Anda di halaman 1dari 104

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Antenatal Care

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum


dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut
kalender internasional (Prawirohardjo, 2014). Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Lama nya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung darih hari pertama haid terakhir. Kehamilan
dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3
bulan, triwulan kedua dari bulan ke 4 sampai 6 bulan, triwulan ke 3 dari bulan ke
7 sampai bulan ke 9. (Sarwono:2013)
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri
dari Ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan Ovum (sel telur) dan spermatozoa
(Sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan Zigot kemudian bernidasi
(penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba dkk, 2012).
Periode kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yang masing-masing
terdiri dari 13 minggu, atau 3 bulan menurut hitungan kalender. Pembagian waktu
ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan bahwa lama kehamilan
kurang lebih 280 hari, 40 minggu, atau 9 bulan sejak hari pertama haid terakhir
(HPHT). Trimester pertama secara umum dipertimbangkan berlangsung pada
minggu pertama hingga ke- 12 (12 minggu), trimester kedua pada minggu ke-13
hingga ke- 27 (15 minggu), dan trimester ketiga pada minggu ke- 28 hingga ke-
40 (13 minggu) (Varney, 2006).
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba Kehamilan adalah pertumbuhan dan
perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan
persalinan. (Dewi dkk,2012).
2.1.2 Standar Pemeriksaan Antenatal Care

       Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal Care sedikitnya 4 kali selama

Kehamilan yaitu menurut buku obstretric :

      1.    1 kali pada Kehamilan Triwulan pertama antara 0 hingga 12 minggu.

      2.    1 kali pada Kehamilan Triwulan kedua antara 13 hingga 27 minggu.

      3.    2 kali pada Kehamilan Triwulan ketiga antara 28 hingga 40 minggu.

2.1.3 Proses Terjadinya Kehamilan

Ovulasi ini normalnya terjadi setiap bulan sesuai siklus menstruasi dan
rata-rata terjadi sekitar dua minggu sebelum periode (siklus) mens
berikutnya.Kenaikan Hormon Setelah telur meninggalkan folikel, folikel
berkembang menjadi sesuatu yang disebut korpus luteum. Korpus luteum
melepaskan hormon yang membantu menebalkan lapisan rahim, untuk
mempersiapkan ketika terjadi proses kehamilan nantinya. Telur Berjalan ke Tuba
Fallopi Setelah telur dilepaskan, ia bergerak ke tuba falopi. Sel telur tinggal di
sana selama sekitar 24 jam, menunggu sel sperma untuk membuahi. Semua ini
terjadi, rata-rata, sekitar dua minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir atau
masa ini disebut juga dengan masa subur. Telur memiliki hanya 12 sampai 24 jam
sedangkan sperma bisa bertahan selama sekitar 72 jam pada saluran reproduksi
wanita. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa masa subur wanita itu lamanya 4
hari, yakni hari ke 12 – 16 dihitung dari hari pertama menstruasi jika sel telur
tidak dibuahi.

Jika tidak ada sperma yang masuk untuk membuahi sel telur, maka tidak
terjadi proses kehamilan dan sel telur akan bergerak menuju rahim (uterus)
kemudian hancur. Kadar hormon yang dihasilkan korpus luteum tadi kembali
normal sehingga lapisan rahim yang menebal tadi menjadi luruh, inilah yang
disebut dengan menstruasi atau haid. Fertilisasi (pembuahan) Jika salah satu sel
sperma masuk ke tuba fallopi dan bertemu sel telur yang telah menanti, maka
terjadilah fertilisasi (pembuahan), proses kehamilan dimulai dari sini. Sel telur
akan mengubah dirinya sehingga tidak ada sperma lain bisa masuk (membuahi).
Pada saat pembuahan, gen bayi dan jenis kelaminnya ditetapkan pada saat itu
juga.Jika yang membuahi sperma yang berkromosom Y, maka jadi anak laki-
laki.Jika yang membuahi berkromosom X, maka jadi anak perempuan. proses
terjadinya pembuahan proses kehamilan : ovulasi, pembuahan, implantasi
Implantasi Telur yang telah dibuahi (zigot) tetap dalam Tuba Fallopi selama
sekitar tiga sampai empat hari, tetapi dalam waktu 24 jam setelah dibuahi, zigot
mulai membelah diri (zigot yang sudah membelah disebut embrio) sangat cepat
menjadi banyak sel. embrio terus membelah ketika bergerak perlahan-lahan
melalui tuba falopi menuju rahim. Ketika sampai rahim embrio akan menempel
dan tertanam dalam dinding rahim yang sudah menebal (lahan subur), inilah yang
disebut implantasi (penanaman). Beberapa wanita mengalami spotting atau sedikit
bercak pendarahan selama satu atau dua hari sekitar waktu implantasi. Lapisan
rahim semakin tebal dan leher rahim disegel oleh plug lendir sampai bayi lahir.

Dalam minggu pertama, hormon yang disebut human chorionic


gonadotropin (hCG) dapat ditemukan dalam darah. Hormon ini dibuat oleh sel-sel
yang akhirnya menjadi plasenta. Hormon beta-hCG inilah yang dideteksi pada tes
pack atau tes kehamilan. Kapan waktu yang tepat melakukan tes kehamilan?
Human Chorionic Gonadotrophin (hCG) adalah hormon kehamilan yang terdapat
dalam darah dan dapat terdeteksi pada urin. Hormon kehamilan ini ada bukan
pada saat terjadinya pembuahan, melainkan diproduksi oleh sel-sel yang
membentuk plasenta. Oleh karena itu, dibutuhkan waktu tiga sampai empat
minggu dari hari pertama haid terakhir untuk mendapatkan kadar hCG yang
cukup tinggi sehingga dapat dideteksi dengan alat tes kehamilan.

No. Usia Kehamilan Tinggi Fundus


1. Pada kehamilan 16 minggu kavum uteri seluruhnya diisi oleh
amnion dimana desidua kapsularis dan
desidua vera (parietalis) telah menjadi
satu. Tinggi fundus uteri terletak antara
pertengahan simphisis dan pusat.
Plasenta telah terbentuk seluruhnya.
2. Pada kehamilan 20 minggu tinggi fundus uteri terletak 2 – 3 jari di
bawah pusat
3. Pada kehamilan 24 minggu tinggi fundus uteri terlatak setinggi
pusat.
4. Pada kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri terletak 2 – 3 jari di
atas pusat.
5. Pada kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri terletak 3 jari di
bawah processus xiphoideus.
6. Pada kehamilan 40 minggu tinggi fundus uteri terletak sama dengan
8 bulan tapi melebar ke samping yaitu
terletak diantara pertengahan pusat dan
processus xiphoideus.

2.1.4 Perubahan-Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil

Kehamilan merupakan peristiwa penting bagi seorang wanita.Kesehatan


wanita sangat ditentukan oleh kesehatan jiwanya.Wanita lebih cepat breaksi
terhadap setiap kondisi yang dihadapinya dibandingkan dengan pria.Oleh karena
itu, kematangan perkembangan emosional dan psikososial sangat diperlukan lagi
seseorang yang berkeinginan untuk mempunyai anak. Kondisi ini akan
mendukung kesanggupannya untuk menyesuaikan diri selama proses
kehamilannya, persalinan, dan menjadi ibu.

Setiap wanita memiliki pengalaman yang berbeda-beda dalam


menjalankan proses kehamilannya. Jangankan individu yang berbeda, suansana
emosional, fisik dan psikososial seseorang antara kehamilan yang pertama dan
keduapun berbeda.

Beberapa wanita akan menyambut kehamilannya dengan gembira. Di lain


pihak, ada yang menyambutnya dengan kecemasan, ketakutan, dan kesedihan.
Dalam kondisi ini, kehamilan merupakan periode yang penuh dengan tekanan
emosional bagi beberapa wanita.

a. Perubahan psikologis pasangan suami istri di awal kehamilan dan


trimester I
Tidak semua wanita menghendaki dirinya hamil. Jika wanita bersangkutan
mengetahui bahwa dirinya hamil, ia akan merasa syok dan menyangkal
kehamilam tersebut. Umumnya, untuk kasus seperti ini para wanita akan
mengambil jalan pintas yaitu dengan menggugurkan kandungannya tanpa
mempertimbangkan moral manusia.

Umumnya reaksi psikologi dan emosional wanita yang pertama kali hamil
ditunjukan dengan adanya rasa kecemasan, ketakutan dan kepanikan.Diantara
mereka ada yang berpikiran bahwa kehamilan merupakan ancaman maut
yang menakutkan dan membahayakan bagi diri mereka. Selain itu
pengalaman hidup dan kebudayaan dia dibesarkan akan mempengaruhi
kondisi psikologinya.

Tentunya hal ini akan mempengaruhi terhadap kehamilannya. Selain itu


calon ayah pun akan merasa khawatir terhadap kondisi istri dan janin yang
dikandungnya. Ia akan berperan aktif dalam memberikan perawatan maupun
pengobatan. Ia akan melindungi istri dan janinnya. Berdasarkan hal tersebut,
beberapa suami akan mengalami gejala yang sama seperti wanita hamil.
Gejala yang mungkin timbul seperti ngidam, lemas, sering sakit.

Pada periode ini hendaknya pasangan suami istri berusaha menerima


kenyataan yang ada.Komunikasi dan saling terbuka merupakan modal utama
untuk membicarakan perasaan masing-masing sehingga kesulitan-kesulitan
yang mungkin timbul dapat diatasi. Salah satu upaya mengatasi perubahan-
perubahan psikologi yang terjadi di awal kehamilan adalah mengikuti kursus
program orang tua dibeberapa rumah sakit yang menyediakan fasilitas
tersebut.

b. Perubahan psikologi ibu pada kehamilan trimester II

Pada periode ini, umumnya wanita hamil sudah bisa menerima


kehamilannya dengan baik. Secara fisik, sang ibu sudah merasakan gerakan
dan detak jantung janin. Akan tetapi, pada periode ini perasaan cemas pun
muncul kembali ketika melihat keadaan perutnya yang bertambah besar, dan
bercak-bercak hitam yang semakin melebar. Perasaan cema muncul karena
mereka mengkhawatirkan penampilannya akan rusak dan merasa takut
suaminya tidak akan mencintai dirinya lagi. Tentunya perasaan ini akan
mengganggu proses kehamilannya. Akan tetapi hal ini jangan dikhawatirkan
karena sebagian besar suami akan menganggap istrinya sanat seksi.

Pada periode ini dukungan suami kepada istri sangat diutuhkan. Kursus
program orang tua harus diikuti terus unuk mempersiapkan ASI ekslusif,
yaitu pemberian ASI saja, tanpa tambahan makanan lain pada bayi 4-6 bulan.
Untuk mengatasi berbagai perubahan psikologi, wanita hamil pun dapat
mengikuti senam hamil. Akan tetapi, sebaiknya berkonsutasi terlebih dahulu
dengan dokter/bidan yang menangani kehamilan untuk mengeahui ada
tidaknya kontra indikasi.

c. Perubahan psikologi ibu pada kehamilan trimester III

Bertambahnya usia kehamilan akan menyebabkan perasaan yang tidak


nyaman dan ingin segera melahirkan. Padaa masa ini, seorang wanita akan
disibukan oleh persiapan-persiapan kebutuhan bayi. Selain itu akan
disibukkan pula oleh pengontrolan kehamilan yang lebih ketat. Menjelang 2
minggu kelahiran bayinya, perasaan ibu sudah tidak sabar ingin melihat dan
menyentuh bayinya.

Pada periode ini sang suami hendaknya memberikan dukungan yang lebih
kepadaa istrinya. Jika kehamilan ini bukan yang pertama kali sang suami
dapat melakukan pendekatan terhadap kakak-kakak “si bayi” agar tidak
tergantung pada ibu sepenuhnya. Dengaan demikian, ibu tidak akan
merasakan khawatir dan memikirkan kondisi putra-putrinya setelah
melahirkan.

Pada periode ini, kecemasan-kecemasan menghadapi persalinan akan


muncul dan mulai dirasakan. Untuk mengatasi perubahan psikologi pada
periode ini, berilah rasa aman pda istri dan dukunglah istri untuk melakukan
berbagai kegiatan, misalnya dengan latihan senam bersama-sama,
menemaninya saat mengontrol kehamilannya dan membantu istri dalam
segala kebutuhannya. Dengan cara ini, akan muncul rasa percaya diri
sehingga sang istri akan memiliki mental yang kuat untuk menghadapi
persalinannya. Selain dari suami, dukungan positif keluarga sangat berarti.

