Anda di halaman 1dari 7

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS

PADA PASIEN YANG DI RAWAT DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Andi Megawati1, Hj. Hasna Nosi2


1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
RSUD DR Wahidin Sudirohusodo Makassar

(AlamatRespondensi: Megha_moed@yahoo.com/085299452462)

ABSTRAK

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak di jumpai di klinik atau ruangan penyakit
dalam pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor pola makan, stress, dan obat-
obatan pada pasien gastritis yang dirawat di RSUD Labuang Baji Makassar.Jenis penelitian yang
digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kohort dengan teknik pengambilan sampel
secara Accidental dengan jumlah 38 responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis menggunakan uji chi square
dengan tingkat pemaknaan (α< 0,05). Berdasarkan hasil uji statistik factor pola makan dengan kejadian
gastritis pada pasien didapatkan nilai p= 0,024. Hasil uji statistik factor stress terhadap kejadian gastritis
didapatkan nilai p= 0,008 dan hasil uji statistik factor obat-obatan dengan kejaadian gastritis didapatkan
nilai p= 0,004. Sehingga dapat disimpulkan pola makan, stress, dan obat-obatan mempengaruhi
kejadian gastritis. Saran bagi peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian dengan menggunakan
sampel yang lebih banyak agar hasil penelitian dapat lebih objektif. Bagi perawat di RSUD Labuang
Baji Makassar agar lebih memperhatikan pola makan, stress, dan obat-obatan khususnya pada
penderita gastritis. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi dalam hal perawatan dan penanganan
penderita gastritis secara dini sebelum mendapatkan pertolongan pertama dari tenaga medis.

Kata Kunci : Gastritis, Pola Makan, Stress, Obat-Obatan

PENDAHULUAN Gastritis atau secara umum dikenal


Saat ini dengan semakin modernya dengan istilah sakit “maag” atau ulu hati ialah
zaman, semakin banyak juga penyakit yang peradangan pada dinding lambung terutama
timbul akibat gaya hidup manusia dan pada selaput lender lambung. Gastritis
penularan bakteri. Salah satunya adalah merupakan gangguan yang paling sering
penyakit gastritis yang terjadi karena inflamasi ditemui diklinik karena diagnosisnya hanya
yang terjadi pada lapisan lambung yang berdasarkan gejala klinis. Penyakit ini sering
menjadikan sering merasa nyeri pada bagian dijumpai timbul secara mendadak biasanya
perut. Penyakit ini tidak menular tapi bakteri ditandai dengan rasa mual dan muntah,
helicobacter pylori masuk kedalam tubuh nyeri,perdarahan, rasa lemah, nafsu makan
manusia melalui makanan. Gastritis adalah menurun atau sakit kepala. (Rahmi Kurni,2011)
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub Pembagian klinis gastritis secara garis
mukosa lambung. Secara histopasitologi dapat besar dibagi menjadi dua jenis yaitu gastritits
dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel akut dan gastritis kronik. Gastritis akut
radang pada darah tersebut. Gastritis merupakan kelainan klinis akut yang jelas
merupakan salah satu penyakit yang banyak di penyebabnya dengan tanda dan gejala yang
jumpai di klinik atau ruangan penyakit dalam khas, biasanya ditemukan inflamasi akut.
pada umumnya. (Shulfany,2011) Gastritis kronis merupakan gastritis penyebab
Gastritis didefinisikan sebagai yang tidak jelas, sering bersifat multifaktor
peradangan yang mengenai mukosa lambung. dengan perjalanan klinik yang bervariasi.
Peradangan dapat mengakibatkan Gastristis kronis berkaitan erat dengan infeksi
pembengkankan mukosa lambung sampai Helicobacteri pylori. (Rahmi Kurni,2011)
terlepasnya epitel mukosa supersial yang Gastritis merupakan salah satu masalah
menjadi penyebab terpenting dalam gangguan kesehatan pencernaan yang paling sering
saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan terjadi. Sekitar 10% orang yang datang di unit
merangsang timbulnya proses inflamasi pada gawat darurat pada pemeriksaan fisik
lambung (Sukarmin,2012). ditemukan adanya nyeri tekan di daerah

