Anda di halaman 1dari 16

FUNGSI DAN APLIKASI PETA RUPABUMI

Untuk Pembelajaran di Sekolah

Oleh: Juhadi
Lektor Kepala Pada Jurusan Geografi FIS Universitas Negeri Semarang
email: sentrasig2005@yahoo.co.id

ABSTRAK

Peta merupakan alat utama dalam kajian geografi dan pembelajaran geografi di
sekolah. Peta merupakan gambaran muka bumi yang disederhanakan dan diperkecil
melalui skala serta pemakaian simbol-simbol, sehingga mudah diamati. Melalui peta
kita dapat mempelajari pola-pola sebaran, struktur keruangan, hubungan keruangan,
kewilayahan, kehidupan dan bahkan peradapan manusia serta interaksi antara satu
gejala dengan yang lain pada muka bumi (geosfera). Salah satu jenis peta yang dapat
memberikan informasi secara komprehensif tentang gejala-gejala muka bumi adalah
Peta Rupabumi. Namun, keberadaan Peta Rupabumi di sekolah-sekolah hingga saat
ini masih menjadi barang yang langka, bahkan belum banyak dikenal oleh para
peserta didik dan guru di sekolah.
Dalam pembelajaran geografi, peta merupakan instrumen utama. Oleh karena
itulah dalam tulisan ini dimaksudkan untuk menilik tentang apa fungsi peta
(khususnya Peta RBI) dan bagaimana aplikasinya dalam kegiatan pembe-lajaran di
sekolah dan bagaimana desain dan aplikasi pembelajaran geografi yang aktif, kreatif,
dan inovatif dengan memanfaatkan Peta Rupabumi sebagai instrumen pembelajaran
geografi
Kata-kata Kunci: Peta Rupabumi, Fungsi dan Aplikasi, Pembelajaran Geografi di
sekolah

I. PENDAHULUAN sebagai bahan ajar/pembelajaran di


Berbicara perihal peta, para sekolah.
geograf, guru geografi, dan pemerhati Geografi merupakan ilmu yang
geografi tidak lepas dari konteks kajian sangat unik, karena munculnya
pemikiran yang bersifat geografis sejalan
geografi. Bahkan seorang ahli geografi
Indonesia Sandy (1983) pernah dengan munculnya peradaban umat
manusia itu sendiri (Yunus, 2004). Pada
menyatakan secara tegas bahwa
‘geografi adalah peta’. Hal itu saat manusia secara naluriah mulai
mengenal upaya untuk mempertahankan
menunjukkan bahwa peta untuk kajian
geografi adalah sangat esensial dan diri dan mengembangkan eksistensinya
di permukaan bumi telah berpikiran
penting, baik untuk kajian geografi
sebagai ilmu maupun kajian geografi geografis. Manusia sudah memikirkan

.
tentang apa yang dapat dimakan, dimana wilayah lokal, regional, nasional,
mereka dapat memperolehnya, kapan maupun global.
dapat diperoleh, dengan cara apa mereka Berdasarkan pada ketiga hal
dapat memperoleh bahan makan tersebut di muka, maka studi geografi
tersebut, mengapa bahan pangan ada di memiliki tiga pendekatan utama dalam
tempat tertentu, dan seterusnya. Hal itu setiap kajiannya. Ketiga pendekatan
semua merupakan pertanyaan-pertanyan yang dimaksud adalah (1) pendekatan
geografi (what, where, when, why, who, spasial (spatial approach); (2)
dan how), yang selama ini menjadi pendekatan ekologikal (ecological
panduan para geografiwan, yang dalam approach); dan (3) pendekatan kompleks
analisisnya selalu menggunakan peta wilayah (regional approach) (Hagget,
sebagai instrumen utamanya. 1979; Bintarto dan Hadisumano, 1982;
Objek studi geografi adalah per- dan Yunus, 2004; 2008).
mukaan bumi sebagai sasaran studi yang Mengacu pada berbagai sumber
nyata dan bukan sesuatu yang abstrak. pedoman pembelajaran geografi
Objek ini selalu dikaitkan dengan (Seminar Pembelajaran Ilmu Bumi 1972;
kepentingan manusia (human oriented Seminar dan Lokakarya Geografi 1988;
atau human centered in nature) sebagai dan Suharyono, 1990), pembelajaran
environment of humanity, yaitu suatu geografi di sekolah memiliki tujuan dan
lingkungan berpengaruh dan dipengaruhi nilai-nilai (1) mengembangkan cara
oleh kehidupan manusia, dimana berpikir untuk dapat melihat dan
manusia mengorganisasi, melakukan memahami interaksi dan interelasi
modifikasi, dan membangun lingkungan gejala-gejala alam maupun sosial dalam
bagi kelangsungan hidupnya. Studi konteks keruangan; (2) menanamkan
geografi menekankan pada organisasi kesadaran bermasyarakat dan kesadaran
spasial dan hubungan ekologisnya akan ke-Tuhanan Yang Maha Esa; (3)
dengan manusianya (Abler, dkk. 1971 menanamkan kecintaan tanah air dan
dalam Yunus, 2004). mengetahui ketahanan nasional dan
Sementara itu, bagaimana manusia pertahanan negara serta dapat
dapat memanfaatkan ruang dengan baik, menanamkan rasa cinta dan hormat pada
dapat memanfaatkan sumberdaya sesama manusia; (4) memberikan
dengan baik, dan bagaimana organisasi kemampuan untuk membudayakan alam
wilayah dapat ditata sehingga dapat terus sekitar; (5) menanamkan kesadaran akan
dipertahankan keberlanjutannya. Studi keharusan kerja dan berusaha untuk
geografi menyadari adanya sistem yang dapat menikmati atau memanfaatkan
di dalamnya terdapat komponen yang alam sekitar; (6) mengembangkan
banyak dan kompleks yang saling terkait ketrampilan untuk mengamati, mencatat,
satu dengan yang lain. Hal tersebut menginterpertasi, menganalisa,
mengisyaratkan adanya ide bahwa mengklasifikasi, dan mengevaluasi
gangguan atau perbaikan pada salah satu gejala-gejala serta proses-proses alam
komponen wilayah dapat berimbas dan sosial dalam lingkungannya; (7)
positif ataupun negatif terhadap mengembangkan ketrampilan membuat
komponen yang lain, baik dalam skala deskripsi, membuat peta, dan membuat

