TINJAUAN TEORI
1. 1 kali pada Kehamilan Triwulan pertama antara 0 hingga 12 minggu.
2. 1 kali pada Kehamilan Triwulan kedua antara 13 hingga 27 minggu.
3. 2 kali pada Kehamilan Triwulan ketiga antara 28 hingga 40 minggu.
Ovulasi ini normalnya terjadi setiap bulan sesuai siklus menstruasi dan
rata-rata terjadi sekitar dua minggu sebelum periode (siklus) mens
berikutnya.Kenaikan Hormon Setelah telur meninggalkan folikel, folikel
berkembang menjadi sesuatu yang disebut korpus luteum. Korpus luteum
melepaskan hormon yang membantu menebalkan lapisan rahim, untuk
mempersiapkan ketika terjadi proses kehamilan nantinya. Telur Berjalan ke Tuba
Fallopi Setelah telur dilepaskan, ia bergerak ke tuba falopi. Sel telur tinggal di
sana selama sekitar 24 jam, menunggu sel sperma untuk membuahi. Semua ini
terjadi, rata-rata, sekitar dua minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir atau
masa ini disebut juga dengan masa subur. Telur memiliki hanya 12 sampai 24 jam
sedangkan sperma bisa bertahan selama sekitar 72 jam pada saluran reproduksi
wanita. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa masa subur wanita itu lamanya 4
hari, yakni hari ke 12 – 16 dihitung dari hari pertama menstruasi jika sel telur
tidak dibuahi.
Jika tidak ada sperma yang masuk untuk membuahi sel telur, maka tidak
terjadi proses kehamilan dan sel telur akan bergerak menuju rahim (uterus)
kemudian hancur. Kadar hormon yang dihasilkan korpus luteum tadi kembali
normal sehingga lapisan rahim yang menebal tadi menjadi luruh, inilah yang
disebut dengan menstruasi atau haid. Fertilisasi (pembuahan) Jika salah satu sel
sperma masuk ke tuba fallopi dan bertemu sel telur yang telah menanti, maka
terjadilah fertilisasi (pembuahan), proses kehamilan dimulai dari sini. Sel telur
akan mengubah dirinya sehingga tidak ada sperma lain bisa masuk (membuahi).
Pada saat pembuahan, gen bayi dan jenis kelaminnya ditetapkan pada saat itu
juga.Jika yang membuahi sperma yang berkromosom Y, maka jadi anak laki-
laki.Jika yang membuahi berkromosom X, maka jadi anak perempuan. proses
terjadinya pembuahan proses kehamilan : ovulasi, pembuahan, implantasi
Implantasi Telur yang telah dibuahi (zigot) tetap dalam Tuba Fallopi selama
sekitar tiga sampai empat hari, tetapi dalam waktu 24 jam setelah dibuahi, zigot
mulai membelah diri (zigot yang sudah membelah disebut embrio) sangat cepat
menjadi banyak sel. embrio terus membelah ketika bergerak perlahan-lahan
melalui tuba falopi menuju rahim. Ketika sampai rahim embrio akan menempel
dan tertanam dalam dinding rahim yang sudah menebal (lahan subur), inilah yang
disebut implantasi (penanaman). Beberapa wanita mengalami spotting atau sedikit
bercak pendarahan selama satu atau dua hari sekitar waktu implantasi. Lapisan
rahim semakin tebal dan leher rahim disegel oleh plug lendir sampai bayi lahir.
Umumnya reaksi psikologi dan emosional wanita yang pertama kali hamil
ditunjukan dengan adanya rasa kecemasan, ketakutan dan kepanikan.Diantara
mereka ada yang berpikiran bahwa kehamilan merupakan ancaman maut
yang menakutkan dan membahayakan bagi diri mereka. Selain itu
pengalaman hidup dan kebudayaan dia dibesarkan akan mempengaruhi
kondisi psikologinya.
Pada periode ini dukungan suami kepada istri sangat diutuhkan. Kursus
program orang tua harus diikuti terus unuk mempersiapkan ASI ekslusif,
yaitu pemberian ASI saja, tanpa tambahan makanan lain pada bayi 4-6 bulan.