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 709
epigastrium. Hal ini mengarahkan para dokter menjadi 100 pasien kemudian tahun 2012
kepada suatu diagnosa gastritis, dimana untuk terjadi peningkatanyaitu 160 pasien yang
memastikannya dibutuhkan untuk pemeriksaan menderita gastritis. Gastritis merupakan salah
penunjang lainnya seperti endoscopi. (Rahmi satu penyakit yang termasuk dalam 10 penyakit
Kurni,2011) terbanyak di RSUD Labuang Baji Makassar
Di dunia, insiden gastritis sekitar 1.8-2.1 pada tahun 2012, dengan usia tersering
juta dari jumlah penduduk setiap tahun dan penderita penyakit gastritis ialah antara 15-24
umumnya terjadi pada penduduk yang berusia tahun, dan di dominasi oleh perempuan yaitu
lebih dari 60 tahun. Sedangkan Asia Tenggara, 81 pasien.(Data Rekam Medis RSUD. Labuang
insiden terjadinya gastritits sekitar 593.635 dari Baji Kota Makassar, 2012)
jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi Berdasarkan uraian diatas, peneliti
gastritis yang dikonfirmasikan melalui tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “
endoskopi pada populasi shanghai sekitar BagaimanakahFaktor- Faktor Yang
17.2% yang secara substansial lebih tinggi dari Mempengaruhi Kejadian Gastritis Pada Pasien
populasi barat yang berkisar 4.1% dan bersifat Yang di Rawat di RSUD Labuang Baji
asimptomatik.(Anonim,2011) Makassar“.
Badan penelitian kesehatan WHO
mengadakan tinjauan terhadap beberapa BAHAN DAN METODE
negara dunia dan mendapatkan hasil Lokasi, Populasi, dan Sampel
presentase dari angka kejadian gastritis di Penelitian ini akan menggunakan
dunia, diantaranya inggris 22%, China 31%, metode deskriptif analitik dengan pendekatan
Jepang 14,5%, Kanada 35% dan Perancis kohort. Jenis penelitian ini merupakan
29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 penelitian epidemiologik noneksperimental
juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden yang mengkaji antara variabel independen
terjadinya gastritis di Asia tenggara sekitar (faktor risiko) dan variebel dependen
583,635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya, (efek/kejadian suatu penyakit). Pendekatan
prevalensi gastritits dikonfirmasi melalui yang digunakan pada rancangan penelitian
endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar kohort adalah pendekatan waktu secara
17,2% yang secara substansial lebih tinggi longitudinal atau time period approach.
daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% Sehingga jenis penelitian ini disebut juga
dan bersifat asimptomatik. (Anonim,2011) penelitian prospektif. Menurut Sastroasmoro &
Gastrtitis biasanya dianggap sebagai Ismail (1995) peneliti mengobservasi variabel
suatu hal yang remeh namun gastritits independen terlebih dahulu (faktor risiko),
merupakan awal dari sebuah penyakit yang kemudian subjek diikuti sampai waktu tertentu
dapat menyusahkan kita. Sebagian besar onset untuk lebih terjadi pengaruh pada variabel
penyakit gastritis yang terjadi di negara maju dependen (efek atau penyakit yang diteliti).
mengenai usia tua. Hal yang berbeda dengan (Nursalam,2011).
negara berkembang yang onset penyakitnya Populasi dalam penelitian ini adalah
mengenai usia dini. Angka kejadian gastritis semua pasien gastritis yang di rawatdi ruang
pada beberapa daerah di Indonesia cukup interna dan yang berobat di poliklinik di RSUD
tinggi prevalensinya 274,396 kasus dari Labuang Baji Makassar. Sampel dalam
283,452,952 jiwa penduduk (Anonim,2011). penelitian ini adalah bagian dari jumlah dan
Dari data Dinas Kesehatan Kota karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
Makassar kasus gastritis dari tahun 2009 (Sugiyono, 2011). Pengambilan sampel
sampai 2011 terus mengalami peningkatan. menggunakan Accidental Sampling yang
Dimana pada tahun 2009, kasus gastritis yaitu didapatkan pada saat penelitian berlangsung.
36.766 penderita. Kemudian tahun 2010
sebanyak 43.547 penderita, dan tahun 2011 Pengumpulan dan pengolahan data
semakin meningkat yaitu sebanyak 46.939 Data yang di kumpulkan adalah data
pasien. Gastritis termasuk 10 besar penyakit primer yang diambil dari pengisian lembar
utama di Makassar dengan jumlah penderita kuesioner, observasi dan wawancara. Dimulai
terbanyak. (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan dengan pengambilan data awal di ruang
Kota Makassar, Tahun 2012). perawatan di RSUD Labuang Baji Makassar
RSUD Labuang Baji merupakan salah Setelah itu kemudian peneliti melakukan
satu rumah sakit di kota Makassar dengan pengolahan data yang dilakukan dengan:
kasus gastritis yang meningkat dari tahun ke 1. Editing yaitu dilakukan penyuntingan data
tahun. Berdasarkan data pasien di wilayah yang telah terkumpul dengan cara
kerja RSUD Labuang Baji Makassar tahun memeriksakan kelengkapan pengisian,
2010 terdapat sebanyak 19 pasien menderita kejelasan pengisian dan adanya kejelasan.
gastritis dan pada tahun 2011 terjadi peningkat

