Anda di halaman 1dari 6

Naskah Drama "Burung-burung Manyar" YB.

Mangun Wijaya
Oleh: Arifah Nian E & Ornella Dian O

PROLOG
SETADEWA :
Kehidupanku yang begitu rumit dicerna juga diterjemahkan, liku-liku bagai jalan tak
tentu arah terombang-ambing dengan pikiranku sendiri yang tidak kunjung bersih.
Mulai dengan pribadiku sebagai anak kolong yang bebas dengan dunia serta
imajinasiku yang begitu menyenangkan. Benakku mulai melangkah, kehidupanku dimulai
dari peristiwa yang sebelumnya tak kubayangkan dan tak kumengerti. Karena ibuku,
karena pula ayahku yang telah bersekongkol membela negeri Belanda dengan Jepang dan
Indonesia sebagai musuhnya.
Aku menjadi pengikut mereka, ideologi juga paham terpatri dengan Negara kincir
angin itu. Namun Atik, sosok wanita idamanku justru memilih Negara busuk …dengan
berbagai akal bulus …Indonesia.
Keraguan melandaku, jati diri yang belum bisa kutemukan dan dengan kehidupanku yang
sulit kutebak sendiri.

Babak 1
(Di ruang tengah yang sederhana, duduk dua orang yang tengah bercengkrama: GRAY.
Surati dan Setadewa.)

GRAY. Surati
Teto bagaimana kabarmu? Sudah lama kau tak bersurat kepada kami. Bagaimana kabar
istrimu?

Teto
Ya seperti ini mbak. Lupakan saja Barbara. Mungkin perceraian adalah jalan yang
terbaik buatku.

GRAY. Surati
Masihkah engkau cinta dengan sepupumu itu?

Teto
Entahlah mbak? Rasa ini kok masih sama padahal waktu, zaman telah berubah.

GRAY. Surati
Jangan kau renungi masalahmu, anggaplah sebagai kebahagiaan. Sudahlah, mari masuk …
malam mulai larut.

Naskah Drama "Burung-burung Manyar" YB. Mangun Wijaya


Oleh: Arifah Nian E & Ornella Dian O

PROLOG
SETADEWA :
Kehidupanku yang begitu rumit dicerna juga diterjemahkan, liku-liku bagai jalan tak
tentu arah terombang-ambing dengan pikiranku sendiri yang tidak kunjung bersih.
Mulai dengan pribadiku sebagai anak kolong yang bebas dengan dunia serta
imajinasiku yang begitu menyenangkan. Benakku mulai melangkah, kehidupanku dimulai
dari peristiwa yang sebelumnya tak kubayangkan dan tak kumengerti. Karena ibuku,
karena pula ayahku yang telah bersekongkol membela negeri Belanda dengan Jepang dan
Indonesia sebagai musuhnya.
Aku menjadi pengikut mereka, ideologi juga paham terpatri dengan Negara kincir
angin itu. Namun Atik, sosok wanita idamanku justru memilih Negara busuk …dengan
berbagai akal bulus …Indonesia.
Keraguan melandaku, jati diri yang belum bisa kutemukan dan dengan kehidupanku yang
sulit kutebak sendiri.
Babak 1
(Di ruang tengah yang sederhana, duduk dua orang yang tengah bercengkrama: GRAY.
Surati dan Setadewa.)

GRAY. Surati
Teto bagaimana kabarmu? Sudah lama kau tak bersurat kepada kami. Bagaimana kabar
istrimu?

Teto
Ya seperti ini mbak. Lupakan saja Barbara. Mungkin perceraian adalah jalan yang
terbaik buatku.

GRAY. Surati
Masihkah engkau cinta dengan sepupumu itu?

Teto
Entahlah mbak? Rasa ini kok masih sama padahal waktu, zaman telah berubah.

GRAY. Surati
Jangan kau renungi masalahmu, anggaplah sebagai kebahagiaan. Sudahlah, mari masuk …
malam mulai larut.

(Teto, GRAY. Surati berjalan masuk. Kemudian datang Atik bersama Jana)
Atik
Tetoooo…

Teto
(berbalik, tak satu katapun terucap dari mulutnya)

Atik
Mas Teto kan?
(Atik mendekat, langkahnya cepat memeluk Teto secara spontan)

Teto
At…tiikk?

Atik
Iya, aku Atik adikmu Mas Teto? Adinda rindu padamu.

Teto
………………..

