PEDOMAN
PELAKSANA KEGIATAN TATAHULU
USAHA KERJAMINYAK DAN GAS BUMI
TENTANG
PENGELOLAAN SUMBER
(SKK DAYA MANUSIA
MIGAS)
KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA
Nomor: PTK-018/SKKMA0000/2018/S0
REVISI II
TENTANG
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA
JAKARTA
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR ALUR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
BAB I UMUM
1. Maksud dan Tujuan 1
2. Ruang Lingkup 1
3. Dasar Hukum 2
4. Referensi Hukum 3
5. Pengertian Istilah 5
BAB VI PENUTUP 98
LAMPIRAN 99
DAFTAR ALUR
Alur 1
Alur Unjuk Rasa dan Mogok Kerja
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Checklist Kelengkapan Berkas RPTK
Lampiran 2
Data Kegiatan Perusahaan
Lampiran 3
Identitas Pemohon
Lampiran 4
MD 1-Struktur Organisasi
Lampiran 5
MD-2-Bagan Rencana Penggunaan dan Penggantian TKA
Lampiran 6
MD-2A-Uraian jabatan dan persyaratan minimum jabatan TKA
Lampiran 7
MD 2B-Program Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Indonesia dalam rangka
penggantian TKA
Lampiran 8
MD 2C-Rencana Rekrutmen TKI
Lampiran 9
MD 3-Rekapitulasi Jumlah Formasi Jabatan
Lampiran 10
MD 4-Program Pertukaran Pekerja Internasional
Lampiran 11
Daftar Posisi Time Sharing – Alokasi Biaya
Lampiran 12
MD1-TKA Sementara
Lampiran 13
Checklist Kelengkapan Permohonan Persetujuan Penggunaan TKA
Lampiran 14
Format List Komitmen Pejabat L1 dan L2 KKKS
Lampiran 15
Surat Permohonan Persetujuan Penggunaan TKA
Lampiran 16
Surat Rekomendasi Persetujuan Penggunaan TKA
Lampiran 17
Surat Permohonan Persetujuan Tamu Asing
Lampiran 18
Surat Permohonan Persetujuan Penggunaan TKA Sementara
Lampiran 19
Annual Training Report Budget Evaluation
Lampiran 20
Technical Education Assisstance – 1
Lampiran 21
Technical Education Assisstance – 2
Lampiran 22
Kompensasi Program Praktek Kerja Lapangan, Tugas Akhir, Magang dan Co-operative
Education
Lampiran 23
Daftar Penyakit Kritis (Critical Illness)
Lampiran 24
Total Anggaran Ketenagakerjaan (Total Personnel Related Cost)
Lampiran 25
Statistik Tenaga Kerja (Manpower Statistic)
Lampiran 26
Evaluasi Anggaran Ketenagakerjaan (Personnel Related Cost Evaluation)
Lampiran 27
Planning Rate TKI
Lampiran 28
Planning Rate TKA
Lampiran 29
Program Pelatihan dan Pengembangan
Lampiran 30
Anggaran Tenaga Kerja Pihak ke-3
Lampiran 31
Surat Pernyataan RKA Ketenagakerjaan
Lampiran 32
Komponen Total Remunerasi TKI
Lampiran 33
Komponen Total Remunerasi TKA
Lampiran 34
Tarif Total Remunerasi
Lampiran 35
Formulir Assistance Requisition Sheet (Medical)
Lampiran 36
Risalah Rapat Pembahasan PP/PKB
Lampiran 37
Laporan Pengelolaan SDM
BAB I
UMUM
2. Ruang Lingkup
2.1. PTK ini merupakan buku referensi yang menjadi acuan dalam implementasi
pengelolaan penyempurnaan terhadap pedoman yang sudah ada sebelumnya,
yang berisi ketentuan aturan pedoman tata cara pengelolaan fungsi SDM yang
mencakup antara lain:
2.1.1. Bidang Perencanaan Penggunaan Tenaga Kerja;
2.1.2. Bidang Pengembangan TKI; dan
2.1.3. Bidang Hubungan Industrial dan Kesejahteraan.
2.1.4. Bidang Kesejahteraan Pekerja
2.2. Pengaturan ketentuan acuan dalam PTK ini mencakup:
2.2.1. Bagian umum yang memuat pokok-pokok pengaturan pedoman;
2.2.2. Tujuan pengaturan pedoman;
2.2.3. Kewenangan SKK Migas dan KKKS terkait ketentuan dalam pengaturan
pedoman;
2.2.4. Pengaturan batasan yang memuat batas ruang lingkup pengaturan
pedoman;
2.2.5. Petunjuk pelaksanaan yang memuat prosedur tata cara pengelolaan atau
interaksi antara SKK Migas dan KKKS atau dengan pihak-pihak terkait
lainnya;
2.2.6. Referensi regulasi normatif terkait ketentuan dalam pengaturan pedoman;
dan
2.2.7. Lampiran yang memuat contoh formulir yang harus digunakan dalam
interaksi antara SKK Migas dan KKKS, skema alur proses pelaksanaan,
tabel tarif-tarif acuan dan sebagainya yang terkait ketentuan dalam
pengaturan pedoman.
3. Dasar Hukum
3.1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
3.2. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 35
Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
3.3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana terakhir diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan
4. Referensi Hukum
4.1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4.2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4.3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial.
4.4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
4.5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4.6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
4.7. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja
Nasional.
4.8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 dan Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2017 tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak
Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
4.9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat
Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi.
4.10. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia.
4.11. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja
Asing.
4.12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.03/MEN/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
4.13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MEN/1998 tentang
Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat
Lebih Baik Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
4.14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.22/MEN/IX/2009
tentang Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri.
4.15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.011/2011 tentang Batasan
Maksimum Biaya Remunerasi Tenaga Kerja Asing untuk Kontraktor Kontrak Kerja
Sama Minyak dan Gas Bumi.
4.16. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Sistem Standardisasi Kompentensi Kerja Nasional.
4.17. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
4.18. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 tentang
Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan
Lain.
4.19. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
4.20. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 Tentang Tata Cara
Penggunaan Tenaga Kerja Asing dan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 35
Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16
Tahun 2015.
4.21. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.232/MEN/2003
tentang Akibat Hukum Mogok Kerja Yang Tidak Sah.
4.22. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.48/MEN/IV/2004
tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahan serta
Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.
4.23. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 603 Tahun 2012 tentang
Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Hubungan Industrial.
4.24. Surat Keputusan Kepala BPMIGAS nomor KEP-0058/BPO0000/2010/S0 tanggal
17 Mei 2010 tentang Batas Usia Pensiun Bagi Tenaga Kerja Indonesia di
Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS).
5. Pengertian Istilah
5.1. AFE (Authorization for Expenditure) adalah sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan dan/atau PTK yang mengatur mengenai AFE.
5.2. Anggaran Ketenagakerjaan adalah anggaran KKKS terkait ketenagakerjaan yang
merupakan bagian dari WP&B.
5.3. Bagan Rencana Penggunaan dan Penggantian TKA adalah bagan yang
menjelaskan periode dan jangka waktu penggunaan posisi TKA serta TKI yang
ditunjuk sebagai pendamping bagi TKA.
5.4. Career Development Monitoring meliputi aktivitas-aktivitas perencanaan tenaga kerja,
pengelolaan kinerja, pengelolaan kompetensi, pengelolaan posisi kunci, dan pengelolaan
kompensasi dan benefit.
5.5. Coaching adalah proses pengembangan yang mendorong individu untuk mencapai
kompetensi professional yang diharapkan.
5.6. Cross Posting adalah program penempatan TKI dalam jangka waktu tertentu dari:
5.6.1. KKKS yang satu ke KKKS lainnya yang bukan merupakan afiliasi. Yang
dimaksud dengan afiliasi adalah apabila satu KKKS memiliki hubungan
kepemilikan sehingga dapat mempengaruhi penggunaan tenaga kerja dari
KKKS lain; dan
5.6.2. KKKS ke SKK Migas atau sebaliknya.
5.7. Dewan Medik adalah suatu tim dari lingkungan SKK Migas dan KKKS yang dibentuk
untuk membantu menganalisa dan memberi rekomendasi menyangkut beberapa hal
masalah bidang kedokteran dan kesehatan yang dibutuhkan untuk mendapatkan
pertimbangan keahlian dalam rangka mengambil keputusan untuk suatu kebijakan
menyangkut bidang medis.
5.8. Dual Career Ladder adalah suatu perencanaan pengembangan karir secara vertikal
yang mempersilahkan pekerja tetap berada pada posisi spesialis/fungsional tanpa
harus dipindahkan ke posisi manajerial.
5.9. Evaluasi Kinerja Pengelolaan SDM KKKS adalah evaluasi tahunan oleh FPSDM
KKKS SKK Migas terhadap kinerja pengelolaan SDM di KKKS Produksi, yang dilakukan
dengan prinsip objektif dan transparan.
5.10. FPSDM KKKS SKK Migas (Fungsi Pengelola SDM KKKS SKK Migas) adalah
fungsi pengelola SDM untuk KKKS yang berada di Struktur Organisasi SKK Migas
yang menjalankan pengawasan dan pengendalian bidang SDM di KKKS.
5.11. FPSDM KKKS (Fungsi Pengelola SDM KKKS) adalah fungsi pengelola SDM di
KKKS yang berperan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atas SDM
KKKS.
5.12. HIPO (High Potential Talent) adalah pekerja yang mempunyai kemampuan,
motivasi, dan komitmen untuk dipromosikan ke jenjang berikutnya dalam jangka
waktu pendek.
5.13. Head Hunter adalah istilah yang digunakan untuk menyebut para konsultan yang
jasanya dipercaya oleh para perusahaan untuk mencari atau hunt para top
professional atau senior executive dengan keahlian spesifik dan khusus, yang tidak
bisa atau jarang ditemukan dengan iklan lowongan kerja biasa.
5.14. Human Resource Compliance meliputi aktivitas-aktivitas RPTK, pengelolaan TKA,
hubungan industrial, dan kesehatan kerja.
5.15. Indonesian Expatriate adalah TKI yang pada saat direkrut berstatus sebagai TKA
di negara lain (di luar Indonesia) dengan jangka waktu minimal tiga tahun secara
terus menerus dan pada saat direkrut tidak sedang terikat hubungan kerja dengan
KKKS di Indonesia dalam bentuk Job Swapping, Technical Development Exchange
(TDE), Overseas Job Assignment dan Internasionalisasi.
5.16. IDP (Individual Development Plan) adalah alat untuk membantu pengembangan
karir pekerja. IDP bertujuan untuk membantu pekerja mencapai target jangka
pendek, menengah dan panjang, juga untuk meningkatkan kinerja.
5.17. Internasionalisasi adalah program penempatan TKI untuk bekerja di Kantor
Pusat/Afiliasi di luar negeri sebagai pengakuan atas kompetensi yang dimiliki sebagai
"Global Employee" serta untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan stratejik.
5.18. Persetujuan Penggunaan TKA adalah persetujuan SKK Migas atas penggunaan
tenaga kerja asing di KKKS.
5.19. Job Assignment atau Overseas on the Job Training adalah program
pengembangan karir internasional untuk TKI dalam rangka meningkatkan
kompetensi bagi pekerja yang menduduki jabatan setinggi-tingginya posisi penyelia
(supervisory level) atau yang setingkat.
5.20. Job Swapping atau Pertukaran Pekerja Internasional adalah Program Pertukaran
TKI dengan TKA dalam rangka pengembangan kemampuan profesional TKI
sekaligus mendorong kantor pusat KKKS untuk memberikan pengakuan atas
kemampuan TKI.