Untuk mengatasi berbagai perubahan psikologi, wanita hamil pun dapat
mengikuti senam hamil. Akan tetapi, sebaiknya berkonsutasi terlebih dahulu
dengan dokter/bidan yang menangani kehamilan untuk mengeahui ada
tidaknya kontra indikasi.
Pada periode ini sang suami hendaknya memberikan dukungan yang lebih
kepadaa istrinya. Jika kehamilan ini bukan yang pertama kali sang suami
dapat melakukan pendekatan terhadap kakak-kakak “si bayi” agar tidak
tergantung pada ibu sepenuhnya. Dengaan demikian, ibu tidak akan
merasakan khawatir dan memikirkan kondisi putra-putrinya setelah
melahirkan.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, adalah kira-kira
280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan dibagi
menjadi tiga triwulan, triwulan I dimulai dari konsepsi sampai 12 minggu,
triwulan II dari 12 sampai 28 minggu dan triwulan III dari 28 sampai 40 minggu.
1. Perut membesar
2. Uterus membesar, sesuai dengan umur kehamilan.
3. Tanda Chadwicks, mukosa vagina berwarna kebiruan karena
hipervaskularisasi hormon estrogen.
4. Discharge, lebih banyak dirasakan wanita hamil. Ini pengaruh hormon
estrogen dan progesteron.
5. Tanda Goodell, portio teraba melunak.
6. Tanda Hegar, isthmus uteri teraba lebih panjang dan lunak.
7. Tanda Piscaseck, pembesaran dan pelunakan pada tempat implantasi.
Biasannya ditemukan saat umur 10 minggu.
8. Teraba ballotement (tanda ada benda mengapung/ melayang dalam cairan),
pada umur 16-20 minggu.
9. Kontraksi Braxton Hicks, kontraksi uterus (perut terasa kencang) tetapi
tidak disertai rasa nyeri.
10. Reaksi kehamilan positif
1. Adanya gerakan janin yang dapat dilihat, dirasakan dan diraba serta
ditemukan bagian-bagian janin.
2. Terdengar denyut jantung janinsecara auskultasi – Dapat didengar dengan
stetoscop monoculer laenec, doppler, alat kardiotograf dan dilihat pada
USG.
3. Terlihat tulang-tulang janin pada foto rontgen – rongten sudah tidak
disarankan.
Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan
sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen
tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan
tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta
berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut
berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung
pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini
dievaluasi dalam tulisan saja.
2.2.2. Etiologi
Faktor Hormonal yang menyebabkan persalinan
1. Engagement
2. Sinklitisme
A. Asinklitisme anterior
B. Asinklitismus posterior
Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal,
namun jika derajat berat, gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi
sefalopelvik pada panggul yang berukuran normal sekalipun. Perubahan
yang berturut-turut dari asinklitismus posterior ke anterior mempermudah
desensus dengan memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan
memanfaatkan daerah-daerah yang paling luas di rongga panggul
5. Fleksi
6. Rotasi Interna
( Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, kar
ena putaran paksimerupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir,khususnya bentuk bidang tengah dan
pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidakterjadi tersendiri, tetapi
selalu bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadisebelum kepala
sampai ke Hodge III kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampaidi
dasar panggul
b. Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu
di sebelahdepan atas tempat terdapatnya hiatus genitalis antara antara
musculus levator anikiri dan kanan.
7. Ekstensi
Persalinan aktif dibagi menjadi empat kala yang berbeda. Kala satu
persalinan mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi,
intensitas, dan duradi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan
dilatasi serviks yang progresif.Kala satu persalinan selesai ketika dilatasi
serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga memungkinkan
kepala janin lewat.Oleh karena itu, kala satu persalinan disebut stadium
pendataran dan dilatasi serviks.
Fase aktif adalah frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi tida
kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih, uterus mengeras waktu kontraksi, serviks membuka. Dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengka atau 10 cm, akan
terjadi dengan keceatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Pada fase aktif kala II terjadi
penurunan bagian terendah janin tidak boleh berlangsung lebih dari 6 jam.
