Naskah Publikasi Sarjana Keperawatan September 2019
HUBUNGAN KOMPETENSI PERAWAT DALAM PERAWATAN
SPIRITUAL DENGAN PRAKTIK PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN DI RUANG ICU DI RUMAH SAKIT PEMERITAH PEKALONGAN
Intana Vita Silma Khonita¹ , Benny Arief Sulistiyanto²
Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Jl. Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan Email: Intanavitaskh@Gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang: Kompetensi perawat khususnya dalam memberikan perawatan
spiritual adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan khususnya bagi pasien yang mengalami kondisi kritis. Meskipun prioritas perawatan kritis adalah mempertahankan fungsi sistem organ dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, perawatan spiritual pasien juga tidak boleh diabaikan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kompetensi perawat dalam perawatan spiritual dengan praktik pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di ruang ICU di Rumah Sakit Pemerintah Pekalongan. Sampel: Penelitian ini melibatkan seluruh perawat ICU di Rumah Sakit Pemerintah Pekalongan sebanyak 39 responden. Metode: Desain penelitian menggunakan Deskriptif Correlational dengan pendekatan Cross Sectional. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana. Hasil: Rata-rata skor kompetensi perawat dalam perawatan spiritual adalah 12,10 (±6,451), dan praktik pemenuhan kebutuhan spritual pasien 64,49 (±9,159). Kompetensi perawat berhubungan dengan praktik pemenuhan kebutuhan sprititual (R=0,564), dengan arah pengaruh positif sebesar (B =0,801) dan p-value <0.01. Simpulan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pihak rumah sakit untuk selalu dapat meningkatkan kompetensi perawat melalui promosi, pemberi fasilitas dan penambahan ketrampilan bagi perawat di ruang ICU untuk terciptanya asuhan keperawatan yang komprehensif. Kata Kunci : Kebutuhan Spiritual, Kompetensi Perawat, Praktik Perawatan Spiritual
1 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
ABSTRACT
Background: Nurses' competence, especially in providing spiritual care is very
important particularly for patients who are experiencing critical conditions. Despite the fact that the priority of critical care is to maintain the function of the organ systems and to improve the patient's health condition, the patient's spiritual care should not be ignored. Objective: The purpose of this study was to determine the relationship between nurses’ competencies in spiritual care and the fulfilment of spiritual care practice among patients in the ICU at Pekalongan Government Hospital. Method: Simple regression was used this descriptive correlation with the cross sectional approach study. Results: The average nurse competency score in sppiritual care is 12,10 (±6,451), and practice to fulfill the patient’s spititual needs 64,49 (±9,159). Nurse competency is related to the practice of fulfilling the patient’s spiritual needs (R=0,564), With the direction positive influence of (B =0,801) and p-value <0.01. Conclusion : The results of this study are expected to be a reference for the hospital to always be able to improve nurse competency through promotion, education and training for nurses in the ICU to create a comprehensive nursing care. Keyword : Nurses’ competence, spiritual care and practice, spiritual needs
2 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
PENDAHULUAN
Kompetensi perawat merupakan Hal tersebut juga ditegaskan oleh
suatu hal yang harus diperhatikan bagi Undang-undang Keperawatan (2014) kesuksesan pelayanan yang dimiliki pasal 30 butir 1 yang menyebutkan rumah sakit untuk memberikan bahwa perawat bertugas dan kepuasan pada pasien dalam berwenang dalam pemberian memperoleh pelayanan asuhan pelayanan secara holistik. ICN (2012) keperawatan yang maksimal (Arini, juga mengatakan bahwa aspek spiritual Mulyono, & Susilowati, 2014). pada asuhan keperawatan adalah tugas Khususnya kompetensi perawat dalam yang perlu dilakukan oleh semua memberikan perawatan spiritual karena perawat oleh karena itu perawat harus ketika perawat memiliki kompetensi menerapkan aspek spiritual dalam yang relevan perawat akan mempunyai memenuhi kebutuhan pasien. kemampuan untuk mengidentifikasi Kebutuhan spiritual merupakan dan memahami masalah personal salah satu kebutuhan dasar yang spiritual pasien (Leeuwen, 2008; Potter dibutuhkan pasien untuk & Perry, 2010). Mengingat pentingnya peran perawat dalam proses mempertahankan atau mengembalikan penyembuhan dan pemulihan keyakinan dan memenuhi kewajiban kesehatan pasien, maka penting bagi agama, dan kebutuhan untuk perawat untuk meningkatkan mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh kompetensi serta pemahaman tentang rasa percaya dengan Tuhan (Hamid, konsep spiritual supaya dapat 2008). Kebutuhan spiritual tersebut memberikan perawatan spiritual harus terpenuhi setiap individu dalam dengan baik kepada pasien sebagai wujud perawat profesional (Hamid, keadaan sehat maupun dalam keadaan 2008). sakit (Yusuf, Nihayati, Iswari, & Okviasanti, 2016). Perawat sebagai tenaga kesehatan profesional memiliki kesempatan Dalam keadaan sakit, kehilangan, paling besar dibanding dengan tenaga atau duka cita, energi seseorang akan kesehatan lain untuk memberikan berkurang sehingga akan pelayanan kesehatan khususnya mempengaruhi spirit/ semangat orang tersebut oleh karena itu, kepercayaan perawatan/ asuhan keperawatan yang dan keyakinan dalam diri seseorang komprehensif dengan membantu merupakan salah satu sumber daya pasien memenuhi kebutuhan dasar yang paling kuat dalam proses yang holistik karena perawat memandang pasien sebagai makhluk penyembuhan pasien, sehingga untuk biologis, psikologis, sosial, kultural memenuhi kebutuhan spiritual pasien dan spiritual yang dapat berspons perawat harus mengintegrasikanya secara holistik dan unik terhadap kedalam praktik keperawatan perubahan kesehatan (Hamid, 2008).
