
sebagian besar tidak mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit tidak menular.
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain dilakukan melalui pelaksanaan
Pos Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Posbindu-PTM) yang
merupakan upaya monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di
masyarakat. Sejak mulai dikembangkan pada tahun 2011 Posbindu-PTM pada tahun 2013
telah bertambah jumlahnya menjadi 7.225 Posbindu di seluruh Indonesia.
e) Kesehatan Jiwa
Permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan beban kesehatan yang
signifikan. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental
emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas) sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas.
Hal ini berarti lebih dari 14 juta jiwa menderita gangguan mental emosional di Indonesia.
Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah
1,7 per 1000 penduduk. Ini berarti lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa
berat (psikosis). Angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar
14,3% atau sekitar 57.000 kasus. Gangguan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA juga
berkaitan dengan masalah perilaku yang membahayakan diri, seperti bunuh diri.
Berdasarkan laporan dari Mabes Polri pada tahun 2012 ditemukan bahwa angka bunuh
diri sekitar 0.5 % dari 100.000 populasi, yang berarti ada sekitar 1.170 kasus bunuh diri
yang dilaporkan dalam satu tahun. Prioritas untuk kesehatan jiwa adalah mengembangkan
Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah
Puskesmas dan bekerja bersama masyarakat dalam mencegah meningkatnya gangguan
jiwa masyarakat.
5
1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya.
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat dalam mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan agar memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas
yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.Tugas
tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.
Pendekatan keluarga yang dimaksud merupakan pengembangan dari kunjungan rumah
oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas),
yang meliputi kegiatan berikut:
1) Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data profil kesehatan keluarga
dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
2) Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan
preventif.
3) Kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung.
4) Pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga untuk
pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.
Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan
data dan informasi dari profil kesehatan keluarga (family folder). Dengan
demikian,pelaksanaan upaya Perkesmas harus diintengrasikan ke dalam kegiatan pendekatan
keluarga. Dalam menjangkau keluarga, Puskesmas tidak hanya mengandalkan UKBM yang
ada sebagaimana selama ini dilaksanakan, melainkan juga langsung berkunjung ke keluarga.
6
C. TUJUAN PENDEKATAN KELUARGA
Tujuan dari pendekatan keluarga adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan akses keluarga beserta anggotanya terhadap pelayanan kesehatan
komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan
rehabilitatif dasar.
2. Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) kabupaten/kota dan
provinsi, melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan.
3. Mendukung pelaksanaan JKN dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
menjadi peserta JKN.
4. Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam Renstra Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 – 2019.
7
BAB II
PELAKSANAAN PISPK
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara kerja puskesmas untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya, yaitu
dengan melakukan kegiatan mendatangi keluarga. Kunjungan rumah dilakukan secara
terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga
(Prokesga).
Puskesmas tidak hanya mengandalkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
yang selama ini dilakukan, melainkan juga menjangkau keluarga dengan langsung berkunjung
ke keluarga. Pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah tidak mematikan UKBM-UKBM
yang ada, tetapi justru memperkuat UKBM-UKBM yang selama ini dirasakan masih kurang
efektif. Puskesmas akan dapat mengenali masalah-masalah kesehatan yang dihadapi keluarga
8
secara menyeluruh (holistik) dengan mengunjungi keluarga di rumahnya. Anggota keluarga
yang perlu mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian dapat dimotivasi untuk
memanfaatkan UKBM yang ada dan/atau pelayanan Puskesmas. Keluarga juga dapat
dimotivasi untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang sehat dan faktor-faktor risiko lain
yang selama ini merugikan kesehatannya, dengan pendampingan dari kader-kader kesehatan
UKBM dan/atau petugas kesehatan Puskesmas.
Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12
indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap.
d. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif.
e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan.
f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar.
g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur.
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan.
i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok.
j. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih.
l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari
setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS
dari keluarga yang bersangkutan.
Urutan pelaksanaan pendataan PISPK di Puskesmas Sukanegara adalah sebagai berikut:
1) Pelatihan Keluarga Sehat Puskesmas sebanyak 3 petugas tanggal 14 – 17 Maret 2018 di
Bapelkes Provinsi Jawa Barat.
