Perhatikanlah bahwa ada dua ground. Yang pertama adalah ground primer (gnd p) dan yang
kedua adalah ground sekunder (gnd s). Ini karena power-supply mempunyai dua sirkit, yaitu
sirkit primer dan sirkit sekunder. Kedua sirkit itu saling tersekat.
Ground primer atau bagian apapun (termasuk pendingin alumunium transistor) yang terdapat di
dalam sirkit primer tidak boleh tersentuh dengan tangan karena dapat mengakibatkan sengatan
listrik. Sirkit bagian primer adalah “live-area”.
Pada contoh rangkaian di atas power-supply mempunyai tegangan keluaran +115V dan +12V.
Untuk merek dan model TV lainnya tegangan keluaran bisa jadi lebih banyak meskipun sirkit
primernya serupa, tergantung type trafo switching yang digunakan.
Rangkaian menggunakan trafo switching dengan label HL-4020 yang mempunyai dua bagian
gulungan sekunder. Gulungan untuk tegangan keluaran 115V pada transformator itu adalah
antara pin 5 dan 6, sedangkan gulungan tegangan 12V adalah antara pin 4 dan 6.
Tegangan keluaran dimurnikan sebagai denyut-denyut DC oleh dioda-dioda penyearah D3 dan
D4, lalu diratakan oleh kondensator-kondensator perata (elco) yang tidak diperlihatkan pada
gambar itu. Kondensator-kondensator kecil yang berjajar dengan dioda membantu
“memperhalus” pekerjaan dioda.
Gambar (B) di atas adalah contoh power-supply TV bertransistor lainnya. Pola rangkaian
semacam ini juga sempat marak digunakan, terutama oleh merek-merek TV lokal seperti
Polytron dan Digitec.
Hingga saat ini pola rangkaian serupa masih banyak digunakan pada kit power-supply TV yang
banyak dijual di toko-toko elektronik.
Ciri khas pola rangkaian yang kedua ini adalah mempunyai tiga gulungan di sirkit primernya
serta tidak menggunakan kondensator kopel (elco) di basis transistor powernya.
Gambar (C) memperlihatkan contoh power-supply TV bertransistor lainnya. Pola rangkaian ini
banyak terdapat di TV-TV China. Ciri khasnya adalah mempunyai dua gulungan di sirkit
primernya, tidak menerapkan kondensator kopel (elco) serta dalam pengaturan tegangan
menggunakan opto-coupler (biasanya tipe PC817).
Variasi lain dari rangkaian seperti ini adalah terhubungnya pengemudian opto-coupler ke bagian
kontrol digital untuk posisi stand-by TV.
Sejauh pengalaman penulis, hingga saat ini tiga model rangkaian power-supply TV bertransistor
itulah yang paling banyak beredar di Indonesia. Polanya sama, hanya nilai-nilai komponen serta
trafo switching yang digunakan yang berbeda-beda antara satu TV dengan TV lainnya. Karena
itu permasalahan yang terjadi pada masing-masing model itu pun sebenarnya mempunyai ke-
khasan tersendiri. Permasalahan-permasalahan itu akan dibahas dalam tulisan lainnya yang
masih menjadi rangkaian dalam seri perbaikan TV.
Seri perbaikan TV (2) : Pengenalan sistem power-supply TV
Power-supply/catu-daya dalam penerima TV adalah salah-satu bagian yang cukup vital. Dari
sejak dulu hingga sekarang power-supply TV selalu dipersyaratkan mempunyai tegangan
keluaran yang stabil, faktor “ripple” yang rendah, serta mampu mensuplai banyak bagian
rangkaian di dalam TV dengan daya yang memadai.
Karena itu power-supply untuk TV tidak sama dengan power-supply untuk perangkat elektronik
lainnya seperti radio-tape recorder atau audio-amplifier. Power-supply TV adalah khas,
tersendiri.