3 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
(Archiliandi, 2016; Potter & Perry, perubahan yang terjadi akibat kondisi 2010). sakitnya serta serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menunjang Praktik pemenuhan kebutuhan kesehataanya (Aflah, 2017). Oleh spiritual pasien dapat ditunjukkan karena itu, perawat hanya berfokus dengan rasa empati, kasih sayang, pada serangkaian proses life saving mendengarkan cerita pasien, yang meliputi berbagai tindakan seperti berkomunikasi dan berinteraksi dengan pemantauan dan terapi yang intensif pasien, merawat pasien dengan hormat, yang menyebabkan pasien harus membantu pasien dalam menemukan dilakukan pemasangan alat suportif makna dan tujuan hidup, mendukung seperti ventilator, monitor atau alat mereka dengan budaya dan keyakinan infasif lainya untuk memperbaiki agama mereka, memulihkan iman atau fungsi tubuh akan tetapi aspek kepercayaan mereka, dan menemukan spiritualitas pasien dan keluarga harapan bagi pasien (Wu, Tseng, & terabaikan (Wardah et al., 2017). Liao, 2016). Praktik pemenuhan kebutuhan spiritual dapat diberikan Padahal kondisi pasien terminal pada semua pasien yang membutuhkan terutama yang dirawat diruang ICU terlebih pada pasien dengan kondisi memiliki resiko tinggi mengalami terminal atau pada pasien yang masalah dalam kesehatan yang menghadapi kondisi kritis (Hasrul & mengancam jiwa baik aktual maupun Muin, 2017). potensial yaitu ketakutan terhadap nyeri fisik, isolasi, hal tak terduga, Penelitian terkait praktik ketidakpastian tetang apa arti kematian pemenuhan kebutuhan spiritual pasien (Permatasari, 2017; Potter & Perry, terminal dilakukan oleh Ristianingsih, 2010). Jika pemenuhan kebutuhan Septiwi, and Yuniar (2014) yang spiritual pasien tidak terpenuhi pasien menunjukan bahwa pada perawat ICU akan rentan mengalami distres spiritual RSU PKU Muhammadiyah Gombong (Keliat, Wiyono, & Susanti, 2011). menunjukkan bahwa 41,7% perawat memberikan perawatan spiritual Yaseda, Noorlayla, & Effendi (2014) kategori kurang, 58,3% perawat juga mengatakan bahwa pemenuhan memberikan perawatan spiritual dalam kebutuhan spiritual pasien yang kategori cukup dan tidak ada perawat terabaikan khususnya pada pasien yang masuk dalam kategori baik, hal ini dengan penyakit terminal akan menunjukan bahwa pelaksanaan memperberat kondisi sakitnya, dengan perawatan spiritual diruang ICU belum alasan kebanyakan pasien akan merasa terlaksana dengan maksimal yang akan frustasi dan menyerah pada kondisinya berpengaruh terhadap kondisi sehingga terapi yang didapatkan dari kesehatan pasien. luar seperti obat-obatan tak mampu menyembuhkan oleh karena itu, Pasien dan keluarga pasien diruang keyakinan dan kepercayaaan sangat ICU harus menghadapi segala
4 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
mempengaruhi penatalaksanaan HASIL DAN PEMBAHASAN penyakit. Penelitian dilakukan di RSUD METODE PENELITIAN Kajen, Kraton, Bendan dengan jumlah responden sebesar 39. Adapun Desain penlitian ini adalah karakteristik responden didapatkan deskriptif korelational dengan hasil bahwa rata-rata usia responden penekatan cross sectional. Pada adalah 37 Tahun (SD 4,943). Sebagian penelitian ini terdiri dari dari dua besar responden berjenis kelamin laki- variabel yaitu Kompetensi Perawat laki 53,8%. Sebagian besar responden dalam Perawatan Spiritual sebagai pendidikan terakhirnya adalah D3 variabel bebas (Independent) dan keperawatan (76,9%). Seluruh Praktik Pemenuhan Kebutuhan responden (100%) beragama islam. Spiritual Pasien Sebagai Variabel Sebagian besar responden aktif dalam terikat (Dependent). kegiatan keagamaan yaitu sebanyak Populasi dalam penelitian ini adalah (94,9%). Seluruh responden berasal perawat diruang ICU di RSUD Kajen, dari suku Jawa yaitu (100%). RSUD Kraton, RSUD Bendan Mayoritas responden tidak pernah sebanyak 39 perawat. Teknik