5.21. KPSDM (Kelompok Pengembangan Sumber Daya Manusia) adalah Kelompok
Kerja dengan lingkup pengembangan Tenaga Kerja Indonesia yang terdiri dari SKK
Migas dan KKKS.
5.22. KPI (Key Performance Indicator) adalah serangkaian indikator kinerja kunci yang
spesifik dan terukur untuk menggambarkan pencapaian Sasaran Kinerja yang telah
ditetapkan dalam jangka waktu tertentu.
5.23. Kompetensi adalah seperangkat ilmu atau pengetahuan, keterampilan serta
perilaku yang dibutuhkan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik pada suatu
jabatan.
5.24. Komponen Kinerja adalah serangkaian komponen yang menjadi dasar dalam
Pengelolaan Kinerja yang meliputi Sasaran Kinerja, Kompetensi, dan Rencana
Pembelajaran Individu.
5.25. KKS (Kontrak Kerja Sama) dan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) adalah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
sebagaimana terakhir diubah dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
36/PUU-X/2012.
5.26. KKKS Eksplorasi adalah KKKS yang melakukan kegiatan yang bertujuan
memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan
memperoleh perkiraan cadangan Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kerja yang
ditentukan.
5.27. KKKS Produksi adalah KKKS yang melakukan kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dan Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri
5.40. Program Praktek Kerja Lapangan, Tugas Akhir, Magang dan Co-operative
Education (CO-OP) adalah bentuk kerja sama SKK Migas, KKKS dengan perguruan
tinggi/lembaga pendidikan lainnya dalam rangka membantu para siswa/mahasiswa,
dan lulusan perguruan tinggi untuk memenuhi persyaratan akademis dan/atau
mendapatkan pengalaman bekerja.
5.41. PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) adalah suatu perjanjian kerja yang dibuat
dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan antara pekerja dan pemberi
kerja.
5.42. PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu) adalah suatu perjanjian kerja
yang dibuat berdasarkan kesepakatan antara pekerja dan pemberi kerja yang tidak
memiliki jangka waktu tertentu dan harus melewati masa percobaan tiga bulan.
5.43. Pelatihan dan Pendidikan adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,
memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas,
disiplin, sikap, dan etos kerja Tenaga Kerja Indonesia pada tingkat ketrampilan dan
keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan dalam
rangka meningkatkan kapasitas nasional di kegiatan usaha hulu migas nasional.
5.44. PP (Peraturan Perusahaan) adalah peraturan tertulis yang dibuat oleh pengusaha
yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan.
5.45. Performance Management System adalah sebuah proses yang sistematis dalam
merencanakan, mengkaji, dan menilai kinerja individu.
5.46. Pekerja Perbantuan adalah TKI dari Organisasi Pengirim yang diperbantukan di
Organisasi Penerima berdasarkan program Cross Posting.
5.47. Penugasan Internasional adalah bentuk program pengembangan karir
internasional yang terdiri Internasionalisasi, Job Swapping/Pertukaran Pekerja
Internasional, Job Assignment/Overseas On The Job Training, dan Technical
Development Exchange.
5.48. Perencanaan Suksesi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan
mengembangkan pekerja untuk mengisi posisi kunci di KKKS.
5.49. Perjanjian Bersama adalah suatu perjanjian yang ditandatangani oleh para pihak
yang isinya memuat kesepakatan suatu penyelesaian masalah yang diselesaikan
melalui mekanisme bipartit (para pihak).
5.50. PKB (Perjanjian Kerja Bersama) adalah perjanjian yang merupakan hasil
perundingan antara pihak Serikat Pekerja yang tercatat pada Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) dengan pengusaha yang memuat syarat-
syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.
5.51. PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) adalah pengakhiran hubungan kerja karena
suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
pekerja dan pengusaha.
5.52. PHK Individu adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara satu orang pekerja dan
pengusaha.
5.53. Pimpinan Tertinggi KKKS adalah posisi tertinggi dalam organisasi KKKS.
5.54. Pimpinan Tertinggi FPSDM KKKS (Pimpinan Tertinggi Fungsi Pengelola SDM
KKKS) adalah posisi tertinggi Fungsi Pengelola SDM di KKKS.
5.55. RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) atau WP&B (Work Program and Budget)
adalah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan dan/atau PTK yang mengatur
mengenai WP&B.
5.56. RKA Ketenagakerjaan (Rencana Kerja dan Anggaran Ketenagakerjaan) adalah
perencanaan program kerja dan anggaran yang terkait dengan ketenagakerjaan
(personnel related cost) yang dibuat oleh KKKS secara tahunan untuk mendapat
persetujuan SKK Migas.
5.57. RPTK (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja) adalah rencana kebutuhan KKKS
dalam menggunakan jumlah dan kualifikasi tenaga kerja (TKI maupun TKA) untuk
melaksanakan kegiatan usaha hulu migas yang dituangkan ke dalam bentuk Bagan
Organisasi, Bagan Rencana Penggunaan dan Penggantian TKA, Uraian dan
Persyaratan Jabatan, Rencana Pendidikan dan Pelatihan bagi TKI sebagai
Pendamping TKA, serta Bagan Program Pertukaran Pekerja Internasional.
5.58. Secondment adalah proses penugasan seorang pekerja dari satu badan usaha
pada badan usaha yang lain.
5.59. SP (Serikat Pekerja) adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja
di KKKS dalam bentuk Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan (SPTP) sesuai ketentuan
normatif dalam peraturan perundang-undangan terkait.
BAB II
PERENCANAAN ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
1.1.6. Setiap penggunaan TKA harus diikuti dengan program transfer teknologi
kepada TKI Pendamping, baik melalui pendampingan dan/atau
memberikan pelatihan.
1.1.7. KKKS wajib melaksanakan perencanaan suksesi atas setiap posisi kunci
dengan mengutamakan penggunaan TKI. Pengaturan lebih lanjut
mengenai perencanaan suksesi dapat dilihat dalam Bab Perencanaan
Suksesi.
1.1.8. RPTK Pihak Ketiga melalui kontrak jasa keahlian TKA harus melalui
persetujuan SKK Migas sebagai bagian dari persetujuan Anggaran
Ketenagakerjaan.
1.2. Tujuan
1.2.1. Untuk menunjang kegiatan operasi migas KKKS sesuai dengan rencana
kegiatan KKKS yang tertuang di dalam persetujuan WP&B, AFE, dan
POD;
1.2.2. Sebagai bagian dari rencana strategi bisnis KKKS dalam pengelolaan
SDM;
1.2.3. Sebagai alat pengawasan bagi SKK Migas terhadap penggunaan tenaga
kerja oleh KKKS;
1.2.4. Pedoman bagi KKKS atas penggunaan tenaga kerja agar efektif dan
efisien;
1.2.6. Sebagai dasar pengendalian dan pembebanan biaya serta dasar dalam
pengajuan persetujuan penggunaan TKA.
1.3. Kewenangan
1.3.2. FPSDM KKKS SKK Migas melakukan evaluasi dan menyetujui RPTK,
serta menyampaikan rekomendasi kepada instansi terkait untuk
persetujuan RPTK.
1.3.3. Apabila diperlukan, FPSDM KKKS SKK Migas dapat meninjau ulang
persetujuan RPTK dan meminta KKKS melakukan revisi terhadap RPTK
yang berlaku sesuai perkembangan kondisi di lapangan.
1.4. Pengaturan/Batasan
1.4.1. RPTK dapat dibuat untuk periode maksimum lima tahun sepanjang
KKKS telah memiliki RKA sesuai periode tahun pengajuan RPTK.
1.4.4. Pengajuan revisi RPTK dilakukan dua kali dalam setahun dengan tata
waktu:
1.4.4.1. Pengajuan permohonan RPTK putaran/cycle pertama diajukan
paling lambat minggu kedua bulan Maret; dan
1.4.4.2. Pengajuan permohonan RPTK putaran/cycle kedua diajukan
paling lambat minggu kedua bulan Juli.
1.4.7. Posisi-posisi TKI yang masih kosong/lowong pada usulan RPTK, harus
dilengkapi dengan rencana rekrutmen untuk mengisi posisi tersebut.
Penjelasan mengenai rekrutmen dapat dilihat pada Bab Rekrutmen
Tenaga Kerja Indonesia.
1.4.9. Dengan mempertimbangkan aspek legal serta kontrak antara SKK Migas
dan KKKS, wilayah kerja yang dikelola oleh operator yang sama atau
berafiliasi dapat menggunakan satu RPTK dalam rangka tercapainya
efisiensi operasi dan pengawasan/pengendalian yang lebih baik.
1.4.10. Dalam hal dilakukan penyatuan RPTK oleh beberapa KKKS yang
dikelola oleh operator yang sama/berafiliasi, maka pembebanan biaya
tenaga kerjanya dilakukan melalui mekanisme time sharing. KKKS harus
menyampaikan estimasi time sharing dalam pengajuan RPTK.
Penetapan time sharing harus dapat dipertanggungjawabkan KKKS
termasuk melalui proses audit.
1.4.11. Dalam hal pekerja KKKS bekerja untuk mendukung kegiatan di luar
kegiatan KKKS (misalkan bekerja untuk Kantor Pusat atau Unit Bisnis
lain), maka KKKS harus menyampaikan estimasi time sharing dengan
entitas di luar KKKS dan mempertanggungjawabkan perhitungan
pembebanan biaya aktualnya.
1.4.12. Posisi di dalam RPTK harus diisi oleh pekerja yang memiliki hubungan
kerja langsung dengan KKKS atau dilakukan melalui proses secondment
oleh perusahaan induk.
1.4.13. Fungsi Pengelola SDM di KKKS Produksi agar melapor langsung pada
Pimpinan Tertinggi KKKS.
1.4.17. Organisasi BOB (Badan Operasi Bersama) atau JOB (Joint Operating
Body) harus memiliki RPTK sendiri.
1.4.18. Dalam hal KKKS terlambat atau lalai dalam mengajukan permohonan
RPTK perpanjangan, maka segala resiko dan akibat menjadi tanggung
jawab KKKS.
1.5.1. KKKS menyampaikan dokumen RPTK dalam bentuk buku dan soft copy
(lihat Lampiran 1 - 11) kepada SKK Migas untuk dibahas dalam rapat
konsultasi.
1.5.4. Pada saat menyusun RPTK, KKKS harus merujuk kepada pedoman
“Referensi Penyusunan Struktur Organisasi di Lingkungan KKKS”,
termasuk penentuan pembagian fungsi dan jumlah TKA yang digunakan.
1.5.5. RPTK memuat rencana kebutuhan TKA dan TKI yang dituangkan dalam:
2.2. Tujuan
2.2.1. Untuk menjaga kelangsungan operasi KKKS.
2.2.2. Untuk mendayagunakan TKI secara optimal.
2.2.3. Untuk memberi kesempatan pengembangan karir bagi pekerja potensial.
2.3. Kewenangan
2.3.1. FPSDM KKKS SKK Migas melakukan evaluasi rencana kerja dan
anggaran rekrutmen KKKS dan memberikan persetujuan sesuai
pengaturan/batasan dalam pedoman ini.
2.3.2. FPSDM KKKS SKK Migas dapat meminta FPSDM KKKS untuk
melakukan pembinaan terhadap pekerja KKKS.