2) Sosialisasi tingkat puskesmas tentang Peraturan Menteri Kesehatan nomor 39 Tahun 2016
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga dan Pendataan PISPK 10 Juli 2018.
3) Penetapan dan pengesahan SK Tim/Petugas pelaksanaan PISPK tanggal 12 Juli 2018.
4) Sosialisasi lintas sektor tentang tentang Peraturan Menteri Kesehatan nomor 39 Tahun
2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga dan Pendataan PISPK pada 3 desa. Desa Sukanegara tanggal 8 Mei 2018, Desa
Sukajaya tanggal 9 Mei 2018 dan Desa Cibodas tanggal 12 Mei 2018.
5) Pelaksanaan pendataan PISPK minggu terakhir bulan Juli 2018 sampai dengan bulan Juni
2019.
6) Melakukan pengentryan hasil pendataan PISPK.
7) Melakukan analisis hasil pendataan PISPK.
9
B. HASIL PENDATAAN DAN ANALISA HASIL PENDATAAN PISPK
PUSKESMAS SUKANEGARA
2542
2500
1974
2000
1570
1500
1000
1000
549 475 497 425
500
223 304
24 57
0
Sukanegara Sukajaya Cibodas Puskesmas
Sehat Pra Sehat Tidak Sehat
Dari grafik 2.1 terlihat batang warna hijau menunjukkan jumlah keluarga kategori sehat
sebanyak 223 keluarga pada Desa Sukanegara, 24 keluarga pada Desa Sukajaya, 57 keluarga
pada Desa Cibodas dan kumulatif warna hijau pada puskesmas sebanyak 304 keluarga.
Batang warna kuning menunjukkan jumlah keluarga pra sehat sebanyak 1570 pada Desa
Sukanegara, 475 keluarga pada Desa Sukajaya, 497 keluarga pada Desa Cibodas dan
kumulatif keluarga pra sehat puskesmas sebanyak 2542 keluarga. Grafik batang warna merah
menunjukkan jumlah keluarga kategori tidak sehat sebanyak 549 keluarga pada Desa
Sukanegara, 1000 keluarga pada Desa Sukajaya, 425 keluarga pada Desa Cibodas dan
kumulatif keluarga Tidak Sehat Puskesmas Sukanegara sebanyak 1974 keluarga.
10
Grafik 2.2. IKS Tingkat Desa
0,08
0,06
0,04
0,02
Dari grafik 2.2 terlihat indeks keluarga sehat (IKS) tingkat desa pada wilayah kerja
Puskesmas Sukanegara IKS tertinggi yaitu Desa Sukanegara dengan IKS 0,1 urutan
selanjutnya Desa Cibodas dengan IKS 0,06 dan di urutan terakhir yaitu Desa Sukajaya dengan
IKS 0,02. IKS Puskesmas Sukanegara adalah 0,07 hal ini menggambarkan IKS Desa dan
Puskesmas masuk ke dalam kategori tidak sehat.
11
Grafik 2.3. Capaian 12 Indikator KS Puskesmas Sukanegara
12
Tabel 2.1 Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat Desa Sukanegara
% CAKUPAN
NO INDIKATOR RW. 001 RW. 002 RW. 003 RW. 004 RW. 005 RW. 006 RW. 007 RW. 008 DESA
SUKANEGARA
1 Keluarga mengikuti program KB *) 54,3% 54,0% 55,0% 60,9% 73,6% 40,2% 63,6% 80,5% 61,2%
∑ Keluarga Bernilai Y 120 94 82 212 212 35 105 70 930
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 221 174 149 348 288 87 165 87 1519
2 Persalinan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan 77,8% 87,5% 75,0% 71,4% 64,7% 71,4% 100,0% 85,7% 79,5%
∑ Keluarga Bernilai Y 7 14 3 5 11 10 14 6 70
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 9 16 4 7 17 14 14 7 88
3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap *) 70,4% 87,0% 62,5% 53,3% 36,8% 100,0% 100,0% 100,0% 70,1%
∑ Keluarga Bernilai Y 19 20 10 16 7 5 20 4 101
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 27 23 16 30 19 5 20 4 144
4 Bayi mendapatkan ASI Eksklusif 65,6% 78,6% 94,1% 77,8% 65,4% 100,0% 96,0% 85,7% 79,6%
∑ Keluarga Bernilai Y 21 22 16 28 17 10 24 6 144
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 32 28 17 36 26 10 25 7 181
5 Pertumbuhan Balita dipantau 68,0% 80,5% 85,2% 86,0% 59,8% 76,1% 90,3% 100,0% 77,8%
∑ Keluarga Bernilai Y 66 62 46 111 73 35 65 28 486
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 97 77 54 129 122 46 72 28 625
6 Penderita TB Paru yang berobat sesuai standar 38,5% 33,3% 50,0% 00,0% 37,5% 16,7% 50,0% 100,0% 33,3%
