Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 4 2015

Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
____________________________________________________________________________________________________

Kajian Kerentanan Sosial Dan Ekonomi Terhadap Bencana Banjir


(Studi Kasus: Wilayah Pesisir Kota Pekalongan)

Arsiadi Wisnu Hapsoro¹ dan Imam Buchori²


1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
email : Arsiadi_Wisnu@yahoo.com

Abstrak:Penelitian ini diangkat dari latar belakang kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang
rentan terhadap bencana banjir di wilayah pesisir Kota Pekalongan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengkaji kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat melalui pemodelan untuk
mengetahui tingkat kerentanan masyarakat dengan bantuan alat Sistem Informasi
Geografis.Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif dengan metode analisis
data berupa scoring analysis, deskriptif kuantitatif dan analisis spasial.Kerentanan sosial yang
merupakan kajian dalam penelitian ini diukur dengan kepadatan penduduk, penduduk usia tua
dan balita, penduduk wanita dan pemahaman masyarakat terhadap bencana. Sedangkan
kerentanan ekonomi diukur dari persentase tingkat kemiskinan. Dari hasil penelitian, 272,9 ha
wilayah pesisir Kota Pekalongan atau sekitar 6% dari luas total Kota Pekalongan tergenang air
laut pada tahun 2029. Tingkat kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat di wilayah pesisir Kota
Pekalongan terkategorikan kedalam tiga kelas yaitu kerentanan rendah (1 kelurahan),
kerentanan sedang (4 kelurahan) dan kerentanan tinggi (1 kelurahan). Kesimpulan yang dapat
diambil adalah model terbentuk dan dapat mempresentasikan kondisi sebenarnya di lapangan
sebesar 83,34%.

Kata Kunci :Bencana, Banjir, Kerentanan, Sosial dan Ekonomi,

Abstrak: This research is lifted from the background social and economic conditions the
vulnerable to flooding in coastal areas Kota Pekalongan.The purpose of this research is to assess
susceptibility social and economic the community through modeling determine the level of
vulnerability communities with the assistance of Geographical Information System.This research
used the quantitative analysis by the method of analysis of data scoring analysis, descriptive
quantitative and spatial analysis. Which is vulnerability social studies in this research measured by
population density , the old age and baby , the women and community understanding for
disasters .While economic vulnerability measured from the percentage of poverty level. The
research, 272,9 ha coastal areas Kota Pekalongan or about 6 % of the total Kota Pekalongan
flooded the sea in 2029.The vulnerability of the social and economic community in coastal areas
Kota Pekalongan in input into three classes low vulnerability (1 village), medium vulnerability ( 4
village ) and hight vulnerability (1 village ). A conclusion that can be taken is a model formed and
can be presented the true conditions in the field of 83,34 %