710 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
2. Coding adalah proses pemberian kode pada Berdasarkan tabel di atas dapat
tiap variabel dengan tujuan untuk diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir
memudahkan dalam analisis. responden bervariasi ada yang pendidikan
3. Entri data yaitu setelah dilakukan kegiatan terakhir SMP yaitu sebanyak 2 responden
editing dan koding dilanjutkan dengan (5,3%), SMA 23 responden (60,5%), D3 2
pengelompokan data ke dalam master tabel responden (5,3%), S1 11 responden
atau database computer, kemudian (28,9%).
membuat distribusi frekuensi sederhana
menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai Tabel 4 Karasteristik responden
dengan tujuan penelitian. berdasarkan pekerjaan di perawatan
4. Tabulating adalah proses analisa data yang interna dan poliklinik RSUD Labuang baji
telah terbentuk angka menggunakan master Makassar
table atau perangkat lunak (software) Pekerjaan n %
komputer.
5. Cleaning adalah memeriksa kembali data Mahasiswa 15 39,5
yang telah dientri ke dalam komputer untuk PNS 10 26,3
memastikan kebenaran data. Wiraswasta 5 13,2
URT 8 21,1
Analisis data Total 38 100,0
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisa univariat dan Dari tabel di atas juga diketahui
analisa bivariat. Analisa univariat dilakukan bahwa pekerjaan responden berbeda-beda
untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel ada yang sebagai Mahasiswa sebanyak 15
yang diteliti, baik variabel dependen maupun responden (39,5%), sebagai PNS sebanyak
independen (Hidayat, 2009). 10 responden (26,3%), sebagai Wiraswasta
sebanyak 5 responden (13,2%), dan URT
HASIL PENELITIAN sebanyak 8 responden (21,1%).
1. Analisis Univariat
Tabel 1 Karasteristik responden Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan
berdasarkan umur di perawatan interna dan variabel pola makan di RSUD Labuang Baji
poliklinik RSUDLabuang baji Makassar Makassar
Umur n % Pola makan n %
<20 Tahun 6 15,8 Baik 24 63,2
> 30 Tahun 14 36,8 Tidak Baik 14 36,8
> 50 Tahun 18 47,4 Total 38 100,0
Total 38 100,0 Berdasarkan hasil penelitian diatas,
diketahui pola makan responden yg baik
Berdasarkan tabel diatas dapat di sebanyak 24 responden (63,2%) dan yang
intrepretasikan kelompk umur terbanyak tidak baik sebanyak 14 responden (36,8%).
yaitu > 50 tahun sebanyak 18 orang
(47,4%). Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan
variabel Stress di RSUD Labuang Baji
Tabel 2 Karasteristik responden Makassar
berdasarkan jenis kelamin diperawatan Stress n %
interna dan poliklinikLabuang baji Makassar Stress 23 60,5
Tidak Stress 15 39,5
Jenis Kelamin n %
Total 38 100,0
Laki-laki 8 21,1
Perempuan 30 78,9
Berdasarkan hasil penelitian pada
Total 38 100,0
tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden yang mengalami stress
Tabel 3 Karasteristik responden yaitu sebanyak 23 responden (60,5%) dan
berdasarkan pendidikan diperawatan sebagiannya tidak mengalami stress
interna dan poliklinik Labuang baji Makassar sebanyak 15 responden (39,5%).
Pendidikan n %
SMP 2 5,3 Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan
SMA 23 60,5 variabel obat-obatan di RSUD Labuang Baji
D3 2 5,3 Makassar
S1 11 28,9
Total 38 100,0