∑ Keluarga Bernilai Y 5 1 1 0 3 1 4 1 16
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 13 3 2 7 8 6 8 1 48
13
7 Penderita hipertensi yang berobat teratur 17,4% 41,0% 14,5% 18,9% 25,7% 44,4% 45,0% 46,7% 29,8%
∑ Keluarga Bernilai Y 15 34 8 14 18 20 27 14 150
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 86 83 55 74 70 45 60 30 503
8 Penderita gangguan jiwa berat, diobati dan tidak 100% 66,6% 50,0% 00,0% 60,0% 100% 50,0% 0 62,5%
ditelantarkan
∑ Keluarga Bernilai Y 1 2 2 0 3 1 1 0 10
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 1 3 4 0 5 1 2 0 16
9 Anggota keluarga tidak ada yang merokok *) 25,5% 23,1% 23,8% 22,4% 25,4% 21,2% 16,9% 16,8% 22,8%
∑ Keluarga Bernilai Y 101 70 54 107 107 33 39 22 533
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 396 303 227 477 421 156 231 131 2342
10 Keluarga sudah menjadi anggota JKN 40,4% 45,2% 33,0% 38,4% 35,6% 50,6% 45,5% 63,4% 41,5%
∑ Keluarga Bernilai Y 160 137 75 183 150 79 105 83 972
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 396 303 227 477 421 156 231 131 2342
11 Keluarga memiliki akses/menggunakan sarana 86,1% 90,4% 89,0% 88,1% 90,7% 94,2% 83,5% 92,4% 88,8%
air bersih
∑ Keluarga Bernilai Y 341 274 202 420 382 147 193 121 2080
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 396 303 227 477 421 156 231 131 2342
12 Keluarga memiliki akses/menggunakan jamban 81,6% 83,4% 85,5% 73,2% 90,3% 95,5% 75,3% 84,7% 82,5%
keluarga
∑ Keluarga Bernilai Y 323 252 194 349 380 149 174 111 1932
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 396 302 227 477 421 156 231 131 2341
Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,091 0,116 0,066 0,071 0,069 0,135 0,13 0,176 0,095
∑ Keluarga dengan IKS > 0,800 36 35 15 34 29 21 30 23 223
∑ Keluarga 396 303 227 477 421 156 231 131 2342
15
Tabel 2.2 Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat Desa Cibodas
% CAKUPAN
NO INDIKATOR RW. 001 RW. 002 RW. 003 RW. 004 RW. 005 DESA
CIBODAS
1 Keluarga mengikuti program KB *) 39,9% 71,7% 55,7% 40,6% 59,8% 51,9%
∑ Keluarga Bernilai Y 55 43 102 39 67 306
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 138 60 183 96 112 590
2 Persalinan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan 50,0% 100,0% 75,0% 83,3% 72,7% 71,9%
∑ Keluarga Bernilai Y 4 3 3 5 8 23
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 8 3 4 6 11 32
3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap *) 70,0% 00,0% 57,1% 69,2% 100,0% 69,1%
∑ Keluarga Bernilai Y 14 0 8 9 7 38
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 20 1 14 13 7 55
4 Bayi mendapatkan ASI Eksklusif 47,8% 50,0% 75,0% 64,3% 66,7% 61,4%
∑ Keluarga Bernilai Y 11 1 12 9 10 43
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 23 2 16 14 15 70
5 Pertumbuhan Balita dipantau 58,3% 77,8% 87,5% 83,3% 73,7% 75,6%
∑ Keluarga Bernilai Y 35 21 56 30 28 170
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 60 27 64 36 38 225
6 Penderita TB Paru yang berobat sesuai standar 27,8% 00,0% 35,0% 25,0% 20,0% 27,4%
∑ Keluarga Bernilai Y 5 0 7 2 2 17
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 18 5 20 8 10 62
7 Penderita hipertensi yang berobat teratur 12,3% 20,0% 18,9% 25,0% 31,7% 22,0%
∑ Keluarga Bernilai Y 8 3 14 10 26 61
16
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 65 15 74 40 82 277
8 Penderita gangguan jiwa berat, diobati dan tidak ditelantarkan 50,0% 100,0% 100,0% 00,0% 00,0% 60,0%
∑ Keluarga Bernilai Y 1 1 1 0 0 3
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 2 1 1 1 0 5
9 Anggota keluarga tidak ada yang merokok *) 34,6% 16,2% 26,2% 28,6% 24,3% 27,4%
∑ Keluarga Bernilai Y 88 18 70 48 43 268
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 254 111 267 168 177 979