Atik
Mas teto sudikah barang beberapa hari tinggal bersama kami. Mungkin kita bisa
bernostagia untuk mengenang masa lalu.

Teto
……….

GRAY. Surati
Tak baik teto menolak permintaan seorang yang sedang berbahagia

Janakatamsi
Iya mas tinggallah barang beberapa hari bersama kami. Atik adikmu itu sudah sering
bercerita tentang mas sepertinya dia benar-benar rindu dengan mas.

Teto
…… (5 detik) Baiklah tapi aku tak janji berlama-lama disini.
Babak 2
Rumah bu Antana dengan setting teras. Teto sedang duduk sendirian melamun di
kursi. Bu Antana menghampiri.

Bu Antana
Nampaknya adikmu senang sekali setalah nak Teto datang kesini

Teto
Apakah seperti itu bu?

Bu Antana
Ya. Sebelumnya dia tak seperti ini, di hari-hari yang ia lalui bersama Jana
biasanya dia dingin seperti es. Hubungan antara Atik dengan Jana, suaminya tidak
begitu harmonis. Semenjak nak Teto kembali, keceriaan Atik tumbuh dan menjadi sosok
Atik yang dulu ibu kenal.

Teto
Sedemikiankah bu? Apa yang membuat Atik sedih dalam menjalani hidupnya? Apakah
karena diri saya?

Bu Antana
Aku mendengar dari mulut Atik sendiri, memang putriku mengakui menyukai nak Teto.
Sedemikiankah nak Teto, apakah benar juga menyukai putri ibu?

Teto
(agak lama Teto menjawab pertanyaan Bu Antana)
Benar ibu, untuk sekarang ini saya hanya bisa menjadi kakak untuk Atik. Atik telah
memiliki kehidupan sendiri bersama Jana dan anak-anaknya.

Bu Antana
Memang tidak salah perkiraan Atik. Sudahlah nak Teto, ibu yakin kau dapat menjadi
kakak Atik yang dapat membimbing dan mengarahkan Atik agar terbina hubungan
harmonis dengan suaminya. Dan tentu saja, paman untuk keponakan-keponakanmu.
(Bu Antara tersenyum simpul)

Teto
Baik bu. (Teto tersenyum, dan memandang Bu Antana)

Bu Antana
Ya sudah, ibu ke dapur dulu. Ibu tinggalkan nak Teto sendiri di sini.

Teto
Baik bu

Teto sendirian ditemani segelas teh panas.

Jana
Mas Teto

Teto
Ya

Jana
Mas ternyata orangnya sama yang kupikirkan

Teto
Memang apa yang kau pikirkan dik Jana
Jana
Mas orangnya pendiam dan pintar menyembunyikan perasaan dan gagah pantas saja Atik
tak pernah bisa melupakan mas.

Teto
Seperti itukah.

Jana
Ya begitu apa mas kira pernikahan kami ini membahagiakan buat atik? Secara fisik
atik memang tersenyum tapi hatinya mengharapkan mas.

Teto
…… maafkan aku jika menganggu pernikahan kalian. Kesalahanku memang meninggalkan
atik tanpa pamit.

Jana
Tapi aku senang mas datang kesini setidaknya membuat ceria kembali muka Atik.

Atik datang berdiri disebelah Jana membawa nampan

Atik
Sayang, pagi ini indah cerah pula. Bagaimana kalau kita menyambangi suatu tempat?
Taman mungkin atau Hal menarik di kota Yogya ini misalnya Malioboro.

Jana
Em……coba tanya abangmu dulu.

Atik
Mas teto mau ya? (merengek-rengek manja)

Teto
Bagaimana Anak-anakmu juga ikut lebih banyak orang lebih ramai?

Atik
Anak-anak biar bersama neneknya aku ingin kita pergi bertiga saja sambil mengingat
masa lalu kita.

Jana
Ehm….. Kalian saja berdua. Hari ini jadwal operasi. Maafkan aku sayang taulah
pekerjaanku tak bisa ditinggal taruhannya nyawa.

Atik
(Wajahnya cemberut)
Ah, Mas Jana. Selalu saja begini.

Jana
Terus bagaimana

Atik
Ya sudah lha wong ra iso piye maneh

Teto
Sudah tik. Aku mau. Aku juga lagi butuh refresing
Dik Jana aku akan menjaga adikku yang manja ini dengan baik

Atik
(tersenyum senang)
Babak 4
Taman tengah kota Yogyakarta nan asri rindang dan sejuk. Perbincangan atik dan teto
mengarang ke masa lampau.