Pendataran Serviks
Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran
serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya muara melingkar denga
tepi hampir setipis kertas. Proses ini disebut sebagai pendataran
(effacement) dan terjadi dari atas kebawah.
Dilatasi serviks
Persalianan kala dua berlangsung dari akhir kala satu, yaitu setelah
pembukaan lengkap, sampai lahirnya bayi.Pada kala satu sebelum pasien
memasuki kala dua, kontraksi uterys menjadi lebih sering dan diikuti
dengan rasa nyeri yang paling hebat selama persalinan.Begitu samai pada
kala dua maka rasa nyerinya berkurang.
Posisi Sim atau Lateral Kiri: Posisi Sim atau Lateral Kiri adalah yang
terbaik apabila persalinan dilakukan di temat tidur psien di rumah.
Keuntungannya antara lain adalah:
Kala III diawali dengan lahirnya bayi dari uterus dan diakhiri
dengan kelurnya plasenta. Proses ini biasanya berakhir hanya beberapa
menit baik pada multipara maupun primipara
a. Pelepasan plasenta
b. Pengeluaran plasenta
a. Perasat Kustner
c. Perasat Klein
Ibu disuruh mengedan sedikit, maka tampak tali pusat turun kebawah,
kemudian diminta berhenti, bila tali pusat tertarik kedalam berarti
plasenta belum lepas dan bila tidak tertarik kedalam berarti plasenta
telah lepas.
Manajemen aktif kala III terdiri atas tiga langkah utama, yaitu sebagai
berikut:
1. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
3. Masase fundus uteri.
e. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur)
regangkan tali pusat kearah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial
hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas
menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
Persalinan Kala IV
d. Terjadinya perdarahan.
2.2.5. Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama kehamilan. Tujuan utama
penggunaan partograf adalah untuk :
Penggunaan partograf
Partograf harus digunakan untuk (1) semua ibu dalam fase aktif satu
persalinan sampai dengan kelahiran bayi, sebagai elemen penting asuhan
persalinan; (2) semua tempat pelayanan persalinan (rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain; (3) semua penolong persalinan
memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis
Obstetri dan Ginekologi, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa
Kedokteran).
Nama, Umur;
Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah; tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu).
c. Kondisi Janin:
d. Kemajuan Persalinan:
Pembukaan serviks;
f. Kontraksi Uterus:
Frekuensi dan lamanya.
Oksitoksin;
h. Kondisi Ibu:
Lengkapi bagian awal atas partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai “jam” pada
partograf) dan diperhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten
persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
Kolom, lajur, dan skala angka ada partograf adalah untuk pencatatan
denyut jantung janin (DJJ), air ketuban, dan penyusupan tulang kepala
janin.
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih
seirng jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini,
menujukkan waktu 30 menit.Skala angka disebalah kolom paling kiri
menunjukkan DJJ.Catat DJJ dengan memberi tanda titik ada garis yang
sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.Kemudian hubungan titik
yang satu dengan titik lainnya dengan garis yang tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka
180 dan 100.Akan tetapi, penolong harus waspada bila DJJ di bawah 120
atau di atas 160.Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang
tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuba pecah.Catat temuan-temuan dalam
kotak yang sesuai di bawah laju DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut:
Kemajuan Persalinan
d. Pembukaan serviks
Kontraksi Uterus
h. Oksitosim
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu:
1) Nilai dan catat nadi ibu setia 30 menit selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada
kolom waktu yang sesuai (●);
2) Nilai dan catat tekanan darh ibu setiap 4 jam fase persalinan (lebih
sering jika dianggap adanya penyulit). Beri tanda panah pada
partograf pada kolom waktu yang sesuai: ↕
3) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat atau
dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tuuh dlaam
kotak yang sesuai.
k. Volume Urin, Protein, atau Aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam
(setiap kali berkemih). Jika memungkinkan saat ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.
Nilai dan catat asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas
terutama persalinan kala IV untuk memungkinkan pertolongan persalinan
mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik, terutama
pada pemantauan kala Iv (mencegah terjadinya perdarahan pasca
persalinan). Selain itu, catatatn persalinan (yang sudah diisi dengan
lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh
mana telah dilakukan pelaksaan asuhan persalinan yang bersih dan aman.