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 711
Obat-obatan n % Tabel 10 Pengaruh stress makan terhadap
Mengkonsusmsi 21 55,3 kejadian gastritis pada pasien di RSUD
Tidak mengkonsumsi 17 44,7 Labuang Baji Makassar
Total 38 100,0 Kejadian gastritis
Ada Tidak ada
Stress Total
Berdasarkan hasil penelitian juga kejadian kejadian
dapat diketahui bahwa sebagian besar n % n % n %
responden yang mengkonsumsi obat Stress 19 50,0 4 10,5 23 60,5
NSAID yaitu sebanyak 21 responden Tidak
6 15,8 9 23,7 15 39,5
(55,3%) dan sebagiannya tidak stress
mengkonsumsi obat NSAID sebanyak 17 Total 25 65,8 13 34,2 38 100,0
responden (44,7%). ρ Value = 0,008

Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian dapat di


variabel kejadian gastritis di RSUD Labuang ketahui frekuensi responden tingkat stress
Baji Makassar terhadap pengaruh kejadian gastritis yang
Kejadian gastritis n % stress danada kejadian sebanyak 19
Ada kejadian 30 78,9 responden (50,0%), sedangkan tidak ada
Tidak ada kejadian 8 21,1 kejadian sebanyak 4 responden (10,5%).
Total 38 100,0 Responden dengan tingkat stress terhadap
pengaruh kekurangan cairan elektrolit yang
Berdasarkan hasil penelitian tabel 8 tidak stress dan ada kejadian sebanyak 6
diketahui bahwa sebagian besar responden responden (15,8%) dan tidak ada kejadian
yang mengalami kejadian gastritis sebanyak sebanyak 9 responden (23,7%).
30 responden (78,9%) dan sebagiannya lagi Hasil uji statistik chi-square yaitu
tidak mengalami kejadian gastritis fisher antara variabel stress terhadap
sebanyak 8 responden (21,1%). kejadian gastritis diperoleh p= 0,008 (p <
0,05) yang artinya ada pengaruh antara
2. Analisis Bivariat stress terhadap kejadian gastritis.
Tabel 9 Pengaruh pola makan terhadap
kejadian gastritis pada pasien di RSUD Tabel 5.11 Pengaruh obat-obatan terhadap
Labuang Baji Makassar kejadian gastritis pada pasien di RSUD
Kejadian gastritis Labuang Baji Makassar
Pola Ada Tidak ada Total
Kejadian gastritis
makan Kejadian kejadian
Obat- Ada Tidak ada Total
n % n % n % Obatan Kejadian kejadian
Baik 19 50,0 5 13,2 24 63,2 n % n % n %
Kurang 6 15,8 8 21,1 14 36,8 Meng
20 52,6 4 10,5 24 63,2
Total 25 65,8 13 34,2 38 100,0 konsumsi
ρ Value = 0,024 Tidak Meng
5 13,2 9 23,7 14 36,8
konsumsi
Total 25 65,8 13 34,2 38 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat di ρ Value = 0,004
ketahui bahwa hubungan antara pola
makan baik dengan pengaruh kejadian Berdasarkan hasil penelitian dapat di
gastritis berjumlah 19 responden (50,0%), ketahui frekuensi responden obat-obatan
tidak ada kejadian gastritis berjumlah 5 terhadap pengaruh kejadian gastritis yang
responden (13,2%). Dan pola makan yang mengkonsumsi dan ada kejadian gastritis
kurang terhadap pengaruh gastritis sebanyak 20 responden (52,6%) sedangkan
berjumlah 6 responden (15,8%) sedangkan yang tidak ada kejadian sebanyak 4
tidak ada kejadian dan pola makan terhadap responden (10,5%). Responden yang tidak
kejadian gastritis berjumlah 8 responden mengkonsumsi obat-obatan dan ada ada
(21,1%). kejadian sebanyak 5 responden (13,2%),
Hasil uji statistik chi-square yaitu dan tidak ada kejadian sebanyak 9 (23,7%).
fisher antara variabel pola makan terhadap Hasil uji statistik chi-square yaitu
kejadian gastritis diperoleh p= 0,024 (p < fisher antara variabel obat-obatan terhadap
0,05) yang artinya ada pengaruh antara pola kejadian gastritis diperoleh P= 0,004 (P <
makan terhadap kejadian gastritis. 0,05) yang artinya ada pengaruh yang
signifikan antara obat-obatan terhadap
kejadian gastritis.