Atik
Mas teto

Teto
Ya

Cuit..ciut….cuit

Teto
Doktoranda biologi Larasati sepertinya aku mendengarkan suara burung. Bisa
dijelaskan apa jenis burung itu karena di Belanda aku tak pernah mendengar suara
burung seperti ini.

Atik
Ini Suara burung ciblek kapten sekaligus ahli matematika Setadewa. burung ini
biasanya tak pernah ada ditempat ini bahkan sudah jarang. Mas Teto (menunjuk ke
suatu arah) itu bentuk burung ciblek.

Teto
Mana tik…

Atik
Itu mas dipohon beringin. Coba mas liat lebih teliti.

Teto
Oh iya….itu cibleknya menari-nari antara ranting dan sepertinya ciblek itu lincah
seperti kamu tik

Atik
Maksud mas Teto?

Teto
Ya, sepertimu kamu yang lincah, cerewet dan memegang teguh pada ideologimu sehingga
aku tak berani mendekatimu. Kurasa aku dilemma, karena berlawanan dengan paham yang
aku anut saat itu. Ini membuatku binggung dan dilanda keraguan yang amat sangat.

Atik
Sesungguhnya aku mengharapkan Mas Teto menjadi teman hidupku, aku menunggung mas
Teto. Namun takdir berkata lain, aku dipertemukan Mas Jana yang kini telah menjadi
suami sahku.

Teto
Tak perlu kita sesali, hal yang sudah terjadi memang bukan kehendak kita sebagai
manusia. Baiklah, perbincangan perlu dicukupkan. Hari mulai sore, ada baiknya kita
segera pulang.

Atik
Benar Mas Teto. Baiklah, kita pulang sekarang.

(Beranjak mereka dari posisi duduk masing-masing, mereka berjalan menuju arah
pulang)

Pagi itu, Atik dan Jana memenuhi amanah ayahanda untuk pergi naik haji,
melaksanakan perintah Tuhan yang Maha suci.
Atik
Mas Teto, ibu …Atik pamit, mohon restunya semoga sampai di tanah suci dengan
selamat dan perjalanan tidak ada hambatan.
(Atik mendekat kearah Teto dan Bu Antana, berjabat tangan, mencium, dan memeluk
mereka. Tak sadar, air matanya menetes. Kemudian disusul Jana, suaminya)

Jana
Jana juga ya Mas Teto, ibu …kami mohon pamit, doakan kami selamat sampai tujuan dan
bisa kembali kesini dalam keadaan baik dan sehat.
(Jana berjabat tangan dengan Mas Teto kemudian memeluknya begitu pula terhadap Bu
Antana)

Radio
Srek …srek …srek.
“Pesawat Merpati Air Line, dengan nomor MA-900 yang ditumpangi oleh jemaah haji
asal Indonesia kloter 28 jatuh di perairan Sri Lanka. Seluruh penumpang meninggal
dunia, termasuk pilot. Hingga berita tersebar, belum ada keterangan resmi dari
pihak penerbangan.”
Srek …srek …srek.

Teto terkulai lemah, setelah mendengar berita tersebut dari radio yang terletak
didepan posisi duduknya. Kenangan Atiklah yang muncul dibenaknya kali ini. Terus
menghantui, pribadi Atik yang begitu mengagumkan.

PROLOG
SETADEWA:
Aku tidak berteriak, aku tidak menangis, aku tidak mengeluh, aku tidak apa-apa …
selain diam seribu bahasa. Barangkali tersenyum walau tipis.
Atik, sejujurnya aku iri padamu. Dirimu berhasil sampai kematianmupun sebetulnya
bernasib untung, gugur dalam perjalanan ziarah ke Tuhan.
Ketiga anak-anak itulah yang kupunya sebagai curahan hatiku terhadap sosok Atik.
Akan kurawat mereka, kulindungi mereka, hingga besar nanti. Aku tahu mereka
membutuhkan seorang ibu. Tetapi bu Antana sudah cukup jasanya, sebagai nenek
sekaligus ibu bagi mereka. Kurasa ini tak akan lama, dan akulah sebagai pengganti
posisi bu Antana.
Dan juga kenanganku pada Atik yang teramat indah. Kenangan yang dapat berbahaya
selaku

Anda mungkin juga menyukai