Anda di halaman 1dari 24

E-BOOK

RAHASIA SUKSES MENGHAFAL AL-QUR’AN


Allah telah menegaskan bahwa Al-Qur’an sangat
mudah dihafalkan oleh semua orang yang benar-benar
berniat ingin mempelajarinya, bahkan seorang anak kecil
sekali pun.
Namun, ada kalanya bagi beberapa orang menghafal
Al-Qur’an terasa sangat sulit bahkan tidak sedikit yang
mengatakan, “Menghafal 30 Juz itu sangat mustahil,
menghafal surat pendek aja masih sering lupa.” Atau
kekhawatiran lain.
Mengapa permasalahan seperti itu sering
menghantui orang-orang yang hendak menghafal Al-
Qur’an?
Ebook ini hadir untuk menjawab permasalahan
tersebut dengan menjelaskan rahasia kesuksesan dalam
menghafal Al-Qur’an.
Kunci pertama, Ikhlas

Inilah kunci paling utama, karena ketika seseorang


melakukan suatu amalan bukan karena Allah ‘Azza wa
Jalla, amalannya terhapus, seperti dalam Firman Allah:

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan


kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, ‘Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi.” (Az-Zumar: 65)

Semakin banyak Anda berniat baik, semakin besar


pahala yang Anda dapatkan. Kadang seseorang melakukan
satu amalan saleh dengan lebih dari satu niat baik. Tidak
terkecuali dengan menghafal Al-Qur’an, Anda bisa
memiliki banyak niat baik di sana.
Kunci kedua, Tekad dan Semangat
yang Kuat
Tugas menghafal Al-Qur’an adalah tugas mulia dan besar,
hanya mampu dilakukan oleh mereka yang punya tekad.

Mereka yang punya tekad memiliki ciri utama yang


jelas, secara sederhananya adalah tekad yang tulus.
Artinya, orang yang punya tekad tulus, memiliki semangat
untuk melaksanakan niat dengan segera, sebatas
kemampuan yang dimiliki.

Setiap muslim tentu ingin menghafal Al-Qur’an.


Sayangnya, keinginan saja tidak cukup, karena harus
diikuti oleh tekad yang kuat untuk beraksi.
Kunci ketiga, Mengetahui Nilai
Amalan yang Sedang Dilakukan
Seseorang yang mengetahui nilai sesuatu, tentu akan
berkorban karenanya. Orang lazimnya mencurahkan jerih
payah demi meraih pekerjaan-pekerjaan tertentu, karena
mereka tahu nilai pekerjaan tersebut dan apa saja
keuntungan yang akan didapatkan di baliknya.

Tidak berbeda dengan amalan-amalan akhirat.


Semakin kita mengetahui nilai pahala suatu amalan, kita
akan semakin merindukan amalan itu. Orang yang
mengetahui keutamaan shalat malam secara detail, tentu
tidak sama seperti orang yang hanya tahu bahwa shalat
malam adalah ibadah sunah yang sangat dianjurkan.

Demikian halnya orang yang mengetahui


keutamaan Al-Qur’an secara detail, tentu tidak sama
seperti orang yang hanya mengetahui secara garis besar
saja.
Kunci keempat, Mengamalkan Al-
Qur’an yang Dihafalnya
Menghafal Al-Qur’an bukanlah tujuan akhir, hafalan
harus disertai dengan tindakan nyata.

Lebih dari itu, mengamalkan apa yang kita hafal,


akan memudahkan kita untuk menghafal bagian-bagian
baru.

Ada seorang bijak mengatakan, “Siapa


mengamalkan yang ia ketahui, Allah memberinya ilmu
yang tidak ia ketahui.”

Untuk itu, mengamalkan hafalan, adalah langkah


untuk menghafal ayat-ayat berikutnya.
Kunci kelima, Meninggalkan Dosa
Imam Asy-Syafi'i memahami betul hal ini dalam sebuah
pelajaran nyata yang diberikan gurunya, Imam Waki’.
Seperti diketahui, Asy-Syafi'i memang dikenal memiliki
kekuatan hafalan. Ia mampu menghafal kata-kata hanya
dengan membacanya.

Namun suatu hari, ia tidak bisa menghafal dengan


baik seperti biasanya. Ia kemudian menemui sang guru,
Imam Waki’, dan mengeluhkan hafalannya yang tidak baik.
Imam Waki’ lalu berkata padanya, “Ini pasti disebabkan
oleh suatu dosa yang kau lakukan hingga berpengaruh
pada kekuatan hafalanmu.”

