Anda di halaman 1dari 110

1

2
3

DAFTAR ISI

BIODATA .......................................................................... 4

SOP (Standard Operating Procedure) .............................. 8

KURIKULUM MENTORING SEMESTER II....................11

PEKAN KE-1 : MA‟RIFATULLAH ................................................ 18

PEKAN KE-2 : SYIRIK ..................................................................... 30

PEKAN KE-3 : HAKIKAT IBADAH .................................. 43

PEKAN KE-4 : CONTOH UTAMA .................................. 52

PEKAN KE-5 : WHO AM I (MA‟RIFATUL INSAN) .............. 63

PEKAN KE-6: GHAZWUL FIKR(PERANG PEMIKIRAN)....71

PEKAN KE-7 : MANAJEMEN QOLBU ..................................... 77

PEKAN KE-8 :BAHAYA LIDAH ................................................. ..86

PEKAN KE-9 : BIRRUL WALIDAIN ........................................ 101

2
4

BIODATA PEMENTOR

BIODATA
Nama lengkap : ……………………………………….
Nama panggilan : ………………… …………………….
Tempat, tanggal lahir : ………………………………….....
Jurusan / Angkatan : ...…………………………………......
No Kontak : ……………………………………….
Alamat : ……………………………………….
……………………………………….

BIODATA MENTEE

Nama lengkap : ……………………………………….


Nama panggilan : ………………… …………………….
Tempat, tanggal lahir : …………………………………......
Jurusan / Angkatan : ……………………………………….
No Kontak : .......………………………………….
Alamat : ……………………………………….
……………………………………….
Nama lengkap : ……………………………………….
Nama panggilan : ………………… …………………….

3
5

Tempat, tanggal lahir : …………………………………......


Jurusan / Angkatan : ……………………………………….
No Kontak : .......………………………………….
Alamat : ……………………………………….
……………………………………….

Nama lengkap : ……………………………………….


Nama panggilan : ………………… …………………….
Tempat, tanggal lahir : …………………………………......
Jurusan / Angkatan : ……………………………………….
No Kontak : .......………………………………….
Alamat : ……………………………………….
……………………………………….

Nama lengkap : ……………………………………….


Nama panggilan : ………………… …………………….
Tempat, tanggal lahir : …………………………………......
Jurusan / Angkatan : ……………………………………….
No Kontak : .......………………………………….
Alamat : ……………………………………….
Nama lengkap : ……………………………………….
Nama panggilan : ………………… …………………….
6

Tempat, tanggal lahir : …………………………………......


Jurusan / Angkatan : ……………………………………….
No Kontak : .......………………………………….
Alamat : ……………………………………….
……………………………………….

Nama lengkap : ……………………………………….


Nama panggilan : ………………… …………………….
Tempat, tanggal lahir : …………………………………......
Jurusan / Angkatan : ……………………………………….
No Kontak : .......………………………………….
Alamat : ……………………………………….
……………………………………….

Nama lengkap : ……………………………………….


Nama panggilan : ………………… …………………….
Tempat, tanggal lahir : …………………………………......
Jurusan / Angkatan : ……………………………………….
No Kontak : .......………………………………….
Alamat : ……………………………………….
Nama lengkap : ……………………………………….
Nama panggilan : ………………… …………………….
7

Tempat, tanggal lahir : …………………………………......


Jurusan / Angkatan : ……………………………………….
No Kontak : .......………………………………….
Alamat : ……………………………………….
……………………………………….

Nama lengkap : ……………………………………….


Nama panggilan : ………………… …………………….
Tempat, tanggal lahir : …………………………………......
Jurusan / Angkatan : ……………………………………….
No Kontak : .......………………………………….
Alamat : ……………………………………….
……………………………………….

Nama lengkap : ……………………………………….


Nama panggilan : ………………… …………………….
Tempat, tanggal lahir : …………………………………......
Jurusan / Angkatan : ……………………………………….
No Kontak : .......………………………………….
Alamat : ………………………………………
8

7
9

Tujuan Pembinaan dan Petunjuk Teknis

Tujuan Pembinaan
Diharapkan peserta mentoring :
1. Memiliki aqidah yang lurus dan terhindar dari segala bentuk
kesyirikan.
2. Memiliki pribadi yang hanif dan berakhlaq mulia.
3. Melaksanakan ibadah wajib dan sunnah dengan penuh
kesadaran dan kecintaan.
4. Memiliki semangat untuk memperbaiki diri dan orang lain.
5. Mampu mengembangkan potensi diri.
6. Bersimpati terhadap masalah umat Islam.

Petunjuk Teknis
I. Setiap peserta mentoring adalah mahasiswa muslim
UNDIP yang terdaftar di Lembaga Dakwah Kampus tingkat
Fakultas atau Jurusan sebagai peserta mentoring.
II. Mentor adalah mahasiswa UNDIP yang telah dinyatakan
lulus seleksi pementor oleh Badan Pengelola Mentoring
Agama Islam Universitas (BPMAIU).
III. Setiap mentor wajib mengisi kegiatan mentoring setiap
sepekan sekali. Jika ada hal-hal yang membuat mentor
berhalangan hadir maka wajib memberikan informasi yang
jelas mengenai ketidak-hadirannya kepada penanggung
jawab mentoring di tingkat Fakultas.
IV. Mentor diwajibkan mengikuti pembinaan inspirasi pagi
setiap hari sabtu jam 6 pagi di masjid kampus Undip.
V. Susunan acara mentoring terdiri dari:
1. Persiapan dan Pembukaan.
2. Membaca Al-Qur'an/bergiliran.

8
10

3. Kultum dari mentee.


4. Penyampaian materi.
5. Pengumuman dan pembahasan masalah-masalah
mentee.
6. Doa rabithah dan penutup.

VI. Setiap 3 bulan, peserta mentoring mengikuti evaluasi dan


berhak menerima laporan pembinaannya setelah evaluasi
selesai dilaksanakan.

Segala luka & kecewa tampaknya kan


malu & meniada: ketika kita insyafi
bahwa Allah Yang Maha Mengatur tak
pernah keliru, tak pernah aniaya”

9
11

KURIKULUM
MENTORING
SEMESTER II

10
12

No Materi Sarana Inti Penekanan Kompetensi dasar output


1. Ma’rifatullah Penjelasan, “Katakanlah „aku -Mentee memahami cara Salimul Aqidah
dan diskusi berlindung pada mengenal Allah -Mentee mampu
Rabbnya manusia. -Mentee mengetahui jenis- mengesakan Allah
Malik manusia. Ilah jenis tauhidullah
manusia. Dari
kejahatan (bisikan)
setan yang
tersembunyi. Yang
membisikkan
(kejahatan) ke
dalam dada
manusia. Dari
(golongan) jin dan
manusia.”

11
13

2. Syirik Penjelasan “Sesungguhnya Allah -Mentee mengetahui bahaya Salimul Aqidah


dan diskusi tidak akan mengampuni syirik
(dosa) karena -Mentee mengetahui contoh-
mempersekutukan-Nya contoh syirik dalam kehidupan
(syirik), dan Dia sehari-hari dan menjauhinya
mengampuni apa
(dosa) yang selain syirik
itu bagi siapa yang Dia
kehendaki. Barangsiapa
mempersekutukan
Allah, maka sungguh
dia telah berbuat dosa
yang besar” (QS An-
Nisa: 48).

3. Hakikat Ibadah Penjelasaan, “Dan tidaklah Aku -Mentee mampu beribadah Shohihul Ibadah
dan menciptakan jin dan secara benar dengan -Berusaha komitmen
penugasan. manusia, menyiapkan raga, jiwa, dan dalam melaksanakan
melainkan supaya ilmu. ibadah wajib.
mereka menyembah- -Mentee berusaha istiqomah Penugasan: mutabaah
Ku”. (QS. Adz Dzariyat: dalam menjalankan ibadah amal yaumiyah.
56). wajib dan menambahnya
dengan ibadah sunah
14

4. Contoh utama Penjelasan Sesungguhnya telah -Mentee mencintai Rasulullah Salimul Aqidah
(Ma’rifaturrosul) dan diskusi ada pada (diri) -Mentee menjadikan Matiinul Khuluq
Rasulullah itu suri Rasulullah sebagai contoh
teladan yang baik utama dalam kehidupannya.
bagimu, (yaitu) bagi
orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak
menyebut Allah (Al-
Ahzab:21).

5. Who AM I? Penjelasan “Dan adapun orang- -Mentee mengetahui proses Salimul Aqidah
(Ma’rifatul dan diskusi. orang yang berat penciptaan manusia Matiinul Khuluq
Insan) timbangan -Mentee memahami tujuan Mutsaqqoful Fikr
(kebaikan)nya, maka hidup manusia
dia berada dalam -Mentee memahami hakikat
kehidupan yang manusia
memuaskan. Dan
adapun orang-orang
yang ringan timbangan
(kebaikan)nya, maka
tempat kembalinya
adalah neraka
Hawiyah.”
(QS Al-Qari‟ah: 6-9)
15

13
16

7. 6
6. Ghazwul Fikr Penjelasan “…Mereka tidak henti- - Mentee mengetahui -Matinul Khuluq
dan diskusi hentinya memerangi pengertian ghazwul fikr
kamu sampai mereka beserta contohnya
(dapat) mengembalikan - Mentee mengetahui cara
kamu dari agamamu mencegah terjangkitnya
(kepada kekafiran), ghazwul fikr
seandainya mereka
sanggup. Barangsiapa
yang murtad di antara
kamu dari agamanya,
lalu dia mati dalam
kekafiran, maka
mereka itulah yang sia-
sia amalannya di dunia
dan di akhirat, dan
mereka itulah penghuni
neraka, mereka kekal
di dalamnya.” (QS Al-
Baqarah/2: 217)
7. Manajemen Penjelasan “Ketahuilah -Mentee mengetahui jenis -Matinul khuluq
Qolbu dan diskusi sesungguhnya di dalam jenis hati
jasad itu ada segumpal -Mentee dapat meraih hati
daging. Bila ia baik, yang bening (hati yang sehat)
baiklah seluruh jasad,
dan apabila ia rusak,
rusaklah seluruh jasad.
Ketahuilah, itu adalah
hati. (HR Bukhari
Muslim)
17

8. Bahaya Lidah Penjelasan “Barangsiapa yang -Mentee mengetahui macam- Matinul khuluq
dan diskusi. beriman dengan Allah macam penyakit lidah
dan hari akhirat, maka -Mentee dapat memperbaiki
hendaklah ia diri dengan menjaga lisannya.
mengucapkan
perkataan yang baik
atau lebih baik diam.”
(HR Bukhori)

9. Birrul Walidain Penjelasan “Dan Tuhanmu telah -Mentee dapat mengetahui Matiinul khuluq
dan diskusi. memerintahkan supaya keutamaan dan cara berbakti
kamu jangan kepada kedua orang tua
menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan
sebaik-baiknya.” (Al-
Isra‟: 23)
18

PEKAN 1
MA’RIFATULLAH (MENGENAL ALLAH)

Ma‟rifatullah berasal dari kata Ma‟rifat dan Allah, Ma‟rifat artinya


mengetahui atau mengenal, jadi Ma‟rifatullah berarti juga mengenal
Allah swt. Ma‟rifatullah (Mengenal Allah swt) bukanlah mengenali dzat
Allah, karena hal ini tidak mungkin terjangkau oleh kapasitas manusia
yang terbatas. Sebab bagaimana mungkin manusia yang terbatas ini
mengenali sesuatu yang tidak terbatas?

Jalan Mengenal Allah


Dalam rangka mengenal Allah SWT. Islam memadukan ayat-ayat
qauliyah dan ayat-ayat kauniyah, karena tidak ada yang mengetahui
hal-hal gaib kecuali Allah SWT.
1. Dalil qauliyah
Al‟Qur‟an memiliki keindahan bahasa yang tidak ada
tandingannya. Di dalam Al-Qur‟an juga terdapat pemberitahuan umat
masa lalu, pemberitahuan kejadian yang akan datang, penemuan
ilmiah, syari‟at dan peraturan. Dalil-dalil qauliyah yang berupa firman
Allah dalam Kitab Suci-Nya dan sabda nabi dalam riwayat-riwayat
hadits yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
memberikan informasi lebih lengkap dan akurat tentang hal-hal yang
hanya diketahui oleh Zat Yang Maha Gaib. Oleh karena itu, dengan
mendalami dan memahami kandungan Al-Qur‟an dan hadits nabi,
maka kita akan dapat mengenal Allah SWT dan bertambahlah
keimanan kita.
19

2. Kauniyah
Dalil-dalil kauniyah kita gunakan untuk memperkuat penemuan
dan pemahaman kita. Dalil-dalil ini menggunakan akal kita sebagai
manusia. Banyak fenomena alam yang terjadi dengan segala ukuran
dan keteraturannya. Matahari yang selalu terbit setiap pagi dan
terbenam setiap pembukaan malam, hujan, dan lain-lain. Ada
fenomena kehendak manusia, fenomena kehidupan, fenomena
pengabulan doa, fenomena hidayah, fenomena kreasi, fenomena
hikmah, dan lain-lain yang jika kita pikirkan pastilah ada Zat yang
mengatur semua itu. tidak mungkin manusia yang melakukannya.
Tidak lain hanya Allah SWT yang dapat melakukannya.

Tahidullah (Mengesakan Allah)


Mekkah masih seperti biasanya. Namun hari itu agak berbeda.
Orang terbaik di antara mereka menyerukan sesuatu yang
nampaknya sangat penting, Muhammad SAW. Sebuah wahyu baru
saja turun kepada beliau “Dan berilah peringatan kepada kerabat-
kerabat yang dekat.” (Asy-Syu‟ara: 214). Dengan turunnya ayat itu
maka cara dakwah yang harus ditempuh Rasulullah berubah. Dari
awalnya dakwah secara sembunyi-sembunyi masuk ke fase dakwah
terang-terangan.
Tak perlu menunggu lama, Rasulullah pun menyeru di atas bukit
Shafa. “Wahai bani Ady, wahai Bani Ka‟ab,... wahai semua orang.”
Setelah semua berkumpul mengelilingi Rasulullah saat itu, beliau pun
mengeluarkan pertanyaan, “Apa pendapat kalian jika kukatakan
bahwa di lembah ini ada sepasukan kuda yang mengepung kalian,
apakah kalian percaya padaku?”
20

Serentak mereka menjawab, “Benar, kami tidak mempunyai


pengalaman bersama engkau kecuali kejujuran.”
Kemudian Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku memberi
peringatan kepada kalian sebelum datangnya azab yang pedih.”
Tanpa tahu sopan santun Abu Lahab tiba-tiba memotong,
“Celakalah engkau untuk selama-lamanya. Untuk inikah engkau
mengumpulkan kami?” Karena perbuatan ini Allah kemudian
menurunkan sebuah ayat, “Celakalah kedua tangan Abu Lahab.” (Al-
Lahab:1).
Sahabat muda, kisah di atas adalah sebuah fragmen dari
perjalanan dakwah Rasulullah. Begitu Rasulullah menerima wahyu
untuk berdakwah secara terang-terangan maka beliau naik bukit
Shafa. Secara budaya saat itu, jika seseorang naik ke Bukit Shafa
berarti pertanda orang tersebut akan menyampaikan sesuatu yang
sangat panting. Maka Rasulullah memilih Bukit Shafa sebagai tempat
ia menyerukan La ilaha illa Allah, Muhammadun Rasulullah, dan
mengajak untuk memeluk Islam.

Ada percakapan yang sangat menarik dalam kisah di atas. Ketika


Rasulullah menanyakan, apakah mereka percaya kalau ada pasukan
kuda yang akan menyerang? Mereka menjawab percaya. Padahal
suasana saat itu tidak menunjukkan sama sekali ada pasukan kuda.
Juga tidak ada kepulan debu yang menunjukkan serombongna
pasukan di tempat itu. kaum Quraisy saat itupercaya penuh pada
yang dikatakan Rasulullah tanpa harus disaring. Kenapa? Karena
track record kejujuran Rasulullah sudah tidak diragukan lagi.
21

Lantas kenapa ketika Rasulullah mulai menyerukan tentang


azab, tentang Allah, tentang Islam, mereka menolak? Bahkan Abu
Lahab memotong pembicaraan penuh kejujuran itu. Apakah kaum
Quraisy yang baru saja mengatakan Muhammad orang yang paling
jujur tiba-tiba menganggap Muhammad tidak jujur? Ada apa dengan
mereka?
Sahabat muda, kenapa kaum Qurais tiba-tiba berubah sikap?
Jawabnya, karena yang diserukan Rasulullah adalah kalimat Laa
ilaaha illa Allah, Muhammadun rasulullah.
Nah pertanyaan selanjutnya, adakah yang salah dalam kalimat
itu? adakah seusatu yang menyimpang dalam kalimat itu? benarkah
kaum Quraisy saat itu benar-benar menolak kebenaran kalimat
syahadat? Jawabannya: TIDAK! Mereka begitu paham apa itu
syahadat dan kebenaran yang menyertainya.
Sesungguhnya saat itu kaum Quraisy saat itu tahu betul yang
dibawa Muhammad itu benar. Mereka juga percaya keberadaan Allah
SWT. Buktinya ayah Rasulullah sendiri dinamai Abdullah (artinya:
hamba Allah). Bahkan kita jarang menemui nama kaum Quraisy
dengan nama tuhan mereka, Abdul Lata, Abdul Uzza, dsb. Kaum
Quraisy pun mengakui bahwa Al-Qur‟an bukanlah buatan Rasulullah
tetapi wahyu dari Allah SWT.
Dan sesungguhnya mereka pun terpana
Dikisahkan suatu hari Utbah atau sering dipanggil Abul Walid
mendatangi Rasulullah untuk memberikan iming-iming dengan tujuan
agar Rasulullah mau menghentikan dakwahnya. Utbah menghampiri
Rasulullah dan duduk di hadapan beliau, lalu berkata “Wahai anak
saudaraku, jika engkau menginginkan harta kekayaan sebagai ganti
22

dari apa yang engkau bawa ini (Islam), maka kami siap menghimpun
harta kami untuk diserahkan kepadamu, sehingga engkau menjadi
orang yang paling kaya di antara kami. Jika engkau menginginkan
kedudukan, maka kami akan mengangkatmu sebagai pemimpin kami
dan kami tidak akan menyisakannnya bagi orang lain selain dirimu.
Jika engkau menginginkan kerajaan, maka kami akan mengangkatmu
sebagai raja kami. Jika engkau tertimpa penyakit yang tidak bisa kau
obati sendiri, maka kami akan carikan obat bagimu dan kami juga
siap mengeluarkan biaya hingga engkau sembuh. Terlalu mudah
pelayan kami mencari seorang untuk mengobati.”
“Apakah engkau sudah selesai bicara wahai Aul Walid?”
Rasulullah menanggapi.
“Ya,” jawab Abul Walid.
“Sekarang ganti dengar ucapanku!”
“Akan aku dengarkan,” jawab Abul Walid.
Beliau bersabda, “Bismillahirrohmanirrahim...” lalu beliau
membaca surat, “Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya,
yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui.
Yang mengetahui berita gembira dan yang membawa peringatan,
tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan.
Mereka berkata, “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi)
apa yang kamu seru kami kepadanya dan telingan kami ada
sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah
kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula).” (Fushilat:1-5).
23