Perubahan psikologis pada kehamilan trimester 3 adalah, rasa sakit tidak


nyaman muncul kembali, ibu khawatir bayi akan lahir sewaktu-waktu dan
dalam kondisi tidak normal, ibu merasa kehilangan perhatian, tidak sabaran
dan merasa gundah, bermimpi dan berkhayal tenang bayinya, aktif
mempersiapkan kelahiran bayi, libido menurun .

( Mandang,Jenni.dkk.2016.Asuhan Kebidanan Kehamilan.Bogor:IN Media )

2.1.5 Diagnosis kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, adalah kira-kira
280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan dibagi
menjadi tiga triwulan, triwulan I dimulai dari konsepsi sampai 12 minggu,
triwulan II dari 12 sampai 28 minggu dan triwulan III dari 28 sampai 40 minggu.

Diagnosis kehamilan dapat ditegakkan dengan riwayat kesehatan dan


pemeriksaan klinis berdasarkan tanda dan gejala kehamilan.

2.1.6 Tanda dan Gejala Kehamilan:

a) Tanda Mungkin Hamil

1. Amenorhea – Wanita tidak datang menstruasi 2 bulan berturut-turut.


2. Nausea (mual) dan emesis (muntah) -Umumnya terjadi pada wanita hamil
mudaumur 6-8 minggu. Mual-mual pada pagi hari disebut morning
sickness. Akibat dari pengaruh hormon progesteron dan estrogen sehingga
pengeluaran asam lambung berlebihan.
3. Mastodynia – Payudara terasa nyeri dan kencang disebabkan payudara
membesar karena pengaruh hormon estrogen pada ductus mammae dan
progesteron pada alveoli.
4. Quickening – Perasaan gerakan janin pada minggu ke 18 atau minggu 20
(primigravida) danumur14 atau 16 minggu pada multi gravida. Gerakan
janin pertama kali dapat digunakan untuk menentukan umur kehamilan.
5. Miksi – Wanita hamil trimester I dan III sering merasakan sering kencing
karena uterus yang gravid mendesak vesica urinaria.
6. Konstipasi – Kesulitan buang air besar karena pengaruh hormone
progesteron yang menghambat peristaltik usus dan karena perubahan pola
makan.
7. Weight gain – Pertambahan berat badan ibu tidak selalu berbanding lurus
dengan pertambahan berat janin. Pertambahan berat badan ibu ada artinya
setelah umur 20 minggu.Umumnya pertambahan berat badan normal
selama kehamilan adalah 8-14 kg.
8. Fatigue – Perasaan lelah pada ibu hamil sulit diterangkan, namun kerja
jantung dirasakan lebih berat pada umur 32 minggu.
9. Nail sign – Umumnya umur 6 minggu wanita hamil mengeluh ujung kuku
lunak dan lebih tipis.
10. Mengidam – Ingin makanan atau minuman tertentu. Hal ini terjadi pada
bulan-bulan pertama.
11. Sinkope (pingsan) – Adanya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
sehingga menyebabkan iskemik susunan saraf pusat.
12. Pigmentasi kulit – Pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, sering
dijumpai pada muka (chloasma gravidarum), dinding perut (striae
gravidarum = suatu perubahan warna seperti jaringan parut), leher dan
sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting susu menonjol,
kelenjar montgomery menonjol, pembuluh darah menifes).
13. Epulis – Hipertropi papilla ginggivae (gusi berdarah).
14. Varises – Pemekaran vena-vena, dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva.
Biasanya dijumpai pada triwulan akhir.

b. Tanda Tidak Pasti Hamil

1. Perut membesar
2. Uterus membesar, sesuai dengan umur kehamilan.
3. Tanda Chadwicks, mukosa vagina berwarna kebiruan karena
hipervaskularisasi hormon estrogen.
4. Discharge, lebih banyak dirasakan wanita hamil. Ini pengaruh hormon
estrogen dan progesteron.
5. Tanda Goodell, portio teraba melunak.
6. Tanda Hegar, isthmus uteri teraba lebih panjang dan lunak.
7. Tanda Piscaseck, pembesaran dan pelunakan pada tempat implantasi.
Biasannya ditemukan saat umur 10 minggu.
8. Teraba ballotement (tanda ada benda mengapung/ melayang dalam cairan),
pada umur 16-20 minggu.
9. Kontraksi Braxton Hicks, kontraksi uterus (perut terasa kencang) tetapi
tidak disertai rasa nyeri.
10. Reaksi kehamilan positif

b) Tanda Pasti Hamil

1. Adanya gerakan janin yang dapat dilihat, dirasakan dan diraba serta
ditemukan bagian-bagian janin.
2. Terdengar denyut jantung janinsecara auskultasi – Dapat didengar dengan
stetoscop monoculer laenec, doppler, alat kardiotograf dan dilihat pada
USG.
3. Terlihat tulang-tulang janin pada foto rontgen – rongten sudah tidak
disarankan.

2.1.7 Standar Minimal Pelayanan Antenatal

A. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan


Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjuangan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau
kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukan adanya gangguan
pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk
menapis adanya pada faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu
hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk terjadinya CPD
(Cephalo Pelvic Disproportion).
B. Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setip kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi ( tekanan darah ≥ 140/90
mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hiopertensi disertai oedema
wajah dan atau tungkai bawah, dan atau proteinuria).
C. Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas atau Lila)
Pengukuran lila hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko kurang energi
kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan
gizi dan telah berlangsung lama ( berapa bulan/ tahun) dimana LILA
kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan
bayi berat lahir rendah (BBLR).
D. Ukur tinggi undus uteri
Pengukuran tinggi undus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak
dengan umur kehamilan. Jika tinggi undus uteti tidak sesuai dengan
umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.
Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah 24 minggu.
E. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk menmgetahui letak janin. Jika pada trimester III
bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke
panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah
lain.
F. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imuinisasi tetanus
toksoid (TT) bila di perlukan
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining
status imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,
disesuai dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal
memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap
infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT long life)
tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.
G. Beri tablet tambah darah (Tablet Besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan
tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet
selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
H. Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium
rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada ibu
hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah dan pemeriksaan spesiik
daerah endermis (malaria, HIV dan lain-lain). Sementara pemeriksaan
laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang
dilakukan atas indikasi pada ibu yang melakukan kunjungan antenatal.
I. Tatalaksana/ penanganan kasus
berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan.
Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai sistem rujukan.
J. Temu wicara ( Konseling)
Temu wicara ( Konseling) dilakukan setiap kunjungan antenatal yang
meliputi:
1. Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya
secara rutin ketenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar
beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10
jam/hari) dan tidak bekerja berat.
2. Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan
selama kehamilan misalnya cuci tangan sebelum makan, mandi 2x
sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah
sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olahraga ringan.
3. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga
terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau
masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi,
transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting apabila
terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera
dibawa kefasilitas kesehata.
4. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda-tanda bahaya baik
selama kehamilan, persalinann, dan nifas misalnya perdarahan pada
hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan
lahir saat nifas, dsb.
Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera
mencari pertolongan ketenga kesehatan.
5. Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan
yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karna hal ini penting
untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.
Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara
rutin untulk mencegah anemia pada kehamilan.
6. Gejala penyakit menular dan tidak menular
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit
menular dan penyakit tidak menular karena dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin.
7. Penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV didaerah
terkonsentrasi HIV/Ibu hamil resiko terinfeksi HIV
Setiap ibu hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera
dikonseling mengenai resiko penularan HIV dari ibu kejaninnya.
Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak
terjadi penularan HIV dari ibu kejanin, namun sebaliknya apabila
ibu hamil tersenut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk
tetap HIV negatif selama kehamilannya, menyusui dst.
8. Inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberikan ASI Eksklusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada
bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat
kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian
ASI dilanjutkan sampai bayi 6 bulan.
9. KB pasca persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan untuk kehamilannya dan agar ibu
punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
10. Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi tetanus toksoid (TT)
untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
Setiap ibu hamil minimal mempunyai status imunisasi T2 agar
terlindung terhadapa infeksi teetanus.
11. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan,
ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan
pemenuhan nutrisi pengungkit ptak (brain booster) secara
bersamaan pada periode kehamilan. (Kemenkes RI 2012).

2.1.8 Langkah-langkah Asuhan Antenatal

Langkah 1 : Tahap Pengumpulah Data Dasar

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat


dan lengkap dari  semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

a. Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat


menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan
nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta pengetahuan klien.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital, meliputi :
1) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan
perkusi )
2) Pemeriksaan penunjang ( laboratorium, radiologi/USG, dan
cacatan terbaru serta catatan sebelumnya ).
Tahap ini  merupakan langkah awal yang akan menentukan
langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang
dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak
dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.
Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan
akurat.
Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.Rumusan
diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan
penanganan.Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian.Masalah juga sering menyertai diagnosis.
Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose
kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :
a) Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
b) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c) Memiliki cirri khas kebidanan.
d) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
e) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Langkah 3: Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan.Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi.Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu
mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi
agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini
benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang
diidentifikasi sudah tepat.

Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera


Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.Data
baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan
tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklampsia,
kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic
yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter.Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi 
baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap
klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang
paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan. Kaji ulang apakah
tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.

Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila
ada  masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau
masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut
sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan
kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak,
yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan
dilakukan klien.

Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggungjawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana
asuha telah dilaksanakan.

Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan
sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen
tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan
tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta
berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut
berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung
pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini
dievaluasi dalam tulisan saja.

2.1.9 Imunisasi Tetanus Toxoid Pada Ibu Hamil

A. Pengertian Imunisasi Tetanus Toxoid

Imunisasi merupakan tindakan preventif yang diperlukan untuk


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status
kesehatan seluruh rakyat.Imunisasi tetanus toksoid adalah proses untuk
membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit
tetanus. Untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) ibu hamil harus
mendapatkan imunisasi tetanus toksoid, sehingga ibu sudah memiliki
antitoksin tetanus dalam tubuh ibu yang akan ditransfer melalui plasenta
yang akan melindungi bayi yang akan dilahirkan dari penyakit tetanus.
Sedangkan Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit
tertentu dan mencegah terjadinya penyakit tertentu dan pemberiannya bisa
berupa vaksin (Syafrudin, dkk, 2011).

Tetanus toksoid merupakan antigen yang aman untuk wanita


hamil.Vaksintetanus toksoid terdiri dari toksoid atau bibit penyakit yang
telah dilemahkan diberikan melalui suntikan vaksin tetanus toksoid kepada
ibu hamil. Dengan demikian, setiap ibu hamil telah mendapat
perlindungan untuk bayi yang akan dilahirkannya terhadap bahaya tetanus
neonatorum (IDAI, 2011).

Waktu Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid

Imunisasi Selang Waktu Lama Perlindungan


TT Minimal
TT1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap penyakit
tetanus
TT2 1 bulan setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 12 bulan setelah 10 tahun
TT3
TT5 12 bulan setelah >25 tahun
TT4

2.1.10 Tanda-tanda Bahaya pada Ibu Hamil Trimester III


Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan
adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal,
yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu.
Macam-macam tanda bahaya kehamilan adalah:
a. Perdarahan pervaginam
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang
merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri.Perdarahan
ini dapat berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik.Pada
kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak,
dan kadang-kadang tidak selalu disertai dengan rasa nyeri.Perdarahan
semacam ini berarti plasenta previa atau abrupsio plasenta.
b. Keluar air ketuban sebelum waktunya
Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi sebelum
persalinan berlangsung yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor
tersebut, juga karena adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
servik dan penilaiannya ditentukan dengan adanya cairan ketuban di
vagina.
c. Demam tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan
merupakan suatu masalah.Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya
infeksi dalam kehamilan. Penanganan demam antara lain dengan istirahat
baring, minum banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu.
d. Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak
hilang setelah istirahat. Hal ini bisa berarti appendiksitis, kehamilan
ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan pre term, gastritis,
penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsio plasenta, infeksi saluran
kemih atau infeksi lainnya.

e. Sakit kepala yang hebat


Sakit kepala biasa terjadi selama kehamilan dan seringkali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.Sakit kepala yang
menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang
menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.Kadang-kadang dengan sakit
kepala yang hebat tersebut, penglihatan ibu menjadi kabur atau
berbayang.Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
pre-eklampsia.

f. Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1


jam)
Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6.
Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum
dengan baik.

g. Selaput kelopak mata pucat


Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan
hemoglobin di bawah 11gr% pada trimester I dan III, <10,5 gr % pada
trimester II. Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya saling berinteraksi. Anemia
adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Tingkatan anemia:
a) Kadar Hb 10,00 gr%-13,00 gr% disebut anemia ringan sekali
b) Kadar Hb 8,00 gr% - 9,90 gr% disebut anemia ringan.
c) Kadar Hb 6,00 gr% - 7,90 gr% disebut anemia sedang.
d) Kadar Hb <6,00 gr% disebut anemia berat.