.Keyword :Disaster, Flood, vulnerability, Socialand Economic, Modeling

Teknik PWK; Vol. 4; No. ; 2015; hal. 542-553 I542


Kajian Kerentanan Sosial dan Ekonomi… Arsiadi Wisnu Hapsoro dan Imam Buchori

PENDAHULUAN Banyaknya jumlah penduduk yang


tinggal di wilayah pesisir Kota Pekalongan
Bencana adalah peristiwa atau yang merupakan kawasan rawan bencana
serangkaian peristiwa yang mengancam dan banjir dikarenakan daerah tersebut
menggangu kehidupan dan penghidupan merupakan sentral industri batik, pada tahun
masyarakat yang disebabkan oleh beberapa 2013 jumlah industri yang terdapat di wilayah
faktor alam dan faktor non-alam maupun pesisir Kota Pekalongan berjumlah 612 unit
faktor manusia sehingga dapat dengan total penyerapan tenaga kerja sebesar
mengakibatkan korban jiwa, kerusakan 9.343 jiwa sehingga banyak pekerja yang
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak memilih tinggal di sekitar industri supaya
psikologis (BNPB, 2013).Salah satu bencana aksesibilitasnya mudah dan dekat dengan
yang sering terjadi di kota-kota berkembang lokasi pekerjaan. Selain itu, wilayah pesisir
di Indonesia adalah bencana banjir. Banjir Kota Pekalongan juga potensial untuk
adalah peristiwa atau keadaan dimana dijadikan tambak sebagai nilai tambah
terendamnya suatu daerah atau daratan perekonomian masyarakat sekitar.Luas
karena volume air yang meningkat (UU No.24 penggunaan lahan tambak di wilayah pesisir
Tahun 2007), yang disebabkan oleh Kota Pekalongan adalah 163 hektar dari 1.488
perubahan iklim, peningkatan frekuensi dan hektar dari total luas lahan Kecamatan
intensitas curah hujan yang tinggi atau akibat Pekalongan Utara. Aspek ekonomi selain
banjir kiriman dari daerah lain yang berada di menjadi salah satu kerugian juga menjadi
tempat lebih tinggi. aspek kerentanan dari bencana banjir. Tingkat
Banjir di wilayah pesisir Kota Pekalongan ekonomi masyarakat yang tergolong miskin
merupakan suatu fenomena yang terjadi yaitu mereka yang mendapatkan bantuan
setiap tahun.Karena sering terjadi banjir, pemerintah berupa beras miskin, menjadikan
masyarakat menganggap hal tersebut menjadi masyarakat tersebut rentan terhadap
hal biasa.Banjir tersebut dipengaruhi oleh bencana banjir sebab tingkat ekonomi
terjadinya penurunan muka tanah(land menjadi salah satu variabel dalam mitigasi
subsidence), drainase yang buruk dan faktor bencana, semakin tinggi tingkat ekonomi
curah hujan yang tinggi pada saat musim semakin rendah kerentanan ekonominya
penghujan. dikarenakan masyarakat dianggap akan lebih
Dalam Koran-Sindo.com yang berjudul mampu untuk melindungi kehidupan mereka
“Rumah di Pekalongan Terendam Banjir” pada dengan ekonomi mereka yang lebih baik.
bulan Januari 2015 bencana banjir melanda Belum adanya kajian kerentanan sosial
Kota Pekalongan, banjir ini merendam lebih dan ekonomi yang dimodelkan melalui alat
dari sebagian Kecamatan Pekalongan Sistem Informasi Geografis di wilayah pesisir
Utara.Tercatat terdapat tujuh kelurahan di Kota Pekalongan sebagai langkah untuk
Kecamatan Pekalongan Utara yang terendam mengurangi dan mengantisipasi banyaknya
banjir. Titik terparah terdapat di Kelurahan korban jiwa akibat bencana banjir merupakan
Bandengan dimana terdapat 450 rumah yang salah satu permasalahan yang ada untuk saat
terendam dan Kelurahan Pabean yang ini yang menjadi dasar dari penelitian ini.
mencapai 300 rumah, dengan ketinggian air Sehingga dengan adanya upaya pengurangan
yang bervariatif berkisar antara 20 cm hingga risiko bencana berbasis kerentanan non-fisik
30 cm. yaitu sosial dan ekonomi dengan
Kerawanan bencana banjir di Kota menggunakan alat Sistem Informasi Geografis
Pekalongan ini telah diperparah dengan diharapkan dapat membantu mengurangi
beberapa permasalahan lain yang muncul dan risiko bencana banjir.
memicu meningatnya kerentanan. Tujuan dari penelitian ini adalah
Kerentanan non fisik yang berupa kerentanan mengkaji kerentanan sosial dan ekonomi
sosial dan ekonomi merupakakan sebab dan masyarakat sebagai bentuk pengurangan
akibat dari besarnya kerugian karena bencana risiko bencana banjir di wilayah pesisir Kota
banjir. Pekalongan melalui alat Sistem Informasi
Teknik PWK; Vol. 4; No. ; 2015; hal. 542-553 I543
Kajian Kerentanan Sosial dan Ekonomi… Arsiadi Wisnu Hapsoro dan Imam Buchori

Geografis dengan hasil akhir berupa peta dibandingkan Kecamatan-Kecamatan lainnya


kerentanan sosial dan ekonomi. di Kota Pekalongan.
Sasaran yang harus dilakukan dan dicapai
dalam mengkaji kerentanan sosial dan
ekonomi dengan Sistem Informasi Geografis
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi karakteristik wilayah
studi;
2. Mengidentifikasi karakteristik bencana
banjir;
3. Mengidentifikasi kerentanan sosial dan
ekonomi masyarakat pada wilayah
studi;
4. Membangun model kerentanan sosial
dan ekonomi dengan alat Sistem Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Tengah
Informasi Geografis; Tahun 2015 dan PRBI 2004
5. Validasi hasil model dengan cara Peta Administrasi
mengecek hasil implementasi ke Wilayah Pesisir Kota Pekalongan
lapangan;
6. Kesimpulan dan temuan studi; Ruang lingkup substansi dalam penelitian
7. Perumusan rekomendasi dari temuan ini hanya terbatas pada kerentanan sosial dan
studi. ekonomi sebagai basis dari mitigasi bencana
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian dengan alat Sistem Informasi Geografis yang
ini adalah kelurahan di wilayah pesisir Kota meliputi :
Pekalongan yang terdiri dari 6 Kelurahan yaitu 1. Identifikasi dan analisis kerentanan non
Kelurahan Bandengan, Kandangpanjang, fisik berupa kerentanan sosial dan
Panjang Wetan, Krapyak Lor, Degayu dan ekonomi.
Panjang Baru. wilayah pesisir Kota 2. Pemodelan dengan Sistem Informasi
Pekalongandipilih sebagai wilayah studi Geografis yang meliputi karakteristik
penelitian karena dimana saat musim wilayah studi dan kerentanan sosial,
penghujan tiba wilayah pesisir Kota ekonomi.
Pekalonganmemiliki resiko kerentanan
terhadap bencana banjir paling besar