.
komparasi wilayah; dan (8) memupuk unsur-unsur atau kenampakan-kenam-
kesadaran ekologi dan kesadaran akan pakan abstrak, yang dipilih dari
perlunya keseimbangan potensi wilayah permukaan bumi atau yang ada
dan populasi. kaitannya dengan permukaan bumi atau
Sementara itu, dalam Kurikulum benda-benda angkasa, dan umumnya
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP SMA digambarkan pada suatu bidang datar
/MA) standar kompetensi yang dan diperkecil atau diskalakan (ICA,
1973). Dengan kalimat sederhana, peta
diharapkan dalam pembelajaran geografi
di sekolah (SMA/MA) adalah agar merupakan pengecilan dari permukaan
bumi atau benda angkasa yang
peserta didik memiliki kemampuan (1)
memahami pola spasial, lingkungan, dan digambarkan pada bidang datar, dengan
menggunakan ukuran, simbol, dan sistem
kewilayahan serta proses yang berkaitan;
(2) menguasai ketrampilan dasar dalam generalisasi (penyederhanaan). Peta
menggambarkan fenomena geografikal
memperoleh data dan informasi,
mengkomunikasikan dan menerapkan dalam ujud yang diperkecil dan
mempunyai kegunaan yang luas apabila
pengetahuan geografi; dan (3)
menampilkan perilaku peduli terhadap didesain dengan tujuan khusus.
lingkungan hidup dan memanfaatkan PENGETAHUAN PETA
sumber daya alam secara arif serta Berabad-abad manusia berusaha
memiliki toleransi terhadap keragaman
mengetahui dan mempelajari bumi serta
budaya masyarakat (KTSP - Permen segala isinya. Informasi kenampakan
No.22/2006 Standar Isi).
bumi juga diusahakan agar dapat
Bertolak dari objek kajian geografi disajikan dalam suatu media yang dapat
(objek formal dan objek material) dan
dimengerti oleh pihak yang memerlu-
tujuan pembelajaran geografi di sekolah, kannya. Media penyaji informasi
tampak sangat jelas bahwa dalam
tersebut berkembang mulai dari peta
implementasi pembelajaran geografi di yang terbuat dari bahan sederhana (kulit
sekolah, peta memiliki peranan/fungsi hewan sampai kertas), hingga pada
yang sangat penting dan strategis, dan penggu-naan teknologi komputer (Raizs,
bahkan dalam realitas di sekolah peta 1962; Koeman, 1984; Kraak, 2007).
juga digunakan untuk mendukung Kemampuan keruangan dan
pembelajaran mata ajar lain seperti ekspresinya dalam gambar berupa peta
sejarah, ekonomi, dan PKn.
(atau sketsa bersahaja) telah merupakan
Peta merupakan gambaran permu- kemampuan dasar manusia yang telah
kaan bumi yang diperkecil, dituangkan
berkembang sejak waktu yang sangat
dalam selembar kertas atau media lain lampau, sejalan dengan perkembangan
dalam bentuk dua dimensional. Melalui
peradaban manusia. Kemampuan keru-
sebuah peta kita akan mudah dalam angan dan grafikasi (dalam corat-coret
melakukan pengamatan terhadap permu-
untuk mengungkapkan apa yang diketa-
kaan bumi yang luas, terutama dalam hal hui) juga telah berkembang dan dapat
waktu dan biaya. Ada berbagai definisi
dilatihkan sejak masa kanak-kanak.
tentang peta, namun secara umum peta Akan tetapi pengetahuan perpetaan,
adalah suatu representasi atau gambaran hingga akhir-akhir ini, masih kurang

.
mendapat perhatian yang proporsional garis pantai, danau, kehutanan, gunung,
dalam pembelajaran geografi di sekolah, semak belukar, dll.) maupun unsur
baik karena keterba-tasan dalam struktur buatan manusia (seperti jalan, jembatan,
kurikulum yang ada, maupun karena permukiman, pelabuhan, batas-batas ad-
terbatasnya pengalaman guru semasa ministratif suatu wilayah). Di samping
pendidikan di LPTK, ketersediaan peta data-data planimetris berupa unsur-unsur
dengan berbagai jenisnya termasuk Peta topografi di atas, ditampilkan pula data-
Rupabumi masih sangat terbatas. data ketinggian seperti data titik tinggi,
Sementara itu, kemajuan tekno-logi dan data kontur topografi. Peta-peta
(TI) beberapa dekade terakhir ini telah tematik (thematic map) secara khusus
membawa kita untuk tidak saja mengenal menampilkan distribusi keruangan
peta dalam artian yang konvensional (spatial distribution) kenampakan-
akan tetapi perlu juga disesuaikan kenampakan seperti vegetasi, tanah,
dengan era yang serba dijital. Untuk geomorfologi, geologi, dan sumberdaya
yang terakhir ini sekolah-sekolah pada alam.
umumnya masih jauh dari harapan, Pengetahuan perpetaan yang dikaji
masih menjadi sebuah impian. Namun dalam program pembelajaran geografi di
potensi ke arah itu sangatlah mungkin, sekolah meliputi berbagai komponen
mengingat infrastruktur di sekolah penting, yang terdiri dari aspek teknis
khususnya sarana dan prasarana peta, seperti pengertian peta, sejarah
Teknologi Informasi (TI) sudah mulai peta, proyeksi peta, macam-macam
dikembangkan di sekolah-sekolah. simbol, cara penulisan dan aplikasinya,
Apa yang disajikan dalam peta cara pengukuran dan pengamatan,
tidak lain adalah informasi permukaan pengumpulan keterangan, serta berbagai
bumi, namun peta juga dapat menggam- cara penggambaran/ pembuatan peta
barkan distribusi sosial ekonomi suatu sederhana. Aspek fungsional dan
masyarakat, seperti peta kependudukan, operasional peta (untuk pembelajaran),
peta desa tertinggal, peta kepariwisataan, seperti pemanfaatan peta sebagai alat
peta pening-galan sejarah dan seba- peraga dan pemanfaatan peta sebagai
gainya. Peta dapat dikatakan memuat media pembelajaran. Peta sebagai alat
atau mengandung data yang mengacu peraga, dalam konteks ini peta dipe-
bumi (geo-referenced data), baik posisi rankan sebagai latar belakang dan seba-
(sistem koordinat lintang dan bujur) gai peragaan untuk menjelaskan suatu
maupun informasi yang terkandung di fenomena muka bumi. Sedangkan peta
dalamnya. sebagai media pembelajaran, peta
Berdasarkan jenis data yang disa- diperankan sebagai sumber materi ajar
jikan peta dibedakan menjadi dua yakni, dari kajian fenomena geografi. Khusus-
Peta Rupabumi (topographic map) dan nya Peta Rupabumi banyak menampil-
peta tematik (tematic map) (Subagio, kan materi kajian geografi (fisikal dan
2003). Peta Rupabumi adalah peta yang sosial, ekonomi dan budaya) yang dapat
menggambarkan semua unsur-unsur to- dideskripsikan, dianalisis, dievaluasi dan
pografi yang nampak di permukaan diinterpretasi sebagaimana diharapkan
bumi, baik unsur alam (seperti sungai, dalam kurikulum di sekolah.