Penyebab umum dari anemia:


a) Perdarahan hebat
- Akut: kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah pembuluh
darah.
- Kronis: perdarahan hidung, wasir, ulkus peptikum, kanker atau
polip di saluran pencernaan, tumor ginjal atau kandung kemih,
perdarahan menstruasi yang banyak.

b) Berkurangnya pembentukan sel darah merah


-     Kekurangan zat besi
-     Kekurangan vitamin  B12
-     Kekurangan asam folat
-     Kekurangan vitamin C
-     Penyakit kronik
c) Meningkatnya penghancuran sel darah merah
-     Pembesaran limfa
-     Kerusakan mekanik pada sel darah merah
-     Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
-     Penyakit sel sabit
-     Thalasemia

Dampak Terhadap Kehamilan


 Abortus
 Parturs prematurus
 Pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat (IUGR)
perdarahan antepartum
 IUFD
 Hiperemesis gravidarum
 Mola hidatidosa
 Ketuban pecah dini (KPD)

2.2. Intranatal Care


2.2.1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran
plasenta.penyebab awitan persalinan spontan tidak diketahui, walaupun sejumlah
teori menarik telah dikembangkan dan profesional perawatan kesehatan
mengetahui cara menginduksi persalinan pada konsisi tertentu.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong
keluar melalui jlan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibi maupun pada janin.( Sarwono: 2013).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin.

2.2.2. Etiologi
Faktor Hormonal yang menyebabkan persalinan

A. Rasio estrogen terhadap progesterone

Progesterone menghambat kontraksi uterus selama kehamilan, sehingga


ekspulsi fetus tidak terjadi.Sedangkan estrogen dapat meningkatkan kontraksi
uterus karena estrogen meningkatkan jumlah taut celah (gap junction) antar
sel-sel otot polos uterus yang berdekatan.Dalam kehamilan estrogen dan
progesterone di ekresikan dalam jumlah yang secara progresif terus
meningkat dari bulan kebulan.Tetpi mulai bulan ke 7 dan seterusnya estrogen
terus meningkat tetapi progesterone tetap konstan atau mungkin sedikit
menurun. Oleh karena itu diduga bahwa rasio estrogen dan progesterone yang
menyebabkan terjadinya persalinan

B. Pengaruh oksitosin pada uteus

Oksitosin merupakan suatu hormone yang dihasilkan oleh neuro hipofisis


(hipofisis posterior) yang dapat menyebabkan kontraksi uterus.

Yaitu dimana terjadi :

1. Otot-otot uterus meningkat reseptor-reseptor oksitosin dan meningkatnya


respin terhadap oksitosin

2. Kecepatan sekresi oksitosin oleh neurohipofisis meningkat pada waktu


persalinan

3. Reganga serviks atau iritasi serviks pada waktu persalinan dapat


menyebabkan reflek neurogenic yang mengakibatkan neurohipofisis
meningkatkan sekresi oksitosinnya

2.2.3. Mekanisme Persalinan


Mekanisme persalinan terdiri dari suatu gabungan gerakan-gerakan yang
berlangsung pada saat yang sama. Misalnya, sebagai bagian dari proses
engagement terjadi fleksi dan penurunan kepala.Gerakan-gerakan tersebut tidak
mungkin diselesaikan bila bagian terbawah janin tidak turun secara bersamaan.
Seiring dengan itu, kontraksi uterus menghasilkan modifikasi penting pada sikap
atau habitus janin, terutama setelah kepala turun ke dalam panggul.

Gambar 13.Gerakan-gerakan utama kepala pada persalinan

1. Engagement

Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal-diameter transversal


kepala janin pada presentasi oksiput untuk melewati pintu atas panggul
disebut sebagai engagement. Fenomena ini terjadi pada minggu-minggu
terakhir kehamilan.Turunnya kepala dapat dibagi menjadi masuknya kepala
ke dalam pintu atas panggul dan majunya kepala.
Gambar 14. Pengukuran engagement

Pembagian ini terutama berlaku bagi primigravida.Masuknya kepala ke


dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir
kehamilan.Tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya terjadi dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan.

2. Sinklitisme

Peristiwa yang terjadi adalah sinklitismus. Pada presentasi belakang


kepala, engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah melewati pintu
atas panggul. Kepala paling sering masuk dengan sutura sagitalis
melintang.Ubun-ubun kecil kiri melintang merupakan posisi yang paling sering
kita temukan.Apabila diameter biparietal tersebut sejajar dengan bidang panggul,
kepala berada dalam sinklitisme.

Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul bagian


depan dan belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila uterus tegak
lurus terhadap pintu atas panggul dan panggulnya luas. Jika keadaan tersebut
tidak tercapai, kepala berada dalam keadaanasinklitisme.
3. Asinklitisme

A. Asinklitisme anterior

Menurut Naegele ialah arah sumbu kepala membuat sudut lancip


ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula terjadi asinklitismus
posterior yang menurut Litzman ialah apabila keadaan sebaliknya dari
asinklitismus anterior.

B. Asinklitismus posterior
Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal,
namun jika derajat berat, gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi
sefalopelvik pada panggul yang berukuran normal sekalipun. Perubahan
yang berturut-turut dari asinklitismus posterior ke anterior mempermudah
desensus dengan memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan
memanfaatkan daerah-daerah yang paling luas di rongga panggul

4. Descens (penurunan kepala)

Hal ini merupakan syarat utama kelahiran bayi.Pada wanita


nulipara, engagement dapat terjadi sebelum awitan persalinan dan
desensus lebih lanjut mungkin belum terjadi sampai dimulainya persalinan
kala dua. Pada wanita multipara, desensus biasanya mulai bersamaan
dengan engagement. Descens terjadi akibat satu atau lebih dari empat gaya

a. Tekanan cairan amnion

b. Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi

c. Usaha mengejan yang menggunakan otot-otot abdomen

d. Ekstensi dan pelurusan badan janin

5. Fleksi

Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul,


atau dasar panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu
mendekat ke dada janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih
pendek menggantikan diameter oksipitofrontal yang lebih panjang
Gambar 18.Proses Fleksi

Gambar 19. Empat derajat fleksi kepala (A).Fleksi buruk, (B). Fleksi


sedang, (C)Fleksi lebih lanjut, (D) Fleksi lengkap

6. Rotasi Interna
( Putaran Paksi Dalam)

Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah pemutaran


bagian depan sedemikianrupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan, ke bawahsimfisis. Pada presentasi belakang kepala,
bagian yang terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah
yang akan memutar ke depan, ke bawah simfisis.

Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, kar
ena putaran paksimerupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir,khususnya bentuk bidang tengah dan
pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidakterjadi tersendiri, tetapi
selalu bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadisebelum kepala
sampai ke Hodge III kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampaidi
dasar panggul

Gambar 20. Mekanisme persalinan pada posisi oksiput anterior kiri

Gambar 21. Mekanisme persalinan untuk ubun-ubun kecil kiri lintang:


(A)
Asinklitismus posterior pada tepi panggul diikuti fleksi lateral, menyebabk
an (B) asinklitismus anterior, (C) Engagement,(D) Rotasi dan ekstensi.

Sebab-Sebab Putaran Paksi Dalam Yakni :


a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
dari kepala

b. Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu
di sebelahdepan atas tempat terdapatnya hiatus genitalis antara antara
musculus levator anikiri dan kanan.

c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter


anteroposterior

7. Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul


terjadilah ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.

Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala akan tertekan pada perineum


dan menembusnya. Pada kepala, bekerja dua kekuatan yang satu
mendesaknya ke bawah, dan yang satunya disebabkan oleh tahanan dasar
panggul yang menolaknya ke atas. Resultannya ialah kekuatan ke arah
depan atas

8. Rotasi Eksterna (putaran paksi luar)

Setelah kepala lahir, belakang kepala anak memutar kembali kea


rah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi
karena putaran paksi dalam.Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran
balasan : putaran paksi luar).

Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala


berhadapan dengan tuber ischiadicum sesisi. Gerakan yang terakhir ini
adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran
bahu menempatkan diri dalam diameter anteroposterior pintu bawah
panggul
9. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis


dan menjadihipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu
depan menyusuL danselanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan
paksi jalan lahir.
2.2.4. Tahap Persalinan
Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi
yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar
melakui jalan lahir. Banyak energi dikeluarkan pada waktu ini. Oleh
karena itu, penggunaan istilah in labor (kerja keras) dimaksudkan untuk
menggambarkan proses ini. Kontraksi miometrium pada persalinan terasa
nyeri sehingga istilah nyeri persalinan digunakan untuk mendeskripsikan
proses ini.

Persalinan aktif dibagi menjadi empat kala yang berbeda. Kala satu
persalinan mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi,
intensitas, dan duradi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan
dilatasi serviks yang progresif.Kala satu persalinan selesai ketika dilatasi
serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga memungkinkan
kepala janin lewat.Oleh karena itu, kala satu persalinan disebut stadium
pendataran dan dilatasi serviks.

Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap,


dan berakhir ketika janin sudah lahir.Kala dua persalinan disebut juga
sebagai stadium eksplusi janin.Kala tiga persalinan dimulai segera setelah
janin lahir, dan berakhir dengan lahirnya placenta dan selaput ketuban
janin.Kala tiga persalinan disebut juga sebagai stadium pemisahan dan
ekspulsi plasenta.Kala empat dimulai dari keluarnya placenta sampai
keadaan ibu postprartum menjadi stabil.

Persalinan Kala Satu

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang


teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase,
yaitu:

a. Fase laten ada kala satu persalinan


Fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang menimbulkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks
membuka kurang dari 4 cm ada umumnya fase laten berlangsung hingga 8
jam.

b. Fase aktif pada satu persalinan

Fase aktif adalah frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi tida
kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih, uterus mengeras waktu kontraksi, serviks membuka. Dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengka atau 10 cm, akan
terjadi dengan keceatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Pada fase aktif kala II terjadi
penurunan bagian terendah janin tidak boleh berlangsung lebih dari 6 jam.

Fase aktif dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Fase akselerasi. Ada primigravida pembukaan serviks bertambah dari 3 cm


menjadi 4 cm dalam waktu sekitar 2 jam

b. Fase dilatasi maksimal. Pembukaan serviks berlangsung lebih cepat, yaitu


4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam.

c. Fase deselerasi. Pembukaan serviks melambat dari 9 cm menjadi lengka


dalam waktu 2 jam.

Kala satu berlangsung dari permulaan persalinan sungguhan


sampai pembukaan lengkap.Kontraksinya hilang-timbul dan dirasakan
nyeri, dan melalui dinding perut tangan dengan mudah meraba uterus yang
menjadi keras.Dengan semakin lanjutnya persalinan his menjadi lebih
teratur dan lebih kuat. Umumnya mula-mula dirasakan nyeri di belakang
dan mejalar ke depan abdomen dan paha atas.

Pendataran Serviks
Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran
serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya muara melingkar denga
tepi hampir setipis kertas. Proses ini disebut sebagai pendataran
(effacement) dan terjadi dari atas kebawah.

Serabut-serabut otot setinggi os serviks internum ditarik ke atas,


ataiu dipendekkan, menuju segmen bawah uterus, sementara kondisi os
eksternum untuk sementara tetap tidak berubah.Pinggiran os internum
ditarik ke atas beberapa sentimeter sampai menjadi bagian (baik secara
anatomik maupun fungional) dari segmen bawah uterus.

Pemendekan dapat dibandingkan dengan suatu proses


pembentukkan terowongan yang mengubah seluruh panjang sebuah
tabung yang sempit menjadi corong yang sangat tumpul dan mengembang
dengan lubang keluar melingkar kecil. Sebagai hasil dari aktivitas
miometrium yang meingkat sepanjang persiapan uterus untuk persalinan,
pendataran sempurna ada serviks yang lunak kadangkala telah selesai
sebelum persalinan aktif dimulai.Pendataran menyebabkan ekspulsi
sumbat mukus ketika saluran serviks memendek.

Dilatasi serviks

Jika dibandingkan dengan korpus uteri, segmen bawah uterus dan


serviks merupakan daerah yang resistensinya lebih kecil.Oleh karena itu,
selama terjadi kontraksi, struktur-struktur ini mengalami peregangan, yang
dalam prosesnya serviks mengalami tarikan sentrifugal. Ketika kontraksi
uterus menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik
kantong amnion akan melebarkan saluran serviks.