Asy-Syafi'i kemudian mengintrospeksi diri, lalu ia


baru sadar bahwa sebelumnya ia tidak sengaja melihat
betis seorang wanita yang tersingkap karena angin saat
berada di pasar. Asy-Syafi'i menganggap hal itu sebagai
dosa yang mempengaruhi kekuatan hafalannya.
Kunci keenam, Berdoa
Berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan ikhlas dan
tulus merupakan perantara yang tidak pernah
mendatangkan kerugian.

Semoga Allah berkenan menganugerahkan hafalan


Al-Qur’an pada kita semua, menjadikan niat kita ikhlas
semata karena-Nya, dan memudahkan dalam
mengamalkannya.

Pilihlah waktu-waktu mulia untuk berdoa, juga


waktu-waktu yang diperintahkan Rasulullah saw. untuk
berdoa seperti waktu sahur, setelah khatam Al-Qur’an ,
sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, sepertiga malam,
saat hujan, saat bepergian, dan waktu-waktu mulia lain.

Perlu disampaikan, tidak ada doa khusus untuk


menghafalkan Al-Qur’an , juga tidak ada shalat tertentu
yang mempermudah hafalan. Semua riwayat terkait hal
tersebut sama sekali tidak berdasar. Cukup berdoa kepada
Allah semoga memberikan ilham dan kemudahan kepada
kita, memohonlah kepada-Nya agar dikabulkan.
Kunci ketujuh, Memahami Makna
Ayat yang Dihafalnya
Bagi yang memahami makna-makna ayat yang dihafal,
tentu akan memudahkan proses penghafalan. Seperti itu
juga menghafal surah-surah yang berisi kisah atau ayat-
ayat yang ada sababun nuzul-nya1, ayat-ayat yang berisi
hukum-hukum fiqh, seperti kafarat sumpah, kafarat
zhihar, puasa, diyat pembunuhan tidak sengaja, dan
hukum-hukum lain.

Orang yang berniat menghafalkan Al-Qur’an 30


juz harus merujuk kitab tafsir sederhana, agar membantu
untuk memahami makna-makna ayat dengan cepat tanpa
bertele-
tele.

1
Sebab turunnya ayat.
Kunci kedelapan, Memahami Ilmu
Tajwid dengan Benar
Membaca Al-Qur’an dengan tajwid akan
memudahkan proses hafalan, karena lantunan khusus Al-
Qur’an akan tertanam kuat di hati.

Bagi yang ingin menghafal Al-Qur’an, harus


mempelajari kaidah ini dengan cepat, karena tentu akan
sulit merubah hafalan setelah menuntaskan hafalan 30 juz.
Jika menghafalkan Al-Qur’an dengan kaidah-kaidah tajwid
yang keliru, tentu hafalan akan tetap berlangsung seperti
itu.
Kunci kesembilan, Mengulang-ulang
Bacaan
Usahakan untuk mengkhatamkan Al-Qur’an minimal
sebulan sekali dan lebih baik lagi jika bisa khatam kurang
dari sebulan. Sebagian besar para sahabat khatam Al-
Qur’an dalam sepekan dan ada sebagian yang khatam
dalam tiga hari.

Siapa pun tahu, banyak membaca Al-Qur’an


memberikan pahala besar dan dalam saat yang bersamaan
lebih memperkuat hafalan, bahkan ketika kita membaca
ayat-ayat atau surah-surah yang belum kita hafal, sering
membaca akan membuat ayat-ayat atau surah-surah
tersebut akrab dalam pikiran, sehingga akan lebih mudah
saat dihafal nanti.
Kunci kesepuluh, Shalat dengan
Membaca Surah yang Dihafal
Menyimak bacaan ayat-ayat yang kita hafal saat shalat
akan memperkuat hafalan. Bacalah ayat-ayat yang baru
kita hafal saat shalat dan ulanglah ayat-ayat lain yang kita
hafal sebelumnya.

Ada shalat tertentu yang jika rutin kita lakukan,


akan sangat membantu kita untuk memperkuat hafalan, di
samping mendatangkan pahala besar, yaitu shalat malam.

seseorang punya kesempatan untuk mengulang


ayat-ayat Allah saat orang tersebut berdiri seorang diri di
hadapan Rabb di tengah malam. Sungguh suatu amalan
nan agung dan benar-benar jalan pintas menuju surga.

Kita bisa memegang mushaf untuk mengingatkan


ayat-ayat yang terlupakan saat shalat malam.