Setelah membaca, Rasulullah bersabda, “Waha Abul Walid


engkau telah mendengarkan apa yang baru saja kau dengarkan.
Setelah itu terserah padamu.”
Abul Walid kemudian bangkit dan menghampiri rekan-rekan
Quraisynya, kemudian berkata “Tadi aku mendengar suatu perkataan,
yang demi Allah itu bukan syair, bukan ucapan sihir, dan tenung.
Wahai semua orang Quraisy, turutilah aku dan serahkan masalah ini
kepadaku. Biarkanlah orang ini (Muhammad SAW) dengan
urusannya, dan hindarilah dia. Demi Allah perkatannya yang
kudengarkan tadi benar-benar akan menjadi berita yang besar. Jika
bangsa Arab mau menerima, maka dengan kehadirannya, kalian tidak
membutuhkan bangsa lain. Jika dia dapat menguasai bangsa Arab,
maka kerajannya akn menjadi kerajaan kalian pula, dan kemuliannya
akan jadi kemuliaan kalian. Jadilah kalian orang yang paling
berbahagia karenanya.”
Mendengar itu rekan Abul Walid terkejut. “Demi Allha dengan
lidahnya dia telah menyihirmu wahai Abul Walid. Maka Abul Walid
hanya bisa menjawab pasrah, “Ini pendapatku tentang dirinya.
Terserah apa pendapat kalian tentangnya.”
Dahsyat bukan sahabat muda semua!!! Bagaimana tidak, Abul
Walid yang awal mulanya begitu semangat untuk meloi Rasulullah
bertekuk lutut dan akhirnya mengakui kebenaran Al-Qur‟an. Walau
Abul Walid tidak mau seketika itu pula masuk Islam.
Kalau mereka sudah mengetahui kebenaran Islam, mengetahui
bahwa Rasulullah terpercaya, kenapa pula mereka tidak segera
mengucap syahadat dan masuk Islam? Hal itu karena orang Quraisy
24

tahu benar apa kandungan kalimat itu dan apa konsekuensi yang
harus ditanggung jika mereka mengucapkannya.
Sahabat muda, kita akan berbicara tentang cinta, tema yang tak
pernah lekang dimakan zaman dan tak pernah lapuk oleh waktu.
Kapanpun kia membicarakan cinta, tetaplah terasa mengasyikkan.
Karena Allah memang menciptakan makhluk bernama cinta ini
dengan disertai keindahan di setiap sisinya.
Sahabat, seindah apapun cinta kita harus ingat bahwa seindah-
indah cinta kita cinta kepada Penggenggam alam semesta, kepada
Pencipta Cinta, kepada Yang Maha Mencintai yang tiada pernah
terputus cinta-Nya. Dialah Allah, Zat yang kekal cinta-Nya.
Tuntutan kalimat yang sering kita ucapkan dalam syahadat “La
ilaha illa Allah” salah satunya adalah tuntutan cinta. Kalimat La dalam
bahasa Arab berarti naif (meniadakan, yaitu meniadakan segala hal
yang berkaitan dengan kata sesudahnya). Berarti jika seseorang telah
mengucapkan La ilaaha illa Allah maka dia harus meniadakan ilah
kecuali Allah. Atau dengan kata lain jika seseorang sudah
mengucapkan syahadat, maka sebenarnya ia telah berikrar,
bersumpah, dan berjanji bahwa Allah satu-satunya yang akan dicintai.
Kecintaan kepada selain Allah haruslah karena Allah. Misalnya, kita
mencintai orang tua, kakak, adik, suami, istri, juga karena Allah.
Karena Allah memang memerintahkannya pada kita. Untuk
selanjutnya cinta ini tidak boleh melebihi atau malah menodai
kecintaan kita kepada Allah.
Selain menempatkan Allah sebagai satu-satunya zat yang
dicintai, mengucap La ilaaha illa Allah juga berarti menempatkan Allah
sebagai satu-satunya zat yang diibadahi, ditakuti, diikuti, dan
25

dicintai. Kalaupun kita mengikuti dan mematuhi peraturan atau orang


lain, maka itu sebagai cara kita mentaati Allah, dan tentunya tidak
boleh melanggar larangan Allah dan melalaikan perintah-Nya.
Nah, sahabat muda semua, sudah tahu sekarang kenapa orang
Quraisy menolak mengucap syahadat. Sekarang tinggal melihat ke
dalam diri kita masing-masing, sudahkah kita memenuhi komitmen La
ilaah illa Allah kita dengan benar?

Allah, antara Ilah, Rabb, dan Mulk


Sahabat muda, dalam sub bab ini adalah bagian penting dari
pembentukan salimul aqidah kita. Memang materi ini agak berat.
Tapi ini kita perlu pahami sebagai syarat kualifikasi menjadi muslim
idaman. Siapkan pikiran dan hati sahabat semua, dan kita mulai
Bismillah...
Dalam surat An-Nas Allah berfirman yang arttinya “Katakanlah
„aku berlindung pada Rabbnya manusia. Malik manusia. Ilah manusia.
Dari kejahata (bisikan) setan yang tersembunyi. Yang membisikkan
(kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan
manusia.”
Allah menyebut dirinya dalam surat di atas dengan tiga sebutan;
Rabb, Malik, dan Ilah. Penulis memang sengaja tidak mengartikan
ketiga kata dalam terjemahan Indonesia. Kalau kita lihat dalam Al-
Qur‟an terjemah Departemen Agama maka ketiga kata itu diartikan
Tuhan, Raja, dan Sesembahan. Padahal arti tersebut belum bisa
mewakili arti yang sebenarnya dari ketiga kata di atas. Kosa kata
bahsa Indonesia terlalu miskin untuk mengartikan ketiga kata di atas.
26

Makna yang berbeda antara Rabb, Malik, dan Ilah inilah yang
menjadi jawaban. Kenapa orang Quraisy ada yang bernama
Abdullah, mereka bersumpah juga atas nama Allah, tetapi mereka
tidak mau mengucap syahadat dan tidak mau memeluk Islam. Karena
sesungguhnya mereka hanya mau mengakui Allah sebagai Rab,
namun tidak mau mengakui Allah sebagai Ilah dan Malik.
Pembahasan Allah sebagai Rabb, Malik, dan Ilah masuk dalam
pembahasan Tauhidullah. Secara harfiah tauhidullah berarti
mengesakan Allah dan tidak menyekutukan dengan sekutu apapun.
Tauhid sendiri dibagi empat yaitu, tauhid rubuiyah, tauhid uluhiyah,
tauhid mulkiyah, dan tauhid asma’ wa shifat.
Tauhid rububiyah berkaitan dengan mendudukan Allah sebagai
rabb, tauhid uluhiyah berkaitan dengan mendudukan Allah sebagai
ilah, tauhid mulkiyah berarti mendudukan Allah sebagai raja, sedang
tauhid asma‟ wa shifat berkaitan dengan masalah nama dan
pensifatan Allah.
Tauhid rububiyah berarti mendudukan Allah sebagai satu-
satunya pencipta, pemberi rizki, pemilik, dan pemelihara bagi
seluruh alam semesta. Tauhid uluhiyah berarti meyakini Allah
sebagai satu-satunya Zat yang diibadahi, ditakuti, diikuti, dan
dicintai. Sedangkan tauhid mulkiyah berarti mendudukan Allah
sebagai satu-satunya pemimpin, pembuat hukum, pemerintah,
dan tujuan hidup. Tauhid asma‟ wa shifat berarti mensifati Allah dan
namanya sesuai yang Allah telah sebutkan. Kita manusia tidak berhak
sama sekali mensifati Allah dan menamai-Nya. Kalau kita tahu Allah
itu kekal maka karena kita dapatkan dalam Al-Qur‟an. Begitu juga
27

nama-naa Allah yang disebutkan ada 99 nama yang terangkum


dalam asmaul husna. Kita tidak berhak menambahkan hal yang lain.
Nah, di sinilah letak kesalahan kaum kafir Quraisy saat itu
sesungguhnya mereka hanya mau mengakui Allah sebagai Rabb,
namun tidak mau mengakui Allah sebagai Ilah dan Malik. Artinya,
mereka percaya Allah lah pencipta langit, bumi, dan seluruh isinya.
Mereka mengakui bahwa Allah yang memberikan rizki. Namun,
mereka tidak mau beribadah, tunduk, dan patuh pada Allah.
Sahabat, mari lihat diri kita. Jangan –jangan kita selama ini
sebagian prilaku kita seperti orang-orang Quraisy. Kita tahu bahwa
Allah menciptakan kita, mememelihara kita, namun kita masih tidak
sepenuh hati menyembahnya. Masih sering malas shalat, infak, dsb.
Astaghfirullah... Ampuni kami Ya Allah.
Nah, sampai di sini dulu sahabat! Sudah paham? Jika belum
jelas silakan cermati lagi dan coba pelajari ayat-ayat yang berkaitan
dengan poin-poinnya. Juga rajin-rajinlah hadir di majlis ilmu. Semoga
lebih paham. Amin.
Catatan:
Kedudukan Allah
1. Tauhid Rububiyah
Pencipta QS 25: 2 ; Pemberi rizki QS 51: 57-58 ; Pemilik
QS 2: 284 ; Pemelihara QS 1: 4, 114: 2, 62:2
2. Tauhid Uluhiyah
Ilah QS 2: 186, 21: 90-91, 8: 2
3. Tauhid Mulkiyah
Pemimpin QS 7: 196 ; Pembuat hukum QS 12: 140 ;
Pemerintah QS 7:54 ; Tujuan QS 6:162
4. Tauhid Asma‟ wa shifat
Mensifati Allah sesuai yang disebutkan dan 99 asmaul
husna.
28

EVALUASI PEKANAN MENTORING


1. Tahun
2. Bulan
3. Realisasi Waktu
4. Pertemuan ke/Pekan ke
5. Jumlah Anggota/peserta
6. Murobbi

MUTABAAH AKTIVITAS
No Evaluasi Jumlah
1. Kehadiran
Halaqah
2. Kehadiran
Kajian
3. Shalat
Berjamaah
4. Shalat Rawatib
5. Tilawah Quran
6. Hafalan Al
Qur‟an
7. Shaum Sunnah
8. Qiyamul Lail
9. Al Matsurat
10. Infaq
11. Membaca
Berita
12. Olahraga
13. Silaturrahim
14. Mengisi
Mentoring
15. Rapat/Agenda
Wajihah

REALISASI AGENDA
No Baramij Petugas Uraian pelaksanaan Ket.
1. Iftitah Rabbani
2. Tilawah Al-Quran Nama Ayat... Ayat....
Surat s/d

3. Tahfidz Al-Quran Surat Ayat


Nama Keterangan dari Sampai Jumlah
Surat
a.
b.

43
29

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
4. Kultum
5 Talaqqi Materi
6. Mutaba‟ah Materi
7. Info/pengumuman
8. Ikhtitam Rabbani

ALASAN KETIDAKHADIRAN (Anggota yang tidak hadir)


No. Nama Yang Tidak Hadir Ket (izin/sakit/tanpa ket.) Alasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

MULAHAZHOH
CATATAN

Pementor

(.............................................................)
30

PEKAN 2
SYIRIK

Bayangkan, jika suatu siang yang sangat panas terik


matahari membakar kulit anda. Jalanan yang anda lalui
memanas pula karena sengatan matahari perjalanan ini juga
dihiasi dengan debu tebal yang berterbangan dan menghalangi
pandangan. Tenggorokan anda kering kerontang. Tak ada
bekal, tak ada makanan, dan tak ada minuman.
Seratus meter dari tempat anda tampak berdiri sebuah
gubuk kecil. Anda pun melangkah kaki ke sana secepatnya. Di
dalam gubuk itu tampak seorang kakek yang sedang duduk
istirahat bersama segelas es kelapa muda. Anda pun
menghampiri kakek itu dan minta izin untuk istirahat sebelum
melanjutkan perjalanan. Dengan senyum tulus kakek itu pun
mempersilakan.
Tak lama anda duduk, kakek itu mempersilakan anda
untuk minum segelas es kelapa muda tadi. Tak perlu berpikir
panjang saya yakin anda pun segera menyambut tawarannya.
Namun, jarak beberapa centi mulut gelas itu dari mulut anda,
sang kakek berkata dengan penuh kejujuran, “Nak, tapi segelas
minuman itu telah tercampu setetes racun mematikan.”
Ups, apa yang akan sahabat lakukan selanjutnya?
Tetapkahmeminum segelas kelapa muda iu? Ataukah
mengurungkan niat untuk meminunya?
Sahabat saya yakin sahabat semua akan memilih yang
kedua, mengurungkan niat untuk menikmati minuman itu.
daripada mati seketika lebih baik melanjutkan perjalanan
bukan?
Sahabat kita masih berbicara tentang cinta. Saya ingin
menganalogikan cerita itu dengan sebuah pertanyaan jika
manusia tidak mau menerima suguhan orang lain yang sangat
ia perlukan karena setetes racun, pantaskah kita jika menodai
cinta kita pada Allah dengan pengkhianatan? Padahal Allah
sama sekalli tidak memerlukan cinta kita. Pantaskah kita
31

menodai ketaatan kita pada Allah walau hanya setitik


kemungkaran. Pantaskah kita menduakan Allah dalam
beribadah kepada-Nya? Sungguh sahabatku, semua itu tidak
pantas kita lakukan sebagai hamba.

Syirik jalan pintas masuk neraka


Tauhidullah yang telah kita pelajari kemarin, menuntut
kita untuk menjadi hamba yang yang mengesakan Allah.
Mengesakan dalam ibadah, dalam ketaatan, dalam berdoa,
dalam tawakal, dalam mentaati aturan, dan seterusnya.
Sahabat, jangan sekali-kali menodai cinta kita pada Allah,
menodaiibadah kita, dan menodai sumpah yang telah kita
ucapkan dengan lisan kita.
Penodaan tauhidullah disebut dengan syirik. Syirik
adalah dosa dan kedzaliman terbesar terhadap Allah. Orang
yang kematiannya membawa dosa syirik, maka dia tidak akan
pernah diampuni Allah. Orang yang mati dan membawa dosa
zina, mabuk, judi, membunuh, masih ungkin mendapat
ampunan dari Allah. Sedangkan orang yang syirik tidak akan
pernah terampuni dosanya meski sudah dicelup ke neraka.
Syirik merupakan kesesatan yang paling sesat yang akan
menghapus amal baik seseorang dan membuat dirinya
diharamkan masuk surga.
Kalu kita mengenal tauhid ada empat macam, maka
seseorang terjerembab ke dalam kesyirkan atau menyekutukan
Allah dari sisi tauhid itu pula. Bisa satu atau lebih. Seseorang
bisa syirik dalam Rubububiyah, Uluhiyah, Mulkiyah, atau Asma‟
wa shifat. Ok, sahabat untuk lebih jelasnya mari kita belajar
analisa kasus syirik yang banyak kita lihat di sekitar kita. Di
bawah ini adalah contoh-contoh perbuatan syirik. Cobalah
sahabat muda analisa, dari sisi mana perbuatan ini menodai
tauhid dengan memberi check list pada kolomnya (bisa lebih
dari satu). Untuk lebih mudahnya bisa dilihat kembali mind
mapping tentang tauhid pada ab yang sebelumnya.
32

No Kasus Rububiy Uluhiy Mulkiy Asma’ Wa


ah ah ah Shifat
1 Orang yang
mempercaya
i ramalan
nasib,
horoskop,
dan
sejenisnya.
2 Orang yang
memasang
sesaji di
jalan atau
pojok rumah
atau tempat
yang
dianggap
angker.
3 Orang yang
mengangga
p Allah lebih
dari satu.
4 Orang yang
berdoa pada
kuburan,
pohon
besar, atau
tempat
keramat.
5 Orang yang
memakai
jimat, susuk,
dan
sejenisnya
untuk
33

berbagai
tujuan.
6 Bekerjasam
a dengan jin
(bisa dalam
bentuk
tenaga
dalam, ilmu
sihir, santet,
tenung,
dsb).
7 Orang yang
datang ke
dukun agar
rezekinya
lancar.
8 Orang yang
sholat
jamaah agar
dianggap
orang
sholeh.
9 Orang yang
marah
disebut haji
padahal
sudah
berhaji di
Mekkah.
1 Mengikuti
0 ajakan boz
untuk
berma‟shiyat
karena
khawatir
34

tidak naik
pangkat.
1 Orang yang
1 meyakini
Allah bisa
menyatu
dengan
manusia
(manunggali
ng kawulo
gusti).
1 Mengkultusk
2 an
seseorang
(kyai,
ustadz, guru,
dsb.),
mentaatinya
walau orang
tersebut
salah.

Sahabat muda, bagaimana sudah selesai


menganalisanya? Mari kita bahas bersama-sama bahas
kuncinya.
Kasus 1. Orang yang mempercayai ramalan nasib,
horoskop, dan sejenisnya. Orang ini telah melakukan kesalahan
(syirik) dalam hal rububiyah Allah. Orang yang percaya
horoskop, ramalan, dan sejenisnya menyekutukan Allah
sebagai Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu. Masa depan
pun yang menciptakan Allah bukan bintang dan ramalan.
Kasus 2. Orang yang memasang sesaji di jalan atau di
pojok rumah atau tempat yang dianggap angker. Kalau yang ini
bermasalah dalam tauhid uluhiyah. Dia telah menempatkan
ketakutan yang tidak pantas di atas ketakutan pada Allah. Dia
35

juga telah menempatkan tempat-tempat yang dipasang sesaji di


luar kendali Allah. Padahal cukuplah minta pertolongan pada
Allah maka dia akan selamat.
Kasus 3. Orang yang menganggap Allah lebih dari satu
bermasalah dalam tauhid Asma wa shifat. Karena Allah telah
jelas-jelas menyebutkan dalam QS Al-Ikhlas “Qul huwa Allahu
ahad.” Katakan bahwa Allah itu satu.
Kasus 4. Orang yang berdoa pada kuburan, pohon
besar, atau tempat keramat. Maka orang ini ternoda dalam
tauhid uluhiyahnya. Berdoa adalah bagian dari ibadah dan
ibada harus ditujukan kepada Allah saja.
Kasus 5. Orang yang memakai jimat, susuk, dan
sejenisnya untuk berbagai tujuan. Telah melakukan syirik
karena ia menyekutukan Allah sebagai Rab. Tak ada satu pun
yang tejadi di dunia ini kecuali atas kehendak Allah. Bukan
jimat, susuk, dsb.
Kasus 6. Bekerjasama dengan jin (bisa dalam bentuk
tenaga dalam, ilmu sihir, santet, tenung, dsb.) adakah orang
yang bekerjasama dengan jin? Ya, tentu ada sihir, baik itu
santet, pelet, atau seseorang yang punya kekuatan tertentu,
tidak logis, bisa diulang-ulang, dan dipelajari, maka dipastikan
orang ini berhubungan dengan jin. Orang ini telah
menyekutukan Allah dalam rububiyah Allah. Hal ini dikarenakan
menjadikan jin sebagai pelindungnya.
Kasus 7. Orang yang datang ke dukun agar rezekinya
lancar berarti telah menyekutukan Allah dari segi tauhid
rububiyah. Hanyal Allah lah pemberi rizki dan menentukan
banyak atau sedikitnya rizki kita.
Kasus 8. Orang yang sholat jamaah agar dianggap
orang sholeh. Perbuatan seperti ini disebut riya, beribadah
bukan karena Allah. Orang ini telah melakukan peribadatan
dengan tujuan selain Allah maka bisa dimasukkan dalam
menyekutukan Allah dari segi uluhiyah.
Kasus 9. Orang yang marah tidak disebut haji padahal
sudah berhaji di Mekkah. Wah, kalau yang ini gila sebutan haji.
36

Sama dengan kasus nomor delapan yang beribadah untuk


selain Allah. Orang ini melakukan riya dan masuk dalam syirik
dari segi uluhiyah.
Kasus 10. Orang yang meyakini Allah bisa menyatu
dengan manusia (manunggaling kawulo gusti). Kalau kita baca
sejarah wali songo, maka kita akan menemukan kisah orang
yang memiliki pemahaman seperti ini. Menganggap dirinya
telah menyatu dengan Allah. Tiada satu pun makhluk di dunia
ini yang menyamai Allah SWT. Nah, yang ini bermasalah dalam
memahami asma‟ wa shifat Allah.
Kasus 11. Mengikuti ajakan bos untuk berma‟shiyat
karena khaawatir tidak naik pangkat. Kalau ini adalah contoh
orang yang bermasalah pada tauhid mulkiyah, rububiyah, dan
uluhiyah sekaligus. Wah, repot ya... yak karena dia telah
mentaati aturan bosnya untuk berma‟siyat kepada Allah, dia
mengikuti bosnya untuk berma‟siyat dan menempatkan bosnya
sebagai sumber rizki hingga mengaggungkan perintahnya
walau melanggar aturan Allah.
Kasus 12. Mengkultuskan seseorang (kyai, ustadz,
guru, dsb.), mentaatinya walau orang tersebut salah. Nah, jika
sahabat semua punya ustadz, kyai, guru, dan lain-lain, maka
jangan serta merta semua yang diucapkannya diikuti.
Menganggap bahwa pendapatnya yang paling benar.
Semuanya harus ditimbang dengan ukuran Al-Qur‟an dan A-
Sunnah. Kalau memang apa yang diucapkan siapapun itu
menyimpang dari Al-Qur‟an dan A-Sunnah maka tidak ada
kewajiban kita untuk mengikutinya. Kalau sampai mengikuti
maka kita telah menodai tauhid uluhiyah dan mulkiyah kita.
Sahabat muda, sudah paham sekarang mari kita
berhati-hati dalam bersikap dan bertindak. Kasus-kasus di atas
sering terjadi di sekitar kita dan kadang kita tidak
menyadarinya. Jangan sampai ikrar suci kita ternodai oleh
kesyirikan. Waspadalah! Waspadalah!

