Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA PADA An.S DI RUANG NUSA INDAH

RS TK. II DR. SOEPRAOEN KOTA MALANG

Disusun untuk memenuhi tugas Clinical Study 2 Departemen Pediatrik

Disusun Oleh:

M.YUSUF WAHYUDI 155070201111007

RENDA AVISTA DINNY SAPUTRI 155070201111009

ANIS SHOLIHA 155070201111011

KISMATUL HASANAH 155070201111013

Reguler 1/ KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
1. Definisi
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan
pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang
disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga
sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih
sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya
tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada
anak-anak dan orang dewasa (Bradley et.al., 2011).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab
non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran
gas setempat (Bradley et.al., 2011).
2. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah
umur 2 tahun (Bradley et.al., 2011).
Bronkopneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia di bawah 5 tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak
diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat
pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Insiden pneumonia di
negara berkembang yaitu 30- 45% per 1000 anak di bawah usia 5 tahun, 16- 22% per
1000 anak pada usia 5-9 tahun, dan 7- 16% per 1000 anak pada yang lebih tua.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. 6,7 Berdasarkan
survei demografi kesehatan Indonesia prevalensi pneumonia balita di Indonesia
meningkat dari 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007.
Penyebab utama virus pneumoni pada anak adalah Respiratory Syncytial Virus
(RSV) yang mencakup 15-40% kasus diikuti virus inflamasi A dan B, parainfluenza,
human metapneumovirus dan adenovirus.
3. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan
pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis
dan memberikan terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
a. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris, Pneumonia interstitiali,
Bronkopneumonia
b. Berdasarkan asal infeksi yaitu Pneumonia yang didapat dari masyarakat
(community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang didapat dari rumah sakit
(hospital-based pneumonia)
c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab Pneumonia bakteri Pneumonia virus
Pneumonia mikoplasma Pneumonia jamur
d. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu Pneumonia tipikal Pneumonia atipikal
e. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia persisten.
4. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah
a. Faktor Infeksi : Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus
(RSV). Pada bayi : Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus. Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis. Pada
anak-anak yaitu virus: Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV. Organisme
atipikal: Mycoplasma pneumonia. Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium
tuberculosi. Pada anak besar – dewasa muda, Organisme atipikal: Mycoplasma
pneumonia, C. trachomatis. Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M.
tuberculosis.
b. Faktor Non Infeksi Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi:
Bronkopneumonia hidrokarbon yang terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan
muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan
bensin). Bronkopneumonia lipoid biasa terjadi akibat pemasukan obat yang
mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan
yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan
dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan
pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis
minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak
5. Faktor Risiko
a. Usia
Anak berusia di bawah dua tahun atau lansia sama- sama beresiko menderita
bronkopneumonia.
b. Kondisi media lain yang diderita
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita HIV/ AIDS,
kanker, lupus, atau penyakit kronis seperti jantung dan diabetes, memiliki resiko
yang tinggi terserang bronkopneumonia
c. Gaya hidup
Kecanduan minum- minuman beralkohol, merokok, dan asupan nutrisi yang tidak
baik menjadi faktor resiko kondisi ini.
6. Manifestasi Klinis
1. Menggigil mendadak, demam yang tinggi dengan cepat dan berkeringat banyak
2. Nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan batuk.
3. Sakit parah dengan takipnea jelas (25 – 45/menit) dan dispnea.
4. Nadi cepat dan bersambung
5. Bradikardia relatif ketika demam menunjukkan infeksi virus, infeksi mycoplasma
atau spesies legionella.
6. Sputum purulen, kemerahan, bersemu darah, kental atau hijau relatif terhadap
preparat etiologis.
7. Tanda-tanda lain: demam, krakles, dan tanda-tanda konsolidasi lebar (Baughman,
Diane C,)
7. Patofisiologi

Faktor resiko:

- Penderita sakit berat yang


dirawat di RS
- Memiliki penurunan sistem
pertahan tubuh Etiologi

Aspirasi sekresi orofaringeal,


Bakteri, virus
aspirasi flora normal yang ada
dalam mulut

Inhalasi dan invasi mikroba ke


saluran pernapasan
Adanya percikan saliva/ mukus
ke alveoli

Iritasi jalan nafas


Peradangan alveoli

Disfungsional silia
Edema antara kapiler dan
alveoli

Inflamasi bronkus
Pengerasan dinding paru

Peningkatan sel PMN

Penumpukan eksudat serosa


di bronkial dan bronkiolus
terminal

Ekstrapasasi eksudat serosa


ke dalam alveoli

Konsolidasi daerah paru

Bronkopneumonia
Bronkopneumonia
B1

B2
Kuman berlebih di B3
Kollaps alveoli B4
bronkus

Infeksi Hipoksia
Proses peradangan Penurunan Oksigen dalam
pulmonary jaringan otak
dinding bronkus ratio ventilasi tubuh menurun

Penurunan volume Iskemia jaringan


Akumulasi sekret di Kapasitas difusi Anoksi jaringan
ekspirasi paksa otak
bronkus menurun

Peningkatan
Obstruksi jalan Suplai oksigen Infark otak Penimbunan
volume residu
nafas menurun asam laktat

Peradangan
Bersihan jalan nafas Kerja napas CO menurun Tidak dapat dikeluarkan
selaput otak
tidak efektif meningkat oleh ginjal

Ketidakcukupan Edema
Stimulasi chemoreseptor
Dyspnea pengisian sistem arteri jaringan otak Asidosis metabolik Oliguria
hipothalamus

Gangguan perfusi Defisit fungsi


Reaksi peningkatan - Pola nafas Gangguan kesimbangan Produksi urine
jaringan neurologis
panas tubuh tidak efektif asam basa menurun
- Kerusakan
pertukaran - Defisit Kerusakan sistem
Gangguan
Demam gas pemenuhan motorik dan sensorik
eliminasi urine
ADL
- Defisit
Gangguan perawatan diri Kaku kuduk, syncope
keseimbangan suhu - Resti cedera
B5 B6 Psikososial

Kuman terbawa di saluran - Adanya sesak napas


Mukus bronkus meningkat Suplai O2 ke jaringan menurun
pencernaan - Perubahan status kesehatan

- Ketidaktahuan
Bau mulut tidak sedap Peningkatan peristaltik usus Hipoperfusi jaringan
- Koping individu tidak efektif

- Ansietas
Anoreksia Malabsorpsi Metabolisme anaerob
- Kurang pengetahuan

Intake tidak adekuat Diare Kelemahan fisik, fatigue

Perubahan nutrisi kurang dari Gangguan keseimbangan Intoleransi aktifitas


kebutuhan cairan dan elektrolit
8. Pemeriksaan penunjang
1. Foto thoraks.
2. Laboratorium rutin:DPL, hitung jenis, LED, glukosa darah, ureum, creatinine, SGOT,
SGPT.
3. Analisa gas darah, elektrolit.
4. Pewarnaan gram sputum.
5. Kultur sputum.
6. Kultur darah.
7. Pemeriksaan serologi.
8. Pemeriksaan antigen.
9. Tes invasif ( Bronskopi, aspirasi jarum transtoraka, biopsy paru terbuka dan
thorakoskopi).(Rani, 2006:92)
Menurut Mansjoer Arif 2000, pemeriksaan penunjang dari Bronkopnemonia adalah:
A. Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan polimorfonuklear
atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk. Dapat
ditemukan anemia ringan atau sedang.
B. Pemeriksaan radiologi memberi gambaran bervariasi:
- Bercak konsolidasi merata para bronkopneumonia
- Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
- Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak- bercak infiltrat yang meluas hingga ke daerah perifer paru disertai
dengan peningkatan corakan peribronkial.
C. Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan
bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, pungsi pleura atau aspirasi paru.
Diagnosa dikatakan definitif apabila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atay
aspirasi paru.
D. C- Reaktif Protein (CRP)
CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi dan
non infeksi, infeksi virus atau bakteri, atau infeksi superfisialis atau profunda. Kadar
CRP lebih rendah pada infeksi virus atau infeksi superfisialis daripada profunda.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2
macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012; Bradley et.al., 2011) :
a. Penatalaksaan Umum
1) Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit  sampai sesak nafas hilang atau PaO2
pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
2) Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
3) Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
b. Penatalaksanaan Khusus
1) Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada
72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.
2) Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
3) Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi
klinis. Pneumonia ringan  amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan
angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90
mg/kgBB/hari).
1. Penatalaksanaan medis
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien perlu secepatnya, maka biasanya yang diberikan
antara lain:
a. Pennicillin 50000 unit/kg/BB/hari ditambah klorqmfenikol 80-90
mg/kg/BB/hari atau diberikan antibiotic yang mempunyai spectrum luas
seperti ampicillin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b. Berikan oksigen dan cairan intravena.
c. Diberikan korelasi, sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.
2. Penatalaksanaan terapeutik
a. Menjaga kelancaran pernafasan.
b. Istirahat.
c. Nutrisi dan cairan.
d. Mengontrol suhu.
e. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman.(Ngastiyah,
1997:41-43)
3. Penatalaksanaan medis umum.
a. Farmakoterapi
- Antibiotik (diberikan secara intravena)
- Ekspektoran.
- Antipiretik.
- Analgetik.
b. Terapi O2 dan nebulisasi aerosol.
c. Fisioterapi dada dengan postural. (Engram, 1998:61)