Kita bisa membaca satu surah yang kita hafal dalam


dua rakaat, setelah itu kita ulang kembali pada dua rakaat
berikutnya untuk memperkuat hafalan.
Kesepuluh kunci kesuksesan dalam

menghafal Al-Qur’an tidak akan bisa

dijalankan dengan sempurna tanpa

adanya faktor pendukung lainnya.

Apa saja faktor pendukung tersebut?


Pertama, Memiliki Perencanaan yang
Jelas
Setiap pekerjaan sukses dalam kehidupan ini memerlukan
sebuah perencanaan dan perencanaan harus memiliki
tujuan yang jelas.

Dalam hal ini, tujuannya adalah hafal Al-Qur’an 30


juz. Jika kita langsung saja menghafal Al-Qur’an tanpa
niat untuk menuntaskan hafalan, maka kita tidak tahu
apakah akan berhasil atau gagal.

Perencanaan juga memerlukan informasi segala


kemampuan yang ada. Kemampuan-kemampuan yang
dimaksud terkait menghafal Al-Qur’an tentu berbeda
menurut setiap orang. Hal ini harus menjadi perhatian
serius.

Ada sebagian orang memiliki kekuatan hafalan


dan cepat dalam menghafal, sebagian lainnya tidak seperti
itu. Sebagian orang memiliki waktu luang tanpa pekerjaan,
sebagian lain hanya memiliki sedikit waktu karena sibuk
bekerja.
Kedua, Bergabung dengan Kelompok
atau Komunitas Penghafal Al-Qur’an
Orang sering kali begitu semangat untuk mengerjakan
sesuatu, memulai dengan niat tulus dan tekad kuat. Namun
seiring waktu berjalan, cita-cita dan semangat melemah,
pekerjaan semakin lamban dan pada akhirnya berhenti
total. Apa yang terjadi?

Inilah tipu daya setan. Setan secara perlahan


menyusup dalam jiwa manusia untuk menjauhkan dari
segala kebaikan, membuat banyak sekali halangan,
memperbesar permasalahan yang di hadapi, sehingga
orang mukmin malas beramal, padahal sebelumnya penuh
semangat.

Cara terbaik untuk memerangi setan dalam hal ini


adalah bergabung dengan seseorang atau lebih, bisa
teman, saudara, atau pun kenalan, untuk saling membantu
untuk menghafal Al-Qur’an .
Ketiga, Selalu mMmbawa Mushaf
Kecil
Selalu membawa mushaf di saku, banyak membantu
untuk menuntaskan hafalan.

Karena, secara umum setiap orang terkait dengan


banyak janji setiap harinya, beralih dari satu janji ke janji
lain. Kadang ia menemukan waktu singkat namun bisa
dimanfaatkan dengan baik untuk menghafal.

Namun kadang saat itu tidak ada mushaf yang bisa


digunakan untuk menghafal. Di sinilah peran mushaf saku
terlihat dengan jelas.
Keempat, Mendengarkan Bacaan
Imam dengan Baik
Imam yang hafizh akan membaca banyak sekali halaman-
halaman Al-Qur’an yang berbeda, sehingga kita bisa
mengulang hafalan kemarin, hafalan bulan yang lalu, atau
tahun sebelumnya. Kita juga bisa mendengarkan ayat-
ayat yang belum kita hafal, sehingga akan memudahkan
kita saat menghafalnya.

Untuk itu, usahakan untuk merenungkan bacaan


imam dengan baik dalam shalat-shalat jahriyah; Subuh,
Maghrib dan Isya. Jika mendengar ayat yang tidak kita
fahami maknanya, setelah pulang, jangan lupa untuk
membuka kitab tafsir dan membaca penafsirannya. Cara
ini ampuh untuk memperkuat hafalan, di samping kita bisa
mengetahui tafsirnya dan mengamalkannya.
Kelima, Memulai Dari Juz yang
Mudah
Kita tidak harus menghafal Al-Qur’an sesuai urutan
mushaf, ataupun dari permulaan. Diperbolehkan jika kita
mau memulai dari juz-juz yang mudah, agar bisa
menghafal dengan cepat dan bisa menghafal dalam jumlah
yang baik sejak dini.

Ini tentu saja akan mendorong kita untuk terus


melangkah jauh, karena semangat saat kita sudah
memiliki hafalan seperlima Al-Qur’an, tentu berbeda
dengan semangat saat kita sudah memiliki separuhnya,
juga berbeda dengan semangat ketika kita belum memiliki
hafalan sedikit pun.