712 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
PEMBAHASAN lakukan peneliti sejalan dengan teori
1. Pengaruh pola makan dengan kejadian tersebut, dengan hasil yang didapatkan
gastritis peneliti di lapangan, bahwa pola makan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpengaruh dengan kejadian gastritis,
rata-rata responden yang memiliki pola karena penderita gastritis dengan pola
makan yang baik mengalami gastritis yaitu makan yang baik lebih banyak jika
sebanyak 19 responden (50,0%) dan yang dibandingkan dengan penderita gastritis
tidak terkena gastritis sebanyak 5 dengan pola makan kurang, maka penulis
responden (13,2%). Adapun responden berasumsi bahwa pola makan berpengaruh
yang pola makan kurang mengalami terhadap tinggi rendahnya angka kejadian
gastritis sebanyak6 responden (15,8%), dan gastritis. Sehingga peneliti menyimpulkan
yang tidak megalami gastritis sebanyak 8 bahwa ada pengaruh pola makan terhadap
responden (21,1%). Berdasarkan kejadian gastritis di RSUD Labuang Baji
perhitungan statistic didapatkan nilai Makassar
α=0,024, artinya nilai α < 0,05 yang 2. Pengaruh stress dengan kejadian gastritis
menunjukkan bahwa pola makan Berdasarkan hasil penelitian dapat
merupakan faktor risiko gastritis. diketahui frekuensi responden yang stress
Pola makan yang dianjurkan adalah sebanyak 23 responden (60,5%),
pola yang sumbangan energinya 60-70% sedangkan yang tidak stress adalah 15
berasal dari karbohidrat , 15-20% dari responden (39,5%). Hasil uji statistic
protein dan 20-30% dari lemak, disamping menyatakan ada pengaruh antara stress
cukup akan vitamin, mineral dan serat. Pola terhadap kejadian gastritis di RSUD labuang
makan tersebut terbagi dalam 3 periode baji Makassar didapatkan nilai α=0,008,
yaitu sarapan, makan siang dan makan artinya α<0,05 faktor stress mempengaruhi
malam. Peranan sarapan tidak boleh kejadian gastritis.
diabaikan, karena makanan menentukan Stres memiliki efek negatif melalui
kerja tubuh dari pagi hingga siang hari. mekanisme neuroendokrin terhadap saluran
Salah satu penyebab utama pencernaan sehingga berisiko untuk
meningkatnya asam lambung adalah pola mengalami gastritis. Efek stres pada saluran
makan yang tidak teratur. Makanan atau pencernaan menyebabkan penurunan
minuman yang di konsumsi dan masuk aliran darah pada sel epitel lambung dalam
kedalam lambung berfungsi mengurangi melindungi mukosa lambung (Greenberg
kepekatan asam lambung sehingga tidak (2002) dalam Prio (2009).
sampai menggerogoti lambung. Saat menghadapi stress, otak akan
(Shulfany,2011) meransang sekresi adrenalin. Bahan kimia
Perubahan pola makan meliputi tidak ini akan menunju ginjal dan memicu proses
teraturnya waktu makan, frekuensi makan, perubahan glikogen menjadi glukosa
jenis makanan dan porsi makanan yang sehingga mempercepat peredaran darah.
dikonsumsi dapat mempengaruhi Tekanan darah akan meningkat,
kekambuhan gastritis. (Misnadiarly,2009) pernapasan semakin cepat (untuk
Menuruthasil penelitian sebelumnya meningkatkan asupan oksigen) dan
yang dilakukan oleh Mutiasari (2003), pada pencernaan pun terkena dampaknya.
santri Pondok Pesantren DDI Mangkoso Stress bukanlah suatu penyakit, melainkan
Kabupaten Barru tahun 2003 dengan mekanisme pertahanan tubuh. Namun jika
responden sebanyak 70 orang yang waktu mekanisme pertahanan ini menjadi kronis
makannya terlambat didapatkan sebanyak maka kita akan menjadi lebih rentan
39 orang atau sebesar 55,7% mengalami terhadap penyakit (Akoso,2009).
gastritis. Juga pada penelitian Dyah Ayu Stres bertindak kejam terhadap
Safitri (2011), pada siswa-siswi SMA 1 sistem pencernaan. Ketika sedang dilanda
Bayat Klaten menyatakan bahwa ada stres berat, kelenjar liur dapat
hubungan antara pola makan dengan menghentikan aliran air liur, atau dalam
gastritis. Begitupun penelitian oleh Putri kasus lain, mengalirkannya berlebihan.
(2011) , pada semua pasien gastritis di Lambung meningkatkan asamnya sehingga
Universitas Muhammadiyah Malang menimbulkan zat asam, rasa mual dan luka.
Medical Center (UMC) menyatakan bahwa Akibat lain dari stress dan mungkin yang
ada hubungan antara pola makan dengan paling umum adalah diare. Banyak juga
timbulnya gastritis pasien di UMC. orang yang mengeluhkan tentang kejang
Jika dikaitkan dengan teori bagian otot (kram) di daerah perut (Losyk,2007).
Gizi IPB dalam Shulfany (2011), maka hasil Sejalan dengan penelitian yang di
penelitian sebelumnya dan penelitian yang lakukan oleh Fitri (2012) Pada penelitian ini,