2.3.3. Berdasarkan pertimbangan dari manajemen SKK Migas, FPSDM KKKS
SKK Migas dapat meminta KKKS untuk mengganti pekerja KKKS pada
2.4. Pengaturan/Batasan
2.4.1. Penempatan TKI, baik dari dalam maupun dari luar KKKS, untuk jabatan
tertinggi (L1), jabatan satu tingkat di bawahnya (L2), dan Jabatan L3
yang merupakan Pimpinan Fungsi Kerja Tertinggi di KKKS Produksi
Kategori 1 (merujuk pada Referensi Tingkatan dalam Organisasi dan
Nomenklatur), harus mendapatkan persetujuan FPSDM KKKS SKK
Migas.
2.4.2. Penempatan TKI jabatan L2 di KKKS Eksplorasi, harus melaporkan
penempatan pekerjanya kepada FPSDM KKKS SKK Migas.
2.4.3. Rekrutmen TKI dari KKKS lain:
2.4.3.1. Rekrutmen untuk jabatan tertinggi di KKKS Fase Produksi
dapat dilaksanakan sampai dengan batas usia maksimal 60
(enam puluh) tahun;
2.4.3.2. Pelaksanaan rekrutmen terhadap pekerja yang saat ini
memiliki status hubungan kerja di KKKS, agar memperhatikan
kaidah-kaidah:
2.4.3.2.1. Proses rekrutmen harus dilakukan berdasarkan
urutan proses yang baku dengan mengutamakan
penyelesaian kewajiban pekerjaan yang ditangani
di KKKS asal;
2.4.3.2.2. Paket Total Remunerasi yang akan ditawarkan
agar memperhatikan batas skala upah dan struktur
remunerasi yang saat ini berlaku sesuai ketentuan
dalam Peraturan Perusahaan/PKB;
2.4.3.2.3. Setiap pemberian paket remunerasi seperti
signing bonus, lumpsum cash untuk menutup
hutang di KKKS, kompensasi past service years
selama bekerja di KKKS asal, program retensi,
pinjaman dalam bentuk apapun/cash loan, benefit
jabatan yang tidak diatur dalam persetujuan SKK
2.4.6. Penggunaan Head Hunter yang biayanya dapat menjadi biaya operasi
hanya untuk TKI yang akan menempati posisi L1, L2, dan posisi-posisi
lainnya yang tergolong langka di industri hulu migas dengan persetujuan
khusus SKK Migas.
2.4.7. Profesi yang sudah memiliki Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia atau sertifikasi profesional yang diwajibkan oleh SKK Migas,
calon pemegang posisi wajib untuk memiliki sertifikasi terkait.
3.2. Tujuan
3.2.1. Sebagai acuan untuk proses penggunaan TKA yang akan dipekerjakan
oleh KKKS berdasarkan perundangan yang berlaku.
3.2.2. Sebagai alat pengawasan dan pengendalian pembebanan biaya dan
kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku atas realisasi penempatan
TKA berdasarkan persyaratan jabatan, kebutuhan operasi KKKS,
perilaku dan kinerja TKA tersebut.
3.3. Kewenangan
3.3.1. Berdasarkan RPTK yang disetujui, SKK Migas menyetujui atau menolak
permohonan penggunaan TKA dan menentukan jangka waktu kerja TKA
sesuai kebutuhan operasi KKKS.
3.4. Pengaturan/Batasan
3.4.1. SKK Migas dapat memberikan persetujuan penggunaan TKA untuk
periode hingga berakhirnya masa berlaku RPTK.
3.4.2. SKK Migas mengevaluasi kembali persetujuan penggunaan TKA apabila
TKA tidak menunjukkan kinerja dan sikap yang baik atau melakukan
pelanggaran terhadap peraturan/norma.
3.4.3. Dalam hal KKKS akan merekrut TKA dari KKKS lain harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
3.4.3.1. Sebelum melaksanakan rekrutmen, KKKS agar berkoordinasi
dengan SKK Migas untuk mengevaluasi kinerja TKA tersebut
selama bekerja di KKKS sebelumnya;
3.4.3.2. TKA tersebut direkrut setelah yang bersangkutan
menyelesaikan tanggung jawab di KKKS sebelumnya.
3.4.4. Biaya penggunaan TKA di KKKS terhitung sesuai dengan periode
Persetujuan Penggunaan TKA oleh SKK Migas.
3.4.5. Pada prinsipnya SKK Migas hanya menyetujui satu pemegang jabatan
untuk satu jabatan TKA.
3.4.6. Perubahan persetujuan penggunaan TKA diperlukan apabila terjadi
perubahan pada RPTK posisi TKA.
3.4.7. KKKS tidak dibenarkan mengajukan permohonan penggunaan TKA bagi
TKA yang masih ada hubungan kerja dengan KKKS lain di Indonesia.
3.4.8. Setiap TKA yang dipekerjakan KKKS harus memiliki pengalaman kerja
minimal delapan tahun pada bidang yang relevan (kecuali untuk TKA
yang melaksanakan program terkait dengan pengembangan TKI).
3.4.9. Batas usia TKA mínimum 30 tahun (kecuali untuk TKA yang
melaksanakan program terkait dengan pengembangan TKI), dan
maksimum 60 tahun. Pengecualian terhadap ketentuan batas usia ini
dibahas secara khusus.
3.4.10. Dalam rangka penyegaran organisasi dan penyerapan teknologi baru,
bagi TKA yang telah bertugas di KKKS yang sama (termasuk yang
mengalami perubahan kepemilikan) di Indonesia selama enam tahun,
supaya diadakan penggantian dengan mengutamakan penggunaan TKI.
Pengecualian terhadap ketentuan batas masa kerja TKA ini, dapat
dibahas secara khusus.
3.4.11. TKA harus memenuhi persyaratan kompetensi/keahlian seperti
tercantum dalam dokumen RPTK yang disetujui untuk dapat
dipekerjakan oleh KKKS.
3.4.12. Jika KKKS mempekerjakan TKA melebihi jangka waktu yang telah
disetujui atau tanpa persetujuan SKK Migas, maka beban biaya atas
kelebihan jangka waktu tersebut tidak menjadi beban biaya operasi (non
cost recovery).
3.4.13. TKA wajib melaksanakan program alih teknologi kepada TKI.
3.4.14. Dalam hal TKA tidak mendapatkan persetujuan SKK Migas, maka:
3.4.14.1. Seluruh biaya terkait dengan keberadaan TKA tersebut sejak
tanggal surat penolakan atau sejak ditetapkan oleh surat SKK
Migas tidak dapat dibebankan sebagai biaya operasi
berdasarkan Kontrak Kerja Sama (non cost recovery);
3.4.14.2. TKA tersebut tidak dapat menduduki posisi yang diusulkan
dan tidak dapat mengambil keputusan atau melaksanakan
kewenangan/pekerjaan terkait dengan posisi TKA tersebut,
termasuk menandatangani dokumen kerja;
3.4.14.3. TKA tersebut tidak dapat mengikuti rapat/pertemuan dengan
SKK Migas; dan
3.5.2. KKKS harus memastikan bahwa TKA yang diajukan telah memenuhi
persyaratan sebagaimana tercantum dalam persetujuan RPTK yang
berlaku.
3.5.9. TKA yang menduduki posisi satu tingkat di bawah Pimpinan Tertinggi
dan/atau posisi Senior Vice President/Vice President/Direktur/Senior
Manager/General Manager, wajib menyampaikan komitmen yang
terukur sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Komitmen
tersebut meliputi aspek-aspek peningkatan kualitas kegiatan yang
mendukung pencapaian target eksplorasi/produksi, efisiensi biaya,
pengembangan TKI dan TKDN.
3.5.10. Apabila diperlukan, SKK Migas dapat meminta KKKS untuk
menyampaikan target kinerja dan pencapaian kinerja untuk TKA yang
menduduki posisi lainnya.
3.5.11. Proses permohonan persetujuan kunjungan TKA harus melampirkan
persetujuan anggaran dari Fungsi Pengelola Anggaran SKK Migas,
sesuai dengan kegiatan dan maksud kunjungan tersebut serta estimasi
biaya yang akan dikeluarkan.
4.2 Tujuan
4.2.1 Sebagai bahan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian
pengelolaan SDM KKKS.
4.2.2 Untuk menyediakan informasi yang tepat dan akurat dalam melaksanakan
pengawasan dan pengelolaan SDM KKKS.
4.3 Kewenangan
4.3.1 Setiap KKKS wajib menyampaikan data pekerja KKKS secara akurat
ke dalam sistem informasi data pekerja KKKS sebagai dasar SKK Migas
dalam mengambil keputusan terkait pengelolaan SDM.
4.4 Pengaturan/Batasan
4.4.1 KKKS wajib melakukan pembaharuan data secara berkala dan setiap
ada perubahan status ketenagakerjaan.
4.4.2 KKKS wajib melakukan pelaporan berkala ketenagakerjaan
4.4.3 SKK Migas dapat meminta KKKS untuk menyampaikan data
ketenagakerjaan sesuai dengan kebutuhan.
4.5 Petunjuk/Pelaksanaan
4.5.1 KKKS menentukan pekerja yang bertanggung jawab melakukan
pengisian data ke dalam sistem informasi data ketenagakerjaan KKKS
dan membuat laporan ketenagakerjaan yang disetujui oleh Pimpinan
Tertinggi FPSDM KKKS.
4.5.2 Pekerja KKKS yang ditunjuk memasukkan data pekerja KKKS ke dalam
sistem informasi data pekerja KKKS sesuai dengan format yang tersedia
dan dimonitor secara reguler.
BAB III
Pengembangan Kompetensi dan Pengelolaan Talent
1. Perencanaan Suksesi
1.1. Prinsip Dasar
1.1.1. Perencanaan Suksesi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan
mempersiapkan pekerja untuk mengisi posisi kunci di KKKS.
1.1.2. Posisi kunci adalah posisi yang sangat diperlukan dan harus diisi untuk
mencapai tujuan KKKS.
1.1.3. Perencanaan Suksesi meliputi suksesi dari TKA kepada TKI dan suksesi
dari TKI kepada TKI.
1.1.4. FPSDM KKKS bertanggung jawab atas pelaksanaan Perencanaan
Suksesi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PTK ini.
1.2. Tujuan
1.2.1. Untuk memastikan alih generasi yang sejalan dengan kebutuhan
organisasi KKKS.
1.2.2. Untuk memastikan proses pembinaan dan pengembangan TKI.
1.2.3. Untuk memastikan alih keahlian dan alih teknologi dari TKA kepada TKI.
1.3. Kewenangan
1.3.1. KKKS menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi Perencanaan
Suksesi yang terstruktur sesuai dengan sistem dan metode masing-
masing.
1.3.2. FPSDM KKKS SKK Migas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
Perencanaan Suksesi.
1.4. Pengaturan/Batasan
1.4.1. Pelaksanaan Suksesi mengikuti kaidah-kaidah di dalam praktek SDM,
berdasarkan prinsip obyektivitas, adil, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
1.5. Petunjuk/Pelaksanaan
1.5.1. FPSDM KKKS melakukan identifikasi atas posisi-posisi kunci baik yang
diisi oleh TKA maupun TKI, kompetensi yang dibutuhkan, serta
menyiapkan perencanaan suksesi.
1.5.2. FPSDM KKKS melakukan klasifikasi pekerja berdasarkan
kesiapan/readiness (jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang)
berdasarkan kompetensi pekerja (technical/hard skill, leadership/soft skill
dan acceptance).
1.5.3. FPSDM KKKS mengidentifikasi dan menetapkan suksesor dengan
mengacu pada potensi dan kinerja pekerja.