.
FUNGSI PETA RUPABUMI DALAM (telinga); dan selebihnya melalui indera
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH lain. Menurutnya, pengalaman seseorang
berlangsung mulai dari tingkat yang
Mengapa dalam pembelajaran kongkrit (pengalaman langsung) menuju
geografi diperlukan peta?, karena tidak ke tingkat yang abstrak, dalam bentuk
semua konsep-konsep dalam geografi lambang kata, hingga pengalaman
bisa dijelaskan secara lesan dan verbal, langsung.
tapi perlu dijelaskan secara konkrit, Kerucut pengalaman Dale, tidak
sehingga peserta didik tidak menangkap menggambarkan tingkat kesulitan, tapi
konsep itu secara abstrak. Penggunaan menggambarkan tingkat keabstrakan,
peta dalam pembelajaran bertujuan agar semakin mengerucut ke atas semakin
pembelajaran tersebut dapat berlangsung tinggi tingkat keabsrtakannya, namun
secara tepat-guna dan berdayaguna; demikian sebuah pengalaman belajar
sehingga dengan demikian maka mutu tidak berarti dimulai dari pengalaman
pendidikan dapat ditingkatkan. Dengan langsung, tetapi dimulai dari jenis
demikian seorang guru harus berusaha pengalaman yang paling sesuai dengan
agar materi pembelajaran yang kebutuhan dan kelompok peserta didik
disampaikan/disajikan harus mampu yang dihadapi.
diserap/dimengerti dengan mudah oleh Sementara tinjauan secara praktis,
peserta didik/warga belajar. Untuk penggunaan peta dalam pembelajaran
memudahkan peserta didik menerima adalah: pembelajaran akan lebih mena-
materi pembelajaran tersebut perlu rik perhatian peserta didik, sehingga
diusahakan agar peserta didik dapat dapat menum-buhkan motivasi belajar
menggunakan sebanyak mungkin alat peserta didik, bahan pe-lajaran akan
indera yang dimiliki. Makin banyak alat lebih jelas maknanya, sehingga dapat
indera yang digunakan untuk lebih difahami oleh para peserta didik,
mempelajari sesuatu, makin mudah dan memungkinkan peserta didik
diingat apa yang dipelajari. Ada menguasai tujuan dengan baik, metode
peribahasa asing yang berbunyi: I hear, belajar akan lebih bervariasi, tidak
I forget, I remember; I do, understand/ I semata-mata komunikasi verbal melalui
know. Artinya: Bila saya dengar, saya penuturan kata-kata guru, sehingga
lupa; Bila saya lihat, saya ingat; Bila peserta didik tidak bosan dan tidak
saya melakukan, saya mengerti/ kehabisan tenaga, apalagi bila guru
mengetahui. mengajar untuk setiap jam pelajaran, dan
Secara teoritik landasan yang bisa peserta didik lebih banyak melakukan
digunakan untuk mendukung bahwa kegiatan belajar, sebab tidak hanya
dalam pembelajaran perlu peta, merujuk mendengarkan uraian guru, tetapi juga
pendapat Edgar Dale yang dikenal de- aktivitas lain seperti mengamati,
ngan kerucut pengalaman (Cone of expe- melakukan, mendemonstrasikan dll.
rience) dapat digunakan dalam peng- (Sujana, 2001 : 2).
gunaan peta. Edgar Dale mengemuka- Dalam kegiatan pembelajaran di
kan bahwa pengalaman belajar seseorang sekolah, peta memiliki kegunaaan
75% diperoleh melalui indera lihat sebagai berikut, (1) memperjelas penya-
(mata); 13% melalui indera dengar