KAJIAN LITERATUR (capacity) suatu komunitas dalam mengelola


Bencana ancaman (Oxfam, 2012).Bencana juga dapat
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian diartikan sebagai suatu gangguan serius
peristiwa yang mengancam dan mengganggu terhadap aktifitas suatu masyarakat sehingga
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang menyebabkan kerugian yang meluas pada
disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor kehidupan masyarakat baik dari segi materi,
non alam maupun faktor manusia sehingga ekonomi atau lingkungan dan yang
mengakibatkan timbulnya korban jiwa melampaui kemampuan masyarakat untuk
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian mengatasi hal tersebut dengan
harta benda, dan dampak psikologis (Undang- memanfaatkan sumber daya mereka sendiri
Undang Nomor 24 tahun 2007).Bencana (UNISDR, 2004).
(disaster) merupakan fenomena yang terjadi
akibat kolektifitas atas komponen bahanya Resiko Bencana
(hazard) yang mempengaruhi kondisi alam Resiko bencana adalah interaksi antara
dan lingkungan, serta bagaimana tingkat tingkat kerentanan daerah dengan ancaman
kerentanan (Vulnerability) dan kemampuan bahaya (hazard) yang ada.Penyebab yang
Teknik PWK; Vol. 4; No. ; 2015; hal. 542-553 I544
Kajian Kerentanan Sosial dan Ekonomi… Arsiadi Wisnu Hapsoro dan Imam Buchori

memicu terjadinya bahaya bencana berasal genangan yang terjadi Dalam mendukung
dari kejadian alam yang berupa bencana pelaksanaan identifikasi daerah banjir,
alam.Sedangkan penyebab terjadinya pendekatan dapat dilakukan dengan
kerentanan terbagi menjadi 3 jenis yaitu menggunakan data-data sebagai berikut
penyebab yang paling mendasar, tekanan (Mulyanto, 2008).
dinamis dan kondisi lingkungan fisik.Penyebab 1. Peta-peta, yang terdiri dari peta
kerentanan yang paling mendasar berupa topografi, geologi, hidrologi
kemiskinan, infrastruktur, sumber daya, (hidrogeologi dan hidrometeorologi)
ideology, sistem ekonomi dan faktor-faktor rawan bencana banjir;
prakondisi umum.Tekanan dinamis yang 2. Laporan, meliputi publikasi khusus hasil
menjadi penyebab kerentanan yaitu institusi seminar dan bahan bacaan media cetak
lokal, pendidikan, pelatihan, soft skill, serta elektronik;
investasi lokal, pasar lokal, kebebasan pers, 3. Identifikasi yang dilakukan oleh
kekuatan makro, ekspansi penduduk, pemerintah daerah tentang tingkat
urbanisasi, degradasi lingkungan.Kerentanan kerawanan kawasan bencana banjir.
bencana berdasarkan kondisi fisik yaitu lokasi Selain dengan cara-cara diatas,
yang berbahaya, infrastruktur dan bangunan, identifikasi daerah rawan banjir saat ini dapat
ekonomi local, kehidupan yang beresiko, dilakukan melalui citra satelit.Cara ini lebih
tingkat pendapatan yang rendah dan tindakan modern dan efektif dibandingkan dengan
umum.(Wisner, 2004).Secara Umum, resiko cara-cara konvensional
dapat dirumuskan sebagai berikut (Bakornas sebelumnya.Pengelolaan citra satelit yang
PB, 2007): baik dapat mendeteksi daerah-daerah yang
rawan genangan, dari situ dapat dibuat peta
sebaran daerah rawan banjir.
Ancaman
Bahaya
Kerentanan
Kerentanan (vulnerability) adalah
tingkatan suatu sistem yang rentan terhadap
dan mempu mengatasi efek dari perubahan
Resiko iklim, termasuk variabilitas iklim dan
ekstream.Kerentanan merupakan fungsi dari
Ketidakmampuan Kerentanan karakter, jarak dan laju perubahan iklim dan
variasi sistem yang terbuka, kepekaan dan
Sumber : Bakornas PB, 2007 kapasitas adaptif (IPCC, 2007).Kerentanan
Resiko Bencana adalah sekumpulan kondisi dan atau suatu
akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi
Identifikasi Banjir dan lingkungan) yang berpengaruh buruk
Pemanasan global telah mendorong terhadap upaya-upaya pencegahan dan
perubahan besar dalam pola curah hujan, penanggulangan bencana (Bakornas PB,
sehingga meningkatkan risiko banjir di 2009).Bila suatu bahaya merupakan suatu
berbagai kota. Banjir dapat didefinisikan fenomena atau kondisi yang sulit diubah maka
sebagai massa air yang di produksi dari kerentanan masyarakat relative dapat diubah.
limpasan air di permukaan tanah yang relatif Oleh karena itu pengurangan resiko bencana
tinggi dan tidak dapat di tampung yang dapat dilakukan dengan cara memperkecil
meluap secara alami serta menimbulkan kerentanan. Kerentanan dikaitkan dengan
genangan atau aliran dalam jumlah besar kemampuan manusia untuk melindungi
(Ward, 1978). dirinya dan kemampuan untuk
Identifikasi daerah rawan banjir menanggulangi dirinya dari dampak
berguna untuk mengetahui daerah yang bahaya/bencana alam tanpa bantuan dari
rawan terhadap genangan air.Hal tersebut luar.Kompleksitas arti kerentanan bencana
berguna dalam mengantisipasi dampak dari maka dapat didefinisikan dan dijabarkan
Teknik PWK; Vol. 4; No. ; 2015; hal. 542-553 I545
Kajian Kerentanan Sosial dan Ekonomi… Arsiadi Wisnu Hapsoro dan Imam Buchori