10 Keluarga sudah menjadi anggota JKN 24,8% 46,8% 39,7% 27,4% 32,2% 33,2%
∑ Keluarga Bernilai Y 63 52 106 46 57 325
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 254 111 267 168 177 979
11 Keluarga memiliki akses/menggunakan sarana air bersih 61,4% 81,1% 72,7% 81,5% 81,9% 74,0%
∑ Keluarga Bernilai Y 156 90 194 137 145 724
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 254 111 267 168 177 979
12 Keluarga memiliki akses/menggunakan jamban keluarga 55,9% 71,2% 65,2% 75,6% 68,9% 65,9%
∑ Keluarga Bernilai Y 142 79 174 127 122 645
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 254 111 267 168 177 979
Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,028 0,063 0,094 0,06 0,045 0,058
∑ Keluarga dengan IKS > 0,800 7 7 25 10 8 57
∑ Keluarga 254 111 267 168 177 979
18
Tabel 2.3 Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat Desa Sukajaya
% CAKUPAN
NO INDIKATOR RW. 001 RW. 002 RW. 003 RW. 004 RW. 005 DESA
SUKAJAYA
1 Keluarga mengikuti program KB *) 39,1% 14,7% 21,5% 31,6% 14,5% 24,9%
∑ Keluarga Bernilai Y 45 24 32 55 9 165
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 115 163 149 174 62 663
2 Persalinan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan 50,0% 25,8% 12,1% 18,9% 00,0% 17,2%
∑ Keluarga Bernilai Y 1 8 4 7 0 20
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 2 31 33 37 13 116
3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap *) 79,2% 46,4% 45,2% 35,7% 62,5% 53,3%
∑ Keluarga Bernilai Y 19 13 14 5 5 56
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 24 28 31 14 8 105
4 Bayi mendapatkan ASI Eksklusif 56,0% 39,4% 34,1% 60,0% 28,6% 42,9%
∑ Keluarga Bernilai Y 14 13 14 12 4 57
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 25 33 41 20 14 133
5 Pertumbuhan Balita dipantau 58,0% 43,2% 60,0% 75,3% 52,7% 57,4%
∑ Keluarga Bernilai Y 47 54 72 70 29 272
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 81 125 120 93 55 474
6 Penderita TB Paru yang berobat sesuai standar 50,0% 18,2% 50,0% 57,1% 00,0% 43,2%
∑ Keluarga Bernilai Y 5 2 4 8 0 19
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 10 11 8 14 1 44
7 Penderita hipertensi yang berobat teratur 30,4% 25,8% 21,8% 22,8% 21,3% 24,4%
∑ Keluarga Bernilai Y 17 31 19 18 10 95
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 56 120 87 79 47 389
19
8 Penderita gangguan jiwa berat, diobati dan tidak ditelantarkan 0 00,0% 60,0% 00,0% 00,0% 60,0%
∑ Keluarga Bernilai Y 0 0 3 0 0 3
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 0 0 5 0 0 5
9 Anggota keluarga tidak ada yang merokok *) 31,4% 35,7% 43,1% 53,4% 31,9% 40,0%
∑ Keluarga Bernilai Y 80 134 162 163 60 599
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 255 375 376 305 188 1499
10 Keluarga sudah menjadi anggota JKN 39,6% 25,1% 38,8% 34,1% 18,6% 32,0%
∑ Keluarga Bernilai Y 101 94 146 104 35 480
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 255 375 376 305 188 1499
11 Keluarga memiliki akses/menggunakan sarana air bersih 54,1% 48,4% 31,4% 22,4% 57,4% 41,0%
∑ Keluarga Bernilai Y 138 178 116 67 108 607
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 255 368 370 299 188 1480
12 Keluarga memiliki akses/menggunakan jamban keluarga 45,9% 46,4% 17,9% 16,8% 55,9% 34,4%
∑ Keluarga Bernilai Y 117 168 66 50 105 506
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 255 362 368 298 188 1471
Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,039 0,011 0,013 0,01 0,011 0,016
∑ Keluarga dengan IKS > 0,800 10 4 5 3 2 24
∑ Keluarga 255 375 376 305 188 1499
21
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari tabel 3.1 rekapitulasi indeks keluarga sehat puskesmas dapat ditarik identifikasi masalah.