1.5.4. FPSDM KKKS melakukan evaluasi secara berkala, mencakup:
1.5.4.1. Hasil asesmen kompetensi suksesor;
1.5.4.2. Perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan
kompetensi suksesor;
1.5.4.3. Peningkatan kompetensi suksesor;
1.5.4.4. Peningkatan kinerja suksesor, berdasarkan performance
management system di KKKS; dan
1.5.4.5. Realisasi perencanaan suksesi.
1.5.5 FPSDM KKKS melaporkan realisasi Perencanaan Suksesi melalui Evaluasi
Kinerja Pengelolaan SDM KKKS.
2. Mentoring
2.1. Prinsip Dasar
2.1.1. Program Mentoring dilakukan secara terstruktur yang mencakup
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi, serta tindak
lanjut evaluasi secara konsisten.
2.1.2. KKKS wajib melaksanakan Mentoring.
2.1.3. Setiap TKA wajib bertindak sebagai Mentor bagi sekurang-kurangnya satu
Mentee.
2.2. Tujuan
2.2.1. Meningkatkan kompetensi teknis dan non-teknis TKI.
2.2.2. Terlaksananya alih teknologi/kompetensi dari TKA dan TKI yang memiliki
kompetensi unggul kepada TKI yang memiliki potensi untuk
dikembangkan.
2.3. Kewenangan
2.3.1. FPSDM KKKS mengidentifikasi dan menetapkan pasangan Mentor dan
Mentee.
2.3.2. FPSDM KKKS menyusun dan melaksanakan Mentoring yang terstruktur
sesuai dengan sistem dan metode masing-masing dan melaporkan
kepada FPSDM KKKS SKK Migas sesuai dengan ketentuan dalam
pedoman ini.
2.3.3. FPSDM KKKS SKK Migas melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
Mentoring.
2.4. Pengaturan/Batasan
2.4.1. Setiap TKA dan TKI yang menduduki posisi kunci wajib melaksanakan
Mentoring terhadap TKI.
2.4.2. Hasil pelaksanaan Mentoring yang dilakukan TKA menjadi salah satu
masukan dalam proses perpanjangan penggunaan TKA, meliputi progress
Mentoring tahun berjalan dan rencana Mentoring tahun berikutnya.
2.4.3 TKI yang ditetapkan sebagai Mentee harus dimonitor peningkatan
2.5. Pelaksanaan
2.5.1. KKKS mempersiapkan program Mentoring yang terstruktur.
2.5.2. KKKS memilih dan menetapkan pasangan Mentor dan Mentee dengan
mengacu kepada IDP Mentee. Mentoring difokuskan pada kualifikasi atau
kompetensi yang dimiliki TKA.
2.5.3. Mentor dan Mentee menetapkan sasaran kompetensi yang akan ditransfer
yang dituangkan dalam "Kontrak Mentoring" yang telah dibuat masing-
masing KKKS. Kontrak Mentoring tersebut ditandatangani oleh Mentor dan
Mentee serta diketahui oleh atasan langsung Mentee dan FPSDM KKKS;
2.5.4. Kontrak Mentoring setidaknya mencakup:
2.5.4.1. Sasaran kompetensi yang akan ditransfer;
2.5.4.2. Metode Mentoring yang digunakan, dengan menggunakan
prinsip: specific, measureable, attainable/achievable, result, dan
time-bound (SMART);
2.5.4.3. Waktu Pelaksanaan Mentoring;
2.5.4.4. Metode evaluasi pelaksanaan dan hasil Mentoring, khususnya
penguasaan Mentee atas kompetensi yang ditransfer;dan
2.5.4.5. Feedback Mentee terhadap pelaksanaan Mentoring.
2.5.5. Mentor dan Mentee mengevaluasi dan mendokumentasikan pelaksanaan
Mentoring.
2.5.6. FPSDM KKKS melaporkan pelaksanaan dan evaluasi program Mentoring
yang disampaikan pada Evaluasi Kinerja Pengelolaan SDM KKKS. Laporan
tersebut setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut:
2.5.6.1. Data Mentor dan Mente;
2.5.6.2. Evaluasi pelaksanaan dan hasil Mentoring;
2.5.6.3. Feedback Mentee terhadap pelaksanaan Mentoring; dan
2.5.7. Untuk program Mentoring TKI ke TKI, FPSDM KKKS melaporkan
Pusat/Afiliasi.
3.3. Kewenangan
3.3.1. FPSDM KKKS SKK Migas mengevaluasi dan memberikan persetujuan
pelaksanaan Program Technical Development Exchange, Job
Assignment/Overseas On The Job Training, Job Swapping, dan
Internasionalisasi.
3.3.2. FPSDM KKKS SKK Migas memberikan persetujuan pelaksanaan
Program Technical Development Exchange, Job Assignment/Overseas
On The Job Training, dan Job Swapping, termasuk kandidat TKI,
kandidat TKA, dan anggaran terkait yang akan dibebankan kepada biaya
operasi KKKS.
3.3.3. FPSDM KKKS SKK Migas dapat meminta FPSDM KKKS untuk menarik
kembali TKI yang sedang menjalani program pengembangan karir
internasional untuk kembali ke Indonesia dalam rangka memenuhi
kebutuhan operasional KKKS.
3.4. Pengaturan/Batasan
3.4.1. TDE
3.4.1.1. Diperuntukan bagi pekerja dengan pengalaman kurang dari lima
tahun.
3.4.1.2. TKA yang dikirimkan ke Indonesia memiliki kemampuan teknis
minimum yang setara dengan TKI dan wajib mematuhi
ketentuan normatif alih keahlian kepada TKI.
3.4.1.3. TKI yang telah menyelesaikan program TDE, harus
mendapatkan pengembangan karir yang sesuai dengan IDP.
3.4.1.4. Program disusun berdasarkan kebutuhan pemenuhan
kesenjangan kompetensi TKI, dengan batasan waktu maksimal
dua tahun.
3.4.1.5. Semua biaya yang timbul merupakan beban pihak pengirim.
Biaya TKI yang timbul dapat dibebankan pada biaya operasi
KKKS.
4.2. Tujuan
4.2.1. Memastikan FPSDM KKKS melaksanakan Pelatihan dan Pendidikan
bagi TKI sesuai komitmen yang tertuang dalam KKS.
4.2.2. Mendukung upaya pengembangan TKI KKKS.
4.2.3. Memenuhi persyaratan kompetensi yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
4.3. Kewenangan
4.3.1. FPSDM KKKS menyusun program Pelatihan dan Pendidikan tahunan
untuk TKI KKKS berdasarkan WP&B, secara terstruktur dan sistematis.
4.3.2. FPSDM KKKS SKK Migas mengevaluasi dan menyetujui program dan
anggaran Pelatihan dan Pendidikan KKKS serta dapat menetapkan
program Pelatihan dan Pendidikan wajib untuk pekerja KKKS.
4.3.3. FPSDM KKKS SKK Migas mengawasi pelaksanaan program Pendidikan
dan Pelatihan KKKS.
4.4. Pengaturan/Batasan
4.4.1. Anggaran Pelatihan dan Pendidikan yang telah disetujui dalam WP&B
harus digunakan secara optimal melalui pengutamaan Pelatihan dan
Pendidikan in-house dan publik di dalam negeri.
4.4.2. Penyelenggaraan Pelatihan dan Pendidikan dapat dilakukan melalui in-
house, public course, pendidikan formal, on the job training dan program
Pelatihan dan Pendidikan khusus lainnya.
4.4.3. Dalam hal Pelatihan dan Pendidikan yang dibutuhkan tidak dapat
dilaksanakan dan/atau tidak tersedia di dalam negeri, maka FPSDM
KKKS dapat mengirimkan TKI untuk mengikuti Pelatihan dan Pendidikan
di luar negeri, SKK Migas akan mereview kewajaran biayanya
berdasarkan anggaran program Pelatihan dan Pendidikan yang disetujui
dalam WP&B.
4.4.4. Pelatihan dan Pendidikan yang penyelenggaraannya telah direncanakan
FPSDM KKKS secara in-house, harus mengutamakan pekerja KKKS.
Apabila masih tersedia kuota peserta, FPSDM KKKS dapat
mengikutsertakan Instansi Pemerintah, TKI pihak ketiga, dan/atau
masyarakat di sekitar wilayah operasi.
4.4.5. Pendidikan dan Pelatihan TKI pihak ketiga merupakan tanggung jawab
dari penyedia jasa penunjang.
4.4.6. Posisi yang ditinggalkan TKI yang sedang mengikuti Pelatihan dan
Pendidikan di luar negeri tidak boleh diisi oleh TKA.
4.4.7. TKA tidak diperkenankan mengikuti program Pelatihan dan Pendidikan
dalam rangka mengembangkan kompetensi teknis dan kompetensi
leadership dengan beban biaya operasi KKKS, kecuali diwajibkan oleh
peraturan/ketentuan Pemerintah Indonesia atau bila sangat diperlukan
dan harus melalui persetujuan FPSDM KKKS SKK Migas.
4.4.8. FPSDM KKKS SKK Migas dapat melakukan koordinasi untuk
menyelenggarakan program Pelatihan dan Pendidikan bersama.
5.2. Tujuan
5.2.1. Untuk memenuhi kebutuhan KKKS terhadap tenaga kerja profesional
dan berpengalaman.
5.2.2. Memberikan batasan bagi KKKS agar dapat melaksanakan agenda
suksesi dengan baik.
5.3. Kewenangan
5.3.1. FPSDM KKKS mengatur ketentuan tentang batas usia pensiun dalam
PP/PKB sesuai pedoman ini dengan memperhatikan ketentuan yang
berlaku.
5.3.2. FPSDM KKKS SKK Migas melakukan evaluasi atas pengaturan
ketentuan tentang batas usia pensiun TKI dalam PP/PKB di KKKS, dan
memberikan persetujuan sesuai ketentuan dalam pedoman ini.
5.4. Pengaturan/Batasan
5.4.1. Hubungan kerja TKI KKKS dilakukan sampai dengan batas usia pensiun
normal TKI di KKKS adalah 58 (lima puluh delapan) tahun.
5.4.2. TKI yang menduduki jabatan tertinggi di KKKS batas usia pensiun adalah
60 (enam puluh) tahun.
6.2. Tujuan
6.2.1. Memenuhi kebutuhan KKKS atau SKK Migas akan tenaga kerja
profesional untuk melaksanakan kegiatan operasional melalui penyediaan
dan perbantuan tenaga kerja profesional di bidangnya.
6.2.2. Mengoptimalkan pemanfaatan TKI profesional untuk mendukung
pencapaian target produksi nasional.
6.2.3. Mempercepat pengembangan kompetensi dan penguasaan teknologi
migas oleh TKI.
6.2.4. Memberi kesempatan pengembangan karir bagi TKI potensial.
6.3. Kewenangan
6.3.1. Organisasi Penerima menentukan kualifikasi pekerja perbantuan yang
dibutuhkan dan melakukan seleksi atas kandidat yang diajukan.
6.3.2. Organisasi Pengirim menentukan kandidat pekerja perbantuan yang akan
mengikuti program Cross Posting.
6.3.3. SKK Migas memfasilitasi penugasan pekerja sebagai pekerja perbantuan
dari SKK Migas ke KKKS, KKKS ke SKK Migas, atau dari satu KKKS ke
KKKS lainnya.
6.3.4. SKK Migas memfasilitasi pelaksanaan program Cross Posting agar
program dapat berjalan dengan optimal dan memberikan manfaat bagi
Organisasi Pengirim, Organisasi Penerima dan Pekerja Perbantuan.