Re-Fresh sejenak
37

Suami istri itu hidup tenteram mula-mula. Meskipun


melarat, mereka taat kepada perintah Allah. Segala yang
dilarang Allah dihindari, dan ibadah mereka tekun sekali. Si
suami adalah orang yang alim yang takwa dan tawakal. Tetapi
sudah beberapa lama isterinya mengeluh terhadap kemiskinan
yang tiada habis-habisnya itu. ia memaksa suaminya agar
mencari jalan keluar. Ia membayangkan alangkah senangnya
hidup jika segala-galanya serba cukup.
Pada suatu hari, lelaki alim itu berangkat ke ibukota,
mau mencari pekerjaan. Di tengah perjalanan ia melihat sebuah
pohon besar yang tengah dikerumuni orang. Ia mendekat.
Ternyata orang-orang itu sedang memuja-muja pohon yang
konon keramat dan sakti itu. banyak juga kaum wanita dan
pedagang-pedagang meminta agar suami mereka setia atau
dagangannya laris.
“Ini syirik,” pikir lelaki yang alim tadi. “Ini harus
diberantas habis. Masyarakat tidak boleh dibiarkan menyembah
serta meminta selain kepada Allah.”
Maka pulanglah ia terburu. Isteriya heran, mengapa
secepat itu suaminya kembali. Lebih heran lagi waktu dilihatnya
sia suami mengambil sebilah kapak yang diasahnya tajam.
Lantas si lelaki alim tadi bergegas keluar. Isterinya bertanya,
tetapi ia tidak menjawab. Segera dinaiki keledainya dan dipacu
cepat-cepat ke pohon itu. sebelum di tempat pohon itu berdiri,
tiba-tiba melompat sesosok tubuh tinggi besar dan hitam. Dia
adalah iblis yang menyerupai sebagai manusia.
“Hai mau kemana kamu?” tanya si iblis.
Orang alim tersebut menjawab. “saya mau menuju ke
pohon yang disembah-sembah orang bagaikan menyembah
Allah. Saya sudah berjanji kepada Allah akan menebang roboh
pohon syirik itu.”
“Kamu tidak ada hubungan dengan pohon itu. Yang
penting kamu tidak ikut-ikutan syirik seperti mereka. Sudah
pulang saja.”
38

“Tidak boleh, kemungkaran mesti diberantas,” jawab si


alim bersikap tegas.
“Berhenti, jangan teruskan!” bentak iblis marah.
“Akan saya teruskan!”
Karena masing-masing tegas pada pendirian, akhirnya
terjadilah perkelahian antara orang alim tadi dengan iblis. Kalau
melihat perbedaan badannya, seharusnya orang alim itu
dengan mudah dibinasakan. Namun, ternyata iblis menyerah
kalah, meminta-minta ampun. Kemudian dengan berdiri
menahan kesakitan dia berkata, “Tuan, maafkanlah kekasaran
saya. saya tak akan berani lagi mengganggu tuan . sekarang
pulanglah. Saya berjanji, setiap pagi, apabila Tuan selesai
menunaikan sembahyang subuh, di bawah tikar sembahyang
Tuan saya sediakan uang emas empat dinar. Pulang saja
berburu, jangan teruskan niat Tuan itu dulu.”
Mendengar janji iblis dengan uang emas empat dinar
itu, lunturlah kekerasan tekad si alim tadi. Ia teringat isterinya
yang hidup berkecukupan. Ia teringat akan saban hari rungutan
isterinya. Setiap pagi empat dinar, dalam sebulan saja dia
sudah boleh menjadi orang kaya. Mengingat desakan-desakan
isterinya itu, maka pulanglah ia.
Demikianlah semenjak pagi itu isterinya tidak pernah
marah lagi. Hari pertama ketika si alim selesai sembahyang,
dibukanya tikar sembahyangnya. Betul di situ tergolek uang
empat dinar berkilat. Dia meloncat riang, isterinya turut
gembira. Begitu juga hari kedua. Empat dinar emas. Ketika
pada hari yang ketiga, matahari mulai terbit dan dia membuka
tikar sembahyang, masih didapatinya uang itu. tapi pada hari
keempat, dia mulai kecewa. Di bawah tikar sembahyangnya
tidak ada apa-apa lagi kecuali tikar pandan yang rapuh.
Isterinya mulai marah karena uang yang kemarin sudah habis
sama sekali.
Si alim dengan lesu menjawab. “Jangan kuatir, esok
barangkali kita bakal dapat delapan dinar sekaligus.”
39

Keesokan harinya, harap-harap cemas suami-isteri itu


bangun pagi-pagi. Selesai sembahyang dibuka tikar sajadahnya
kosong.
“Kurang ajar. Penipu,” teriak si isteri. “Ambil kapak,
tebanglah pohon itu!”
“Ya memang dia telah menipuku. Akan aku habiskan
pohon itu semuanya hingga ke ranting-ranting dan daun-
daunnya,” sahut si alim itu.
Maka segera ia mengeluarkan keledainya. Sambil
membawa kapak yang tajam dia memacu keledainya menuju
ke arah pohon yang membawa kesyirikan. Di tengah jalan iblis
yang berbadan tinggi besar tersebut sudah menghalangi.
Katanya menyorot tajam, “Mau ke mana kamu?” hardiknya
menggelegar.
“Mau menebang pohon,” jawab si alim dengan gagah
berani.
“Berhenti, jangan lanjutkan.”
“Bagaimanapun juga tidak boleh, sebelum pohon itu
tumbang.”
Maka terjadilah kembali perkelahian yang hebat. Tetapi
kali ini bukan iblis yang kalah, tapi si alim yang terkulai. Dalam
kesakitan, si alim tadi bertanya penuh heran. “Dengan kekuatan
apa engkau dapat mengalahkanku, padahal dulu engkau tidak
berdaya sama sekali?”
Iblis itu dengan angkuh menjawab, “Tentu saja engkau
dahulu boleh menang, karena waktu itu engkau keluar rumah
untuk Allah. Demi Allah, andaikata kukumpulkan seluruh bala
tentaraku menyerangmu sekalipun, aku takkan mampu
mengalahkanmu. Sekarang kamu keluar dari rumah hanya
karena tidak ada uang di bawah tikar sajadahmu. Maka,
biarpun kau keluarkan seluruh kebolehanmu, tidak mungkin
kamu menjatuhkan aku. Pulang saja. Kalau tidak kupatahkan
nanti batang lehermu.”
Mendengar penjelasan iblis ini, si ali ulama tadi
termangu-mangu. Ia merasa bersalah, dan niatnya memang
40

sudah tidak ikhlas karena Allah lagi. Dengan terhuyung-huyung


ia pulang ke rumahnya. Dibatalkan niat semula untuk
menebang pohon itu. ia sadar bahwa perjuangannya yang
sekarang adalah tanpa keikhlasan karena Allah, dan ia sadar
perjuangan yang semacam itu tidak akan menghasilkan apa-
apa selain karena kesiaan yang berkelanjutan. Sebabtujuannya
adalah karena harta benda, mengatasi keutamaan Allah dan
agama. Bukankah berarti ia menyalahgunakan agama untuk
kepentingan hawa nafsu semata-mata?

Catatan:

Bahaya syirik:
1. Dihapuskan amal QS 39:65, 6:88
2. Masuk neraka QS 5:72
3. Diharamkan surga QS 5:72
Catatan:
4. Kesesatan yang jauh QS 4:60
5. Kedzaliman yang besar QS 31:13
6. Tidak mendapat ampunan QS 4:48, 116
7. Dosa yang besar QS 4:48
41

EVALUASI PEKANAN MENTORING


1. Tahun
2. Bulan
3. Realisasi Waktu
4. Pertemuan ke/Pekan ke
5. Jumlah Anggota/peserta
6. Murobbi

MUTABAAH AKTIVITAS
No Evaluasi Jumlah
1. Kehadiran
Halaqah
2. Kehadiran
Kajian
3. Shalat
Berjamaah
4. Shalat Rawatib
5. Tilawah Quran
6. Hafalan Al
Qur‟an
7. Shaum Sunnah
8. Qiyamul Lail
9. Al Matsurat
10. Infaq
11. Membaca
Berita
12. Olahraga
13. Silaturrahim
14. Mengisi
Mentoring
15. Rapat/Agenda
Wajihah

REALISASI AGENDA
No Baramij Petugas Uraian pelaksanaan Ket.
1. Iftitah Rabbani
2. Tilawah Al-Quran Nama Ayat... Ayat....
Surat s/d

3. Tahfidz Al-Quran Surat Ayat


Nama Keterangan dari Sampai Jumlah
Surat
a.
b.
42

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
4. Kultum
5 Talaqqi Materi
6. Mutaba‟ah Materi
7. Info/pengumuman
8. Ikhtitam Rabbani

ALASAN KETIDAKHADIRAN (Anggota yang tidak hadir)


No. Nama Yang Tidak Hadir Ket (izin/sakit/tanpa ket.) Alasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

MULAHAZHOH
CATATAN

Pementor

(.............................................................)
43

PEKAN 3
HAKIKAT IBADAH

Sahabat, apa yang terjadi jika seseorang jatuh cinta?


Selalu teringat dirinya, selalu rindu ingin bertemu, bahkan
hanya sekedar terdengar namanya saja langsung tergetar
hatinya. Katanya yang pernah jatuh cinta, rasanya tidak bisa
diungkapkan dengan kata-kata. Antara bahagia, senang,
khawatir, cemburu, rindu, campur aduk jadi satu. Pernahkah
dikau merasakannya sahabat?
Cinta selalu membutuhkan muaranya. Cinta
membutuhkan tempat bertemu, untuk saling mengungkapkan
rasa bahagia, rasa rindu, rasa sayang, rasa kasih, dan sejuta
rasa indah lainnya. Bagi lelaki dan wanita muara dan tempat
bertemu paling indah itu adalah pernikahan. (maaf, pacaran
bukanlah tempat bertemu yang halal dan diberkahi).
Pernikahanlah yang akan menyatukan mereka mengarungi
hidup bersama, di dunia bahkan bisa sampai akhirat nanti,
tergantung amalnya masing-masing.
Syahadat yang telah kita ucapkan, sebagaimana
pembahasan yang lalu, menuntut rasa cinta. Cinta antara
hamba kepada Sang Pencipta. Dan ketika sang hamba
mencintai Penciptanya, maka Dia pun akan memberikan cinta
yang berlipat-lipat. Lantas dimanakah muara dan tempat
pertemuan cinta seorang hamba dengan Allah? Jawabnya
adalah ibadah. Ibadah-ibadah yang telah Allah perintahkan
kepada kita, sesungguhnya tempat untuk mencurahkan rasa
rindu kita kepada-Nya sebelum benar-benar kita bertemu
Allah di akhirat nanti.
Sahabat, simak hadits indah berikut ini yang
menggambarkan betapa Allah mencurahkan cinta kepada kita
hamba-Nya ketika shalat.
“Allah Dzat Yang Maha Besar dan Agung berfirman:
Aku membagi shalat antara Aku dan hama-Ku separuh dan
untuk hamba-Ku apa yang dia minta. Jika seorang hamba
berkata, „Alhamdulillahirobbil a‟alamin‟. Allah berfirman:
„Hamba-Ku telah memuji-Ku‟. Jika dia berkata,
„Arrohmanirrohiim‟. Allah berfirman: „Hambaku telah
menyanjung-Ku.‟ Jika dia berkata: „Maaliki yaumiddiin‟. Allah
44

berfirman, „Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku‟. Jika dia


berkata, „Iyyaaka na‟budu wa iyyaaka nasta‟iin.‟ Allah
berfirman „Inilah Aku antara hamba-Ku. Dan untuk hamba-Ku
apa yang dia minta.‟ Jika dia berkata, „Ihdinas shirootol
mustaqiim, shirootolladziina an‟amta a‟laihim ghoiril
maghdhuubi „alaihim waladh dhoolliin.‟ Allah berfirman, „Inilah
untuk hamba-Ku, sedangkan untuk hamba-Ku adalah apa
yang dia minta.”
Sahabat, luar biasa bukan? Allah ternyata selalu
menjawab doa-doa kita dalam shalat secara langsung.
Namun, tentu saja ada persyaratan agar komunikasi cinta kita
tersambung dengan Allah.

Siapkan kesucian raga


Misalnya suatu ketika sahabat diundang oleh presiden
ke rumahnya untuk makan malam. Selain sahabat diundang
juga para menteri, dan orang-orang penting negeri. Apa
persiapan yang akan sahabat lakukan?
Pastinya sahabat semua tidak mungkin datang dengan
baju kusut, acak-acakan, belum mandi kan? Karena jika
memaksakan diri dan terlalu pede dengan dandanan begitu,
sahabat tidak akan pernah menginjakkan kaki di rumah
presiden. Bahkan halamannya pun tidak. Yang pasti baru kaki
menginjak di depan gerbang rumah presiden, seorang satpam
dengan sangat kejam siap mengusir tanpa tedeng aling-aling.
Nah, begitu juga saat kita mau menghadiri jamuan yang lebih
besar dan lebih mewah dari semua jamuan yang diadakan
semua orang di dunia ini. Yang mengundang kita presidennya
semua presiden, rajanya semua raja, dan penguasa segala
sesuatu. Apakah kita akan tampil seadanya? Padahal jamuan
itu adalah jamuan yang digelar langsung oleh-Nya yaitu saat
kita melakukan ibadah kepada Allah.
Saat shalat merupakan saat sangat sakral dari hal
apapun dan saat manusia sangat dekat dengan-Nya. Saat
Allah mengabulkan permintaan-permintaan kita, saat dosa-
dosa kita yang seabreg diampuni. Tentunya tidak pantas
kalau menghadiri dengan tampang acak-acakan, belum
mandi, kotor, kusut, dan sedanya. Untuk itu Allah
mensyariatkan thoharoh atau bersuci sebelum shalat sebagai
salah satu syarat sahnya.
45

Jadi sebelum shalat atau melakukan ibadah-ibadah yang lain,


kita harus membersihkan badan dan pakaian juga tempat
sholat dari najis. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
bersabda : “Allah tidak akan menerima shalat seseorang di
antara kalian apabila berhadats, sehingga ia berwudhu.” (HR.
Bukhari).

Siapkan kesucian jiwa


Ikhlas, itulah syarat diterimanya amal seseorang.
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran yang
menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang
ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya
untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak
menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam
beramal.
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat
mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa
menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya
dari kotoran yang merusak.
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang
membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan
batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak
menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor,
ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil.
Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi
nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak
terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya
akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan
mudah menyerah dan selalu kecewa.
Orang yang beribadah namun tidak ikhlas, maka amal
shalehnya tidak berarti apa-apa di hadapan Allah. Ibnul
Qoyyim menggambarkan dengan tepat orang yang tidak
ikhlas dalam beramal. “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir
yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya
tapi tidak bermanfaat.”
46

Jangan lupa ilmunya


Sahabat, Islam mengajarkan kepada kita, ketika
beramal harus selalu disertai dengan ilmu, dengan
pemahaman yang benar. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan
atau malah mereka-reka. Semua bentuk ibadah di dalam
Islam telah ada manualnya. Jadi, seperti hp yang baru kita
beli selalu disertai buku petunjuk penggunaan detailnya dan
tentu saja kita harus mengikuti manual itu agar hp awet dan
tidak mudah rusak. Begitu pun dalam ibadah, harus mengikuti
manual yang telah tercantum dalam AL-Qur‟an dan As-
Sunnah. Kalau kita mereka-reka sendiri yang datangjustru
bukan berkah tetapi musibah.
Ibadah jadi musibah? Ya, ibadah akan menjadi
musibah kalau kita tidak mengetahui ilmunya. Ibadah yang
tidak disyariatkan adalah bid‟ah. Dan bid‟ah itu
tertolakamalnya, dan neraka tempatnya. Na‟udzubillah...
Dari ibunda kaum mu‟minin, Aisyah radhiyallahu „anha, dia
berkata: “Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam pernah
bersabda : „Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu
(amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami,
maka (amalan) itu tertolak.” (HR. Bukhori dan Muslim). Dan
dalam riwayat Muslim, “Barangsiapa melakukan suatu amalan
yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu tertolak.”
Sahabat, ketiga hal itu yang harus kita siapkan agar menjadi
pribadi yang berkarakteristik sohihul ibadah (ibadahnya
benar).

Pernak-pernik Ibadah
Keutamaan Qiyamullail
Dalam hadits Jabir ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasullah
bersabda, „Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar
ada saat seorang muslim dapat nenepatinya untuk memohon
kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat pasti Allah
akan memberikan (mengabulkannya) dan itu setiap
malam.‟”(HR. Muslim dan Ahmad)
“Lazimkan dirimu untuk shalat malam, karena hal itu tradisi
orang-orang shalih sebelummu, mendekatkan diri kepada
Allah, menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari
dosa.” (HR. Ahmad)
47

Tips Gampang Qiyamullail


Sholat malam mengandung keutamaan yang besar. Tapi
berat banget melakukannya. Nah, sahabat ini tipsnya biar
gampang sholat malam:
1. Masukkan qiyamullai dalam jadwal harian
2. Seimbangkan kebutuhan jasmani dan ruhani
3. Hindari maksiyat karena maksiyat membuat seseorang
sukar bangun malam
4. Mengetahui fadhilah dan keutamannya supaya
termotivasi
5. Berdoa sebelum tidur supaya Allah membangunkan
kita.
6. Jagalah adab-adab sebelum tidur (wudhu, doa, dsb.)

Kiat Sholat Khusyuk


1. Merasakan keagungan Allah dan menghadirkan
segenap perasaan kita saat hendak atau sedang
melakukan sholat.
2. Mengikhlaskan niat hanya untuk Allah semata.
3. Memperbanyak istighfar dan memohon ampun kepada
Allah, karena dengan banyak beristighfar hati kita
bakal bersih dan tenang.
4. Meninggalkan maksiyat, karena ia yang menimbulkan
kegundahan dan menggores noda di hati.
5. Memohon perlindungan kepada Allah dari gangguan
syetan dan godaannya.
6. Banyak berdoa kepada Allah, karena ia adalah senjata
setiap muslim.