10. Komplikasi
1. Abses kulit.
2. Abses jaringan lunak.
3. Otitis media.
4. Sinusitis.
5. Meningitis perikarditis.
6. Perikarditis. (Mansjoer, 2000:466)
11. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum meningkat.
(Doenges,2000:166-167)
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara dan bunyi
nafas adventisius, misal: mengi.
c. Ajarkan batuk efektif
d. Penghisapan sesuai indikasi.
e. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontra indikasi)
f. Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic.
g. berikan cairan tambahan, misal : IV
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan
akumulasi eksudat. (Doenges, 2000:167-168)
a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
b. Awasi frekuensi jantung atau irama.
c. Awasi suhu tubuh , sesuai indikasi, Bantu menurunkan demam dan menggigil,
misal : selimut tambahan atau menghilangkannya, suhu ruangan nyaman,
kompres hangat atau dingin.
d. Dipertahankan istirahat tidur.
e. Kaji tingkat ansietas.
f. Berikan terapi oksigen dengan benar , misal: masker, masker ventori.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan.
(Doenges, 2000:172-173)
a. Kaji perubahan tanda vital.
b. Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah)
c. Catat laporan mual atau muntah.
d. Pantau masukan dan keluaran, hitung keseimbangan cairan.
e. Tekankan cairan sedikitnya 2500ml/ hari atau sesuai kondisi individual
f. berikan obat sesuai indikasi, misal: antiseptik, antimetik
g. Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
4. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anorexia. (Doenges,2000:171-172)
a. identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah , misal: spuntum
banyak , pengobatan aerosol , dispnea berat , nyeri.
b. Berikan wadah tertutup untuk spuntum dan buang sesering mungkin
c. Auskultasi bunyi usus
d. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering dan atau
makanan yang menarik untuk pasien
e. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi
endotoksin pada hipotalamus. ( Doenges, 2000: 875-876)
a. Pantau suhu pasien.
b. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi.
c. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
d. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), Asetaminofen (Tylenol).
e. Berikan selimut pendingin
6. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi.( Doenges, 2000: 181-182)
a. Catat derajat ansietas dan takut.
b. Jelaskan proses penyakit dan prosedur dalam tingkat kemampuan pasien untuk
memahami dan menangani informasi.
c. Berikan tindakan kenyamanan, misal : perubahan posisi
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku membantu, misal: posisi yang
nyaman , fokus bernafas, tehnik relaksasi.
e. Dukung pasien atau orang terdekat dalam menerima realita situasi, khususnya
rencana untuk periode penyembuhan yang lama.

DAFTAR PUSTAKA
Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C. The management of
community-acquired pneumonia in infants and children older than 3 months of
age: Clinical practice guidelines by the pediatric infectious diseases society and
the infectious diseases society of America.2011.

Doenges, Marilynn E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih Bahasa: I
Made Kriasa.EGC.Jakarta

Engram, Barbara, C. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa
Monika Ester, Volume 3. EGC. Jakarta.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Mansjoer, A (2000) Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.