kriteria kerentanan bencana berdasarkan berubah, seperti dalam merencanakan jalur


pada karakteristik dampak yang ditimbulkan evakuasi untuk bencana banjir.
pada obyek tertentu.Kerentanan, Beberapa dari model digunakan untuk
ketangguhan, kapasitas, dan kemampuan menjelaskan atau memperkirakan apa yang
merespon dalam situasi darurat, bisa terjadi, tidak hanya pada satu tempat namun
diimplementasikan baik pada level individu, juga pada semua tempat dimana model
keluarga, masyarakat dan institusi (Sunarti, tersebut dapat diterapkan. Oleh karena itu
2009). model pada umumnya bersifat kuantitatif dan
berhubungan dengan dinamika dan proses
dari lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi
Bahaya
(Brimicombe, 2003).
Bahaya Bencana Kerantanan
Kerantanan
Justifikasi Penetapan Variabel Penelitian
Sumber : Bakornas PB, 2007
Dari berbagai kajian literature yang telah
Pengurangan Resiko Bencana Dengan Memperkecil dimasukkan diatas, maka disusun variable
Kerentanan penelitian yang akan digunakan. Variabel-
variabel ini akan mempermudah, membatasi
Faktor-faktor kerentanan meliputi (Bakornas dan mengarahkan pada tujuan penelitian ini.
PB, 2007) : Berikut ini adalah justifikasi variable-variabel
a. Kerentanan fisik: terpilih yang akan digunakan dalam
Prasarana dasar, konstruksi, bangunan penelitian.
b. Kerentanan ekonomi: 1. Kepadatan Penduduk
Kemiskinan, penghasilan, nutrisi Semakin padat suatu wilayah akan sangat
c. Kerentanan sosial: berpengaruh pada kerentanan sosial
Pendidikan, kesehatan, politik, hukum, masyarakat. Tingginya kepadatan
kelembagaan penduduk menggambarkan tingginya
d. Kerentanan lingkungan: peluang jatuhnya korban jiwa maupun
Tanah, air, tanaman, hutan, lautan harta benda sehingga mengancam
Jenis bencana alam yang tidak bias kelangsungan hidup masyarakat.
dikontrol dan dicegah manusia, besarnya 2. Penduduk Usia Tua dan Balita
resiko dan dampak bencana selain Penduduk usia tua (> 65 tahun) dan usia
dipengaruhi oleh besarnya bahaya (termasuk balita (< 5 tahun) merupakan salah satu
bahaya ikutan karena kerentanan yang variable kerentanan sosial. Saat terjadi
bersifat fisik), juga dipengaruhi oleh bencana dan dalam proses evakuasi,
ketangguhan manusia dalam meminimalkan penduduk usia tua dan balita dinilai
resiko sebelum bencana, dalam mengelola mempunyai kemampuan yang lebih
resiko pada saat bencana, dan mengelola rendah, sehingga penduduk usia tua dan
resiko setelah terjadinya bencana (Sunarti, balita mempunyai ketergantungan pada
2009). penduuk usia produktif.
3. Penduduk Wanita
Pemodelan Tingginya rasio jumlah wanita dalam
Dalam bidang keruangan, karakteristik komposisi jumlah penduduk berdasarkan
dunia nyata sangat kompleks dan selalu jenis kelamin menggambarkan
berubah, maka akan sulit merencanakannya kemampuan yang relative rendah dalam
secara absolute.Oleh karena itu, perlu adanya proses evakuasi. Hal ini didasari dari
suatu bentuk yang lebih sederhana dari kondisi wanita yang secara umum dinilai
kondisi di dunia nyata tersebut.Pemodelan lebih rendah dibandingkan dengan kondisi
merupakan suatu bentuk yang tepat untuk fisik laki-laki. Dengan adanya kondisi
menyederhanakan kerja yang berkaitan tersebut maka akan lebih rentan penduduk
dengan data-data komplek yang selalu wanita daripada penduduk laki-laki, oleh
Teknik PWK; Vol. 4; No. ; 2015; hal. 542-553 I546
Kajian Kerentanan Sosial dan Ekonomi… Arsiadi Wisnu Hapsoro dan Imam Buchori

karena itu variable penduduk wanita menambah tinggi kerentanan masyarakat


termasuk dalam kerentanan sosial. dalam menghadapi bencana banjir.
4. Pemahaman Masyarakat terhadap 5. Persentase Tingkat Kemiskinan
Bencana Variabel tingkat kemiskinan dianggap
Pemahaman masyarakat sangat dapat mewakili kerentanan ekonomi
diperluhkan dalam mengantisipasi penduduk. Adanya penduduk yang
ancaman bencana banjir.Dalam hal ini yang tergolong miskin tentunya akan
menjadi dasar dalam penentuan variable berpengaruh terhadap kesiap-siagaan
yakni didasarkan pada konsep praktis terhadap bencana yang mengancam.
kerentanan bencana yang telah ada. Sebab kemampuan finansial masyarakat
Dengan kondisi banyaknya masyarakat juga akan mempengaruhi proses evakuasi
yang belum memahami karakteristik saat terjadinya bencana dan kemampuan
bencana yang akan terjadi maka akan bertahan pasca terjadinya bencana banjir.

METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini


Pendekatan yang dilakukan dalam berupa data primer yang didapatkan
penelitian ini adalah pendekatan pemodelan berdasarkan wawancara, kuesioner dan
yang menggambarkan kondisi nyata di observasi, dan data sekunder melaui survei
lapangan. Sistem Informasi Geografis instansional dan kajian literatur.Wawancara
merupakan alat yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah pihak Kelurahan
mengolah dan menganalisis database dan Kecamatan, kemudian dinas-dinas terkait
kerentanan sosial dan ekonomi di kawasan dan lembaga masyarakat dengan tujuan untuk
rawan bencana banjir wilayah pesisir Kota menggali informasi berupa karakteristik
Pekalongansehingga dapat diketahui tingkat bencana banjir di wilayah pesisir Kota
kerentanan sosial dan ekonomi sesuai dengan Pekalongan.Kusioner yang dilakukan guna
variabel yang ada. mendukung variabel pemahaman
Konsep tahapan penelitian yang pertama masyarakat terhadap bencana banjir
dilakukan adalah studi literatur mengenai dengan sasaran adalah masyarakat yang
karakteristik bencana dan mitigasi bencana berada pada wilayah pesisir Kota
banjir di wilayah pesisir Kota Pekalongan. Pekalongan.Sedangkan observasi dilakukan
Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui dengan pengambilan gambar untuk
risiko dan dampak dari bencana banjir serta memperkuat analisis dan untuk mengetahui
langkah-langkah apa saja yang harus diambil keadaan atau gambaran secara umum kondisi
dalam melakukan mitigasi bencana. Dari studi sosial dan ekonomi masyarakat yang ada pada
literatur tersebut maka dapat diambil langkah wilayah studi.
selanjutnya yaitu menentukan kriteria atau Metode survei instansional dilakukan
variabel kerentanan sosial dan ekonomi dari dengan tujuan untuk mencari data sekunder
bencana banjir. Variabel dari kerentanan pada instansi terkait serta berdasarkan
sosial dan ekonomi tersebut merupakan input narasumber tertentu. Instansi yang dituju
dari penyusunan model. Tahapan yang dalam survei instansi adalah Bappeda Kota
terakhir adalah penyusunan model dengan Pekalongan, Badan Pusat Statistik (BPS),
alat Sistem Informasi Geografis berbasis Badan Penanggulanga Bencana Daerah
kerentanan sosial dan ekonomi.Model (BPBD), Kantor Kecamatan Pekalongan Utara
tersebut dapat merepresentasikan kondisi dan Kantor Kelurahan di wilayah pesisir Kota
nyata dilapangan.Dengan menggunakan Pekalongan.Sedangkan Data yang diperoleh
model tersebut maka dapat diketahui dari kajian literatur berkaitan dengan bencana
kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat banjir serta kerentanan sosial dan ekonomi
terhadap bencana banjir di wilayah pesisir yang berasal dari berbagai teori, buku, jurnal
Kota Pekalongan. dan artikel serta studi kasus sehingga dapat

Teknik PWK; Vol. 4; No. ; 2015; hal. 542-553 I547


Kajian Kerentanan Sosial dan Ekonomi… Arsiadi Wisnu Hapsoro dan Imam Buchori

diperoleh berbagai variabel yang dapat Variabel Skor Kriteria


membantu dalam penelitian.
Setelah data-data tersebut terkumpul, ≤ 33 % responden mampu
3
maka dilakukan analisis data.Metode analisis menjawab pertanyaan inti
data yang digunakan dalam penelitian ini yang Persentase 1 11,54% - 23,00%
pertama adalahScoring analysis. Dilakukan tingkat 2 23,01% - 34,47%
dengan pemberian skor pada setiap variabel kemiskinan 3 34,48% - 45,94%
yang digunakan dalam penelitian.Hasil dari Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2015.
scoring setiap variabel menunjukkan tingkat
kerentanan sosial dan ekonomi pada masing- Dari kategori skor kerentanan di atas
masing variabel.Dari hasil scoring masing- kemudian dilakukan penjumlahan pada setiap
masing variabel kemudian dilakukan variabel di setiap Kelurahan. Hasil dari
penjumlahan skor setiap variabel dan penjumlahan skor setiap variabel dilakukan
didapatkan hasil akhir berupa tingkat perhitungan dan didapatkan tingkat
kerentanan sosial dan ekonomi terhadap kerentanan seperti berikut:
bencana banjir. Kerentanan Rendah : 8
Kerentanan Sedang : 9 – 10
Kriteria Scoring Variabel Keentanan Tinggi : 11 – 12
Variabel Skor Kriteria Metode analisi berikutnya adalah
metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu
1 21 - 63 Jiwa/ha menggambarkan deskripsi penjelasan dan
Kepadatan
2 64 - 106 jiwa/ha gambaran mengenai data-data kuantitatif
penduduk
3 107 - 149 jiwa/ha yang digunakan dalam analisis yang
Penduduk 1 13,90 – 14,01 dilakukan.Data kuantitatif yang digunakan
usia tua dan 2 14,02 – 14,13 dalam penelitian ini berupa angka yaitu
balita 3 14,14 – 14,25 jumlah penduduk dan luas wilayah di setiap
1 92,38 – 98,88 (Sex Rasio) Kelurahan di wilayah pesisir Kota
Penduduk Pekalongan.
2 98,89 – 105,39 (Sex Rasio)
wanita Pemodelan dilakukan untuk mengetahui
3 105,4 – 111,9 (Sex Rasio)
≥ 67 % responden mampu kerentanan sosial dan ekonomi terhadap
Pemahaman 1 bencana banjir dalam bentuk yang paling
menjawab pertanyaan inti
masyarakat sederhana yaitu peta kerentanan sosial dan
34 - 66% responden
terhadap ekonomi melalui alat Sistem Informasi
2 mampu menjawab
bencana Geografis yaitu ArcGIS 9.3.
pertanyaan inti