Terlihat IKS terkecil dari 3 desa binaan Puskesmas Sukanegara adalah Desa Sukajaya dengan
IKS 0,02 sehingga Desa Sukajaya akan menjadi prioritas desa yang perlu dilakukan
intervensi. Tahap selanjutnya akan dilakukan pemilihan prioritas masalah menggunakan data
dari tabel 3.1 diatas. Identifikasi prioritas masalah kesehatan pada masing-masing desa
sebagai berikut:
1. Desa Sukajaya
a. Ibu yang belum bersalin di fasilitas kesehatan ada 82,76%.
b. Bayi yang belum mendapatkan ASI Esklusif 57,14%.
c. Penderita hipertensi yang tidak berobat teratur 75,58%.
d. Keluarga belum memiliki akses/memiliki jamban keluarga 65,6%.
e. Ada anggota keluarga yang merokok 60,04%.
f. Keluarga yang belum menjadi anggota JKN 67,98%.
2. Desa Cibodas
a. Penderita TB Paru yang berobat tidak sesuai standar 72,58%.
b. Bayi yang belum mendapatkan ASI Esklusif 38,57%.
c. Penderita hipertensi yang tidak berobat teratur 77,98%.
d. Ada anggota keluarga yang merokok 72,63%.
e. Keluarga belum memiliki akses/menggunakan jamban keluarga 34,12%.
f. Keluarga belum menjadi anggota JKN 66,7%.
3. Desa Sukanegara
a. Bayi yang belum mendapatkan ASI Esklusif 20,44%.
b. Penderita TB Paru yang berobat tidak sesuai standar 66,67%
c. Penderita hipertensi yang tidak berobat teratur 70,18%.
d. Ada anggota keluarga yang merokok 77,24%.
e. Keluarga belum menjadi anggota JKN 58,5%.
B. PRIORITAS MASALAH
23
Penentuan prioritas masalah yang digunakan dalam hal ini kita menggunakan dengan
tehnik USG, dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1. Tingkat urgensinya (U), yakni apakah masalah tersebut penting untuk segera diatasi.
2. Keseriusannya (S), yakni apakah masalah tersebut cukup parah.
3. Potensi perkembangannya (G), yakni apakah masalah tersebut akan segera menjadi besar
dan/atau menjalar.
Masing-masing faktor diberi nilai 1-5 berdasarkan skala likert (5=sangat besar, 4=besar,
3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil), dan nilai total tiap masalah kesehatan diperoleh dari
rumus:
T=U+S+G
Nilai total (T) digunakan untuk mengurutkan masalah kesehatan berdasar prioritasnya, nilai
total tertinggi akan menjadi masalah utama dalam pemberian intervensi.
Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah dengan menggunakan tehnik USG didapatkan
6 masalah prioritas yaitu ibu yang belum bersalin di fasilitas kesehatan berada diurutan
pertama, lalu diurutan kedua keluarga belum memiliki akses/menggunakan jamban keluarga,
urutan masalah ketiga penderita hipertensi yang tidak berobat teratur, masalah keempat masih
ada anggota keluarga yang merokok, masalah kelima Bayi yang belum mendapatkan ASI
Esklusif dan masalah keenam keluarga belum menjadi peserta JKN.