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 713
terdapat hubungan yang bermakna antara terjadinya penyakit gastritis antara lain
tingkat stress yang tinggi dengan kejadian adalah pemakaian obat Nonsteroidal
gejala gastritis dengan nilai p=0,025. Artinya Antiinflammatory Drugs (NSAIDs) antara
tingkat stress berpengaruh terhadap lain seperti Aspirin Ibuprofen, Naproxen dan
kejadian gastritis. Responden dengan Piroxicam dapat menyebabkan peradangan
tingkat stress yang tinggi lebih banyak pada lambung dengan cara mengurangi
mengalami gejala gastritis sebanyak 81 prostaglandin yang bertugas melindungi
orang (63,0 %) dengan tidak mengalami dinding lambung. Jika pemakaianya sekali
gastritis sebanyak 63 orang (48,5 %). kemungkinan terjadinya masalah lambung
Besarnya risiko tingkat stress yang tinggi akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
adalah 1,758 kali lebih besar untuk dilakukan secara terus menerus atau
mengalami gejala gastritis daripada pemakaiannya berlebihan dapat
responden dengan tingkat stress rendah. mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer
Sejalan juga dengan penelitian yang (Yulikustan,2013).
di lakukan oleh Donny (2012) Hasil uji Sejalan dengan penelitian yang
statistik menunjukkan bahwa terdapat dilakukan oleh Lucky(2009), pada
hubungan yang bermakna atau kuat antara penelitiannya risiko penggunaan NSAID
stress dengan kekambuhan lebih tinggi dari yang dibayangkan
gastritis. Kesimpulan stress dengan sebelumnya. Penelitian menunjukkan pada
kekambuhan gastritis memiliki derajat pemakaian jangka panjang NSAID terjadi 2-
kekuatan hubungan kuat, dikarenakan 4% insiden komplikasi Gastrointestinal (GI)
stress bisa mempengaruhi kekambuhan yang membutuhkan perawatan di Rumah
gastritis, maka dengan adanya penelitian ini Sakit. Juga dilaporkan, 30% pengguna
diharapkan pelayanan kesehatan dapat jangka panjang NSAID mengalami
memberikan informasi tentang manajemen serangan tukak setidaknya sekali. NSAID
stress yang baik bagi penderita gastritis. memberikan manfaat anti inflamasi melalui
Hasil penelitian tersebut sejalan aksinya pada enzim siklooksigenase-2
dengan teori Losyk (2007), dan sejalan pula (COX-2). Pada saat yang sama, mereka
dengan hasil penelitian yang didapatkan dapat menyebabkan tukak lambung melalui
peneliti yaitu ada pengaruh antara stress aksinya pada enzim siklooksigenase-1
dengan kajadian gastritis. Dimana (COX-1). Analgesic seperti asetaminofen
responden yang mengalami stress lebih lebih spesifik pada bentuk ke 3
banyak yang menderita gastritis dari pada siklooksigenase yang terutama berada di
responden yang tidak stress. Maka penulis otak dan bertanggungjawab terhadap
berasumsi bahwa semakin tinggi tingkat demam dan rasa sakit.
stress seseorang maka semakin besar pula Selain itu penelitian yang dilakukan
potensi orang tersebut untuk menderita oleh Yunita (2010) menyimpulkan bahwa
gastritis. Begitu pula sebaliknya, semakin terdapat hubungan antara tipe kepribadian,
rendah tingkat stress seseorang maka tempat tinggal, keteraturan dan frekuensi
semakin rendah pula potensi orang tersebut makan, konsumsi makan pedas dan
menderita gastritis. Sehingga peneliti frekuensi makan pedas, konsumsi makan
menyimpulkan bahwa ada pengaruh stress asam, frekuensi minuman iritatif, pemakaian
terhadap kejadian gastritis di RSUD NSAID dan dosis/jumlah NSAID dengan
Labuang Baji Makassar. terjadi gastritis. Karena kasus gastritis lebih
3. Pengaruh Obat-obatan dengan kejadian banyak pada perempuan, maka dapat
gastritis disarankan perlu adanya perhatian khusus
Berdasarkan hasil penelitian dapat di pada perempuan tentang faktor yang terkait
ketahui frekuensi responden yang dengan terjadinya gastritis agar dapat
mengunakan obat-obatan jenis NSAID dan dilakukan pencegahan dan mengurangi
ada pengaruh gastritis sebanyak 20 kasus gastritis dengan pola hidup sehat
responden (52,6%), dan ada kejadian serta adanya pendidikan kesehatan
sebanyak 4 responden (10,5%). Adapun khususnya pada usia muda tentang
frekuensi responden yang tidak penggunaan NSAID yang aman oleh
mengkonsumsi obat-obatan jenis NSAID pemberi pelayanan kesehatan.
yang ada kejadian gastritis sebanyak 5 Hal tersebut sejalan dengan hasil
responden (13,2%) dan tidak ada kejadian penelitian yang didapatkan, dan juga
sebanyak 9 responden (23,7%). sejalan dengan teori Yulikustan (2013).
Konsumsi Obat-obatan Nonsteroidal Bahwa ada pengaruh mengkonsumsi obat-
Antiinflammatory Drugs (NSAID) Obat- obatan yang berjenis NSAID dengan
obatan yang dapat mempengaruhi kejadian gastritis. Dimana responden yang

