Disusun Oleh:
Reguler 1/ KELOMPOK 5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
1. Definisi
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan
pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang
disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga
sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih
sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya
tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada
anak-anak dan orang dewasa (Bradley et.al., 2011).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab
non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran
gas setempat (Bradley et.al., 2011).
2. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah
umur 2 tahun (Bradley et.al., 2011).
Bronkopneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia di bawah 5 tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak
diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat
pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Insiden pneumonia di
negara berkembang yaitu 30- 45% per 1000 anak di bawah usia 5 tahun, 16- 22% per
1000 anak pada usia 5-9 tahun, dan 7- 16% per 1000 anak pada yang lebih tua.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. 6,7 Berdasarkan
survei demografi kesehatan Indonesia prevalensi pneumonia balita di Indonesia
meningkat dari 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007.
Penyebab utama virus pneumoni pada anak adalah Respiratory Syncytial Virus
(RSV) yang mencakup 15-40% kasus diikuti virus inflamasi A dan B, parainfluenza,
human metapneumovirus dan adenovirus.
3. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan
pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis
dan memberikan terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
a. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris, Pneumonia interstitiali,
Bronkopneumonia
b. Berdasarkan asal infeksi yaitu Pneumonia yang didapat dari masyarakat
(community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang didapat dari rumah sakit
(hospital-based pneumonia)
c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab Pneumonia bakteri Pneumonia virus
Pneumonia mikoplasma Pneumonia jamur
d. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu Pneumonia tipikal Pneumonia atipikal
e. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia persisten.
4. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah
a. Faktor Infeksi : Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus
(RSV). Pada bayi : Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus. Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis. Pada
anak-anak yaitu virus: Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV. Organisme
atipikal: Mycoplasma pneumonia. Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium
tuberculosi. Pada anak besar – dewasa muda, Organisme atipikal: Mycoplasma
pneumonia, C. trachomatis. Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M.
tuberculosis.
b. Faktor Non Infeksi Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi:
Bronkopneumonia hidrokarbon yang terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan
muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan
bensin). Bronkopneumonia lipoid biasa terjadi akibat pemasukan obat yang
mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan
yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan
dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan
pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis
minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak
5. Faktor Risiko
a. Usia
Anak berusia di bawah dua tahun atau lansia sama- sama beresiko menderita
bronkopneumonia.
b. Kondisi media lain yang diderita
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita HIV/ AIDS,
kanker, lupus, atau penyakit kronis seperti jantung dan diabetes, memiliki resiko
yang tinggi terserang bronkopneumonia
c. Gaya hidup
Kecanduan minum- minuman beralkohol, merokok, dan asupan nutrisi yang tidak
baik menjadi faktor resiko kondisi ini.
6. Manifestasi Klinis
1. Menggigil mendadak, demam yang tinggi dengan cepat dan berkeringat banyak
2. Nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan batuk.
3. Sakit parah dengan takipnea jelas (25 – 45/menit) dan dispnea.
4. Nadi cepat dan bersambung
5. Bradikardia relatif ketika demam menunjukkan infeksi virus, infeksi mycoplasma
atau spesies legionella.
6. Sputum purulen, kemerahan, bersemu darah, kental atau hijau relatif terhadap
preparat etiologis.
7. Tanda-tanda lain: demam, krakles, dan tanda-tanda konsolidasi lebar (Baughman,
Diane C,)
7. Patofisiologi
Faktor resiko:
Disfungsional silia
Edema antara kapiler dan
alveoli
Inflamasi bronkus
Pengerasan dinding paru
Bronkopneumonia
Bronkopneumonia
B1
B2
Kuman berlebih di B3
Kollaps alveoli B4
bronkus
Infeksi Hipoksia
Proses peradangan Penurunan Oksigen dalam
pulmonary jaringan otak
dinding bronkus ratio ventilasi tubuh menurun
Peningkatan
Obstruksi jalan Suplai oksigen Infark otak Penimbunan
volume residu
nafas menurun asam laktat
Peradangan
Bersihan jalan nafas Kerja napas CO menurun Tidak dapat dikeluarkan
selaput otak
tidak efektif meningkat oleh ginjal
Ketidakcukupan Edema
Stimulasi chemoreseptor
Dyspnea pengisian sistem arteri jaringan otak Asidosis metabolik Oliguria
hipothalamus
- Ketidaktahuan
Bau mulut tidak sedap Peningkatan peristaltik usus Hipoperfusi jaringan
- Koping individu tidak efektif
- Ansietas
Anoreksia Malabsorpsi Metabolisme anaerob
- Kurang pengetahuan
10. Komplikasi
1. Abses kulit.
2. Abses jaringan lunak.
3. Otitis media.
4. Sinusitis.
5. Meningitis perikarditis.
6. Perikarditis. (Mansjoer, 2000:466)
11. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum meningkat.
(Doenges,2000:166-167)
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara dan bunyi
nafas adventisius, misal: mengi.
c. Ajarkan batuk efektif
d. Penghisapan sesuai indikasi.
e. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontra indikasi)
f. Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic.
g. berikan cairan tambahan, misal : IV
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan
akumulasi eksudat. (Doenges, 2000:167-168)
a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
b. Awasi frekuensi jantung atau irama.
c. Awasi suhu tubuh , sesuai indikasi, Bantu menurunkan demam dan menggigil,
misal : selimut tambahan atau menghilangkannya, suhu ruangan nyaman,
kompres hangat atau dingin.
d. Dipertahankan istirahat tidur.
e. Kaji tingkat ansietas.
f. Berikan terapi oksigen dengan benar , misal: masker, masker ventori.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan.
(Doenges, 2000:172-173)
a. Kaji perubahan tanda vital.
b. Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah)
c. Catat laporan mual atau muntah.
d. Pantau masukan dan keluaran, hitung keseimbangan cairan.
e. Tekankan cairan sedikitnya 2500ml/ hari atau sesuai kondisi individual
f. berikan obat sesuai indikasi, misal: antiseptik, antimetik
g. Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
4. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anorexia. (Doenges,2000:171-172)
a. identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah , misal: spuntum
banyak , pengobatan aerosol , dispnea berat , nyeri.
b. Berikan wadah tertutup untuk spuntum dan buang sesering mungkin
c. Auskultasi bunyi usus
d. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering dan atau
makanan yang menarik untuk pasien
e. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi
endotoksin pada hipotalamus. ( Doenges, 2000: 875-876)
a. Pantau suhu pasien.
b. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi.
c. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
d. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), Asetaminofen (Tylenol).
e. Berikan selimut pendingin
6. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi.( Doenges, 2000: 181-182)
a. Catat derajat ansietas dan takut.
b. Jelaskan proses penyakit dan prosedur dalam tingkat kemampuan pasien untuk
memahami dan menangani informasi.
c. Berikan tindakan kenyamanan, misal : perubahan posisi
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku membantu, misal: posisi yang
nyaman , fokus bernafas, tehnik relaksasi.
e. Dukung pasien atau orang terdekat dalam menerima realita situasi, khususnya
rencana untuk periode penyembuhan yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C. The management of
community-acquired pneumonia in infants and children older than 3 months of
age: Clinical practice guidelines by the pediatric infectious diseases society and
the infectious diseases society of America.2011.
Engram, Barbara, C. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa
Monika Ester, Volume 3. EGC. Jakarta.
A. Identitas klien
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
B. Status kesehatan sekarang
1. Keluhan utama
Saat MRS : Pasien datang ke rumah sakit dengan keadaan lemah,
demam, batuk, dan pilek
Saat Pengkajian : Pasien masih terlihat lemah dan rewel, demam, batuk
dengan dahak tidak bisa keluar serta pilek
2. Lama keluhan : Kamis (14 Maret 2019)
3. Kualitas keluhan :-
4. Faktor pencetus : Ibu mengatakan bahwa anak mengalami batuk-batuk
setelah minum air club, serta lingkungan rumah yang tidak bersih dengan ayah
yang merokok dan terdapat peliharaan burung di rumah
5. Faktor pemberat :-
6. Upaya yang telah dilakukan: sebelumnya telah dibawa dan diperiksa ke tenaga
kesehatan (bidan) dan telah diberikan obat antipiretik, seta obat-obatan untuk
batuk dan pileknya.