6.4. Pengaturan/Batasan
6.4.1. Program Cross Posting dilakukan dengan cara menugaskan pekerja
perbantuan dari Organisasi Pengirim untuk membantu Organisasi
Penerima dalam periode tertentu.
6.4.2. Program Cross Posting berlaku dengan jangka waktu penugasan yang
didasarkan pada kebutuhan proyek maksimum tiga tahun, dan dapat
diperpanjang atas kesepakatan para pihak.
6.4.3. Organisasi Pengirim, Organisasi Penerima, dan Pekerja Perbantuan
melakukan kesepakatan bersama untuk melakukan program Cross
Posting. Kesepakatan bersama memuat hak dan kewajiban Pekerja
Perbantuan, Organisasi Pengirim, dan Organisasi Penerima.
6.4.4. Organisasi Pengirim mengeluarkan surat perintah bagi Pekerja
Perbantuan sebagai dasar melaksanakan pekerjaan di Organisasi
Penerima.
6.4.5. Pekerja Perbantuan tunduk kepada perjanjian kerahasiaan (confidentiality
agreement) dan peraturan/ketentuan di Organisasi Penerima.
6.4.6. Organisasi Penerima memberikan pelatihan dan/atau pengembangan
kepada Pekerja Perbantuan sesuai dengan program rencana
pengembangan Pekerja Perbantuan.
6.4.7. Masa kerja selama menjalani program Cross Posting tetap diperhitungkan
sebagai hubungan kerja di Organisasi Pengirim kecuali disepakati lain oleh
para pihak (misal: selama penugasan di Organisasi Penerima Kompensasi
PHK diberikan di Organisasi Penerima maka masa kerjanya di Organisasi
Pengirim tidak memperhitungkan periode penugasan di Organisasi
Penerima).
7. Pelatihan dan Pendidikan Pekerja SKK Migas dan Pegawai Instansi Pemerintah
atas Beban KKKS
7.2. Tujuan
7.2.1. Membantu pekerja SKK Migas dan pegawai instansi pemerintah dalam
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan profesionalismenya.
7.2.2. Meningkatkan kerja sama antara instansi pemerintah dengan KKKS.
7.3. Kewenangan
7.3.1. FPSDM KKKS memastikan bahwa pelaksanaan program Pelatihan dan
Pendidikan pekerja SKK Migas dan pegawai instansi pemerintah berjalan
dengan baik dan memperhatikan efektivitas biaya (cost effective).
7.3.2. FPSDM KKKS berkewajiban memastikan bahwa Pekerja SKK Migas dan
Pegawai instansi pemerintah yang mendapatkan sponsorship dari KKKS
telah memenuhi kewajiban menandatangani surat perjanjian yang
memuat hak dan kewajiban dalam pelaksanaan program Pelatihan dan
Pendidikan tersebut.
7.3.3. FPSDM KKKS SKK Migas dapat merekomendasikan besaran anggaran
Pelatihan dan Pendidikan pekerja SKK Migas dan Pegawai instansi
pemerintah dalam WP&B KKKS.
7.3.4. Peserta Pelatihan dan Pendidikan melaporkan manfaat Pelatihan dan
Pendidikan kepada Instansi Pengirim dan menginformasikannya kepada
FPSDM KKKS SKK Migas.
7.4. Pengaturan/Batasan
7.4.1. FPSDM KKKS menganggarkan biaya Pelatihan dan Pendidikan untuk
pekerja SKK Migas dan pegawai instansi pemerintah sesuai dengan
ketentuan dalam KKS.
7.4.2. FPSDM KKKS SKK Migas melakukan koordinasi dengan FPSDM KKKS
atas permohonan sponsorship untuk program pelatihan dan pendidikan
pekerja SKK Migas dan pegawai instansi pemerintah.
7.5. Petunjuk/Pelaksanaan
7.5.1. FPSDM KKKS mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan Pelatihan
dan Pendidikan pekerja SKK Migas dan pegawai instansi pemerintah
pada anggaran Pelatihan dan Pendidikan dalam WP&B.
7.5.2. FPSDM KKKS SKK Migas menginformasikan ke KKKS tentang program
Pelatihan dan Pendidikan pekerja SKK Migas dan pegawai instansi
pemerintah yang akan dibiayai menggunakan anggaran Pelatihan dan
Pendidikan KKKS serta biaya yang diperlukan. Mekanisme penggunaan
anggaran Pelatihan dan Pendidikan untuk pekerja SKK Migas dan
pegawai instansi pemerintah mengikuti ketentuan yang berlaku.
7.5.3. FPSDM KKKS SKK Migas dan FPSDM KKKS secara bersama-sama
dapat melakukan evaluasi pelaksanaan program Pelatihan dan
Pendidikan pekerja SKK Migas dan pegawai instansi pemerintah sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas program yang telah direncanakan.
7.5.4. Dalam hal adanya permintaan sponsorship dari instansi pemerintah di
luar program Pelatihan dan Pendidikan untuk pekerja SKK Migas dan
pegawai instansi pemerintah yang telah direncanakan oleh SKK Migas,
maka pengaturannya dilakukan sebagai berikut:
7.5.4.1. Pejabat instansi pemerintah yang berwenang mengirimkan
surat permohonan Pelatihan dan Pendidikan bagi pegawai
di lingkungannya kepada FPSDM KKKS SKK Migas, paling
lambat 21 (dua puluh satu) hari kalender sebelum
pelaksanaan Pelatihan dan Pendidikan di dalam negeri dan
30 (tiga puluh) hari kalender sebelum pelaksanaan Pelatihan
dan Pendidikan di luar negeri (apabila terdapat kepentingan
mendesak, kebijakan dapat diberikan melalui evaluasi); dan
7.5.4.2. FPSDM KKKS SKK Migas melakukan koordinasi dengan
FPSDM KKKS dan instansi pemerintah untuk pengaturan
pelaksanaan sponsorship dan membahas program
Pelatihan dan Pendidikan serta biaya yang dibutuhkan.
7.5.5. Jenis-jenis program Pelatihan dan Pendidikan meliputi antara lain:
7.5.5.1. Pelatihan dan Pendidikan di dalam negeri:
7.5.5.1.1. Kursus/seminar/workshop/konferensi;
7.5.5.1.2. Kursus kolektif yang dikoordinir oleh KPSDM antara
SKK Migas – KKKS;
7.5.5.1.3. Kursus in-house yang dilaksanakan KKKS; dan
7.5.5.1.4. Pendidikan formal.
7.5.5.2. Pelatihan dan Pendidikan di luar negeri:
7.5.5.2.1. Kursus singkat (short course);
7.5.5.2.2. Konferensi/seminar/workshop; dan
7.5.5.2.3. Pendidikan formal.
7.5.6. Pengaturan tarif biaya perjalanan dinas untuk mengikuti program
Pelatihan dan Pendidikan pekerja SKK Migas dan pegawai instansi
pemerintah mengikuti ketentuan dalam pedoman penyediaan fasilitas
perjalanan dinas yang ditetapkan oleh SKK Migas.
7.5.7. Selambat-lambatnya satu bulan setelah Pelatihan dan Pendidikan
berakhir, pekerja SKK Migas dan pegawai instansi pemerintah yang telah
selesai mengikuti program Pelatihan dan Pendidikan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada FPSDM KKKS
SKK Migas dan FPSDM KKKS. Pertanggungjawaban memuat antara
lain:
7.5.7.1. Nama pekerja/pegawai;
7.5.7.2. Nomor pekerja/pegawai;
7.5.7.3. Jabatan;
7.5.7.4. Manfaat Pelatihan dan Pendidikan;
7.5.7.5. Tanggal Keberangkatan dan kembali;
7.5.7.6. Pertanggungjawaban pengeluaran; dan
7.5.7.7. Salinan paspor.
8.2. Tujuan
8.2.1. Membantu mahasiswa/siswa untuk mendapatkan kesempatan PKL,
tugas akhir, magang dan CO-OP serta melakukan penelitian dalam
rangka memenuhi persyaratan akademis dan pengalaman bekerja
pada kegiatan usaha hulu migas.
8.2.2. Mendukung implementasi program link & match antara dunia
pendidikan dengan industri yang dicanangkan pemerintah.
Sebagai bentuk partisipasi SKK Migas dan KKKS dalam rangka
meningkatkan kapasitas nasional pada kegiatan usaha hulu migas.
8.3. Petunjuk/Pelaksanaan
8.3.1. Program PKL/Tugas Akhir
8.3.1.1. Surat permohonan perguruan tinggi/sekolah/lembaga
pendidikan diajukan ke FPSDM KKKS dengan menggunakan
formulir TEA-1 sesuai dengan Lampiran 20.
8.3.1.2. FPSDM KKKS meneruskan ke lini untuk mendapatkan tempat
PKL/Tugas Akhir beserta pembimbingnya.
8.3.1.3. Apabila tersedia tempat PKL/Tugas Akhir di KKKS, maka
FPSDM KKKS menjawab surat permohonan perguruan
tinggi//sekolah/lembaga pendidikan untuk selanjutnya
diberitahukan kepada mahasiswa/siswa.
8.3.1.4. Mahasiswa/siswa melakukan koordinasi dan komunikasi formal
terkait rencana pelaksanaan PKL/Tugas Akhir dengan FPSDM
KKKS.
8.3.1.5. Mahasiswa/siswa harus dilengkapi oleh surat keterangan
berbadan sehat dari rumah sakit/puskesmas yang dilegalisir
oleh fungsi kesehatan di KKKS.
8.3.1.6. Setelah mahasiswa/siswa menerima konfirmasi diterima untuk
PKL/Tugas Akhir, yang bersangkutan melapor ke FPSDM
KKKS untuk menandatangani perjanjian PKL/Tugas Akhir
dengan menggunakan formulir TEA-2 sesuai dengan Lampiran
21.
8.3.1.7. Jangka waktu pelaksanaan PKL/Tugas Akhir disesuaikan
dengan persyaratan dari pihak perguruan
tinggi/sekolah/lembaga pendidikan.
8.3.1.8. Bantuan keuangan PKL/Tugas Akhir sesuai dengan Lampiran
22.
8.3.1.9. KKKS wajib membayarkan Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja ke
Lembaga Pengelola Jaminan Sosial sesuai ketentuan yang
berlaku.
8.3.2. Program Magang
8.3.2.1. FPSDM KKKS menyusun program magang.
9.1.2. TKI di atas batas usia pensiun hanya dapat dipekerjakan kembali oleh
KKKS Eksplorasi atau KKKS Produksi dalam fase pengembangan
lapangan pertama kali.
9.1.3. Penggunaan TKI di atas batas usia pensiun harus dengan persetujuan
FPSDM KKKS SKK Migas.
9.1.4. Penggunaan TKI di atas batas usia pensiun dilakukan dalam rangka
efisiensi biaya.
9.1.5. Penggunaan TKI di atas batas usia pensiun merupakan kebijakan
khusus yang diberikan atas dasar kebutuhan operasional, kesulitan
mencari pengganti karena kelangkaan SDM di market/pasar untuk
jabatan tertentu, dan/atau adanya proyek-proyek vital yang sedang
berlangsung.
9.2. Tujuan
9.2.1. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional, handal, dan
berpengalaman dengan kualifikasi tinggi.
9.2.2. Mengoptimalkan pemanfaatan keahlian TKI di atas batas usia pensiun.
9.2.3. Memberikan batasan bagi KKKS agar dapat melaksanakan agenda
suksesi kepemimpinan dengan baik.