Keutamaan Shalat Berjamaah


Shalatnya seseorang dengan berjamaah lebih banyak
daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh kali. (HR.
Muslim dalam kitab al-masajid wa mawwadhiusshalah no.
650).
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Shalatnya seseorang dengan berjamaah lebih
banyak daripada bila shalat sendirian atau shalat di pasarnya
dengan dua puluh sekian derajat. Hal itu karena dia
berwudhu, membaguskan wudhunya, kemudian mendatangi
masjid dimana dia tidak melakukannya kecuali untuk shalat
dan tidak menginginkannya kecuali dengan niat shalat.
48

Tidaklah dia melangkah dengan satu langkah kecuali


ditinggikan baginya derajatnya dan dihapuskan kesalahannya
hingga dia masuk masjid dan malaikat tetap bershalawat
kepadanya selama dia berada pada tempat shalatnya seraya
berdoa, “ Ya Allah berikanlah kasihmu kepadanya. Ya Allah
ampunilah dia. Ya Allah ampunilah dia...” (HR. Muslim dalam
kitam al-masajid wa mawwadhiusshalah no. 649)
Dari Ibnu Mas‟ud ra berkata bahwa aku melihat dari kami
yaitu tidaklah seseorang meninggalkan shalat jamaah kecuali
orang-orang munafik yang sudah dikenal kemunafikannya
atau seseorang yang memang sakit yang tidak bisa berjalan.”
(HR Muslim)

Puasa, Hadiah Terbaik Untuk Allah


Dari Umamah ra: Aku berkata, „”Ya Rasulullah,
tunjukkan padaku amalan yang bisa memasukkanku ke
syurga.” Beliau menjawab, “Atasmu puasa, tidak ada amalan
yang semisal dengan itu.” (HR. Nasa‟i, Ibnu Hibban, dan
Hakim)
Dari Abu Hurairah ra : Rasulullah SAW bersabda :
“Semua amalan bani Adam untuknya kecuali puasa, karena
puasa itu untuk Aku dan aku akan membalasnya. Puasa
adalah perisai, jika salah seorang kalian sedang puasa,
janganlah berkata keji dan berteriak-teriak. Jika ada orang
yang mencercanya atau memeranginya, ucapkanlah : “Aku
orang yang sedang puasa, demi Dzat yang jiwa Muhammad
di tangan-Nya sesungguhnya bau mulut orang yang puasa
lebih wangi di sisi Allah daripada bau minyak misk. Orang
yang puasa punya dua kegembiraan, kegembiraan ketika
berbuka, dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-
Nya.” (HR Bukhori Muslim)
49

“Aku bukan tak sabar, hanya


tak ingin menanti Karena berani
memutuskan adalah juga
kesabaran Karena terkadang
penantian Membuka pintu-pintu
syaithan”
-Salim A Fillah-
50

EVALUASI PEKANAN MENTORING


1. Tahun
2. Bulan
3. Realisasi Waktu
4. Pertemuan ke/Pekan ke
5. Jumlah Anggota/peserta
6. Murobbi

MUTABAAH AKTIVITAS
No Evaluasi Jumlah
1. Kehadiran
Halaqah
2. Kehadiran
Kajian
3. Shalat
Berjamaah
4. Shalat Rawatib
5. Tilawah Quran
6. Hafalan Al
Qur‟an
7. Shaum Sunnah
8. Qiyamul Lail
9. Al Matsurat
10. Infaq
11. Membaca
Berita
12. Olahraga
13. Silaturrahim
14. Mengisi
Mentoring
15. Rapat/Agenda
Wajihah

REALISASI AGENDA
No Baramij Petugas Uraian pelaksanaan Ket.
1. Iftitah Rabbani
2. Tilawah Al-Quran Nama Ayat... Ayat....
Surat s/d

3. Tahfidz Al-Quran Surat Ayat


Nama Keterangan dari Sampai Jumlah
Surat
a.
b.
51

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
4. Kultum
5 Talaqqi Materi
6. Mutaba‟ah Materi
7. Info/pengumuman
8. Ikhtitam Rabbani

ALASAN KETIDAKHADIRAN (Anggota yang tidak hadir)


No. Nama Yang Tidak Hadir Ket (izin/sakit/tanpa ket.) Alasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

MULAHAZHOH
CATATAN

Pementor

(.............................................................)
52

PEKAN 4
CONTOH UTAMA (MA”RIFATURROSUL)

Siapakah sebenarnya contoh utama kita?


Sahabat, kini kita akan memasuki zona matinul khuluq alias
kemuliaan akhlak. Pada tema ini kita akan belajar menjadi buah
manis dan menyegarkan. Allah menggambarkan keimanan
seseorang yang kokoh seperti pohon yang akarnya menghujam
di tanah, dahannya menjulang tinggi, daunnya rimbun, dan
menumbuhkan buah yang lebat. Pohon itu memberikan
keteduhan pada orang-orang yang berteduh dan memberikan
kesegaran pada orang yang memetik buahnya.
Nah, sahabat kalau kita kemarin sudah belajar tentang
Allah yang menjadi dasar aqidah Islam, maka kita menghujam
akar keimanan kuat-kuat dalam relung jiwa kita. Kini, kita akan
meninggikan dahan kemuliaan akhlak, memperimbun daun sifat
terpuji, dan memperbanyak daun manfaat untuk orang lain.
Di dunia ini banyak ideologi dan agama yang diyakini
manusia. Liberalisme, komunisme, sosialisme, adalah nama-
nama ideologi yang mempengaruhi dunia selama ini. Kristen,
Katolik, Hindu, Budha, Shinto, adalah nama-nama agama yang
juga meramaikan dunia ini. Hanya, jika kita tanya pada masing-
masing penganut ideologi dan agama itu, misal, siapa orang
yang paling liberalis? Atau siapa yang paling sosialis? Siapa
yang paling hinduis? Dan begitu juga yang lainnya. Maka kita
akan menemukan jawaban yang berbeda pada tiap orang.
Artinya, ideologi apapun di dunia ini sebenarnya tidak memiliki
model konkret bagi pelaksanaan ideologi atau agamanya
kecuali Islam. Jika seorang muslim ditanya, siapakah yang
paling Islami? Maka kita dengan mantap akan menjawab :
Muhammad SAW.
Rasulullah Muhammad memang hanya manusia biasa.
Dan justru itulah Beliau diturunkan Allah sebagai teladan dalam
hidup kita. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang
53

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan


dia banyak menyebut Allah (Al-Ahzab:21).
Walaupun Rasulullah hanya manusia biasa, namun beliau
telah menjalani serangkaian pembinaan langsung dari Allah
dalam hidupnya. Hingga beliau memiliki sifat-sifat utama
sebagai manusia.
Biografi Rasulullah adalah biografi terhebat sepanjang
sejarah manusia. Tiada satupun manusia yang biografinya
ditulis selengkap dan sebanyak Rasulullah. Perjalanan hidup
beliau menggambarkan semua sisi kenabian dan kemuliaan
beliau sebagai seorang nabi.
Terlahir dengan nama lengkap Muhammad bin Abdullah
bin Abdul Muthalib pada 12 Rabi‟ul awwal 571 M di Mekkah.
Muhammad kecil sudah menjadi anak yatim sejak dalam
kandungan. Saat berumur enam tahun, ibunda tercintanya
meninggalkannya untuk selama-lamanya. Tapi justru inilah
yang membuat Muhammad kecil menjadi lebih dewasa dari
anak-anak seumurnya. Saat berumur delapan tahun sudah
mencari nafkah sendiri dengan menggembala kambing. Kalau
dibandingkan dengan anak sekarang, maka beliau kira-kira
masih kelas dua sekolah dasar. Ya, kelas dua SD beliau sudah
mandiri. Sahabat, bandingkan dengan kita yang sudah berumur
belasan tahun masih menyusahkan orang tua.
Jadi penggembala kambing adalah training bisnis
Muhammad yang pertama. Empat tahun kemudian, pamannya
Abu Thalib mengajaknya dalam perjalanan dagang ke Syam.
Namun, perjalanan dagang ini akhirnya batal karena seorang
pendeta yang memperingatkan bahwa orang-orang Yahudi
telah menghadang Rasulullah untuk dibunuh.
Kegagalan perjalanan ini kemudian tergantikan dengan
perjalanan bisnis lain ketika beliau menjalankan barang
dagangan Khadijah yang kemudian menjadi istri pertamanya.
Kerja beliau sangat profesional dan mengagumkan. Jaringan
beliau pun menjadi sangat luas. Bahkan sudah menembus
batas negara yaitu sampai ke Syiria. Bayangkan, pada umur
54

yang masih sangat muda Rasulullah sudah menguasai


perdagangan lintas negara atau kalau kini disebut perdagangan
ekspor-impor.
Sahabat, tahukah kamu apa rahasia sukses bisnis
Rasulullah? Yaitu Jujur dan cerdas!
Rasulullah selalu jujur pada pelanggannya, pada Khadijah,
dan pada semua relasi bisnisnya. Beliau tidak pernah berdusta
ketika menjual. Kejujuran itu semakin lengkap dengan
kecerdasan Rasulullah dalam berkomunikasi. Kalau sekarang
kita sering menyebutnya kecerdasan emosi atau emotional
intelegence, maka emotional intelegence Rasulullah sangatlah
tinggi.
Umur dua puluh satu tahun beliau telah mengikuti sebuah
perjanjian perdamaian. Perjanjian ini adalah perjanjian
perdamaian antara Quraisy dengan seterunya yang berperang
selama tujuh tahun! Pada umur yang masih sangat muda
Rasulullah sudah duduk bersama para tokoh Quraisy dalam
sebuah perjanjian diplomasi. Inilah salah satu bekal
pengalaman politik Rasulullah.
Kepribadian Rasulullah yang memukau ini menjadikan
Khadijah jatuh hati padanya. Khadijah pun mengirim pamannya
untuk melamar Rasulullah. Khadijah adalah seorang wanita
cantik, kaya raya, suci, dan sangat terhormat di mata kaum
Quraisy saat itu. Akhirnya Rasulullah SAW menikah di usianya
yang ideal, dua puluh lima tahun, dengan kedewasaan yang
sudah sangat melekat pada kepribadiannya.
Umur tiga puluh lima tahun, beliau mendapat julukan Al-
Amin (yang terpercaya) dan inilah sifat lain yang dimiliki
Rasulullah. Cara Rasulullah mengambil keputusan dalam
pengembalian hajar aswad lah yang membuat masyarakat
Quraisy memberikan gelar Al-Amin.
Ka‟bah yang telah selesai direnovasi karena rusak diterjang
banjir besar saat itu menyisakan sebuah permasalahan.
Siapakah yang akan mengembalikan hajar aswad pada
tempatnya? Masing-masing kabilah Arab saat itu merasa
55

berhak untuk meletakkannya. Perseteruan ini hampir saja


menyebabkan pertumpahan darah. Rasulullah pun hadir
memberikan solusi. Beliau meminta sehelai selendang
kemudian meletakkan hajar aswad di tengah-tengahnya. Lalu
meminta masing-masing pemuka kabilah untuk memegang
ujung-ujung selendang. Kemudian Rasulullah memerintahkan
mereka sama-sama mengangkatnya. Setelah mendekati
tempatnya, beliau mengambil hajar aswad. Selesailah perkara
yang menegangkan itu. tatkala mengetahui hal ini, kabilah Arab
saat itu berbisik-bisik. “Inilah Al-Amin. Kami ridha kepadanya.
Inilah dia Muhammad.”
Empat puluh tahun adalah puncak kematangan
Muhammad. Setelah melewati perenungan panjang di Gua
Hira, akhirnya Allah memberikan pencerahan kepada beliau
dengan wahyu pertamanya, Iqro!! Bacalah!! Inilah fase
kehidupan beliau sebagai Rasul akhir zaman.
Berdakwah di tengah-tengah kaum jahiliyah adalah tugas
yang sangat berat. Penghinaan, cacian, makian, bahkan
sampai teror fisik beliau terima dalam perjuangan itu. komitmen
beliau untuk terus menyampaikan risalah Allah tidak pernah
pudar. Kesabaran dna keikhlasan beliau tunjukkan dalam setiap
langkah perjuangan.
Suatu hari Abu Jhal meletakkan kotoran manusia di depan
rumah beliau. Betapa kaget dan heran Rasulullah saat keluar
untuk shalat subuh. Dengan sabar beliau bersihkan tanpa ada
rasa prasangka buruk pada siapapun. Sampai suatu hari
terbukalah kedok orang yang melakukannya. Ternyata, dialah
Abu Jahal. Betapa malunya dia. Apalagi ketika dia terkulai sakit,
Rasulullah lah orang yang pertama kali membesuk tanpa rasa
kesal dan dendam.
Kegigihan Rasulullah dalam berdakwah ini adalah karena
kasih sayang beliau pada kita, ummatnya. Lantas apa yang
sudah kita lakukan untuk beliau saudaraku?
Idola membawa petaka
56

Sahabat, masih ingat kasus meninggalnya remaja yang


sampai rela berjubel dan berdesakan hanya untuk bertemu
dengan gerombolan pemusik? Apa yang terp[ikirkan olehmu
dengan peristiwa ini? Yang jelas kita harus bersyukur karena
kita tidak mengalaminya dan semoga kita tidak mengalami
kematian yang hina. Wah, kejam sekali ya? Maaf karena terlalu
kejam.. lantas apa lagi sebutan untuk meatian yang sedemikian
rupa. Mati hanya karena menyaksikan sebuah acara para
bintang yang belum tentu mengantar ke surga. Apalagi
mengantarkan ke surga, mereka sendiri pun tidak bisa
menjamin dirinya akan selamat di akhirat sana.
Soal idola ini memang seperti sudah mendarah daging
dalam diri manusia. Ini berkaitan dengan naluri manusia. Dalam
diri manusia ada naluri beragama. Naluri beragama diwujudkan
dengan adanya upaya mensucikan sesuatu atau menganggap
sesuatu lebih dari dirinya. Misalnya saja, nenek moyang
manusia di masa animisme dan dinamisme, mere menyembah
batu, pohon, dan kuburan. Hal ini persis yang dilakukan oleh
orang-orang Arab Quraisy di masa jahiliyah. Mereka malah
membuat sesembahan sendiri. Hingga di kota Mekkah saja ada
lebih dari seratus berhala yang dibuat untuk memenuhi
kebutuhan naluri ini.
Sahabat, hati-hati dengan idola! Pemujaan terhadap idola
merupakan salah satu perwujudan yang salah dari naluri
beragama. Malah dalam level tertentu bisa menjerumuskan
kita ke dalam kesyirikan. Bagi yang mengidolakan kaum seleb;
baik artis film dan sinetron (drama), penyanyi, dan pemusik,
haruslah berhati-hati. Soalnya, bukan tak mungkin bila
kemudian kita lupa diri dan akhirnya tanpa sadar mengikuti
gaya hidupnya.
Pendek kata, kalau kita sudah menganggap mereka
sebagai tuntunan hidup, berarti kita telah menjadikan mereka
sebagai tuntunan hidup. Masih ingat materi tentang La ilaha illa
Allah? Bukankah salah satu konsekuensi kita mendudukan
Allah sebaga Ilah adalah mengikuti aturan yang telah
57

ditetapkan Allah? Jika lupa, silahkan buka kembali bab


sebelumnya .
Siapakah contoh utama sebenarnya?
Sahabat, siapakah idolamu Brad Pit, Mariah Careey,
Britney Spears, SNSD, Super Junior, Pramoedya, SBY,
Eisntein, Karl Mark, atau sekadar tukang koran dan penjual
gorengan? Siapapun itu yang jelas mereka bukan manusia
sempurna. Tidak menjamin kehidupan kita bahagia. Kita
seharian nonton konser mereka juga, tidak membuat kita
kenyang. Malah bisa jadi kantong kita jebol. Apalagi menjamin
kita masuk surga. Bahkan bisa menjerumuskan kita ke dalam
kesyirikan.
Contoh Utama = suka/cinta+mengikuti
Itulah rumusnya. Coba sahabat kembali ingatmateri
tentang syahadat dan maknanya. Bukankah cinta dan
mengikuti adalah bagian dari konsekuensi La ilaha illa Allah?
Lantas buat apa kita mengidolakan artis, penyanyi, pelawak,
dsb? Yang justru akibatnya sedemikian menyeramkan.
Sahabat, hanya lelaki itu yang pantas kita jadikan contoh.
Seorang lelaki yang sudh yatim sejak kecil namun begitu
dewasa. Wajahnya tampan, menjadi sahabat yang baik, dan
pemimpin yang adil. Dialah Muhammad SAW.
Sungguh keterlaluan jika kita tidak menjadikan Rasulullah
sebagai contoh utama kita. Sungguh memalukan jika kita tidak
menjadikan beliau sebagai panutan. Padahal dunia ini
menempatkan beliau sebagai orang terbaik nomor satu
sepanjang sejarah.
Michael H Hart, penulis buku „100 Tokoh yang Paling
Berpengaruh dalam Sejarah‟ menempatkan Rasulullah sebagai
orang nomor satu paling berpengaruh dalam sejarah manusia.
Kata Michael, “Berasal usul dari keluarga sederhana,
Muhammad menegakkan dan menyebabkan salah satu dari
agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang
bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen,
58

dan efektif. Kini, tiga belas abad sesudah wafatnya,


pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.”
Kalau Michael H Hart seorang muslim tentu sudah sangat
biasa. Namun, dia bukanlah seorang muslim, tetapi secara jujur
menempatkan Rasulullah sebagai orang paling berpengaruh
dalam sejarah dunia ini. “Jadi, dapatlah kita saksikan
penaklukan yang dilakukan bangsa Arab di abad ke-7 terus
memainkan peranan penting dalam sejarah ummat manusia
hingga saat ini. Dari segi inilah saya menilai adanya kombinasi
tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang
melekat pada pengaruh diri Muhammad sehingga saya
menganggap Muhammad dalam arti pribadi adalah manusia
yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia ”

Detik-detik Rasulullah Menghadapi Maut


Ada sebuah cerita tentang cinta yang sebenar-benarnya
cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.
Pagi itu, walau langit telah mulai menguning, burung-burug
enggan mengepakkan sayapnya.
Pagi itu Rasulullah dengan suara terbatas memberi
khutbah, “wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan
Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-
Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al-Qur‟an dan
sunnahku. Barangsiapa mencintai sunahku, berarti mencintai
aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk
surga bersamaku.”
Khutbah singkat ini diakhiri dengan pandangan mata
Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya
satu per satu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-
kaca. Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.
Usman menghela nafas panjang, dan Ali menundukkan
kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah
tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati
semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu hampir selesai
menunaikan tugasnya di dunia.
59

Tanda-tanda semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan


cerdas menangkap Rasulullah berkeadaan lemah dan goyah
ketika turun dari mimbar. Di saat itu jika mampu, seluruh
sahabat yang hadir pasti akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih
tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring
lemas dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi
pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar terdengar seseorang berseru
mengucapkan salam, “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi
Fatimah tidak mengijinkannya masuk. “Maaf, ayahku sedang
demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup
pintu.
Kemudia ia kembali menemui ayahnya yang ternyata
sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah
itu wahai anakku?” Fathimah menjawab, “Tak tahulah ayahku,
orang itu sepertinya baru sekali ini aku melihatnya.”
Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan
menggetarkan. Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya
itu hendak dikenang. “Ketahuilah dialah yang menghapuskan
kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di
dunia, dialah malaikat maut,” kata Rasulullah. Fathimah pun
menahan ledak tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah
menanyakan kenapa Jibril tidak ikut menyertainya. Kemudian
dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap ke atas
langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia
ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya
Rasulullah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit
telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua pintu
surga terbuka lebar. Menanti kedatanganu,” kata Jibril. Tapi itu
ternyata belum membuat Rasulullah lega. Matanya masih
penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengarkan kabar
ini?” tanya Jibril lagi. “Kabarkan bagaimana nasib umatku
kelak?”. Jibril menjelaskan, “Jangan khawatir wahai Rasul
60

Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku :


“Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad
telah berada di dalamnya.”