C. PENYEBAB MASALAH
Akar penyebab setiap masalah kesehatan prioritas dicari dengan memperhatikan hasil
identifikasi masalah dan potensi (baik dari data keluarga, data umum maupun data khusus)
dengan menggunakan alat diagram ishikawa (diagram tulang ikan). Berikut disajikan diagram
tulang ikan dari setiap masalah yang menjadi prioritas:
24
1. Diagram tulang ikan masalah ibu bersalin di faskes masih rendah
Metode Manusia
Bidan Desa yang sering
tidak ada di tempat
Masih kurangnya penyuluhan
tentang bersalin di Faskes
Lingkungan Material
25
2. Capaian Keluarga belum memiliki Akses dan kepemilikan Jamban Sehat
Metode Manusia
26
3. Diagram tulang ikan masalah Penderita Hipertensi tidak berobat teratur
Metode Manusia
Masih kurangnya kesadaran
dan motivasi masyarakat
untuk berobat hipertensi
secara rutin
Lingkungan Material
27
4. Capaian Anggota Keluarga yang Merokok
Metode Manusia
Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang bahaya
Masih kurangnya sosialisasi merokok bagi perokok aktif
bahaya merokok maupun pasif
Pola pergaulan masyarakat
dengan kebiasaan merokok
28
5. Diagram tulang ikan masalah Bayi yang belum mendapatkan ASI Eksklusif
Metode Manusia
Kurangnya Pengetahuan
masyarakat mengenai
Belum optimalnya kerjasama pentingnya ASI Eksklusif
linprog & linsek dalam upaya Kurangnya dukungan suami
pendekatan merubah perilaku dan dan keluarga terhadap
kebiasaan masyarakat pemberian ASI ekslusif
Overload Beban kerja
Belum optimalnya Petugas Nutrisionis
Belum optimalnya
pemanfaatan meja
pemanfaatan KP ASI yang
penyuluhan di Posyandu
sudah dibentuk Bayi belum
mendapatkan
ASI
Budaya dan kebiasaan masyarakat tidak Belum optimalnya Belum adanya insentif Eksklusif
mendukung pemberian ASI eksklusif penggunaan Alat peraga kader
laktasi
Ibu melahirkan di paraji Belum optimalnya
sehingga bayi tidaj Belum optimalnya penggunaan penggunaan ADD stunting
mendapatkan IMD media penyuluhan untuk 1000 HPK
29
6. Diagram tulangm ikan masalah keluarga yang belum menjadi peserta JKN
Metode Manusia
Kurangnya Pengetahuan
masyarakat tentang JKN
Kurangnya sosialisasi tentang JKN
di masyarakat
Keluarga
yang
belum
Jarak dengan kantor BPJS menjadi
yang jauh peserta
JKN
Banyak peserta JKN PBI yang di Peserta JKN Mandiri yang tidak
Belum optimalnya
membayar premi pemanfaatan media
nonaktifkan pemerintah informasi tentang JKN
Lingkungan Material
30
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
5 Bayi Belum Overload Beban Analisa Beban Kerja ulang 1. Sosialisasi dan edukasi
Medapatkan kerja Petugas terkait SDM tentang pentingnya ASI
ASI Nutrisionis Eksklusif secara periodik
Eksklusif kepada masyarakat
Kurangnya Melaksanakan penyuluhan
terutama calon pengantin,
Pengetahuan kepada masyarakat secara
ibu menyusui,
masyarakat periodik mengenai
keluarga/orangtua/mertua
pentingnya ASI eksklusif di
mengenai ibu menyusui.
berbagai tempat yang ada
pentingnya ASI 2. Melakukan Analisa beban
perkumpulan masyarakat
Eksklusif kerja kepada petugas
Kurangnya a) Pendekatan kepada nutrisionis.
3. Peningkatan kapasitas
dukungan suami suami dan keluarga ibu
menyusui agar mau kader terkait penyuluhan
dan keluarga
mendukung ibu pada di posyandu.
terhadap 4. Mengaktifkan kembali KP
saat memberikan ASI
pemberian ASI b) Edukasi dini calon ASI yang sudah dibentuk
ekslusif dan lakukan monitoring
pengantin 3 bulan
dan evaluasi terhadap KP
sebelum melaksanakan
pernikahan ASI.