9.3. Kewenangan
9.3.1. KKKS dapat mengusulkan penggunaan TKI di atas batas usia pensiun
sesuai dengan ketentuan dalam pedoman ini.
9.3.2. FPSDM KKKS SKK Migas melakukan evaluasi dan memberikan
persetujuan atas usulan mempekerjakan TKI di atas batas usia pensiun
sesuai ketentuan dalam PTK ini.
9.4. Pengaturan/Batasan
9.4.1. Hubungan kerja di atas batas usia pensiun hanya dapat dilakukan di
KKKS Eksplorasi atau KKKS Produksi dalam fase pengembangan
lapangan pertama kali.
9.4.2. Hubungan kerja antara KKKS dengan TKI di atas batas usia pensiun
berakhir maksimal sampai dengan KKKS menghasilkan minyak/gas
bumi yang pertama (first oil/gas).
9.4.3. Untuk Pimpinan Tertinggi KKKS yang telah mendapatkan persetujuan
atas pengembangan lapangan pertama kali, hubungan kerja dapat
diperpanjang di atas usia 60 tahun sampai dengan maksimal enam bulan
setelah KKKS menghasilkan minyak/gas bumi yang pertama (first
oil/gas).
9.4.4. TKI yang telah mencapai usia pensiun 58 (lima puluh delapan) tahun
dapat dipekerjakan kembali dengan ketentuan sebagai berikut:
9.4.4.1. Disesuaikan dengan kebutuhan operasi KKKS;
9.4.4.2. TKI di atas batas usia pensiun tersebut harus dalam kondisi
sehat secara fisik dan mental yang dibuktikan berdasarkan hasil
medical test. Biaya kesehatan bagi pekerja dan tanggungannya
akibat penyakit kritis (critical illness) tidak dapat dibebankan
sebagai biaya operasi (non cost recovery). Ketentuan terkait
penyakit kritis mengacu kepada keputusan Dewan Medik sesuai
dengan Lampiran 23. Yang dimaksud dengan tanggungan
mengacu pada ketentuan yang diatur dalam PP/PKB masing-
masing KKKS atau ketentuan yang berlaku;
9.4.4.3. Hubungan kerja antara KKKS dengan TKI di atas batas usia
pensiun mengacu pada ketentuan yang berlaku;
9.4.4.4. TKI yang diajukan harus memiliki KPI yang mengacu pada
komitmen yang bersangkutan sesuai dengan jabatannya;
9.4.4.5. KKKS tidak dapat mempekerjakan TKI yang masih terikat
hubungan kerja atau sedang menjalani Masa Persiapan
Pensiun (MPP) di KKKS lain; dan
9.4.4.6. TKI di atas batas usia pensiun yang dipekerjakan baik berasal
dari KKKS lain maupun dari KKKS Eksplorasi itu sendiri harus
diselesaikan terlebih dahulu pembayaran hak-haknya sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku serta PP/PKB.
9.5. Petunjuk/Pelaksanaan
9.5.1. FPSDM KKKS mengajukan permohonan mempekerjakan TKI di atas batas
usia pensiun dengan melampirkan:
9.5.1.1. Bagan organisasi yang ada di dalam RPTK yang berlaku;
9.5.1.2. CV TKI di atas batas usia pensiun;
9.5.1.3. Keterangan hasil medical test yang menerangkan TKI di atas
batas usia pensiun fit for duty;
9.5.1.4. Komitmen TKI di atas batas usia pensiun;
9.5.1.5. KPI TKI di atas batas usia pensiun yang mengacu pada
komitmen yang bersangkutan sesuai dengan jabatannya; dan
9.5.1.6. Program pengembangan TKI Pendamping sebagai calon
pengganti.
9.5.2. FPSDM KKKS SKK Migas melakukan evaluasi dan persetujuan atas
permohonan memperkerjakan TKI di atas batas usia pensiun di KKKS
Eksplorasi.
10.2. Tujuan
10.2.1. Alat ukur SKK Migas dalam menilai keberhasilan pengelolaan SDM di
KKKS sesuai dengan parameter yang ditetapkan.
10.2.2. Umpan balik kepada Pimpinan Tertinggi KKKS sehingga mendorong
pengelolaan SDM di KKKS, yang menitikberatkan pada pengembangan
TKI dan pendayagunaan TKA secara optimum, patuh kepada ketentuan
ketenagakerjaan, terciptanya hubungan industrial yang harmonis,
peningkatan produktivitas, dan pengelolaan kesehatan kerja, melalui
perbaikan yang berkelanjutan.
10.3. Kewenangan
10.3.1. FPSDM KKKS di KKKS Produksi melakukan pengelolaan SDM dan
upaya perbaikan berkelanjutan, dan melaporkan ke FPSDM KKKS
SKK Migas dalam rangka Evaluasi Kinerja Pengelolaan SDM KKKS.
10.4. Pengaturan/Batasan
10.4.1. FPSDM KKKS di KKKS Produksi melaporkan kinerja pengelolaan SDM
periode tahun sebelumnya yang disampaikan setiap kuartal satu tahun
berjalan.
10.4.2. Kriteria penilaian terdiri dari:
10.4.2.1. Biru (Sangat Baik): Nilai Akhir ≥ 9.01;
10.4.2.2. Hijau (Baik): 8.01 ≤ Nilai Akhir < 9.00;
10.4.2.3. Kuning (Cukup): 6.01 ≤ Nilai Akhir < 8; dan
10.4.2.4. Merah (Kurang): Nilai Akhir ≤ 6.00.
10.4.3. Apabila dalam tiga tahun berturut-turut hasil Evaluasi Kinerja Pengelolaan
SDM KKKS yang dicapai masih tetap dalam kategori merah (kurang)
dengan nilai akhir tetap atau turun, maka FPSDM KKKS SKK Migas akan
mengevaluasi kinerja Pimpinan Tertinggi FPSDM KKKS di KKKS
Produksi.
10.5. Petunjuk/Pelaksanaan
10.5.1. FPSDM KKKS di KKKS Produksi menyampaikan hasil kinerja
pengelolaan SDM KKKS kepada FPSDM KKKS SKK Migas dalam bentuk
laporan secara lengkap, transparan, dan terstruktur sesuai dengan
standar kebutuhan data pada lampiran 37.
10.5.2. Hasil kinerja pengelolaan SDM KKKS disusun dengan mengacu kepada
buku referensi penilaian kinerja pengelolaan SDM KKKS.
10.5.3. Dalam melakukan penilaian, FPSDM KKKS SKK Migas dapat meminta
klarifikasi lebih lanjut kepada FPSDM KKKS di KKKS Produksi.
10.5.4. FPSDM KKKS SKK Migas menyampaikan hasil Evaluasi Kinerja
Pengelolaan SDM KKKS kepada Pimpinan Tertinggi KKKS di KKKS
Produksi.
10.5.5. FPSDM KKKS di KKKS Produksi menggunakan hasil Evaluasi Kinerja
Pengelolaan SDM KKKS untuk mengidentifikasi peluang-peluang
BAB IV
Anggaran dan Kesejahteraan Tenaga Kerja
1.2. Tujuan
1.2.1. Dalam rangka melaksanakan pengawasan dan pengendalian
pengelolaan SDM di KKKS yang efektif dan efisien dengan analisa dan
evaluasi strategis, berdasarkan hubungan KKS.
1.2.2. Menjamin komitmen KKKS dalam pelaksanaan pengelolaan
ketenagakerjaan.
1.3. Kewenangan
1.3.1. KKKS menyusun RKA Ketenagakerjaan berdasarkan rencana kerja
kegiatan di bidang ketenagakerjaan yang akan dilaksanakan pada tahun
anggaran yang akan datang sesuai dengan strategi/kebutuhan bisnis
dan kemampuan finansial perusahaan.
1.3.2. SKK Migas melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi atas RKA
Ketenagakerjaan yang disusun oleh KKKS dalam WP&B.
1.3.3. Rekomendasi RKA Ketenagakerjaan menjadi acuan bagi KKKS dalam
pelaksanaan rencana kerja di bidang ketenagakerjaan dalam tahun
anggaran ke depan.
1.3.4. Apabila KKKS harus membuat kebijakan ketenagakerjaan di luar dari
RKA yang telah disetujui SKK Migas, maka KKKS harus meminta
persetujuan terlebih dahulu dari SKK Migas.
1.4. Petunjuk/Pelaksanaan
1.4.1. KKKS menyusun anggaran berdasarkan rencana kerja kegiatan bidang
ketenagakerjaan yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran yang akan
datang yang meliputi:
1.4.1.1. Total Anggaran Ketenagakerjaan (personnel related cost);
1.4.1.2. Statistik pekerja KKKS (manpower statistic);
1.4.1.3. Evaluasi Anggaran Ketenagakerjaan (personnel related cost
evaluation);
1.4.1.4. Planning Rate TKI dan TKA;
1.4.1.5. Jumlah program pengembangan dan pelatihan; dan
1.4.1.6. Anggaran pihak ketiga.
1.4.2. Total Anggaran Ketenagakerjaan dipisahkan untuk tiga jenis kegiatan
mengacu pada jenis kegiatan yang ditetapkan dalam WP&B yaitu kelompok
exploration/development, production dan administration.
1.4.2.1. Kelompok exploration/development expenses
Data total Anggaran Ketenagakerjaan di bagian ini hendaknya
sejalan dengan yang tercantum dalam budgeted
exploration/development expenses dari WP&B (attachment to
schedule-4).
1.4.2.2. Kelompok production expenses
Data total Anggaran Ketenagakerjaan ini hendaknya sejalan
dengan yang tercantum dalam budgeted production expenses
dari WP&B (attachment to schedule-8).
1.4.2.3. Kelompok administration expenses
Data total Anggaran Ketenagakerjaan ini hendaknya sejalan
dengan yang tercantum dalam administrative expenses dari
WP&B (attachment to schedule-11).
1.4.3. KKKS menyampaikan rancangan RKA Ketenagakerjaan dengan
menggunakan formulir – formulir sebagai berikut :
1.4.3.1. Lampiran 24 : Total Anggaran Ketenagakerjaan (personnel
related cost)
2. Total Remunerasi
2.1. Prinsip Dasar
2.1.1. Kebijakan dan program remunerasi di KKKS mengacu pada filosofi dan
strategi bisnis dari masing-masing KKKS dengan ketentuan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan pedoman
SKK Migas sesuai dengan prinsip-prinsip/kaidah remunerasi serta best
practices yang berlaku umum terutama di lingkungan industri hulu migas.
2.1.2. Kebijakan dan program remunerasi KKKS harus dikelola dengan mengacu
pada prinsip cost effectiveness, cost efficiency, keseimbangan
internal/eksternal, bersifat accountable, auditable dan menganut azas good
governance.
2.1.3. Kebijakan dan program remunerasi TKI KKKS diatur dalam PP/PKB KKKS
yang disusun sesuai PTK SKK Migas. Untuk program remunerasi KKKS
yang diatur melalui kebijakan manajemen lainnya di luar PP/PKB KKKS
perlu persetujuan khusus SKK Migas. Persetujuan SKK Migas akan
menjadi dasar dalam penyusunan evaluasi RKA Ketenagakerjaan KKKS
dan persetujuan WP&B yang mengacu pada strategi bisnis, kinerja dan
kemampuan finansial KKKS, serta keseimbangan dan kewajaran tarif
market sesuai hasil market survey KKKS.