.
jian agar pesan tidak bersifat verbalistis, di evaluasi tingkat efektivitas dalam
(2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu sistim pembelajaran. Pada desain
dan daya indera, (3) menimbulkan pembelajaran geografi dengan
kegairahan belajar, (4) memungkinkan menggunakan peta ada enam langkah
interakasi lebih langsung antara peserta yang harus diperhatikan dalam proses
didik dengan lingkungan dan kenyataan, perencanaan pembelajaran. Enam
(5) memungkinkan peserta didik belajar langkah tersebut meliputi, (1) penentuan
sendiri-sendiri menurut kemampuan dan kompetensi pembelajaran, (2)
minatnya, (6) melalui peta penyampaian menetapkan materi pokok, (3)
pelajaran lebih baku, pelajaran lebih menetapkan Garis Besar Instruksional
menarik, pembelajaran lebih interaktif, Program (GBIP), (4) menetapkan
lama waktu pembelajaran yang diper- metode atau strategi pembelajaran, (5)
lukan dapat dipersingkat, (7) kualitas pembelajaran dengan peta dan (6) eva-
hasil belajar dapat ditingkatkan, sikap luasi pembelajaran.
positif peserta didik terhadap apa yang Di sekolah peta tidak hanya dipakai
mereka pelajari terhadap proses belajar dalam pembelajaran geografi, tetapi juga
dapat ditingkatkan. dalam pembelajaran sejarah, ekonomi,
Berdasarkan uraian manfaat dan PKn, dan pembelajaran ilmu-ilmu sosial
kegunaan seperti tersebut di atas, jelaslah lainpun peta diperlukan. Dalam
dalam kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran geografi berbagai bentuk
peta memiliki kegunaan meningkatkan dan macam peta seperti Peta Rupabumi,
efektifitas kegiatan belajar mengajar. peta dinding, peta timbul, atlas, peta
Melihat efektifitas tersebut, sudah dalam buku pelajaran, dan peta-peta
seyogyanya dalam pembelajaran tematik serta globe sangat diperlukan.
geografi peta merupakan elemen penting Berbagai bentuk dan macam peta
dalam desain pembelajaran, sehingga tersebut masing-masing memiliki peran
desain pembelajaran geografi pada dan fungsi yang tidak selalu sama.
sekolah-sekolah harus mulai Peta dinding yang dapat berupa
meninggalkan desain pembelajaran peta umum maupun peta yang
konvensional yang ber-cirikan guru menggambarkan gejala muka bumi yang
sebagai satu-satunya sumber belajar lebih khusus mempunyai peran utama
dimana interaksi atau komunikasi sebagai latar belakang bagi guru dan
berlangsung satu arah dari guru langsung peserta didik dalam membahas kajian
ke peserta didik. geografi (kajian keruangan) gejala yang
Penentuan dan pemilihan peta ada, terjadi, atau muncul di muka bumi.
dalam pebelajaran, dengan sendirinya Sebagai latar belakang dalam kajian, peta
menempatkan peta sebagai bagian dari dinding yang dipakai/berfungsi secara
sebuah sistim pembelajaran yang ikut klasikal (diamati bersama-sama oleh
menentukan kerberhasilan belajar, oleh semua peserta didik dan guru) akan
karena itu diperlukan sebuah rumusan mempermudah dan membantu kejelasan
desain pembelajaran dengan peta, pola, struktur, proses, hubungan
dimana peta itu sendiri menjadi bagian keruangan yang dipelajari/didiskusikan
dari sebuah sistem yang harus dilihat dan antara guru dan peserta didik. Dalam

.
kurikulum geografi sekolah (SMP/M.Ts) contoh (cuplikan) pada Tabel 1.
kajian fenomena geografis, seperti

Tabel 1. Kurikulum Geografi SMP/M.Ts Kelas VII, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


4. Memahami usaha manusia untuk 4.1 Menggunakan peta, atlas, dan globe untuk
mengenali perkembangan mendapatkan informasi keruangan
lingkungannya
4.2 Membuat sketsa dan peta wilayah yang
menggambarkan objek geografi
4.3 Mendeskripsikan kondisi geografis dan
penduduk
4.4 Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di
atmosfer dan hidrosfer, serta dampaknya
terhadap kehidupan
Sumber: Dicuplik dari Kurikulum KTSP SMP/M.Ts.2006

Dalam implementasi pembelajaran (Kraak, 2003). Tidak hanya satu peta


di sekolah, materi tersebut akan menjadi saja yang harus siap untuk ditampilkan,
verbalistis dan merupakan beban hafalan tetapi sampai ratusan, dan peta tersebut
jika guru hanya membica-rakannya tanpa harus mempunyai kesinambungan satu
menggunakan peta sebagai latar dengan yang lainnya. Atlas sengaja
belakang penjelasan maupun analisisnya. dikombinasikan dari peta atau kumpulan
Akan tetapi di samping fungsi utama data, disusun cara tertentu sehingga
sebagai latar belakang dalam tujuannya dapat tercapai. Atlas sebagai
pembicaraan, peta juga berfungsi sebagai kumpulan peta-peta yang disusun dalam
sumber informasi geo-grafis baik yang satu buku, juga memberikan manfaat
secara langsung termuat dalam peta /fungsi yang sifatnya perindividual
maupun yang hanya berupa keterangan peserta didik (tidak klasikal), fungsi
yang terikat dengan temporal /tahun utamanya adalah sebagai sumber
pembuatan peta itu. Oleh karena itulah, informasi mengenai kawasan, peristiwa,
peta-peta yang tersedia di sekolah ataupun gejala apapun yang relevan dan
sebaiknya sebagian juga terpasang secara dapat termuat dalam Atlas. Karena itu,
permanen di dinding-dinding tembok mengingat banyaknya keterangan yang
kelas agar para peserta didik terbiasa dapat me-muat dalam Atlas, adanya
dengan informasi lingkungannya (lokal, petunjuk pe-makaian dan macam-macam
regional, nasional, global). indeks, daftar isi merupakan bagian
Atlas pada umumnya merupakan penting dari Atlas. Atlas tidak hanya
bentuk tampilan kartografi yang tinggi, terbatas keguna-annya untuk
karena dalam memproduksi peta garis pembelajaran geografi, tetapi juga ada
menyangkut dua hal yakni perencanaan Atlas Sejarah, Atlas Anatomi, Atlas
dan dimensi struktural yang ekstra Astronomi (perbintangan), dan lain-lain.