Sebagai contoh, bisa memulai dari:

1. Juz tiga puluh.


2. Juz duapuluh sembilan.
3. Surah Al-Baqarah.
4. Surah Ali ‘Imran.
Keenam, Menggunakan Satu Mushaf
Mushaf memiliki versi cetakan beragam, dengan tulisan
dan bentuk berbeda. Ada mushaf yang satu halamannya
terdiri dari 12 baris, ada yang terdiri dari 14 baris dan ada
juga 15 baris,atau yang lain. Baris pertama dalam mushaf
tertentu dimulai dengan kalimat tertentu dan ayat tertentu,
sementara baris yang sama pada mushaf berbeda dimulai
dengan kalimat, ayat tertentu, dan surah berbeda.

Dalam menghafal, orang menggunakan indera-


indera tertentu yang memasukkan informasi ke dalam
otak. Ketika informasi dimasukkan dengan menggunakan
indera, hafalan akan semakin kuat.

Penglihatan adalah salah satu indera penting dalam


menghafal. Untuk itu, kita harus memastikan bentuk
mushaf yang hendak kita hafal agar terbiasa saat
melihatnya. Gunakan satu mushaf saja untuk menghafal
dan membaca.
Ketujuh, Tidak Menambah Hafalan
Jika Belum Siap
Semangat kadang mendorong Anda untuk terus
menghafal Al-Qur’an, beralih dari satu ‘ain ke ‘ain, dari satu
surah ke surah lain dengan cepat tanpa memantapkan
hafalan.

Kaidah hafalan menyebutkan:

“Ketika Anda tidak mencurahkan tenaga dalam menghafal


sesuatu, yang bertahan dalam memori hanya sedikit.”

Untuk itu, jangan pindah dari ayat ke ayat lain, atau


dari ‘ain ke ‘ain lain kecuali setelah kita benar-benar
merasa tenang bahwa kita sudah memantapkan hafalan
sebelumnya, agar waktu yang kita gunakan dalam
menghafal tidak lebih besar dari manfaat nyata yang
dirasakan.
Kedelapan, Membagi Surah yang
Panjang
Surah-surah panjang biasanya terbagi menjadi sejumlah
potongan-potongan kecil agar mudah dihafal. Misalnya
dalam sehari kita menghafal dua ayat, besok lagi dua ayat,
pekan depan menghafal satu ‘ain, dan seterusnya,
sehingga satu surah panjang bisa diselesaikan selama
kurang lebih satu atau dua bulan.

Berkenaan dengan ini, pentingnya mengaitkan


bagian awal dan akhir surah setelah dihafal, agar menjadi
satu kesatuan dalam memori.

Artinya, kita harus membaca satu surah secara


utuh dalam bentuk hafalan lebih dari sekali, agar kita yakin
surah tersebut sudah menjadi satu kesatuan yang saling
terikat dalam memori.
Kesembilan, Memperhatikan Ayat-
Ayat yang Mirip
Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki
kesamaan. Kadang satu ayat dalam satu surah berbeda
dengan kalimat yang sama di surah lainnya atau bahkan
dalam satu huruf. Terkadang pula ada ayat yang sama
persis dengan ayat lain di surah yang berbeda.

Pada mulanya hal ini mungkin terasa mudah.


Namun setelah hafalan semakin banyak, mungkin akan
terasa sulit bagi penghafal Al-Qur’an untuk
memantapkan hafalan tanpa memperhatikan perbedaan-
perbedaan di antara ayat-ayat yang memiliki kemiripan.
Kesepuluh, Mengikuti Perlombaan
Menghafal Al-Qur’an
Lomba menghafal Al-Qur’an termasuk salah satu media
terbaik untuk memperkuat hafalan. Setiap orang tentu
memiliki kecenderungan untuk mempersiapkan diri
semantap mungkin saat menghadapi ujian, mempercepat
hafalan, dan memanfaatkan waktu ketika ujian sudah
ditentukan waktunya.

Dua hal ini (kemantapan dan kecepatan) bisa


diwujudkan melalui perlombaan-perlombaan Al-Qur’an .

Namun kita perlu memperbarui niat secara


berkesinambungan. Jangan sampai niatan utama kita
untuk meraih hadiah atau menunjukkan bahwa kita berada
di ranking teratas. Niat harus jelas dan ikhlas; kita ingin
hafal Al-Qur’an dengan baik demi menggapai ridha Allah.

Anda mungkin juga menyukai