714 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
mengkonsumsi obat-obatan, lebih banyak 3. Ada pengaruh antara obat-obatan dengan
menderita gastritis dibandingkan dengan kejadian gastritis di RSUD Labuang Baji
responden yang tidak menderita gastritis. Makassar
Maka penulis berasumsi bahwa semakin
besar frekuensi seseorang mengkonsumsi SARAN
obat-obatan yang berjenis NSAID maka 1. Bagi Institusi
semakin besar pula potensi orang tersebut Diharapkan bagi pihak rumah sakit agar
untuk menderita gastritis, begitupula meningkatkan penanganan pada penderita
sebaliknya. Semakin kecil frekuensi demam gastritis, sehingga mencegah
seseorang dalam mengkonsumsi obat- terjadinya komplikasi pada penderita.
obatan yang berjenis NSAID maka semakin 2. Bagi Profesi Keperawatan
kecil pula potensi orang tersebut untuk Agar lebih aktif meningkatkan pendidikan
menderita gastritis. Sehingga peneliti keperawatan sehingga perawat dapat
menyimpulkan bahwa ada pengaruh mengikuti perkembangan keperawatan
mengkonsumsi obat-obatan jenis NSAID yang ada.
terhadap kejadian gastritis di RSUD 3. Bagi Peneliti selanjutnya
Labuang Baji Makassar. Penelitian lanjutan yang relevan mengenai
pengaruh kekurangan cairan elektrolit pada
KESIMPULAN pendeita demam tifoid sebaiknya
1. Ada pengaruh antara pola makan pasien dikembangkan terus dengan memperbaiki
dengan kejadian gastritis di RSUD Labuang kelemahan-kelemahan yang ada pada
Baji Makassar. penelitian ini
2. Ada pengaruh antara stress pada pasien
dengan kejadian gastritis di RSUD Labuang
Baji Makassar