.
Peta yang ada pada buku (buku peta dalam Atlas, peta diding dan peta
pelajaran, buku bacaan) lain lagi kegu- lain untuk wilayah yang luas (skala
naannya. Walau bisa juga menjadi kecil), biasanya akan selalu ada distorsi
sumber informasi, peta ini lebih dengan adanya sifat kesalahan ataupun
berfungsi sebagai “ilustrasi” yang mem- pembesaran (eksagerasi) pada bagian
bantu kejelasan apa yang diuraikan tertentu; sekalipun peta dibuat
dalam naskah buku, atau bisa juga didasarkan atas proyeksi tertentu untuk
menjadi bagian dari alat analisis dalam mengatasi distorsi tersebut.
kajian suatu topik. Fungsi peta dalam
buku ada kalanya memiliki kegunaan Peta Rupabumi
yang sejajar dengan pemakaian gambar, Peta Rupabumi atau dalam bahasa
peta, foto, ataupun diagram/grafik, baik asing sibebut topographic map adalah
dalam mempelajari uraian maupun peta yang memperlihatkan unsur-unsur
sebagai alat analisis (yang mungkin perlu alam (asli) dan unsur-unsur buatan
dilengkapi dengan rumus-rumus statistik manusia di atas permukaan bumi. Unsur-
/matematik tertentu. unsur tersebut diusahakan untuk diperli-
Peta timbul (relief) dan globe, hatkan pada posisi yang sebenarnya. Peta
memiliki fungsi utama yang lain lagi Rupabumi disebut juga sebagai peta
dalam pendidikan dan pembelajaran umum, karena dalam Peta Rupabumi
geografi. Meski dapat menjadi sumber menyajikan semua unsur yang ada pada
dan informasi (khususnya globe yang permukaan bumi, dengan mempertim-
baik dan lengkap isinya) dalam bangkan skala yang sangat terbatas. Jadi
pembelajaran geografi kedua “peta” ini Peta Rupabumi dapat digunakan untuk
berfungsi pertama sebagai alat peraga bermacam-macam tujuan, termasuk
yang memperjelas dan memudahkan untuk tujuan pembelajaran di sekolah. Di
pembelajaran, lebih menarik minat, dan samping itu, Peta Rupabumi juga dapat
membantu dalam memperkuat persepsi digunakan sebagai dasar (base map)
(sebagai ganti pengamatan realitas di dalam pembuatan peta tematik, seperti
lapangan). Globe memiliki keunggulan peta penggunaan lahan, peta jaringan
tersendiri dibanding dengan bentuk peta- jalan, peta sebaran penduduk, peta
peta lainnya, yaitu dalam hal tertentu jaringan sungai, dan sebagainya. Peta
dapat menggambarkan ciri-ciri sifat Rupabumi menyajikan unsur-unsur dasar
“conform” (sama bentuk), “equidistant” muka bumi, seperti: unsur hipsografi
(sama jarak, “equivalent” atau “equal (tinggi-rendahnya medan atau relief,
area” (sama luas), dan dapat menggam- terutama ketinggian), unsur hidrografi
barkan arah/hubungan keruangan seperti (laut, danau, sungai/pola pengaliran),
apa yang sebenarnya terdapat di muka unsur vegetasi (penutup lahan), unsur
bumi. Dalam globe kesalahan-kesalahan toponimi (nama-nama unsur tempat atau
(distorsi) dalam hal arah /hubungan nama geografi), unsur buatan/budaya
keruangan, jarak, bentuk, dan ukuran manusia (permukiman, sistem perhubu-
luas yang lazim dijumpai dalam peta di ngan, unsur unit-unit administrasi, dan
atas kerta lembaran (bidang datar) tidak sistem rujukan koordinat nasional baku
terjadi. Sedang apa yang terdapat pada (sistem lintang bujur).

.
Jadi Peta Rupabumi memiliki kelurahan/desa, lingkungan kecamatan,
karakteristik : (1) Memuat gambaran dan lingkungan Kabupaten. Jenjang
tentang penyebaran, luas dan Pendidikan SMP: lingkup wilayah lebih
karakteristik dari unsur-unsur fisiografi, ditekankan mulai dari lingkungan
topografi, morfologi, geologi, demografi kecamatan, lingkungan kabupaten,
dan sebagainya. (2) Dapat sebagai wadah lingkungan provinsi, nasional, dan
inventarisasi sumberdaya alam. dan (3) regional. Sedangkan untuk jenjang
Ada kerangka titik kontrol horizontal Pendidikan SMA: lingkup wialayah dari
(koordinat lintang/bujur) dan kerangka lokal, Regional, Nasional dan Global
titik kontrol vertikal (koordinat tinggi /Dunia.
terhadap muka air laut rata-rata). Penggunaan Peta Rupabumi dan
Peta Rupabumi dapat dibedakan jenis peta yang lain dalam pendidikan
menjadi beberapa kelompok berdasarkan dan pembelajaran geografi di sekolah
atas skalanya, yakni : skala 1 : sangat membantu pencapaian tujuan
1.000.000; skala 1 : 500.000; skala 1 : pembelajaran yang bersifat kognitif
250.000; skala 1 : 100.000; skala 1 : intelektual, dan juga dalam aspek-aspek
50.000; skala 1 : 25.000; dan skala 1 : ketrampilan psikomotorik, kemampuan
10.000 (Bakosurtanal, 2004). Variasi keruangan, membangkitkan minat,
skala peta tersebut membawa mengembangkan sikap, dan menum-
konsekuensi pada variasi cakupan area buhkan kesadaran serta semangat kei-
yang terpetakan. Semakin kecil skala ngintahuan dan menyelidik (inquiring
peta, maka lingkup area yang terpetakan mind) (Suharyono, 1990). Hal ini semua
semakin luas, demikian sebaliknya akan dapat tercapai kalau pengetahuan
semakin besar skala peta, lingkup area perpetaan dilengkapi dengan macam-
yang terpetakan sema-kin kecil. Di macam tugas (pengamatan, peng-
samping itu, skala peta juga dapat gambaran, analisis, dan lain-lain), yang
memberikan informasi tentang tingkat disertai dengan pemeriksaan oleh guru
kedetilan isi peta, semakin besar skala dan pemberian balikan ataupun hasil
tingkat kedetilan semakin tinggi, penilaian guru dan bersama peserta
demikian sebaliknya. didik.
Dalam kaitan dengan kebutuhan Sebagi alat belajar bagi peserta
pembelajaran di sekolah, dengan adanya didik dapat diberikan kegiatan
variasi skala tersebut sangat membantu menggambar peta, membuat diagram,
guru dan peserta didik dalam melakukan dan memasuk-kan diagram-diagram ke
kajian suatu fenomena geografis. dalam peta sehingga menjadi peta
Sebagaimana diketahui bahwa, dalam tematik atau peta dengan tema-tema
salah satu sistem pembelajaran di tertentu. Dalam konteks kepentingan
sekolah, masalah caku-pan wilayah pembelajaran di sekolah berbagai jenis
sebagai materi ajar sangat terkait dengan peta telah tersedia di Bakosurtanal,
jenjang pendidikan di sekolah. Sebagai teramasuk juga Peta Rupabumi.
contoh, untuk jenjang Pendidikan Sebenarnya guru dan peserta didik dapat
Sekolah Dasar: cakupan wilayah mulai membuat peta sendiri secara seder-hana
dari lingkungan sekolah, lingkungan dengan menggunakan kertas, pensil