mengikuti seminar atau workshop pengambilan sampel dalam penelitian maupun pelatihan terkait perawatan ini menggunnakan Total Sampling spiritual yaitu sebanyak (94,9%). dengan jumlah 11 responden di RSUD Seluruh responden (100%) mempunyai Kajen, 14 Responden di RSUD masa kerja > 5 tahun. Pada penelitian Kraton, dan 14 responden di RSUD ini ada dua variabel yang dievaluasi Bendan. Waktu penelitian dimulai pada yaitu kompetensi perawat dalam tanggal 10-22 Juni 2019. perawatan spiritual dan praktik pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. Penelitian ini menggunakan dua Hasil analisa kedua variabel tersebut jenis kuesioner yaitu SCCS (Spiritual diuraikan sebagai berikut: Care Competence Scale) dan NSCTS (Nursing Spiritual Care Therapeutic Hasil Penelitian Scale). Peneliti melakukan uji validitas 1. Analisis Univariat a. Gambaran Kompetensi Perawat terhadap dua kuesioner dengan dalam Perawatan Spiritual di menggunakan metode CVI (Content Ruang ICU di Rumah Sakit Validity Index) dan uji reliabilitas Pemerintah Pekalongan denegn metode IRR (Inter Rater Reliabiliry). dengan nilai validitas Tabel 5. 1 SCCS yaitu sebesar 0,99 dan NSCTS Gambaran Kompetensi Perawat dalam sebesar 0,97 dan nilai reliabilitas SCCS Perawatan Spiritual yaitu sebesar 0,85 dan NSCTS sebesar di Ruang ICU di Rumah Sakit Pemerintah Pekalongan Tahun 2019 0,630. (n=39)
5 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
R Mean F R² Sig Uji F Square Mean SD Min Max Test N Perhitung 0,00 123 0,56 1015,0 17,28 0,31 39 112,10 6,451 92 an 0 4 67 6 8 Regresi Dari tabel diatas, terlihat bahwa VARIA Β STAN T R2 P- F dari total 39 responden rata-rata BEL DAR VA skor kompetensi perawat dalam Β LU E perawatan spiritual adalah (CONS - - 0,3 0,24 17, sebesar 112,10. Adapun nilai TANT) 25, 1,1 18 9 286 321 70 terendah dari kompetensi perawat dalam perawatan Kompetensi 0,8 0,564 4,1 0,00 Perawat 01 58 0 spiritual adalah 92, sedangkan nilai tertinggi 123 dengan standar Berdasarkan tabel diatas deviasi sebesar 6,451. menunjukan nilai R= 0,564, artinya besar hubungan antara kompetensi b. Gambaran praktik pemenuhan perawat dalam perawatan spiritual kebutuhan spiritual pasien di dengan praktik pemenuhan kebutuhan Ruang ICU di Rumah Sakit spiritual pasien dengan besarnya Pemerintah Pekalongan hubungan adalah 0,564. dapat Tabel 5. 2 diketahui pula nilai coeffecient of determination yang dapat dilihat pada Gambaran Praktik Pemenuhan kolom R² yaitu sebesar 0,318. Nilai Kebutuhan Spiritual Pasien di Ruang tersebut menjelaskan bahwa 31,8% ICU di Rumah Sakit Pemerintah variabilitas praktik pemenuhan Pekalongan Tahun 2019 (n=39) kebutuhan spiritual pasien dapat Mean SD Min Max dijelaskan oleh kompetensi perawat N dalam perawatan spiritual. Sedangkan 39 64,49 9,159 41 77 68,2% variabilitas kompetensi perawat dalam perawatan spiritual dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain Dari tabel diatas didapatkan diluar dari kompetensi perawat dalam didapatkan rata-rata skor total perawatan spiritual. Dari data tersebut dari 39 responden adalah sebesar dapat disimpulkan bahwa setiap 64,49. Dengan nilai terendah kenaikan satu unit variabel kompetensi adalah 41, sedangkan nilai perawat maka akan meningkatkan tertinggi adalah 77 dengan 0,801 unit pada variabel praktik standar deviasi sebesar 9,159. pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dengan p-value < 0.01, koefesien 2. Analisis Bivariat regresi tersebut bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa arah Tabel 5. 3 hubungan variabel X (kompetensi Hubungan Kompetensi Perawatan perawat dalam perawatan spiritual) Spiritual dengan Praktik Pemenuhan terhadap variabel Y (praktik Kebutuhan Spiritual Pasien di Ruang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien) ICU di Rumah Sakit Pemerintah adalah positif karena nilai b (beta) Pekalongan Tahun 2019 (n=39) positif.