5. Melakukan advokasi
Belum a). Peningkatan kapasitas
dengan linsek mengenai
optimalnya kader terkait penyuluhan
peran masing-masing
pemanfaatan di posyandu
dalam meningkatkan
b). Pengadaan sarana dan
meja cakupan ASI Ekslusif.
prasarana untuk
penyuluhan di 6. Kemitraan Bidan dan
kelengkapan
Posyandu Paraji.
pelaksanaan posyandu
7. Koordinasi dengan lintas
Belum a). Mengaktifkan Kembali
sektor terkait mengenai
optimalnya KP ASI yang sudah
pemanfaatan dana desa
pemanfaatan KP dibentuk
untuk pencegahan dan
b). Melakukan monitoring
ASI yang sudah penangan stunting
dan evaluasi terhadap
dibentuk terutama tentang 1000
KP ASI yang sudah
HPK
dibentuk
8. Pengusulan anggaran desa
Belum Advokasi dengan lintas
optimalnya sektor mengenai peran terkait insentif kader.
kerjasama masing-masing lintas sektor
linprog & linsek dalam meningkatkan
cakupan ASI eksklusif
dalam upaya
pendekatan
merubah
perilaku dan
kebiasaan
masyarakat
(penyuluhan dll)
Budaya dan a) Memberikan edukasi
kebiasaan kepada masyarakat
masyarakat tidak mengenai bahaya
mendukung memberikan
makanan/minuman
pemberian ASI
selain ASI kepada bayi
eksklusif dengan usia <6 bulan
b) Pendekatan kepada
keluarga/orangtua/mertu
a ibu menyusui
35
mengenai manfaat ASI
eksklusif
Ibu melahirkan a) Memberikan edukasi
di paraji kepada masyarakat
sehingga bayi menganai pentingya
tidak persalinan di fasilitas
kesehatan agar standar
mendapatkan
emas 1000 HPK bisa
IMD terlalui dengan baik
b) Melaksanakan ANC
terpadu di tingkat
puskesmas agar ibu
mendapatkan konseling
dan mampu
merencanakan P4K
Belum a) Memanfaatkan media
optimalnya penyuluhan yang ada
penggunaan secara optimal
media b) Menggunakan media
penyuluhan berupa
penyuluhan
video singkat agar bisa
disebarkan di berbagai
media sosial sehingga
materi penyuluhan bisa
diakses kapan dan
dimana saja
Belum Menggunakan alat
optimalnya peraga laktasi pada saat
penggunaan Alat memberikan penyuluhan
peraga laktasi terkait ASI
Belum a) Koordinasi dengan lintas
optimalnya sektor terkait mengenai
penggunaan pemanfaatan dana desa
ADD stunting untuk pencegahan dan
untuk 1000 HPK penangan stunting
terutama tentang 1000
HPK
b) Mengusulkan
pengganggaran kegiatan
terkait ASI ekslusif dari
dana desa
Belum adanya Mengusulkan kepada desa
insentif kader terkait anggaran insentif
kader
6 Keluarga Kurangnya Melakukan sosialisasi 1. Melakukan sosialiasi
belum tentang JKN baik pada saat tentang JKN pada saat
menjadi informasi yang lokmin linsek ataupun pada lokmin linsek dan juga
peserta JKN didapatkan pertemuan-pertemuan lain. pada pertemuan-pertemuan
masyarakat lain.
mengenai JKN 2. Advokasi dengan perangkat
desa untuk bekerjasama
mengusulkan kembali
Advokasi dengan perangkat
anggota JKN PBI yang
desa untuk bekerjasama
sudah non aktif kepada
Banyak peserta mengusulkan kembali
Dinas Sosial untuk
anggota JKN PBI yang
JKN PBI yang pengaktifan kembali
sudah non aktif kepada
di nonaktifkan kepesertaan JKN kepada
Dinas Sosial untuk
pemerintah pengaktifan kembali BPJS.
3.
kepesertaan JKN kepada Advokasi dengan perangkat
desa untuk mengajukan
BPJS.
peserta JKN Mandiri
Peserta JKN Advokasi dengan perangkat dengan ekonomi rendah
36
mandiri yang desa untuk mengajukan agar dialihkan menjadi
tidak membayar peserta JKN Mandiri anggota JKN PBI.
premi dengan ekonomi rendah
agar dialihkan menjadi
anggota JKN PBI.
37