.
warna atau tinta warna secara manual, naan dengan peta adalah memilih sumber
atau juga jika tersedia sarana dan dari mana peta tersebut didapatkan.
prasarana komputer yang memadai Selama ini sumber peta umumnya dipe-
melakukan kegiatan penggambaran peta roleh dari toko-toko buku, yang secara
secara elektronik (dijital). Banyak data kualitas dan variasi sangat terbatas. Peta
yang dapat diambil dari Peta Rupabumi, Rupabumi hingga sampai saat ini masih
tentunya tergantung pada tema peta yang belum dapat diakses oleh sekolah dengan
akan dibuat, kemudian dipilih simbol mudah, karena dalam sistem dan meka-
ataupun diagram yang akan dituangkan nisme pemasarannya masih dibatasi
secara keruangan dalam suatu peta. (belum ada di pasar bebas), masih
dikoordinasi oleh Bakosurtanal dengan
APLIKASI PETA RUPABUMI outlet-outlet yang tersebar di beberapa
DALAM PEMBELAJARAN DI daerah (Bappeda, Perguruan Tinggi)
SEKOLAH tertentu saja. Padahal kebutuhan Peta
Masalah penting yang sering Rupabumi sebagai bahan ajar sangat
dihadapi guru dalam kegiatan pembe- diperlukan oleh para guru dan peserta
lajaran adalah memilih atau menentukan didik di sekolah.
materi pembelajaran atau bahan ajar dan Penggunaan Peta Rupabumi
menentukan/memilih model pembelaja-
Peta Rupabumi merupakan
ran yang tepat dalam rangka membantu
peserta didik mencapai kompetensi. Hal cermi-nan berbagai tipe informasi muka
bumi, sehingga dapat digunakan sebagai
ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
dalam kurikulum atau silabus, materi sumber data dan informasi spasial yang
bahan ajar hanya dituliskan secara garis cukup baik. Namun demikian untuk
besar dalam bentuk “materi pokok”. dapat menggunakan peta dengan baik di-
Sedangkan untuk penentuan model perlukan tuntunan dalam pemakaiannya.
pembelajaran dan termasuk menentukan Ada tiga tahapan dalam menggunakan
alat peraga dan media pembelajaran yang Peta Rupabumi, yaitu: 1) tahap
pembacaan; 2) tahap analisis; dan 3)
akan digu-nakan diserahkan sepenuhnya
kepada guru. Menjadi tugas guru untuk tahap inter-prettasi.
menja-barkan materi pokok tersebut 1. Membaca Peta Rupabumi
sehingga menjadi bahan ajar yang
Membaca peta dapat diartikan
lengkap. Selain itu, bagaimana cara sebagai suatu usaha untuk mempelajari
menyajikan (model pembelajaran) bahan atau mengetahui medan (kenampakan
ajar dengan menggunakan peta muka bumi) dengan melalui peta atau
merupakan persoalan tersendiri. simbol-simbol yang ada dalam peta.
Berkenaan dengan pemilihan Membaca peta merupakan tahapan
penggunaan peta dalam pembalajaran, pertama dalam penggunaan peta, yakni
secara umum masalah dimaksud meliputi mencoba mengidentifikasi simbol, mem-
cara penentuan jenis peta, kedalaman, baca apa arti simbol. Untuk dapat
ruang lingkup, urutan penyajian, melakukan pekerjaan ini, seseorang
perlakuan (treatment) terhadap materi harus mengetahui tentang bahasa peta.
pembelajaran. Masalah lain yang berke- Bahasa peta adalah informasi tepi peta

.
yang meliputi: judul, nomor lembar peta, pada satu sisi atau unsur dimensi satu,
skala, orientasi, sumber pembuat peta, misalnya: jalan, jalan kereta api, garis
proyeksi peta, legenda, administrasi pantai, sungai, dan sebagainya. Untuk
indeks. data lenear ini nilai tergantung panjang
Dengan demikian begitu melihat pendek unsur yang digambarkan; (3)
simbol di dalam peta, pengguna akan unsur luasan, merupakan unsur yang
menjadi jelas mengenai makna ataupun memiliki bentuk perluasan atau
bentuk unsur lingkungan apa yang ter- berdimensi dua nilai ditentukan berdasar
gambar dalam peta. Kesalahan yang luasnya. Bahkan unsur yang berdimensi
sering terjadi adalah pengguna langsung tiga dapat ditentukan volumenya
berusaha menterjemahkan arti simbol- misalnya volume bendungan, jumlah
simbol tanpa mempelajari keterangan- curah hujan, volume cadangan bahan
/legenda dan informasi tepi yang lain galian. Dari tahapan analsis peta akan
terlebih dahulu. didapatkan suatu nilai, bentuk pola,
Faktor-faktor yang dapat dibaca struktur keruangan yang digambar.
dalam Peta Rupabumi antara lain: jarak, Dalam analisis peta perlu mem-
arah, lokasi, luas, tinggi, lereng dan perhatikan tiga hal, yaitu: (1) Analisis
bentuk (Baca buku Petunjuk Teknis harus dikerjakan secara bertahap. (2)
Penggunaan Peta Rupabumi Indonesia – Mulailah dari hal yang bersifat umum ke
RBI, yang diterbitkan oleh Bakosurtanal, hal-hal yang bersifat khusus/detil. (3)
2004). Lakukan analisis dari bentuk-bentuk
yang paling diketahui (mudah) hingga
2. Analisis Peta Rupabumi
bentuk-bentuk yang sulit atau belum
Analisis peta merupakan tahap diketahui.
selanjutnya setelah dilakukan pemba- Cara analisis Peta Rupabumi dapat
caan peta. Setelah kita tahu apa yang dilakukan secara kuantitatif maupun
telah digambar dalam peta, selanjutnya kualitatif. Unsur dasar pengenalan
dilakukan suatu pengukuran, penilaian, meliputi pola, struktur, proses, bentuk,
klasifikasi, mencari pola dari suatu ukuran, hubungan sekitar dan lokasi,
fenomena geografis yang ada. Dalam ketergantungan antar elemen pembentuk
tahap analisis peta dapat pula meng- ruang, dan sebagainya. Untuk unsur
gunakan peralatan untuk membantu dasar penafsiran terdiri dari bentuk-
dalam pengukuran, penilaian dari bentuk morfologi, pola pengaliran,
fenomena geografis tersebut. Unsur- tumbuhan penutup dan hasil budidaya
unsur geografis yang tergambar dalam manusia. Dengan kata lain, analisis Peta
Peta Rupabumi dapat dikelompokkan Rupabumi adalah tindakan penye-
menjadi: (1) unsur posisional, yakni derhanaan fenomena-fenomena yang
unsur-unsur yang tidak mempunyai kompleks dari muka bumi yang tergam-
dimensi atau perluasan, seperti titik bar, unsur dasar pengenalan dan penaf-
ketinggian, pusat pelayanan. Nilai dari siran serta karakteristik geomorfologi-
unsur-unsur ini dapat dilihat dari angka nya. Lalu dilakukan pengelompokan
yang ada atau dihitung dengan untuk menyederhanakan atas dasar
menjumlahkan titiknya; (2) unsur linear, kesamaan-kesamaan perwatakan dari
yakni unsur yang mempunyai perluasan