Pengkajian Dasar Keperawatan Anak


Nama Mahasiswa : Kelompok 5 Tempat praktik : Nusa Indah

NIM :- Tanggal Praktik : 18 Maret 2019

A. Identitas klien

Nama : An. S No. Register : 322921

Usia : 1 tahun Tanggal Masuk : 15 Maret 2019

Jenis kelamin : Laki-laki Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2019

Alamat : Dau Sumber informasi : Orang tua (Ayah dan Ibu)

Nama orang tua : Ny. E


Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Suku : Jawa
B. Status kesehatan sekarang

1. Keluhan utama
 Saat MRS : Pasien datang ke rumah sakit dengan keadaan lemah,
demam, batuk, dan pilek
 Saat Pengkajian : Pasien masih terlihat lemah dan rewel, demam, batuk
dengan dahak tidak bisa keluar serta pilek
2. Lama keluhan : Kamis (14 Maret 2019)
3. Kualitas keluhan :-
4. Faktor pencetus : Ibu mengatakan bahwa anak mengalami batuk-batuk
setelah minum air club, serta lingkungan rumah yang tidak bersih dengan ayah
yang merokok dan terdapat peliharaan burung di rumah
5. Faktor pemberat :-
6. Upaya yang telah dilakukan: sebelumnya telah dibawa dan diperiksa ke tenaga
kesehatan (bidan) dan telah diberikan obat antipiretik, seta obat-obatan untuk
batuk dan pileknya.
7. Diagnose medis :Bronkopneumonia

C. Riwayat kesehatan saat ini


Pasien masuk rumah sakit pada hari jum’at dibawa ke IGD dengan keluhan demam
tinggi, batuk-batuk serta pilek, dan pasien terlihat lemah dan rewel. Setelah 4 jam di
IGD pasien dipindahkan ke ruangan anak (Nusa Indah) dengan keluhan masih sama.
Pada hari senin pasien masih terlihat lemah, rewel batuk-batuk dan pilek, namun
untuk suhunya mulai turun dari 39,50C menjadi 37,90C.
D. Riwayat kesehatan terdahulu

1. Penyakit yang pernah dialami

a. Kecelakaan (jenis dan waktu) :-

b. Operasi (jenis dan waktu) :Ibu mengatakan saat melahirkan An. S


dengan persalinan SC
c. Penyakit

 Kronis :-

 Akut :-

d. Terakhir MRS :-

2. Alergi :-
E. Riwayat kehamilan dan persalinan

1. Prenatal
Ibu mengatakan saat hamil pasien, ibu telah melakukan pemeriksaan kehamilan
lengkap yaitu 4x
Nutrisi:
Mual-muntah:
2. Intranatal
Jenis persalinan: ibu mengatakan anak dengan dilahirkan dengan prosedur SC
3. Postnatal
ASI eksklusif: ibu mengatakan bayi diberikan ASI penuh selama 6 bulan

4. Imunisasi
Ibu mengatakan pasien telah melakukan imunisasi lengkap
An. S telah melakukan imunisasi :
- BCG
- Hepatitis 1, hepatitis 2, dan hepatitis 3
- Polio 0, 1,2, 3
- DPT 1, 2, 3
- Campak
- Hib 1, 2, 3
- Pneumokokus 1, 2, 3

F. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


1. Pertumbuhan
BB : 11 kg
TB : 80 cm
Kesimpulan: Status gizi anak baik

2. Perkembangan
An. F sudah dapat :

 Motorik kasar : Bisa berdiri sendiri


 Bahasa : Dapat berbicara 1 kata
 Motorik halus : Dapat membenturkan 2 kubus
 Personal Sosial : anak dapat minum dengan cangkir

G. Riwayat keluarga

Genogram:
60 th 50 th 50 th 44 th

30th 20 th
4 th 1 th

An. S merupakan anak kedua dari Ny. X dan Tn Y, dan tidak ada riwayat penyakit
dalam 2 generasi.
H. Lingkungan Rumah