Bila selaput ketuban sudah pecah, tekanan pada bagian terbawah


janin terhadap serviks dan segmen bawah uterus juda dama
efektifnya.Selaput ketuban yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi
serviks selama bagian terbawah janin berasa pada posisi meneruskan
tekanan terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Proses pendataran dan
dilatasi serviks ini menyebabkan pembentukan kantong cairan amnion di
depan kepala.

Persalinan Kala Dua

Persalianan kala dua berlangsung dari akhir kala satu, yaitu setelah
pembukaan lengkap, sampai lahirnya bayi.Pada kala satu sebelum pasien
memasuki kala dua, kontraksi uterys menjadi lebih sering dan diikuti
dengan rasa nyeri yang paling hebat selama persalinan.Begitu samai pada
kala dua maka rasa nyerinya berkurang.

Ada petunjuk-petunjuk klinis dimulainya kala dua:

1. Lendir darah menjadi lebih banyak.

2. Pasien ingin mengejan setiap ada kontraksi.

3. Ia merasakan tekanan pad rectum disertai rasa seperti mau berak.

4. Vulva membuka dan perineum menonjol.

Gejala-gejala ini tidaklah pasti, dan keadaan cervix serta bagian


terendah janin harus ditentukan dengan pemeriksaan rectal.

Posisi Untuk Bersalin

Posisi Sim atau Lateral Kiri: Posisi Sim atau Lateral Kiri adalah yang
terbaik apabila persalinan dilakukan di temat tidur psien di rumah.
Keuntungannya antara lain adalah:

1. Pasien merasa enak dan bebas selama persalinan.

2. Tekanan uterus hamil pada vena cava inferior yang kadang-kadang


mengakibatkan supine hypotensive syndrome dikurangi.

3. Memudahkan drainage pharynx kalau pasien muntah.

4. Usaha hejan perut lebih dapat dikontrol dengan baik, memungkinkan


lahirnya kepala dengan pelahan-lahan dan robekan perineium lebih
sedikit.
Tetapi posisi ini menyebabkan pengelolaan kala tiganya sukar, dan
laserasi cervix dan vagina tidak mudah dicapai untuk diperbaiki kembali.

Posisi Dorsal. Pada posisi dorsal pasien berbaring terlentang di atas


tempat tidur atau meja, dengan kedua lutut di tekuk.Posisi ini mendekati
posisi jongkok primitif dan memungkinkan pasien mengejan lebih kuat.

Posisi Lithiothomi. Posisi lithotomi adalah terbaik. Disini pasien


berbaring terlentang dengan kedua kakinya diletakkan pada penyangga
dan pantat dekat dengan tepi bawah meja. Pasien dalam posisi yang ideal
bagi penolongnya untuk mengatasi setiap komplikasi yang mungkin
terjadi.
Persalinan Kala III

Kala III diawali dengan lahirnya bayi dari uterus dan diakhiri
dengan kelurnya plasenta. Proses ini biasanya berakhir hanya beberapa
menit baik pada multipara maupun primipara

Lahirnya placenta terjadi dalam dua tahap; (1) pelepasan placenta


dari dinding uterus ke dalam segmen bawah rahim dan/atau vagina, dan
(2) pengeluaran placenta yang sesungguhnya dari jalan lahir.

a. Pelepasan plasenta

b. Pengeluaran plasenta

Pemisahan/pelepasan plasenta terjadi karena adanya kontraksi,


yang dimulai kembali setelah berhenti sejenak menyusul kelahiran bayi.
Setalah bayi lahir, kontraksi berikutnya akan menyusul setiap 4-5 menit
hingga plasenta lepas dan keluar. Setelah itu uterus yang telah kosong
akan berkontraksi atas dirinya sendiri jika tonus ototnya bagus.

Pelepasan maupun pengeluaran plasenta terjadi karena adanya


kontraksi, yang dimulai kembali setelah berhenti sejenak menyusul
kelahiran bayi.Kontraksi terjadi setiap 4-5 menit hingga plasenta lepas dan
dikeluarkan.

Mekanisme Pelepasan Plasenta

Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi


mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya
bayi.Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan plasenta semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat,
menebal dan kemudian terlepas dari dinding uterus.
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di
bawah ini

a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus


berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawa
pusat.Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,
uterus berbentuk segitida atau seperti buah pear atau alpukat dan
fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).

b. Tali pusat memanjang

Tali pusat menjulur keluar melalui vulva

c. Semburan darah mendadak dan singkat

darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu


mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang diantara dinding
uterus dan permukaan dalam plasental melebihi kapasitas
tampungannya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang
terlepas.

Cara Ekstruksi Plasenta

Plasenta yang mengalami inversi dan dibebani oleh hematoma


akan turun. Karena membran yang disekitarnya menempel kaku pada
desidua, plasenta hanya dapat turun dengan menyeret membran secara
perlahan-lahan; kemudian membran-membran tersebut mengelupas bagian
perifernya. Akibatnya, kantong yang terbentuk oleh membran tersebut
mengalami inversi, dan yang muncul di vulva adalam amnion yang
mengilap di atas permukaan plasenta atau di dalam kantong iversun. Pasa
proses ini dikenal sebagai cara pelepasan plasenta mekanisme Schultze,
darah dari tempat plasenta tercurah ke salam kantong iversi tersebut dan
tidak mengalir keluar sampai setelah ekstrusi plasenta.

Cara ekstrusi plasenta yang lain dikenal sebagai mekanisme


Duncan, yakni pemisahan plasenta pertama kali terjadi di perifer, dengan
akibat darah mengumpul diantara membran dinding uterus dan keluar dari
plasenta. Pada situasi ini, plasenta turun ke vagina secara menyamping,
dan permukaan ibu adalah yang pertama kali terlihat di vulva.

Perasat-perasat untuk mengetahui Lepasnya Plasenta

a. Perasat Kustner

Tangan kanan meregangkan tali pusat, tangan kiri menekan daerah


diatas simpisis, bila tali pusat tertarik kedalam berarti plasenta belum
lepas.Bila tali pusat tidak tertarik masuk kedalam berarti plasenta telah
lepas.
b. Perasat Strassman

Tangan kanan meregangkan tali pusat, tangan kiri mengetok-ngetok


fundus uteri, bila getaran terasa pada tali pusat berarti plasenta belum
lepas, bila tidak terasa getaran berarti plasenta telah lepas.

c. Perasat Klein

Ibu disuruh mengedan sedikit, maka tampak tali pusat turun kebawah,
kemudian diminta berhenti, bila tali pusat tertarik kedalam berarti
plasenta belum lepas dan bila tidak tertarik kedalam berarti plasenta
telah lepas.

Manajemen Aktif Kala III

Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi


uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu setiap kala,
mencegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah kala III
persalinanjika dibandingkan kala III fisiologis.Sebagian besar kasus
kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan di mana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan
retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan
manajemen aktif kala III.

Manajemen aktif kala III terdiri atas tiga langkah utama, yaitu sebagai
berikut:
1. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
3. Masase fundus uteri.

1. Pemberian Suntikan Oksitosin


Oksitosin 10 IU secara IM dapat diberikan dalam setelah bayi lahir
apabila telah dipastikan tidak terdapat bayi ke-2 dan dapat diulangi setelah
15 menit jika plasenta belum lahir.Berikan oksitosin 10 IU secara IM pada
1/3 bawah paha kanan bagian luar.

2. Penegangan Tali Pusat Terkendali

a. Tempatkan klem pada ujung tali pusat ±5 cm dari vulva

b. Pantaulah tanda-tanda plasenta, letakkan satu tangan di atas fundus


uteri untuk meraba apakah sudah ada kontraksi atau perubahan
pada uterus. Jangan lakukan penegangan tali pusat bila tidak ada
tanda-tanda pelepasan plasenta.

c. Plasenta dilahirkan dengan peregangan tali pusat terkendali dengan


kontra peregangan pada fundus (dorso kranial).

d. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi


kembali (sekitar 2-3 menit) untuk mengulangi PTT.

e. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur)
regangkan tali pusat kearah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial
hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas
menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.

f. Anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melaui


introitus vagina. Regangkan tali pusat sejajar lantai (mengikuti
poros jalan lahir).
g. Lahirkan plasenta dengan peregangan yang lembut, bergerak
mengikuti kurve jalan lahir, dengan sedikit kearah posterior dan
kemudian menuju anterior ibu. Ketika plasenta muncul dan keluar
dari vulva, pegang plasenta sambil dengan lembut menuntunnya
keluar dari introitus dan memutarnya untuk mencegah robekan
membran.

3. Rangsangan taktil (Masase) Fundus Uteri

Segera setelah plasenta dan membran dilahirakan, dengan


perlahan tapi kokoh melakukan massage uterus dengan cara
menggosok uterus pada abdomen dengan gerakan melingkar
(sirkuler) untuk menjaga agar uterus tetap keras dan berkontraksi
dengan baik serta untuk mendorong setiap gumpalan darah agar
keluar.

Sementara tangan kiri melakukan masage uterus, periksalah


plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa kotiledon
dan membran sudah lengkap (seluruh lobus dibagian maternal
harus ada dan bersatu/uruh, tidak boleh ada ketidakaturan pada
bagian pinggir-pinggirnya, jika hal tersebut ada, berarti
menandakan ada sebagian fragmen plasenta yang tertinggal).

Persalinan Kala IV

Kala IV dimulai dari keluarnya placenta sampai keadaa ibu


postpartum menjadi stabil. Kala dimaksudkan untuk melakukan observasi
karena perdarahan postpartum sering terjadi pada 2 jam pertama.Pasien
tetap di kamar bersalin selama 1 jam dibawah pengawasa ketat. Diperiksa
kalau ada perdarahan; tekanan darahnya diukur dan nadinya dihitung. Kala
III dan jam berikutnya lebih berbahaya untuk ibu daripada waktu-waktu
lainnya. Observasi yang dilakukan pada kala IV adalah:

a. Tingkat kesadaran penderita.

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernapasan.


c. Kontraksi uterus.

d. Terjadinya perdarahan.

Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400


sampai 500cc.

2.2.5. Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama kehamilan. Tujuan utama
penggunaan partograf adalah untuk :

1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan ersalinan dan

2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan


demikian, juga daat dilaksanakan deteksi secara dini, setiap kemungkinan
terjadinya partus lama.

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu


penolong persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin,
asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran, serta menggunakan
informasi yang tercatat, sehingga secara dini mengidentifikasikan adanya penyulit
persalinan, dan mebuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.

Penggunaan partograf

Partograf harus digunakan untuk (1) semua ibu dalam fase aktif satu
persalinan sampai dengan kelahiran bayi, sebagai elemen penting asuhan
persalinan; (2) semua tempat pelayanan persalinan (rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain; (3) semua penolong persalinan
memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis
Obstetri dan Ginekologi, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa
Kedokteran).

Halaman Depan Partograf


Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada
fase aktif persalinan; dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil
pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk:

a. Informasi tentang Ibu:

 Nama, Umur;

 Gravida, Para, Abortus (keguguran);

 Nomor catatan medik/nomor Puskesmas;

 Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah; tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu).

b. Waktu pecahnya selaput ketuban

c. Kondisi Janin:

 DJJ (denyut jantung janin);

 Warna dan adanya air ketuban;

 Penyusupan (molase) kepala janin.

d. Kemajuan Persalinan:

 Pembukaan serviks;

 Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin;

 Garis waspada dan garis bertindak

e. Jam dan Waktu:

 Waktu mulainya fase aktif persalinan;

 Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

f. Kontraksi Uterus:
 Frekuensi dan lamanya.

g. Obat-obatan dan Cairan yang diberikan:

 Oksitoksin;

 Obat-obatan lainnya dan cairan I.V. yang diberikan.

h. Kondisi Ibu:

 Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh;

 Urin (volume, aseton, atau protein).

i. Asuhan, Pengamatan dan Keputusan Klinik lainnya (dicatat dalam kolom


tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Cara Pengisian Halaman Depan Partograf

Informasi Tentang Ibu

Lengkapi bagian awal atas partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai “jam” pada
partograf) dan diperhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten
persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.

Kesehatan dan Kenyaman Janin

Kolom, lajur, dan skala angka ada partograf adalah untuk pencatatan
denyut jantung janin (DJJ), air ketuban, dan penyusupan tulang kepala
janin.

a. Denyut Jantung Janin

Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih
seirng jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini,
menujukkan waktu 30 menit.Skala angka disebalah kolom paling kiri
menunjukkan DJJ.Catat DJJ dengan memberi tanda titik ada garis yang
sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.Kemudian hubungan titik
yang satu dengan titik lainnya dengan garis yang tidak terputus.

Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka
180 dan 100.Akan tetapi, penolong harus waspada bila DJJ di bawah 120
atau di atas 160.Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang
tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.

b. Warna dan Adanya Air Ketuban

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuba pecah.Catat temuan-temuan dalam
kotak yang sesuai di bawah laju DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut:

U: ketuban utuh (belum pecah).

J :ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.


M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium.

D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercamur darah.

K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”).

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menujukkan gawat


janin.Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk
mengenali tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180
kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai.Akan
tetapi, jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat byang
memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetrik dan bayi baru lahir.

c. Molase (Penyusupan Tulang Kepala Janin)

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala


bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang
kepala yang saling menyusu atau tumpang tindih, menunjukkan
kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (Cephalo Pelvic
Disproportion – CPD). Apabila ada dugaan diproporsi tulang panggul,
penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan
persalinan.Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu
dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang
memadai.

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala


janin.Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air
ketuban.Gunakan lambang-lambang berikut.

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat


dipalpasi.

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat


dipisahkan.
3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.

Kemajuan Persalinan

Kolom dan jalur kedua partograf adalah untuk pencatatan kemjuan


persalinan.Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah
besanya dilatasi serviks. Tiap angka mempunyai jalur dan kotak yang lain
pada jalur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm
skala 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin. Tiap
kontak ini menyatakan waktu 30 menit.

d. Pembukaan serviks

Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian


Pemeriksaan Fisik, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih
sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).Saat ibu berada di fase
aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan setiap
pemeriksaan.Tanda “X” harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan
jalur besarnya pembukaan serviks.Beri tanda untuk temuan-temuan dari
pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama masa fase aktif
persalinan di garis waspada.Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan
dengan garis utuh.

e. Garis Waspada dan Garis Bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir


pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi.Pencatatan
selama fase aktf persalinan dimulai di garis waspada.Jika pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan ≤1
cm/jam), maka harus dipertimbangkan maka harus dipertimbangkan
adanya penyulit.Garis bertindak sejajar dengan garis waspada.Jika
pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, menunjukkan
perlu dilakukan tindakan untuk menyelasaikan persalinan.Sebaiknya ibu
berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
Jam dan Waktu

f. Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan

Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan)


tertera kotak-kotak diber angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu
jam dimulainya fase aktif persalinan.

g. Waktu Aktual Saat Pemeriksaan Dilakukan

Di bawah lajur kotak untuk waktu dimulainya fase aktif, tertera


kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
Setiap kotak menyatakan satu jam penuh. Saat ibu masuk dalam fase aktif
persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian
catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.

Kontraksi Uterus

Dibawah lajur waktu partograf terdapat kotak dengan tulisan


“kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri.Setiap kotak
menyatakan menyatakan satu kontraksi.Setaip 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraski dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan
detik.

Nyatakan lama kontraksi dengan:

Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang


lamanya <20 detik

Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi


yang lamanya 20-40 detik.

Isi Apenuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang


lamanya ≥40 detik.
Obat-obatan dan Cairan yang Diberikan

Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak


untuk mencatat okstosin, obat-obat lainnya, dan carian I.V.

h. Oksitosim

Jika tetesan (drip) oksitoksin sudah dimulai, dokumentasikan setiap


30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan I.V. dan
dalam satuan tetesan permenit.

i. Obat-obatan lain dan Cairan I.V.

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan I.V.


dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

Kesehatan dan Kenyamanan Ibu

Bagian terakhir pada lembar depan partograf ini berkaitan dengan


kesehatan dan kenyamanan ibu.

j. Nadi, Tekanan Darah dan Temperatur Tubuh

Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu:

1) Nilai dan catat nadi ibu setia 30 menit selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada
kolom waktu yang sesuai (●);

2) Nilai dan catat tekanan darh ibu setiap 4 jam fase persalinan (lebih
sering jika dianggap adanya penyulit). Beri tanda panah pada
partograf pada kolom waktu yang sesuai: ↕

3) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat atau
dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tuuh dlaam
kotak yang sesuai.
k. Volume Urin, Protein, atau Aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam
(setiap kali berkemih). Jika memungkinkan saat ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.

Lembar Belakang Partograf

Halaman belakang partograf, merupakan bagian untuk mencatat


hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-
tindkan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk
bayi baru lahir). Oleh karena itu bagian ini disebut Catatan Persalinan.

Nilai dan catat asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas
terutama persalinan kala IV untuk memungkinkan pertolongan persalinan
mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik, terutama
pada pemantauan kala Iv (mencegah terjadinya perdarahan pasca
persalinan). Selain itu, catatatn persalinan (yang sudah diisi dengan
lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh
mana telah dilakukan pelaksaan asuhan persalinan yang bersih dan aman.
Catatan persalinan adalah terdiri ata unsusr-unsur berikut.

a. Data dasar

b. Kala I

c. Kala II

d. Kala III

e. Bayi baru lahir

f. Kala IV

Cara Pengisian Lembar Belakang Partograf

Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap
pemeriksaa, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan
selesai. Adapun cara pengisian catata persalinan pada lembar belakang partograf
secara lebih rinci dan disampaikan sebagai berikut:
Data Dasar

Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamt
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendampingan
pada saat merujuk. Isi data pada tiap tempat yang telah disediakan atau dengan
cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan no.5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan no. 8,
jawaban bisa lebih daro satu.Data dasar yang perlu dipenuhi adalah sebagai
berikut:

Kala I

Kala I terdiri atas pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati


garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil
penatalaksaan tersebut.Untuk pertanyaan no. 9, lingkari jawaban yang
sesuai.Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam
persalinan.

Pertanyaan Kala I adalah sebagai berikut.

Kala II

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia


bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.Beri tanda “√” pada kotak
di samping jawaban yang sesai.Untuk pertanyaan no. 13, jika jawabannya “Ya”,
tulis indikasinya, sedangkan untuk no. 15 dan 16 jawabannya “Ya”, isi jenis
tindakan yang telah dilakukan.Untuk pertanyaan no.14, jawaban bisa lebih dari 1,
sedangkan untuk ‘masalah lain’ hanya diisi apabila terdapat msalah lain pada Kala
II.

Pertanyaan-pertanyaan pada Kala II adalah sebagai berikut.

Kala III

Kala III terdiri atas lama Kala III, pemberian oksitosin,


penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri, kelengkapan
plasenta, retensio plasenta > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah
perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.Isi jawaban
pada tempat yang disediakan dan diberi tanda pada kotak di samping
jawaban yang sesuai. Untuk no. 25, 26, dan 28 lingkari jawaban yang
benar.

Pertanyaan pada Kala III adalah sebagai berikut.


Bayi baru lahir.

Informasi bayi baru lahir berisi atas berat dan panjang badan, jenis
kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta
tatalaksana terpilih dan hasilnya.Isi jawaban pada tempat yang disediakan
serta beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.Untuk
pertanyaan no. 36 dan 37 lingkari jawaban yang sesuai, sedangkan untuk
no .38 jawaban bisa lebih dari 1. Pertanyaan mengenai Bayi Baru Lahir
adalah sebagai berikut.
Kala IV

Kala IV berisi tentang tekanan darah, nasi, duhu, tinggi fundus, kontraksi
uters, kandung kemih, dan perdarahan.Pemantauan kala IV ini sangat
penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi
perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan
setiap 15 menit pada satu jam pertama dan 30 menit pada satu jam
berikutnya setelah persalinan. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah pada kala IV pada
telah yang telah disediakan.
2.2.6. Asuhan Persalinan Normal
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komlikasi
terutama perdarahan pascapersalinan, hiotermia, dan asfiksia bayi baru
lahir.Sementara itu, fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi.Hal
ini meruakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani
komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan
mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini
sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir.Penyesuaian ini sangat penting dalam upata menurunkan angka kematian ibu
dan bayi baru lahir.Hal ini dikarenakan sebagian besar persalinan di Indonesia
masih terjadi di tingkat pelayanan primer dengan penguasaan keterampilan dan
pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayan tersebut masih belum
memadai.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melaui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengka serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
Kegiatan yang tercakup dalam asuhan persalinan normal, adalah sebagai
berikut.
1. Secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan
infeksi, misalnya mencuci tangan secara rutin, menggunakan sarung
tanga sesuai dengan yang diharapkan, menjaga lingkungan yang bersih
bagi proses persalinan dan kelahiran bayi, serta menetapkan standar
proses peralatan.

2. Memberikan asuhan rutindan pemantauan selama persalinan dan setelah


bayi lahir, termasuk penggunaan partograf. Partograf digunakan sebagai
alat bantu untuk membuat suat keputusan klinik, berkaitan dengan
pengenalan dini komlikasi yang mungkin terjadi dan memilih tindakan
yang paling sesuai.
3. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan,
pascapersalinan, dan nifas, termasuk menjelaskan kepada ibu dan
keluarganya mengenai proses kelahiran bayi dan meminta para suami
dan kerabat untuk turut berpartisipasi dalam proses persalinan dan
kelahiran bayi.

4. Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau melahirkan bayi.

5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya, seperti


episiotomi rutin, amniotomi, kateterisasi, dan penghisapan lenfir secara
rutinsebgai upaya untuk mencegah perdarahan persalinan.

6. Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk mengeringkan dan


menghangatkan tubuh bayi, memberi ASI secara dini, mengenal sejak
dini komlikasi pascapersalinan dan melakukan tindakan yang
bermanfaat secara rutin.

7. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir, termasuk
dalam masa nifas dini secara rutin. Asuhan ini akan memastikan ibu dan
bayinya berada dalam kondisi aman dan nyaman, mengenal sejak dini
komplikasi pascapersalinan dan mengambil tinfakan yang sesuai
dengan kebutuhan,

8. Mengajarkan kepada ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini


bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas dan pada bayi baru
lahir.

9. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

Melihat Tanda Dan Gejala Kala Dua

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.


b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau
vaginanya.

c. Perineum menonjol

d. Vulva-vulva dan sfingter ani anal membuka.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

1. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap


digunakan. Mematahkan ampul oksitoksin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

2. Mengenakan baju penutu atau celemek plastik yang bersih.

3. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci


kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.

4. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua


pemeriksaan dalam.

5. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai


sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengkontaminasi tabung suntik).

Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin

Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati


dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau
anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama
dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa
yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.Mengganti sarung tangan
jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan
benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah # 9).

1. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam


untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.

2. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan


yang masih memakai
sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam eadaan terbalik serta merendamnya di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti
di atas) .

3. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir


untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali /
menit ).

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan


semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu proses Pimpinan


Meneran

1. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin


baik.Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.

2. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.


Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin
sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan
temuan-temuan.
3. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.

4. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk


meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman).

5. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang


kuat untuk meneran.

6. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan


untuk meneran.

7. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

8. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya


(tidak meminta ibu berbaring terlentang).

9. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

10. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat


pada ibu.

11. Menganjurkan asupan cairan per oral.

12. Menilai DJJ setiap lima menit.

13. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau
60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.Jika ibu tidak
mempunyai keinginan untuk meneran

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi


yang aman. Jika
ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk
mulai meneran padapuncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi.
15. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
setalah 60 menit
meneran, merujuk ibu dengan segera

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

16. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

17. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

18. Membuka partus set.

19. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya kelapa

20. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas
cepat saat kepala lahir.

a. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih.

b. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi
:

1) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.

2) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.

Lahir bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan
kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior.

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu
dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku
dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior
(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.

Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).

26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan
tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil
tindakan yang sesuai.

30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk


memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya,

Oksitosin

31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan


oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan tali pusat terkendali

34. Memindahkan klem pada tali pusat

35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain.

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan


ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati
untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat
dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak
berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan ransangan puting susu.

Mengeluarkan plasenta

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve
jalan lahir sambil meneruskan tekananberlawanan arah pada uterus.

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak


sekitar 5 – 10 cm dari vulva.

b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat


selama 15 menit : Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

c. Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih


dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.

d. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

e. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

f. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.

38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta


dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati- hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkanselaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput
yang tertinggal.

Pemijatan Uterus

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).

Menilai Perdarahan

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau
tempat khusus.

Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15 detik


mengambil tindakan yang sesuai.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam


larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air disinfeksi
tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling
tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.

46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5
%.

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.


Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :

a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan


yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.

e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan


penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai.