.
struktur geologi, proses geomorfologi telah dideteksi dengan
dan kesan topografi. Analisis peta menggunakan keterangan yang
merupakan langkah awal dari evaluasi cukup, misal gosong sungai, tipe
yang didasarkan pada identifikasi dan sungai, bukit terisolasi, pola sebaran
interpretasi fenomena muka bumi yang permukiman, dll.
tergambar, unsur-unsur pengenalan dan 3. Analisis & penafsiran: pengenalan
penafsiran serta karakteristik akhir atau terperinci yaitu tahap
geomorfologinya. Perolehan data dari pengumpulan keterangan lebih
peta dapat dijadikan data dasar untuk lanjut.
analisis lanjutan yang evaluasinya dapat Sebagai contoh interpretasi pada
dilakukan secara manual maupun Sistem Peta Rupabumi:
Informasi Geografi (SIG).  deteksi : adanya penampakan
jaringan sungai
3. Interpretasi Peta Rupabumi  identifikasi: jaringan sungai
Interpretasi peta merupakan tampak bercabang-cabang yang
perbuatan mengkaji peta dengan maksud misalkan bercirikan tipe sungai
untuk mengidentifikasi objek sesuai dentritik.
tujuan dan latar belakang pengetahuan si  analisis & interpretasi: bentuk
interpreter. Dengan kata lain, interpretasi morfologi wilayah berbukit bukit,
adalah mengungkap sesuatu dibalik tidak terdapat sitem jaringan
fakta. Jadi interpretasi itu ilmiah. irigasi teknis, merupakan
Sehingga dapat dijelaskan bahwa hamparan lahan kering, keter-
interpretasi peta adalah: (1) Berupaya sediaan air terbatas, jenis
melalui proses penalaran atau pertanian tadah hujan, tingkat
mendeteksi, mengidentifikasi dan kerawanan terhadap erosi dan
menilai arti penting objek yang longsor lahan cukup tinggi, dan
tergambar pada peta. (2) Berupaya sebagainya.
mengenali objek yang tergambar pada Oleh karena itu, sistematika interpretasi
peta dan menterjemahkan kedalam perlu memperhatikan tiga hal, yaitu:
disiplin ilmu tertentu seperti geologi, 1. Analisis harus dikerjakan secara
geografi, pertanian, kehutanan, ekologi, bertahap.
hidrologi dan lain-lain. 2. Mulailah dari hal yang bersifat
umum ke hal-hal yang bersifat
Langkah-Langkah Interpretasi Peta khusus/rinci,
Rupabumi 3. Lakukan analisis dari bentuk-bentuk
Terdapat tiga rangkaian kegiatan yang paling diketahui (mudah)
utama dalam interpretasi, yaitu: hingga bentuk-bentuk yang sulit
1. Deteksi: bersifat global, yaitu atau belum diketahui.
pengamatan atas adanya suatu objek Selanjutnya tiga tingkat
misal sungai, bukit, lembah, tipe- pengetahuan yang harus diketahui dalam
tipe penggunaan lahan, dsb. melakukan interpretasi adalah:
2. Identifikasi: bersifat agak terperinci, 1. Pengetahuan ilmiah dalam bidang-
yaitu upaya mencirikan objek yang nya sampai pada tingkat tertentu.

.
2. Pengetahuan mengenai kondisi lingkungannya dan kewilayahan. Sejalan
lingkungan fisik daerah kajian dengan itu para peserta didik akan
meliputi iklim, fisiografi, geologi, memiliki bekal menjadi anggota
hidrologi, tanah, tumbuhan penutup, masyarakat yang memiliki kemampuan
penggunaan lahan. mengadakan hubungan timbal balik
3. Pengetahuan teknis tentang peta. dengan lingkungan sosial, budaya, dan
Atas dasar latar belakang alam sekitar, serta mengembangkan
pengetahuan tersebut, maka: kemampuan lebih lanjut dalam dunia
1. Berpikir kreatif penting di dalam kerja dan pendidikan yang lebih tinggi.
interpretasi peta, yaitu menghu- Kesadaran yang tinggi akan
bungkan hal-hal atau ide yang sebe- kemampuan di bidang perwilayahan
lumnya tampak tidak berhubungan. /perpetaan bagi peserta didik akan dapat
2. Selembar peta tidak boleh dinilai membentuk sikap dan jiwa anak untuk
terlalu tinggi, karena peta tidak mencintai tanah airnya (nasionalisme).
mempunyai arti di dalamnya tanpa Hal itu menjadi penting bagi kita semua
kita melakukan identifikasi yang sebagai bagian dari bangsa Indonesia
penuh dari objek atau gejala geologi sebagai pewaris dari para pendiri bangsa
yang memerlukan lebih banyak dari ini. Keprihatinan yang sangat mendalam
peta itu sendiri. kita sekarang adalah, masih banyak dari
3. Makna mempelajari peta untuk warga bangsa ini yang belum kenal benar
berbagai survai adalah penerapan tentang nama-nama wilayah/pulau-pulau
studi geologi, geografi, tanah, Indonesia, dan batas-batas teritorial
kehutanan, hidrologi, kerekayasaan, wilayah Negara Kesatuan Republik
vulkanologi, geologi tata ling- Indonesia. Tentu kita masih ingat bebe-
kungan, potensi sumberdaya mine- rapa tahun lalu sebagian wilayah kita
ral, bencana alam dan lain-lain de- yakni Pulau Legitan dan Sipadan telah
ngan menggunakan peta. lepas dari pangkuan ibu pertiwi, dan saat
4. Tidak ada kunci yang sederhana ini kita juga telah dihadapkan oleh
untuk memecahkan permasalahan permasalahan blok Ambalat di Kali-
interpretasi peta. Pada dasarnya mantan Timur yang mulai diklaim oleh
penafsiran peta merupakan proses negara tetangga kita. Hal ini merupakan
deduktif dan dalam menarik satu sisi persoalan lain yang serius bagi
kesimpulan digunakan prinsip masa depan bangsa Indonesia. Peran
convergence of evidence. sekolah (guru & peserta didik)
merupakan ujung tombak dalam
PENUTUP penanaman nilai-nilai jiwa nasionalisme/
Demikian pentingnya peran dan kecintaan terhadap tanah air. Oleh karena
fungsi peta bagi kehidupan manusia, itulah pengetahuan perpetaan bagi
sehingga peta perlu dipelajari oleh peserta didik menjadi penting dan
peserta didik di berbagai jenjang dan strategis tidak hanya untuk kepentingan
jenis sekolah, agar kelak peserta didik teknis pembelajaran semata, tetapi juga
dapat memiliki pengetahuan, ketrampilan untuk kepentingan keberlanjutan masa
dan sikap yang positif terhadap depan bangsa.