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Dive Pers : Jogjakarta

Dinas Kesehatan Kota makassar. 2012. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2009.Dinas
Kesehatan : Makassar

Dinas Kesehatan Kota makassar. 2012. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2010. Dinas
Kesehatan : Makassar

Dinas Kesehatan Kota makassar. 2012. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2011. Dinas
Kesehatan : Makassar

Data Rekam Medis RSUD LAbuang Baji Kota Makassar Tahun 2012

Gustin Kurni Rahmi,2011. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis Pada Pasien Berobat Jalan
di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukit Tinggi (online), curesure.com/2012/11/Faktor-gastritis.html

Lukaningsih Zuyinah Luk. 2011. Psikologi Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta

Muliarini Prita, 2010. Pola Makan Dan Gaya Hidup Sehat. Muha Medika. Yogyakarta

Pencegahan Gastritis (On Line) (http://penyakitmaag.com/pencegahan-gastritis.html , Sitasi 9 April 2013)

Pengertian Kelurga (On line) (http://deardych.blogspot.com/), (Sitasi 9 April 2013)

Pencernaan Gastritis (On Line) (http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35839-Kep-Pencenaan-Askep


Gastritis.html) (Sitasi 10 April 2013)

Pengertian Obt (On Line) (Starfish7-koga.blogspot.com/2010/12/pengertian-obat.html), (Sitasi 10 April 2013)

Shulfany, 2011. Hubungan Pola makan Dengan Kejadian GastritisPada Masyarakat Semester II Stikes Wira
Husada Yogyakarta TA 2011

Sukarmin, 2012. Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Pustaka Pelajar.Yogyakarta

Wikipedia. Riwayat Kesehatan. (online) id.wikipedia.org/wiki/Riwayat_kesehatan Diakses tanggal 9 April 2013

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 715

Anda mungkin juga menyukai