6 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Y = a + b.x maksimal (Arini et al., 2014). = -25,321 + (0,801. X) Khususnya kompetensi perawat dalam memberikan perawatan Pembahasan spiritual karena ketika perawat memiliki kompetensi yang relevan 1. Gambaran Kompetensi Perawat perawat akan mempunyai dalam Perawatan Spiritual di ruang kemampuan untuk mengidentifikasi ICU di Rumah Sakit Pemerintah dan memahami masalah personal Pekalongan spiritual pasien sehingga akan mengaplikasikanya dalam praktik Hasil penelitian ini artinya keperawatan (Leeuwen, 2008; kompetensi perawat dalam Potter & Perry, 2010). perawatan spiritual sudah baik Konsep kompetensi dalam hal dibuktikan dengan rata-rata skor perawatan spiritual adalah holistik total kompetensi 112,10, perawat dan mampu berorientasi terhadap sudah mampu mencapai standar proses keperawatan. Kesadaran kerja yang diharapkan. perawat akan konsep perawatan Kompetensi seseorang terhadap spiritual semestinya dapat institusi sangat penting terutama memberikan suatu pemahaman bagi pada kinerja seseorang ketika tenaga kesehatan khususnya bekerja, setiap institusi perawat bahwa pemberian asuhan menginginkan karyawannya keperawatan harus komprehensif memiliki komitmen tinggi karena dan holistik, tidak sekedar dengan kompetensi yang tinggi memenuhi kebutuhan biologis, dapat mendorong karyawan untuk psikologis, sosial, kultural tetapi bekerja dengan baik (Nursangadah, juga kebutuhan spiritual pasien serta 2017). Pendapat yang sama juga mampu mengimplementasikan dikatakan Mulyasari (2018) perawatan spiritual terlebih pada semakin maksimal kompetensi pasien di ruang ICU dengan kondisi maka akan semakin baik pula terminal. kinerja pegawai, dan sebaliknya semakin rendah kompetensi maka 2. Gambaran Praktik Pemenuhan akan semakin rendah pula Kebutuhan Spiritual Pasien di kinerjanya. Pencapaian kompetensi Ruang ICU di Rumah Sakit apabila seseorang mampu Pemerintah Pekalongan mengerjakan untuk mencapai hasil yang diinginkan dari suatu Berdasarkan anlisis univariat pekerjaan. diketahui bahwa rata-rata skor nilai Kompetensi perawat juga praktik pemenuhan kebutuhan merupakan suatu hal yang harus spiritual pasien sebesar 69,49, diperhatikan bagi kesuksesan adapun nilai nilai tertingginya pelayanan yang dimiliki rumah sakit adalah 77 dengan standar deviasi untuk memberikan kepuasan pada sebesar 9,159. Hasil tersebut pasien dalam memperoleh menunjukan bahwa dalam pelayanan asuhan keperawatan yang memberikan praktik pemenuhan
7 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
kebutuhan spiritual pasien belum Salah satu aspek pelayanan terlaksana dengan maksimal. Belum profesional dalam keperawatan maksimalnya praktik pemenuhan adalah masalah pemenuhan kebutuhan spiritual pasien kebutuhan spiritual pasien, hal ini disebabkan karena ketidakmampuan penting diberikan karena ketika perawat berkomunikasi, perawat kondisi fisik terganggu maka masih bingung, minimnya sesorang juga mengalami perubahan pengetahuan spiritual, berfikir emosi, karena keimanan pada Tuhan spiritual adalah hal pribadi, dan diyakini akan memudahkan takut melakukan kesalahan ketika seseorang untuk mengatasi memberikan asuhan spiritual, perubahan emosional selama minimnya tenaga perawat yang ada seseorang itu sakit Hawari 2010 di unit pelayanan kesehatan, (Dalam Suni et al., 2013). Hal perlu kurangnya waktu serta kurangnya diterapkan dalam praktik pelatihan perawat tentang perawatan pemenuhan kebutuhan spiritual spiritual (Putri & Jannah, 2017). pasien adalah salah satunya dengan Praktik pemenuhan kebutuhan mengkaji spiritualitas pasien apakah spiritual pasien diruang ICU terganggu akibat perawatan di merupakan bagian dari tugas rumah sakit, karena jika pasien perawat yang bersifat holistik, mengalami distress spiritual serta namun pada praktiknya kebutuhan masalah kesehatan maka pasien spiritual terabaikan. Tidak akan putus asa yang akan sepenuhnya perawat memenuhi menyebabkan menurunya status kebutuhan spiritual pasien karena kesehatan pasien namun tidak hanya perawat hanya berfokus terhadap