2.1.4. Penyusunan kebijakan dan program remunerasi TKA atau pekerja KKKS
secara umum dapat mengacu pada:
2.1.4.1. Prinsip-prinsip remunerasi global untuk global employees
berdasarkan standar internasional dan praktek yang berlaku
secara umum;
2.1.4.2. Sistem remunerasi yang telah ditetapkan kantor pusat KKKS
(corporate/home company), sebagai bagian dari global
expatriate policy;
2.1.4.3. Hasil local market survey KKKS serta berdasarkan kebijakan
lokal masing-masing KKKS;
2.2. Tujuan
2.2.1. Menjaga keseimbangan pelaksanaan kebijakan dan sistem remunerasi di
KKKS dan menjaga agar tidak menimbulkan permasalahan hubungan
industrial.
2.2.2. Mendorong sistem remunerasi yang kompetitif dan meningkatkan
produktivitas pekerja sesuai dengan kemampuan dan kinerja finansial
perusahaan dengan memperhatikan kaidah remunerasi dan peraturan
perundangan yang berlaku.
2.2.3. Sebagai acuan KKKS dalam pengelolaan kebijakan dan sistem remunerasi
TKI dan TKA.
2.3. Kewenangan
2.3.1. KKKS menetapkan kebijakan dan program remunerasi untuk pekerjanya
yang dicantumkan dalam PP/PKB dan aturan internal KKKS.
2.3.2. KKKS menyusun anggaran program remunerasi dan mengajukannya
dalam RKA Ketenagakerjaan sebagai bagian dari WP&B.
2.3.3. SKK Migas melakukan evaluasi, persetujuan, dan pengawasan atas
kebijakan dan program remunerasi yang disusun dan yang diterapkan oleh
KKKS tersebut.
2.4. Pengaturan/Batasan
2.4.1. Penyusunan kebijakan dan program remunerasi TKI mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
2.4.1.1. KKKS menyusun kebijakan dan program remunerasi TKI
dengan memperhatikan:
2.4.1.1.1. Ketentuan normatif di dalam peraturan
perundang-undangan terkait;
2.4.1.1.2. Ketentuan dalam PTK SKK Migas termasuk
komponen dan tarif remunerasi TKI yang diatur
dalam Lampiran 32 dan 34 PTK ini;
2.4.1.1.3. Hasil market survey atas total remunerasi KKKS
yang dilakukan secara berkala; dan
2.4.1.1.4. Prinsip-prinsip dan kaidah sistem remunerasi
yang berlaku umum di industri hulu migas.
2.4.1.2. Kebijakan dan program remunerasi KKKS harus diatur dalam
PP/PKB KKKS. Program remunerasi KKKS yang diatur
2.6. Seluruh kebijakan dan program total remunerasi TKI dan TKA di KKKS
harus disesuaikan dengan ketentuan dalam PTK ini. Penyimpangan dari
ketentuan PTK ini tidak dapat diperhitungkan sebagai biaya operasi KKKS
(non-cost recovery).
3.2. Tujuan
3.2.1. Terjaminnya pelaksanaan layanan kesehatan yang optimal dengan
mengutamakan jasa layanan kesehatan yang ada di dalam negeri.
3.2.2. Menetapkan standar rujukan pasien keluar negeri dalam usaha
mengupayakan pelayanan kesehatan yang terbaik sesudah
memperoleh jasa pelayanan kesehatan yang ada di dalam negeri.
3.3. Kewenangan
3.3.1. FPSDM KKKS mengajukan pekerja atau keluarga yang akan dirujuk
sesuai dengan yang diatur dalam PP/PKB masing-masing mengenai
layanan kesehatan.
3.3.2. FPSDM KKKS SKK Migas menyetujui atau menolak usulan rujukan
tersebut setelah mempertimbangkan rekomendasi Dewan Medik.
3.4. Pengaturan/Batasan
3.4.1. Pelayanan berobat ke luar negeri dapat disetujui dengan ketentuan
sebagai berikut:
4.2. Tujuan
4.2.1. Mewajibkan KKKS melaksanakan program pemeriksaan kesehatan
sebagai bagian dari program kesehatan kerja.
4.2.2. Bahan evaluasi, penyusunan standar serta perbaikan pelaksanaan
program kesehatan.
4.2.3. Memonitor derajat kesehatan pekerja di seluruh KKKS, agar pekerja
mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, terlindung dari bahaya kerja,
tidak membahayakan rekan sekerja dan lingkungan.
4.3. Kewenangan
4.3.1. KKKS menyusun dan menetapkan program pemeriksaan kesehatan
yang mencakup jadwal, jenis pemeriksaan, dan menyediakan sumber
daya pemeriksa sesuai anggaran yang disetujui dengan tetap memenuhi
peraturan dan pedoman yang berlaku.
4.3.2. FPSDM KKKS SKK Migas melaksanakan pengawasan, menerima
laporan, sesuai dengan bentuk dan cara pelaporan yang ditetapkan
FPSDM KKKS SKK Migas, untuk keperluan evaluasi.
BAB V
Hubungan Industrial dan Kesejahteraan
1.2. Tujuan
1.2.1. Untuk memberikan pedoman bagi KKKS dalam pembuatan PP/PKB
sehingga kepentingan nasional, perusahaan dan pekerja terlindungi.
1.3. Kewenangan
1.3.1. KKKS menyusun rancangan PP/PKB sesuai dengan strategi bisnis dan
kemampuan finansial perusahaan dengan berdasar pada ketentuan
normatif peraturan perundang-undangan serta memperhatikan saran
dan pertimbangan/hasil diskusi dengan wakil-wakil pekerja dalam
suatu mekanisme kerja sama bipartit dalam perusahaan.
1.3.2. SKK Migas melakukan evaluasi atas PP/PKB yang disusun oleh KKKS
sesuai dengan pedoman dan peraturan perundang-undangan.
1.3.3. PP/PKB yang disusun KKKS harus mendapatkan persetujuan SKK
MIGAS sebelum diajukan ke instansi yang berwenang di bidang
ketenagakerjaan.
1.4. Petunjuk/Pelaksanaan
1.4.1. PP/PKB yang disusun KKKS tidak boleh bertentangan dan lebih
2.2. Tujuan
2.2.1. Memberikan acuan bagi KKKS dalam menghadapi unjuk rasa dan
mogok kerja terkait ketenagakerjaan.
2.2.2. Memberikan acuan dalam melaksanakan koordinasi antara FPSDM
KKKS SKK Migas, fungsi terkait di SKK Migas dan/atau instansi lain
dalam menghadapi unjuk rasa dan mogok kerja.
2.3. Kewenangan
2.3.1. KKKS menyusun strategi dan langkah-langkah dalam menangani
rencana unjuk rasa dan mogok kerja di lingkungan operasinya.
2.3.2. KKKS melaporkan kepada FPSDM KKKS SKK Migas setiap aktivitas
yang terjadi berkaitan dengan rencana unjuk rasa dan mogok kerja.
2.3.3. SKK Migas melakukan pemantauan atas pelaksanaan penanganan
unjuk rasa dan mogok kerja yang dilakukan oleh KKKS.
2.3.4. KKKS dan SKK Migas melakukan koordinasi dengan instansi terkait,
antara lain instansi ketenagakerjaan aparat keamanan (pamobvitnas)
dan pemerintah daerah.
2.4. Petunjuk/Pelaksanaan
2.4.1. Unjuk rasa dan mogok kerja yang dilakukan oleh pekerja KKKS
2.4.1.1. Tahap Persiapan
Segera setelah KKKS mengetahui adanya indikasi kuat
tentang rencana unjuk rasa dan mogok kerja, maka langkah-
langkah yang dilakukan oleh manajemen KKKS adalah:
2.4.1.1.1. Melakukan koordinasi internal dan eksternal
termasuk melaporkan kepada FPSDM KKKS
SKK Migas, serta melakukan persiapan-
persiapan dalam menghadapi rencana unjuk
rasa dan mogok kerja;
2.4.1.1.2. Dalam hal perwakilan pekerja telah
mengeluarkan pernyataan sikapnya/
tuntutannya kepada manajemen KKKS melalui
media massa atau kepada instansi pemerintah
3.2. Tujuan
3.2.1. Memberikan perlindungan tenaga kerja dan manajemen KKKS.
3.2.2. Menghindari terjadinya permasalahan hubungan industrial.
3.2.3. Meminimalkan dampak gejolak ketenagakerjaan dan biaya operasi yang
timbul.
3.3. Kewenangan
3.3.1. KKKS melakukan proses PHK/MAT yang bersifat individu (pensiun,
pengunduran diri/resign, kasus) sesuai PP atau PKB.
3.3.2. Khusus untuk KKKS JOB/BOB kewenangan melakukan proses
PHK/MAT berlaku bagi pekerja yang dipekerjakan langsung oleh
JOB/BOB (JOB/BOB recruit).
3.3.3. SKK Migas memberikan persetujuan/penolakan atas pengajuan
PHK/MAT yang bersifat:
3.3.3.1. Lebih dari sepuluh orang; dan
3.3.3.2. Individu yang pembayaran hak atas PHK/MAT melebihi
ketentuan normatif yang diatur di dalam PP/PKB.
3.3.4. Dalam hal terjadi perselisihan hubungan industrial, manajemen KKKS
dan pekerja/serikat pekerja memiliki hak untuk menyelesaikan secara
bipartit sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada prinsipnya
kewenangan penyelesaian perselisihan hubungan industrial berada pada
3.4. Pengaturan/Batasan
3.4.1. KKKS melakukan proses PHK atau MAT terhadap pekerjanya sejak
rencana awal hingga selesai, baik yang perlu ataupun yang tidak perlu
memperoleh penetapan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
3.4.2. Bila diperlukan KKKS dapat melakukan konsultasi terlebih dahulu
kepada SKK Migas sebelum PHK Kasus dilaksanakan.
3.4.3. Alasan kasus mengacu pada poin – poin yang terdapat pada alasan
mendesak yang diatur dalam PP/PKB masing – masing KKKS dan
ketentuan normatif terkait.
3.4.4. PHK/MAT dengan paket pesangon di atas aturan PP/PKB, selisih
besaran pesangon tidak dapat dibebankan pada biaya operasi
berdasarkan Kontrak Kerja Sama (non cost recovery).
3.5. Petunjuk/Pelaksanaan
3.5.1. PHK Individu
3.5.1.1. KKKS memproses PHK Individu secara internal sesuai dgn
ketentuan PP/PKB dan peraturan perundangan yang berlaku.
3.5.1.2. Dalam melakukan PHK Individu karena kasus, KKKS
mempertimbangkan antara lain:
3.5.1.2.1. Aturan PP/PKB dan peraturan perundangan yang
berlaku;
3.5.1.2.2. Latar belakang kasus/terjadinya pelanggaran
oleh pekerja; dan
3.5.1.2.3. Hal-hal lain yang memberatkan/meringankan.
3.5.1.3. KKKS kemudian memproses PHK menurut ketentuan yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
3.5.1.4. Khusus untuk PHK Individu karena kasus, KKKS harus
BAB VII
PENUTUP
1. PTK ini dibuat dengan mengacu pada ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.
2. Jika terdapat perubahan ketentuan Perundang-undangan terkait dengan PTK ini,
maka PTK ini akan disesuaikan sebagaimana mestinya. Ketentuan lain yang tidak
bertentangan dengan perubahan ketentuan Perundang-undangan tersebut akan tetap
berlaku.
3. Ketentuan lain yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam PTK ini akan
ditetapkan kemudian dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari PTK ini.