1. Kebersihan : Ibu mengatak rumah bersih karena disapu setiap hari

2. Bahaya kecelakaan : Rumah dekat dengan jalan raya

3. Polusi : Ayak merokok

4. Ventilasi : terdapat jendela di rumah

5. Pencahayaan : Bagus
I. Pola Aktifitas

Jenis Rumah Rumah Sakit


Makan/minum Dibantu oleh orang tua Dibantu oleh orang tua
Mandi Dibantu oleh orang tua Dibantu oleh orang tua
Berpakaian Dibantu oleh orang tua Dibantu oleh orang tua
Toileting Dibantu oleh orang tua Dibantu oleh orang tua
Mobilitas ditempat tidur Dibantu oleh orang tua Dibantu oleh orang tua
Berpindah dan berjalan Dibantu oleh orang tua Dibantu oleh orang tua

J. Pola nutrisi
Jenis Rumah Rumah Sakit
Jenis makanan Nasi, sayuran, telur Beras putih, daging ayam
Frekuensi makan 3x sehari Tidak mau makan
Porsi yang dihabiskan 3-6 sendok sekali makan -
Komposisi menu Nasi putih, bayam, dan telur Nasi putih dan ayam goreng
goreng
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Nafsu makan Kadang baik kadang buruk Nafsu makan buruk
Jenis minuman Air putih dan ASI Air putih dan ASI
Frekuensi minum >8x dengan ASI dan air putih >8x dengan ASI dan air putih
Jumlah minuman ±600 ml ±300 ml

K. Pola eliminasi
1. BAB
Jenis Rumah Rumah Sakit
Frekuensi 1x Diare 4x
Konsistensi Lunak Seperti lendir
Warna/bau Kuning Kuning
Kesulitan - -
Upaya menangani - -

2. BAK
Jenis Rumah Rumah Sakit
Frekuensi 2x mengganti popok 4x mengganti popok
Warna/bau Kuning (jernih) Kuning (jernih)
Kesulitan - -
Upaya menangani - -
L. Pola istirahat tidur
1. Tidur siang
Jenis Rumah Rumah Sakit
Lama tidur 4 jam 5 jam
Kenyamanan setelah tidur - -

2. Tidur malam
Jenis Rumah Rumah Sakit
Lama tidur 8 jam 8 jam
Kenyamanan setelah tidur - -
Kebiasaan sebelum tidur Digendong
Kesulitan - -
Upaya mengatasi - -

M. Pola kebersihan diri


Jenis Rumah Rumah Sakit
Mandi Mandi menggunakan sabun Tidak mandi
Frekuensi sehari tiga kali
Menggunakan sabun

Keramas Keramas menggunakan Tidak keramas


Frekuensi sampu dua hari sekali
Penggunaan shampoo

Menggosok gigi Menggosok gigi sehari dua Tidak menggosok gigi


Frekuensi kali
Penggunaan pasta gigi

Frekuensi ganti baju Sehari tiga kali Dua kali


Frekuensi memotong kuku Seminggu dua kali Belum memotong kuku
Kesulitan - -
Upaya untuk mengatasi - -

N. Pola koping keluarga


1. Pengambil keputusan: diskusi suami istri
2. Masalah terkait dengan anak di RS atau penyakit: bukan pasien BPJS sehingga
mengalami kesulitan biaya
3. Yang biasa dilakukan keluarga apabila mengalami masalah: meminta bantuan
kepada saudara
4. Harapan setelah anak menjalani perawatan: anak menjadi sehat dan dapat
bermain seperti biasanya
5. Perubahan yang dirasakan setelah anak sakit: rewel minta digendong terus, sulit
makan

O. Konsep diri
1. Gambaran diri : (tidak terkaji)
2. Ideal diri : (tidak terkaji)
3. Harga diri : (tidak terkaji)
4. Peran : (tidak terkaji)
5. Identitas diri : (tidak terkaji)

P. Pola peran dan hubungan


1. Peran dalam keluarga : (tidak terkaji)
2. System pendukung keluarga : (tidak terkaji)
3. Kesulitan dalam keluarga : (tidak terkaji)
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan anak
dirumah sakit: (tidak terkaji)
5. Upaya yang dilakukan:-

Q. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
 Kesadaran : Composmentis
 Tanda‐tanda vital
o Tekanan darah : (tidak terkaji)
o Nadi : 110x/menit
o Suhu : 37,90C
o RR : 26x/menit
 Tinggi badan : 80 cm Berat badan :9,5 kg