sekedar mengkaji kebutuhan pemenuhan kebutuhan biologis spiritual pasien saja karena yang pasien, dan perawat akan terpenting adalah bagaimana mendampingi pasien sepenuhnya perawat memahami spiritualitas hanya ketika pasien mendekati pasien dan memberikan dukungan sakaratul maut (Suni et al., 2013). dan sumber yang diperlukan (Potter Perawat merupakan seseorang & Perry, 2010). yang berinteraksi dengan pasien Penelitian ini juga sejalan dengan selama 24 jam, maka perawat sangat penelitian yang dilakukan oleh berperan membantu memenuhi Archiliandi (2016) yang kebutuhan spiritual pasien dengan menyebutkan bahwa sebanyak cara memberikan perawatan (50%) praktik pemenuhan spiritual kepada pasien baik dengan kebutuhan spiritual pasien tergolong cara mendatangkan pemuka agama baik hal ini dilatar belakangi oleh sesuai dengan agama yang diyakini faktor pendidikan, selain itu pasien, memberikan tempat pasien spiritualitas perawat sendiri juga untuk berdoa, serta memberikan secara tidak langsung dapat waktu kepada pasien untuk mempengaruhi praktik pemenuhan berinteraksi dengan orang lain, kebutuhan spiritual pasien, selain itu keluarga, serta teman (Hamid, visi dari rumah sakit juga akan 2008). sangat memepengaruhi bagaimana
8 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
perawat mempraktikan pemenuhan perawatan spiritual dengan praktik kebutuhan spiritual pasien. pemenuhan kebutuhan spiritual Berdasarkan hasil penelitian pasien di ruang ICU dengan nilai yang dilakukan oleh Rachmawati et R=0,564. al. (2017) praktik perawatan Hasil penelitian ini juga spiritual masih kurang hal tersebut menunjukan bahwa peningkatan bisa dilihat dari perawat tidak kompetensi perawat dapat menanyakan apakah pasien dan meningkatkan pemenuhan keluarga membutuhkan pemuka kebutuhan spiritual pasien secara agama, tidak medorong keluarga signifikan (p-value < 0,01). Pada atau kerabat untuk mendoakan atau penelitian ini didapatkan nilai R mengingatkan beribadah. Utami and square (R²) sebesar 0,318 yang Supratman (2009) juga menyatakan artinya 31,8% variabel praktik bahwa perawat kurang pemenuhan kebutuhan spiritual memperhatikan aspek perawatan pasien dapat dijelaskan oleh spiritual dalam perawatan, karena kompetensi perawat dalam belum memahami tentang aspek perawatan spiritual. Sedangkan spiritual dan manfaatnya terhadap 68,2% praktik pemenuhan proses penyembuhan penyakit kebutuhan spiritual pasien pasien dan kesehatan pasien. Peran dijelaskan oleh variabel-variabel perawat dalam memenuhi diluar kompetensi perawat dalam kebutuhan spiritual pasien belum perawatan spiritual. Oleh karena itu, optimal, meskipun perawat peningkatan kompetensi perawat menyetujui bahwa perawatan dapat meningkatkan efektivitas spiritual merupakan tanggung jawab perawatan spiritual (D. R. perawat, terdapat perbedaan antara Baldacchino, 2006). Sehingga keyakinan tersebut dengan perawatan spiritual semakin diakui kenyataan dalam memberikan sebagai elemen wajib dalam perawatan spiritual, perawat juga perawatan yang holistik oleh karena memandang bahwa untuk itu penting untuk meningkatkan memberikan perawatan spiritual kompetensi dalam memberikan bukan tugas dan tanggung jawabnya perawatan spiritual (Abell, Garrett- melainkan tangunng jawab dari Wright, & Abell, 2016). keluarga dan tokoh agama. Aspek fisiologis pasien menjadi fokus utama perawat ICU, padahal 3. Hubungan Kompetensi Perawat aspek spiritual adalah yang justru dalam Perawatan Spiritual dengan dibutuhkan oleh pasien dalam Praktik Pemenuhan Kebutuhan proses pemberian asuhan Spiritual pasien di ruang ICU di keperawatan (Smith, 2019). Oleh Rumah Sakit Pemerintah karenanya, perawat harus dapat Pekalongan memberikan konsultasi atau rujukan kepada tokoh agama pasien Pada penelitian ini menunjukan (kyai/ustadz/pendeta) atau guru hasil bahwa terdapat hubungan spiritual pasien untuk memberikan antara kompetensi perawat dalam ruang dan waktu antara pasien dan
9 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