7. Diagnose medis :Bronkopneumonia
Kronis :-
Akut :-
d. Terakhir MRS :-
2. Alergi :-
E. Riwayat kehamilan dan persalinan
1. Prenatal
Ibu mengatakan saat hamil pasien, ibu telah melakukan pemeriksaan kehamilan
lengkap yaitu 4x
Nutrisi:
Mual-muntah:
2. Intranatal
Jenis persalinan: ibu mengatakan anak dengan dilahirkan dengan prosedur SC
3. Postnatal
ASI eksklusif: ibu mengatakan bayi diberikan ASI penuh selama 6 bulan
4. Imunisasi
Ibu mengatakan pasien telah melakukan imunisasi lengkap
An. S telah melakukan imunisasi :
- BCG
- Hepatitis 1, hepatitis 2, dan hepatitis 3
- Polio 0, 1,2, 3
- DPT 1, 2, 3
- Campak
- Hib 1, 2, 3
- Pneumokokus 1, 2, 3
2. Perkembangan
An. F sudah dapat :
G. Riwayat keluarga
Genogram:
60 th 50 th 50 th 44 th
30th 20 th
4 th 1 th
An. S merupakan anak kedua dari Ny. X dan Tn Y, dan tidak ada riwayat penyakit
dalam 2 generasi.
H. Lingkungan Rumah
5. Pencahayaan : Bagus
I. Pola Aktifitas
J. Pola nutrisi
Jenis Rumah Rumah Sakit
Jenis makanan Nasi, sayuran, telur Beras putih, daging ayam
Frekuensi makan 3x sehari Tidak mau makan
Porsi yang dihabiskan 3-6 sendok sekali makan -
Komposisi menu Nasi putih, bayam, dan telur Nasi putih dan ayam goreng
goreng
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Nafsu makan Kadang baik kadang buruk Nafsu makan buruk
Jenis minuman Air putih dan ASI Air putih dan ASI
Frekuensi minum >8x dengan ASI dan air putih >8x dengan ASI dan air putih
Jumlah minuman ±600 ml ±300 ml
K. Pola eliminasi
1. BAB
Jenis Rumah Rumah Sakit
Frekuensi 1x Diare 4x
Konsistensi Lunak Seperti lendir
Warna/bau Kuning Kuning
Kesulitan - -
Upaya menangani - -
2. BAK
Jenis Rumah Rumah Sakit
Frekuensi 2x mengganti popok 4x mengganti popok
Warna/bau Kuning (jernih) Kuning (jernih)
Kesulitan - -
Upaya menangani - -
L. Pola istirahat tidur
1. Tidur siang
Jenis Rumah Rumah Sakit
Lama tidur 4 jam 5 jam
Kenyamanan setelah tidur - -
2. Tidur malam
Jenis Rumah Rumah Sakit
Lama tidur 8 jam 8 jam
Kenyamanan setelah tidur - -
Kebiasaan sebelum tidur Digendong
Kesulitan - -
Upaya mengatasi - -
O. Konsep diri
1. Gambaran diri : (tidak terkaji)
2. Ideal diri : (tidak terkaji)
3. Harga diri : (tidak terkaji)
4. Peran : (tidak terkaji)
5. Identitas diri : (tidak terkaji)
Q. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda‐tanda vital
o Tekanan darah : (tidak terkaji)
o Nadi : 110x/menit
o Suhu : 37,90C
o RR : 26x/menit
Tinggi badan : 80 cm Berat badan :9,5 kg
b. Paru
Inspeksi : simetris, retraksi (-), luka (-)
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Resonana
Auskultasi : Rh - - Wh - -
- - - -
- - - -
S. Terapi
akumulasi sekret di
bronkus
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas
Kuman terakumulasi
dibronkus Mucus
meningkat
Mual dan
muntah
Ketidakseimbangan
nutrisi dari kebutuhan
Rencana Keperawatan
No. Diagnosa 1
Nama diagnosa Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Tujuan Setelah dilakukan perawatan 1 x 24 jam, sekret yang berada dijalan