2. Kepala & leher


a. Kepala : Normal, bentuk simetrik, tidak ada luka, tidak ada kelainan
b. Mata : Isokor 3mm/3mm, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
c. Hidung : Tidak ada sekret dalam hidung, dypsnea (-)
d. Mulut dan tenggorokan : Mukosa normal, sianosis (-), tidak ada kelainan mulut
& tenggorokan
e. Telinga : Bersih, tidak ada kotoran, tidak ada kelainan
f. Leher : massa (-), pembesara tonsil (-)

3. Thorak dan dada


a. Jantung
 Inspeksi : Bentuk ada pembesaran jantung (kardiomegali)
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : Resonan
 Auskultasi : Suara S1 dan S2 reguler

b. Paru
 Inspeksi : simetris, retraksi (-), luka (-)
 Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
 Perkusi : Resonana
 Auskultasi : Rh - - Wh - -
- - - -
- - - -

4. Payudara dan ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar


5. Punggung dan tulang belakang : tidak ada lesi, bentuk tulang belakang normal
6. Abdomen
 Inspeksi : luka (-), simetris, tidak ada kelainan
 Palpasi : tidak ada nyeri
 Perkusi : (tidak terkaji)
 Auskultasi : BU (+) 5x/mnt

7. Genetalia dan anus


 Inspeksi : terlihat menggunakan popok
 Palpasi : (tidak terkaji)
8. Ekstremitas
 Atas : tidak ada luka, tidak ada kelainan
 Bawah : tidak ada luka, tidak ada kelainan
 kekuatan otot ekstremitas : 5 5
5 5

9. System neurologi : (tidak terkaji)


10. Kulit dan kuku
 Kulit : Turgor baik
 Kuku : Pendek, bersih , CRT < 2 detik

R. Hasil Pemeriksaan Penunjang :


- Hb : 12,1 g/dL
- Leukosit : 8.750 µL
- Trombosit : 262.000 µL
- PCV : 35,4 %

S. Terapi

- Infus D5 ¼ NS 1050 cc/24 jam


- Inj. Ranitidin 3x11 mg IV
- Inj. ODN 3x1,1 mg IV
- Inj. Antrain 110 mg k/p
- Cefotaxin 3x1/3 gram
- Gentamicin 1x60 gram
ANALISA DATA

No Tanda Etiologi Problem


1 Subyektif ibu mengatakan penyebab Ketidakefektifan
 Ibu mengatakan anak karena minum air club dan Bersihan jalan napas
batuk,pilek dan penyebab lain adalah
penumpukkan sekret ayahnya merokok dan
 Ibu mengatakan tidak memelihara burung
dapat mengeluarkan dirumah
sekret
Jamur,virus dan bakteri
Obyektif
 RR=26x/menit Masuk kesaluran napas
 Suara ronkhi
Kuman terakumulasi di
- -
bronkus
- -
- - Peradangan bronkus

akumulasi sekret di
bronkus

Obstruksi jalan napas

Ketidakefektifan bersihan
jalan napas

2 Subyektif Peradangan bronkus Hipertermi


 Ibu mengatakan anaknya
makrofag mengeluarkan
rewel karena demam
pirogen dan endogen
tidak turun-turun sebelum
dibawa ke rumah sakit Mempengaruhi
Obyektif hipotalamus dalam
 Hasil Rontgen yaitu pengaturan suhu
terdapat bercak-bercak di
Suhu meningkat
lapang paru
 Suhu= 38 C Hipertermi
 Leikosit=8.750 ribu
Normal=4-10 ribu

3 Subyektif Peradangan bronkus Ketidakseimbangan


 Ibu mengatakan anak Nutrisi kurang dari
Makrofag mengeluarkan
tidak mau makan kebutuhan
pirogen dan endogen
 Ibu mengatakan anak
mual muntah Mempengaruhi
Obyektif hipotalumus
 Hb = 21,1 9(rendah)
Mempengaruhi syaraf
Normal laki-laki=14,4-
fagus
17,5)
Normal Hcl meningkat
perempuan(12,0-15,3)
Mual muntah