tokoh agama tersebut secara khusus untuk merencanakan langkah yang untuk meningkatkan hubungan tepat untuk memenuhi atau vertikal dalam aspek spiritual mengatasi masalah spiritual yang pasien. Hamid (2008) dialami pasien, sehingga dapat menambahkan bahwa perawat dapat memberikan perawatan spiritual memberikan dukungan spiritual yang optimal. Hal tersebut dengan cara memberi kesempatan ditegaskan oleh International pada pasien untuk berinteraksi council nursing yang menyatakan dengan tokoh agama, membantu dan bahwa aspek spiritual pada asuhan mengajarkan doa, memotivasi dan keperawatan adalah tugas yang mengingatkan waktu untuk perlu dilakukan oleh semua perawat beribadah, hadir untuk pasien, dan oleh karena itu perawat harus memberikan sentuhan selama menerapkan aspek spiritual dalam perawatan. Hasil penelitian ini memenuhi kebutuhan pasien (ICN, menunjukkan bahwa perawat setuju 2012). (48,7%) dan sangat setuju (51,3%) Sebagian besar perawat untuk dapat merujuk pasien kepada menjawab ketika dapat tokoh agama (SCCS Pertanyaan berkonstribusi pada jaminan nomor 14). kualitas dibidang perawatan Hasil penelitian ini juga spiritual dirumah sakit meyatakan menunjukan bahwa perawat setuju setuju dengan hasil (82,1%) (SCCS sebanyak (48,2%) dan perawat yang Pertanyaan No. 22). Perawat yang menyatakan sangat setuju sebanyak sudah mampu memberikan (38,5%) untuk memberikan perawatan spiritual kepada pasien informasi kepada pasien tentang didalam institusi rumah sakit, maka fasilitas-fasilitas yang ada dalam perawat juga dapat menjamin rumah sakit seperti layanan kualitas perawatan spiritual dengan keagamaan (bimbingan rohani) cara berkonstribusi pada jaminan (SCCS Pertanyaan No.18). Akan kualitas dibidang perawatan tetapi Arini (2014) mempunyai spiritual tujuanya agar mutu pendapat yang berbeda, yaitu salah perawatan spiritual di rumah sakit satu faktor yang menghambat dalam hal perawatan spiritual dapat tercapainya kemampuan/ meningkat. Sehingga mungkin kompetensi yang maksimal adalah dapat diterapkan Follow Up atau karena adanya pembimbing rohani supervisi. Karena berdasarkan yang telah disediakan oleh pihak penelitian yang dilakukan oleh rumah sakit sehingga timbul Rachmawati et al. (2017) metode pemikiran bahwa aspek spiritual supervisi akan membentuk pola bukan tanggung jawab dari perawat kebiasaan para perawat agar selalu melainkan tanggung jawab pemuka menerapkan praktik pemenuhan agama. Peneliti menolak pendapat kebutuhan spiritual pasien. tersebut, karena seharusnya dengan Mengingat pentingnya peran adanya pembimbing rohani yang perawat dalam proses penyembuhan telah disediakan oleh pihak rumah dan pemulihan kesehatan pasien sakit perawat dapat berkolaborasi khususnya pasien diruang ICU,
10 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
maka penting bagi perawat untuk workshop yang responden pernah meningkatkan kompetensi serta ikuti terkait dengan perawatan pemahaman tentang konsep spiritual spiritual. supaya dapat mengimplementasikan 5. Penelitian ini merupakan self- perawatan spiritual dengan baik reported study, artinya bahwa kepada pasien melalui praktik penelitian ini hanya mengukur variabel (kompetensi dan perawatan keperawatan sebagai wujud perawat spiritual) hanya dari sisi perawat profesional yang menerapkan saja. prinsip holistik dan komprehensif dengan memenuhi kebutuhan dasar pasien selain kebutuhan bio, psiko, Simpulan sosio,kultural tetapi juga spiritual. Berdasarkan haisl penelitian hubunngan kompetensi perawat dalam Keterbatasan Penelitian perawatan spiritual dengan praktik pemenuhan kebutuhan spiritual pasien 1. Dalam menjalani proses penelitian diruang ICU di Rumah Sakit ini, peneliti menyadari masih Pemerintah Pekalongan dapat terdapat banyak kekurangan. disimpulkan sebagai berikut: Jumlah responden dalam penelitian 1. Rata-rata skor total kompetensi ini kurang reprsentatif karena perawat dalam perawatan spiritual peneliti hanya melakukan penelitian adalah sebesar 112,10; adapun nilai ditiga tempat yaitu RSUD Kajen, terendah 92; sedangkan nilai RSUD Kraton, RSUD Bendan. tertinggi 123 dengan standar deviasi Jumlah besaran sampel yang kecil sebesar 