Catatan persalinan adalah terdiri ata unsusr-unsur berikut.
a. Data dasar
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
f. Kala IV
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap
pemeriksaa, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan
selesai. Adapun cara pengisian catata persalinan pada lembar belakang partograf
secara lebih rinci dan disampaikan sebagai berikut:
Data Dasar
Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamt
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendampingan
pada saat merujuk. Isi data pada tiap tempat yang telah disediakan atau dengan
cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan no.5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan no. 8,
jawaban bisa lebih daro satu.Data dasar yang perlu dipenuhi adalah sebagai
berikut:
Kala I
Kala II
Kala III
Informasi bayi baru lahir berisi atas berat dan panjang badan, jenis
kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta
tatalaksana terpilih dan hasilnya.Isi jawaban pada tempat yang disediakan
serta beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.Untuk
pertanyaan no. 36 dan 37 lingkari jawaban yang sesuai, sedangkan untuk
no .38 jawaban bisa lebih dari 1. Pertanyaan mengenai Bayi Baru Lahir
adalah sebagai berikut.
Kala IV
Kala IV berisi tentang tekanan darah, nasi, duhu, tinggi fundus, kontraksi
uters, kandung kemih, dan perdarahan.Pemantauan kala IV ini sangat
penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi
perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan
setiap 15 menit pada satu jam pertama dan 30 menit pada satu jam
berikutnya setelah persalinan. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah pada kala IV pada
telah yang telah disediakan.
2.2.6. Asuhan Persalinan Normal
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komlikasi
terutama perdarahan pascapersalinan, hiotermia, dan asfiksia bayi baru
lahir.Sementara itu, fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi.Hal
ini meruakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani
komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan
mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini
sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir.Penyesuaian ini sangat penting dalam upata menurunkan angka kematian ibu
dan bayi baru lahir.Hal ini dikarenakan sebagian besar persalinan di Indonesia
masih terjadi di tingkat pelayanan primer dengan penguasaan keterampilan dan
pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayan tersebut masih belum
memadai.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melaui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengka serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
Kegiatan yang tercakup dalam asuhan persalinan normal, adalah sebagai
berikut.
1. Secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan
infeksi, misalnya mencuci tangan secara rutin, menggunakan sarung
tanga sesuai dengan yang diharapkan, menjaga lingkungan yang bersih
bagi proses persalinan dan kelahiran bayi, serta menetapkan standar
proses peralatan.
7. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir, termasuk
dalam masa nifas dini secara rutin. Asuhan ini akan memastikan ibu dan
bayinya berada dalam kondisi aman dan nyaman, mengenal sejak dini
komplikasi pascapersalinan dan mengambil tinfakan yang sesuai
dengan kebutuhan,
c. Perineum menonjol
13. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau
60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.Jika ibu tidak
mempunyai keinginan untuk meneran
16. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
17. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
19. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Lahirnya kelapa
20. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas
cepat saat kepala lahir.
a. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih.
b. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi
:
1) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
2) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan
kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu
dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku
dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior
(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan
tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil
tindakan yang sesuai.
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain.
Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve
jalan lahir sambil meneruskan tekananberlawanan arah pada uterus.
f. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau
tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5
%.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan.
Dokumentasi
a. Puerperium dini yaitu kepulihanln saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-alan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
c. Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali
sehat semprna, terutama ika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul
komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat
berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan. (Mochtar, 2011).
a. Uterus
2. Bekas Plasenta
3. Luka-luka
Luka pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7
hari.
5. Lokhea
Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
Macam-Macam Lokhea
Perubahan vagina dan perineum pada masa nifas ini terjadi pada
minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul ragae (lipatan-lipatan atau
kerutan-kerutan) kembali.Perlukaan vagina yang tidak berhubungan
dengan luka perineum tidak sering dijumpai.Mungkin ditemukan setelah
persalinan biasa, tetapi lebih sering akibat ekstraksi dengan cunam,
terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding
lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan spekulum.