4. Apabila KKKS terbukti melakukan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan
Perundangan-undangan yang berlaku dalam pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya
Manusia, maka KKKS bertanggung jawab atas segala akibat hukum yang timbul dan
melepaskan, membebaskan, dan membela SKK Migas dari dan terhadap setiap
kerugian, tuntutan, dan gugatan hukum pihak ketiga yang sebagai akibat dari
kelalaian, kesalahan, pelanggaran kewajiban hukum KKKS terhadap pelanggaran
ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud.
5. Lampiran dan formulir sehubungan dengan pelaksanaan PTK ini merupakan suatu
kesatuan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari PTK ini.
Lampiran 1
Checklist Kelengkapan Berkas
Lampiran 2
Data Kegiatan Perusahaan
Lampiran 3
Identitas Pemohon
Lampiran 4
MD 1-Struktur Organisasi
KHUSUS
SATUAN
SATUAN PELAKSANA
KHUSUS KEGIATAN
PELAKSANA USAHA
KEGIATAN HULU
HULU
USAHA MINYAK
MINYAK GASGAS
DANDAN BUMI
BUMI
Lampiran 5
MD-2-Bagan Rencana Penggunaan dan Penggantian TKA
MD-2
SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI
BAGAN PERENCANAAN PENGGUNAAN PENGGANTIAN TKA
KKKS :
PERIODE :
_______________________________
Lampiran 6
MD-2A-Uraian Jabatan Dan Persyaratan Minimum Jabatan TKA
Lampiran 7
MD 2B-Program Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Indonesia dalam
Rangka Penggantian TKA
Lampiran 8
MD 2C-Rencana Rekrutmen TKI
SATUAN KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI
Lampiran 9
MD 3-Rekapitulasi Jumlah Formasi Jabatan
MD-1 NAMA JABATAN DI INDONESIA NAMA JABATAN DI LUAR NEGERI NAMA PERUSAHAAN DAN
NEGARA TUJUAN THN THN THN THN
HAL KOORD. NAMA JABATAN NAMA JABATAN *) URAIAN JABATAN
SWAPPING 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
TIDAK ADA
TENTANG
Lampiran 10
Ditetapkan Tanggal : 04 Oktober 2018
PEDOMAN TATA KERJA
Jakarta,
Pimpinan,
Revisi ke:2
Halaman 108 dari 157
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA Halaman 109 dari 157
KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA
Lampiran 11
Daftar Posisi Time Sharing – Alokasi Biaya
Lampiran 12
MD1-TKA Sementara
SATUAN KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI
Lampiran 13
Checklist Kelengkapan Permohonan Persetujuan Penggunaan TKA
(Nama Pejabat)
Lampiran 14
Format List Komitmen Pejabat L1 dan L2 KKKS
KKKS :
Nama Pejabat :
Tempat / Tgl. Lahir :
Alamat Email :
Pendidikan :
Rencana Jabatan :
Komitmen Pejabat *)
No. Target
President Director/General Manager
1
.....................................
2
......................................
3
.....................................
5
.............................................
Keterangan:
*) Jumlah atau definisi komitmen dapat mempertimbangkan lingkup tugas dan indikator kinerja jabatan yang bersangkutan pada jabatan tersebut
di KKKS.
Jakarta,
(Nama) (Nama)
Mengetahui,
Nama Jabatan Pejabat Tertinggi SDM KKKS SKK Migas
(Nama)
Lampiran 15
Surat Permohonan Persetujuan Penggunaan TKA
Lampiran 16
Surat Pemberitahuan Penggunaan TKA
Sehubungan dengan surat No... tanggal ... bulan ..., berikut lampiran-lampirannya perihal
permohonan : (izin kerja baru/perpanjangan/perpanjangan dan pindah jabatan) :
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja untuk kelangsungan operasi KKKS
..............................., SKK Migas dapat menyetujui penggunaan TKA dimaksud. Selanjutnya, kami
mengharapkan agar surat permohonan tersebut di atas dapat diproses untuk mendapatkan izin
yang diperlukan.
(Nama Pejabat)
Lampiran 17
Surat Permohonan Persetujuan Tamu Asing
Kepada Yth
SKK Migas
Gedung Wisma Mulia Lt 30
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 42
Jakarta 12710
Dengan hormat,
Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan copy dokumen yang diperlukan.
(Nama Pejabat)
Lampiran 18
Surat Permohonan Persetujuan Penggunaan TKA Sementara
No.../Tahun .... Jakarta,
Kepada Yth
SKK Migas
Jakarta 12710
Dengan hormat,
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: PER.02/MEN/III/2008
tanggal 28 Maret 2008, mohon persetujuan Bapak untuk memberi Izin Kerja Sementara bagi:
Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan copy dokumen yang diperlukan.
(Nama Pejabat)
Lampiran 19
Annual Training Report Budget Evaluation
Lampiran 20
Technical Education Assisstance – 1
Lampiran 21
Technical Education Assisstance – 2
Lampiran 22
Kompensasi Program Praktek Kerja Lapangan, Tugas Akhir, Magang
dan Co-operative Education
Lampiran 23
Daftar Penyakit Kritis (Critical Illness)
Pengertian
Merujuk pada SK Kepala SKK Migas No. KEP-0037/BP00000/2011/S0, maka kondisi-kondisi
yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya operasi atau non cost recovery adalah sebagai
berikut:
1. Penyakit yang berlangsung dalam jangka panjang dan mengakibatkan ketidakmampuan
dalam pekerjaan.
2. Penyakit kronis dan degeneratif
3. Gangguan jiwa
4. Penyakit yang telah diberikan pengobatan namun tidak menunjukkan perbaikan ( atau
mempunyai prognosa buruk)
5. Penyakit kanker stadium akhir
6. Penyakit yang mengancam jiwa yang membutuhkan biaya pengobatan yang sangat tinggi
dan apabila setelah dilakukan pengobatan tidak mampu bekerja seperti semula
KKKS : .................................
WILAYAH KERJA PRODUKSI : ................................. TAHUN ANGGARAN : .................................
2 Production Expenses
TENTANG
3 Administration Expenses
Lampiran 24
Ditetapkan Tanggal : 04 Oktober 2018
PEDOMAN TATA KERJA
TOTAL
Keterangan
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
- Headcount (FTE) = Jumlah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan rencana rekrutmen setiap kuartal tanpa memperhitungkan PHK
- Personnel Retated Cost = Keseluruhan jumlah anggaran ketenagakerjaan.
- Salary/Wages = Upah pekerja, Tunjangan Tetap, THRK
- Benefit = Tunjangan - tunjangan lainnya, Variabel Pay, Jamsostek,
- Outside Services = Tenaga kerja pihak ke-3 Man power services/Labor Supply, Konsultan HR
- Training = Anggaran pelatihan pekerja termasuk beasiswa, magang, co-op dll
Total Anggaran Ketenagakerjaan (Total Personnel Related Cost)
- Employee walfare = Anggaran organisasi non kedinasan, sosial dan budaya, termasuk organisasi keagamaan, silaturahmi pekerja dan keluarga, kesenian, olah raga
- Sundries = Anggaran yang tidak masuk dalam kategori lainnya (cth : Rekrutmen)
Revisi ke:2
Halaman 128 dari 157
LAMPIRAN
STATISTIK TENAGA KERJA
(Man Power Statistic)
TKI
- Jumlah Pekerja di Perusahaan
- Rekrutmen
TENTANG
Lampiran 25
- Fungsi Produksi
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Keterangan
- Tahun sebelumnya : 2 tahun sebelum tahun anggaran
- Tahun ini : 1 tahun sebelum tahun anggaran, tahun yang sedang berjalan
- Q1 - Q4 : Kuartal 1 - 4
- Aktual : Jumlah pekerja pada kuartal tersebut
- Rekrutmen : Jumlah pekerja yang akan di rekrut
Revisi ke:2
Halaman 129 dari 157
LAMPIRAN
EVALUASI ANGGARAN KETENAGAKERJAAN
(Personnel Related Cost Evaluation)
KKKS : TAHUN ANGGARAN :
WILAYAH KERJA PRODUKSI :
- Training/Seminar
- Job Assignment
- Magang/Co-Op
Lampiran 26
Ditetapkan Tanggal : 04 Oktober 2018
Keterangan
- Tahun sebelumnya : 2 tahun sebelum tahun anggaran
- Tahun ini : 1 tahun sebelum tahun anggaran, tahun yang sedang berjalan
- Varians : %Persentase perubahan anggaran
Evaluasi Anggaran Ketenagakerjaan (Personnel Related Cost Evaluation)
Revisi ke:2
Halaman 130 dari 157
LAMPIRAN
PLANNING RATE TKI
KKKS :
WILAYAH KERJA PRODUKSI : TAHUN ANGGARAN :
3.
4.
Lampiran 27
Total Benefit
Ditetapkan Tanggal : 04 Oktober 2018
3.
KKKS :
WILAYAH KERJA PRODUKSI : TAHUN ANGGARAN :
TKA TKA
TKA Managerial/ Direct Report TKA
Profesional Sr.Professional Top Executive Top Executive Jumlah Total
(Spesialis) (L 3 atau (L 2 atau (L 1)
setara) setara)
Jumlah Pekerja
Salary & Wages - dalam USD (setahun)
1. Ref Total Remunerasi (Salary)
2. Ref Total Remunerasi (Salary)
3.
4.
Total Salary & Wages
Market Benchmark Range*
Benefit - in USD (annualized)
1. Ref Total Remunerasi (Benefit)
TENTANG
4.
Ditetapkan Tanggal : 04 Oktober 2018
Total Benefit
Planning Rate TKA
PEDOMAN TATA KERJA
3.
- Training/Seminar
TENTANG
a. In House
Lampiran 29
b. Public Domestic
Ditetapkan Tanggal : 04 Oktober 2018
c. Public Overseas
PEDOMAN TATA KERJA
b. Pengembangan internasional
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
- Magang/Co-op
TOTAL
Revisi ke:2
Halaman 133 dari 157
LAMPIRAN
ANGGARAN PIHAK KE-3
-
PEDOMAN TATA KERJA
-
-
-
TOTAL Konsultan SDM
TOTAL
Revisi ke:2
Halaman 134 dari 157
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA Halaman 135 dari 157
KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA
Lampiran 31
Surat Pernyataan RKA Ketenagakerjaan
Lampiran 34
Tarif Total Remunerasi
1. Tarif Kendaraan Dinas (per-bulan)
TKI TKA
Managerial/ Direct Report Top Executive Managerial / Direct Report Top Executive
Professional
Sr. Professional Top Executive (Country Mgr / Sr. Professional Top Executive (Country Mgr
(Specialist)
President) / President)
US$ 3,000 US$ 3,500 US$ 4,000 US$ 3,000 US$ 3,500 US$ 4,000
Lampiran 35
Formulir Assistance Requisition Sheet (Medical)
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mengirim istri dari karyawan kami, Sdr/I …… (nama
karyawan/i dan nama pasien)………
Adapun permohonan ini atas rekomendasi dari ..... (nama dokter) …… untuk berobat ke
Perlu kami jelaskan bahwa pasien tersebut diatas di diagnosa menderita penyakit ……
(diagnosa penyakit) ………… sejak tahun …………….. dan telah dirawat beberapa kali di
Rumah Sakit yang ada di Indonesia, tanpa ada tanda–tanda penyembuhan penyakitnya.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, kami sangat mengharapkan persetujuan dari
Bapak.
Lampiran 36
Risalah Rapat Pembahasan PP/PKB
Lampiran 37
Laporan Pengelolaan SDM