6,451. mungkin menjadi kelemahan dalam 2. Rata -rata skor total praktik uji statistik regresi. pemenuhan kebutuhan spiritual 2. Peneliti juga harus mendampingi pasien adalah sebesar 64,49; adapun responden dalam mengisi kuesioner nilai terendah 41; sedangkan nilai karena dikhawatirkan responden tertinggi 77 dengan standar deviasi mencontoh jawaban dari responden sebesar 9,159. lainya sehingga membutuhkan 3. Terdapat hubungan antara waktu yang lama. Akan tetapi cara kompetensi perawat dalam seperti ini dapat meningkatkan bias perawatan spiritual dengan praktik penelitian karena ada pemenuhan kebutuhan spiritual kecenderungan responden untuk pasien di ruang ICU di Rumah Sakit menjawab pertanyaan tidak sesuai Pemerintah Pekalongan dengan nilai dengan kenyataan yang mereka hubungan sebesar 0,564. alami (Hawthorne effect). 3. Meski hasil regresi menunjukkan Saran model yang cukup besar (R square 1. Bagi Peneliti 0,318), tetapi penelitian ini hanya Diharapkan peneliti lebih menghubungan satu variabel saja. menguasai apa yang diteliti yaitu Sedangkan faktor-faktor lain hubungn kompetensi perawat dalam (sebesar 68,2%) belum dapat perawatan spiritual dengan praktik dijelaskan pada penelitian ini. pemenuhan kebutuhan spiritual 4. Peneliti tidak mengidentifikasi pasien di ruang ICU. Hasil jenis-jenis seminar/ pelatihan/
11 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
penelitian ini dapat digunakan kompetensi perawat dalam sebagai sumber informasi dan perawatan spiritual dengan praktik masukan bagi peneliti selanjutnya. pemenuhan kebutuhan spiritual Peneliti berikutnya bisa meneliti pasien. dalam waktu yang relative lama dan a. Mengadakan pelatihan/ sampel yang lebih banyak dari seminar/workshop yang penelitian ini. berhubungan dengan aspek spiritual dalam keperawatan 2. Bagi Institusi Pendidikan b. Menyediakan buku referensi Melalui penelitian ini, diharapkan yang berkaitan dengan aspek dapat memberikan informasi dan spiritual dalam keperawatan kontribusi khususnya masukan sebagai tambahan wacana dalam kurikulum mata kuliah terkait keilmuan. dengan spiritual bagi mahasiswa c. Pihak rumah sakit dapat Universitas Muhammadiyah melakukan promosi, pemberi Pekajangan Pekalongan serta dapat fasilitas dan penambahan menambah kepustakaan. ketrampilan bagi perawat di ruang ICU. 3. Bagi Profesi Keperawatan 5. Bagi Peneliti Lain a. Bagi profesi keperawatan perlu a. Sebagai dasar untuk melakukan dilakukan persamaan persepsi penelitian-penelitian lebih lanjut, untuk meningkatkan asuhan khususnya mengenai kompetensi keperawatan terutama terhadap perawat dalam perawatan pemenuhan kebutuhan spiritual spiritual maupun pemenuhan pasien di ruang ICU. kebutuhan spiritual pasien di b. Bagi perawat pelaksana agar ruang ICU. selalu memaksimalkan asuhan b. Diharapkan bagi peneliti keperawatan spiritual maupun selanjutnya yang ingin meneliti menerapkan nilai-nilai keilmuan mengenai penelitian serupa agar dalam melakukan tindakan dapat mengembangkan keperawatan untuk mencapai penelitian yang dilakukan kesejahteraan pasien, peneliti saat ini misal praktik meningkatkan komunikasi pemenuhan kebutuhan spiritual terapeutik, meningkatkan pasien di ruang rawat inap kepekaan terhadap kebutuhan dengan metode observasional. spiritual pasien dalam menambah Selain itu peneliti lain juga bisa wawasan terkait spiritual, membandingkan pelaksanaan perawat bisa mendiskusikan perawatan spiritual dari sisi secara objektif pengalaman perawat dan dari sisi pasien dalam hal seminar/workshop/ diruang ICU. pelatihan terkait perawatan spiritual. DAFTAR PUSTAKA 4. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Abell, C. H., Garrett-Wright, D., & Rumah Sakit Abell, C. E. (2016). Nurses’ Sebagai program pelaksanaan bagi Perceptions of Competence in rumah sakit dalam mengetahui Providing Spiritual Care.
12 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Journal of Holistic Nursing, ICN. (2012). The ICN Code Of Ethics 36(1), 33-37. for Nurses Paper presented at doi:10.1177/089801011668496 the International Council of 0 Nurses, Switzerland.