napas pasien hilang
Indikator Status pernapasan: kepatenan jalan napas
Indikator 1 2 3 4 5
RR
Suara nafas tambahan (ronkhi)
Keterangan:
1. deviasi berat dari kisaran normal
2. deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
3. deviasi sedang dari kisaran normal
4. deviasai ringan dari kisaran normal
5. tidak ada deviasi dari kisaran normal
Indikator 1 2 3 4 5
Batuk
Akumulasi sputum
Keterangan:
1. sangat berat
2. berat
3. cukup
4. sedang
5. tidak ada
No. Diagnosa 2
Nama diagnosa Hipertermia
Tujuan Setelah dilakukan perawatan 1 x 24 jam suhu tubuh menurun
Indikator NOC : Keparahan infeksi
Indikator 1 2 3 4 5
Suhu
Peningkatan sel darah putih
Malaise
Keterangan:
1. sangat berat
2. berat
3. cukup
4. sedang
5. tidak ada
NOC: Hidrasi
Indikator 1 2 3 4 5
Turgor kulit
Membran mukosa lembab
Intake cairan
Keterangan:
1. sangat terganggu
2. sebagian besar terganggu
3. cukup terganggu
4. sedikit terganggu
5. tidak terganggu
Intervensi Kontrol infeksi
1. Jaga kebersihan lingkungan sekitar pasien
2. Ajarkan cara cuci tangan 5 langkah dan kapan saja waktu
untuk cuci tangan kepada keluarga
3. Dorong pasien untuk beristirahat
4. Berikan antibiotik sesuai resep
5. Ingatkan kepada keluarga untuk melakukan imunisasi dan
pentingnya imunsasi lengkap
6. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda- tanda infeksi dan
kapan harus melapor ke tenaga kesehatan
Perawatan demam
1. Pantau suhu dan tanda- tanda vital lainnya
2. Beri obat sesuai resep (antipiretik, antibakteri, dan agen anti
menggigil)
3. Tutup pasien dengan selimut dan pakaian yang ringan
4. Pantau komplikasi dari demam (misal kejang, penurunan
kesadaran,
5. Mandikan pasien dengan spons hangat
Managemen cairan
1. Kolaborasi pemberian IV D5%
2. Monitor status hidrasi (membran mukosa lembab, denyut nadi
adekuat)
3. Berikan cairan dengan tepat
No. Diagnosa 3
Nama diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Tujuan Setelah dilakukan perawatan 1 x 24 jam, pasien mau memakan
makanan yang telah disediakan
Indikator Status Nutrisi: Asupan makanan & cairan
Indikator 1 2 3 4 5
Asupan makanan secara oral
Keterangan :
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Sebagian besar adekuat
5. Sepenuhnya adekuat
NOC: status nutrisi
Indikator 1 2 3 4 5
Energi
BB/TB
Nafsu makan
Keterangan :
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal
5. Tidak menyimpang dari rentang normal
Intervensi Manajemen Nutrisi
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Identifikasi adanya alergi
3. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
pasien
4. Pastikan makan disajikan dengan menarik
5. Anjurkan keluarga mambawa makanan favorit pasien yang
sesuai dengan keadaan pasien
6. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
7. Pastikan diet mengandung TKTP
8. Monitor kalori dan asupan makanan
9. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Batuk 2 4 3 1. sangat
berat
Ronkhi 5 5 5 2. berat
3. cukup
Akumulasi 2 4 3 4. sedang
sputum 5. tidak
ada