7. Serviks
8. Laktasi
a. Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius. Sesudah
partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celsius dari keadaan normal,
namun tidak akan melebihi 8 derajat celsius. Sesudah dua jam pertama
melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Nila suhu lebih
dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada klien.
b. Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat
terjadi Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas.
Mungkin ada pendarahan belebihan atau ada vitium kordis pada penderita
pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu
tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus
kemudian kembali seperti keadaan semula.
c. Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat
penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam setengah bulan tanpa
pengobatan (Saleha, 2009).
c. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun mencapai volume darah sebelum hamil.
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya.
Fase taking in pada masa nifas memerlukan penanganan atau asuhan dari
bidan, sehingga ibu dapat melewati fase ini.Bidan harus melakukan pendekatan
kepada keluarga terutama ibu nifas kemampuan mendengarkan (listening skills)
dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi
ibu.Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini.Tugas bidan
dapat menganjurkan kepada suami dan keluarga untuk memberikan dukungan
moril dan menyediakan waktu untuk mendengarkan semua yang disampaikan
oleh ibu agar dia dapat melewati fase ini dengan baik.Sehingga dukungan atau
peran bidan sangat penting pada fase ini.
b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses
dan meningkatkan tanggung jawabnya terhadap bayi.
e. Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan
hal tersebut.
Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri
dan bayinya sehingga timbul percaya diri. Sehingga tugas bidan pada fase ini
yaitu misalnya dengan mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang
benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan
pendidikan keehatan yang diperlukan ibu seperti penuhan gizi yang baik pada saat
menyusui, kebersihan diri seperti vulva hygiene yang benar saat masa nifas.
a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah. Periode ini pun
akan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan
oleh keluarga.
Bagi ibu post partum, apalagi pada ibu yang pertama kali melahirkan akan
sangat membutuhkan dukungan orang-orang terdekat karna ia belum
sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik fisik mapun psikologisnya. Ia
masih sangat asing terhadap perubahan peran barunya yang begitu
fantastis terjadi dalam waktu yang begitu cepat, yaitu peran sebagai
seorang “Ibu”.Dengan respon positif dari lingkungan, akan mempercepat
proses adaptasi peran ini sehingga akan memudahkan bagi bidan untuk
memberikan asuhan yang sehat.
Hal yang di alami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam
perasaannya terhadap perannya sebagai seorang ibu. Ia akhirnya menjadi
tahu bahwa begitu beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan bayinya
dan hal tersebut akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih
dewasa. Banyak kasus yang terjadi, setelah seorang ibu melahirkan
anaknya yang pertama, ia akan bertekad untuk meningkatkan kualitas
hubungannya dengan ibunya.
d. Pengaruh budaya
Adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit
banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi
ini. Apalagi jika ada hal yang tidak sinkron antara arahan dari tenaga
kesehatan dengan budaya yang dianut.Dalam hal ini, bidan harus bijaksana
dalam menyikapi, namun tidak mengurangi kualitas asuhan yang harus
diberikan. Keterlibatan keluarga dari awal dalam menetukan bentuk
asuhan dan perawatan yang diberikan pada ibu dan bayi akan
memudahkan bidan dalam memberikan asuhan.
Fase ini dapat diatasi, bidan harus memantau perubahan pada ibu
setelah diberikan pendidikan kesehatan di fase taking in dan taking
hold.Keberhasilan dapat dilihat dari ibu lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan dirinya dan bayinya.Selain itu, dukungan suami dan keluarga
masih sangat diperlukan ibu dalam melewati fase – fase masa nifas. Suami
dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan pekerjaan
rumah tangga sehingga ibu tidak merasa terbebani.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda-tanda kesulitan menyusui.
2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
III post diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
partum
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama
6 minggu
masa nifas.
IV post
partum
Memberikan konseling KB secara dini.