.
Peta Rupabumi merupakan peta masih jauh dari harapan; (2) kemampuan
umum yang berisi berbagai informasi guru-guru dalam bidang perpetaan masih
muka bumi demikian cukup kompre- kurang, karean masih banyak dijumpai
hensif, sehingga sangatlah tepat jika guru-guru geografi dan/atau IPS yang
dapat dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah tidak sesuai dengan kompetensinya; (3)
untuk mendukung kegiatan pendidikan masih adanya sebagian guru yang
dan pembelajaran. Peta Rupabumi Indo- enggan menggunakan peta atau media
nesia (RBI) dalam kegiatan pembelajaran pembela-jaran lain dalam kegiatan
di sekolah dapat difungsikan sebagai alat pembelajaran di sekolah, karena alasan
peraga dan media pembelajaran. Namun alokasi waktu yang kurang, kawatir jika
sayangnya hingga saat ini Peta materi ajar (kurikulum) tidak bisa
Rupabumi Indonesia tersebut belum terselesaikan sehingga berdampak pada
banyak dikenal oleh peserta didik dan hasil Ujian Nasional.
guru di sekolah. Hal itu disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu: (1) Peta
Rupabumi Indonesia sampai saat ini DAFTAR PUSTAKA
masih menjadi salah satu dokumen Anonim, 1988. “Seminar dan Lokakarya
negara yang belum bebas diakses oleh Geografi” dalam LIP IKIP Sema-
semua pihak; (2) Kalaupun beberapa rang, Edisi khusus. Semarang: IKIP
tahun terakhir ini pihak Bakosurtanal Semarang Press.
telah melakukan sosialisasi ke pihak
stakeholder pendidikan, namun Bakosurtanal, 2004. Petunjuk Teknis
lingkupnya masih terbatas jika diban- Penggunaan Peta Rupabumi In-
dingkan dengan jumlah sekolah yang donesia (RBI). Jakarta: Bakosur-
tersebar di seluruh wilayah Indonesia; tanal.
(3) Akses untuk mendapatkan Peta Bos E.S. 1973. Cartographic Principles
Rupa-bumi Indonesia hanya dapat in Thematic Mapping. The
diperoleh dari tempat-tempat tertentu Netherlands. ITC Lecture Note,
(outlet-outlet Bakosurtanal) yang Enschede.
jumlahnya relatif masih jauh dari
memadai. Dalam hal ini peran Depdiknas, 2007. KTSP - Permen
Bakosurtanal sebagai pihak yang No.22/2006 Standar Isi
memiliki otoritas bidang perpetaan dapat Koeman. C. 1984. “The History of
membuka "akses” bagi dunia pendidikan Cartography” in Basic Cartogra-
(sekolah) seluas-luasnya, sehingga dapat phy for Student and Technicians,
diperoleh sekolah dengan mudah dan Vol 1. The Netherlands: Interna-
murah. tional Cartographic Association.
Budaya menggunakan peta oleh Kraak, M.J dan Ferjan Ormeling. 2007.
guru dan peserta didik untuk mendukung Kartografi Visualisasi Data Geo-
kegi-atan pembelajaran di sekolah masih spasial (terj.Sukendra Martha,
rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa dkk.) Edisi 2. Yogyakarta: Gajah
faktor antara lain: (1) ketersediaan sarana Mada University Press.
dan prasarana peta termasuk Peta RBI

.
Prihandito, Aryono. 1989. Kartografi. Subagio. 2003. Pengetahuan Peta.
Yog-yakarta: PT. Mitra Widya. Bandung: Penerbit ITB.
Juhadi, 2008. “Pengetahuan Perpetaan”. Suharyono, 1994. Geografi Dalam
Makalah, disampaikan dalam Dunia Ilmu dan Pengajaran Di
Bintek. Bagi Guru-Guru Geografi Sekolah. Semarang: IKIP
SMA-MA Kota Semarang, April Semarang Press.
2008.
Suwarjono dan Mas Sukotjo. 1993.
Juhadi dan Dewi Liesnoor Setiyowati. Pengetahuan Peta. Yogyakarta:
2001. Desain dan Komposisi Peta Fakultas Geografi UGM.
Tematik. Semarang: Pusat Peng- Yunus, H.S. 2008. “Konsep dan Pende-
kajian dan Pelayanan Sistem katan Geografi, Memakai Hake-kat
Informasi geografis, Geografi Keil-muan” Makalah disam-paikan
UNNES.
dalam Seminar dan Sarasehan:
Raisz, Erwin. 1962. Priciples of Carto- Substansi dan Kompe-tensi
graphiy. USA: Mc.Graw-Hill. Geografi. Pada Tanggal 18-19
Januari 2008 di Fakultas
Sandy, I Made. 1986. Esensi Kartografi.
Jakarta: Jurusan Geografi FMIPA Geografi.UGM.
UI.

.
.

Anda mungkin juga menyukai