HASIL PEMBAHASAN
Setelah dilakukan scoring pada setiap
variabel yang sudah ditentukan sebelumnya
berupa kepadatan penduduk, penduduk usia
tua dan balita, penduduk wanita, pemahaman
masyarakat terhadap bencana dan
kemiskinan kemudian dilakukan pemodelan
melalui alat Sistem Informasi Georgrafis,
maka didapatkanan hasil peta kerentanan
seperti di bawah ini:

Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015,


PRBI 2004, Analisis Penyusun 2015
Peta Kerentanan Kepadatan Penduduk

Teknik PWK; Vol. 4; No. ; 2015; hal. 542-553 I548


Kajian Kerentanan Sosial dan Ekonomi… Arsiadi Wisnu Hapsoro dan Imam Buchori

Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015, Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Tengah Tahun
PRBI 2004, Analisis Penyusun 2015 2015, PRBI 2004, Analisis Penyusun 2015
Peta Kerentanan Usia Tua dan Balita Peta Kerentanan Ekonomi

Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015, Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Tengah Tahun
PRBI 2004, Analisis Penyusun 2015 2015, PRBI 2004, Analisis Penyusun 2015
Peta Kerentanan Penduduk Wanita Peta Kerentanan Sosial dan Ekonomi

Setelah didapat model kerentanan sosial


dan ekonomi terhadap bencna banjir seperti
pada peta di atas, langkah selanjutnya adalah
melakukan validasi model dengan tujuan
untuk mengetahui apakah hasil output model
sudah dapat mempresentasikan keadaan
kerentanan sosial dan ekonomi di lapangan.
Validasi model dilakukan dengan
membandingkan output model berupa peta
kerentanan sosial dan ekonomi dengan
kondisi di wilayah studi yaitu 6 Kelurahn di
Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015,
wilayah pesisir Kota Pekalongan melalui
PRBI 2004, Analisis Penyusun 2015 observasi lapangan.
Peta Kerentanan Pemahaman Masyarakat Terhadap
bencana Banjir

Teknik PWK; Vol. 4; No. ; 2015; hal. 542-553 I549


Kajian Kerentanan Sosial dan Ekonomi… Arsiadi Wisnu Hapsoro dan Imam Buchori

Mayoritas pekerjaannya sebagai


nelayan dan supir truk
Di sepanjang jalur utama terdapat
banyak rumah toko namun
dibelakangnya masih banyak terdapat
pemukiman kumuh
Pada daerah pemukiman hampir tidak
ditemukan saluran dreinase
Asumsi : Kerentanan Tinggi
Validasi : Sesuai

Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Tengah Tahun Krapyak Lor


2015, PRBI 2004, Analisis Penyusun 2015
Peta Validasi Kerentanan Sosial dan Ekonomi Terhadap Output : Kerentanan Rendah
Banjir Verivikasi :
Mayoritas Pekerjaannya sebagai
Bandengan nelayan dan montir kapal
Output : Kerentanan Sedang Penggunaan tanahnya mayoritas
Verivikasi : sebagai tempat bermukim
Luas penggunaan mayoritas digunakan Terdapat saluran dreinase namun tidak
sebagai tambak berfungsi secara maksimal
Hanya sedikit dari luas wilayah Asumsi : Kerentanan Sedang
Kelurahan Bandengan yang digunakan Validasi : Tidak Sesuai
sebagai pemukiman
Mayoritas Pekerjaan sebagai Petani Dengayu
Tambak Output : Kerentanan Sedang
Sudah terdapat program pemerintah Verivikasi :
berupa tempat MCK umum Penggunaan lahan di dominasi Pertanian
Aumsi : Kerentanan Sedang da lahan kering
Validasi : Sesuai Mayoritas pekerjaannya petani dan
buruh
Kandangpanjang Mayoritas latar belakang pendidikan
Output : Kerentanan Sedang hanya mencapai SD dan SMP
Verivikasi : Mayoritas bangunan pemukiman berupa
Penggunakan tanahnya sebagian bangunan semi-permanen
digunakan sebagai pemukiman, Asumsi : Kerentanan Sedang
sedangkan sebagian lagi digunakan Validasi : Sesuai
sebagai lahan tambak Panjang Baru
Mayoritas pekerjaan di bidang jasa Output : Kerentanan Sedang
Terdapat taman mangrove Verivikasi :
Program air bersih juga sudah terlihat Mayoritas penggunaan tanah digunakan
berupa PAM untuk area pemukiman
Asumsi : Kerentanan Sedang Banyak masyarakat yang memilih tinggal
Validasi : Sesuai dekat dengan pantai. Karena harga tanah
yang murah. Sedangkan ketinggian air
Panjang Wetan laut hampir sejajar dengan ketinggian
Output : Kerentanan Tinggi tanah
Verivikasi : Hampir tidak dijumpai saluran irigasi di
Terdapat pelabuhan di Kelurahan area pemukiman
Panjang Wetan Asumsi : Kerentanan Sedang
Validasi : Sesuai