 BB= 9,5 kg(sekarang) Ketidakseimbangan nutrisi


11kg(sebelum mrs) kurang dari kebutuhan
 Anak terlihat rewel dan
tidur terus
WOC

Minum air club, ayah merokok


setiap hari dirumah, memelihara Jamur, virus, bakteri
burung dirumah

Masuk ke saluran nafas

Kuman terakumulasi
dibronkus Mucus
meningkat

Makrofag Peradangan bronkus


mengeluarknan pirogen
dan endogen
Bau mulut tidak sedap
Akumulasi sekret
dibronkus
Peningkatan suhu
Hipotalamus

Obstruksi jalan Nafsu makan


nafas menurun
Hipertermi
Mempengaruhi syaraf
fagus
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
HCL meningkat

Mual dan
muntah

Ketidakseimbangan
nutrisi dari kebutuhan
Rencana Keperawatan

No. Diagnosa 1
Nama diagnosa Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Tujuan Setelah dilakukan perawatan 1 x 24 jam, sekret yang berada dijalan
napas pasien hilang
Indikator Status pernapasan: kepatenan jalan napas
Indikator 1 2 3 4 5
RR
Suara nafas tambahan (ronkhi)
Keterangan:
1. deviasi berat dari kisaran normal
2. deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
3. deviasi sedang dari kisaran normal
4. deviasai ringan dari kisaran normal
5. tidak ada deviasi dari kisaran normal
Indikator 1 2 3 4 5
Batuk
Akumulasi sputum
Keterangan:
1. sangat berat
2. berat
3. cukup
4. sedang
5. tidak ada

Intervensi Manajemen jalan napas


1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Aukultasi suara napas, catat area yang mengalami
penurunan atau tidak ada ventilasi dan adanya suara nafas
tambahan
3. Berikan bronkodilator
4. Berikan treatment nebulizer
5. Monitor pernapasan (RR, nafas cuping hidung)

No. Diagnosa 2
Nama diagnosa Hipertermia
Tujuan Setelah dilakukan perawatan 1 x 24 jam suhu tubuh menurun
Indikator NOC : Keparahan infeksi
Indikator 1 2 3 4 5
Suhu
Peningkatan sel darah putih
Malaise
Keterangan:
1. sangat berat
2. berat
3. cukup
4. sedang
5. tidak ada
NOC: Hidrasi
Indikator 1 2 3 4 5
Turgor kulit
Membran mukosa lembab
Intake cairan
Keterangan:
1. sangat terganggu
2. sebagian besar terganggu
3. cukup terganggu
4. sedikit terganggu
5. tidak terganggu
Intervensi Kontrol infeksi
1. Jaga kebersihan lingkungan sekitar pasien
2. Ajarkan cara cuci tangan 5 langkah dan kapan saja waktu
untuk cuci tangan kepada keluarga
3. Dorong pasien untuk beristirahat
4. Berikan antibiotik sesuai resep
5. Ingatkan kepada keluarga untuk melakukan imunisasi dan
pentingnya imunsasi lengkap
6. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda- tanda infeksi dan
kapan harus melapor ke tenaga kesehatan

Perawatan demam
1. Pantau suhu dan tanda- tanda vital lainnya
2. Beri obat sesuai resep (antipiretik, antibakteri, dan agen anti
menggigil)
3. Tutup pasien dengan selimut dan pakaian yang ringan
4. Pantau komplikasi dari demam (misal kejang, penurunan
kesadaran,
5. Mandikan pasien dengan spons hangat
Managemen cairan
1. Kolaborasi pemberian IV D5%
2. Monitor status hidrasi (membran mukosa lembab, denyut nadi
adekuat)
3. Berikan cairan dengan tepat

No. Diagnosa 3
Nama diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Tujuan Setelah dilakukan perawatan 1 x 24 jam, pasien mau memakan
makanan yang telah disediakan
Indikator Status Nutrisi: Asupan makanan & cairan
Indikator 1 2 3 4 5
Asupan makanan secara oral
Keterangan :
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Sebagian besar adekuat
5. Sepenuhnya adekuat
NOC: status nutrisi
Indikator 1 2 3 4 5
Energi
BB/TB
Nafsu makan
Keterangan :
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal
5. Tidak menyimpang dari rentang normal
Intervensi Manajemen Nutrisi
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Identifikasi adanya alergi
3. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
pasien
4. Pastikan makan disajikan dengan menarik
5. Anjurkan keluarga mambawa makanan favorit pasien yang
sesuai dengan keadaan pasien
6. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
7. Pastikan diet mengandung TKTP
8. Monitor kalori dan asupan makanan
9. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tgl No Implementasi` Evaluasi