2.3.5 Kebutuhan- kebutuhan ibu nifas
a. Gizi
Ibu nifas dianjurkan untuk: makan dengan diet berimbang, cukup,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, mengkonsumsi
makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada bulan pertama, 6
bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400 kalori. Asupan
cairan 3 liter/hari, 2 liter di dapat dari air minum dan 1 liter dari cairan
yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain,
mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari,
mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam
bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan
daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak.
b. Kebersihan Diri
Ibu nifas dianjurkan untuk: menjaga kebersihan seluruh tubuh,
mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air, menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi,
BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam, menyarankan ibu
untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh
kelamin, anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan
laserasi, pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap di jaga agar
tetap bersih dan kering, tiap hari di ganti balutan.
c. Istirahat dan tidur
BAB dan BAK. Buang air kecil (BAK) dalam enam jam ibu nifas
harus sudah BAK spontan, kebanyakan ibu nifas berkemih spontan
dalam waktu 8 jam, urine dalam jumlah yang banyak akan di produksi
dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan, ureter yang berdiltasi
akan kembali normal dalam waktu 6 minggu. Selama 48 jam pertama
nifas (puerperium), terjadi kenaikan dueresis sebagai berikut:
pengurasan volume darah ibu, autolisis serabut otot uterus. Buang air
besar (BAB) biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema
persalinan, diet cairan, obat-obatan analgetik, dan perenium yang
sangat sakit, bila lebih 3 hari belum BAB bisa diberikan obat
laksantia, ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam
regulasi BAB, Asupan cairan yang adekaut dan diet tinggi serat
sangat dianjurkan.
e. Pemberian ASI/Laktasi.
f. Keluarga Berencana
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap atau lemah maka
segera lakukan tindakan resusitasi batu lahir.
B. Tanda-tanda vital
1. Periksa laju napas dengan melihat tarikan napas pada dada dan
gunakan petunjuk waktu. Napas normal yaitu 40-60 kali per
menit
1. Ubun- ubun
Segera setelah tubuh bayi dibaringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk
atau kain yang telah dipakai kemudian selimut bayi dengan selimut atau kain
hangat, kering dan bersih.
c. Tutupi kepala bayi
Pastikan bahwa bagian kepala bayi ditutupi setiap saat. Bagian kepala bayi
memiliki luas permukaan yang cukup besar sehingga bayi akan dengan cepat
kehilangan panas tubuh jika bagian kepalanya tidak tertutupi.
Karena bayi baru lahir mudah mengalami kehilangan panas tubuh (terutama
jika tidak berpakaian) selama melakukan penimbangan, selimuti tubuh bayi
kain atau selimut bersih dan kering.
Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. Idealnya, segera setelah lahir bayi
harus ditempatkan bersama ibunya ditempat tidur yang sama. Menempatkan
bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi
tetap hangat, mendorong upaya untuk menyusui dan mencegah bayi terpapar
infeksi. (APN, 2007)
Identifikasi bayi segera lakukan segera setelah bayi lahir dan ibu
masih berdekatan dengan bayinya dikamar bersalin. Tanda pengenal bayi
bisa menggunakan cap jari atau telapak kaki.
Tanda pengenal bayi umumnya menggunakan secarik kertas putih
atau berwarna merah/biru tergantung jenis kelamin dan ditulis nama (bayi
nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, unit. Setelah itu kertas dimasukkan
dalam kantong plastik dengan pita diikatkan pada pergelangan tangan ibu,
pengikatan pita hanya dapat dilepas atau digunting. Di setiap tempat tidur
harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomer
identifikasi
Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan dimana bayi beserta
ibu dirawat satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu berada di
samping ibu sejak segera setelah bayi lahir sampai pulang.(Sulaiman S.:
1983).
Tujuan rawat gabung adalah:
a. Bantuan emosional
b. Penggunaan ASI
c. Pencegahan infeksi
d. Pendidikan kesehatan
Dengan menekan dagu bayi ke arah bawah atau dengan memasukkan jari
ibu antara mulut bayi dan payudara ibu.
Kunjungan Penatalaksanaan
S : Subjektif
2. Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien,
suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche,
riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat
KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwyat penyakit keturunan,
riwayat psikososisal, pola hidup).
O : Objektif
3. Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa.Data fisiologis ,hasil observasi yang
jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium ,sinar X,rekaman
CTG dan lain-lain)dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukkan dalam kategori ini apa yang diobservasi oleh bidan akan
menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang ditegakkan.
A : Assesment
P : Penatalaksanaan
Prawirohardjo, 2014
Sarwono.2013