Catatan:

Muhammad SAW
Sifat-sifatnya: manusia biasa, terpelihara dari kesalahan,
jujur, cerdas, menyampaikan, komitmen.
Kewajiban kita: mengimani, mencintai, mengagungkan,
membela, mencintai yang dicintainya, menghidupkan
sunnahnya, memperbanyak sholawat, mengikuti manhaj
hidupnya, mewarisi risalahnya.
61

EVALUASI PEKANAN MENTORING


1. Tahun
2. Bulan
3. Realisasi Waktu
4. Pertemuan ke/Pekan ke
5. Jumlah Anggota/peserta
6. Murobbi

MUTABAAH AKTIVITAS
No Evaluasi Jumlah
1. Kehadiran
Halaqah
2. Kehadiran
Kajian
3. Shalat
Berjamaah
4. Shalat Rawatib
5. Tilawah Quran
6. Hafalan Al
Qur‟an
7. Shaum Sunnah
8. Qiyamul Lail
9. Al Matsurat
10. Infaq
11. Membaca
Berita
12. Olahraga
13. Silaturrahim
14. Mengisi
Mentoring
15. Rapat/Agenda
Wajihah

REALISASI AGENDA
No Baramij Petugas Uraian pelaksanaan Ket.
1. Iftitah Rabbani
2. Tilawah Al-Quran Nama Ayat... Ayat....
Surat s/d

3. Tahfidz Al-Quran Surat Ayat


Nama Keterangan Dari Sampai Jumlah
Surat
a.
b.
62

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
4. Kultum
5 Talaqqi Materi
6. Mutaba‟ah Materi
7. Info/pengumuman
8. Ikhtitam Rabbani

ALASAN KETIDAKHADIRAN (Anggota yang tidak hadir)


No. Nama Yang Tidak Hadir Ket (izin/sakit/tanpa ket.) Alasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

MULAHAZHOH
CATATAN

Pementor

(.............................................................)
63

PEKAN 5
WHO AM I? (MA’RIFATUL INSAN)

Sahabat, masa remaja biasanya merupakan ajang


pencarian jati diri. Kita barangkali sering bertanya tujuan
hidup kita apa? Apa yang ingin kita lakukan dalam hidup
kita?
Nah, kali ini kita akan membahas tentang diri kita
sendiri, yaitu manusia. Kita akan memahami diri kita, supaya
kita bisa memahami tujuan hidup kita. Bagaimana Allah
menciptakan kita dengan segala kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki masing-masing individu. Di balik itu semua,
Allah mempunyai tujuan khusus, mengapa manusia
diciptakan. Kita akan mengawalinya dari proses penciptaan
manusia dahulu.
Sahabat, beruntunglah kita dilahirkan dalam keadaan
Islam. Jika kita bertanya dari mana manusia berasal atau
bagaimana manusia diciptakan, Allah telah menjelaskannya
di dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Teori Darwin yang
menyebutkan bahwa manusia berasal dari kera itu dapat
ditolak mentah-mentah.
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang
manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk.” (Al-Hijr: 28)
“Sesungguhnya telah disempurnakan penciptaan salah
seorang dari kalian dalam perut ibunya selama empat puluh
hari dalam bentuk sperma, kemudian dia menjadi segumpal
darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging
selama itu pula, kemudian Allah mengutus kepadanya
malaikat, kemudian ditiupkan ruh kepadanya, lalu malaikat
tersebut diperintahkan untuk menulis empat perkara; untuk
menulis rizkinya, ajalnya dan amalannya dan nasibnya
(setelah mati) apakah dia celaka atau bahagia.” (HR Bukhari
Muslim)
64

Dilihat dari asal penciptaannya, manusia tersusun dari


unsur bumi dan unsur langit. Ia mengandung unsur bumi
karena diciptakan dari tanah. Dikatakan ada unsur langit
karena setelah proses penciptaan fisiknya sempurna, Allah
meniupkan ruh kepadanya. Dari dua unsur itu, kemudian
berdasar fungsinya, dalam manusia terdapat tiga unsur
pokok, yaitu hati, akal, dan jasad.
1. Hati
Ini merupakan unsur terpenting pada manusia,
sebagaimana dikabarkan Rasulullah SAW, “Ketahuilah
sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging. Bila
ia baik, baiklah seluruh jasad, dan apabila ia rusak, rusaklah
seluruh jasad. Ketahuilah, itu adalah hati. (HR Bukhari
Muslim)
Maksud hati berdasarkan hadits di atas adalah qolbun.
Ia abstrak, termasuk unsur ruhani yang merasakan haru,
bahagia, suka, sedih, galau, bimbang, dan emosi lainnya.
Ialah yang berbolak-balik di antara perasaan itu, maka
disebut qolb dari kata qolaba berarti berbolak-balik.
Sahabat, niat dan tekad ada di dalam hati, maka
santapan yang paling tepat untuknya adalah zikrullah
(mengingat Allah), sehingga hati menjadi tenteram, optimis,
tidak khawatir, cemas, dan berbagai perasaan negatif
lainnya.
2. Akal
Unsur yang tidak kalah penting, yaitu akal. Akal
bukanlah otak yang bersifat fisik. Ia juga abstrak. Akal
termasuk karunia Allah yang terbesar bagi manusia, karena
dengan akal inilah kemudian ia menjadi makhluk yang paling
istimewa. Dengan akal itu, ia dapat memahami berbagai hal
yang Allah ajarkan kepadanya. Dengan hati, manusia
bercita-cita, berobsesi, dan bertekad. Dengan akal, ia
memperoleh pengetahuan tentang berbagai potensi, sumber
daya, sebab, dan akibat yang sangat bermanfaat baginya
dalam membuat rencana dan mengatur strategi mencapai
65

tujuannya. Karena itu, akal harus mendapat santapan


secara baik, cukup, dan berkualitas. Caranya yaitu dengan
membiasakan membaca buku, koran, menonton berita, dan
lain-lain.
3. Jasad
Jasad sangat mudah dikenali karena ia dapat kita lihat
dan kita raba. Nah, yang terpenting bagi kita adalah
bagaimana ia dapat menggunakannya sebagai pelaksana
bagi apa yang telah ditekadkan oleh hati dan direncanakan
oleh akal. Tanpa jasad yang bisa bekerja, tekad, rencana,
dan strategi hanya akan menjadi impian dan teori yang
kosong; bahkan boleh jadi jadi hanya menimbulkan keputus-
asaan. Maka, kewajiban kita adalah menjaga jasad kita
dengan baik. Caranya yaitu dengan menjaga pola hidup
sehat, berolahraga, makan makanan halal dan baik (hindari
junk food), serta tidur yang cukup (tidak berlebihan).

Amanah Manusia
Bila ketiganya (hati, akal, dan jasad) bersatu dan
berfungsi secara optimal, maka manusia akan dapat
menjalankan amanah sangat berat yang langit, bumi,
bahkan gunung-gunung pun tidak sanggup memikulnya.
Amanah itu tidak lain adalah ibadah dan khilafah
(pemakmuran bumi). Bagaimana manusia menunaikan
amanah itu, ia akan mendapat balasan secara adil dan
proporsional di dunia dan akhirat.
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia,
melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.
(QS. Adz Dzariyat: 56).

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para


malaikat, ”Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka
berkata, ”Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana. Sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
66

berfirman, ”Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu


ketahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 30)

Hakekat Manusia
Hakikat manusia yang pertama adalah sebagai
makhluk. Ia lemah, bodoh jika tidak mendapat hidayah Allah
SWT, dan fakir akan rezeki dan hidayah-Nya. Manusia tidak
dapat berdiri sendiri. Untuk kelangsungan hidupnya saja
sangat bergantung kepada pihak lain. Maka dari itu,
manusia selayaknya tidak boleh sombong karena sejatinya
ia tidak memiliki apa-apa. Manusia butuh pelindung, dan
penguasa yang dapat memberikan segala kebutuhannya.
Adalah Allah yang mampu melakukan itu. Manusia yang
butuh Allah, sehingga sudah sepantasnyalah manusia
tunduk kepada Allah sebagai makhluk dan hamba-Nya.
Hakikat kedua manusia adalah dimuliakan.
Betapapun manusia tercipta dari tanah liat atau air hina,
akan tetapi Allah menghendaki agar ia menjadi makhluk
yang mulia karena diberikan tiga hal : ditiupkan
ruh, diberikan kelebihan potensi yang tidak diberikan kepada
makhluk yang lain, dan ditundukkannya alam semesta
padanya.
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak Adam,
Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makkhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S. 17: 70)
Sebagai makhluk yang diistimewakan, dengan beragai
kelebihan di atas, manusia tidak dibiarkan tanpa tugas dan
tanggung jawab. Hakikat manusia yang ketiga ini adalah
dibebani. Nikmat penciptaan dan berbagai kelebihan itu
harus disyukuri dengan melakukan ibadah secara benar
dengan segala ketundukan dan keikhlasan kepada Allah
yang telah memberi nikmat-nikmat itu kepadanya. Potensi
besar yang diberikan kepadanya itu juga dimaksudkan agar
67

ia mampu mengelola bumi ini, mengatur kehidupan sesuai


dengan kehendak Allah yang mengangkatnya sebagai
khalifah.
Sahabat, hakikat manusia yang keempat adalah
bebas memilih. Kalau Allah menghendaki, manusia
diciptakan-Nya tanpa akal dan pikiran sehingga ia tidak
dapat memilih apa yang hendak ia lakukan. Dengan akal
dan hatinya itu, justru manusia menjadi makhluk istimewa
sehingga ia bebas memilih an menentukan nasibnya sendiri.
Akal dan kebebasan ini sebenarnya adalah ujian baginya.
Apabila ia menggunakan akal dan hatinya dengan baik, ia
akan beriman kepada Allah; namun apabila ia sombong, dan
menutupi nikmat itu. ia disebut kafir. Allah SWT di dalam
surat Al-Baqarah ayat 2 juga telah menyebutkan bahwa
tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam.
Hakikat manusia yang kelima ialah manusia akan
dibalas. Nah, sahabat keberadaannya manusia sebagai
makhluk yang diberi kebebasan memilih itu memiliki
konsekuensi. Atas pilihan yang diambilnya, manusia akan
mendapat balasan surga, atau neraka. Sesungguhnya,
nikmat-nikmat yang telah ia terima sejak awal penciiptaan ,
berbagai kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk
lain dan tugas yang dibebankan kepadanya itu akan
diperhitungkan di sisi Allah. Sebagian bagian dari balasan
itu kadang diberikan di dunia. Satu kebaikan akan mendapat
sepuluh kali kebaikan atau berlipat-lipat sebagaimana yang
Allah kehendaki, dan yang buruk akan mendapat balasan
yang setimpal. Hal ini juga tertulis di dalam surat Al-Qariah
ayat 6-9. “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan
(kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang
memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan
timbagan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah
neraka Hawiyah.”
Setelah mengetahui hakikat penciptaan manusia,
semoga kita bisa memaksimalkan kemampuan yang kita
68

miliki untuk ibadah kepada Allah dan memakmurkan bumi.


Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan
menjaga kita semua agar tetap istiqomah menjadi muslim
atau muslimah yang sesungguhnya.

“Kekhawatiran tak menjadikan bahayanya membesar,


Hanya dirimu yang mengerdil.
Tenanglah, semata karena Allah bersamamu
Maka tugasmu hanya berikhtiar
Dan di sana pahala surga menantimu”
-Salim A Fillah-
69

EVALUASI PEKANAN MENTORING


1. Tahun
2. Bulan
3. Realisasi Waktu
4. Pertemuan ke/Pekan ke
5. Jumlah Anggota/peserta
6. Murobbi

MUTABAAH AKTIVITAS
No Evaluasi Jumlah
1. Kehadiran
Halaqah
2. Kehadiran
Kajian
3. Shalat
Berjamaah
4. Shalat Rawatib
5. Tilawah Quran
6. Hafalan Al
Qur‟an
7. Shaum Sunnah
8. Qiyamul Lail
9. Al Matsurat
10. Infaq
11. Membaca
Berita
12. Olahraga
13. Silaturrahim
14. Mengisi
Mentoring
15. Rapat/Agenda
Wajihah

REALISASI AGENDA
No Baramij Petugas Uraian pelaksanaan Ket.
1. Iftitah Rabbani
2. Tilawah Al-Quran Nama Ayat... Ayat....
Surat s/d

3. Tahfidz Al-Quran Surat Ayat


Nama Keterangan dari Sampai Jumlah
Surat
a.
b.

94
70

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
4. Kultum
5 Talaqqi Materi
6. Mutaba‟ah Materi
7. Info/pengumuman
8. Ikhtitam Rabbani

ALASAN KETIDAKHADIRAN (Anggota yang tidak hadir)


No. Nama Yang Tidak Hadir Ket (izin/sakit/tanpa ket.) Alasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

MULAHAZHOH
CATATAN

Pementor

(.............................................................)

95
71

PEKAN 6
GHAZWUL FIKR (PERANG PEMIKIRAN)

Secara bahasa, Ghazwul fikr terdiri dari dua kata yaitu:


ghozwah dan fikr. Ghozwah berarti serangan, serbuan atau
invasi. Fikr berarti pemikiran. Serangan dan serbuan disini
berbeda dengan serangan atau serbuan dalam qital (perang
senjata).
Sedangkan menurut istilah, pengertian Ghazwul Fikr yaitu
penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat
Islam guna merubah apa yang ada di dalamnya sehingga tidak
lagi bisa keluar dari pikirannya itu hal-hal yang benar karena
telah tercampur aduk dengan hal-hal tak Islami.
1. Sasaran Ghazwul Fikr
a. Menjauhkan umat Islam dari agamanya (QS. Al-Isra‟: 73;
QS. Al-Maidah: 49)
b. Berusaha memasukkan yang sudah kosong Islamnya ke
dalam agama kafir (QS. Al-Baqarah: 120, 217)
c. Memadamkan cahaya (agama) Allah (QS. As-Saff: 8; QS.
At-Taubah: 32).
Serangan / serbuan

Qital (perang Ghozwah


senjata) (serangan)

 Saling  Sepihak, yang lain


mengetahui siapa tidak menyadari
lawannya kalau sedang di
serang
 Banyak korban  Korban jiwa
jiwa hampir tidak ada
 Membutuhkan  Membutuhkan
dana yang besar dana yang sedikit
 Hasilnya belum  Hasilnya nyata
72

tentu berhasil terlihat dan berhasil


 Efeknya terbatas  Efeknya dalam
dan luas

2. Metode Ghazwul Fikr, diantaranya:


a. Membatasi supaya Islam tidak tersebar luas, dengan cara:
- Tasykik (pendangkalan atau peragu-raguan)
- Tasywih (pencemaran atau pelecehan)
- Tadhlil (penyesatan)
- Taghrib (pembaratan)
b. Menyerang Islam dari dalam, dengan cara:
- Penyebaran faham sekulerisme; yaitu berusaha
memisahkan antara agama dengan kehidupan berbangsa
dan bernegara.
- Penyebaran faham nasionalisme; Nasionalisme ini akan
membunuh ruh ukhuwah Islamiyah yang merupakan azas
kekuatan umat Islam.
- Perusakan akhlak umat Islam terutama para pemudanya.

3. Sarana Ghazwul Fikr yaitu melalui media masa (cetak dan


elektronik), pendidikan, hiburan, klub-klub, olahraga, bahkan
melalui yayasan dan LSM.
4. Dampak Ghazwul Fikr
a. Ummat Islam menyimpang dari Al-Qur‟an dan as-Sunnah
(QS. Al-Furqan: 30)
b. Minder dan rendah diri (QS. Ali Imran: 139)
c. Ikut-ikutan (QS. Al-Isra‟: 36)
d. Terpecah belah (QS. Ar-Rum: 32)
5. Alat Penting Ghazwul Fikr
Realitas suguhan acara televisi di negeri ini nyaris semuanya
melanggar syari‟ah Islam. Begitu pendapat Abdurrahman Al-
Mukaffi dalam bukunya “Kategori Acara TV dan Media Cetak
Haram di Indonesia.” Akibatnya, ummat yang mayoritas ini
seolah tidak berdaya menghadapi sergapan ghazwul fikri
73

(perang pemikiran) yang dilancarkan musuh-musuh Islam


lewat „kotak ajaib‟ itu.

Menurut Abdurrahman, ada sepuluh kategori acara televisi


dan media cetak yang merupakan bagian dari strategi ghazwul
fikri, dan karena haram ditonton oleh kaum Muslim. Sepuluh
kategori tersebut adalah:

a. Membius pandangan mata. Di media massa, terutama televisi


banyak disuguhkan wanita-wanita calon penghuni neraka dari
kalangan artis dan pelacur. Mereka menjadikan ruang redaksi
bagaikan rumah bordil yang menggelar zina mata masal.
b. Pameran aurat. Saluran televisi berlomba-lomba menyajikan
artis-artis, baik dengan pakaian biasa, ketat, pakaian renang,
sampai yang telanjang. Penonton diajak untuk tidak punya
rasa malu, hilang iman, mengikuti nafsu, dan menghidupkan
dunia mimpi.
c. Membudayakan ikhtilat (laki-laki dan perempuan berkumpul
tanpa batasan). Sekumpulan laki-laki dan wanita yang bukan
muhrim, biasa bergumul jadi satu tanpa batas. Tayangan
semacam ini tak ubahnya membuka transaksi zina.
d. Membudayakan khalwat (berdua-duaan). Kisah-kisah
percintaan bertebaran di berbagai acara. Frekuensi suguhan
kisah-kisah pacaran dan kencan makin melegitimasi budaya
khalwat (berdua-duaan).
e. Membudayakan tabarruj (berdandan secara berlebihan).
Banyak pelaku di layar kaca yang mempertontonkan bagian
tubuhnya (yang seharusnya ditutupi) untuk dinikmati para
pemirsa.
f. Mengalunkan nyanyian dan musik setan. Televisi banyak
menyiarkan bait syair lagu berupa mantra zina yang diiringi
alunan alat musik setan.
g. Menyemarakkan zina. Sajian dari luar negeri maupun lokal
yang banyak menyertakan adegan pelukan, ciuman, dan
ranjang membuktikan bahwa televisi adalah corong zina.
74

Aksi zina yang menyeluruh, baik zina mata, telinga, hati,


lidah, tangan, kaki, dan kemaluan.
h. Mempromosikan liwath (homosekssual). Para artis dan
selebritis yang mengidap penyakit homoseks dijadikan
contoh gaya hidup modern dan high class. Kaum homo
makin bebas berkeliaran dengan berlindung di bawah
payung HAM.
i. Menebarkan syirik. Televisi banyak mengekspos praktik
pedukunan, mistik, ramalan dan sihir yang dapat
menghancurkan aqidah ummat.
j. Tenggelam dalam laghwun. Acara-acara yang tak ada
manfaatnya banyak disuguhkan untuk pemirsa, misalnya
gunjingan tentang kehidupan pribadi selebriti dan humor
berlebihan, sehingga lupa mengerjakan hal-hal yang justru
penting seperti shalat dan dzikir kepada Allah SWT.