Diagno
sa
3/19/2018 1 1. Kolaborasi obat bronkodilator Subyektif:
menggunakan nebulizer - Ibu mengatakan sekret keluar lewat BAB
( Ventolin: NaCl = 2:1) Obyektif:
2. Memonitor status pernafasan (RR) - RR : 27x/ menit
dan suara ronkhi - Terlihat batuk
Analisa:
Indikator Skala Ket
Pengkajian target evalua
awal si
RR 5 5 5

Batuk 2 4 3 1. sangat
berat
Ronkhi 5 5 5 2. berat
3. cukup
Akumulasi 2 4 3 4. sedang
sputum 5. tidak
ada

Kesimpulan : masalah teratasi sebagian


Planning:
- lanjutkan pemberian nebulizer (NaCl : Ventolin = 1: 2)
- monitor RR dan suara ronkhi
- anjurkan minum air hangat jika batuk
3/19/2018 2 1. Mengajarkan cara cuci tangan 6 Subyektif:
langkah - Ibu mengatakan anak demam, suhu naik turun
2. Kolaborasi pemberian antibiotic - Ibu mengatakan infus tadi pagi lepas dan kaki terlihat
Cefotaxin 3 x 1/3 gram dan bengkak
Gentamicin 1 x 60 gram Obyektif:
3. Memberikan edukasi pemberian - T : 37,2
imunisasi - Anak sudah mau duduk dan bermain
4. Memberikan edukasi mengenai - Anak sudak mau minum ASI
tanda-tanda infeksi
5. Kolaborasi pemberian antrain Analisa:
110mg k/p Indikator skala Ket.
6. Pemberian infus D5% ¼ Ns
Pengkajian target evaluasi
1050/24 jam
awal
7. Mengajarkan kompres hangat Suhu 4 5 5 1. sangat
hangat Peningkatan 5 5 5 berat
8. Mengedukasi pasien agar minum sel darah 2. berat
air yang banyak putih 3. cukup
Malaise 2 4 4
4. sedang
Kelembapan 5 5 5
5. tidak
bibir
Turgor kulit 5 5 5

Intake cairan 5 5 5 ada

Kesimpulan: Masalah sudah teratasi


Planning:
- lakukan pemasangan infus
- lanjutkan pemberian D5% ¼ Ns 1050/ 24 jam
- kolaborasi pemberian cefrotaxin 3 x 1/3 gram
- kolaborasi pemberian Gentamicin 1 x 60 gram
3/19/2018 3 1. Memberikan edukasi Subyektif:
pemberian diet TKTP pada - Ibu mengatakan anak tidak mau makan hanya mau minum
anak ASI
2. Kolaborasi pemberian nutrisi - Ibu mengatakan anak suka makan sup wortel
diet TKTP bersama nutrition - Ibu mengatakan anak BAB 1x sehari
3. Memberikan edukasi kepada Obyektif:
ibu untuk makan- makanan - Anak terlihat hanya menyusu ibunya saja
yang bergizi karena anak - Makanan yang disediakan oleh ahli gizi masih utuh
hanya mau minum ASI
4. Menyarankan orang tua untuk
memberikan makanan favorit
anak Analisa:
Indikator skala Ket.
Pengkajian target evaluasi
awal
Asupan 1 3 2 1.Tidak
makanan adekuat
secara oral 2.Sedikit
Nafsu makan 1 3 2
adekuat
Energi 1 3 2 3.Cukup
BB/TB 5 5 5
adekuat
4.Sebagian
besar
adekuat
5.Sepenuh
nya
adekuat

Kesimpulan : masalah sebagian teratasi


Planning:
- Pemberian diet TKTP
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Anjurkan memberi makan favorit
- Anjurkan ibu untuk makan- makanan bergizi

Anda mungkin juga menyukai