Teknik PWK; Vol. 4; No. ; 2015; hal. 542-553 I550


Kajian Kerentanan Sosial dan Ekonomi… Arsiadi Wisnu Hapsoro dan Imam Buchori

wilayah pesisir Kota Pekalongan. 16,66%


Dari hasil validasi model pada tabel lainnya memiliki perbedaan antara data
diatas, setelah diambil sampel pada 6 output model dengan kondisi di lapangan
kelurahan berdampak banjir di wilayah pesisir yaitu berupa output dengan kerentanan
Kota Pekalongan sehingga didapat hasil rendah namun asumsi peneliti berupa
bahwa 83,34% memiliki kesamaan antara kerntanan sedang yaitu pada Kelurahan
data input model dengan kondisi dilapangan Krapyak Lor.
sehingga validasi model output juga sesuai
dengan asumsi peneliti didalam melakukan
penilaian kerentanan sosial dan ekonomi di

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI di wilayah pesisir Kota Pekalongan.


Dari hasil identifikasi yang dilakukan, 16,66% lainnya memiliki perbedaan
dapat disimpulkan mengenai kerentanan antara data output model dengan kondisi
sosial dan ekonomi terhadap bencana di lapangan yaitu berupa output dengan
banjir di wilayah pesisir Kota kerentanan rendah namun asumsi
peneliti berupa kerntanan sedang yaitu
Pekalongansebagai berikut:
pada Kelurahan Krapyak Lor.
1. Berdasarkan hasil identifikasi kerentanan
sosial dan ekonomi yang dilakukan, dari 4. Dari hasil survey primer, dapat diketahui
6 kelurahan yang terdapat di wilayah bahwa potensi wilayah, kearifan lokal,
pesisir Kota Pekalongan terdapat 1 tanah kelahiran, tempat tinggal dan
kelurahan dengan kerentanan rendah tingkat ekonomi masyarakat adalah
yaitu Kelurahan Krapyak Lor, 4 kelurahan beberapa alasan kuat dari masyarakat
dengan kerentanan sedang yaitu untuk memilih hidup berdampingan
Kelurahan Bandengan, Kandang Panjang, dengan resiko bencana banjir
Panjang Wetan dan Dengayu.
Sedangkan 1 kelurahan yaitu Kelurahan Dari hasil kesimpulan diatas,
Panjang Baru memiliki tingkat diusulkan beberapa rekomendasi untuk
kerentanansosial dan ekonomi yang mengurangi kerentanan sosial dan
tinggi terhadap bencana banjir . ekonomi masyarakat terhadap bencana
2. Dari variabel Kerentanan Sosial dan banjir sebagai berikut:
Ekonomi yang diidentifikasi, dapat
diketahui bahwa semua variabel
mempunyai pengaruh terhadap Untuk Pemerintah Kota Pekalonagn
kerentanan sosial dan ekonomi. Hal 1. Mengarahkan kepadatan penduduk
tersebut dapat dilihat dari persentase dan menentukan arahan tata guna
kerentanan sedang hingga tinggi yang lahan khususnya pembangunan
diperoleh dari variabel-variabel tersebut pemukiman baru ke wilayah yang
termasuk dalam persentase kerentanan memiliki resiko bencana yang rendah.
yang cukup besar. 2. Mempertahankan fungsi kawasan
3. Dari hasil validasi model, setelah diambil lindung untuk mengontrol
sampel pada 6 kelurahan berdampak
perkembangan tata guna lahan di
banjir di wilayah pesisir Kota Pekalongan
kawasan rawan bencana Kecamatan
didapat hasil bahwa 83,34% memiliki
kesamaan antara data input model Pekalongan Utara, Kota Pekalongan
dengan kondisi dilapangan sehingga 3. Upaya non-struktural dilakukan
validasi model output juga sesuai dengan dengan cara sosilaisasi pengetahuan
asumsi peneliti didalam melakukan mengenai karakteristik bencana
penilaian kerentanan sosial dan ekonomi banjir dan pelatihan kepada