“…Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai


mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu
(kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya,
lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-
sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
(QS Al-Baqarah/2: 217)
75

EVALUASI PEKANAN MENTORING


7. Tahun
8. Bulan
9. Realisasi Waktu
10. Pertemuan ke/Pekan ke
11. Jumlah Anggota/peserta
12. Murobbi

MUTABAAH AKTIVITAS
No Evaluasi Jumlah
1. Kehadiran
Halaqah
2. Kehadiran
Kajian
3. Shalat
Berjamaah
4. Shalat Rawatib
5. Tilawah Quran
6. Hafalan Al
Qur‟an
7. Shaum Sunnah
8. Qiyamul Lail
9. Al Matsurat
10. Infaq
11. Membaca
Berita
12. Olahraga
13. Silaturrahim
14. Mengisi
Mentoring
15. Rapat/Agenda
Wajihah

REALISASI AGENDA
No Baramij Petugas Uraian pelaksanaan Ket.
1. Iftitah Rabbani
2. Tilawah Al-Quran Nama Ayat... Ayat....
Surat s/d

3. Tahfidz Al-Quran Surat Ayat


Nama Keterangan dari Sampai Jumlah
Surat
a.
b.
76

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
5. Kultum
5 Talaqqi Materi
9. Mutaba‟ah Materi
10. Info/pengumuman
11. Ikhtitam Rabbani

ALASAN KETIDAKHADIRAN (Anggota yang tidak hadir)


No. Nama Yang Tidak Hadir Ket (izin/sakit/tanpa ket.) Alasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

MULAHAZHOH
CATATAN

Pementor

(.............................................................)
77

PEKAN 6
MANAJEMEN QOLBU

Manajemen Qolbu

Hati
1. Hati yang sehat
2. Hati yang sakit
3. Hati yang mati
Bagaimana membuat hati kita sehat? Ilmu, menilai
kekurangan dan keburukan diri, tafakur, selalu ingat
Jagalah Allah,
hati membaca dan mendengarkan Al-Qur’an.

Jangan kau kotori


Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati
Jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya ilahi
Masih ingat syair lagu itu? lagu itu sering mengiringi atau tersisip
dalam tausiyah-tausiyah menyejukkan seorang da‟i dan ulama kondang
KH. Abdullah Gymnastiar.
KH. Abdullah Gymnastiar atau akrab dipanggil AA Gym ini
mempopulerkan dakwah dengan tajuk utama Manajeman qolbu. Dakwah
beliau yang sejuk dan membawa ketenangan ini diminati oleh ribuan
bahkan mungkin jutaan umat Islam di tanah air. Jika kita telah benar-
benar mampu mengelola hati kita, maka sesungguhnya kita telah
memenuhi salah satu karakter pribadi uslim yaitu mujahidun linafsih
(mampu mengendalikan dirinya).
Kalau tubuh kita ibarat sebuah kerajaan dengan berbagai
perangkatnya, maka hati kita adalah rajanya. Dialah yang akan
mengendalikan semua yang terjadi dalam kerajaan tubuh kita. Mata,
tangan, lisan, kaki, pikiran, semuanya tunduk patuh di bawah perintah
sang raja hati.
78

Dengan begitu kebaikan maupun kehancuran dari keraaan tubuh


kita tergantung oleh sang raja hati dalam mengelola, mengendalikan,
dan membeikan perintah. Rasulullah SAW menyampaikan ini dalam
sebuah hadits. “Susungguhnya di dalam jasad manusia ada segumpal
darah, apabila dia berfungsi baik, maka rusaklah seluruh tubuh, dan
apabila rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah
itu adalah Qolbu.” (HR Bukhari Muslim)
Hati adalah titik sentral yang menggerakkan perbuatan manusia
yang cenderung pada kebaikan atau keburukan. Dengan hati inilah,
Allah memanusiakan manusia dan manusia (menghewankan atau
memanusiakan” dirinya sendiri. Karena sebenarnya hati adalah titik
sentral kecerdasan sekaligus kebodohan manusia.
Dalam hati kita, terhimpun perasaan moral, mengalami sekaligus
menghayati tentang salah-benar, baik buruk, serta berbagai keputusan
yang harus dipertanggungjawabkan secara sadar maupun tidak sadar.
Sehingga kualitas hati seseorang akan menentukan kualitas diri
seseorang. Karena segala hal yang bermuara di hati kita akan
terimplementasikan ke dalam segala perbuatan kita.
Hati pulalah yang akan mengantar kita berbahagia di dunia
maupun di akhirat. Bagian tubuh lain seperti mata, telinga, otak, dan
seluruh tubuh tidak berfungsi lagi setelah datangnya kematian. Namun
hati akan tetap berperan di alam barzakh, di hari berbangkit, sampai di
hari berhisab kelak. Hati yang jernih dan bersih akan membawa kita
pada kehidupan yang sejahtera dan kekal selamanya di sisi Allah, baik di
dunia maupun di akhirat. Hati yang kotor, busuk, dan penuh penyakit
akan membawa kita kepada kesulitan dan kesengsaraan abadi selama
hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Perhatikan doa Nabi Ibrahim dalam surat As-Syuro ayat 87-89.
Nabi Ibrahim berdoa agar diberikan hati yang bisa menyelamatkan di
akhirat. “Dan Janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka
dibangkitkan, yaitu di hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, keccuali
orang-orang yang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
Itulah isyarat Allah SWT akan pentingnya kita memanaje hati kita.
Hati adalah titik sentral yang menggerakkan perbuatan manusia yang
cenderung pada kebaikan dan atau keburukan. Dengan hati inilah, Allah
memanusiakan manusia dan manusia menghewankan atau
79

memanusiakan dirinya sendiri. Ya, manusia bisa menjadi manusia yang


sebenarnya ketika hatinya sehat, sedang kedudukan manusia bisa
setara dengan hewan bahkan lebih rendah dari itu jika busuk dan tidak
digunakan dengan baik.
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan darri jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A‟raf: 179).
Sahabat, hati manusia pada dasarnya dibagi enjadi tiga, yaitu:
qalbun salim (hati yang selamat), qalbun maridh (hati yang sakit), dan
qolbun mayyit (hati yang mati). Termasuk manakah hati kita?
Qalbun salim
Alangkah bahagianya orang yang memiliki hati jenis ini. Hati yang
senantiasa tertata, terpelihara, serta terawat dengan sebaik-baiknya.
Pemiliknya akan senantiasa merasakan lapang, tenteram, tenang, seju,
dan indahnya hidup di dunia ini. Semua ini akan tersemburat pula dalam
gerak-geriknya, perilakunya, tutur katanya, sunggingan senyumnya,
tatapan matanya, riak air mukanya, bahkan diamnya sekali pun.
Orang yang hatinya tertata dengan baik tak pernah merasa resah
gelisah, tak pernah bermuram durja, tak pernah gundah gulana. Kemana
pun pergi dan di mana pun berada, ia senantiasa mampu
mengendalikan hatinya. Dirinya senantiasa berada dalam kondisi damai
dan mendamaikan, tenang, dan menenangkan, tenteram dan
menenteramkan. Hatinya bagai embun yang menggelayut dedaunan di
pagi hari, jernoh, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Hatinya terambat
bukan kepada barang-barang yang fana, melainkan selalu ingat dan
merindukan Zat Yang Maha Memberi Ketenteraman, Allah Azza wa
Jalla.
Ia yakin dengna keyakinan yang amat sangat bahwa hanya
dengan mengingat dan merindukan Allah, hanya dengan menyebut-
nyebut nama-Nya setiap saat , meyakini, dan mengamalkan ayat-ayat-
Nya, maka hatinya menjadi tenteram. Tantangan apapun dihadapinya,
seberat apapun diterimanya dengan ikhlas. Dihadapinya dengan
sunggingan senyum dan lapang dada. Baginya tak ada masalah sebab
80

yang menjadi masalah hanyalah caranya yang salah dalam menghadapi


masalah.
Orang yang hatinya tertata rapi adalah orang yang telah berhasil
merintis jalan ke arah kebaikan. Ia tidak akan tergoyahkan dengan
aneka rayuan dunia yang tampak menggiurkan. Ia akan melangkah pada
jalan yang lurus. Dititinya tahapan kebaikan itu hingga mencapai titik
puncak. Sementara itu, ia akan berusaha sekuat-kuatnya untuk
memelihara dirinya dari sikap riya, ujub, dan perilaku rendah lainnya.
Oleh karenanya, surga sebaik-baiknya tempat kembali, tentulah telah
disediakan bagi kepulangannya ke yaumil akhir kelak. Bahkan ketika
hidup di dunia yang singkat ini pun ia akan menikmati buah dari segala
amal baiknya.
“dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari ereka
dibangkitkan, yaitu di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
(Asy-Syu‟ara: 87-89)
Qalbun Maridh
Jenis hati yang kedua ini adalah hati yang ada penyakitnya.
Qalbun maridh adalah jenis hati yang sebenarnya masiih ada kebaikan
di dalamnya. Namun, dorongannya untuk mengikuti hawa nafsu juga
sangat kuat. Orang yang memiliki hati ini sering terjebak di dalam
kemaksiyatan. Hatinya sering diliputi ketidaktenteraman karena selalu
ada pertentangan batin di dalam hatinya. Pertentangan antara iman, dan
kekufuran. Pertentangan antara kebaikan dan keburukan. Pertentangan
antara yang haq dan yang batil. Kedua kutub itu saling bertentangan,
terkadang sisi kebaikanlah yang meliputi hatinya, mnamun terkadang sisi
keburukanlah yang mendominasi hatinya.
Orang yang berhati sakit harus segera menyadari sakitnya agar
tidak semakin parah dan akhirnya mati, keras, dan membatu. Orang
yang berhati sakit harus segera menyadari jika dia terperosok dalam
kejahatan agar tidak semakin parah sakitnya.
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya
sendiri.” (Al-Qiyamah:2)
Yang dimaksud dengan menyesali dirinya dalam ayat di atas
adlaha bila ia berbuat kebaikan, ia juga menyesal kenapa ia tidak
berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
81

Jika orang yang berhati sakit ini tidak segera sadar, atau dia
sadar namun tidak mau mengobati sakitnya maka Allah akan semakin
menambah sakitnya sebagaimana yang dilakukan Allah pada orang-
orang munafik.
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta.” (Al-Baqarah:10)
Qalbun Mayyit
Sahabat, semoga kita terhindar dari jenis penyakit yang ketiga
ini. Hati yang keadaannya kusam. Ia senantiasa tampak resah dan
gelisah. Hatinya dikotori dengan buruk sangka, dendam kesumat, licik,
tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain
berbahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus
menumpuk, hingga sulit dihilangkan.
Sungguh, orang yang berhati busuk seperti itu akan
mendapatkan kerugian berlipat-lipat. Tidak saja hatinya yang selalu
gelisah, namun juga orang lain yang melihatnya pun akan merasa jijik
dan tidak akan menaruh hormat sedikit pun jua. Ia akan dicibir dan
dilecehkan orang. Ia akan tidak disukai, sehingga sangat mungkin akan
tersisih dari pergaulan. Terlepas siapa orangnya. Adakah ia orang
berilmu, berharta benyak, pejabat, atau siapapun, kalau berhati busuk,
niscaya akan mendapat celaan dari masyarakat yang mengenalnya.
Derajatnya pun mungkin akan sama, atau bahkan lebih hina dari apa
yang dikeluarkan dari perutnya.
Bagi orang yang demikian, selain derajat kemuliannya akan jatuh
di hadapan manusia, juga di hadapan Allah. Ini dikarenakan hari-harinya
selalu diwarnai dengan aneka perbuatan yang mengundang dosa. Allah
tidak akan pernah berlaku aniaya terhadap makhluk-makhluknya.
Sesungguhnyalah apa yang didapatkan seseorang itu, tidak bisa tidak,
merupakan buah dari apa yang diusahakannya.
Orang yang demikian hatinya telah membatu. Ia tak lagi dapat
menerima kebenaran. Allah mengunci mati dan menutup rapat-rapat
cahaya hidayah untuk menyapa di hatinya. Na‟udzubillah...
“Mereka itulah orang-orag yang hati, pendengaran, dan
penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-
orang yang lalai.” (An-Nahl: 108)
82

Bagaimana meraih hati yang bening?


Pertama, carilah ilmu. Ilmu adalah cahaya. Maka, ilmu akan
memberikan cahaya pada siapa yang memilikinya. Carilah terus ilmu
tentang hati, keutamaan kebeningan hati, kerugian kebusukan hati,
bagaimana perilaku dan tabiat hati, serta bagaimana untuk
mensucikannya. Di antara ikhtiar yang bisa kita lakukan adalah dengan
cara mendatangi majelis taklim, membeli buku-buku yang mengkaji
tentang kebeningan hati, mendengarkan ceramah-ceramah berkaitan
dengan ilmu hati, baik dari kaset, youtube, maupun langsung dari
narasumbernya. Dan juga dengan cara berguru langsung kepada orang
yang sudah memahami ilmu hati ini dengan benar dan ia
mempraktekannya dalam kehidupan sehari-harinya.
Kedua, menilai kekurangan atau keburukan diri. Sahabat, kita
tidak akan mampu mengubah diri kita jika tidak tahu apa-apa yang harus
kita ubah, bagaimana mungkin kita memperbaiki diri kalau kita tidak tahu
apa yang harus diperbaiki. Maka hal pertama yang harus kita lakuakn
adalah dengan sungguh-seungguh untuk belajar jujur mengenal diri
sendiri.
Ketiga adalah memiliki waktu khusus untuk tafakur. Setiap ba‟da
shalat kita harus mulai berpikir, saya ini sombong atau tidak? Apakah
saya ini riya atau tidak? Apakah saya ini orangnya takabur atau tidak?
Apakah saya ini pendengki atau bukan? Belajarlah sekuat tenaga untuk
mengetahui diri ini sebenarnya. Kalau perlu buat catatan khusus tentang
kekurangan-kekurangan diri kita, (tentu saja tidak perlu kita beberkan
pada orang lain). Ketahuilah bahwa kejujuran pada diri ini merupakan
modal yang teramat penting sebagai langkah awal kita untuk memperaiki
diri kita ini.
Keempat adalah selalu mengingat Allah kapanpun d manapun
kita berada. Kita harus menyibukkan diri kita dengan dzikir. Tasbih,
takbir, istighfar, kita usahakan selallu membasahi lisan dan hati kita.
Ibadah-ibadah sunah dan wajib adalah sebagian dari cara kita
membersihkan diri. Sholat malam, sholat jamaah, puasa, zakat, dsb
adalah sarana yang disediakan Allah agar hati kita selalu dekat
kepadanya. Dengan berdekatan dengan Allah lah hati akan senantiasa
tenteram.
83

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi


tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya mengingat Allah-lah
hati menjadi tenteram (Ar-Ra‟d: 26).
Kelima, selalu membaca atau mendengarkan ayat suci Al-Qur‟an
dan mentadabbutinya setiap hari. Al-Qur‟an adaah penerang hati. Ia
adalah pengobat jiwa. Al-Qur‟anlah yang akan memberikan cahaya
kepada kita dunia dengan petunjuknya yang pasti benar dari Sang
Pencipta. Al-Qur‟an pulalah yang akan menjadi pelita di kegelapan
kubur, menjadi teman saat kita kesepian di dalamnya, serta menjadi
pembela kita di hadapan Allah.
Sahabat, maka sudah semestinya jika kita ingin hati kita bersih,
Al-Qur‟an haruslah menjadi teman akrab yang senantiasa menyertai kita
setiap harinya. Membaca, memahami, mereungi, dan mengamalkan
adalah kewajiban-kewajiban Al-Qur‟an.
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab
yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka,
apakah kamu tiada memahaminya?” (Al-Anbiya:10)

EVALUASI PEKANAN MENTORING


1. Tahun
2. Bulan
3. Realisasi Waktu
4. Pertemuan ke/Pekan ke
5. Jumlah Anggota/peserta
6. Murobbi

MUTABAAH AKTIVITAS
No Evaluasi Jumlah
1. Kehadiran
Halaqah
2. Kehadiran
Kajian
3. Shalat
Berjamaah
4. Shalat Rawatib
5. Tilawah Quran
6. Hafalan Al
Qur‟an
7. Shaum Sunnah
8. Qiyamul Lail
9. Al Matsurat
10. Infaq
84

11. Membaca
Berita
12. Olahraga
13. Silaturrahim
14. Mengisi
Mentoring
15. Rapat/Agenda
Wajihah

REALISASI AGENDA
No Baramij Petugas Uraian pelaksanaan Ket.
1. Iftitah Rabbani
2. Tilawah Al-Quran Nama Ayat... Ayat....
Surat s/d

3. Tahfidz Al-Quran Surat Ayat


Nama Keterangan dari Sampai Jumlah
Surat
a.
b.
85

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
4. Kultum
5 Talaqqi Materi
6. Mutaba‟ah Materi
7. Info/pengumuman
8. Ikhtitam Rabbani

ALASAN KETIDAKHADIRAN (Anggota yang tidak hadir)


No. Nama Yang Tidak Hadir Ket (izin/sakit/tanpa ket.) Alasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

MULAHAZHOH
CATATAN

Pementor

(.............................................................)
86

PEKAN 7
BAHAYA LIDAH

Bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW:


siapa orang muslim yang terbaik? Beliau menjawab: orang
muslim yang selamat dari lidah dan tangannya (HR Muslim)
“Barangsiapa mampu menjamin bagiku apa yang di
antara dua jenggotnya (lidah), dan apa yang di antara dua
kakinya (kemaluan), aku jamin untuknya surga. (HR Bukhori)
Barangsiapa yang beriman dengan Allah dan hari
akhirat, maka hendaklah ia mengucapkan perkataan yang baik
atau lebih baik diam. (HR Bukhori)
Tiada satu patah kata pun yang kita ucapkan luput dari
pendengaran Allah. Tiada satu kata pun yang diucapkan pasti
memakan waktu. Tidak satu patah kata pun yang kita ucapkan
kecuali dengan sangat pasti harus kita pertanggungjawabkan
di hadapan Allah SWT. Maka, sebaik-baik dan seberuntung-
beruntungnya manusia adalah orang yang sangat mampu
memperhitungkan dan memperhatikan setiap kata yang
diucapkannya.
Sahabat, termasuk bagian dari kenikmatan yang
diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah lisan. Dengan lisan,
kita dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan kita.
Terkadang kita menganggap sepele atau bahkan melupakan
perkara yang berhubungan dengan lisan sehingga kita sering
mendengar seseorang yang mengucapkan sesuatu yang tanpa
disadari bisa menimbulkan murka Allah SWT.
Lisan terkadang bisa mengantarkan pemiliknya ke
tingkat tertinggi apabila lisan itu digunakan untuk kebaikan
atau diarahkan kepada apa yang diridhai Allah SWT. Namun
lisan juga dapat menjerumuskan pemiliknya ke tingkat yang
paling rendah, yaitu apabila lisan digunakan untuk perkara
yang tidak diridhai Allah SWT.
Alangkah beruntungnya orang yang kuasa menahan
lisannya dan menggantinya dengan bberdzikir. Berkata sia-sia
mengundang bala, berdzikir kepada Allah mengundang
87