50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus


dan memeriksa kontraksi uterus.

51. Mengevaluasi kehilangan darah.

52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan.

b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

Kebersihan dan keamanan

53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk


dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.

54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah


yang sesuai.

55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.


Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.

56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.


Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.

57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan


larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,


membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.

59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)


2.3. Post Natal Care
2.3.1. Pengertian Nifas
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira- kira 6 minggu. (sarwono:2013)
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
rahim,sampai enam minggu berikutnya,disertai dengan pulihnya kembali
oragan-organ yang berkaitan dengan kandungan,yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan.

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai


dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil.

Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu.

a. Puerperium dini yaitu kepulihanln saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-alan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.

b. Puerperium intermediat, yaitu kepulihan menyelurh alat-alat genetalia yang


lamanya 6-8 minggu.

c. Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali
sehat semprna, terutama ika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul
komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat
berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan. (Mochtar, 2011).

2.3.2 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-


angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.Perubahan keseluruhan alat
genetelia ini disebut involusi.
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan
fisiologis pada ibu.Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun
dianggap normal, di mana proses-proses pada kehamilan berjalan
terbalik.Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan,
kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang
diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun perawat ikut
membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini.

1. Perubahan Sistem Reproduksi

a. Uterus

Pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus ke


keadaan sebelum hamil. Terjadi kontraksi uterus yang meningkat
setelah bayi keluar.Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan
plasenta (plasenta site) sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan
dinding uterus, mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil
kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus,
setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada
ukuran sebelum hamil.

Involusi uterus adalah kembalinya uterus kepada keadaan sebelum


hamil baik dalam bentuk semula maupun posisi semula.. Selama proses
involusi, uterus menipis dan mengeluarkan lochia yang diganti dengan
endometrium baru. Setelah kelahiran bayi dan plasenta terlepas, otot
uterus berkontraksi sehingga sirkulasi darah yang menuju uterus
berhenti dan ini disebut dengan iskemia.Lapisan desidua yang
dilepaskan dari dinding uterus disebut lochia.Endometrium baru
tumbuh dan terbentuk selama 10 hari postpartum dan menjadi sempurna
sekitar 6 minggu. Proses involusi berlangsung sekitar 6 minggu. Selama
proses involusi uterus berlangsung, berat uterus mengalami penurunan
dari 1000 gram menjadi 60 gram, dan ukuran uterus berubah dari 15 x
11 x 7,5 cm menjadi 7,5 x 5 x 2,5 cm. Setiap minggu, berat uterus turun
sekitar 500 gram dan servik menutup.
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus
Bayi baru lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

2. Bekas Plasenta

Bagian implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan


menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan
tersebut dengan diameter ±7,5 cm, sering disangkan suatu bagian plasenta
yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada
6 minggu telah mencapai 2,4 mm.

3. Luka-luka

Luka pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7
hari.

4. Rasa Nyeri (after pains)

After pains disebabkan kontraksi rhim,biasanya berlangsung 2-4 hari


pascapersalinan.

5. Lokhea

Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.

Macam-Macam Lokhea

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri


Terdiri dari sel desidua, verniks
Merah
Rubra 1-3 hari caseosa, rambut lanugo, sisa
kehitaman
mekoneum dan sisa darah

Sanguilenta 3-5 hari Putih Sisa darah bercampur lender


bercampur
merah

Lebih sedikit darah dan lebih


Kekuningan/ banyak serum, juga terdiri dari
Serosa 5-9 hari
kecoklatan leukosit dan robekan laserasi
plasenta

Mengandung leukosit, selaput


Alba >10 hari Putih lendir serviks dan serabut jaringan
yang mati.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum


dalam posisi berbaring dari pada berdiri. Hal ini terjadi akibat
pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi
berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah
rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.

6. Vagina dan Perineum

Perubahan vagina dan perineum pada masa nifas ini terjadi pada
minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul ragae (lipatan-lipatan atau
kerutan-kerutan) kembali.Perlukaan vagina yang tidak berhubungan
dengan luka perineum tidak sering dijumpai.Mungkin ditemukan setelah
persalinan biasa, tetapi lebih sering akibat ekstraksi dengan cunam,
terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding
lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan spekulum.

Biasanya setelah melahirkan, perineum menjadi agak


bengkak/edema/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau
episiotomi, yaitu sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi.Proses
penyembuhan luka episiotomi sama seperti luka operasi lain. Perhatikan
tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi seperti nyeri, merah, panas,
bengkak atau keluar cairan tidak lazim.Penyembuhan luka biasanya
berlangsung 2-3 minggu setelah melahirkan.Vagina yang semula teregang
akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8
minggu setelah bayi lahir.

7. Serviks

Pascapersalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong,


berwarna merah kehitaman.Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat
perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa
dimasukkan ke dalam rongga Rahim; setelah 2 jam, dapat dilalui oleh 2-3
jari, dan setelah 7 hari, hanya dapat dilalui 1 jari.

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan dan 18 jam


setelah melahirkan serviks akan kembali ke bentuk semula dan
konsistensinya menjadi lebih padat kembali. Perubahan yang terjadi pada
servik ialah bentuk servik agak mengangah seperti corong, segera setelah
bayi lahir.

Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan


kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korvus dan servik berbentuk semacam cincin
(Sulistyawati, 2009).

8. Laktasi

Selama 9 bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan


menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makan bagi bayi baru lahir.
Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi
untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin
(hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek
prolaktin pada payudara bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi
bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa
sakit.Sel-sel acini yang menghasulkan ASI juga mulai berfungsi.

9. Perubahan pada Sistem Pencernaan


Ibu postpartum setelah melahirkan sering mengalami
konstipasi.Hal ini umumnya disebabkan karena makanan padat dan
kurangnya berserat selama persalian. Di samping itu rasa takut untuk
buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada perineum, jangan sampai
lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan 3-4
hari setelah persalian.Bilamana masih juga terjadi konstipasi dan BAB
mungkin keras dapat diberikan obat laksan peroral atau per rektal.

10. Perubahan Perkemihan


Pada masa nifas, sistem perkemihan juga mengalami
perubahan.Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8
minggu setelah melahirkan, tergantung pada keadaan/status sebelum
melahirkan.
Menurut Saleha (2009) pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan
berdilatasi selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat
setelah melahirkan.
Perubahan Tanda-Tanda Vital pada Masa Nifas
Pada ibu pascapersalinan, terdapat beberapa perubahan tanda-tanda vital sebagai
berikut:

a. Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius. Sesudah
partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celsius dari keadaan normal,
namun tidak akan melebihi 8 derajat celsius. Sesudah dua jam pertama
melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Nila suhu lebih
dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada klien.

b. Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat
terjadi Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas.
Mungkin ada pendarahan belebihan atau ada vitium kordis pada penderita
pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu
tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus
kemudian kembali seperti keadaan semula.
c. Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat
penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam setengah bulan tanpa
pengobatan (Saleha, 2009).

Perubahan dalam Sistem Kardiovaskuler

a. Pada kehamilan terjadi peningkatan sirkulasi volume darah yang


mencapai 50%.Perubahan volume darah tergantung pada beberapa
faktor, misalnya kehilanagn darah selama melahirkan dan mobilisasi
serta pengeluaran cairan ekstravasekuler.

b. Mentolerasi kehilangan darah pada saat melahirkan perdarahan


pervaginam normalnya 400-500 cc. Sedangkan melalui seksio caesaria
kurang lebih 700-1000 cc. Bradikardia (dianggap normal), jika terjadi
takikardia dapat merefleksikan adanya kesulitan atau persalinan lama
dan darah yang keluar lebih dari normal atau perubahan setelah
melahirkan.

c. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun mencapai volume darah sebelum hamil.

Perubahan dalam sistem Endokrin

a. Sistem endrokrin mengalami perubahan secara tiba-tiba selama kala


IV persalinan dan mengikuti lahirnya plasenta.

b. Menurut Maryunani (2009) Selama periode postpartum, terjadi


perubahan hormon yang besar. Selama kehamilan, payudara disiapkan
untuk laktasi (hormon estrogen dan progesteron) kolostrum, cairan
payudara yang keluar sebelum produksi susu terjadi pada trimester III
dan minggu pertama postpartum. Pembesaran mammae/payudara
terjadi dengan adanya penambahan sistem vaskuler dan limpatik
sekitar mammae. Waktu yang dibutuhkan hormon-hormon ini untuk
kembali ke kadar sebelum hamil sebagai ditentukan oleh apakah ibu
menyusui atau tidak. Cairan menstruasi pertama setelah melahirkan
biasanya lebih banyak dari normal, dalam 3 sampai 4 sirkulasi, seperti
sebelum hamil.

Perubahan Berat Badan

a. Kehilangan/penurunan berat badan pada ibu setelah melahirkan terjadi


akibat lahir atau keluarnya bayi, plasenta dan cairan amnion atau
ketuban.Pada minggu ke7 sampai ke-8, kebanyakan ibu telah kembali
ke berat badan sebelum hamil, sebagian lagi mungkin membutuhkan
waktu yang lebih lama lagi untuk kembali ke berat badan semula.

b. Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan


cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. salah satu
mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa
hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama dua
sampai tiga hari pertama setelah melahirkan. Diuresis pascapartum,
yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya
peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme
tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui
keringat dan peningkatan  jumlah urine menyebabkan penurunan berat
badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran
kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut
kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water
metabolisme of pregnancy)

c. Penurunan berat badan pada ibu nifas sebanyak 6 kg, karena


menurunnya massa pada dalam tubuh ibu seperti bayi yang sudah
dilahirkan, plasenta, selaput ketuban sehingga pada masa nifas, ibu
mengalami penurunan berat badan itu normal karena proses
pemulihan dari masa hamil ke masa sebelum hamil. Tetapi pada masa
menyusui, ibu akan mengalami kenaikan berat badan sekitar 2,5 – 3
kg karena produksi ASI yang banyak sehingga membutuhkan asupan
makanan yang banyak untuk memperbanyak produksi ASI.
2.3.3 Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Perubahan psikologis normal karena kelahiran anak yang berarti dan


bermakna, sehingga timbul perubahan sikap dari ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Ibu menjadi lebih snsitif.Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan
fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkanadanya perubahan dari psikisnya.Ia
mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi
dan asimilasi terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap
pembelajaran yang di perlukan tentang apa yang harus di ketahuinya dan
perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab luar biasa sekarang untuk
menjadi seorang “ibu”. Tidak mengherankan bahwa ibu mengalamai sedikit
perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan
dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.

Reva Rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian, anatara lain :

1. Periode “Taking In”

a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya.

b. Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya


waktu melahirkan.

c. Tidur tanpa gangguan sangat penting ntuk mengurangi gangguan


kesehatan akibat kurang istirahat.

d. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan


penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.

e. Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi


kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi
pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya.
Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil perjuangan ibu
sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan harus dapat
menciptakan suasanan yang nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat
dengan leluasa dan terbuka mengemukakan permasalahan yang di
hadapi kepada bidan. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan dalam
pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap dirinya
dan bayinya hanya karna kurangnya jalinan komunikasi yang baik
antara bidan dan pasien.

Fase taking in pada masa nifas memerlukan penanganan atau asuhan dari
bidan, sehingga ibu dapat melewati fase ini.Bidan harus melakukan pendekatan
kepada keluarga terutama ibu nifas kemampuan mendengarkan (listening skills)
dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi
ibu.Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini.Tugas bidan
dapat menganjurkan kepada suami dan keluarga untuk memberikan dukungan
moril dan menyediakan waktu untuk mendengarkan semua yang disampaikan
oleh ibu agar dia dapat melewati fase ini dengan baik.Sehingga dukungan atau
peran bidan sangat penting pada fase ini.

2. Periode “Taking Hold”

a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.

b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses
dan meningkatkan tanggung jawabnya terhadap bayi.

c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta


kekuatan dan ketahanan tubuhnya.

d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi,


misalnya menggendong, memandikan. Memasang popok, dan sebagainya.

e. Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan
hal tersebut.

f. Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan


yang terjadi.
g. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan
bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu di perhatikan tekhnik
bimbingannya, jangan sampai menyinggung perasaan atau membuat
persaan ibu tidak nyaman karna ia sangat sensitif. Hindari kata “jangan
begitu” atau “kalau kayak gitu salah” pada ibu karna hal itu akan sangat
menyakiti perasaanya dan akibatnya ibu akan putus asa mengikuti
bimbingan yang bidan berikan.

Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri
dan bayinya sehingga timbul percaya diri. Sehingga tugas bidan pada fase ini
yaitu misalnya dengan mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang
benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan
pendidikan keehatan yang diperlukan ibu seperti penuhan gizi yang baik pada saat
menyusui, kebersihan diri seperti vulva hygiene yang benar saat masa nifas.

3. Periode “Letting Go”

a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah. Periode ini pun
akan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan
oleh keluarga.

b. Ibu mengambil tanggung jawab perawatan bayi dan ia harus beradaptasi


terhadap segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal ini
menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.

c. Depresi post partum umunya terjadi pada periode ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi


orang tua pada saat post partum, antara lain :

a. Respon dan dukungan keluarga dan teman

Bagi ibu post partum, apalagi pada ibu yang pertama kali melahirkan akan
sangat membutuhkan dukungan orang-orang terdekat karna ia belum
sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik fisik mapun psikologisnya. Ia
masih sangat asing terhadap perubahan peran barunya yang begitu
fantastis terjadi dalam waktu yang begitu cepat, yaitu peran sebagai
seorang “Ibu”.Dengan respon positif dari lingkungan, akan mempercepat
proses adaptasi peran ini sehingga akan memudahkan bagi bidan untuk
memberikan asuhan yang sehat.

b. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi

Hal yang di alami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam
perasaannya terhadap perannya sebagai seorang ibu. Ia akhirnya menjadi
tahu bahwa begitu beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan bayinya
dan hal tersebut akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih
dewasa. Banyak kasus yang terjadi, setelah seorang ibu melahirkan
anaknya yang pertama, ia akan bertekad untuk meningkatkan kualitas
hubungannya dengan ibunya.

c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu

Walaupun kali adalah bukan lagi pengalamannya yang pertama melahirkan


bayinya, namun kebutuhan untuk mendapatkan dukungan positif dari
lingkungannya tidak berbeda dari ibu yang melahirkan anak anak pertama.
Hanya perbedaannya adalah tekhnik penyampaian dukungan yang
diberikan lebih kepada support dan apresiasi dari keberhasilannya dalam
melewati saat-saat sulit pada persalinannya yang lalu.

d. Pengaruh budaya

Adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit
banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi
ini. Apalagi jika ada hal yang tidak sinkron antara arahan dari tenaga
kesehatan dengan budaya yang dianut.Dalam hal ini, bidan harus bijaksana
dalam menyikapi, namun tidak mengurangi kualitas asuhan yang harus
diberikan. Keterlibatan keluarga dari awal dalam menetukan bentuk
asuhan dan perawatan yang diberikan pada ibu dan bayi akan
memudahkan bidan dalam memberikan asuhan.
Fase ini dapat diatasi, bidan harus memantau perubahan pada ibu
setelah diberikan pendidikan kesehatan di fase taking in dan taking
hold.Keberhasilan dapat dilihat dari ibu lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan dirinya dan bayinya.Selain itu, dukungan suami dan keluarga
masih sangat diperlukan ibu dalam melewati fase – fase masa nifas. Suami
dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan pekerjaan
rumah tangga sehingga ibu tidak merasa terbebani.

2.3.4 Penatalaksanaan pada Masa Nifas


Menurut Pusdinakes Asuhan Kebidanan Postpartum (2003),pada
masa nifas paling sedikit dilakukan 4 kali kunjungan untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah serta mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi.
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit
empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
A. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

B. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya


gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

C. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada


masa nifas.

D. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu


kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Asuhan Yang Diberikan Sewaktu Melakukan Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Asuhan


I 6-8 jam Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
post
partum Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara


mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

Pemberian ASI awal.


Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.

Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka


bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik.

Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus


berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.


6 hari post
II
partum Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup
cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda-tanda kesulitan menyusui.

Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
III post diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
partum
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama
6 minggu
masa nifas.
IV post
partum
Memberikan konseling KB secara dini.
2.3.5 Kebutuhan- kebutuhan ibu nifas
a. Gizi
Ibu nifas dianjurkan untuk: makan dengan diet berimbang, cukup,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, mengkonsumsi
makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada bulan pertama, 6
bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400 kalori. Asupan
cairan 3 liter/hari, 2 liter di dapat dari air minum dan 1 liter dari cairan
yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain,
mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari,
mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam
bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan
daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak.
b. Kebersihan Diri
Ibu nifas dianjurkan untuk: menjaga kebersihan seluruh tubuh,
mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air, menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi,
BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam, menyarankan ibu
untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh
kelamin, anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan
laserasi, pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap di jaga agar
tetap bersih dan kering, tiap hari di ganti balutan.
c. Istirahat dan tidur

Ibu nifas dianjurkan untuk: istirahat cukup untuk mengurangi


kelelahan, tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, kembali ke
kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, mengatur kegiatan
rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada
siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat pada ibu
nifas dapat berakibat: mengurangi jumlah ASI, memperlambat
involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan, depresi.
d. Eliminasi

BAB dan BAK. Buang air kecil (BAK) dalam enam jam ibu nifas
harus sudah BAK spontan, kebanyakan ibu nifas berkemih spontan
dalam waktu 8 jam, urine dalam jumlah yang banyak akan di produksi
dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan, ureter yang berdiltasi
akan kembali normal dalam waktu 6 minggu. Selama 48 jam pertama
nifas (puerperium), terjadi kenaikan dueresis sebagai berikut:
pengurasan volume darah ibu, autolisis serabut otot uterus. Buang air
besar (BAB) biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema
persalinan, diet cairan, obat-obatan analgetik, dan perenium yang
sangat sakit, bila lebih 3 hari belum BAB bisa diberikan obat
laksantia, ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam
regulasi BAB, Asupan cairan yang adekaut dan diet tinggi serat
sangat dianjurkan.

e. Pemberian ASI/Laktasi.

Hal-hal yang diberitahukan kepada ibu nifas yaitu: menyusui bayi


segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan, ajarkan
cara menyusui yang benar, memberikan ASI secara penuh 6 bulan
tanpa makanan lain (ASI eklusif), menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi
(on demand), di luar menyusui jangan memberikan dot/kompeng pada
bayi, tapi berikan dengan sendok, penyapihan bertahap meningkatkan
frekuensi makanan dan menurunkan frekuensi pemberian ASI.

f. Keluarga Berencana

Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun.Pada


dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau
penuh 6 bulan ibu belum mendapatkan haid (metode amenorhe
laktasi).Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko, tetapi
menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman.Jelaskan pada ibu berbagai
macam metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama
menyusui.Metode hormonal, khususnya oral (estrogen-progesteron)
bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang menyusui.

2.4.4 Asuhan Pada Bayi Baru Lahir


2.4.1.4.1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu
(28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi baru lahir berumur 0
(baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini
adalah bayi berusia 0-7 hari.sedangkan neonatus lanjut adalah bayi berusia
7-28 hari. (Sarwono: 2013)
Bayi baru lahir (neonatal) adalah masa 28 hari pertama kehidupan
manusia. Pada masa ini terjadi proses penyesuaian sistem tubuhbayi dari
kehidupan dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Masa ini adalah masa
yang perlu mendapatkan perhatian dan perawatan yang ekstra karena pada
masa ini terdapat mortalitas paling tinggi.
2.4.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir fisiologis
A. Berat badan 2500-4000 gram

B. Panjang badan 48-52 cm

C. Lingkar dada 30-52 cm

D. Lingkar kepala 33-35 cm

E. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit

F. Pernapasan 40-60 x/menit

G. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan tipis

H. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah


sempurna

I. Kuku agak panjang dan lemas


J. Genetalia, perempuan labia mayor sudah menutupi labia minora

K. Reflex hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

L. Reflex morro atau gerak memeluk bila kagetkan sudah baik

M. Reflex graps atau mengenggam sudah baik

N. Reflex rooting mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada


pipi dan daerah mulut terbentuk dengan baik.

O. Eleminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,


mekonium berwarna hitam kecoklatan

2.4.3 Penilaian awal bayi baru lahir


A. Apakah bayi menangis kuat dan bernafas tanpa kesulitan

B. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas

Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap atau lemah maka
segera lakukan tindakan resusitasi batu lahir.

A. Asfek yang perlu dikaji

Menilai keadaan umum bayi

1. Nilai secara keseluruhan apakah perbandingan bagian tubuh


bayi proporsional atau tidak ?

2. Periksa bagian kepala, badan, dan ekstremitasakan adanya


kelainan

3. Periksa tonus otot dan tingkat aktivitas bayi, apakah gerakan


bayi aktif atau tidak?

4. Periksa warna kulit dan bibir, apakah warnanya


kemerahan/kebiruan?

5. Periksa tangisan bayi, apakah melengking, merintih atau


normal?

B. Tanda-tanda vital
1. Periksa laju napas dengan melihat tarikan napas pada dada dan
gunakan petunjuk waktu. Napas normal yaitu 40-60 kali per
menit

2. Periksa laju jantung menggunakan stetoskop dan petunjuk


waktu. Denyut jantung normal 120-160 kali permenit

3. Periksa suhu dengan menggunakan thermometer axial. Suhu


normal antara 36,5-37,5

C. Periksa bagian kepala bayi

1. Ubun- ubun

2. Sutura dan molase

3. Penonjolan atau daerah mencekung. Periksa adanya kelainan,


baik karena trauma persalinan ataupun cacat congenital

4. Ukur lingkar kepala untuk mengetahui ukuran fronto


oksipitalis kepala bayi.

D. Lakukan pemeriksaan telinga karena akan dapat memberikan


gambaran letak telinga dengan mata dan kepla serta diperiksa
adanya kelainan lainnya.

E. Periksa mata akan adanya tanda-tanda infeksi

F. Periksa hidung dan mulut , langit-langit, bibir pembesaran benjolan

G. Periksa dada, perhatikan bentuk dada dan putting susu bayi

H. Periksa bahu, lengan dan tangan. Perhatikan gerakan dan


kelengkapan jari tangan

I. Periksa bagian perut. Perhatikan bagaimana bentuk perut apakah


ada penonjplan disekitar tali pusat, perdarahan tali pusat, perut
teraba lunak dan benjolan

J. Periksa alat kelamin. Hal yang perlu diperhatikan adalah:


a. Laki-laki testis berada pada skrotum atau penis berlubang

b. Perempuan, vagina berlubang, uretra berlubang dan terdapat labia


minira serta labia mayora.

K. Periksa tungkai dan kaki. Perhatikan gerakan dan kelengkapan alat


gerak

L. Periksa punggung dan anus. Perhatikan akan adanya


pembengkakan atau cekungan dan juga adanya anus.

M. Periksa kulit. Perhatikan adanya verniks, pembengkakan atau


bercak hitam, serta yanda lahir

N. Lakukan penimbangan berat badan. Normalnya 2500-4000 gram

2.4.4 Penilaian Bayi untuk Tanda-tanda Kegawatan


Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda
kegawatan/kelainan yang menunjukkan suatu penyakit.Jika diketahui
lebih awal maka tindakan yang tepat bisa segera dilakukan untuk
mengantisipasi dampak yang lebih buruk.Adapaun tanda-tanda bayi
dikatakan sakit dan hal itu harus segera diketahui sebagai dasar tindakan
selanjutnya.(Octa,2014)4.
Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau
beberapa tanda berikut:
a. Sesak napas
b. Frekuensi pernapasan 60 kali/menit
c. Gerak retraksi di dada
d. Malas minum
e. Panas atau suhu badan bayi rendah
f. Kurang aktif
g. Berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum
2.4.6. Mencegah Kehilangan Panas
Mencegah berarti supaya tidak berubah dari keadaan semula atau
mempertahankan, dan kehilangan berarti hilangnya sesuatu sedangkan panas
berarti suhu tubuh lebih tinggi dari biaspanya (Poerwadarminta,
1993).Berdasarkan pengertian tersebut mencegah kehilangan panas adalah upaya
agar suhu tubuh bayi tidak berkurang dari suhu tubuh normal.
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai
dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera
dicegah.Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) beresiko tinggi
untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak
diselimuti mungkin akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan
yang relatif hangat. Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan ketuban
pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera
dikeringkan (APN, 2007).
Pencegahan kehilangan panas merupakan salah satu kewajiban bidan
untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir (BBL), yaitu dengan
cara sebagai berikut :

a. Keringkan bayi secara seksama

Bayi segera dikeringkan sebagai upaya untuk mencegah kehilangan panas


akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi.Keringkan bayi
dengan handuk atau kain yang disiapkan diatas perut ibu.Mengeringkan tubuh
bayi juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai
pernapasan.

b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

Segera setelah tubuh bayi dibaringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk
atau kain yang telah dipakai kemudian selimut bayi dengan selimut atau kain
hangat, kering dan bersih.
c. Tutupi kepala bayi

Pastikan bahwa bagian kepala bayi ditutupi setiap saat. Bagian kepala bayi
memiliki luas permukaan yang cukup besar sehingga bayi akan dengan cepat
kehilangan panas tubuh jika bagian kepalanya tidak tertutupi.

d. Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian

Karena bayi baru lahir mudah mengalami kehilangan panas tubuh (terutama
jika tidak berpakaian) selama melakukan penimbangan, selimuti tubuh bayi
kain atau selimut bersih dan kering.

e. Jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir

Tunda untuk memastikan bayi hingga sedikitnya 6 jam setelah lahir.