Aflah, A. N. (2017). Hubungan Keliat, B. A., Wiyono, A. P., & Susanti,
Spiritualitas dengan Tingkat H. (2011). Manajemen Kasus Kecemasan Keluarga Pasien Gangguan Jiwa (M. Ester & E. Di Ruang ICU (Intensive Care K. Yudha Eds.). Jakarta: EGC. Unit) RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus. Paper presented at Leeuwen, R. V. (2008). An Instrument the Prosiding Hefa, Lembaga to Measure Nursing Penelitian dan Pengabdian Competencies in Spiritual Care: Masyarakat Sekolah Tinggi Validity and Reability of the Ilmu Kesehatan Cendekia Spiritual Care Competence Utama Kudus. Scale (SCCS). 132-151. Archiliandi. (2016). Gambaran Mulyasari, I. (2018). Pengaruh Pemenuhan Keutuhan Spiritual Kecerdasan Emosional Dan Care oleh Perawat Kepada Kompetensi Terhadap Kinerja Pasien Rawat Inap RS PKU Pegawai. journal of Muhammadiyah Bantul. 1-13. management review, 2(2), 190- 197. Arini, H. N., Mulyono, W. A., & doi:10.25157/jmr.v2i2.1786 Susilowati, I. (2014). Hubungan Spiritualitas Perawat Nursangadah. (2017). Pengaruh dan Kompetensi Asuhan Kompetensi Dan Kepribadian Spiritual. 130-140. Terhadap Kinerja Dengan Mediasi Komitmen Baldacchino, D. R. (2006). Nursing Organisasional. prosiding competencies for spiritual care. seminar nasional multi disiplin Journal compilation. ilmu dan call for papers. doi:10.1111/j.1365- 2702.2006.01643. Permatasari, D. (2017). Hubungan Tingkat Spiritualitas dengan Hamid, A. Y. S. (2008). Bunga Rampai Motivasi Sembuh Pasien Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: EGC. Kritis Di RSUD DR. Moewardi Surakarta (Skripsi), Hasrul, & Muin, R. (2017). Hubungan Universitas Diponegoro, Tingkat Pengetahuan Perawat Semarang. Terhadap Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual Di Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Ruang Perawatan Ruah Sakit Fundamental Keperawatan (7 Nene Mallomo Kabupaten ed.). Singapore Salemba Sindereng Rappang Jurnal Medika. Keperawatan Muhammadiyah, 2(1), 11-17. Putri, Z. H. U., & Jannah, N. (2017). Keperawatan Spiritual dengan
13 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Kepuasan Pasien di Ruang RSUD Meuraxa Banda Aceh. Wardah, Febtrina, R., & Dewi, E. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 2(3), (2017). Pengaruh Pengetahuan 1-9. Perawat Terhadap Pemenuhan Perawatan Spiritual Pasien Di Rachmawati, N., Dwiantoro, l., & Ruang Intensif. jurnal Warsiko, B. E. (2017). Endurance, 436-443. Pengaruh Metode Drill dalam doi:10.22216/jen.v2i3.2503 Supervisi Klinis terhadap Spiritual Care Perawat. jurnal Wu, L.-F., Tseng, H.-C., & Liao, Y.-C. Ners dan Kebidanan Indonesia (2016). Nurse education and (JNKI), 5(2), 115-122. willingness to provide spiritual doi:10.21927/jnki.2017.5(2).11 care. Nurse Education Today, 5-122 36-41. Ristianingsih, D., Septiwi, C., & doi:10.1016/j.nedt.2016.01.001 Yuniar, I. (2014). Gambaran Motivasi Tindakan Yusuf, A., Nihayati, H. E., Iswari, M. Keperawatan dalam F., & Okviasanti, F. (2016). Pemenuhan Kebutuhan Kebutuhan Spiritual Konsep Spiritual Pasien Di Ruang ICU dan Aplikasi dalam Asuhan PKU Muhammadiyah Keperawatan. Jakarta: Mitra Gombong. Jurnal Ilmiah Wacana Media. Kesehatan Keperawatan, 10, 91-99. Yaseda, G. Y., Noorlayla, S. F., & Effendi, M. A. a. (2014). Smith, A. R. (2019). Using the Synergy Hubungan Peran Perawat Model to Provide Spiritual dalam Pemberian Terapi Nursing Care in Critical Care Spiritual terhadap Perilaku Settings. aacnjournals, 26(4), Pasien dalam Pemenuhan 41 Kebutuhan Spiritual Di Ruang ICU RSM Ahmad Dahlan Kota Suni, A., Umanailo, D., & Dabi, R. D. Kediri. 1-9. (2013). Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate. 2013. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2014, (2014). Utami, Y. W., & Supratman. (2009). Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Di Brsud Sukoharjo. BIK, 2(2), 69-74.