rahmat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Setiap


ucapan Bani Adam itu membahayakan dirinya (tidak memberi
manfaat), kecuali kata-kata berupa amar ma‟ruf dan nahi
munkar serta berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla (HR.
Turmudzi)
Lidah adalah salah satu ayat Allah, juga salah satu
nikmat-Nya. Sebaiknya, kita manusia memeliharanya dari dosa
dan kemaksiatan, serta menjaganya dari ucapan-ucapan yang
bisa menimbulkan penyesalan dan kerugian. Lidah akan
menjadi saksi pada hari kiamat. “pada hari ketika lidah,
tangan,dan kaki menjadi saksi atas mereka apa-apa yang
dahulu mereka kerjakan.” (QS 24:24)
Sahabat, ada banyak jebakan-jebaka dosa yang
dilakukan lisan kita. Semoga kita bisa diberi kekuatan Allah
untuk menghindarinya.
Pertama: Kata-kata yang Tidak Berguna
Nabi SAW telah bersabda, “Kadang seseorang
mengucapkan kata tanpa dipertimbangkan sebelumnya,
sehingga menimbulkan kerugian dan penyesalan.
“Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan
kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke
dalam neraka yang jaraknya jauh antara timur dan barat.”
(Muttafaqun „alaih)
Bila seseorang telah mengerti bahwa ia akan dihisab
dan dibalas atas segala yang diucapkan , maka dia akan tahu
bahaya kata-kata yang diucapkan lidah, dan ddia pun akan
mempertimbangkan dengan matang sebelum lidahnya
dipergunakan. Allah berfirman: “Tiada suatu ucapan pun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir.” (Qof: 18)
Kedua: Berbicara Berlebihan
Lisan bagai jaring. Jika menjaringnya baik, akan
mendapatkan hasil yang baik. Sebaliknya, jika tidak baik,
hasilnya akan sedikit dan melelahkan. Kata orang, lidah tidak
bertulang, maka lebih senang mengatakan apa-apa tanpa
88

berfikir. Bahaya lidah ini sebenarnya besar sekali. Nabi


Muhammad SAW juga pernah bersabda, “Tiada akan lurus
keimanan seorang hamba, sehinggalurus pula hatinya, dan
tiada akan lurus hatinya, sehingga lurus pula lidahnya, dan
seorang hamba tidak akan memasuki surga, selagi
tetangganya belum aman dari kejahatannya.”
Allah telah memberikan batasan tentang pembicaraan
agar arahan pembicaraan kita bermanfaat dan berdampak
bagi sesama, sebagaimana firman-Nya: “Tidak ada kebaikan
pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-
bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi
shodaqoh atau berbuat ma‟ruf dan mengadakan perdamaian di
antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian
karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi
kepadanya pahala yang besar.” (Annisa:114)
Ketiga: Berbicara ma’siyat dan batil
Pembicaraan batil dan ma‟siyat sangat-sangat
berbahaya. Membicarakan perempuan, warung-warung
minuman keras, tempat-tempat ma‟siyat, adalah contoh-contoh
dari perbuatan batil lisan kita. Semua itu todak boleh
diperbincangkan! Berhukum haram untuk diperbincangkan.
Rasulullah mengingatkan hal ini dalam sebuah hadits
“Orang yang paling besar dosanya pada hari kiamat adalah
orang yang paling banyak melibatkan diri dalam pembicaraan
yang batil.” (HR Abu Dunya)
Keempat: berbantahan, bertengkar, dan debat kusir
Perdebatan dalam isu-isu agama dan ibadat tidak
banyak faedah yang didapat kecuali jika dilangsungkan
dengan etika debat yang benar, hormat-menghormati antar
peserta dan dengan kekuatan ilmiah yang meyakinkan.
Biasanya debat yang tidak dikawal oleh akhlak lebih banyak
mengundang kepada pertengkaran dan permusuhan.
“Serulah ke jalan Tuhanmu wahai Muhammad dengan
hikmat kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan
89

berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik.”(An-


Nahl: 125)
Sahabat, kalau kita simak ayat itu maka kita memahami
bahwa debat diletakkan pada tempat terakhir, yaitu selepas
pendekatan hikmah dan nasihat yang baik. Debat menjadi
langkah terakhir, bukan karena kurang berkesan atau tidak ada
faedahnya, tetapi karena kesukaran mematuhi aturan, akhlak,
adab, dan aturannya. Selalu saja kalau orang berdebat,
masing-masing menginginkan dirinya menang. Maka dari itu,
hindari perdebatan sebisa mungkin kalaupun terpaksa, maka
harus dengan adab dan etika yang benar.
Kelima: banyak omong yang berlebihan
Mulutmu harimaumu, seyogyanya setiap pemimpin
menjaga ucapannya. Sebab, salah-salah mulutnya bisa
menjadi sumber malapetaka. Pepatah di atas mengingatkan
kita semua agar lebih hati-hati dalam berucap dan
mengeluarkan pernyataan. Bahwa sumber dari segala
bencana di dunia ini buka pada bencana alam, letusan gunung
berapi, banjir, ataupun gempa bumi, melainkan bersumber
pada mulut kita sendiri.
Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah pertama pengganti
Rasulullah pernah meletakkan tongkat di mulutnya untuk
menjaga ucapannya. Lalu ia menunjuk lisannya seraya
berkata: “Inilah yang dapat mengeluarkanku dari tempat-
tempat keluar (maksudnya:keluar dari batas –batas
kebenaran).”
Sebagai khalifah, Abu Bakar dikenal orang yang paling
hemat berbicara. Ketika ditunjuk menjadi khalifah, ia hanya
berpidato sebentar, tapi kata-katanya dihafal oleh para
sahabat, juga kaum muslimin hingga sekarang. Singkat, tapi
padat. Penuh arti dan konsisten. Apa yang dikatakan, itulah
yang ada di dalam pikiran dan perasannya. Antara ucapan dan
tindakannya tidak terdapat perbedaan. Antara ucapannya hari
ini dan besok tidak saling bertentangan.
90

Meskipun Abu Bakar memerintah kaum muslimin dalam


tempo yang amat singkat, tapi banyak hal yang bisa
diselesaikan. Ancaman disintegrasi (pemurtadan), kerusuhan
rasial antar suku dan golongan, dan berbagai gejolak dalam
negeri segera dapat diatasi, bukan dengan kata-kata, tapi
tindakan. Bukan dengan lelucon, humor, apalagi gaya
ketoprakan. Sahabat, model pemimpin seperti ini kan yang
dibutuhkan bangsa kita? Tidak banyak janji tapi bekerja
dengan sepenuh hati.
Keenam: banyak bercanda dan bergurau
Lho, apa bercanda dilarang? Tentu saja tida! Hanya
kebanyakan bercanda dan bergurau, kata Rasulullah akan
membuat hati kita mati. Masih ingat bukan tentang qalbun
mayyit (hati yang mati)? Tentunya kita tidak menginginkannya.
Bercanda yang benar sajalah yang dibenarkan dalam
Islam. Rasulullah acapkali bercanda. Rasulullah SAW
bersabda: “Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad SAW) suka
juga bersenda gurau dan saya tidak akan mengatakan kecuali
yang benar-benar.” Seperti kisah Rasulullah bersama seorang
nenek yang menanyakan apakah si dia (nenek tsb) akan
masuk surga. Dan dijawab Rasulullah, bahwa hanya orang
muda saja penghuni syurga. Si nenek pun terkeut, dan
akhirnya Rasulullah menerangkan bahwa orang tua akan
menjadi muda kembali bila masuk urga. Rasulullah SAW
berkata: “Sesungguhnya engkau (hai Ibu tua) tidak lagi berupa
seorang tua bangka pada waktu itu (yakni setelah masuk
surga. Karena Allah Ta‟ala berfirman: “Sesungguhnya kami
menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung.”
Ketujuh: Ungkapan yang menyakitkan, kata-kata jorok,
dan caci maki
Ungkapan yang menyakitkan (orang jawa sering
menyebutnya nyelekit), kata-kata jorok, dan caci maki adalah
termasuk penyakit-penyakit lisan. Untuk itu Imam Al-Bashri
mengemukakan bahwa lidah orang berakal itu terletak di
belakang akalnya. Jika ia hendak berkata, diperkirakannya
91

lebih dahulu. Kalau perkataan itu kira-kira bakal bermanfaat


baginya, ia akan mengucapkannya. Kalau dirasakannya akan
membahayakan dirinya, ia memilih diam.
Sedangkan hati orang dungu terletak di belakang
lidahnya. Jika ia mau berkata, langsung saja diucapkannya.
“Apalagi mengatakan yang tidak pernah dikerjakan, an
membungkus keburukan hati dan keculasan perangai dengan
ucapan indah yang berbunga-bunga. Barangkali manusia
dapat dikelabui, tetapi apakah Allah SW. dapat ditipu?
Kedelapan: melaknat
Melaknat bagi manusia, hewan atau benda mati adalah
perkara-paerkara yang mengotori lisan kita. Hati-hati pula
dengan laknat yang kita berikan pada seseorang atau sesuatu
karena laknat itu bisa berbalik ke diri kita. “apabila sebuah
laknat terucap dari mulut seseorang, maka ia (laknat itu) akan
mencari sasarannya. Jika ia tidak mempunyai jalan menuju
sasarannya, maka ia akan kembali kepada orang yang
mengucapkannya.”
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah ia berkata, “
Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Dahulu kala ada dua
orang Bani Israil yang bersaudara. Salah seorang di antara
keduanya sering berbuat dosa, sedangkan yang lain tekun
beribadah. Yang tekun beribadah selalu mendapati
saudaranya berbuat dosa, ia berkata, „Tahanlah dirimu dari
berbuat dosa! Pada suatu hari, ia melihat serupa, ia berkata,
“Tahanlah dirimu.‟ Saudaranya berkata, biarkan aku bersama
Rabbaku! Apakah engkau diutus menjadi pengawasku?‟ maka
ia pun berkata kepada saudaranya tersebut, Demi Allah, Allah
tidak mengampuniu atau demi Allah, Allah tidak akan
memasukkanmu ke dalam surga.‟ Kemudia ruh keduanya
dicabut, lalu bertemu kembali di hadapan Allah Rabbul
A‟alamin.Allah berkata kepada yang tekun beribadah, Apakah
engkau mengetahui tentang Aku? Atau apakah engkau
berkuasa atas apa yang ada di tangan-Ku?‟ Kemudia Allah
berkata kepada saudaranya, „Masuklah ke dalam surga
92

dengan rahmat-Ku.‟ Dan Allah berkata kepadanya, “Seret ia ke


neraka!”
Abu Hurairah berkata, “Demi Dzat yang jiwaku ada di
tangan-Nya, orang tersebut telah mengatakan sebuah kalimat
yang menghancurkan dunia dan akhiratnya.” (HR Abu Daud
dengan sanad hasan)
Sahabat, cobalah perhatikan kalimat yang diucapkan
oleh seorang ahli ibadah tadi ternyata lebih besar daripada
dosa yang telah dilakukan saudaranya, karena ia berani
bersumpah atas nama Allah Hanya Allah sajalah yang dimintai
pertolongan-Nya.
Kesembilan: bernyanyi dan bersyair
Sahabat, tahukah kamu bahwa bernyanyi dan bersyair
adlah racun hati? Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 6
“Dan di antara manusia (ada yang mempergunakan perkataan
yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan
Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu bahan
olok-olokan.” Seorang sahabat yang dijuluki Rasulullah “Sang
penterjemah Al-Qur‟an” Ibnu Abbas ra menafsirkan perkataan
yang tidak berguna adalah nyanyian.
Nyanyian dan musik merupakan dua pintu yang dilalui
setan untuk merusak hati dan jiwa. Kaitannya dengan hal itu,
Imam Al-Hafiz Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata : “Di antara
tipu daya setan –musuh Allah- dan di antara jerat yang
dipasangnya untuk orang yang sedikit ilmu, akal, dan
agamanya, sehingga orag yang bersangkutan tersebut
terjebak ke dalamnya untuk mendengarkan kidung dan
nyanyian yang diiringi musik yang diharamkan. Satu hal yang
mengherankan adalah sebagian manusia yang mengaku
memiliki konsentrasi untuk ibadah justru telah menjadikan
nyanyian, tarian, dan lagu-lagu itu sebagai wahana untuk
beribadah, sehingga mereka meninggalkan Al-Qur‟an.”
Tentu tidak semua musik dilarang. Ada beberapa
nyanyian yang diperbolehkan yaitu: menyanyi pada hari raya.
Nabi SAW bersabda: “Pembeda antara yang halal dan yang
93

haram adalah memukul rebana dan suara (lagu) pada saat


pernikahan.”(HR Ahmad)
Musik juga diperbolehkan jika bertujuan untuk
membangkitkan semangat ketika bekerja. Pada saat
Rasulullah SAW dan para sahabat menggali paritdalam perang
Khandak, beliau bersenandung, “Ya Allah tiada kehidupan
kecuali kehidupan akhirat maka ampunilah kaum Anshar dan
Muhajirin.” Seketika kaum Anshar dan Muhajirin
menyambutnya dengan senandung lain, “Kita telah membai‟at
Muhammad, kita selamanya selalu dalam jihad.”
Ketika menggali tanah bersma para sahabatnya, Rasul
SAW juga bersenandung dengan syair Ibnu Rawahah yang
lain, “Demi Allah, jika bukan karena Allah, tentu kita tidak
mendapat petunjuk, tidak pula kita bersedekah, tidak pula
mengerjakan shalat. Maka turunkanlah ketenangan kepada
kami, mantapkan lankah dan pendirian kamiijika bertemu
dengan musuh. Orang-orang musryik telah mendurhakai kami,
jika mereka menginginkan fitnah, maka kami menolaknya.”
Dengan suara koor dan tinggi mereka balas bersenandung,
“Kami menolaknya... kami menolaknya.” (Muttafaqq „alaihi)
Catatan pentingnya, dimanapun nyanyian atau musik
disenandungkan, maka isinya harus berisi kebaikan. Bukan
mentang-mentang di pernikahan, lagunya-lagu dangdut yang
diiringi syair yang melenakan dan seronok.
Nyanyian yang dibolehkan adalah yang mengandung
pengesaan Allah, kecintaan kepada Rasulullah SAWdengan
menyebutkan sifat-sifat beliau yang terpuji; atau mengandung
anjuran berjihad, teguh berpendirian, atau memperbaiki akhlak,
atau seruan kepada saling mencintai, tolong menolong di
antara sesama, atau menyebutkan beberapa kebaikan Islam,
berbagai prinsipnya, serta hal-hal lan yang bermanfaat buat
masyarakat Islam,baik dalam agama, atau akhlak mereka.
Kesepuluh: berfasih-fasih dalam berbicara untuk
menarik perhatian
94

Salah satu modal untuk dapat diterima dalam menjalin


hubungan dengan orang lain adalah menarik perhatian. Untuk
itu kerap kali orang berakting untuk mendapat perhatian orang
lain. Namun, kadang orang sering kebablasan dalam akting
yang dimainkan, sehingga sering dijuluki ocer acting, sok
gagah, sok fasih. Misalnya saja ada orang yang sering
menggunakan aksen Inggris untuk menunjukkan bahwa dia
dapat berbahasa Inggris. Atau dengan aksen Arab, walaupun
pada kenyataannya tidak.
Pernah dalam kampanye Pemilu, seorang jurkam
sebuah parpol besar (dengan penuh semnagat berpidato di
hadapan massanya) berkata, “Saudara-saudara parpol kami
sangat berempati dan antonius dengan nasib rakyat jelata..”
(Maksudnya mungkin antusias). Wah, jadi berabe kan?
Kesebelas: dusta atau berbohong dalam perkataan,
janji dan sumpah
Allah befirman dalam surah Al-Hajj ayat 30 bermaksud,
“Hendaklah kita menjauhi perkatan-perkataan dusta.” Dalam
peribahasa mengatakan, “Karena Lidah, (mulut) badan
binasa.” Ini mengingatkan kita untuk hidup dalam suasana
yang tenteram, aman , dan damai. Hendaklah awasi lidah
karena melalui tutur kata akan menjadi lebih benar, beradab,
dan bahasanya lebih santun.
Sahabat, berhati-hatilah! Tabiat suka berbohong
termasuk dalam kategori dosa-dosa besar setelah syirik
(menyekutukan Allah) dan durhaka terhadap kedua orang tua.
Ini ditegaskan dalam sabda Rasulullah SAW: “Maukah, kamu
aku tunjukkan perihal dosa-dosa besar? Kami menjawab, “Ya,
tentu mau wahai Rasulullah.” Rasulullah menjelaskan,
“Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua. Oh,
ya (ada lagi) yaitu perkataan dusta.” (Muttafaq „alaih)
Kedua belas: ghibah
Ghibah berarti menceritakan keburukan orang lian atau
istilahh masa kini kita kenal dengan ngegosip. “Ya Rasulullah,
apakah ghibah itu? Rasul menjawab: Ituadalah menyebutkan
95

tentang saudaramu akan sesuatu yang membuat dia merasa


jijik. Aku berkata: Ya Rasulullah, bagaimana jika hal tersebut
memang ada pada dirinya? Rasul menjawab: Ketahuilah,
bahwa menyebut tentang sesuatu yang memang ada pada
dirinya, berarti kamu telah mengumpatnya.”Abu Dzar berkata,
“Nabi SAW bersabda: Ghibah merupakan suatu dosa yang
lebih besar daripada berzina. Kataku: bagaimana itu, ya
Rasulullah? (Rasul menjawab): itu karena orang yang berzina,
jika dia bertobat kepada Allah, Allah menerima tobatnya.
Namun, ghibah tidak diampuni oleh Allah, hingga korban
daripada ghibah mengampuninya.
Sahabat, biarkan Rasulullah menggambarkan ghibah
adalah perbuatan yang menjijikkan, yaitu makan bangkai orang
yang dibicarakan. Dalam sebuah perkalanan ke suatu daerah,
para sahabat diatur agar setiao dua orang yang bertemu,
membantu seorang yang tak mampu (tentang makan-minum).
Kebetulan Salman Al-Farisi diikutkan pada dua orang, tetapi
ketika itu ia lupa tidak melayani keperluan keduanya. Ia
disuruh minta lauk kepada Rasulullah SAW. Dan setelah ia
berangkat, keduanya berkata, “Seandainya ia pergi ke sumur,
pasti surutlah sumurnya.”
Sewaktu Salman menghadap, beliau bersabda,
“Sampaikan kepada kedua temanmu bahwa kalian telah
makan lauk-pauknya.” Setelah ia menyampaikan kepada
mereka berdua, lalu keduanya menghadap kepada Nabi SAW
dan katanya, “Kami tidak makan lauk pauk dan seharian kami
tidak makan daging.” Kemudia saudaramu (Salman) begini-
begitu. Maukah kalian memakan daging orang mati?” mereka
menjawab, “Tidak!” jika kalian tidak mau makan daging orang
mati, maka janganlah kalian ghibah mengatakan kejelekan
orang lian, sebab yang demikian itu berarti memakan daging
saudaranya sendiri.”
Ketigabelas: sanjungan yang menjerumuskan
Imam Ats-Tsauri menuurkan, “Apabila engkau bukan
termasuk orang yang takjub terhadap diri sendiri, hal lain yang
96

perlu diingat ialah; hindarilah sifat senang disanjung orang.”