Memandikan bayi dalam beberapa jam kehidupannya dapat mengarah pada
kondisi hipotermia dan sangat membahayakan keselamatan bayi. Hindari
memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam dan hanya setelah itu jika tidak
terdapat masalah medis dan jika suhunya 36,0C atau lebih.

f. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat

Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. Idealnya, segera setelah lahir bayi
harus ditempatkan bersama ibunya ditempat tidur yang sama. Menempatkan
bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi
tetap hangat, mendorong upaya untuk menyusui dan mencegah bayi terpapar
infeksi. (APN, 2007)

g. Membersihkan jalan nafas

Membersihkan berarti supaya bersih, sedangkan jalan nafas berarti saluran


pernafasan (Poerwadarminta, 1993).Berdasarkan pengertian tersebut,
membersihkan jalan nafas adalah upaya yang dilakukan untuk membersihkan
saluran pernafasan dari slym atau cairan pada rongga mulut atau hidung bayi.
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas dengan cara
sebagai berikut :

a. Mengusap wajah bayi setelah lahir dengan kassa steril.


b. Letakkan bayi pada posisi terlentang ditempat yang rata dan hangat.
c. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu. Posisi kepala diatur
lurus sedikit tengadah kebelakang.
d. Bersihkan rongga mulut bayi dengan kassa steril.
e. Berikan rangsangan taktil dengan menggosok kulit bayi dengan kain
yang kering dan kasar. Gunakan alat penghisap lendir De-Lee yang steril
untuk menghisap lendir dimulut, kemudian dihidung bayi secara halus
dan lembut. (Saifuddin, 2008).

2.4.5 Pemantauan pada Bayi Baru Lahir


Tujuannya yaitu untuk mengetahui bayi normal atau tidak dan
identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan, serta tindak lanjut petugas kesehatan.
1. Dua jam pertama sesudah lahir, yang dipantau:
a. Kemampuan menghisap.
b. Bayi tampak aktif atau lunglai.
c. Bayi kemerahan atau biru.
2. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya, yang
dipantau:
a. Bayi kecil masa kehamilan atau kurang bulan.
b. Gangguan pernafasan.
c. Hipofernia.
d. Infeksi.
e. Cacat bawaan atau trauma lahir
Identifikasi Bayi Baru Lahir

Identifikasi bayi segera lakukan segera setelah bayi lahir dan ibu
masih berdekatan dengan bayinya dikamar bersalin. Tanda pengenal bayi
bisa menggunakan cap jari atau telapak kaki.
Tanda pengenal bayi umumnya menggunakan secarik kertas putih
atau berwarna merah/biru tergantung jenis kelamin dan ditulis nama (bayi
nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, unit. Setelah itu kertas dimasukkan
dalam kantong plastik dengan pita diikatkan pada pergelangan tangan ibu,
pengikatan pita hanya dapat dilepas atau digunting. Di setiap tempat tidur
harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomer
identifikasi

Pemantauan bayi baru lahir


Tujuannya yaitu untuk mengetahui bayi normal atau tidak dan
identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan, serta tindak lanjut petugas kesehatan.

Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan dimana bayi beserta
ibu dirawat satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu berada di
samping ibu sejak segera setelah bayi lahir sampai pulang.(Sulaiman S.:
1983).
Tujuan rawat gabung adalah:
a. Bantuan emosional
b. Penggunaan ASI
c. Pencegahan infeksi
d. Pendidikan kesehatan

Posisi menyusui yang Benar

1. Tetekkanbayi segera atau selambatnya setengah janin setelah bayi


lahir. Mintalah kepada bidan untuk membantu melakukan hal ini.
2. Biasakan mencuci tangan dengan sabun setiap kali sebelum
menetekkan.
3. Perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah putting dan
sekitarnya
4. Ibu duduk atau tiduran / berbaring dengan santai.
5. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisiPerut bayi menempel
keperut ibu.Dagu bayi menempel ke payudara.Telinga dan lengan bayi
berada dalam satu garis lurus.Mulut bayi terbuka lebar menutupi
daerah gelap sekitar putting susu.
6. Cara agar mulut bayi terbuka adalah dengan menyentuhkan puting
susu pada bibir atau pipi bayi.
7. Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan puting dan
sebagian besar lingkaran/daerah gelap sekitar puting susu ke dalam
mulut bayi.
8. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke
payudara lainnya. Pemberian ASI berikutnya mulai dari payudara
yang belum kosong tadi.

Cara Melepaskan Puting Susu dari Mulut Bayi

Dengan menekan dagu bayi ke arah bawah atau dengan memasukkan jari
ibu antara mulut bayi dan payudara ibu.

2.4.6 Jadwal Kunjungan Neonatal


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standart  yang di berikan oleh tenaga  kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai 28 hari setelah
lahir,baik di fasilitas maupun melalui kunjungan rumah.

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai


standar yang di berikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4
kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah bayi lahir.
a. Tujuan
Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama
kehidupannya.sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat di
anjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan tersebut selama 24
jam setelah kelahirannya.

Kunjungan neonatal bertujuan :


 Untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan
kesehatan dasar.
 Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan atau masalah
kesehatan pada neonatus.
Kunjungan bayi bertujuan :
 Untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan
dasar.
 Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan
 Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pemantauan pertumbuhan, imunisasi,serta peningkatan kualitas
hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut:
 Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu
6-48 jam setelah bayi lahir.
 Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu
hari ke-3 sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.
 Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu
hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.
Standar yang dilakukan

Kunjungan Penatalaksanaan

Kunjungan Neonatal ke- 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi


1 (KN 1) dilakukan 2. Pemeriksaan fisik bayi
dalam kurun waktu 6-48 3. Konseling jaga kehangatan, Pemberian ASI, Perawatan tali
jam setelah bayi lahir. pusat, Agar ibu mengawasi tanda-tanda bahaya
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan
5. Memberikan Imunisasi HB-0
Kunjungan Neonatal ke- 1. Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih dan kering
2 (KN 2) dilakukan pada 2. Menjaga kebersihan bayi
kurun waktu hari ke-3 3. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi
sampai dengan hari ke 7 bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah
setelah bayi lahir. pemberian ASI
4. Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-15 kali
dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan
5. Menjaga keamanan bayi
6. Menjaga suhu tubuh bayi
7. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan Buku KIA
8. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
Kunjungan Neonatal ke- 1. Pemeriksaan fisik
3 (KN-3) dilakukan pada 2. Menjaga kebersihan bayi
kurun waktu hari ke-8 3. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya Bayi baru lahir
sampai dengan hari ke-28 4. Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-15 kali
setelah lahir. dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan.
5. Menjaga keamanan bayi
6. Menjaga suhu tubuh bayi
7. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan Buku KIA
8. Memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG
9. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

Pemberian Nutrisi Pada Bayi


1. Kebutuhan Energi ( kalori )
a. 110-120 kkal/kg BB selama beberapa bulan pertama kehidupan
b. 100 kkal/ kg BB pada waktu bayi mencapai usia 1 tahun
2. Kebutuhan Cairan
a. Hari I : 60 cc / kg BB / hari
b. Hari II : 90 cc / kg BB / hari
c. Hari III : 120 cc / kg BB / hari
d. Hari IV : 150 cc/ kg BB / hari
3. Frekuensi pemberian cairan tergantung pada berat badan bayi
a. BB < 1.250 gr : 24 x / hari → tiap jam
b. BB 1.250 gr – 2000 gr : 12x / hari → tiap 2 jam
c. BB > 2000 gr : 8 x/ hari → tiap 3 jam
2.5. Dokumentasi Kebidanan
Dokumentasi adalah suatu jenis pencatatan dan pelaporan
informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua
kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan,dokter,perawat,dan
petugas kesehatan lain)
2.5.1. Manajemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagaimetode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, perempuan, ketrampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus
pada klien.
Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secara benar, jelas,
singkat, logis, dalam suatu metode pendokumentasian. Pendokumentasian
yang benar adalah pendokumentasian yang dapat mengkomunikasikan
kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan dan yang akan
dilakukan pada seorang klien, yang di dalamnya tersirat proses berfikir
yang sistimatis seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai
langkah-langkah dalam proses manajemen kebidanan.

2.5.2. Langkah-langkah dokumentasi kebidanan


A. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan
klien secara keseluruhan data

B. Mengintepretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis/masalah.

C. Mengidentifikasikan diagnosis atau masalah potensial dan


mengantisipasi penanganannya.

D. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,


kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan
kondisi pasien.

E. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan mengulang


kembali manajemen proses untuk aspek-aspek social yang tidak efektif.

F. Pelaksanakan langsung asuhan secara efisien dan aman


G. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang
kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak
efektif. Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang sistimatis dan
rasional, sehingga seluruh aktivitas/tindakan yang diberikan oleh bidan
kepada klien akan efektif.

2.5.3. Prinsip dokumentasi


SOAP merupakan singkatan dari  :

S : Subjektif

1. Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien


melalui anamnesa sebagai langkah I varney

2. Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien,
suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche,
riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat
KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwyat penyakit keturunan,
riwayat psikososisal, pola hidup).

3. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien.


Ekspresi pasien mengena kekhawatiran dan keluhan dicatat sebagai
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan
diagnosa.Pada orang yang bisu, di bagian data dibelakang ‘’S”di beri
tanda’’o’’ atau ‘’X’’ ini menandakan orang itu bisu .Data subjektif
menguatkan diagnosa yang akan dibuat.

O : Objektif

1. Mengambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik pasien,hasil


lab dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data focus untuk
mendukung assasment.

2. Tanda gejala  objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan (tanda


KU,vital sign ,fisik,khusus ,kebidanan ,pemeriksaan
dalam,laboratorium dan pemeriksaan penunjang).Pemeriksaan dengan
inspeksi ,palpasi ,auskultasi dan perkusi

3. Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa.Data fisiologis ,hasil observasi yang
jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium ,sinar X,rekaman
CTG dan lain-lain)dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukkan dalam kategori ini apa yang diobservasi oleh bidan akan
menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang ditegakkan.

A :  Assesment            

1. Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau


informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik objektif maupun subjektif,dan sering diungkapkan
secara terpisah- pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses
yang dinamik. Sering menganalisa adalah suatu yang penting dalam
mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru
cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tiundakan
yang tepat .

2. Mengambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data


subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi .Diagnosa adalah
rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi
pasien:hamil,bersalin,nifas dan BBL. Berdasarkan hasil analisa data
yang didapat,masalah segera sesuatu yang menyimpang segera
kebutuhan klien terganggu,kemungkinan mengganggu kehamilan tau
kesehatan tetapi tidak masuk dalam diagnosa .Antisipasi masalah
lain/diagnosa potensial.

P : Penatalaksanaan

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, pelaksanaa dan


evaluasi berdasarkan assesment
1. Dalam metode SOAP untuk perencanaan, implementasi dan
evaluasi dimasukan dalam “P” sedangkan

2. Perencanaan, membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan


datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang
sebaiknya mungki n atau menjaga mempertahankan
kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari
kebutuhan pasien yang harus membantu pasien mencapai
kemajuan dalam kesehatan dan harus sesui dengan instruksi
dokter.

3. Implementasi, pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan


dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh
klien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan
keselamatan klien. Oleh karena itu klien harus sebanyak mungkin
menjadi bagian dari proses ini. Bila kondisi klien berubbah,
interfensi mungin juga harus berubah atau disesuikan.

4. Evaluasi, taksiran dari efek tindakan yang telah diambil


merupakan hal penting untuk menilai keefektifan asuhan yang
diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari
ketepatan nilai tindakan. Jika kreteria tujuan tidak tercapai, proses
evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternatif sehingga mencapai tujuan.
DAFTAR ISI

Prawirohardjo, 2014

Mandang,Jenni.dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Bogor:IN Media

Sarwono.2013

Anda mungkin juga menyukai