Tegangan keluarannya digunakan untuk mensuplai berbagai bagian rangkaian di dalam TV
seperti rangkaian output horizontal, rangkaian output video, rangkaian vertikal, rangkaian audio
bahkan rangkaian digital untuk pemrograman channel.
Pada masa-masa terdahulu power-supply TV menerapkan sistem regulasi (pengaturan dan
penstabilan) tegangan DC yang disearahkan langsung dari sumber AC 110V atau 220V
(regulator linier). Sebagian menerapkan regulasi tegangan DC yang disearahkan dari sumber
transformator konvensional 50/60Hz.
Kini, rata-rata rancangan power-supply TV menerapkan sistem SMPS (Switching Mode Power
Supply).
Pada dasarnya SMPS adalah sirkit yang menghasilkan guncangan listrik kuat berbentuk denyut-
denyut tegangan dengan timing yang sangat sempit (sekitar 11 - 7µs atau leih kecil lagi dari itu).
Denyut-denyut listrik yang kuat ini terinduksikan ke satu gulungan pada sebuah transformator
berinti ferit (disebut trafo switching) untuk ditransfer ke beberapa bagian gulungan sekundernya.
Penggunaan transformator ferit yang berbentuk kecil namun berdaya besar hanya dimungkinkan
untuk mentransfer denyut-denyut dengan timing yang sangat sempit, atau jika untuk mentransfer
gelombang AC maka gerombang AC itu haruslah berfrekwensi cukup tinggi, tidak bisa dilakukan
untuk frekwensi rendah listrik 50-60Hz.
Dibuat banyak bagian gulungan sekunder pada trafo switching agar tegangan keluaran power-
supply menjadi banyak pula.
Ada gulungan untuk tegangan keluaran 115V, ada gulungan 24V, ada gulungan 16V, 14V, 12V
dan seterusnya, tergantung kebutuhan tegangan untuk suplai rangkaian TV yang bersangkutan.
Tegangan +12V adakalanya juga dipakai untuk suplai rangkaian audio-amplifier untuk
TV kecil dengan daya audio yang tidak besar.
Tegangan keluaran +180V (jika ada) biasanya adalah untuk suplai rangkaian output
video. Bagian rangkaian ini adalah yang membutuhkan tegangan suplai paling tinggi.
Tegangan AC 220V masuk ke dalam rangkaian main-power setelah melalui main-switch (saklar
on-off TV), sekering/fuse F1 dan kumparan “choke” La (kumparan peredam). La bersama
dengan Ca, Ra dan Cb membentuk suatu filter agar tegangan bebas dari interferensi denyut-
denyut derau atau frekwensi-frekwensi liar yang mungkin terdapat pada jaringan listrik yang
nantinya dapat mempengaruhi kinerja rangkaian SMPS. Gangguan-gangguan yang difilterisasi
itu sering diistilahkan dengan EMI (Electro Magnetic Interference).
Sebagian tegangan AC diberikan kepada gulungan kawat tanpa inti Lc (degaussing-coil) yang
dipasang melingkar di seputar sisi tabung CRT setelah melalui sebuah posistor (NTC) Rb.
Fungsi degaussing coil adalah mengkondisikan layar CRT agar tidak dipengaruhi medan magnet
searah bumi. Ini karena layar CRT sangat peka terhadap pengaruh medan magnet searah.
Tegangan AC kemudian disearahkan dengan penyearahan gelombang penuh oleh dioda bridge,
lalu diratakan oleh kondensator perata Cc yang berkapasitas antara 100 - 330µF/400V.
Kondensator ini adalah kondensator paling besar di sirkit main-power TV.
Adapun Lb adalah kumparan peredam tambahan saja. Tidak semua TV menerapkan ini.
Hasilnya adalah tegangan DC setinggi (kurang lebih) 300V.
Komponen Vital
Dalam sistem smps, semua komponen adalah vital. Tetapi persyaratan utama smps
adalah stabilnya tegangan output juga cukupnya arus. Jika mengamati skema, sistem
kerja di atas dan persyaratan tersebut, dapat ditemui beberapa komponen yang
kritis/vital yaitu :