Maksudnya, bukan orang lain tidak boleh memuji perbuatanmu
itu, tetapi janganlah kamu meminta pujian dari orang lain.
Hendaknya engkau selalu berhubungan dengan Allah SWT
(dengan selalu mengingatnya-pent).
“Barangsiapa mencari ridha Allah SWT, meskipun
menimbulkan kemarahan manusia, niscaya Allah SWT akan
meridhainya dan akan membuat manusia ridha terhadapnya.
Dan barangsiapa yang mencari kesenangan manusia, hingga
membuat Allah murka maka Allah murka kepadanya dan
membuat manusia murka terhadapnya.” (HR At-Tirmidzi)
Sahabat, sringkali kita temui di masyarakat kita adanya
sanjungan-sanjungan yang berlebihan. Biasanya kita dapati
pada masyarakat yang budaya paternalistiknya sangat kuat,
budaya Asal Bapak Senang; budaya Yes Man dan sebagainya.
Berbagai gelar, acapkali disematkan sebagai tanda loyalnya
bawahan terhadap atasan, misalnya Bapak Revolusi, Wali ul
Amri, Bapak Pembangun, dan banyak bentuk-bentuk
sanjungan yang pada akhirnya justru akan menghancurkan
orang tersebut. Seperti Fir‟aun yang selalu disanjung, dipuja
oleh rakyatnya, dan pada gilirannya Fir‟aun mendeklarasikan
dirinya sebagai tuhan. Dan kita tahu bagaimana akhir dari
kehidupan Fir‟aun yang sangat tragis dan mengenaskan. Dan
hanya Allah yang pantas mendapat segala jenis sanjungan
dan pujian.
Keempatbelas: Menyebutkan hal yang bikin malu-
kejelekan yang diceritakan untuk ditertawakan
“Celakalah orang yang berdusta supaya ditertawakan
orang lain. Celakah dia, celakah dia!” (HR. Tirmidzi)
Nah, sahabat berhati-hatilah dengan yang satu ini
karena kita sering melakukannya, dan menikmatinya.
Rasulullah melarang kita berkata dusta, hal-hal yang
memalukan, atau kejelekan orang lain untuk mengundang
tawa. Padahal kita saksikan accara komedi di televisi lawakan-
lawakannya seputar itu semua. Sebut saja empat mata. Acara
97

itu penuh dengan penghinaan, ejekan pada yang lain, dan


lelucon porno. Kan hanya bercanda? Ya, memang hanya
bercanda, tapi hal tersebut itu dilarang karena mengotori lisan
kita.
Menjelang perpisahannya dengan Nabi Musa as, Nabi
Khidir as, memberi nasihat, “Hai Musa, janganlah terlalu
banyak bicara, dan jangan pergi tanpa perlu,, dan jangan
banyak tertawa, juga jangan menertawakan orang yang
berbuat salah, dan tangisilah dosa-dosa yang telah kamu
perbuat, hai putra Ali „Imran.” (Tanbighul Ghafilin: 192-193).
Kelima belas: adu domba atau menghasut
Sahabat, masih ingat devide et impera. Yup. Itulah
politik yang digunakan Belanda untuk menghancurkan bangsa
Indonesia dan akhirnya menjajah dan menjarah kekayaan
negeri ini. Politik adu dombalah yang kemudian menyebabkan
bangsa kita kalah melawan pasukan Belanda yang tidak
seberapa. Demikian besar efek adu domba ini, maka
Rasulullah melarang keras perbuatan ini. Bahkan ancamannya
adalah tidak akan pernah kebagian tiket masuk surga.
“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu
domba.” (Muttafaq „alaih)
Keenam belas: membocorkan rahasia
Apakah sahabat pernah dicurhati oleh seorang teman?
Dia menceritakan apa yang tidak dia ceritakan pada orang lain
namun dia percaya pada kita. Itulah amanah, amanah untuk
menjaga rahasia teman kita tersebut. Salah satu sifat orang
beriman adalah dia selalu amanah dan mampu menjaga
rahasia.
Ingat! Setiap yang kita ketahui tidak harus dikatakan,
setiap apa yang harus dikatakan belum tentu pada tempat dan
kondisi yang tepat.
Ketujuh belas: bertanya yang bukan-bukan, hingga
memberatkan orang yang menjawab
98

Suatu hari seserang ustadz ditanya oleh seseorang,


“Ustadz apa hukumnya makan daging kodok, daging tupai, dan
kelelawar.”
Sang ustadz balik bertanya, “Apa pekerjaanmu?”
“Aku seorang petani ustadz,” jawab orang itu.
“Apakah kau punya hewan ternak” tanya Ustadz lagi.
“Punya Ustadz, aku punya sapi, kambing, dan ayam,”
jawabnya.
“Kalau begitu, kau makan dulu sapi, ayam, dan
kambingmu. Tidak perlu kau pikirkan kodok, tupai, dan
kelelawar.”
Cerita di atas adalah sebuah ilustrasi tentang
bagaimana seharusnya kita bertanya. Terkadang kita banyak
bertanya pada hal-hal yang memang tidak perluditanyakan.
Mempermasalahkan sesuatu yang sebenarnya belum tentu
terjadi. Ya, seperti pertanyaan orang itu. dia bertanya
kehalalankodok, tupai, dan kelelawar, padahal di sekitarnya
ada hewan dengan daging lezat. Kenapa pua harus
meributkan kodok, tupai, dan kelelawar?
Abu Hurairah ra menceritakan bahwasanya dia
mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Apa yang aku larang
kalian dari (mengerjakan)nya maka jauhilahi ia, dan apa yang
aku perintahkan kalian untuk (melakukan)nya, maka
lakukanlah sesuai kemampuan kalian. Karena sesungguhnya
yang menghancurkan orang-orang sebelum kalian adalah
karena banyaknya pertanyaan-pertanyaan mereka (ynag
mereka ajukan) dan perselisihan mereka dengan para Nabi-
Nabi (yang diutus kepada) mereka.” (HR Bukhari Muslim)
99

EVALUASI PEKANAN MENTORING


1. Tahun
2. Bulan
3. Realisasi Waktu
4. Pertemuan ke/Pekan ke
5. Jumlah Anggota/peserta
6. Murobbi

MUTABAAH AKTIVITAS
No Evaluasi Jumlah
1. Kehadiran
Halaqah
2. Kehadiran
Kajian
3. Shalat
Berjamaah
4. Shalat Rawatib
5. Tilawah Quran
6. Hafalan Al
Qur‟an
7. Shaum Sunnah
8. Qiyamul Lail
9. Al Matsurat
10. Infaq
11. Membaca
Berita
12. Olahraga
13. Silaturrahim
14. Mengisi
Mentoring
15. Rapat/Agenda
Wajihah

REALISASI AGENDA
No Baramij Petugas Uraian pelaksanaan Ket.
1. Iftitah Rabbani
2. Tilawah Al-Quran Nama Ayat... Ayat....
Surat s/d

3. Tahfidz Al-Quran Surat Ayat


Nama Keterangan dari Sampai Jumlah
Surat
a.
b.
100

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
4. Kultum
5 Talaqqi Materi
6. Mutaba‟ah Materi
7. Info/pengumuman
8. Ikhtitam Rabbani

ALASAN KETIDAKHADIRAN (Anggota yang tidak hadir)


No. Nama Yang Tidak Hadir Ket (izin/sakit/tanpa ket.) Alasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

MULAHAZHOH
CATATAN

Pementor

(.............................................................)
101

PEKAN 8
BIRRUL WALIDAIN

Birrul Walidain

Berbakti Pada Orang Tua


Keutamaan:
1. Sebaik-baik pintu surga
2. Melapangkan rizki
3. Setara dengan perintah ibadah pada Allah
4. Ridho Allah
5. Doanya ijabah
Caranya:
1. Bertutur yang halus dan lembut
2. Mentaati perintahnya
3. Mendoakan
4. Tidak mencaci orang lain
Kisah
5. Menyambung silaturahim, memintakan maaf, membayar uang,
menghajikan, dll

Doa seorang ibu


Namanya Juraij. Dia seorang yang sangat shaleh.
Sehari-harinya disibukkan dengan beribadah kepada Allah.
Shalat jamaahnya selalu terjaga. Lisannya selalu basah dengan
dzikir. Pandangan matanya terjaga dari kema‟siyatan.
Pendengarannya terhindar dari keburukan. Masyarakat pun
kagum dengan keshalehan Juraij.
Sampai pada suatu hari...
Orang-orang berbondong-bondong mendatangi Juraij.
Mereka membawa kapak dan linggis. Mereka berteriak-teriak
memanggil Juraij dengan teriakan kasar dan memekakkan
telinga. Juraij yang saat itu sedang tenggelam dalam
kekhusyuan shalat, tentu tidak menjawab panggilan mereka.
102

Akhirnya, ulailah mereka merobohkan tempat ibadahnya.


Seusai sholat, Juraij pun keluar menemui orang-orang. Tampak
wajah penuh amarah pada orang-orang itu. rasa kagum dan
hormat pada Juraij sudah tidak bersisa.
Apa gerangan yang membuat penduduk sedemikian
marah?
Musibah ini benar-benar musibah besar untuk seorang
Juraij. Dan ini semua karena sebuah doa kesal seorang ibu.
Pada suatu hari, Juraij sedang shalat di tempat peribadatan.
Karena ada suatu kepentingan, ibunya datang mendatangi
Juraij. Lalu ibunya berkata: hai Juraij, aku ibumu. Bicaralah
denganku! Kebetulan, sang ibu mendapati anaknya sedang
melaksanakan sholat. Saat itu Juraij berkata kepada diri sendiri
di tengah keraguan. „Ya Tuhan! Ibuku ataukah sholatku?
Kemudian Juraij memilih meneruskan sholatnya. Maka,
pulanglah Ibu tersebut.
Tidak berapa lama ibu itu kembali lagi untuk yang kedua
kali. Ia memanggil: Hai Juraij, aku ibumu, bicaralah denganku!
Kembali Juraij bertanya kepada dirinya sendiri. „Ya Tuhan,
Ibuku atau sholatku? Lagi-lagi dia lebih memilih meneruskan
sholatnya. Karena kecewa, akhirnya perempuan itu berdoa: „Ya
Tuhan, sesungguhnya Juraij ini adalah anakku. Aku sudah
memanggilnya berulang kali, namun ternyata dia enggan
menjawabku. Ya Tuhan, janganlah Engkau mematikan dia
sebelum Engkau perlihatkan kepadanya perempuan-
perempuan pelacur.‟
Inilah doa yang menyebabkan Juraij dituduh menzinai
seorang wanita. Tapi, syukurlah sang ibu tidak mendoakan
103

sesuatu yang sangat buruk pada Juraij. Untunglah sang ibu


hanya berddoa agar Juraij bisa diperlihatkan seorang pelacur.
Akhirnya, dengan doa ibunya pula, Juraij selamat dari tuduhan
itu.
Melihat rumah ibadahnya dirobohkan, Juraij menemui
mereka dan bertanya kenapa rumah ibadatnya dirobohkan?
Mereka berkata kepada Juraij dengan ketus: Tanyakan kepada
perempuan ini! Juraij tersenyum kemudian mengusap kepala
anak tersebut dan bertanya: Siapa bapakmu? Anak itu tiba-tiba
menjawab:: Bapakku adalah si penggembala kambing.
Subhanallah, bayi itu bisa berbicara dengan izin Allah dan
menyelamatkan Juraij dari tuduhan berzina. Syukurlah, ibuya
tidak mendoakan hal yang sangat buruk untuk Juraij.
Sahabat, apa pelajaran yang kau dapatkan dari kisah di
atas? Kisah yang diriwayatkan oleh Muslim tersebut.
Memberikan pelajaran tentang kekuatan doa seorang ibu. Kita
pun mendapat pelajaran betapa sangat pentingnya kita berbakti
pada orang tua.
Beruntunglah Juraij memiliki seorang ibu yang mampu
menahan diri di balik kekesalannya. Sehingga Juraij terhindar
dari tuduhan keji, menzinahi seorang perempuan. Bahkan ia
bisa membuktikan, dengan izi Allah bahwa wanita iu berzina
dengan lelaki lain melalui lisan bayi yang dilahirkan wanita itu
sendiri. Juraij yang bisa membuat bayi itu berbicara –dengan
izin Allah tentunya- adalah hasil dari doa ibunya. Ya Tuhan,
Janganlah Engkau mematikan dia sebelum Engkau perlihatkan
kepadanya perempuan-perempuan pelacur. Jika sang ibu
104

karena kekesalannya mendoakan keburukan untuk Juraij, maka


boleh jadi musibah besar akan terjadi pada Juraij.
Islam mengajarkan kepada kita utuk senantiasa berbakti
kepada kedua orang tua. Bahkan Allah menyandingkan
berbakti pada orangtua ini setara dengan perintah untuk
menyembah Allah SWT.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (Al-Isra‟: 23)
Sahabat semua, berbakti kepada kedua orangtua
mengandung keutamaan yang sangat besar. Bukankah kita
ingin masuk surga? Jika memang demikian, maka salah satu
hal penting yang harus kita lakukan adalah berbakti pada orang
tua kita, sebab mereka adalah sebaik-baik pintu surga.
Rasulullah pernah bersabda: Orang tua itu sebaik-baik pintu
surga, maka jagalah pintu itu sebaik-baiknya (HR Tirmidzi)
Yang lebih hebat lagi, Rasulullah menyampaikan bahwa
keridhaan dan kemarahan Allah itu tergantung dari orang tua.
Jika orang tua ridha, maka Allah ridha. Jika orang tua marah,
maka Allah pun ikut murka.
Di hadits yang lain tentang keutamaan berbaktipada
orang tua, Rasulullah menyebutkan, “Seorang datang kepada
Nabi SAW. Dia mengatakan hasratnya untuk ikut berjihad .
Nabi SAW bertanya kepadanya, “Apakah kamu masih
mempunyai kedua orang tua?” orang itu menjawab, “Masih.”
Lalu Nabi SAW bersabda, “Untuk kepentingan merekalah kamu
berjihad.” (Muttafaq „alaih)
105

Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabat tersebut


untuk berbakti pada orang tuanya sebagai bentuk jihad.
Padahal jihad adalah amal tertinggi di dalam Islam. Sahabat ini
diperintahkan Rasulullah untuk tetap di rumah dan berbakti
pada orang tuanya karena orang tuanya lebih membutuhkan
dia.
Tentu sahabat juga sudah familiar dengan ungkapan
“surga di bawah telapak kaki ibu”. Ungkapan ini sebenarnya
hadits dari Rasulullah SAW. Rasulullah SAW ditanya tentang
peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab, “Mereka
adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.” (HR.
Ibnu Majah). Artinya, kebaktian kita kepada mereka akan
mengantarkan kita ke surga, sedangkan kedurhakaan kita akan
menjerumuskan ke dalam neraka.
Sahabat, siapa yang tidak mau dilapangkan dan
dimudahkan rizkinya? Ternyata, kunci kelapangan dan
kemudahan rizki kita salah satunya tergantung dari bakti kita
kepada orang tua serta doa yang menyertai mereka. Tentang
hal ini Rasulullah bersabda, “Apabila seorang meninggalkan
doa bagi kedua orang tuanya maka akan terputus rezekinya.”
(HR Ad-Dailami). Atau kalau ingin terputus rizkinya, silakan
coba mendurhakai orang tua dan tidak mendoakan mereka.
Tapi, maaf kami tidak menanggung akibatnya!
Nah, sahabat jika berbakti pada orang tua begitu
penting dan sangat besar manfaatnya dalam kehidupan kita,
sekarang bagaimana cara kita berbakti pada orang tua? Ada
enam hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk bakti kita pada
orang tua.
106

Pertama: senantiasa berbicara haalus dan lembut


dengan mereka. Tidak membentak dan dan berkata kasar.
Bahkan kalau disebutkan di dalam Al-Qur‟an perkataan, “Ah”
sudah termasuk kategori kata kasar jika itu ditunjukkan pada
orang tua kita.
“Dan Tuhanmu telah memetintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dn hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepadanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataa
yang mulia. (Al-Isra‟: 23)
Cara kedua, kita berbakti kepada orang tua kita adalah
dengan senantiasa mengikutkan mereka dalam doa-doa kita.
Sahabat, sudah hafal doanya? Karena begitu pentingnya
masalah ini Allah menyebutkan sendiri dalam Al-Qur‟an
bagaimana mendoakan kedua orang tua kita.
Cara ketiga dalam berbakti pada orang tua adalah
dengan senantiasa mentaati perintahnya selama perintah itu
tidak melanggar aturan Allah dan Rasulullah. Pernah
mendengar kisah Nabi Ibrahim yang disuruh bapaknya menjual
Tuhan? Ya, menjual Tuhan yang dibuat sendiri olehbapak dan
nabi Ibrahim. Tuhan yang terbuat dari batu dan kayu. Tentu
saja, perintah bapaknya ini sangat bertentangan dengan hati
nurani nabi Ibrahim. Namu, demi tidak menyakiti hati bapaknya,
dibawalah tuhan-tuhan itu ke pasar. Nabi Ibrahim pun menjual
degan cara yang unik. Kalau penjual tuhan yang lain begitu
107

bersemangat dengan penawaran, Nabi Ibrahim tidak! Dia


menawarkan dengan cara yang lain.
“Siapa yang mau celaka silakan beli tuhan ini...”
“Siapa yang mau bodoh silakan beli tuhan ini...”
Nah, lho, mana mungkin laku kan? Tapi itulah strategi
sang nabi agar tidak menyakiti hati orang tuanya sekaligus tidak
berma‟siyat Allah SWT.
Keempat adalah memberi nafkah pada orang tua jika
sangat membutuhkan. Untuk yang satu ini, siapa di antara
sahabat yang sudah mampu? Yach, boro-boro kasih nafkah
orang tua, tiap bulan saja masih minta kiriman. Tiap semester
minta dibayarin. Belum lagi kalau ada keutuhan-kebutuhan lain
seperti wisata, beli baju lebaran, dsb.
Sahabatku, ada satu pola pikir yang salah tentang
kedewasaan. Dalam masyarakat kita orang disebut dewasa
ketika dirinya telah menikah atau usia di atas dua puluh tahun
bahkan lebih. Inilah yang menyebabkan kita tergantung pada
orang tua bahkan ketika umur kita sudah bertambah tua.
Padahal, kalau kita tilik kembali ajaran Islam, maka
sesungguhnya bagi seorang lelaki muslim kedewasaan itu
ditandai dengan ihtilam (mimpi basah/mimpi indah).
Ihtilam terjadi pada laki-laki pada umur sekitar 12 tahun.
Memang tiap orang berbeda ada yang mungkin lebih cepat.
Nah, sejak sahabat ihtilam itulah status kedewasaan sudah
melekat. Dan dewasa dalam Islam bagi seorang lelaki muslim
berarti seluruh tanggungan hidupnya menjadi tanggung
jawabnya sendiri, termasuk makan, pakaian, tempat tinggal,
dan pendidikan, dsb. Kalaupun orang tua kita membiayai hidup
108

kita maka itu adalah sedekah baginya, buka kewajiban.


Kalaupun mereka tidak lagi membiayai kita, maka sudah tiada
lagi dosa baginya.
Terus, kalau sekarang masih bergantung dengan ortu
bagaimana? Ya, segera berusaha untuk mandiri atau paling
tidak, meringankan beban orang tua dengan tidak menuntut
pemenuhan kebutuhan kita yang berlebihan. Apalagi kalau
uang yang kita minta hanya untuk foya-foya dan senang-
senang, inilah anak yang durhaka. Na‟udzubillah...
Kelima yang harus kita perhatikan dalam berbakti pada
orang tua adalah jangan sekali-kali memaki orang tua orang
lain. Apa hubungannya memaki orangtua orang lain. Apa
hubungannya memaki orang lain dengan berbakti pada orang
tua? Mari kita simak hadits Rasulullah sebagai berikut:
Termasuk dosa besar seorang yang mencaci –maki ibu-
bapaknya. Mereka bertanya, “Bagaimana (mungkin) seorang
yang mencaci-maki ayah dan ibunya sendiri?” Nabi SAW
menjawab, “Dia mencaci-maki ayah orang lain lalu orang itu
(membalas) mencaci-maki ayahnya dan dia mencaci-maki ibu
orang lain lalu orang lain itu pun (membalas) mencaci-maki
ibunya. (Muttafaq „alaih)
Jika orang tua kita telah meninggal, maka berbakti pada
orang tua bisa diwujudkan dengan menjalin silaturahmi dengan
sahabat-sahabat dekat orang tua kita, memintakan maaf,
memenuhi janji orang tua kita, dan membayar hutang-
hutangnya. Juga disunahkan jika kita mampu untuk
menghajikan orang tua yang ketika masih hidup belum sempat
berhaji.
109

Barangsiapa berhaji untuk kedua orang tuanya atau


melunasi hutang-hutangnya maka dia akan dibangkitkan Allah
pada hari kiamat dari golongan orang-orang yang
mengamalkan kebajikan. (HR Ath-Thabarani dan Ad-Daar
Quthni)
1
1
0

142

Anda mungkin juga menyukai