Teknik PWK; Vol. 4; No. ; 2015; hal. 542-553 I551


Kajian Kerentanan Sosial dan Ekonomi… Arsiadi Wisnu Hapsoro dan Imam Buchori

masyarakat mengenai langkah- Untuk Masyarakat Lokal


langkah dalam menghadapi bencana 1. Masyarakat local harus proaktif dan
banjir serta perlu dilakukan simulasi memenuhi kebijakan dan rencana terkait
proses evakuasi sehingga masyarakat mitigasi bencana oleh Pemerintah Kota
akan menyadari betul langkah-langkah Pekalongan dalam menghadapi resiko
yang harus diambil dalam menghadapi bencana banjir. Tanpa sikap tersebut,
bencana banjir. Sejauh ini sudah kebijakan dan rencana mitigasi bencana
dilakukan upaya non-struktural tersebut, Pemerintah Kota Pekalongan akan sulit
namun belum semua masyarakat untuk diimplementasikan.
memahami karakteristik bencana banjir 2. Masyarakat lokal harus mengadakan
karena upaya yang dilakukan belum forum pengurangan resiko bencana di
mencangkup seluruh lapisan masyarakat. setiap Kelurahan. Karena kelurahan yang
4. Mempersiapkan lokasi evakuasi bagi sudah terdapat lembaga atau forum
masyarakat yang berada di kawasan pengurangan resiko bencana banjir
bencana banjir. Lokasi evakuasi harus masih belum maksimal perannya dalam
memenuhi syarat yaitu aman terhadap masyarakat sehingga masih banyak
bencana, akses yang baik menuju lokasi masyarakat kelurahan di Kecamatan
serta prasarana dasar yang mendukung Pekalongan utara yang belum
di lokasi evakuasi. memahami dengan pasti karakteristik
bencana banjir yang mengancam
mereka.

Daftar Pustaka ______. 2014. Kecamatan Pekalongan Utara


Dalam Angka2013-2014. Kantor
Ardiansyah, D.M, & Buchori, I. 2014. Statistik Kota Pekalongan.
PEMANFAATAN CITRA SATELIT UNTUK ______. 2014. Kecamatan Pekalongan Utara
PENENTUAN LAHAN KRITIS Dalam Angka2013-2014. Kantor
MANGROVE DI KECAMATAN TUGU, Statistik Kota Pekalongan.
KOTA SEMARANG. Geoplanning: Brimicombe, Allan. 2003. GIS, Environmental
Journal Of Geomatics And Planning, Modelling and Engineering. London:
1(1), 1-12. Taylor & Francis Ltd.
BAKORNAS PB. 2007. Pedoman Intergovermental Panel on Climate Change
Penanggulangan Banjir Tahun 2007- (IPPC). 2007. Mitigation of Climate
2008. Jakarta Change. NewYork: Cambridge
BAKORNAS PB dan BAPPENAS.2009. Rencana University Press
Aksi Nasional Penanggulangan Resiko Koran Sindo. 2015. “Rumah di Pekalongan
Bencana.Jakarta: Perum Percetakan Terendam Banjir”. http://www.koran-
Negara RI. sindo.com/read/954080/151/rumah-
Birkmann, Jorn. 2006. Measuring Vulnerability di-pekalongan-terendam-banjir-
to natural hazards: towards disaster 1421897785. Diakses pada tanggal 7
resilient societies. Tokyo: United Agustus 2015
Nasions University Press. Mulyanto, Argo. 2008. “Pengembangan
BPS. 2014. Kota Pekalongan Dalam Angka Model SIG Untuk Menentukan Rute
2013-2014. Kantor Statistik Kota Evakuasi Bencana Banjir (Studi Kasus:
Pekalongan. Kecamatan Semarang Barat, Kota
______. 2014. Kecamatan Pekalongan Utara Semarang)”. Tugas Akhir.Jurusan
Dalam Angka2013-2014. Kantor Perencanaan Wilayah dan Kota,
Statistik Kota Pekalongan. Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro, Semarang.

Teknik PWK; Vol. 4; No. ; 2015; hal. 542-553 I552


Kajian Kerentanan Sosial dan Ekonomi… Arsiadi Wisnu Hapsoro dan Imam Buchori

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Internasional Strategy for Disaster


No. 24 Tahun 2007 tentang Reduction Asia & Pasific.
Penanggulangan Bencana. Sekretariat UNISDR. 2005. “Hyogo Framework for Action
Negara. Jakarta 2005-2015” Building the Resilience of
Sunarti, E. 2009.“Analisis Kerentanan Sosial Nations andCommunities to Disasters.
Ekonomi Penduduk dan Wilayah World Conference on Disaster
untuk Analisis Risiko Bencana” Reduction 18-22 January 2005, Kobe,
Makalah disampaikan sebagai bahan Hyogo, Japan
Penyusunan Rencana Nasional Ward, R.C. 1978. “Floods” A Geographical
Penanggulangan Bencana Indonesia Perspective.London: The Macmillan
2009. Press.
UNISDR. 2004. “Living with Risk: a Global Wisner, B. 2004.“At Risk: Natural Hazards”
Review of Disaster Reduction People’s Vulnerability and
Initiatives”. United Nations Disasters.NewYork: Psychology Press.

Teknik PWK; Vol. 4; No. ; 2015; hal. 542-553 I553

Anda mungkin juga menyukai